EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

124
EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) DisusunOleh : MUHAMMAD YUSUF NIM :1111084000058 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

Page 1: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI INDONESIA

DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

DisusunOleh :

MUHAMMAD YUSUF

NIM :1111084000058

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...
Page 3: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...
Page 4: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...
Page 5: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...
Page 6: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Muhammad Yusuf

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juni 1993

3. Alamat : Jl. Bangka IV No.50, RT 020 RW 03,

Pela Mampang, Mampang Prapatan,

Jakarta Selatan, DKI Jakarta

4. Telepon : 08561046515

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN 02 Petang Jakarta Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 141 Jakarta Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 60 Jakarta Tahun 2008-2011

4. S1 Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Tahun 2011-2015

UIN Syarif Hidayatullah

III. PENGALAMAN ORGANISASI

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Nasional “How to Get International Scholarships?”,

diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Oktober 2012.

2. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat

dengan Jurusan Sendiri”, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa

Jurusan Ilmu Ekonimi dan Studi Pembangunan (HMJ IESP) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Oktober

2013.

Page 7: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

ii

3. Bedah Buku “ Satanic Finance”, diselenggarakan oleh LDK KOMDA

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7 Mei

2014,

4. Seminar Nasional IAEI “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi

Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015”,

diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia

bekerjasama dengan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), 11

Oktober 2014.

5. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro yang

Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN) 2015”, diselenggarakan oleh Social Trust Fund UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 13 Oktober 2014.

6. Seminar Nasional “Prospek Dan Peluang Bekerja Di Perbankan

Syariah” diselenggarakan oleh Yayasan Panca Sakti Luhur Jakarta

bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, 11 April

2015.

V. PENGALAMAN KERJA

1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai divisi perlengkapan, 2014.

2. Litbang KOMPAS Gramedia sebagai surveyor dalam Survei Pemilu,

2014.

3. Transpararency International Indonesia sebagai Rapporteur dalam

Forum Gratifikasi Nasional, 2014.

4. Litbang KOMPAS Gramedia sebagai surveyor dalam Survei Indeks

Kota Kerdas Indonesia, 2015.

Page 8: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

iii

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sugiyo Futopo

2. Tempat, Tanggal Lahir : Comal, 27 Mei 1963

3. Ibu : Almh. Muharyati

4. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 12 Juni 1964

5. Alamat : Jl. Bangka IV No.50, RT 20 RW 03,

Pela Mampang, Mampang Prapatan,

Jakarta-Selatan, DKI Jakarta

6. Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Page 9: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

iv

ABSTRACT

If the talk and focus on Indonesia, to which Indonesia is a country with a Muslim majority in the world, if seen from the facts and existing rasuah case, still worth if Indonesia becomes a haven for corruptors to commit criminal acts of corruption, this is due to the weakness and not maximal governing law. Rasuah potential is still very large in Indonesia, therefore the government established the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). The purpose of this study was to determine the level of efficiency of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). The data used in this research is secondary data obtained from the annual report published by Komisi Pemberantasan Korupsi. Measurement of efficiency in this study using Data Envelopment Analysis (DEA). Input variables used in this study is the budget for the KPK and the number of deputies prosecution, while the variable output is and religiosity (religious activities) and cases handled.

Results from this study indicate that the KPK is always achieve the level of efficiency of 100 percent in the period 2010, 2012 and 2014, in other side the KPK experienced inefficiency in 2011 and 2013. On average achievement of efficiencies KPK from 2010 to 2014 amounted to 96.71 percent.

Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Komisi Pemberantasan Korupsi

Page 10: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

v

ABSTRAK

Jika bicara dan fokus pada Indonesia, yang mana Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, jika dilihat dari fakta dan kasus rasuah yang ada, masih pantaslah jika Indonesia menjadi surga para koruptor untuk melakukan tindak pidana korupsi, hal ini dikarenakan masih lemahnya dan belum maksimalnya hukum yang mengatur. Potensi rasuah masih sangat besar di Indonesia, maka dari itu pemerintahan mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh KPK. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran untuk KPK dan jumlah deputi penindakan, sedangkan variabel outputnya adalah religiusitas (kegiatan keagamaan) dan kasus yang ditangani.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KPK yang selalu mencapai tingkat efisiensi 100 persen pada periode 2010, 2012 dan 2014, di sisi lain KPK mengalami inefisiensi pada tahun 2011 dan 2013. Rata-rata pencapaian efisiensi KPK dari tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 96.71 persen.

Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Komisi Pemberantasan Korupsi.

Page 11: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Al - Wahhab Yang Maha Penganugrah, yang telah

memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan

kebenaran. Penulisan skripsi yang berjudul “Efisiensi Pada Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)” ini

disusun dalam rangka memenuhi syarat - syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Keluarga yang terbaik dan tersayang, Almarhum Ibunda Muharyati yang selama

hidupnya tidak pernah bosan mencurahkan doa di setiap sujudnya untuk

mengiringi langkah hidup penulis, dan selalu memberikan motivasi terbaik serta

perhatiannya selama ini kepada penulis. Ayahanda Sugiyo Futopo yang telah

bekerja keras demi anak - anak dan keluarga. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih untuk segala curahan kasih sayang yang tulus, perhatian, motivasi

baik moril maupun materil, serta doa - doanya yang selalu mengiringi langkah

penulis untuk meraih cita - cita yang penulis impikan.

2. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang baru semoga dapat memajukan dan mengembangkan

FEB lebih baik lagi.

3. Bapak Arief Fitrijanto M, Si, selaku Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

yang baru semoga dapat memajukan dan mengembangkan IESP lebih baik lagi.

Page 12: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

vii

4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M. Sc dan Bapak Zainail Mutaqqin M.Pp selaku

Ketua Jurusan dan Sekretaris IESP sebelumnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jakarta yang telah meluangkan waktu dan arah – arahan yang baik selama saya

berkonsultasi.

5. Bapak DR. IR. H. Roikhan Mochamad Aziz MM, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi I dan penemu rumus tuhan hahslm, yang dengan kerendahan hatinya

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang berharga,

serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih

atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.

6. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan pengetahuan guna

melancarkan penulisan skripsi ini sehingga sampai pada sidang skripsi.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan karyawanUIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Kakak penulis yaitu Gaga Angga Saputra yang selalu memberi semangat dan

menghibur dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik penulis yaitu Lulu Fauziah yang selalu menghibur dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat yang terbaik dan tersayang sejak SMP yaitu Andri Riyadi, Bobby

Hamonangan Simanjuntak, Jefry Wahyu Saputra, Raden Mohammad Denny

Saputra, dan Umar Muchtar. Terima kasih atas doa kalian dan semangat serta

dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

persahabatan ini selalu erat dan saling mendukung serta mendoakan satu sama

lain dalam menggapai impian masing - masing.

11. Sahabat yang terbaik dan tersayang sejak SMA yaitu Basori Ahmad, Langgeng

Setyo Utomo dan Rosyaleh Zakhiri. Terima kasih atas doa kalian dan semangat

serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

Page 13: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

viii

persahabatan ini selalu erat dan saling mendukung serta mendoakan satu sama

lain dalam menggapai impian masing - masing.

12. Kepada Rahma Chairunisa yang selalu mendukung dan mendoakan saya serta

memberikan semangat dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini,

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya selama ini.

13. Sahabat yang terbaik dan seperjuangan IESP 2011, Feristi Irza Rolis, Dita Nur

Amanda, Refi Kurniasari, Aldila Hapsari, Mirna Fitri, Vina Refriana, Dimas

Brianto, Dwi Nuni, Ario Wicaksono, Ziko Medri Saputra, Geo Fikri Muhammad,

Ahmad Misbahul Munir dan Risdiansyah. Terima kasih atas dukungan, semangat,

doa, serta seluruh masa indah yang kita pupuk saat senang dan sedih selama

empat tahun kuliah ini.

14. Teman - teman IESP angkatan 2011 yang penulis cintai dan tidak bisa penulis

sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk empat tahun kebersamaan dengan

kalian yang penuh warna, tanpa kalian penulis bukanlah siapa - siapa, serta tiada

kesan tanpa adanya kalian selama empat tahun ini. Semoga Allah selalu

melindungi setiap langkah kalian dalam menggapai kesuksesan dan membalas

kebaikan - kebaikan kalian.

15. Kakak jurusan IESP yaitu Virgin Ariana Pramono yang dengan kerendahan hati

telah berbagi ilmu dan memberikan bantuannya, serta dukungannya untuk penulis

selama menyelesaikan skripsi ini.

16. Kelompok KKN “Teropong” yaitu Abdil Izzat Malanovic, Indras Pian, Eko

Prayitno, Ridho Ihsani, Maryanti Wahyuningsih, Siti Noer Rahma Cahyani,

Nevisia Nindya Pradani, Uswatun Hasanah, Nurmahalia, Fahrul Ramadhan, dan

Ade Badru Tamam, terima kasih atas kerjasamanya dalam menyukseskan praktek

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Situdaun, Bogor. Semoga Allah Swt

melindungi setiap langkah kalian dalam menggapai impian masing-masing.

Page 14: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurnadikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis.Olehkarena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkankritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamua’alaikumWr. Wb.

Jakarta, 5 Juli 2015

Muhammad Yusuf

Page 15: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

x

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………. i

Abstract………………………………………………………………….. iv

Abstrak…………………………………………………………………. v

Kata Pengantar………………………………………………………… vi

Daftar Isi……………………………………………… ………………… x

Daftar Tabel…………………………………………………………….. xiii

Daftar Grafik……………………………………………………………. xiv

Daftar Lampiran……………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…….……………………………………………...... 1 B. Perumusan Masalah………………………………………………… 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 9

A. Landasan Teori……………………………………………………... 9 1. Rasuah.…………………………………………………………… 9 2. Korupsi………………………………………………………….... 10

a. Pengertian Korupsi………….……………………..…………. 10

Page 16: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

xi

b. Korupsi Dalam Hukum Islam………………………………… 11 3. Komisi Pemberantasan Korupsi…………………………………… 15

a. Pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi…………………… 15 b. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi…………...…….……... 16 c. Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi …….……………….. 17 d. Visi dan Misi Komisi Pemberantasan Korupsi……….………. 18

4. Teori Efisiensi……………………...……………………………... 19 a. Pengertian Efisiensi……………………………………………. 19 b. Efisien Dalam Hukum Islam…………………………………… 26

5. Konsep CRS dan VRS……………………………………………. 29 6. Orientasi Pengukuran Data Dengan Menggunakan Data Envelopment Analisys………………………………………………………………. 32 7. Konsep Input dan Output Dalam Pengukuran Efisiensi…………… 33 8. Data Envelopment Analysis (DEA)………………………………. 34

B. Penelitian Terdahulu………………………………………………...... 37 1. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007)………………………… 38 2. Lela Dina Pertiwi (2007)..…………...……………………..……. 38 3. Nasher Akbar (2009) ……………………...………………........... 39 4. Rakhmat Purwanto (2011) …..………………………………….... 40 5. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2012)…. 40 6. Sandi Kusuma Wardana (2013)……………………………….…… 41 7. Dian Merini (2013)………………………………………………… 42 8. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2013)…. 43

C. Kerangka Berpikir……………………………………………………... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 51

A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………… 51 B. Sumber Data…………….……………………………………………… 51 C. Metode Pengumpulan Data……..……………………………………… 51 D. Metode analisis Data…….……………..………………………………. 53

1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA)……………………….. 53 2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik……………………………….. 60

E. Variabel Operasional Penelitian………………………………………… 64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………………….. 66

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………….. 66 1. Perkembangan Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia………. 66

Page 17: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

xii

2. Perkembangan Badan Amaliah Islam KPK (BAIK)………………... 72 3. Uraian Data………………………………………………………….. 73

B. Analisis dan Pembahasan………………………………………… 80 1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi KPK……… 82

a. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2010……………… 83 b. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2011……………… 84 c. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2012……………… 85 d. Analisis Teknis Efisiensi KKP Tahun 2013…………….. 86 e. Analisis Teknis Efisiensi KPK Tahun 2014…………… 87

2. Analisis dan Interpretasi……………………………………... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 93

A. Kesimpulan………………………………………………………. 93 B. Saran……………………………………………………………… 94

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 96

Page 18: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi………………………. 2

Tabel 1.2 Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi………………………. 3

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu………………………………… 44

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir…………………………………………….. 50

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian………………………………. 65

Tabel 4.1 Input Anggaran untuk KPK………………………………... 74

Tabel 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan……………………………. 76

Tabel 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)……………………. 77

Tabel 4.4 Output Kasus yang Ditangani………...………………………. 78

Tabel 4.5 Tingkat Efisiensi KPK………………………………………... 81

Tabel 4.6 Tingkat Efisiensi KPK………………………………………… 83

Tabel 4.7 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2010 ………………...…………… 83

Tabel 4.8 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2011 ……………….…………… 84

Tabel 4.9 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2012……………………………. 85

Tabel 4.10 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2013……………………………. 86

Tabel 4.13 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2014 ….…………...……………. 88

Page 19: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Input Anggaran Untuk KPK…………………………………. 75

Grafik 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan .…………………………… 76

Grafik 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)……………………. 78

Grafik 4.5 Output Kasus yang Ditangani………….…….………………. 79

Page 20: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Input – Output KPK Tahun 2010 – 2014 …………….. 99

Lampiran 2 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2010 dengan DEAWIN .……… 100

Lampiran 3 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2011 dengan DEAWIN………. 101

Lampiran 4 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2012 dengan DEAWIN………. 102

Lampiran 5 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2013 dengan DEAWIN……...... 103

Lampiran 6 Tabel Efisiensi KPK Tahun 2014 dengan DEAWIN………. 104

Page 21: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dari berbagai Negara yang berada di belahan dunia, rasuah atau yang

dikenal dengan korupsi dianggap sebagai musuh terbesar di dalam Negara

tersebut, karena korupsi sangat bisa menghancurkan suatu sistem ataupun tujuan

yang telah dibuat dan direncanakan dengan bagus oleh suatu Negara tersebut dan

korupsi semestinya harus dilawan dan diperangi secara bersama – sama oleh

masyarakat serta pemerintahan di dalam suatu Negara, agar keadaan suatu Negara

dapat lebih baik dan dapat memenuhi dan mencapai tujuan yang ingin dicapai

oleh suatu Negara tersebut.

Jika bicara mengenai rasuah, sesungguhnya rasuah memang sudah ada

dari zaman dahulu dan perkembangannya serta prakteknya sampai sekarang

masih saja ada, hal ini dikarenakan dengan adanya budaya dan kebiasaan yang

terus - menerus diterapkan oleh masyarakat di suatu Negara dan ditambah dengan

peraturan serta hukum yang belum memberikan efek jerah bagi para pelaku

praktek rasuah di berbagai Negara, maka dari itu sekiranya hal - hal yang

menyebabkan prektek rasuah ini masih saja ada pada zaman sekarang ini.

Dewasa ini para pelaku dari praktek rasuah itu bisa dari semua kalangan,

baik yang berasal dari kalangan bawah sampai dengan kalangan atas, bahkan

melibatkan pejabat publik ataupun aparat Negara. Tentunya praktek rasuah yang

Page 22: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

2

dilakukan itu berbeda – beda, dari yang mempunyai skala kecil, sampai dengan

skala yang besar, yang mana dari melakukan suap sampai dengan mengambil

uang milik Negara demi kepentingan dan memperkaya diri sendiri. Hal ini

tentunya membuat masyarakat sangat khawatir akan hal ini, maka dari itu di

berbagai Negara, rasuah dinyatakan sebagai kejahatan yang sangat luar biasa dan

hukumannya sangat berat bagi pelakunya.

Tabel 1.1

Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi

Peringkat Negara Skor 107 Indonesia 34 126 Pakistan 29 136 Iran 27 159 Syria 20 166 Libya 18 172 Afganistan 12 173 Sudan 11

Sumber : Laporan Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2014, Transparancy

International Indonesia, Diolah

Jika merujuk dari laporan yang dikeluarkan oleh Transparency

International di tahun 2014, yang menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam

Negara yang paling rasuah ialah bukan saja Negara muslim yang tipologi nya

sekuler, tetapi juga ada Negara muslim yang merupakan neo Islam seperti

Afganistan, Iran, Libya, Pakistan dan juga Sudan. Sementara Negara muslim yang

tipologinya sekuler yang dinilai termasuk dalam Negara yang tinggi praktek

rasuahnya yaitu Indonesia, dan Syiria. Tentunya hal ini membuat para Negara

muslim sudah sepatutnya malu akan fakta dari laporan tersebut.

Page 23: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

3

Tabel 1.2

Daftar Peringkat Indeks Persepsi Korupsi

Peringkat Negara Skor 1 Denmark 92 2 New Zealand 91 3 Finlandia 89 4 Sweden 87 5 Norway 86

Sumber : Laporan Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2014, Transparancy International Indonesia, Diolah

Jika melihat pada tabel diatas pada laporan yang dikeluarkan oleh

Transparency International di tahun 2014, yang menjadi Negara yang paling

bersih dan menjauhi dari praktek rasuah merupakan Negara non muslim, yaitu

Denmark, New Zealand, Finlandia, Swedia, dan Norwegia. Sedangkan Negara

muslim jauh tertinggal di belakang, jika sudah begini berarti bisa dikatakan bahwa

Negara non muslim lebih pandai dan lebih mampu dalam menerapkan nilai – nilai

terhadap anti rasuah jika dibandingkan dengan Negara muslim sendiri.

Melihat fakta tersebut sesungguhnya sangat disayangkan sekali oleh

semua pihak yang mana, seharusnya Negara muslimlah yang mempunyai akhlak

yang bagus dan bersih dan mampu serta lebih baik dalam menerapkan nilai – nilai

anti rasuah dibandingkan Negara non muslim, namun jika merujuk pada fakta

tersebut Negara muslim sudah sepatutnya segera membenahi diri, mulai dari

membuat peraturan yang tegas sampai dengan pembekalan diri agar akhlak

indivdu di Negara muslim bisa sempurna dan agar nantinya selalu amanah dalam

menjalankan semua pekerjaan.

Page 24: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

4

Jika melihat Indonesia, rasuah memang sudah ada dan mendarah daging

sejak zaman pemerintahan terdahulu sampai dengan zaman pemerintahan

sekarang, hal inilah yang membuat rasuah harus diberantas secara keseluruhan,

karena pelaku praktek rasuah sangatlah cerdas dalam menyembunyikan berbagai

praktek rasuahnya tersebut, dari rasuah yang kerugiannya tidak diraasakan

langsung maupun yang dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat.

Jika bicara dan fokus pada Indonesia saja, yang mana Indonesia

merupakan Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, jika dilihat dari

fakta dan kasus rasuah yang ada, masih pantaslah jika Indonesia menjadi surga

para koruptor untuk melakukan tindak pidana korupsi, hal ini dikarenakan masih

lemahnya dan belum maksimalnya hukum yang mengatur, bahkan di Indonesia

masih terdapat beberapa praktek rasuah yang dilakukan oleh aparat hukum.

Kemudian hal inilah yang dengan sendirinya akhirnya membentuk opini publik

terhadap pemerintahan dan aparat Negara menjadi buruk dan cenderung tidak

percaya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintahan dan aparat Negara

tersebut.

Dari berbagai kasus rasuah yang terjadi di Indonesia kasus suap

merupakan kasus yang paling banyak ditemui dan sering terjadi di Indonesia,

mulai dari suap untuk mendapatkan sebuah jabatan maupun melakukan suap demi

kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok tertentu, tentunya hal ini

perlu disikapi secara tegas dan bersama - sama untuk menghentikan

perkembangan dari praktek rasuah yang telah meyebar ke seluruh daerah yang

ada di Indonesia ini. Suap bukanlah satu – satunya penyebab terjadinya rasuah di

Page 25: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

5

Indonesia, rasuah juga bisa terjadi dari sifat individu itu sendiri yang akhlaknya

buruk dan juga mempunyai sifat tamak atau rakus akan harta.

Sifat tamak atau rakus ini merupakan sifat yang buruk, sifat ini memang

lumrah dimiliki oleh manusia, yang mana manusia merupakan makhluk yang

tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki, dan apa yang telah

dikaruniakan oleh Allah SWT, biasanya sifat inilah yang dominan terhadap

terjadinya rasuah di Indonesia, mereka yang mempunyai sifat tamak ini hanya

memandang bahwa kesenangan dan kepuasan terletak pada melimpahnya harta

kekayaan yang dimiliki, tanpa memperdulikan dari mana asal harta kekayaan

tersebut dan juga rasuah merupakan cara yang cepat dan cara yang mudah untuk

memperoleh kekayaan.

Rasuah yang dilakukan oleh pejabat Negara dan pegawai pemerintahan

tentunya akan merugikan keuangan Negara dan juga dapat menghambat

berkembangnya suatu daerah ataupun suatu Negara karena yang seharusnya uang

yang awalnya untuk membangun ataupun untuk memperbaiki sarana prasarana,

namun banyak sekali yang diselewengkan dan digunakan untuk kepentingan

pribadi, dari tindakan segelintir orang inilah, masyarakat di suatu daerah ataupun

suatu Negara banyak yang terkena dampaknya, akibat dari perilaku tidak terpuji

yang dilakukan oleh pejabat Negara yang melakukan praktek rasuah.

Atas dasar itulah kemudian pemerintah berinisiatif untuk mendirikan

lembaga independen yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tentunya dengan adanya KPK Pemerintah berharap agar praktek rasuah dapat

Page 26: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

6

ditekan dan bahkan bisa menghilangkan praktek rasuah di Indonesia, serta juga

dapat mengembalikan dan menciptakan pemerintahan yang amanah, karena uang

yang sudah dianggarkan dapat digunakan sebaik – baiknya oleh pihak terkait dan

tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Di dalam lembaga KPK tentunya terdapat kinerja atau laporan yang mana

KPK biasa mengeluarkannya dalam bentuk laporan tahunan yang diterbitkan

hampir di setiap tahun, sekiranya bagi masyarakat perlu mengetahui bahwa

sesungguhnya telah efisien atau belum kinerja pada KPK. Jika telah diketahui

bahwa kinerja KPK telah efisien, maka KPK dapat dikatakan juga sebagai

lembaga yang amanah di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

efisiensi kinerja pada komisi pemberantasan korupsi (KPK), penulis bermaksud

mengadakan penelitian ilmiah yang dituangkan ke dalam skripsi dengan judul

“EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI

INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

(DEA)”.

Page 27: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka perumusan masalah

yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi?

2. Seberapa besar input serta output yang dapat diperbaiki guna mencapai kondisi

efisien melalaui potential improvement variable input output pada Komisi

Pemberantasan Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

b. Untuk mengetahui seberapa besar input serta output yang dapat diperbaiki

guna mencapai kondisi efisien melalaui potential improvement variable input

output pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini penulis mengharapkan dapat

memberikan manfaat untuk berbagai pihak, Adapun manfaat yang ingin diperoleh

dari penilitian ini antara lain :

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan dan

menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam

Page 28: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

8

meningkatkan pengetahuan mengenai tingkat efisiensi pada Komisi

Pemberantasan Korupsi.

b. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk

meningkatkan kualitas dan senantiasa memperbaiki perannya dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Komisi Pemberantasan

Korupsi.

c. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan berguna untuk kalangan akademis yang

dijadikan sebagai pedoman, bahan referensi atau juga untuk kajian pustaka

untuk menambah informasi bagi penelitian selanjutnya atau penelitian

lainnya yang terkait.

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

gambaran spesifik kepada masyarakat tentang tingkat efisiensi pada

Komisi Pemberantasan korupsi .

Page 29: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rasuah

Dalam kamus dewan edisi keempat (2010) terbitan dewan bahasa dan

pustaka, malaysia, kata “rasuah” dimaknai sebagai “pemberian untuk menumbuk

rusuk (menyuap, menyogok), (wang) tumbuh rusuk (sogok suap). (Kamus Dewan

Edisi keempat Malaysia 2010:1292).

Sedangkan menurut KBBI, istilah “rasywah” yang tergolong nomina (kata

benda) berarti “pemberian untuk menyogok (menyuap), uang sogok

(suap)”(KBBI; 933).

Rasuah adalah penerimaan atau pemberian suapan sebagai upah atau

dorongan untuk seseorang individu karena melakukan atau tidak melakukan

sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan tugas rasmi.Suapan terdiri daripada

wang, hadiah, bonus, undi, perkhidmatan, jawatan upah, diskaun. (Akta

Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia 2009 (ASPRM 2009) :Akta 694).

Terdapat empat kesalahan rasuah yang utama iaitu :

1) Meminta/menerima rasuah (seksyen16 & 17(a) ASPRM 2009)

2) Menawar/memberi suapan (seksyen17(b) ASPRM 2009)

3) Mengemukakan tuntunan palsu (seksyen 18 ASPRM 2009)

9

Page 30: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

10

4) Menggunakan jawatan/kedudukan untuk suapan pegawai badan awaw

(seksyen 23 ASPRM 2009)

2. Korupsi

a. Pengertiaan Korupsi

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latincorruptus, yakni berubah

dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar,

2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang

mempunyai arti yaitu busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik dan

menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi

(Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk

merujuk kepada serangkaian tindakan - tindakan terlarang atau melawan hukum

dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang

paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan

pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik.

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah

dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 20 Tahun

2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh

bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan: kerugian keuangan

negara, suap - menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan

curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal tersebut

Page 31: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

11

menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana

penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).

Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah

tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,

atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap,

illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,

nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.

b. Korupsi Dalam Hukum Islam

Tindak pidana korupsi sejatinya adalah salah satu tindak pidana yang

cukup tua usianya. Hal ini dapat ditelusuri melalui sejarah klasik Islam yaitu pada

masa Rasulullah sebelum turunnya surat Ali Imran ayat 161. Saat itu, kaum

muslimin kehilangan sehelai kain wol berwarna merah pasca perang.Kain wol

yang sebagai harta rampasan perang itu pun diduga telah diambil sendiri oleh

Rasulullah Saw. Untuk menghindari keresahan kalangan muslim saat itu, Allah

pun menurunkan surat Al Imran ayat 161 yang berbunyi :

Page 32: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

12

Artinya: “tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta

rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang

itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya

itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan

dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”.(QS al – Imran

(3):161)

Tindak pidana korupsi sangat identik dengan penyalahgunaan jabatan yang

didefinisikan sebagai perbuatan khianat dalam perspektif Islam. Karena jabatan

yang telah disandang oleh seseorang adalah sebuah kepercayaan dari rakyat yang

telah terlanjur menaruh harapan padanya atau jabatan yang langsung dibebankan

atas nama negara yang tentunya bertujuan untuk menjalankan berbagai program

yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat.

Terlebih lagi jika amanat itu menyentuh pada ranah hukum seperti pegawai

pada bidang kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dll yang berbasis kepada keadilan

yang diinginkan oleh semua pihak.Amanat yang telah diemban itulah yang

tentunya wajib untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.

Allah swt berfirman dalam beberapa ayat mengenai kewajiban

menjalankan amanat, di antaranya di dalam Al – Qur’an Surat al – Anfal yang

berbunyi:

Page 33: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

13

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al-Anfal

(8) : 27)

Amanat tentunya adalah sebuah kepercayaan yang wajib untuk dipelihara dan

disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Allah swt berfirman:

Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah

Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. an-Nisa (4) : 58)

Ayat - ayat tersebut menunjukkan adanya kewajiban menyampaikan

amanat dan memelihara amanat yang telah dibebankan kepada orang yang

dipercayanya. Sehingga apabila kewajiban yang tidak ditunaikan, tentunya

terdapat keharaman dan hukuman yang mengiringinya.

Seperti beberapa jenis, tipologi atau etimologi mengenai korupsi yang

telah disebutkan di atas, maka salah satu dari tipologi itu adalah suap menyuap,

yaitu perbuatan dengan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada orang yang

Page 34: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

14

memiliki kekuasaan agar dapat memengaruhinya atau memenuhi keinginannya.

Al-Qur’an menjelaskan mengenai keharaman melakukan suap atau korupsi dan

juga sabda Rasulullah saw mengenai pelaku suap menyuap, yaitu:

Artinya :“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu

mengetahui.” (QS. al-Baqarah (2) : 188)

Menurut Zaenal Abidin bin Syamsudin (2008:18) dalam bahasa agama,

korupsi, suap, sogok, uang pelican, money politics, pungli dan kelompok

turunannya digolongkan sebagai risywah, yakni tindakan atau perbuatan

seseorang yang memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada orang lain dengan

tujuan memengaruhi keputusan pihak penerima agar menguntungkan pihak

pemberi secara melawan hukum.

Umumnya risywah terjadi melalui kesepakatan antara dua pihak, pemberi

(risywah) dan penerima (murtasyii) suap. Namun, kadang ia juga melibatkan

pihak ketiga sebagai perantara.

Praktek risywah yang semula berakar dan tumbuh di dalam ruang

pengadilan, dalam perkembangannya menjalar dan merasuk hampir ke semua lini

Page 35: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

15

kehidupan masyarakat. Tak hanya subur di Negara kita, praktik ini juga terjadi di

Negara maju sekalipun. Padahal Nabi Muhammad SAW menegaskan, risywah

merupakan tindakan yang sangat tercela, dibenci agama dan dilaknat Allah SWT.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi

a. Pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi

Menurut Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menjelaskan Komisi Pemberantasan

Korupsi Republik Indonesia adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan

meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan

manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara

profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara

yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bebas dari kekuasaan manapun.

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi

dari lembaga - lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang - undang

menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong

Page 36: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

16

atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga - lembaga

yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.

b. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

Adapun tugas KPK adalah koordinasi dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK), supervisi terhadap

instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK, melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK, melakukan tindakan -

tindakan pencegahan TPK dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Dalam pelaksanaannya tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas,

yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan

proposionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden, DPR, dan BPK.

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi.

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak

pidana korupsi.

Page 37: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

17

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi

berwenang :

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak

pidana korupsi.

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi.

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi

kepada instansi yang terkait.

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana

korupsi.

Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi

Pemberantasan Korupsi, dapat dilihat pada Undang - Undang No. 30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

c. Struktur Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang

ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota.

Page 38: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

18

Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari

unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan

selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa

jabatan.Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.

Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang

Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan

Pengaduan Masyarakat. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang

deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris

Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia,

namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.

Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa

sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam

aktivitas dan langkah - langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan

operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi

yang diperlukan.

d. Visi dan Misi Komisi Pemberantasan Korupsi

Visi KPK di tahun 2011 - 2015 yaitu menjadi lembaga penggerak

pemberantasan korupsi yang berintegritas, efektif, dan efisien.

Misi KPK adalah sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 39: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

19

2. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap

Tindak Pidana Korupsi.

4. Melakukan tindakan - tindakan pencegahan Tindak Pidana

Korupsi.

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan

negara.

4. Teori Efisiensi

a. Pengertian Efisiensi

Hendri Tanjung dan Abrista Devi (2013:320) menyatakan bahwa dalam

teori manajemen konvensional, kinerja organisasi dinilai dari seberapa bagus

suatu organisasi mampu meminimalkan biaya dan menciptakan kekayaan.

Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dengan

biaya serendah mungkin dan menghasilkan output kekayaan sebanyak-banyaknya

melahirkan konsep efisiensi. Berdasarkan sudut pandang perusahaan dikenal tiga

macam efisiensi, yaitu (Prasetyo, 2007):

1. Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk

mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu.

Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output

tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu

Page 40: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

20

proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang

tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.

2. Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya.

Terminology efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk

menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep

efficiency in exchange. Efisiensi pareto mengatakan bahwa input produksi

digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan

untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak - tidaknya keadaan

suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input

dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak

diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien.

3. Economic efficiency, yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan

efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis secara implicit merupakan konsep least cost

production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya

dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya di

mana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain,

untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi diakatakan efisien secara

ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi

tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

Page 41: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

21

Menurut Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011:101), secara umum

terdapat 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial, termasuk

industri perbankan yaitu :

a. Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank

dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice

bank’s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.

b. Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat efisiensi

suatu bank didasarkan pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit

maksimal pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat

keuntungan bank yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel.

Model ini sering kali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna

didalam harga input dan output ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak

satupun bank yang menentukan harga input maupun harga output sehingga bank

tidak sebagai price taking agent.

c. Alternative Profit Efficinecy seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi

pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition) dimana bank

diasumsikan memiliki market power dalam menentukan harga output namun tidak

pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka perbedaan yang

paling menonjol antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative

profit efficiency) adalah pada penentuan variabel eksogen di dalam pencapaian

keuntungan maksimum yaitu tingkat output.

Page 42: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

22

Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu

parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi

dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan output yang optimal

dengan inputnya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan”.

Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber

daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar

mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010:25).

Menurut Muharram dan Pusvitasari (2007) pengukuran efisiensi dilakukan

melalui tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Rasio: mengukur efisiensi dengan cara menghitung

perbandingan output dan dengan inout yang digunakan. Pendekatan rasio akan

dinilai efisien yang tinggi jika produksi ouput yang maksimal dengan input yang

minimal. Efisiensi = input output. Menurut Chu-Fen Li (2007) melihat

pendekatan rasio sebagai “the most critical limitation of the financial ratio is that

they fail to consider the multiple input-output”. Oleh karena itu pendekatan ini

belum mampu menilai kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh.

2. Pendekatan Regresi: pendekatan ini dalam mengukur efisiensi

menggunakan sebuh model dari tngkat output tertentu sebagai fungsi dari

berbagai tingkat input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

Y=f (X1. X2, X3, X4……….Xn)

Dimana : Y= output, X=input

Page 43: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

23

Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output karena

hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuh persamaan

regresi.

3. Pendekatan frontier: pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi

dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier non perametrik dapat

diukur dengan tes non parametric yaitu dengan menggunakan Data Envelopment

Analysis (DEA) dan Pendekatan frontier parametric dapat diukur dengan tes

parametric yaitu Stockhastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free

Analysis (DFA). Persamaan perhitungan menggunakan metode non parametric

dan metode parametric yaitu sama - sama menggunakan input dan output sebagai

variabel. Dalam penelitian ini digunakan metode parametric Data Envelopment

Analysis (DEA).

Menurut Adisasmita R. (2006), Efisiensi adalah input yang digunakan,

dialokasikan secara optimal dan baik untuk mencapai output yang menggunakan

biaya terendah. Efisiensi berarti pemanfaatan sumber daya ekonomi dengan cara -

cara paling efektif. Efektif berarti bahwa output yang dihasilkan benar - benar

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efisien dapat diartikan pula bahwa

segala input dialokasikan sedemikian rupa, hingga output dapat diproduksi dengan

biaya termurah.

Seringkali efisiensi diartikan dalam kaitannya dengan kegiatan pemerintah

yang dilaksanakan tanpa pemborosan atau dengan kehematan yang sebesar -

besarnya, atau dapat dilaksanakan secara optimal. Dilihat dari kepentingan

Page 44: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

24

masyarakat, efisiensi berarti menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

kebijakan pemerintah seharusnya diupayakan untuk menghindari pemborosan,

meningkatkan kehematan, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006, Efisien adalah pencapaian

keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan

terendah. Untuk mencapai keluaran tertentu dalam suatu sistem persaingan yang

sehat, produsen-produsen mampu menerapkan teknik - teknik produksi dengan

biaya - biaya produksi yang termurah, sehingga tercapailah efisiensi.

Namun kenyataannya banyak produsen tidak mengetahui sehingga tidak

mampu menggunakan teknik produksi yang paling murah, maka biaya

produksinya lebih tinggi, yang berarti tidak efisien. Banyak pabrik dan industri

telah menimbulkan pencemaran udara dan pencemaran air yang menimbulkan

dampak negatif terhadap masyarakat sekitarnya, berupa kerusakan kesehatan dan

harta benda.

Terjadinya ketidak efisienan dan polusi tersebut adalah akibat dari

kegagalan pasar, maka terdapat peluang bagi pemerintah untuk mengatasi dampak

negatif yang ditimbulkannya, melalui pembuatan kebijakan dan peraturan

perundang - undangan. Dalam upaya mengatasi dampak ekonomi yang negatif

tersebut, diharapkan agar pemerintah tetap waspada akan kemungkinan kegagalan

pemerintah, yaitu keadaan yang lebih parah. Penanganan dampak negatif yang

ditimbulkan oleh kegagalan pasar harus dilaksanakan secara terpadu dan

komprehensif, meliputi semua sektor/instansi yang terkait.

Page 45: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

25

Singkatnya menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2002:149) Bahwa:

“Efisiensi adalah Rasio atau perbandingan usaha atau kerja yang berhasil, dan

seluruh kerja atau pengorbanan yang dikerahkan untuk mencapai hasil tersebut

dengan kata lain, rasio antara input dan output”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Efisiensi merupakan sebuah

metode perbandingan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang ingin

dicapai oleh sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan.

Menurut Kumbhaker dan Lovell (2000), efisiensi teknis hanya merupakan

satu komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, dalam rangka

mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis.

Dalam rangka mencapai tingkat keuntungan yang maksimal, sebuah perusahaan

harus memproduksi output yang maksimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi

teknis) dan memproduksi output dengan kombinasi yang tepat dengan tingkat

harga tertentu (efisiensi alokatif).

Ditinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi, yaitu

efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut

pandang makroekonomi, sementara efisiensi teknis mempunyai sudut pandang

mikroekonomi. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan

teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Sedangkan

dalam efisiensi ekonomi, harga tidak dapat dianggap sudah ditentukan (given),

karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Sarjana, 1999).

Page 46: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

26

Menurut Farrell (1957) efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua

komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis

mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan output dengan

sejumlah input yang tersedia. Sedangkan efisiensi alokatif mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan

struktur harga dan teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian

dikombinasikan menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu

perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut dapat

meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan suatu

tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

b. Efisiensi Dalam Hukum Islam

Tujuan efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan optimal.Dalam Islam

istilah efisiensi tidak dikenal. Menekan biaya yang sebesar – sebesarnya untuk

mendapatkan keuntungan yang paling maksimal dalam teori produsen akan

berakibat pada perbuatan dzalim yang tidak bersenyawa dengan ruh Islam. Dalam

Islam, perwujudan keuntungan yang optimal dihasilkan melalui usaha yang

optimal (kerja keras) untuk menghasilkan sesuatu secara optimal dengan tetap

menjaga keseimbangan (ta’adul) dan etika syariah.

Keuntungan yang dihasilkan harus seimbang dengan kerja keras dan beban

yang dikeluarkan. Rasulullah saw dalam Khan (2008) bersabda, Al – Kharaj bid –

Dhaman (setiap keuntungan yang didapatkan harus sesuai dengan beban yang

dikeluarkan). Keseimbangan juga berarti bahwa dalam mewujudkan value added,

Page 47: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

27

produsen mesti memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk

mewujudkan optimalisasi dan keseimbangan, Islam memberikan beberapa

guidance, di antaranya :

1. Memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam

Islam menghendaki umatnya untuk bekerja memakmurkan bumi dan

memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam. Allah berfirman dalam surat

Huud ayat 61 :

Artinya : dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:

"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.

Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah

kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya)."

2. Spesialisasi Kerja

Konsep spesialisasi kerja pernah diutarakan oleh Ibnu Khaldun dalam

Muqaddimahnya. Menurutnya dengan jumlah penduduk yang semakin besar,

maka akan terjadi pembagian dan spesialisasi tenaga kerja sehingga akan

Page 48: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

28

memperbesar surplus dan perdagangan internasional. Pembagian tenaga kerja

internasional akan lebih tergantung pada perbedaan keahlian dan keterampilan

penduduk dibandingkan dengan ketersediaan sumber daya alam. Dalam Islam,

prinsip dasar tentang spesialisasi dapat ditelaah dalam hadits Nabi saw yang

menjelaskan tentang konsep itiqan dan ihsan.

3. Larangan Terhadap Riba

Salah satu cara Islam mewujudkan efisiensi dengan cara minimalisasi

biaya produksi adalah dengan pengharaman riba (bunga). Sebagai bagian dari

elemen biaya tetap dalam produksi, penghapusan Bunga akan membuat biaya

produksi lebih rendah (efisien).

4. Larangan Israf dan Tabdzir dalam produksi

Perbedaan antara israf dan tabdzir disampaikan oleh Al – Mawardi dalam

kantakji (2003). Al – Mawardi menjelaskan bahwa israf adalah kesalahan

menggunakan takaran yang tepat, sedangkan tabdzir adalah kebodohan dalam

menggunakan alokasi yang tepat. Allah berfirman dalam surat Al – An’am ayat

141 :

Page 49: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

29

Artinya : “dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang

tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam

buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama

(rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia

berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan

kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

5. Konsep CRS dan VRS

Hendri Tanjung dan Abrista devi (2013:332) menyebutkan frontier

analysis menggunakan dua pendekatan model yang umum digunakan, yaitu model

Charnes, Cooper dan Roodes (CCR) yang dikembangkan pada tahun 1978 dan

model Banker, Charnes dan Cooper (BCC) pada tahun 1984 (Coelli, et.al, 2005).

Model CCR (rasio) merupakan model yang digunakan secara luas dalam model

DEA.

1) Constant Return to Scale (CRS)

Model ini dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Roodes (Model CCR)

pada tahun 1978. Model DEA dengan ancangan CRS mengasumsikan bahwa

proses produksi mengikuti CRS, yang artinya setiap peningkatan input secara

proporsional dengan presentase tertentu akan meningkatkan output dengan

presentase yang sama. Asumsi ini hanya berlaku jika setiap unit bisnis yang

diobservasi telah berproduksi pada kapasitas maksimalnya (optimum

scale).Efisiensi dengan asumsi CRS ini menghasilkan efisiensi overall technical.

Page 50: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

30

Untuk mendapatkan skor efisiensi bagi perusahaan I( ), yang memiliki satu input

x dan satu output y, diperoleh dengan memecahkan sistem persamaan linier

sebagai berikut :

St

Keterangan:

Y =

X =

N = jumlah unit bisnis yang diobservasi

x1 = input x untuk unit bisnis 1

y1 = output y untuk unit bisnis 1

= vector dari konstan

2) Variable return to Scale (VRS)

Model kedua ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (Model

BCC) pada tahun 1984 dan merupakan model pengembangan dari model

sebelumnya, yaitu CCR.Dalam kondisi nyata, seringkali persaingan dan kendala –

kendala keuangan dapat menyebabkan suatau unit bisnis tidak beroperasi pada

skala optimalnya. Padahal asumsi CRS berlaku jika unit bisnis yang diobservasi

Page 51: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

31

beroperasi pada skala optimal. Dengan tujuan inilah, Banker, Charnes, dan

Cooper (1984) memperkenalkan model DEA VRS.

Efisiensi Teknis (TE) yang dihitung dengan model VRS ini disebut

sebagai efisiensi Teknis Murni (Pure Technical Efficiency [PTE]), yang

selanjutnya disebut efisiensi teknis. Dengan melakukan estimasi frontier

menggunakan model CRS dan VRS, maka dapat dilakukan dekomposisi Efisiensi

Teknis Keseluruhan (Overall Technical Efficiency [OTE]) menjadi Efisiensi

Teknis Murni (Pure Technical efficiency [PTE]) dan Efisiensi Skala (Scale

Efficiency [SE]). Maka perhitungan secara matematisnya adalah :

OTE = PTE x SE

Skor efisiensi DEA dengan ancangan VRS diperoleh dengan mencari

solusi sistem persamaan berikut ini, yang sebenarnya serupa dengan persamaan

pada model CRS, namun dengan menggunakan kendala konveksitas N1’ = 1,

sehingga :

Page 52: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

32

Keterangan:

Y =

X =

N = jumlah unit bisnis yang diobservasi

x1 = input x untuk unit bisnis 1

y1 = output y untuk unit bisnis 1

N1’ = N X 1 vector 1

6. Orientasi Pengukuran Data Dengan Menggunakan Data Envelopment

Analysis (DEA)

Hendri Tanjung dan Abrista Devi (2013:322) menyebutkan pengukuran

model efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu : pendekatan pada sisi

input dan pendekatan pada sisi output. Menjelaskan pendekatan ukuran efisiensi

sebagai berikut:

1) Pendekatan Sisi Input

Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab berapa banyak kuantitas

input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output

yang sama. Pendekatan input ini digunakan jika kondisi pasar sudah mengalami

tingkat “jenuh” sehingga perusahaan perlu mengetahui tingkat efisiensi dari

sumber daya yang ada saat ini.

2) Pendekatan sisi output

Page 53: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

33

Berbeda dengan pendekatan sisi input yang menjawab berapa banyak

kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas

output yang sama, pendekatan sisi output menjawab berapa banyak kuantitas

output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang sama.

Pendekatan ini digunakan pada saat kondisi pasar masih bagus sehingga produsen

diharapkan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan output dengan

input yang sama.

7. Konsep Input dan Output Dalam Pengukuran Efisiensi

Hadad, dkk (2003:3) menyebutkan ada tiga pendekatan yang biasa

digunakan dalam metode parametrik Stochastic Analysis (SFA), Distribution Free

Analysis (DFA) dan non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk

mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu

lembaga keuangan yaitu:

1) pendekatan Aset (The Asset Approach)

Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan

sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output

didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2) Pendekatan Produksi (The Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari

akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu

Page 54: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

34

mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada asset

– asset tetap dan material lainnya.

3) Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak

sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan

sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik

didefinisikan sebagai input (Sufian, 2006:38).

8. Data Envelopment Analysis (DEA)

Fase pertama diawali dengan menggunakan metode DEA oleh Farrel

(1957) untuk membandingkan efisiensi relatif dengan sampel petani secara cross

section dan terbatas pada satu output yang dihasilkan oleh masing-masing unit

sampel.

Konsep DEA kemudian dipopulerkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes

(CCR) pada tahun 1978 yang mengukur efisiensi dalam bidang teknis sebagai

rasio antara output-output tertimbang terhadap input-input tertimbang melalui

formulasi programasi linear. Fase kedua, dimulai dengan diperkenalkannya

konsep efisiensi alokasi yang membawa pada dikenalkannya konsep batas biaya

(cost frontier) di samping batas produksi (production frontier). Fase ketiga

merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep cost frontier, yaitu

pemanfaatan input dan atau output sebagai variabel kebijakan yang bias dipilih

Page 55: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

35

secara optimal oleh unit pelaku ekonomi ketika menghadapi harga pasar dalam

pasar persaingan sempurna maupun dalam pasar persaingan tidak sempurna.

Alasan penggunaan DEA, yaitu (1) pemberian bobot penilaian untuk

setiap variabel penentu kinerja dilakukan secara objektif, (2) DEA merupakan

analisis titik ekstrim yang berbeda dengan tendensi pusat, sehingga setiap

observasi atau unit kegiatan ekonomi dianalisis secara individual, (3) DEA

membentuk referensi hipotesis (virtual production function) berdasar pada data

observasi yang ada (Samubar saleh, 2000).

Menurut Insukrindo (2000) dalam Adhisty Mohammad Khariza (2009)

menyatakan bahwa terdapat tiga manfaat dari pengukuran efisiensi dengan

memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk :

a) Memudahkan perbandingan antar unit ekonomi yang sama,

b) Mengukur berbagai informasi efisiensi antar UKE sebagai bahan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, dan

c) Menentukan implikasi kebijakan dalam meningkatkan efisiensi.

Pengukuran efisiensi selama ini dengan menggunakan analisis regresi dan

analisis rasio. Analisis rasio mengukur efisiensi dengan cara membandingkan

antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Persamaan rasio akan

menunjukkan tahun efisiensi yang semakin besar apabila terjadi kondisi dimana

nilai output tetap, tetapi semakin kecil nilai input yang digunakan atau sebaliknya.

Dengan nilai input tetap semakin besar nilai output yang dihasilkan.

Page 56: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

36

Begitu pula jika nilai input semakin kecil bersamaan dengan nilai output

yang semakin besar. Kelemahan analisis rasio terlihat pada kondisi dimana

terdapat banyak input dan banyak output. Analisis DEA di desain secara spesifik

untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam kondisi terdapat

banyak input maupun banyak output, yang biasaya sulit disiasati secara sempurna

oleh tehnik analisis pengukur efisiensi lainnya (Hastarini Dwi Atmanti, 2005).

Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan

UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama.

Dalam perkembangannya, DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk

mengukur efisiensi relatif dalam penelitian pendidikan, kesehatan, transportasi,

pabrik, maupun perbankan (Sengupta, 2000 dalam Adhisty, 2009 dalam Rica

Amanda, 2010).

DEA adalah metode dan bukan model yang mana dalam hal ini dapat

dijelaskan bahwa metodologi DEA merupakan sebuah metode non-parametrik

yang menggunakan model program linear untuk menghitung perbandingan rasio

input ouput untuk semua unit yang dibandingkan. Metode ini tidak memerlukan

fungsi produksi dan hasil perhitungannya disebut nilai efisiensi relatif (Erwita

siswadi dan Wilson Arafat, 2004 dalam Dhita Triana Dewi, 2010).

Meskipun memiliki banyak kelebihan dibandingkan analisis rasio parsial

dan regresi umum, namun DEA juga memiliki keterbatasan antara lain :

a) Metode DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat

diukur.

Page 57: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

37

b) Metode DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit

lain dalam tipe yang sama dan tidak mampu mengenali perbedaan tersebut,

sehingga DEA dapat memberikan hasil yang bias. Maka diperlukan pengukuran

data base yang lebih spesifik.

c) Metode DEA berasumsi pada constant return to scale (CRS) menyatakan

bahwa perubahan proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan

perubahan proporsional yang sama pada tingkat output. Asumsi ini penting karena

memungkinkan semua UKE diukur dan dibandingkan terhadap unit isokuan

walaupun pada kenyataannya hal tersebut jarang terjadi.

d) Bobot input dan output yang dihasilkan dalam DEA sulit ditafsirkan dalam

nilai ekonomi meskipun koefisien tersebut memiliki formulasi matematik yang

sama.

B. Penelitian Terdahulu

Penulis belum menemukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

pengukuran efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggunakan

DEA. Maka dari itu, penulis melandaskan pemikiran pada beberapa penelitian

yang menggunakan DEA pada perbankan, lembaga pemerintah maupun swasta,

berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi perbankan, lembaga pemerintah

maupun swasta yang telah banyak dilakukan :

Page 58: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

38

1. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007)

Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di

Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (periode tahun

2005)”.Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan

biaya operasional lain, sedangkan output yang digunakan adalah pembiayaan,

aktiva lancar, dan pendapatan operasional lain. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bank-bank syariah di indonesia periode 2005.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi

anatara BUS dan UUS tidak ada perbedaan efisisnsi antara bank syariah BUMN

dan bank syariah non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah

swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya bank BTN syariah, bank

Niaga syariah, dan bank permata syariah selalu mencapai nilai efisiensi 100

persen selama periode pengamatan.

2.Lela Dina Pertiwi (2007)

Penelitian ini berjudul “Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Daerah di

Provinsi Jawa Tengah” Penelitian tersebut menggunakan metode DEA dengan

objek penelitian kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 1999 - 2002,

menggunakan dua variabel, yaitu variabel input dan variabel output. Variabel

input terdiri dari belanja pemerintah daerah untuk bidang pendidikan dan

kesehatan, sedangkan variabel output terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah untuk pendidikan dan angka harapan hidup untuk kesehatan.

Page 59: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

39

Menurut hasil dari penelitian ini ialah bahwa Efisiensi pengeluaran

pendidikan di setiap Kabupaten di Jawa Tengah cenderung belum

efisien.Sedangkan untuk pengeluaran kesehatan hanya satu jota yang mengalami

kondisi efisien yaitu Kota Salatiga (100%).

3. Nasher Akbar (2009)

Penelitian ini berjudul “Analisis Efisiensi organisasi Pengelola Zakat

Nasional Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis”.Tujuan dari

penelitiaan ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi Organisasi Pengelola

Zakat, sehingga dapat diketahui manakah OPZ yang paling efisien. Diharapkan

dari studi ini akan ditemukan variabel – variabel yang bekerja inefisien dan

seberapa besar variabel – variabel tersebut dapat ditingkatkan efisiennya. Analisis

data yang digunakan adalah non-parametric analisis metodologi Data

Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dibagi menjadi variabel input dan variabel output. Variabel input terdiri dari biaya

personalia, biaya sosialisasi, dan biaya operasional lainnya, sedangkan variabel

outputnya terdiri dari dana terhimpun dan dana tersalurkan.

Berdaskan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja OPZ pada tahun 2005

lebih baik dari tahun 2006 dan 2007. Hal ini didorong oleh tingginya dana

terhimpun untuk bantuan tsunami pada tahun 2005. Di samping itu, telah terjadi

kenaikan tingkat efisiensi dari tahun 2006 ke 2007 baik secara VRS, CRS dan

Skala.

Page 60: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

40

4. Rakhmat Purwanto (2011)

Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum

Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010)”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pada 21 bank-bank di indonesia

yang terdiri dari 10 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank Umum

Syariah (BUS) selama periode 2006-2010 dengan menggunakan Data

Envelopment Analysisi (DEA).

Variabel input yang digunakan adalah jumlah simpanan, jumlah asset dan

biaya tenaga kerja. Sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiyaan

dan laba operasional. Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukkan

bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami

peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83,29

persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukkan bahwa BUS

sedikit lebih baik dari BUK di indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian

hipotesis uji bedamenggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode

tahun 2006 - 2010.

5. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2012)

Penelitian ini berjudul “Efficiency of Zakat Institutions In Malaysia: An

Application of Data Envelopment Analysis”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat efisiensi lembaga zakat di Malaysia. Metode yang digunakan

Page 61: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

41

dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Variable input

yang digunakan adalah No. of staff dan total expenditures, sedangkan variable

output yang digunakan adalah total collection, total distribution, dan No. of zakat

payers. Hasil dari penelitian ini adalah lembaga zakat di Malaysia telah

menunjukkan efisiensi teknis rata-rata 80,6% dan juga inefisiensi teknis murni

mendominasi skala efek inefisiensi dalam menentukan efisiensi teknis lembaga

zakat di Malaysia.

6. Sandi Kusuma Wardana (2013)

Penelitian ini berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan dengan

Pendekatan Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mrnganalisis kinerja fisiensi dari 13 bank komersial di

indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan penelitian periode

2005-2011 dan memenuhi kriteria yang telah diharapkan. Analisis data yang

digunakan adalah non parametric analisis metodologi Data Envelopment Analysis

(DEA).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi manjadi variabel

input dan variabel output. Variabel input terdiri dari salary expense (biaya

personalia), fixed asset (aktiva tetap), interest expense (biaya bunga), non interest

expense (biaya diluar bunga), dan purchase fund (pembelian suratberharga).

Sedangkan variabel output terdiri dari earning asset (aktiva produktif), interest

income (pendapatan bunga), dan non interest income (pendapatan non bunga).

Page 62: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

42

Menurut hasil tingkat efisiensi tidak berubah banyak antara 2005 dan

2011.Skor efisiensi mencapai tingkat atas pada tahun 2011 untuk semua bank.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam efisiensi

antara bank umum yang dimiliki Negara dan bank umum swasta nasional di

indonesia.

7. Dian Merini (2013)

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik di

Kawasan Asia Tenggara: Aplikasi Data EnvelopmentAnalysis (DEA)”. Penelitian

ini mengulas tentang teknis efisiensi pengeluaran pemerintah sektor publik yang

terdiri dari sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur di kawasan Asia

Tengagara.

Variabel input yang digunakan yaitu Pengeluaran Pemerintah Sektor

Kesehatan, Anggaran Pendidikan, dan Infrastruktur, sedangkan variabel output

yaitu Angka Harapan Hidup(AHH)& Angka Kematian Bayi(AKB) (Kesehatan),

Indeks Pendidikan & Angka partisipasi kasar sekolah menengah (Pendidikan),

Konsumsi Listrik perkapita, akses sanitasi, akses air bersih, persentase jalan

beraspal, dan akses internet (Infrastruktur).

Hasil analisis menunjukan bahwa Negara Singapura menjadi Negara yang

mempunyai nilai efisiensi tertinggi, sedangkan Malaysia, Thailand, Brunei

Darussalam, dan Vietnam tidak mencapai kondisi efisien melalui teknik

pengeluaran publiknya. Cambodja dan Laos memiliki nilai efisien yang tinggi

hanya tidak efisien dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan. Kemudian,

Page 63: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

43

Indonesia dan Phillipines dapat meningkatkan derajat efisiensi dengan cara

melakukan pengurangan input pada tingkat output yang tetap melalui alokasi

anggaran yang tepat sasaran dan atau sebaliknya meningkatkan ouput pada tingkat

input yang tetap.

8. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2013)

Penelitian ini berjudul “Determinants of Efficiency of Zakat Institutions in

Malaysia: A Non-parametric Approach”. Penelitian ini meneliti produktivitas dan

efisiensi lembaga zakat di Malaysia selama periode 2003-2007.Tujuan penelitian

ini adalah untuk memeriksa efisiensi lembaga zakat di Malaysia dengan memulai

studi tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap efisiensi lembaga zakat di

Malaysia dengan harapan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan

kinerja lembaga zakat di Malaysia.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non parametric dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dibagi

menjadi variable input dan varibel output. Variable input terdiri No. of staff, Total

Expenditure, sedangkan variable output terdiri dari Total collection, total

distribution, no. of zakat payers. Hasil penelitian ini adalah produktifitas lembaga

zakat di Malaysia telah meningkat pada tingkat rata-rata 2,4 persen selama

periode penelitian. Peningkatan ini disebabkan oleh kemajuan teknis (TECHCH)

dari 3,5 persen sementara perubahan efisiensi (EFFCH) memberikan kontribusi

perubahan negatif (-0.1%).

Page 64: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

44

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan

1. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007

Analysis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (periode tahun 2005)

Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil analisis menggunakan metode Data Envelopment Analysis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya bank BTN syariah, bank Niaga syariah, dan bank permata syariah selalu mencapai nilai efisiensi 100 persen selama periode pengamatan.

Persamaan: Sama-sama menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

Perbedaan: Meneliti efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda. Serta periode waktu yang diteliti berbeda.

2. Lela Dina Pertiwi (2007)

Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah

Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut hasil penelitian menggunakan Data Envelopment Analysis dalam periode 1999 – 2002 menunjukkan bahwa efisiensi pengeluaran pendidikan di setiap Kabupaten di Jawa Tengah cenderung belum efisien. Sedangkan untuk pengeluaran kesehatan hanya kota yang mengalami kondisi efisien yaitu Kota Salatiga (100%).

Persamaan: Sama-sama menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan sama – sama meneliti lembaga pemerintah.

Perbedaan: Meneliti efisiensi pada

Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda. Serta periode waktu yang diteliti berbeda, yaitu dari tahun 2010 – 2014.

3. Nasher Akbar (2009)

Kinerja OPZ pada tahun 2005 lebih

Data Envelopment

Kinerja OPZ pada tahun 2005 lebih baik dari tahun

Persamaan: Sama-sama menggunakan

Page 65: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

45

baik dari tahun 2006 dan 2007. Perhitungan terhadap sembilan OPZ tahun 2007 dengan asumsi CRS (orientasi input dan output), menunjukkan hanya 2 OPZ yang efisien, yakni BMM dan Bamuis BNI. OPZ yang paling banyak dijadikan benchmark adalah Bamuis BNI.

Analysis (DEA)

2006 dan 2007. Perhitungan terhadap sembilan OPZ tahun 2007 dengan asumsi CRS (orientasi input dan output), menunjukkan hanya 2 OPZ yang efisien, yakni BMM dan Bamuis BNI. OPZ yang paling banyak dijadikan benchmark adalah Bamuis BNI.

Data Envelopment Analysis (DEA) perbedaan: Hanya menganalisis efisiensi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia periode 2010-2014. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda. Serta periode waktu yang diteliti berbeda.

4. Rakhmat Purwanto (2011)

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010)

Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukkan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83.29 persen untuk BUK dan 89.3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukkan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di indonesia dalam hal efisiensi. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakanindependent sample t- test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara BUK dan BUS selama periode tahun 2006-2010

Persamaan: Sama-sama menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

Perbedaan: Hanya menganalisis efisiensi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia periode 2010-2014. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda. Serta periode waktu yang diteliti berbeda.

5. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman

Efficiency of Zakat Institutions In Malaysia: An Application of Data Envelopment

Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil dari penelitian ini adalah lembaga zakat di Malaysia telah menunjukkan efisiensi teknis rata-rata 80,6% dan

Persamaan: Sama-sama menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

Page 66: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

46

(2012) Analysis juga inefisiensi teknis murni mendominasi skala efek inefisiensi dalam menentukan efisiensi teknis lembaga zakat di Malaysia.

Perbedaan: Yang diteliti ialah efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan periode waktu 5 tahun, dari tahun 2010 sampai 2014. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda.

6. Sandi Kusuma Wardana (2013)

Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan dengan Pendekatan Non Parametrik Data Envelompment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis menunjukkan bahwa tidak berubah banyak antara 2005 dan 2011, skor efisiensi mencapai tingkat atas pada tahun 2011 untuk semua bank. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam efisiensi antara bank yang dimiliki Negara dan bank umum swasta nasional di Indonesia.

- Persamaan: Sama-sama menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

- Perbedaan: Yang diteliti ialah efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan periode waktu 5 tahun, dari tahun 2010 sampai 2014. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda. Serta periode waktu yang diteliti berbeda.

7. Dian Merini dan Putu Mahardika Adi Saputra (2013)

Analisis Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik di Kawasan Asia Tenggara: Aplikasi Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis menunjukkan bahwa Negara Singapura menjadi Negara yang mempunyai nilai efisiensi tertinggi, sedangkan Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Vietnam tidak mencapai kondisi efisien melalui teknik pengeluaran publiknya.

Persamaan: Sama- sama menganalisis efisiensi mengguanakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan sama – sama meneliti lembaga pemerintah.

Perbedaan: Meneliti efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Variabel input (anggaran

Page 67: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

47

Cambodja dan Laos memiliki nilai efisien yang tinggi hanya tidak efisien dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan. Kemudian, Indonesia dan Phillipines dapat meningkatkan derajat efisiensi dengan cara melakukan pengurangan input pada tingkat output yang tetap melalui alokasi anggaran yang tepat sasaran dan atau sebaliknya meningkatkan ouput pada tingkat input yang tetap.

untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda.

Penelitian ini bertujuan tidak jauh berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu

untuk menganalisis efisiensi pada komisi pemberantasan korupsi (KPK) di

Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

Namun, terdapat perbedaan antara lain seperti objek penelitian, variabel yang

8. Norazlina Abd. Wahab dan Abdul Rahim Abdul Rahman (2013)

Determinants of Efficiency of Zakat Institutions in Malaysia: A Non-parametric Approach

Data Envelopment Analysis (DEA)

Hasil penelitian ini adalah produktifitas lembaga zakat di Malaysia telah meningkat pada tingkat rata-rata 2,4 persen selama periode penelitian. Peningkatan ini disebabkan oleh kemajuan teknis (TECHCH) dari 3,5 persen sementara perubahan efisiensi (EFFCH) memberikan kontribusi perubahan negatif (-0.1%).

Persamaan: Sama- sama menganalisis efisiensi mengguanakan Data Envelopment Analysis (DEA).

Perbedaan: Meneliti efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Variabel input (anggaran untuk KPK, jumlah deputi penindakan) dan output (religiusitas, jumlah kasus yang ditangani) yang digunakan berbeda.

Page 68: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

48

dipakai dan tahun pengamatan yang digunakan secara purposive sampling.

Periode tahun pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010

- 2014, sedangkan variabel yang digunakan dalam menganalisis efisiensi pada

komisi pemberantasan korupsi (KPK) yaitu variabel input ialah anggaran untuk

KPK dan jumlah deputi penindakan. Sedangkan variabel output ialah religiusitas

(kegiatan keagamaan) dan jumlah kasus yang ditangani.

C. Kerangka Berfikir

Semakin berkembangnya teknologi dan bertambahnya kemampuan para

koruptor dalam menyembunyikan kasus korupsinya, lembaga Komisi

Pemberantasan Korupsi harus terus mengoptimalkan input yang ada untuk

menghasilkan ouput yang maksimal.

Penelitian ini akan mengukur efisiensi menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Analisis ini kemudian akan menghasilkan

perumusan frontier interaksi antara input dalam mempengaruhi output yang

dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan

menentukan nilai efisiensi, sehingga akan dapat dilihat apakah lembaga Komisi

Pemberantasan Korupsi itu efisien atau inefisien.

Selanjutnya adalah tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu penentuan

populasi, populasi pada penelitian ini adalah lembaga Komisi Pemberantasan

Korupsi. Setelah terpilih sampel, selanjutnya mengumpulkan data - data yang

lengkap mengenai Anggaran Untuk Komisi pemberantasan Korupsi, Jumlah

Deputi Penindakan, Jumlah Kasus yang Ditangani, dan Religiusitas (Kegiatan

Page 69: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

49

Keagamaan) berdasarkan sampel dimulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2014.

Setelah data terkumpul dan dimasukkan dengan menggunakan Microsoft

Excel maka selanjutnya dilakukan pegukuran efisiensi dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Setelah diketahui nilai efisiensi lembaga Komisi

Pemberantasan Korupsi. Kemudian dari hasil tersebut akan diketahui seberapa

besar input serta output yang dapat diperbaiki guna mencapai kondisi efisien pada

variabel input maupun output pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Page 70: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

50

Tabel 2.2

Kerangka Berpikir

Laporan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2010 - 2014

Variabel Input

Anggaran untuk KPK

Jumlah Deputi Penindakan

Variabel Output

Religiusitas (kegiatan agama)

Jumlah Kasus yang ditangani

Hasil dan Intepretasi

Kesimpulan dan Saran

Pengukuran Efisiensi dengan Metode Data Envelopment

Analysis (DEA)

Page 71: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi dan data yang

digunakan adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data yang

berbentuk angka (numeric). Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu lima

tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Objek penelitian ini adalah Komisi

Pemberantasan Korupsi yang ada di Indonesia.

B. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2010 sampai dengan 2014.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi

dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur - literatur dan laporan

tahunan yang dipublikasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini dengan

cara membaca dari berbagai sumber seperti buku, jurnal dan karya ilmiah

lainnya.Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi internet

(Internet Research) dimana penulis menggunakan alat informasi digital guna

51

Page 72: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

52

melengkapi informasi yang belum dapat didapatkan melalui buku-buku atau

literatur yang tersedia dengan membaca melalui sarana informasi internet.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi yang dipublikasi oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi selaku lembaga yang bersangkutan di Negara Indonesia

selama periode 2010 - 2014. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Anggaran Untuk KPK diperoleh dari laporan keuangan dan aset dalam laporan

tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan selama periode

pengamatan.

b. Jumlah Deputi Penindakan diperoleh dari laporan manajemen sumber daya

manusia dalam laporan tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi yang

bersangkutan selama periode pengamatan.

c. Religiusitas (kegiatan keagamaan) diperoleh dari laporan tahunan mengenai

kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh Badan Amaliah Islam KPK (BAIK)

selama periode pengamatan.

d. Jumlah kasus yang ditangani diperoleh dari laporan penindakan dalam laporan

tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan selama periode

pengamatan.

Page 73: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

53

D. Metode Analisis Data

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana jenis data

yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menjadi objek dalam penelitian ini. Untuk

menghitung tingkat efisiensi, penulis menggunakan teknik analisis data yaitu

dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang

merupakan metode non parametrik yang diperuntukkan untuk menilai efisiensi

relatif pada suatu unit operasional, melalui perhitungan nilai efisiensi dari setiap

unit dalam suatu kumpulan data.

Dalam proses pengolahan data penulis menggunakan perangkat lunak yaitu

software DEAWIN.exe. Dimana DEAWIN.exe yang merupakan metode yang

telah tersandarisasi sebagai alat untuk pengukuran efisiensi kinerja suatu aktifitas

unit ekonomi yang telah dikembangkan oleh peneliti di Universitas Diponegoro

oleh Indah Susilowati dkk (2004). Dalam penelitian ini juga menggunakan

perangkat lunak lainnya untuk mengolah data yaitu Microsoft Excel sebagai

perangkat lunak pendukung.

1. Metode Data Envelopment Analisys (DEA)

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis efisiensi

Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia selama periode 2010 -2014 dengan

metode non parametric khususnya DEA.

DEA dikembangkan pertama kali oleh Farrel (1957) yang mengukur

efisiensi teknis satu input dan satu output menjadi multi input dan multi output,

Page 74: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

54

menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif sebagai rasio input (single virtual

input) dengan output (single virtual output). Alat analisis ini dipopulerkan oleh

beberapa peneliti lainnya, diantaranya (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari,

2009:56):

a. Charnes-Cooprt-Rhodes (1978)

Para peneliti ini pertama kali menentukan model DEA CCR (Charnes-

Cooper-Rhodes) pada tahun 1978. Menurut Harjum Muharam dan Pusvitasari

(2007), model ini mengasumsikan adanya Constant Return to Scale (CRS). CRS

adalah perubahan proposional yang sama pada tingkat input akan menghasilkan

perubahan proposional yang sama pada tingkat output (misalnya: penambahan 1

persen input akan menghasilkan penambahan 1 persen output).

b. Bankers, Charnes dan Cooper (1984)

Beberapa peneliti ini mengembangkan lebih lanjut model DEA BCC

(Bankers, Charnes dan Cooper) paada tahun 1984. Harjum Muharam dan

Pusvitasari (2007) menyebutkan bahwa model ini mengasumsikan adanya

Variable Return to Scale (VRS). VRS adalah semua unit yang diukur akan

menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output dan adanya anggapan

bahwa skala produksi dapat mempengaruhi efisiensi. Hal inilah yang

membedakan dengan asumsi CRS yang menyatakan bahwa skala produksi tidak

mempengaruhi efisiensi. Teknologi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi VRS, sehingga membuka kemungkinan skala produksi

mempengaruhi efisiensi.

Page 75: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

55

Metode DEA merupakan sebuah metode frontier non parametric yang

menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio output

dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah populasi (Abidin

dan Endri,2009:25). Perhitungan DEA ini akan dibantu dengan paket-paket

software efisiensi secara teknis, seprti Banxia Frontier Analysis (BFA), Warwick

for Data Envelopment Analysis (WDEA), dan MaxDEA. Penelitian ini akan

menggunakan bantuan WDEA. Pada intinya software-software tersebut akan

menunjukkan pada hasil yang sama.

Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi kekurangan

analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi

relative suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dengan menggunakan input dan

output lebih dari satu.

Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibandingkan

dengan UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang

sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linier fraksional untuk

mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linier

dengan nilai bobot dari input dan output (Sutawijaya dan Lestari, 2009:56).

Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari

total output tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total

wighted input) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE (Muharam dan

Pusvitasari,2007:90).

Page 76: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

56

Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel -

variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi

yang disyaratkan.

Adapun kedua kondisi yang sisyaratkan yaitu, (Silkman,1986; Nugroho,

1995 dalam Huri dan Susilowati,2004:102):

a. Bobot tidak boleh negatif.

b. Bobot harus bersifat universal.

Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan

seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted

output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted

output/total weighted input ≤ 1) (Muharam dan Pusvitasari,2007:90).

Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama

dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari

1, maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau mengalami

inefisiensi (Silkman,1986;Nugroho, 1995 dalam Huri dan Sosilowati, 2004:102).

Disamping mengukur tingkat efisinesi relative suatu UKE terhadap UKE

dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan

ukuran peningkatan potensial (potential improvement) dari masing - masing input

dan output (Endri,2011:19).

Page 77: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

57

Dalam penggunaan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ada

beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu (Hendri Tanjung dan Abrista Devi,

2013:338-339):

1) Menentukan DMU

Sebagaimana telah dijelaskan diawal bahwa DMU merupakan unit operasional

yang akan dijadikan sebagai entitas pengambilan keputusan atau unit bisnis yang

akan diuji tingkat efisiensinya. DMU dapat berupa perusahaan yang profit

oriented maupun non-profit oriented (charity). Contoh dari DMU antara lain :

Profit Center, Unit bisnis, strategic business Unit, cabang, outlet, tim, divisi, dan

sebagainya.

2) Menentukan Pendekatan

Pada umumnya penentuan pendekatan ini tidak ada teori khusus yang harus

diikuti.Pencapaian dari tujuan operasional pada tiap-tiap unit dijadikan sebagai

pendekatan untuk mengukur “good performance”. Pemilihan pendekatan ini akan

mempengaruhi pada penentuan variabel - variabel input dan output yang akan

digunakan untuk pengujian efisiensi.

3) Memilih Variabel Input - Output

Merupakan tahapan yang paling penting untuk melakukan penilaian pada setiap

DMU serta untuk menguji bahwa variabel - variabel yang digunakan mampu

menggambarkan “performa” yang akan diukur. Sehingga dalam memilih variabel

diharuskan merujuk pada literatur yang akurat.

Page 78: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

58

4) Mengumpulkan Data

Setelah semua terdefinisi (DMU, pendekatan, dan variable input - output),

tahapan selanjutnya adalah mencari dan mengumpulkan data-data. Kumpulan data

tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Jumlah DMU harus > dari jumlah total

variabel – variabel input dan output. Data dapat berupa cross-section atau data

panel.

5) Memilih Model DEA

Secara umum seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ada tiga model DEA: (1)

CCR (CRS) yang akan menghasilkan overall technical efficiency, (2) BCC (VRS)

yang akan menghasilkan pure technical efficiency, (3) CCR/BCC menghasilkan

nilai scale efficiency. Penetapan model DEA ini juga akan mempengaruhi analisis

selanjutnya apakah berorientasi pada input atau output. Jika memilih orientasi

input, maka tentunya cenderung digunakan untuk meningkatkan aktifitas internal,

sedangkan jika berorientasi pada output untuk mengoptimalkan eksternal.

6) Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesis dan analisis

Data yang sudah disusun dalam bentuk tabel pada Microsoft excel lalu diimport

ke dalam software frontier analisis. Software dengan sendirinya akan melakukan

sintesis pada data dari setiap variabel input dan output untuk setiap DMU. Hasil

sintesis kembali di export ke Microsoft excel untuk dilakukan analisis. Hasil

analisa dapat berupa grafik perolehan hasil overall, technical dan scale efficiency

serta grafik penilaian IRS, CRS dan DRS.

Page 79: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

59

Setiap metodologi tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan masing –

masing. Kelebihan dari penggunaan metodologi DEA di antaranya adalah

(Siswadi dan Arafat, 2005 dalam Akbar, 2009) :

a. DEA mampu menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi beberapa

Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan menggunakan banyak input dan

output.

b. Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel

input dan output sebagaimana diterapkan pada regresi biasa.

c. Dalam DEA, DMU – DMU tersebut dibandingkan secara langsung dengan

sesamanya.

d. Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda,

sebagai contoh, misalnya output 1 (X1) dapat berupa jumlah jiwa yang

diselamatkan sedangkan output 2 (X2) jumlah pendapatan yang diterima dalam

satuan rupiah, tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua variabel

tersebut.

Di samping beberapa kelebihannya, metodologi DEA juga tidak terlepas

dari beberapa kelemahan, diantaranya adalah :

a. Karena DEA merupakan sebuah extreme point technique, maka kesalahan –

kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang signifikan.

b. DEA hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU dan tidak mengukur efisiensi

absolut. Atau dengan kata lain, DEA hanya menunjukkan perbandingan penilaian

Page 80: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

60

baik dan buruk suatu DMU dibandingkan dengan sekumpulan DMU lainnya yang

sejenis.

c. Dikarenakan DEA adalah teknik non parametrik, maka uji hipotesis secara

sistematik akan sulit dilakukan.

d. Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk setiap DMU,

maka perhitungan secara manual membutuhkan waktu apalagi untuk masalah

dalam skala besar. Akan tetapi, kelemahan dari masalah ini sudah dapat teratasi

dengan adanya software frontier analys.

2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik

Teknik data envelopment analysis pada umumnya diperuntukan untuk

menilai efisiensi organisasi pada sektor publik. Pada DEA diperkenalkan istilah

Decision Making Unit (DMU) yang memprentasikan unit operasional (unit bisnis)

yang akan dinilai. Penggunaan istilah DMU ini dinilai lebih baik daripada

menggunakan istilah lainnya seperti profit center atau bussines unit , di mana

untuk menghindari pengguna dari berpikir semata – mata hanya untuk menilai

berdasarkan perspektif “keuntungan“, sehingga pengguna akan lebih fokus dalam

membuat keputusan yang performa pengukurannya mungkin saja tidak

berdasarkan pada perspektif keuntungan (profit).

Teknik pengukuran DEA dapat digunakan dalam keadaan di mana

performa diukur tidak berdasarkan pada cost/profit atau di mana ketika tidak ada

satupun informasi cost/profit yang dapat diperoleh. Pengukuran DEA adalah

Page 81: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

61

analisis pengukuran berdasarkan proses (process based analysis), atau dengan

kata lain, dapat diaplikasikan pada unit perusahaan apapun (Hussain dan

Brightman, 2005).

Efisiensi teknis lembaga pemerintah ataupun organisasi pada sektor publik

diukur dengan menghitung rasio antara output dan input, menggunakan input n

untuk menghasilkan output m yang berbeda (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57)

…………………….. Persamaan 1

Keterangan:

Es = efisiensi lembaga pemerintah

m = output lembaga pemerintah s yang diamati

n = input lembaga pemerintah s yang diamati

Yis = jumlah output ke i yang dihasilkan

Xjs = jumlah input ke j yang digunakan

Ui = s x 1 jumlah bobot output

Vj = s x 1 jumlah bobot input

Adanya penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan oleh

persamaan di atas. Rasio efisiensi (Es), kemudian dimaksimumkan dengan

kendala sebagai berikut (Sutawijaya dan Lestari, 2009:27):

Page 82: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

62

……………. Persamaan 2

Persamaan diatas menunjukkan bahwa N mewakili jumlah lembaga

pemerintah dalam sampel dan r merupakan jenis lembaga pemerintah yang

dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa

adanya rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua

berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai

dengan 1. Lembaga pemerintah diakatakan efisien, apabila memiliki angka rasio

mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan

efisiensi lembaga pemerintah yang semakin rendah. Pada DEA, setiap lembaga

pemerintah dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa

pembobotannya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik

(Sutawijaya dan Lestari, 2009:57).

Pada persamaan 1 dan 2 juga menunjukkan efisiensi sejumlah lembaga

pemerintah yang UKE (n). Setiap lembaga pemerintah menggunakan n jenis input

untuk menghasilkan m jenis output, apabila Xjs merupakan jumlah input j yang

digunakan oleh bank sedangkan Yis > 0 merupakan jumlah output I yang

dihasilkan olehlembaga pemerintah. Variabel keputusan (decision variable) dari

penjelasan tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan

output OPZ. Vj merupakan bobot n yang diberikan pada input j oleh lembaga

pemerintah dan Ui merupakan bobot yang diberikan pada output i oleh lembaga

Page 83: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

63

pemerintah, sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan. Nilai variabel ini

ditentukan melalui interasi program linier, kemudia diformulasikan pada sejumlah

s program linier fraksional (fractional linier programs). Satu formulasi program

linier untuk setiap bank dalam sample. Fungsi tujuan dari setiap prigram liniear

fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang di bagi rasio input

tertimbang (total weighted output/total weighted input) dari bank (Muharam dan

Pusvitasari, 2007:90-91).

Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam program ordinary

linier secara primal atau dual, berikut ini (Annisa Rahmayanti, 2014:48):

Keterangan:

Uo merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau negatif.

Annisa Rahmayanti (2014:47) menjelaskan bahwa pengukuran teknis

lembaga keuangan berdasarkan asumsi pendekatan frontier bisa dilakukan dengan

model Constant Return to Scale (CRS). Model ini mengasumsikan bahwa

Page 84: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

64

penambahan input dan output adalah sama. Artinya jika ada penambahan input

sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang

digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau Unit Pembuat

Keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal.

E. Variabel Operasional Penelitian

Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anggaran

untuk KPK (I1), Jumlah Deputi Penindakan (I2), supaya diperoleh kesamaan

pemahaman terhadap konsep - konsep dalam penelitian ini diperlukan penjelasan

sebagai berikut:

a. Anggaran Untuk KPK (I1) merupakan anggaran yang disediakan oleh

pemerintahan Indonesia yang bersumber dari APBN untuk digunakan oleh KPK

untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya dalam satu tahun.

b. Jumlah Deputi Penindakan (I2) adalah sejumlah orang yang terdiri dari

penyelidik, penyidik, dan penuntut umum, untuk mencari serta mengumpulkan

bukti agar membuat terang mengenai tindak pidana korupsi yang terjadi dan guna

memberantas pelaku tindak pidana korupsi.

Penelitian ini juga menggunakan variabel output yang terdiri atas

Religiusitas (kegiatan keagamaan) dan Jumlah Kasus yang ditangani. Variabel -

variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Religiusitas (kegiatan keagamaan) (O1) merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh karyawan muslim di KPK yang hampir setiap harinya ada kegiatan, di

Page 85: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

65

antaranya yaitu kajian zuhur, kajian hari – hari besar, sholat jum’at, program

tahsin, program bahsa arab, program khitan massal, program berbagi: belanja

bareng yatim (BBY) kerjasama dengan PKPU dan program bedah mushala.

b. Jumlah kasus yang ditangani (O2) merupakan jumlah seluruh kasus yang telah

berhasil ditangani oleh KPK dalam kegiatan operasionalnya dalam satu tahun.

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Pendekatan Variabel Input Variabel Output

Intermediasi - Anggaran Untuk

KPK

- Jumlah Deputi

Penindakan

- Religiusitas

(kegiatan

keagamaan)

- Jumlah kasus yang

ditangani

Page 86: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

66

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Di masa Orde Lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantasan

korupsi. Pertama, dengan perangkat aturan Undang – Undang Keadaan Bahaya,

lembaga ini disebut Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran). Badan ini

dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota, yakni Profesor

M. Yamin dan Roeslan Abdulgani. Kepada Paran inilah semua pejabat harus

menyampaikan data mengenai pejabat tersebut dalam bentuk isian formulir yang

disediakan. Mudah ditebak, model perlawanan para pejabat yang korup pada saat

itu adalah bereaksi keras dengan dalih yuridis bahwa dengan doktrin

pertanggungjawaban secara langsung kepada Presiden, formulir itu tidak

diserahkan kepada Paran, tapi langsung kepada Presiden. Diimbuhi dengan

kekacauan politik, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya menyerahkan

kembali pelaksanaan tugasnya kepada Kabinet Djuanda.

Pada 1963, melalui Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963, pemerintah

menunjuk lagi A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri

Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kasab, dibantu oleh Wiryono

Prodjodikusumo dengan lembaga baru yang lebih dikenal dengan Operasi Budhi.

Kali ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi ke

66

Page 87: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

67

pengadilan dengan sasaran utama perusahaan - perusahaan negara serta lembaga -

lembaga negara lainnya yang dianggap rawan praktek korupsi dan kolusi.

Lagi - lagi alasan politis menyebabkan kemandekan, seperti Direktur

Utama Pertamina yang tugas ke luar negeri dan direksi lainnya menolak karena

belum ada surat tugas dari atasan, menjadi penghalang efektivitas lembaga ini.

Operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan keuangan negara

kurang-lebih Rp 11 miliar. Operasi Budhi ini dihentikan dengan pengumuman

pembubarannya oleh Soebandrio kemudian diganti menjadi Komando Tertinggi

Retooling Aparat Revolusi (Kontrar) dengan Presiden Soekarno menjadi ketuanya

serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Bohari pada tahun 2001

mencatatkan bahwa seiring dengan lahirnya lembaga ini, pemberantasan korupsi

pada masa Orde Lamapun kembali masuk ke jalur lambat, bahkan macet.

Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16 Agustus

tahun 1967, Soeharto terang - terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak mampu

memberantas korupsi dalam hubungan dengan demokrasi yang terpusat ke istana.

Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan dibentuknya Tim

Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuai oleh Jaksa Agung. Namun, ternyata

ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada kebijakan Soeharto

untuk menunjuk Komite Empat beranggotakan tokoh - tokoh tua yang dianggap

bersih dan berwibawa, seperti Prof Johannes, I.J. Kasimo, Mr.Wilopo, dan A.

Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan Departemen Agama, Bulog,

CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.

Page 88: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

68

Empat tokoh bersih ini jadi tanpa taji ketika hasil temuan atas kasus

korupsi di Pertamina, misalnya, sama sekali tidak digubris oleh pemerintah.

Lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan utama. Kemudian, ketika

Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Operasi Tertib

(Opstib) dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Perselisihan

pendapat mengenai metode pemberantasan korupsi yang bottom up atau top down

di kalangan pemberantas korupsi itu sendiri cenderung semakin melemahkan

pemberantasan korupsi, sehingga Opstib pun hilang seiring dengan makin

menguatnya kedudukan para koruptor di singgasana Orde Baru.

Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J. Habibie

dengan mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme berikut

pembentukan berbagai komisi atau badan baru, seperti Komisi Pengawas

Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), KPPU, atau Lembaga Ombudsman. Presiden

berikutnya, Abdurrahman Wahid, membentuk Tim Gabungan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2000. Namun, di tengah semangat menggebu - gebu untuk memberantas

korupsi dari anggota tim ini, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung,

TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya ke UU Nomor

31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tak sama dialami oleh KPKPN, dengan

dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas KPKPN melebur masuk ke

dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya, KPK-lah

lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih eksis.

Page 89: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

69

Kemudian tepatnya pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman

Ruki, seorang alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua

KPK. Di bawah kepemimpinan Taufiequrachman Ruki, KPK hendak

memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain

untuk terciptanya jalannya sebuah "good and clean governance" (pemerintahan

baik dan bersih) di Republik Indonesia. Sebagai seorang mantan Anggota DPRRI

dari tahun 1992 sampai 2001.

KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen.Itu artinya,

dalam menjalankan tugasnya, KPK terbebas dari kepentingan dan kekuasaan

apapun. KPK bertanggung jawab kepada masyarakat dengan menyampaikan

laporannya secara terbuka kepada presiden, DPR dan BPK. Adapun tugas KPK

adalah berkoordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi (TPK), melakukan supervisi terhadap instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan TPK melakukan penyelidikan, penyidikan

dan penuntutan terhadap TPK, melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK,

dan memonitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Keberadaan KPK, yang didasari pada Undang-Undang No. 30 tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bukan untuk mengambil

alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya.

Justru, dalam penjelasannya, undang - undang itu mengamanatkan KPK juga

berperan sebagai mekanisme pemicu (trigger mechanism) yang mendorong dan

menstimulasi agar upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan oleh

lembaga - lembaga itu, menjadi lebih efektif dan efisien sehingga manfaatnya bisa

Page 90: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

70

dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas. Tidak semua tindak pidana

korupsi bisa ditangani KPK. KPK hanya bisa menangani korupsi yang melibatkan

aparat penegak hukum, penyelenggara negara (PN), dan orang lain yang memiliki

kaitan dengan TPK yang dilakukan aparat penegak hukum dan PN. Syarat

kerugian negara yang diderita, mensyaratkan paling sedikit sebesar satu miliar

rupiah. Selain dua hal itu, kasus korupsi itu juga harus mendapat perhatian dan

meresahkan masyarakat.

Dalam menjalankan tugas itu, KPK dipimpin oleh lima orang yang terdiri

dari satu orang ketua merangkap anggota, dan empat orang wakil ketua

merangkap anggota, yang berasal dari unsur pemerintahan dan unsur masyarakat.

Dalam mengambil keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial dan

berpedoman pada lima azas, yakni kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,

kepentingan umum dan proporsionalitas. Para pimpinan KPK memegang jabatan

selama empat tahun, dan dapat dipilih kembali untuk satu periode masa jabatan.

Kelima pimpinan itu, membawahkan empat bidang yang dipimpin masing-masing

oleh seorang deputi, yakni bidang Penindakan, Pencegahan, Informasi dan Data,

serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. KPK juga dibantu oleh

seorang sekretaris jenderal yang bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.

Sekretaris jenderal diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Pada aspek

kelembagaan, ketentuan mengenai struktur organisasi KPK, diatur sedemikian

rupa sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam

aktivitas dan langkah - langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan tugas

Page 91: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

71

operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi

yang dibutuhkan.

Seperti tahun 2014 ini, KPK merekrut 24 pegawai melalui program

Indonesia Memanggil ke-8, serta sebanyak 17 pegawai negeri yang dipekerjakan,

dan melakukan rekrutmen internal untuk penambahan penyelidik dan penyidik.

Sehingga, jumlah total pegawai KPK pada akhir tahun 2014 ini sebanyak 1.102

pegawai, termasuk di dalamnya 73 penyelidik, 79 penyidik dan 94 penuntut

umum. Di tengah keterbatasan sumber daya ini, KPK tetap bersemangat dalam

menjalankan amanah rakyat untuk menghapus kejahatan korupsi dari Bumi

Pertiwi.Selain itu, KPK juga kini telah memiliki gedung sendiri setinggi 16

lantai.Perkembangan per 31 Desember 2014, pembangunan gedung tersebut telah

berjalan 64 persen, dan segera memasuki pengerjaan arsitektur, interior dan

mekanikal elektrikal.

Dengan segenap sumber daya yang dimiliki, KPK terus mengoptimalkan

kinerja dalam pemberantasan korupsi agar berjalan dengan efektif dan efisien. Ini

merupakan bentuk komitmen kuat dalam menghadirkan tata kelola pemerintahan

yang baik, sebagaimana yang telah tertuang dalam road map KPK 2011 - 2023

dan rencana strategis KPK 2011 - 2015. Bagi KPK, ini semua bukan hanya

sebatas menjalankan tugas sebagaimana mandat undang - undang. Namun, ini

harus dimaknai sebagai salah satu upaya KPK, dalam menjaga dan menegakkan

integritas lembaga. Maka, atas sejumlah upaya itu telah menunjukkan hasil yang

positif. Misalnya, KPK mendapatkan predikat penilaian A pada 2014 atas evaluasi

Page 92: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

72

hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahdari Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

2. Perkembangan Badan Amaliah Islam KPK (BAIK)

Badan Amaliah Islam KPK mulai ada di tahun 2008, yang mana ada di

KPK untuk memfasilitasi ibadah para karyawan muslim di KPK dan juga

mempunyai tujuan untuk membentengi diri dari karyawan muslim dari godaan

yang mana sangat mungkin untuk dihadapi oleh karyawan muslim KPK yang

kerjaannya berkaitan dengan memberantas korupsi dan pelaku korupsi serta BAIK

juga dapat mengisi spiritual para karyawan muslim KPK untuk menunjang

kinerja. pada saat itu hanya ada kegiatan keagamaan di hari senin dan kamis saja

yaitu ada pengajian. Di tahun 2011 BAIK bekerjasama dengan BAZNAS untuk

mengelola uang yang dikumpulkan dari para karyawan muslim KPK yang mana

sebagian karyawan ada yang rela uang gajiannya dipotong 2,5% untuk

dimasukkan kedalam rekening BAIK, yang nantinya akan disetor ke BAZNAS

untuk disalurkan kepada orang yang berhak menerima zakat.

Pada tahun 2012 BAIK sudah bisa mengundang Ustadz ternama Nasional,

yang mana agenda kegiatannya masih di hari senin, rabu dan kamis yaitu kajian

dzuhur, dan di hari selasa sebagian besar dipakai untuk acara besar keagamaan. Di

tahun 2012 BAIK mengadakan kerjasama dengan PKPU yaitu dalam program

berbagi : belanja bareng yatim (BBY) dan masih bekerjasama dengan PKPU,

BAIK mengadakan program bedah Mushalla.

Page 93: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

73

Di tahun 2013 BAIK kembali bekerjasama dengan BAZNAS untuk

mengadakan khitanan massal yang pesertanya 50 orang. Di tahun ini pula

kegiatan yang diadakan oleh BAIK untuk karyawan muslim KPK hampir setiap

hari ada kegiatan, ada kajian dzuhur pada hari senin, rabu, dan kamis, di hari

selasa ada kajian hari – hari besar Islam, hari jum’at ada acara sholat jum’at

berjamaah di ruang auditorium gedung KPK.

Di tahun 2014 BAIK dipimpin oleh Bapak Sugiapto, dibantu oleh Bapak

Basuki sebagai Sekertaris, Ibu Isnaini sebagai Bendahara dan Bapak Imam

Machdi sebagai Admin. Tidak jauh berbeda agenda kegiatan BAIK di tahun ini

yaitu BAIK bekerjasama dengan Rumah Zakat untuk mengadakan khitanan

massal, di tahun ini pula kegiatan yang diadakan oleh BAIK untuk karyawan

muslim KPK hampir setiap hari ada kegiatan, ada kajian dzuhur pada hari senin,

rabu, dan kamis, di hari selasa ada kajian hari – hari besar Islam, hari jum’at ada

acara sholat jum’at berjamaah di ruang auditorium gedung KPK. Dan ada

program Tahsin, program Bahasa Arab bertempat di ruang auditorium gedung

KPK serta ada KPK mengaji yang dimulai dari awal tahun 2014.

3. Uraian Data

Penelitian ini menggunakan metode penentuan sampel yaitu purposive

sampling yang bersifat secara spesifik dimana mencerminkan Unit Kegiatan

Ekonomi (UKE) yang diteliti dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi

secara umum. Objek dalam peneltian ini adalah Komisi Pemberantasan Korupsi

Page 94: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

74

yang telah menyediakan laporan tahunan selama periode tahun 2010-2014. Objek

penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

untuk menghitung tingkat efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

yang ada di Indonesia dengan menggunakan dua variabel input yaitu: Anggaran

untuk KPK dan Jumlah Penyidik. Sedangkan variabel outputnya yaitu:

Religiusitas (kegiatan keagamaan) dan Jumlah Kasus yang Ditangani.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan memasukkan input dan output ke

dalam software DEAWIN.exe untuk diolah menjadi nilai-nilai efisiensi. Berikut

ini laporan tahunan KPK yang telah di publish dan yang dijadikan variabel input

dan output:

Tabel 4.1 Input Anggaran Untuk KPK

Variabel Input

Periode Anggaran Untuk KPK

2010 431.065.431.000

2011 540.847.708.000

2012 603.668.943.000

2013 703.876.268.000

2014 624.180.262.000

Page 95: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

75

Variabel input pertama adalah Anggaran untuk KPK. Pada Tabel 4.1

menunjukkan bahwa Anggaran untuk KPK di Indonesia dalam penelitian ini terus

mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi) dari tahun 2010 - 2014. Yang

menggambarkan adanya upaya – upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah

dalam meningkatkan pelayanan dan kinerja KPK.

Grafik 4.1 Input Anggaran Untuk KPK

Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa anggaran untuk KPK mengalami

kenaikan dan penurunan (fluktuasi) setiap tahunnya. Anggaran untuk KPK

disediakan oleh pemerintah yang berasal dari APBN untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya oleh KPK di dalam unit kerja dari berbagai deputi yang

ada di KPK dalam meningkatkan pelayanan dan kinerjanya. Jumlah dari anggaran

yang disediakan pemerintah untuk KPK sangatlah berpengaruh pada peningkatan

kinerja semua unit kerja di KPK dalam memerangi korupsi di Indonesia.

Page 96: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

76

Tabel 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan

Variabel Input

Periode Jumlah Deputi

Penindakan

2010 191

2011 266

2012 190

2013 274

2014 323

Variabel input kedua adalah Jumlah Deputi Penindakan. Pada Tabel 4.2

menunjukkan bahwa Jumlah Deputi Penindakan dalam penelitian ini terus

mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2010 - 2014 yang menggambarkan

adanya upaya – upaya yang telah dilakukan oleh KPK dalam meningkatkan

pelayanan dan kinerjanya.

Grafik 4.2 Input Jumlah Deputi Penindakan

Page 97: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

77

Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa Jumlah Deputi Penindakan

mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Jumlah Deputi Penindakan

KPK terdiri dari penyidik, penyelidik, dan penuntut umum, dan deputi penindakan

yang ada di KPK ini direkrut oleh KPK setiap tahunnya untuk meningkatkan

kinerja dalam penanganan dan penyelesaian kasus tindak pidana korupsi KPK di

Indonesia.

Tabel 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)

Variabel Input

Periode Religiusitas (kegiatan

keagamaan)

2010 184

2011 182

2012 214

2013 224

2014 220

Variabel output pertama adalah Religiusitas (kegiatan keagamaan). Pada

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Religiusitas (kegiatan keagamaan) dalam

penelitian ini terus mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2010 - 2014

yang menggambarkan adanya upaya – upaya yang telah dilakukan oleh Badan

Amaliah Islamiah KPK (BAIK) dalam meningkatkan pelayanan dan kinerja KPK.

Page 98: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

78

Grafik 4.3 Output Religiusitas (kegiatan keagamaan)

Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa Religiusitas (kegiatan keagamaan)

mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi). Jumlah kegiatan religiusitas

(kegiatan keagamaan) berasal dari agenda yang disediakan oleh Badan Amaliah

Islam KPK (BAIK), kegiatan keagamaan ini sangatlah berpengaruh untuk

menguatkan spiritual dan keimanan karyawan di semua unit kerja KPK agar bisa

melindungi karyawan dari kerjaan yang rentan dengan godaan ataupun suap.

Tabel 4.4 Output Kasus yang Ditangani

Variabel Output

Periode Kasus yang Ditangani

2010 171

2011 189

2012 212

2013 256

2014 252

Page 99: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

79

Variabel output kedua adalah Kasus yang ditangani. Pada Tabel 4.4

menunjukkan bahwa Kasus yang ditangani oleh KPK di Indonesia dalam

penelitian ini terus mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuasi) dari tahun

2010-2014 yang menggambarkan adanya upaya – upaya yang telah dilakukan

oleh KPK dalam meningkatkan pelayanan dan kinerjanya.

Grafik 4.4 Output Kasus yang Ditangani

Grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa kasus yang ditangani mengalami

kenaikan dan penurunan.Jumlah kasus yang ditangani berasal dari perkara tindak

pidana korupsi berdasarkan jenis perkara (penyuapan, pengadaan barang/jasa,

penyalagunaan anggaran dan lain – lain) dan berdasarkan tingkat jabatan yang

disalahgunakan. Kasus yang ditangani oleh KPK mempunyai kontribusi yang

besar dalam memerangi tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia.

Page 100: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

80

B. Analisis dan Pembahasan

Salah satu parameter kinerja yang secara teori adalah dengan pengukuran

efisiensi dimana yang menjadi salah satu ukuran kinerja yang mendasari seluruh

kinerja. Nilai efisiensi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam

penelitian ini diperoleh dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). DEA

akan menghasilkan nilai efisiensi relatif antar Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

yang diteliti. Penelitian ini menggunakan asumsi Constant Return To Scale (CRS)

yang berorientasi input (Input Oriented) untuk menganalisis efisiensi teknis biaya,

sedangkan berorientasi output (Output Oriented) untuk menganalisis efisiensi

teknis sistem dengan bantuan software DEAWIN.exe.

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis

adalah salah satu ukuran kinerja yang mendasari seluruh kinerja organisasi.

Efisiensi dalam dunia perbankan lazim digunakan untuk memberikan jawaban

atas berbagai kesulitan dalam menghitung berbagai ukuran kinerja (Putri dan

Lukviarman. 208:40).

Perhitungan efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di

indonesia menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini

menggunakan dua variabel input yaitu: Anggaran untuk KPK dan Jumlah Deputi

Penindakan. Sedangkan outputnya meliputi: Religiusitas (kegiatan keagamaan)

dan Kasus yang ditangani. DEA merupakan ukuran efisiensi relatif, yang

mengukur inefisinesi unit - unit yang ada dibandingkan dengan unit yang lain

yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Sehingga dalam analisis

Page 101: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

81

DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang

artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu

dan waktu tertentu (Hadad, 2003:14).

Indah Susilowati, dkk (2004:4) menyatakan bahwa dalam perhitungan

DEA, suatu periode yang menjadi frontier (sudah efisien) diasumsikan efisien bila

bernilai 100%, sedangkan yang inefisien bernilai antara 0% sampai dengan 100%.

Di samping itu terdapat pula angka actual dan angka target. Angka actual adalah

angka input - output yang dimiliki, sedangkan angka target adalah angka yang

disarankan oleh perhitungan DEA supaya input - output tersebut menjadi efisien.

Sedangkan to gain dan to achieved adalah persentase dalam penambahan angka

agar mencapai target yang dihasilkan oleh perhitungan DEA. Berikut ini adalah

tingkat efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi dari hasil olah data DEA:

Tabel 4.5 Tingkat Efisiensi KPK

Nama Lembaga

2010 2011 2012 2013 2014

KPK 100% 87.24% 100% 96.32% 100%

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa selama periode 5 tahun penelitian dapat

dijelaskan bahwa hanya KPK yang selalu mencapai nilai efisiensi 100 persen pada

tahun 2010, 2012, dan 2014, serta mengalami inefisiensi hanya pada tahun 2011

dan 2013 saja. Hal ini menunjukkan bahwa KPK sudah efisien secara relative di

setiap tahunnya. Dari hasil semua penelitian yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa KPK mengalami peningkatan dan penurunan kinerja

(fluktuatif) dari tahun ke tahun.

Page 102: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

82

Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat juga bahwa tingkat efisiensi KPK

mencapai 100% atau senilai dengan 1 pada tahun 2010, 2012, dan 2014, serta

mengalami inefisiensi hanya pada tahun 2011 dan 2013. KPK selama 5 tahun

periode penelitian mengalami fluktuasi nilai efisiensinya dari tahun 2010 sampai

dengan 2014. Dimana pada tahun 2010 nilai efisiensi yang dicapai KPK sebesar

100 persen, lalu mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 87,24 persen,

kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 100 persen, lalu

mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 96,32 persen dan pada tahun

2014 mengalami peningkatan nilai efisiensinya sebesar 100 persen. Hal ini

menggambarkan bahwa KPK masih belum memaksimalkan input dan output yang

dimiliki secara optimal dan dapat dikatakan inefisien hanya pada tahun 2011 dan

2013.

1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi KPK

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan

Constant Return to Scale (CRS) dengan menggunakan software DEAWIN.exe

untuk menunjukkan input-output yang menyebabkan efisiensi, maka diperoleh

tabel yang menunjukkan actual, target, to gain dan achieved. Nilai actual adalah

input - output yang digunakan, target adalah pencapaian yang diharapkan untuk

mencapai tingkat efisiensi relative, to gain adalah persentase untuk perbaikan dan

achieved adalah persentase tingkat efisiensi yang sudah berhasil dicapai.

Page 103: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

83

Tabel 4.6 Tingkat Efisiensi KPK

Tahun Tingkat Efisiensi

2010 100%

2011 87.24%

2012 100%

2013 96.32%

2014 100%

Mean 96.71%

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

a. Analisis Teknis Efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2010

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan software DEAWIN, dapat dilihat tingkat

efisiensi KPK pada tahun 2010 pada table 4.7 yang menggambarkan pencapaian

nilai efisiensi pada KPK.

Tabel 4.7 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2010

Variabel Actual Target To Gain

Achieved

Anggaran Untuk KPK

431.065.431.000 431.065.431.000 0.0% 100%

Jumlah Deputi Penindakan

191 191 0.0% 100%

Religiusitas (kegiatan keagamaan)

184 184 0.0% 100%

Kasus yang Ditangani

171 171 0.0% 100%

Page 104: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

84

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.7 menjelaskan bahwa KPK efisien secara relative maksimal pada

tahun 2010. Dengan kata lain, KPK sudah mencapai target dan achieved 100% di

semua variabel input dan outputnya. KPK pada tahun 2010 sudah memaksimalkan

input dan output yang dimiliki secara optimal dan dapat dikatakan efisien.

b. Analisis Teknis Efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2011

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan software DEAWIN, dapat dilihat tingkat

efisiensi KPK pada tahun 2011 pada table 4.8 yang menggambarkan pencapaian

nilai efisiensi pada KPK.

Tabel 4.8 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2011

Variabel Actual Target To Gain

Achieved

Anggaran Untuk KPK

540.847.708.000 471.815.155.890 12.8% 87.2%

Jumlah Deputi Penindakan

266 228.5 14.1% 85.9%

Religiusitas (kegiatan keagamaan)

182 182 0.0% 100%

Kasus Yang Ditangani

189 189 0.0% 100%

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa KPK pada tahun 2011 mengalami

inefisiensi. KPK mengalami inefisiensi pada input anggaran untuk KPK dan

jumlah deputi penindakan. Nilai actual anggaran untuk KPK adalah

Page 105: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

85

540.847.708.000, padahal target anggaran untuk KPK adalah 471.815.155.890,

maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12.8 persen karena pencapaian

efisiensinya baru 87.2 persen. Jumlah deputi penindakan hanya mencapai tingkat

efisiensi sebesar 85.9 persen sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar

14.1 persen, karena nilai input yang digunakan sebesar 266 padahal target jumlah

penyidik adalah sebesar 228.5.

Kesimpulannya adalah KPK tahun 2011 belum memaksimalkan input

yang dimiliki dan dapat dikatakan inefisien. Hal tersebut berarti nilai input yang

dicapai oleh KPK belum dapat meraih target yang sebenarnya.

c. Analisis Teknis Efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2012

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan software DEAWIN, dapat dilihat tingkat

efisiensi KPK pada tahun 2012 pada table 4.9 yang menggambarkan pencapaian

nilai efisiensi pada KPK.

Tabel 4.9 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2012

Variabel Actual Target To Gain

Achieved

Anggaran Untuk KPK

603.668.943.000 603.668.943.000 0.0% 100%

Jumlah Deputi Penindakan

190 190 0.0% 100%

Religiusitas (kegiatan keagamaan)

214 214 0.0% 100%

Kasus Yang 212 212 0.0% 100%

Page 106: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

86

Ditangani Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa KPK efisien secara relative maksimal pada

tahun 2012. Dengan kata lain, KPK sudah mencapai target dan achieved 100% di

semua variabel input dan outputnya. KPK pada tahun 2012 sudah memaksimalkan

input dan output yang dimiliki secara optimal dan dapat dikatakan efisien.

d. Analisis Teknis Efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2013

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan software DEAWIN, dapat dilihat tingkat

efisiensi KPK pada tahun 2013 pada table 4.10 yang menggambarkan pencapaian

nilai efisiensi pada KPK.

Tabel 4.10 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2013

Variabel Actual Target To Gain

Achieved

Anggaran Untuk KPK

703.876.268.000 677.946.158.400 3.7% 96.3%

Jumlah Deputi Penindakan

274 263.9 3.7% 96.3%

Religiusitas (kegiatan keagamaan)

224 268.8 20.0% 83.3%

Kasus Yang Ditangani

256 256 0.0% 100%

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.10 menjelaskan bahwa KPK pada tahun 2013 mengalami

inefisiensi. KPK mengalami inefisiensi pada input anggaran untuk KPK dan

jumlah deputi penindakan. Nilai actual anggaran untuk KPK adalah

Page 107: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

87

703.876.268.000, padahal target anggaran untuk KPK adalah 677.946.158.400,

maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 3.7% persen karena pencapaian

efisiensinya baru 96.3 persen. Jumlah deputi penindakan hanya mencapai tingkat

efisiensi sebesar 96.3 persen sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar

3.7 persen, karena nilai input yang digunakan sebesar 274 padahal target jumlah

penyidik adalah sebesar 263.9. Pada output juga terjadi inefisiensi pada variabel

Religiusitas (kegiatan keagamaan), mempunyai nilai actual adalah 224, padahal

target Religiusitas (kegiatan keagamaan) adalah 268.8, maka diperlukan

peningkatan efisiensi sebesar 20 persen, karena pencapaian efisiensinya baru 83,3

persen.

Kesimpulannya adalah KPK tahun 2013 belum memaksimalkan input dan

output yang dimiliki dan dapat dikatakan inefisien. Hal tersebut berarti nilai input

dan output yang dicapai oleh KPK belum dapat meraih target yang sebenarnya.

e. Analisis Teknis Efisiensi Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2014

Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant

Return to Scale) dengan menggunakan software DEAWIN, dapat dilihat tingkat

efisiensi KPK pada tahun 2014 pada table 4.11 yang menggambarkan pencapaian

nilai efisiensi pada KPK.

Page 108: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

88

Tabel 4.11 Hasil Efisiensi KPK Tahun 2014

Variabel Actual Target To Gain

Achieved

Anggaran Untuk KPK

624.180.262.000 624.180.262.000 0.0% 100%

Jumlah Deputi Penindakan

323 323 0.0% 100%

Religiusitas (kegiatan keagamaan)

220 220 0.0% 100%

Kasus yang Ditangani

252 252 0.0% 100%

Sumber : Data diolah menggunakan DEAWIN-CRS orientasi output

Tabel 4.11 menjelaskan bahwa KPK efisien secara relative maksimal pada

tahun 2014. Dengan kata lain, KPK sudah mencapai target dan achieved 100% di

semua variabel input dan outputnya. KPK pada tahun 2014 sudah memaksimalkan

input dan output yang dimiliki secara optimaldan dapat dikatakan efisien.

2. Analisis dan Interpretasi Data

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah KPK mengalami

inefisiensi hanya pada tahun 2011 dan 2013. Ketidakefisienan tersebut

dikarenakan kurang maksimalnya penggunaan input dan output. Sementara itu

KPK sudah efisien di tahun 2010, 2012 dan tahun 2014, hasil penelitian ini juga

bisa dilihat bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2011 KPK mengalami penurunan

efisiensi, lalu pada tahun 2011 ke tahun 2012 KPK mengalami peningkatan

efisiensi, kemudian pada tahun 2012 ke tahun 2013 KPK mengalami penurunan

efisiensi, sisanya dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan efisiensi,

hal ini dapat diartikan bahwa selama penelitian dilakukan, KPK mengalami

fluktuasi pada efisiensi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Page 109: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

89

KPK sudah efisien selama 2010, 2012 dan 2014, hasil penelitian ini

didukung fakta yang diperoleh dari laporan tahunan KPK pada tahun 2010,

dimana pada tahun itu KPK mendapatkan penghargaan Integrity Award dari Bank

Dunia pada acara International Corruption Hunters Alliance di Washington DC,

Amerika Serikat. Pada tahun 2012 yang diperoleh dari laporan tahunan KPK

tahun 2012, dimana pada tahun itu KPK mendapatkan penghargaan Nilai A untuk

Akuntabilitas Kinerja KPK, Predikat “WAJAR TANPA PENGECUALIAN”,

Juara 2 Realisasi Inventarisasi dan Penilaian Barang Milik Negara (IP BMN) dan

Dua Anugerah Media Humas.

Fakta yang mendukung lainnya adalah dari laporan tahunan KPK tahun

2014 yang menyatakan bahwa KPK sepanjang tahun 2014 telah mendapatkan

beberapa apresiasi ataupun penghargaan yaitu lima tahun berturut – turut, KPK

menerima penghargaan Soegeng Sarjadi Award On Good Governance. Di bidang

kehumasan, KPK meraih dua penghargaan sebagai program Public Relations (PR)

terbaik lewat ajang Indonesia Public Relations Awards & Summit 2014 (IPRASI)

dan program yang mendapat penghargaan adalah Kanal KPK. Selain itu, KPK

juga menerima penghargaan sebagai situs terbaik pertama dalam E-Transparency

Award 2014.

KPK telah bekerja penuh semangat memberantas tindak pidana korupsi

yang ada di Indonesia sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. KPK telah

banyak melakukan berbagai perbaikan yang berkelanjutan di semua deputi

ataupun unit kerja di KPK. Melalui Program Pemilu Berintegritas. KPK

mengawal pesta demokrasi Mengusung tema “Pilih yang Jujur,” agar melahirkan

Page 110: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

90

para pemimpin berintegritas pada tahun 2014 dan memberikan buku putih untuk

calon presiden dan wakilnya mengenai delapan agenda antikorupsi bagi presiden

2014 - 2019 dengan harapan, gagasan – gagasan dalam kajian tersebut dapat

dijadikan rujukan dan fundamen kebijakan bagian terpilih.

Pada tahun 2014, KPK juga meluncurkan Kanal KPK TV untuk

melengkapi strategi komunikasi, Kanal KPK TV bukan untuk menyaingi media

umum. Melalui media medium audiovisual, diharapkan masyarakat bisa lebih

mudah mencerna pesan antikorupsi. Di bidang teknologi KPK juga membuat

aplikasi teknologi untuk solusi gratifikasi, aplikasi melalui Android dan iOS pun

menjadi salah satu solusi cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait

gratifikasi. Aplikasi tersebut adalah GRATis yang merupakan aplikasi yang

digunakan sebagai media informasi dan sosialisasi tentang gratifikasi.

KPK sudah mempunyai pola perekrutan yaitu dengan cara melakukan

rekrutmen internal untuk penambahan penyelidik dan penyidik, serta merekrut

pegawai melalui program Indonesia Memanggil, yang dalam pelaksanaan tugas

operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi

yang dibutuhkan di setiap tahunnya. Dengan sumber daya yang dimiliki oleh

KPK, tentunya KPK terus mengoptimalkan kinerja dalam pemberantasan korupsi

agar berjalan dengan efisien dan efektif. Hal ini dilakukan KPK agar bisa tetap

bersemangat dalam menjalankan amanah rakyat untuk menghapus kejahatan

korupsi di Indonesia.

Page 111: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

91

Ketidakefisienan penggunaan input anggaran untuk KPK yang tidak sesuai

atau lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan oleh KPK untuk membiayai

kegiatan operasional di setiap unit kerja KPK. Besarnya anggaran untuk KPK

ditentukan oleh APBN yang dikeluarkan oleh pemerintah, kemudian masalah

pengguanaan anggaran itu sepenihnya diserahkan ke KPK untuk melaksanakan

kegiatan operasional agar selalu dapat memberantasan korupsi di Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membuat program kerja beserta

anggaran untuk satu tahun. Sehingga dengan adanya program kerja beserta

anggaran untuk satu tahun itu, anggaran untuk KPK dari APBN yang diberikan

pemerintah tersebut dapat sesuai dengan program kerja dan anggaran per tahun

yang telah KPK buat.

Ketidakefisienan yang terjadi pada jumlah deputi penindakan untuk KPK

yang tidak sesuai atau lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan oleh KPK untuk

menangani kasus yang termasuk di dalam tindak pidana korupsi. Banyaknya

kasus yang ditangani oleh satu orang penyidik saja itu bisa sampai lima sampai

enam kasus. Maka dari itu KPK senantiasa di setiap tahunnya pasti merekrut

karyawan baru untuk menambah kemampuan deputi penindakan agar bisa lebih

efektif dan efisien dalam memberantas kasus korupsi yang ada.

Ketidakefisienan yang terjadi pada penggunaan output religiusitas

(kegiatan keagamaan) yang tidak sesuai atau lebih besar yang dibutuhkan KPK

untuk menguatkan unsur spiritual ataupun kejiwaan karyawan di KPK.Kegiatan

keagamaan ini sangatlah penting untuk sering diadakan, alasannya yaitu agar

Page 112: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

92

karyawan KPK dalam menjalankan tugasnya bisa terhindar dari hal yang tidak

diinginkan seperti suap dan lainnya.

Metode DEA memiliki salah satu keunggulan selain menghasilkan nilai

efisien relative setiap UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) yaitu dengan menunjukkan

potential improvement atau tingkat perbaikan yang diperlukan dari setiap masing-

masing UKE. Perbaikan variabel input dan ouput tersebut menunjukkan tingkat

efisien UKE yang belum efisien dapat ditingkatkan atau dikurangi guna mencapai

kondisi efisien baik secara teknis biaya atau teknis sistem.

Page 113: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis efisiensi pada Komisi Pemberantasan Korupsi

dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) periode 2010-

2014 dengan pendekatan produksi dalam menentukan variabel input dan output

yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah :

1. Dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang menjadi sampel penelitian,

hanya ada 2 tahun penelitian saja yang mengalami inefisien, yaitu pada tahun

2011 yang inefisien yaitu sebesar 87.24 persen dan pada tahun 2013 yang

inefisien yaitu sebesar 96.32 persen. Sisa tahun yang ada yaitu pada tahun 2010,

2012 dan 2014 KPK selalu mencapai tingkat efisiensi 100 persen.

2. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Data Envelopment

Analysis (DEA) dengan asumsi Constant Return to Scale diketahui bahwa KPK

mengalami efisiensi selama periode 2010, 2012 dan 2014 yang membuktikan

kinerja yang baik. Terbukti dengan output yang dialokasikan telah optimal,

sedangkan hanya pada tahun 2011 dan 2013 saja yang mengalami inefisiensi,

dimana ketidakefisienan pada KPK terjadi pada semua variabel input (anggaran

untuk KPK dan jumlah deputi penindakan) dan variabel outputnya (religiusitas

(kegiatan keagamaan) ). Ketidakefisienan tersebut menunjukkan bahwa

93

Page 114: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

94

penggunaan input yang berlebih dan tidak sesuai target. Sedangkan

ketidakefisienan religiusitas (kegiatan keagamaan) menandakan bahwa output

yang dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang

ditentukan ini terbukti dari nilai efisiensinya yang 87.24 persen pada tahun 2011

persen dan nilai efisiensinya yang 96.32 persen pada tahun 2013 persen saja dari

target 100 persen.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, terdapat

beberapa saran yang dapat disampaikan:

1. Bagi KPK yang sudah efisien pada tahun 2010, 2012, 2013 dan

2014 diharapkan dapat mempertahankan tingkat efisiensinya hingga tahun-tahun

mendatang, sedangkan pada tahun 2011 yang belum efisien diharapkan dapat

memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab inefisiensi, sehingga mampu

memperbaiki tingkat efisiensi pada tahun berikutnya dan meningkatkan

kinerjanya hingga lebih baik lagi dan dapat mencapai target.

2. Bagi lembaga lembaga Negara ataupun lembaga anti korupsi yang

lain diharapkan dapat lebih transparan dalam mempublikasikan laporan

keuangannya untuk dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan menunjang

bidang pendidikan untuk digunakan dalam penelitian guna memperbaiki kinerja

lembaga negara supaya pengelolaannya di Indonesia lebih optimal dan bisa

berguna bagi masyarakat di Indonesia.

Page 115: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

95

3. Bagi peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian sejenis

hendaknya menggunakan variabel input dan output yang berbeda, lembaga

Negara ataupun lembaga anti korupsi yang berbeda dengan periode waktu yang

lebih panjang, serta hendaknya menggunakan metode parametric seperti

Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan lain-lain, sehingga dapat komparasikan.

Diperlukan penelitian selanjutnya yang meneliti efisiensi di seluruh lembaga anti

korupsi serta pengaruhnya terhadap sector riil di Indonesia.

Page 116: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

96

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal bin Syamsuddin. “Jihad Melawan Korupsi”, Pustaka Imam Abu Hanifah,

Jakarta, 2008.

Abidin, Zaenal dan Endri. “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:

Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Vol. 11 No. 1 Hal 21-29.2009.

Akbar, Nasher. “Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional Dengan

Pendekatan Data Envelopment Analysis”, Jurnal TAZKIA, Vol.4 No.2, Agustus-

Desember 2009.

Al-Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama, Jakarta, 2004.

Dina Pertiwi Lela. “Efisiesi Pengeluaran Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah”,

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.12 No.2 Hal: 123 – 139, Yogyakarta, 2007.

Hadad, Muliaman D., dkk.2003. Pendekatan Parametrik Efisiensi Perbankan

Indonesia.www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 16 Maret 2015.

Kamus Dewan Edisi keempat Malaysia, dewan bahasa dan pustaka, Malaysia, 2010.

Komisi pemberantasan Korupsi. 2010. Laporan Tahunan 2010. Diakses pada 20 Januari

2015. Dari : www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/581-laporan-tahunan-

kpk-2010

Komisi pemberantasan Korupsi. 2011. Laporan Tahunan 2011. Diakses pada 20 Januari

2015. Dari : www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/580-laporan-tahunan-

kpk-2011

Page 117: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

97

Komisi pemberantasan Korupsi. 2012. Laporan Tahunan 2012. Diakses pada 20 Januari

2015. Dari : www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/955-laporan-tahunan-

kpk-2012

Komisi pemberantasan Korupsi. 2013. Laporan Tahunan 2013. Diakses pada 20 Januari

2015. Dari : www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/1755-laporan-tahunan-

kpk-2013

Komisi pemberantasan Korupsi. 2014. Laporan Tahunan 2014. Diakses pada 1 Juni 2015.

Dari : www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/2590-laporan-tahunan-kpk-

2014

Laporan Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2014, Transparancy International Indonesia

Muharam, H dan Rizki Pusvitasari.“Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah

dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”, Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3, 2007.

Prasetyo, Pius S. ”Korupsi Dan Integritas Dalam Ragam Perspektif”Pusat Studi

Indonesia – Arab (PSIA) UIN Jakarta, Jakarta, 2013.

Purwanto, Rakhmat. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK)

dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment

Analysis (DEA) (Periode 2006-2010)”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Susilowati, Indah, dkk. “Modul Mengukur Efisiensi dengan Metode Data Envelopment

Analysis (DEA) DEAWIN.exe”, Fakultas Ekonomi,Universitas Dipenogoro,

Semarang, 2004:1-3.

Page 118: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

98

Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis

Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”, Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol. 10 No.1, 2009.

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. “Metode Penelitian Ekonomi Islam”, Gramata

Publishing, Jakarta, 2011.

Wardana, Sandi Kusuma. “Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Dengan Pendekatan

Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada Bank Umum di

Indonesia Tahun 2005-2011)”. Journal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya Malang. 2013.

Page 119: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

99

Lampiran 1. Data Input – Output KPK Tahun 2010 – 2014 dengan DEAWIN

Page 120: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

100

Lampiran 2. Tabel Efisiensi KPK Tahun 2010 dengan DEAWIN

Page 121: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

101

Lampiran 3. Tabel Efisiensi KPK Tahun 2011 dengan DEAWIN

Page 122: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

102

Lampiran 4. Tabel Efisiensi KPK Tahun 2012 dengan DEAWIN

Page 123: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

103

Lampiran 5. Tabel Efisiensi KPK Tahun 2013 dengan DEAWIN

Page 124: EFISIENSI PADA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI ...

104

Lampiran 6. Tabel Efisiensi KPK Tahun 2014 dengan DEAWIN