EMERGENSI PERINATOLOGI
-
Upload
syahri-dzikri -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of EMERGENSI PERINATOLOGI
EMERGENSI PERINATOLOGI
Materi Kuliah 12, tanggal 31 Mei 2013
“NEONATAL RESUSCITATION GUIDELINES (2005)”
Ferdy Panusunan Harahap
UNIT PERINATOLOGI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Disampaikan oleh dr. Fadhillah
O PERLU RESUSITASI ?
Untuk bisa cepat menentukan apakah bayi perlu resusitasi :
1. Apakah bayi cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban bersih dari mekonium atau bebas dari
tanda infeksi ?
3. Apakah bayi menangis atau menangis ?
4. Apakah tonus otot bayi baik ?
« Bila keempat pertanyaan tadi dijawab “ Ya” semua maka
bayi tidak perlu resusitasi dan dapat langsung diberikan pada
ibu setelah dikeringkan dan dibungkus dengan kain hangat.
Lanjutkan pengawasan napas dan warna kulit.
« Bila satu atau lebih dijawab “Tidak”, maka bayi perlu
resusitasi dan lakukan tindakan dibawah ini dengan urut.
O LANGKAH RESUSITASI
1. Langkah awal : berikan kehangatan, posisikan, bersihkan
jalan napas, keringkan, stimulasi, reposisi
2. Ventilasi
3. Kompresi dada
4. Berikan epinephrine dan / atau penambah volume darah
Keputusan untuk melanjutkan dari satu langkah resusitasi ke
langkah berikutnya ditentukan dengan melakukan penilaian 3
tanda vital, yaitu napas, frekuensi jantung dan warna kulit
secara simultan
Tiap langkah dilakukan selama 30 detik, kemudian lakukan
evaluasi dan putuskan langkah apa selanjutnya yang perlu
dilakukan
O ANTISIPASI
T Keberhasilan resusitasi ditentukan oleh kemampuan
antisipasi masalah, persiapan yang baik, evaluasi yang tepat
dan penerapan langkah yang benar.
T Pada tiap persalinan minimal harus ada 1 tenaga trampil
resusitasi, termasuk melakukan intubasi dan memberikan
obat-obatan
T Perhatian khusus bila menghadapi persalinan prematur.
T
O LANGKAH AWAL RESUSITASI
1. Berikan kehangatan. Letakkan bayi dibawah alat pemancar
panas
2. Posisikan bayi. Letakkan bayi dalam posisi menghidu agar
jalan napasnya terbuka. Bersihkan jalan napas, memakai
balon pengisap atau dengan kateter pengisap
3. Keringkan, rangsang bayi untuk bernapas dan reposisikan
bayi.
O PENGATURAN SUHU
Dengan teknik tradisional, bayi <1500 g mnjadi hipotermik
(LOE 5)
Dianjurkan melakukan tindakan tambahan yaitu membungkus
bayi dengan plastik dan letakkan dibawah alat pemancar
panas.
Awasi suhu bayi, jangan sampai hipertermia (LOE 2)
Teknik penghangatan lain belum ada penelitian kontrol.
Bayi dari ibu demam : kejadian depresi napas, kejang
neonatus, cerebral palsy dan risiko kematian lebih tinggi (LOE
6). Ini menandakan bahwa hipertermia yang terjadi setelah
atau selama hipoksia otak akan memperberat kerusakan
otak.
Hindari hipertermia iatrogenik
O PEMBERSIHAN JALAN NAPAS
P Aspirasi mekonium sebelum lahir, selama persalinan atau
saat resusitasi bisa menyebabkan pnemonia aspirasi
P Walau beberapa penelitian (LOE 3) menunjukkan
pengisapan lendir selama persalinan bisa menurunkan
kejadian pnemonia aspirasi, namun penelitian yang lebih luas
tidak menunjukkan hal itu (LOE 1)
P Karena itu tidak dianjurkan lagi melakukan pengisapan
lendir setelah kepala lahir secara rutin
P Pengisapan mekonium lewat pipa ET secara rutin tidak
menunjukkan manfaat bila bayi memang bugar (LOE 1)
P Bayi dikatakan bugar bila : usaha napas baik, tonus otot
baik dan frekuensi jantung > 100 kali/menit
P Pengisapan mekonium melalui pipa ET harus segera
dilakukan bila air ketuban bercampur mekonium dan bayi
tidak bugar
O EVALUASI PERIODIK TIAP 30 DETIK
« Penilaian usaha napas, frekuensi jantung dan warna kulit
secara simultan setelah melakukan langkah awal.
« Bila bayi telah bernapas, maka seharusnya warna kulit
menjadi kemerahan dan FJ stabil >100 kali/menit
« Bila bayi apnea atau megap-megap perlu VTP
« Meningkat atau menurunnya FJ merupakan bukti membaik
atau memburuknya bayi
« Proses transisi terjadi secara bertahap.
Bayi cukup bulan perlu waktu 10 menit agar SaO2 preduktal
> 95% dan perlu waktu 1 jam agar SaO2 postduktal > 95%
(LOE 5).
« Sianosis sentral ditentukan dengan melihat warna kulit
wajah, dada dan warna mukosa.
« Sianosis akral tidak berhubungan dengan hipoksemia., bisa
karena stres dingin
« Kulit yang pucat atau “mottling” bisa karena curah jantung
turun, anemia berat hipovolemia, hipotermia atau asidosis
O PEMBERIAN OKSIGEN
T Pemikiran adanya efek samping pada fisiologi pernapasan,
dan sirkulasi serebral akibat pemberian O2 100% dan
kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan akibat radikal
bebas O2. Sebaliknya ditakuti pula terjadinya kerusakan
jaringan akibat kekurangan oksigen.
T Penelitian mengenai tekanan darah, perfusi serebral dan
pengukuran biokimia lain antara grup yang diberi O2 100%
dan grup 21% mendapatkan temuan yang bertentangan (LOE
6)
T Penelitian pada grup bayi < 33 minggu yang diberi O2 80%
menemukan aliran darah otak yang lebih rendah dibanding
dengan yang diberi udara kamar. (LOE 6).
T Penelitian pada hewan menemukan hasil yang berlawanan,
tekanan darah dan perfusi serebral lebih rendah pada grup
21% dibanding grup 100% (LOE 6)
T Meta-analysis dari 4 penelitian (LOE 1) menunjukkan
mortalitas yang lebih rendah dan tidak ada efek bahaya pada
resusitasi memakai udara kamar dibanding memakai O2
100%.
T Dianjurkan untuk memberikan suplementasi O2 bila perlu
VTP, dan O2 aliran bebas diberikan bila bayi bernapas
spontan tetapi ada sianosis sentral.
T Pendekatan standar adalah memberikan O2 100%.
Beberapa memberikan O2 < 100% dan yang lain dengan
udara kamar. Alasan ini dapat sama-sama diterima.
T Bila memulai dengan udara kamar, maka sumber O2 harus
tersedia dan segera berikan O2 bila setelah 90 detik bayi
tidak membaik.
T Bila tidak punya sumber O2, lakukan resusitasi memakai
udara kamar.
T Panduan dalam pemberian O2 adalah dengan pantauan
oksimetri nadi (SpO2)
O VENTILASI TEKANAN POSITIP
+ Indikasi VTP : bayi apnea / megap-megap, FJ < 100
kali/menit, sianosis sentral menetap setelah diberi O2 aliran
bebas
+ Napas pertama dan bantuan ventilasi
o Pada bayi cukup bulan, napas pertama - spontan atau
dibantu – akan menciptakan kapasitas residual fungsional.
Berapa tekanan optimum, waktu inflasi dan aliran udara yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kapasitas residual fungsional
belum ditentukan.
o Untuk bayi cukup bulan, tekanan 30 – 40 cm H2O cukup
untuk memulai ventilasi (LOE 5)
o Frekuensi 40 - 60 kali/menit, dan belum diteliti efektifitas
masing-masing frekuensi
o Keberhasilan VTP ditandai dengan meningkat – nya FJ. Nilai
pengembangan dada bila FJ tidak meningkat
o Tekanan yang dibutuhkan berlainan untuk masing-masing
bayi
o Tekanan awal 20 cm H2O mungkin cukup, beberapa bayi
perlu tekanan > 30 – 40 cm H2O.
+ Alat VTP
o Balon tidak mengembang sendiri
o Balon mengembang sendiri
o Pressure limited, control flow T piece
o Laringeal mask airway
} Katup pelepas tekanan pada BMS bekerja tergantung aliran
(flow-dependent) dan bisa memberikan tekanan lebih tinggi
dari yang ditentukan olef pabrik (LOE 6)
} LMA efektif untuk bayi dekat cukup bulan atau bayi cukup
bulan (LOE 2 dan LOE 5). Data LMA pada prematur terbatas
(LOE 5)
} Randomized, controlled trial : efektifitas LMA dan intubasi
tidak berbeda bermakna (LOE 2)
} Bila VTP balon dan sungkup tidak efektif dan intubasi tidak
bisa dilakukan maka LMA bisa digunakan untuk memberikan
ventilasi efektif.
} Tidak tersedia bukti yang mendukung pemakaian LMA
secara rutin pada resusitasi neonatus
+ VTP pada bayi prematur
o Penelitian paru prematur mudah ‘luka’ bila mendapat inflasi
volume besar(LOE 6). VTP segera setelah lahir akan
memperbaiki “compliance” dan pertukaran gas (LOE 6)
o Kebanyakan prematur bisa diventilasi dengan tekanan 20 –
25 cm H2O, beberapa perlu lebih tinggi (LOE 5)
o Hindarai pengembangan dada yang berlebihan
o Bila perlu VTP lama, perlu berikan PEEP
O INTUBASI ENDOTRAKEAL
} Indikasi intubasi :
1. Bila diperlukan pengisapan mekonium dari trakea
2. Bila VTP balon dan sungkup tidak efektif atau perlu lama
3. Bila perlu kompresi dada
4. Perlu pemberian obat melalui pipa ET
5. Keadaan khusus: hernia diafragmatika kongenital, bayi <
1000 g.
} ‘Kapan’ melakukan intubasi juga ditentukan oleh keahlian
dan pengalaman pelaksana.
} Tanda pipa ada ditrakea dan ventilasi adekuat adalah
naiknya FJ. (LOE 5)
} Detektor CO2 yang positip menunjukkan pipa berada pada
tempat yang tepat. Hasil negatif palsu bila aliran darah
pulmoner buruk
O Kompresi dada
} Indikasi : FJ < 60 kali/menit setelah VTP adekuat selama 30
detik dengan suplementasi O2
} Tekanan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3
diameter antero-posterior dada
} 2 tehnik : ibu jari dan 2 jari
} Dianjurkan teknik ibu jari karena tekanan sistolik lebih tinggi
dan tekanan perfusi koroner yang lebih baik (LOE 6)
} Teknik 2 jari bila perlu memasang kateter vena umbilikalis
} Waktu penekanan lebih singkat dari waktu pelepasan agar
aliran darah lebih baik.
} Harus terkoordinasi baik dengan VTP
} Ekspansi dada harus sempurna selama stadium pelepasan,
ujung jari jangan diangkat
} Rasio kompresi : VTP = 3 : 1
O OBAT - OBATAN
} Jarang diperlukan
} Bradikardia disebabkan oleh inflasi paru tidak adekuat atau
hipoksemia berat → VTP amat diperlukan
} Bila FJ tetap < 60 kali/menit setelah VTP, O2 100% disertai
kompresi dada perlu diberi epinephrine atau cairan
penambah volume darah atau keduanya.
} Jarang-jarang diperlukan pemberian koreksi basa, antagonis
narkotik atau vasopresor.
+ Dosis dan cara pemberian epinephrine
« Panduan yang lalu menganjurkan pemberian melalui pipa
ET, karena bisa lebih cepat diberikan sebelum ada akses IV
« Penelitian hewan menunjukkan dengan dosis yang
dianjurkan melalui pipa ET tidak menimbulkan efek bermakna
(LOE 6)
« Dosis IV adalah 0,01 – 0,03 mg/kg/kali.
« Tidak dianjurkan memberikan dosis yang lebih tinggi per IV
karena pada hewan (LOE 6) dan pada kasus pediatrik (LOE 7)
terjadi hipertensi, penurunan fungsi miokard dan penurunan
fungsi neurologis.
« Dosis 0,01 – 0,03 mg/kg yang diberikan melalui pipa ET tidak
efektif, oleh karena itu harus diberikan IV (Class IIa)
« Pemberian dosis 0,1 mg/kg melalui pipa ET bisa
dipertimbangkan (Class Indeterminate), namun keamanan
dan kegunaan belum dievaluasi.
« Konsentrasi yg dianjurkan adalah larutan 1 : 10.000 (0,1
mg/ml)
+ Cairan penambah volome darah
« Cairan pilihan adalah cairan kristaloid isotonik, bukan
albumin (Class IIb, LOE 7)
« Dosis 10 ml/kg, dan bisa diulang
« Pada prematur jangan diberikan terlalu cepat. Pemberian
cairan dalam jumlah besar dan diberikan dengan cepat
berhubungan dengan kejadian perdarahan intraventrikuler.
+ Naloxone
« Pemberian setelah FJ dan warna kulit normal setelah VTP,
melalui vena atau IM.
« Tidak dianjurkan memberikan melalui pipa ET karena tidak
ada data (Class Indeterminate)
« Dosis 0,1 mg/kg. Penelitian efektifitas dosis ini pada
neonatus belum ada
« 1 laporan kasus tentang pemberian naloxone pada bayi ibu
pemakai opiat menyebabkan kejang (LOE 8)
« Waktu kerja naloxone < waktu kerja opiat
O PERAWATAN PASCA RESUSITASI
Bayi yang telah selesai di resusitasi tetap mempunyai risiko
memburuk lagi walaupun kini tanda vitalnya telah normal.
Bayi harus dirawat di ruang rawat dimana bisa dilakukan
pantauan ketat dan bisa melakukan perawatan lengkap.
+ Glukosa darah
o Hipoglikemia berhubungan dengan perkembangan neurologis
yang buruk (LOE 6)
o Pada hewan, yang mengalami hipoglikemia saat anoksia atau
hipoksik-iskemik akan terjadi infark otak yang lebih luas dan
kematian lebih tinggi.
o Penelitian klinis menunjukkan hubungan hipoglikemia dan
perkembangan neurologis setelah kejadian asfiksia perinatal
(LOE 4)
o Belum ada penelitian tentang hubungan hiperglikemia
dengan perkembangan neurologis pada neonatus.
o Berapa kisaran kadar gula darah yang berhubungan dengan
kerusakan otak yang paling kecil tidak bisa ditentukan dari
bukti-bukti yang ada.
o Bayi yang memerlukan resusitasi perlu dijaga kadar gula
darahnya dalam batas normal
+ Hipotermia buatan
o Multicenter trial : tidak ada hubungan pendinginan kepala 34-
35 C dengan penurunan keterlambatan perkembangan
neurologis pada usia 18 bulan
o Bayi dengan supresi elektrografik tidak mendapat
keuntungan dengan terapi hipotermia (LOE 2)
o Hipotermia buatan
o Penelitian multisenter terbesar kedua : bayi asfiksia dibuat
hipotermia sistemik, 33,5 C. Hipotermia berhubungan dengan
penurunan kematian yang bermakna (18%) dan penurunan
disabilitas pada usia 18 bulan
o Hipotermia ringan berhubungan dengan bradikardia dan
peninggian tekanan darah yang biasanya tidak perlu
pengobatan. Kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba akan
menyebabkan hipotensi(LOE 5)
o Pendinginan tubuh sampai 33 C akan menyebabkan aritmia,
perdarahan, trombosis dan sepsis, penelitian yang ada
sampai saat ini tidak melihat adanya hal tersebut bila suhu
tubuh bayi dibuat 33 – 34,5 C (LOE 2)
o Tidak cukup data untuk bisa menganjurkan pendinginan rutin
pada bayi asfiksia setelah resusitasi
o Harus dicegah terjadinya hipertermia pada bayi yang
mengalami hipoksik iskemik
O PANDUAN UNTUK TIDAK MELAKUKAN ATAU
MENGHENTIKAN RESUSITASI
P Morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir berlainan untuk
tiap daerah dan tiap fasilitas yang tersedia (LOE 5)
P Dari penelitian ilmu sosial diketahui bahwa orang tua ingin
lebih banyak dilibatkan dalam pengambilan keputusan
P Pendapat para pelaksana perawatan juga amat bervariasi
dalam hal keuntungan dan kerugian terapi agresif untuk bayi
asfiksia
P Tidak melakukan resusitasi
T Dimungkinkan untuk mengidentifikasi kondisi yang
berhubungan dengan kematian yang tinggi dan hasil yang
buruk sehingga tidak melakukan resusitasi dapat diterima.
T Diperlukan pendekatan yang konsisten dan terkoordinasi
antara ahli kandungan, tim neonatal dan orangtua bayi
T Berikut panduan untuk tidak melakukan resusitasi
1. Bila usia gestasi, berat lahir atau kelainan kongenital hampir
pasti bayi mati segera atau bila diperkirakan ada morbiditas
yang tinggi diantara sedikit bayi yang bisa hidup (Class IIa).
- Contoh gestasi 23 minggu, berat lahir < 400g, anensefali
atau kelainan kromosom yang tidak mungkin hidup, seperti
trisomi 18
2. Pada kondisi yang berhubungan dengan angka
kemungkinan hidup yang tinggi atau morbiditas yang dapat
diterima, maka resusitasi selalu diindikasikan (Class IIa).
Kondisi ini termasuk bayi dengn usia gestasi > 25 minggu
(kecuali bila telah diketahui ada kelainan yang berat seperti
infeksi intra-uterin atau telah terjadi hipoksia-iskemia) dan
bayi-bayi dengan malformasi kongenital
3. Pada keadaan dengan prognosis yang tidak tentu, dengan
kemungkinan hidup “borderline”, atau angka kematian tinggi,
maka keinginan orangtua untuk tetap dilakukan resusitasi
harus dipenuhi (Class Indeterminate)
P Menghentikan tindakan resusitasi
T Bayi tanpa tanda kehidupan (tidak ada denyut jantung dan
tidak ada usaha napas) setelah resusitasi 10 menit
berhubungan dengan kematian yang tinggi dan gangguan
perkembangan saraf yang berat.
T Oleh karena itu usaha resusitasi dapat dihentikan bila
setelah 10 menit usaha adekuat tetap tidak ada tanda
kehidupan