Ekonomi makro Islam tentang perspektif uang dalam islam
-
Upload
putri-indahsari -
Category
Documents
-
view
7 -
download
5
description
Transcript of Ekonomi makro Islam tentang perspektif uang dalam islam
EKONOMI MAKRO
ISLAMI
RESUME TEORI EKONOMI MAKRO ISLAMI
NAMA : Putri Indah Sari (01021381419173)
PROGRAM STUDI : Ekonomi Pembangunan
DOSEN PENGASUH : Anna Yulianita, SE, M.Si
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
EKONOMI MAKRO ISLAM
BAB 4
UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Konsep Uang Dalam Islam
Konsep uang memiliki makna yang berbeda dalam ekonomi Islam dan ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi konvensional uang sering kali memiliki arti yang saling
tertukar (bolak-balik), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.
Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu yang bersifat
flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept, sedangkan dalam
ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederic s. Mishkin, misalnya,
mengemukakan konsep Irving fisher yang menyatakan bahwa:
MV = PT
Keterangan:
M = Jumlah uang
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
Konsep fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa
uang adalah flow concept, bukan stock concept.
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari Marshall Pigou dari
Cambridge yaitu:
M = kPT
Keterangan:
M = Jumlah uang
K = 1/v
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
Kelompok Cambridge mengatakan bahwa uang adalah salah satu cara untuk
menyimpan kekayaan (store of wealth).
Dalam Islam, uang yang ketika mengalir adalah public goods (flow concept), lalu
mengendap ke dalam kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik
pribadi (private good).
B. Ekonomi Makro dengan Uang
Menurut Al-Ghazali dan Ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan
manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.
1. Uang Sebagai Ukuran Harga
Abu Ubaid (w. 224 H) menyatakan bahwa dirham dan dinar adalah nilai harga
sesuatu, sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi nilai harga keduanya. Nilai harga
adalah ukuran yang dikenal untuk mengukur harta maka wajib bersifat spesifik dan akurat,
tidak meninggi (naik) dan tidak menurun.
2. Uang Sebagai Media Transaksi
Uang menjadi media transaksi yang sah yang harus diterima oleh siapa pun
bila ia ditetapkan oleh negara. Inilah perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek.
Berlaku juga cek sebagai alat pembayaran karena penjual dan pembeli sepakat menerima cek
sebagai alat bayar.
Begitu pula dengan kartu debet, kartu kredit dan alat bayar lainnya. Pihak
yang dibayar dapat saja menolak penggunaan cek atau kartu kredit sebagai alat bayar
sedangkan uang berlaku sebagai alat pembayaran karena Negara mesahkannya. Imam
Nawawi berkata “Makruh bagi rakyat biasa mencetak sendiri dirham dan dinar, sekalipun
dari bahan yang murni, sebab pembuatan tersebut adalah wewenang pemerintah”.
3. Uang Media Penyimpanan Nilai
Ibnu khaldun mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. Ia menyatakan,
kemudian Allah Ta’ala menciptakan dari dua barang tambang, emas dan perak sebagai nilai
untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehan orang-orang di dunia
kebanyakannya.
Berbagai Jenis uang dalam sejarah uang Islam :
1. Dinar dan Ain; mata uang terbuat dari emas cetakan.
2. Dirham dan Wariq; mata uang terbuat dari perak cetakan.
3. Dirham Magsyusah; mata uang terbuat dari campuran perak dan metal lain.
4. Fulus; mata uang terbuat dari tembaga.
C. Perubahan Fungsi Uang
Fungsi uang sebagai media pertukaran dapat digunakan dan diterima sebagai alat
pembayaran, dimana sebelum ditemukan uang ataupun koin, masyarakat menggunakan
barang sebagai media transaksi pertukaran barang. Ada tiga tahap perkembangan fungsi
uang, yaitu commodity money, token money, dan deposit money.
1. Commodity Money
Kita dapat mendefinisikan commodity money sebagai medium of
exchange yang mempunyai nilai komoditi apabila komoditi tersebut digunakan bukan sebagai
uang. Sebagai medium of exchange terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan:
a. Kelangkaan (Scarcity)
Supply dari medium of exchange haruslah terbatas. Apabila tidak, maka nilai
pertukaran dari komoditi tersebut tidak ada.
b. Daya tahan (Durability)
Jelas bahwa medium of exchange harus tahan lama dan hal ini berhubungan dengan
fungsi ketiga dari uang secara konvensional yaitu sebagai store of value.
c. Nilai tinggi
Sebagai medium of exchange sangatlah nyaman apabila unit tersebut mempunyai nilai
tinggi sehingga tidak membutuhkan jumlah yang banyak (kuantiti) dalam
memerlakukan transaksi.
2. Token Money
Goldsmith (orang yang meminjamkan uang) dan para bankir menyadari bahwa
meminjam komoditi (seperti emas, perak) dan kemudian mengeluarkan tanda penerimaan
(receipt) akan menghasilkan keuntungan. Ini adalah contoh pertama dalam sejarah moneter
Inggris mengenai token money dari aktivitas lembaga keuangan. Tanda terima (receipt) yang
pertama dilakukan Goldsmith dan kemudian oleh bank menjadi medium exchange. Jelas
bahwa tanda terima oleh deposit atau bank notes yang selanjutnya disebut token
menggantikan commodity money.
3. Deposit Money
Menurut Irving Fisher (1867-19470), cheque bukan uang, tetapi hanya
merupakan order tertulis (written order) untuk mentranfer uang. Perlu dibedakan antara
transfer instrument, cheque, dan objek actual yang ditranfer yaitu bank deposit. Transfer
belum mempengaruhi bank deposit si pengiriman sampai uang tersebut dicairkan. Pada waktu
bank memberi pinjaman kepada seseorang, bank tidak memberikannya dalam bentuk tunai
(cash). Bank akan membuka account atas nama orang tersebut dengan jumlah uang senilai
pinjaman. Dengan demikian, bank membuat uang baru (deposit), melebihi dan di atas notes
dan coins (token atau legal money) yang dibuat pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan penting yang telah mengubah perbankan modern adalah kemampuan bank
deposit untuk mengubah “purveyors of money” menjadi “creator of money”.
D. Uang Dalam Fungsi Utilitas
Dalam konsep Islam , uang merupakan fungsi utilitas yang langsung. Fungsi uang
hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu berubah menjadi barag yang lain,
tidak perlu double concident needs. Uang bukanlah suatu komoditi. Jadi di dalam konsep
Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita, karena sebenarnya manfaat yang kita
dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.
E. Time Value of Money
Menghitung pertumbuhan populasi menggunakan persamaan :
Dan diadopsi kembali dalam ilmu Finance sehingga memiliki persamaan sebagai
berikut :
Namun uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak dengan
sendirinya seperti persamaan persamaan diatas.
F. Economic Value of Time
Dalam pandangan Islam, bahwasanya agama Islam tidak mengenal time value of
money. Karena Time mempunyai economic value hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan
dengan menambah faktor produksi yang lain , sehingga menjadi capital dan dapat
memperoleh return.
G. Uang Sebagai Flow Concept
Dalam Islam uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept , diibaratkan
seperti air, apabila air itu hanya mengendap (menimbun uang) akan kotor, seperti capital dan
bersifat Private Goods, sedangkan dalam ekonomi Islam uang yang sehat adalah adalah
bersifat Public Goods sehingga seperti air yang dialirkan. Saving harus dinvestasikan ke
sektor rill. Apabila tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga
dikenakan zakat.
H. Uang Sebagai Public Goods
Public Goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa
menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai public goods, uang dimanfaatkan
lebih banyak oleh masyarakat kaya, dimana uang tersebu digunakan di sektor produksi,
sehingga memberikan peluang yang lebih besar kepada orang-orang untuk memperoleh lebih
banyak uang. Oleh karena itu penimbunan (hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain
menggunakan public goods tersebut.
Pt = Po(1+r)
FV = PV (1+r)
I. Kerancuan Konsep Uang dalam Pemikiran Konvensional
Pemikiran ekonom konvensional tentang uang sangatlah beragam. Marshall-Pigou
dalam Karim berpendapat bahwa uang adalah stock concept sehingga menganggap bahwa
uang sebagai salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth), Selain itu,
Marshall-Pigou juga berpendapat bahwa manusia mempunyai individual choice yaitu
bagaimana dia menentukan dan bagaimana memegang dan memelihara asetnya, apakah
sebagian di bonds, di stock atau di money, dan sebagainya. Dalam teori moneter
konvensional, Keynes memandang bahwa individual choice seseorang itu dipengaruhi oleh
tiga motif, yaitu money for demand for transaction yang ditentukan oleh tingkat
pendapatan, money demand for precautionary yang ditentukan oleh tingkat pendapatan,
dan money demand for speculation yang ditentukan oieh tingkat suku bunga.
Sebenarnya, ada beberapa kekeliruan yang dibuat oleh Keynes, salah satunya yang
juga diprotes oleh muridnya sendiri, Tobin-Baumol. Menurut analisis Karim, secara implicit
ada perfect substitution antara money dan non-monetary asset. Diiihat dari modelnya, secara
implisit Keynes mengatakan bahwa adanya perfect substitution antara money,
bonds dan capital dalam teori konvensional dan yang disebut dengan problem of
agregation di mana diketahui ada lima pasar, yaitu:
1. Consumer Goods
2. Labor Services
3. Production (Capital) Goods
4. Bonds
5. Money
Semua ini akan berhadapan dengan:
1. Prices
2. Wages
3. Interest
Dari variabel-variabel di atas, timbul persoalan karena ada 5 (lima) pasar yang akan
dipecahkan dengan 3 harga. Untuk memecahkan persoalan ini, Keynes
menggabungkan capital goods dan bonds menjadi non-monetary asset sehingga terdapat 4
pasar dengan 3 harga. Ketika Keynes menggabungkan capital goods dan bonds menjadi satu
nama baru yaitu non-monetary asset, di situlah terjadi kekeliruan yang akhirnya membawa
implikasi jauh ke belakang ke teori-teori yang sampai sekarang. Gabungan capital
goods dan bonds diwakilkan nilainya dengan interest. Dengan demikian, secara
implisit, capital goods dan bonds dianggap perfect substitution.
Sebenarnya, seseorang bisa memegang uang dan bonds dalam waktu bersamaan.
Ketika uangnya sudah habis, dia bisa mencairkan bonds-nya yang kemudian dia bisa hidup
dari penjualan bonds, sehingga dalam teori Tobin-Baumol, kita dapat memaksimalkan selisih
(iB-TC) di mana iB adalah interest income dari bonds, dan TC adalah transaction cost. Bagi
Tobin-Baumol, money demand for precautionary tidak saja ditentukan oleh tingkat
pendapatan, namun juga ditentukan oleh tingkat suku bunga.