Konflik Antar Lembaga Negara: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Badan Anggaran DPR

22
JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN FISIPOL UGM LEMBAR COVER TUGAS 2011 Kelompok 8 Devi Paramitha 09/280738/SP/23250 Ian Puji Priyono 09/282148/SP/23388 Muhammy Fatchi Rezza 09/281989/SP/23358 Nunung Dwi Nugroho 09/288952/SP/23807 Putu Aria Singsingan 06/195371/SP/21487 Rizky Govinda Ramadhany 09/281844/SP/23320 Tri Suci Kamalia 09/281951/SP/23347 Zulkifli 08/270120/SP/23071 Nama Mata Kuliah Manajemen Konflik Dosen Haryanto dan Arie Ruhyanto Judul Tugas Konflik Antar Lembaga Negara: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Badan Anggaran DPR Jumlah Kata 3,591 CHECKLIST Kami telah: Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten…………………………………………… Memberikan soft copy tugas………………………………………………………………….. Deklarasi Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: Karya ini merupakan hasil karya kami pribadi. Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran kami yang disusun menggunakan kata dan gaya bahasa kami sendiri.

description

Tulisan ini mencoba menganalisis sebuah konflik yang terjadi antar lembaga tinggi negara yang pada bulan September – Oktober tahun 2011 ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat sebagai akibat dari sorotan media massa yang banyak memberitakan akan hal ini. Di sisi awal tulisan, kami mencoba mendeskripsikan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua lembaga tinggi negara ini, yaitu gambaran ringkas tentang konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Badan Anggaran - Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR). Selanjutnya, kami mencoba menganalisis akan apa faktor yang menyebabkan konflik tersebut terjadi, siapa saja aktor yang bermain, dalam konteks apa konflik tersebut berlangsung, beserta resolusi yang telah dicoba untuk diterapkan dalam mengatasi konflik tersebut.

Transcript of Konflik Antar Lembaga Negara: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Badan Anggaran DPR

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN

FISIPOL UGM

LEMBAR COVER TUGAS 2011

Kelompok 8Devi Paramitha 09/280738/SP/23250Ian Puji Priyono 09/282148/SP/23388

Muhammy Fatchi Rezza09/281989/SP/23358

Nunung Dwi Nugroho 09/288952/SP/23807Putu Aria Singsingan 06/195371/SP/21487Rizky Govinda Ramadhany 09/281844/SP/23320

Tri Suci Kamalia 09/281951/SP/23347

Zulkifli 08/270120/SP/23071

Nama Mata KuliahManajemen Konflik

DosenHaryanto dan Arie Ruhyanto

Judul TugasKonflik Antar Lembaga Negara: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Badan Anggaran DPR

Jumlah Kata3,591

CHECKLIST

Kami telah:

Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten Memberikan soft copy tugas..

Deklarasi

Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: Karya ini merupakan hasil karya kami pribadi.

Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran kami yang disusun menggunakan kata dan gaya bahasa kami sendiri.

Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atau sekelompok orang, karya, ide, dan pemikiran tersebut dikutip dengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untuk dinilai, dipublikasikan dan atau digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah lain sebelumnya.

Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan di atas tidak ditepati, kami sadar akan menerima sanksi minimal berupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk mata kuliah ini.

15 Desember 2011

Tanda Tangan

Tanggal

Kelompok 8

Konflik Antar Lembaga Negara:

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Badan Anggaran DPR

Tulisan ini mencoba menganalisis sebuah konflik yang terjadi antar lembaga tinggi negara yang pada bulan September Oktober tahun 2011 ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat sebagai akibat dari sorotan media massa yang banyak memberitakan akan hal ini. Di sisi awal tulisan, kami mencoba mendeskripsikan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua lembaga tinggi negara ini, yaitu gambaran ringkas tentang konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Badan Anggaran - Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR). Selanjutnya, kami mencoba menganalisis akan apa faktor yang menyebabkan konflik tersebut terjadi, siapa saja aktor yang bermain, dalam konteks apa konflik tersebut berlangsung, beserta resolusi yang telah dicoba untuk diterapkan dalam mengatasi konflik tersebut. VS A. Penyebab dan Pemicu Konflik KPK vs Badan Anggaran DPRTerlalu Luasnya Kewenangan Badan Anggaran Sebagai Penyebab Utama KonflikAkhir-akhir ini, media di Indonesia sedang marak memperbincangkan kisruh yang terjadi pada level tinggi negara ini, yaitu konflik yang memanas antara KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan Banggar DPR (Badan Anggaran DPR). Penyebab paling fundamental yang menyebabkan konflik antara Badan Anggaran DPR dan KPK bermula dari keberadaan suatu undang-undang yang menurut kami isinya terlalu spesifik. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) yang memperluas kewenangan kepada Badan Anggaran untuk membahas APBN hingga ke satuan III yang lebih rinci. Dengan kata lain, Badan Anggaran DPR berhak untuk membahas anggaran hingga ke proyek kementerian. KPK menganggap bahwa perluasan wewenang terhadap badan anggaran tersebut hanya membuat image badan anggaran terkesan hanya menjadi calo anggaran dan pemain APBN karena dapat menolak dan menerima proyek-proyek kementerian. Agar tidak terjadi penyimpangan terhadap anggaran tersebut maka KPK ingin masuk dan ikut proses pembahasan anggaran proyek kementrian antara badan anggaran dan pemerintah guna melancarkan tujuan KPK sendiri sebagai komisi yang mencoba untuk memberantas korupsi di negeri ini. Dugaan Terjadinya Korupsi di Tubuh Badan Anggaran Sebagai Pemicu KonflikKonflik antara KPK dan Badan Anggaran semakin mencuat dan terlontar ke publik tatkala pimpinan Badan Anggaran diperiksa KPK terkait munculnya mata anggaran dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah transmigrasi di 19 kabupaten dalam APBN-P 2011 dengan nilai total Rp 500 miliar. Akibat dari dilaksanakannya pemeriksaan pada petinggi badan anggaran tersebut, badan anggaran ngambek, sehingga mengembalikan hak pembahasan RAPBN 2012 kepada pimpinan dewan. Mogoknya pembahasan RAPBN 2012 ini tentu menghambat kegiatan perencanaan dana anggaran negara untuk tahun 2012. Padahal rencana anggaran ini sudah harus disahkan dalam waktu dekat ini, yaitu akhir Oktober 2011. Disinyalir pimpinan Badan Anggaran berang karena KPK memeriksa kebijakan pembahasan APBN-P 2011, bukan soal tindak pidana korupsi.

Konflik tersebut makin memanas setelah terjadi pengusutan kasus Nazarrudin serta Muhaimin Iskandar yang terkait dengan kasus korupsi. Berdasarkan pemeriksaan KPK terhadap Nazarrudin didapat keterangan bahwasanya Mirwan Amir (salah satu anggota Badan Anggaran) ikut menikmati aliran dana suap Sesmenpora. Kemudian disusul dengan tersangka kasus korupsi Kemenakertrans, didapati keterangan dari Dadong (salah satu bawahan Muhaimin) kepada penyidik KPK bahwasanya ada keterlibatan Pimpinannya serta Badan Anggaran pada kasus dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah bidang Transmigrasi (PPIDT) tahun 2011. Dari beberapa data yang dihimpun KPK selama masa penyidikan, KPK mulai mengarahkan bidikannya kepada Badan Anggaran yang merupakan salah satu badan kelengkapan yang fungsinya sangat stategis dalam hal memberikan persetujuan atas rincian keuangan negara tersebut. Ditambah dari data yang di himpun PPATK bahwa ada beberapa rekening mencurigakan yang mengalir deras di tubuh Badan Anggaran, tentunya tidak ada alasan untuk tidak memeriksa badan tersebut.Konflik antara badan anggaran dengan KPK kian meruncing dengan adanya kasus aliran dana yang tidak diketahui muaranya mengenai proyek percepatan pembangunan infrastruktur daerah yang bernilai 500 milyar. Salah satu anggota Banggar yaitu Wa Ode Nurhayati memberikan pernyataan bahwa adanya pelanggaran prosedur dalam Badan Anggaran. Seharusnya anggaran 500 milyar tersebut dibicarakan melalui panitia kerja atau panja pusat bukan panja daerah.

Bermaksud untuk menelisik lebih jauh tentang dugaan korupsi yang konon katanya melibatkan beberapa anggota Badan Anggaran di dalamnya, institusi yang hadir sebagai wujud minimnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap penegakan kasus korupsi (baca: KPK) ini harus menghentikan sementara upaya yang dilakukannya. Pasalnya beberapa dari anggota badan tersebut menolak diperiksa. Dengan beberapa dalih tertentu, semisal bahwa Badan Anggaran memiliki imunitas, mengganggu privacy Badan Anggaran itu sendiri serta menyalahi prosedur yang ada. Alasan-alasan tersebut dipakai untuk berkilah dari pemanggilan KPK. Namun rupanya KPK masih tetap kepada pendiriannya dan merasa masih membutuhkan keterangan beberapa saksi ahli atau orang yang ada di Badan Anggaran untuk tetap diperiksa. Bukannya melunak malah masalah ini menjadi meluas. Badan Anggaran menyerahkan tugas dan kewajibannya sementara untuk melakukan fungsi yang sebagaimana harus dilakukannya kepada pimpinan DPR atau dengan kata lain anggota yang terhormat tersebut ngambek. Hal ini lah yang menyebabkan permasalahan yang lebih besar. Ruang konflik yang tercipta bukan sekedar konflik individu vs lembaga, tapi justru lebih besar lagi yaitu perang antar institusi legal.B. Aktor Utama dalam Konflik KPK vs Badan Anggaran DPR

Badan Anggaran DPR dan KPK sebagai Aktor Utama

Setidaknya ada 2 aktor atau institusi yang terlibat dalam konflik antar lembaga tinggi negara tersebut, yaitu Badan Anggaran DPR dan KPK. Adapun dasar serta keterlibatannya dalam konflik tersebut adalah sebagai berikut :1. Badan Anggaran DPRKeterlibatan Badan Anggaran DPR dimulai tatkala Nazzarudin yang menyebut bahwa adanya keterlibatan Mirwan Amir atau salah satu dari anggota Badan Anggaran menerima aliran dan Sea Games. Nama Badan Anggaran juga dikaitkan dengan adanya kasus Muhaimin Iskandar dalam Kemenenakertrans, yang dalam hal ini korupsi yang terjadi disebut-sebut juga melalui deal dalam Badan Anggaran. Selain itu ditemukan pula Laporan Keauangan PPATK, yang menyebutkan pula keberadaan rekening mencurigakan di Badan Anggaran.

Badan Anggaran sendiri pada awalnya adalah suatu badan yang dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang. Susunan dan keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas anggota dari tiap-tiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi. Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.(1) Tugas Badan Anggaran:

1. Membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran;

2. Menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi terkait;

3. Membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian / lembaga;

4. Melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan anggaran kementerian / lembaga;

5. Membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan

6. Membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.

(3) Anggota komisi dalam Badan Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada komisi.2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Keterlibatan KPK dalam konflik ini bermula dari tugasnya dalam pengurusan beberapa kasus korupsi yang diduga yang bermuara ke Badan Anggaran DPR. Namun keberadaanya malah dinilai negatif oleh sebagian besar anggota Badan Anggaran yang malah tidak terima dengan apa yang dilakukan KPK dan melakukan pemogokan pembahasan RAPBN.Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Adapun regulasi dalam tubuh KPK ialah :(1) Dasar hukum KPK UU RI Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi(2) Undang-Undang UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian UangC. Konflik KPK dan Badan Anggaran dalam Konteks Politik

Konflik yang terjadi antara KPK dengan Badan Anggaran DPR ini bersifat sangat politis. Selain masalah korupsi, masalah yang tidak kalah penting dari kasus yang terjadi ini adalah silang perang atas institusi itu sendiri. KPK sebagai lembaga legislatif independen telah memiliki kekuatan yang lebihi lembaga institusi legal lainnya. Meski sesuai konstitusi, lembaga ini berdiri sendiri diluar jalur birokrasi konstitusi yang telah ditetapkan dalam amandemen Undang-Undang 1945.

Potensi konflik dapat terlihat dari wujud ekspresi lembaga yang terlibat dalam urusan KPK, terlebih saat adanya beberapa lembaga yang menilai upaya yang dilakukan KPK menyinggung privillage-nya, seperti sikap anggota Badan Anggaran yang enggan membahas RAPBN 2012 setelah proses pemeriksaan yang dilakukan KPK. Bukan tidak mungkin pada akhirnya lembaga yang terkait kasus korupsi yang diusut KPK dapat dipandang buruk dan tidak dipercaya oleh masyarakat. Besarnya potensi konflik secara politis dapat merambah kepada penilaian masyarakat akan citra serta derajat kepercayaan masyarakat akan wakil-wakilnya di DPR yang tentunya merepresentasikan partai politik secara tidak langsung.Dalam konteks politik, konflik yang terjadi membuat ketidakstabilan dalam pemerintahan karena adanya perseteruan internal dan eksternal. Perseteruan internal terjadi dalam banggar DPR, sedangkan perseturuan eksternal dapat kita lihat dalam keterlibatan KPK untuk menyelidiki kasus tersebut. Semua pimpinan fraksi, dewan DPR mau tidak mau ikut terlibat dalam kasus tersebut. Hal tersebut membuat ketegangan-ketegangan dalam pemerintah. Disisi lain, jika kita menilik kasus ini dalam konteks ekonomi, konflik yang terjadi ini berimplikasi pada terancamnya sisi ekonomi negara. Konflik ini memperlambat terselesaikannya RAPBN 2012 yang sedang digodok. Pemogokan yang dilakukan dan pemanggilan pimpinan Badan Anggaran membuat urusan-urusan yang melibatkan Badan Anggaran terhambat bahkan harus dihentikan sementara waktu hingga konflik mulai mereda.D. De-eskalasi Konflik Sebagai Akibat Dari Penurunan Pemberitaan di Media MassaKasus ini merupakan masalah de-eskalasi konflik. Dapat disimpulkan secara singkat dari menurunnya pemberitaan media serta minimnya pembahasan dikalangan masyarakat ataupun aksi-aksi yang biasanya ditunjukan, kecendrungan konflik ini menjadi perhatian publik cenderung menurun drastis. Konflik tersebut juga belum mencapai klimaks atau belum pada peningkatan fokus konflik. Padahal bisa saja terjadi peningkatan konflik, karena snowball masih terus menggelinding dan belum berhenti. Masih akan banyak pemicu konflik yang akan berkembang dari permasalahan internal antara KPK dengan Badan Anggaran. Contohnya seperti keberadaan wacana pembubaran KPK. De-eskalasi konflik KPK vs Badan Anggaran ini juga ditambah dengan pengalihan fokus publik kepada masalah-masalah baru yang membuat concern akan masalah sebelumnya menjadi kian terkikis. Mengingat pengusutan kasus korupsi memakan waktu yang tidak sedikit, bahkan sampai tahunan. Tentunya hal yang sudah tidak menjadi fokus masyarakat akan sangat mudah diturunkan derajat konfliknya karena tidak berurusan lagi dengan media dengan opini publik.De-eskalasi konflik juga terlihat saat kedua belah pihak sepakat untuk tidak memperpanjang konflik. Kesepakatan ini juga muncul di pihak DPR, pemerintah, pimpinan fraksi dan pimpinan dewan. Mereka sepakat perlu tidak memperpanjang konflik yang ada karena masih ada hal-hal yang lebih penting daripada mengurusi konflik yang tiada ujung. Dari sikap pihak-pihak tersebut maka konflik cenderung mengalami penurunan. Pada masa puncak konflik, terjadi aksi pemogokan kerja badan anggaran. Tetapi setelah adanya perdamaian maka Badan Anggaran DPR menggelar rapat mengenai aksi mogok tersebut sebagai pengembalian wewenang ke pimpinan tersebut. Sikap arogansi dan menyerang satu sama lain mulai pudar dan bahkan saat ini gaung konflik tersebut tidak terdengar lagi.E. Pihak Lain yang Berpengaruh dalam KonflikMediaPihak yang sangat berkontribusi besar dalam konflik ini adalah media. Media dapat membantu memicu dan menyelesaikan konflik lewat fungsi-fungsi yang tertanam di dalamnya, yaitu menyebarkan informasi secara bertanggung jawab, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, memajukan tata pemerintahan yang partisipatif dan transparan, dan mengungkapkan keluhan-keluhan masyarakat.

Efek media terhadap konflik dapat ditilik dari akibat negatif yang ditimbulkan oleh jurnalisme yang secara tidak sengaja atau secara terselubung menyebarkan propaganda atau bersifat memihak dalam bentuk eskalasi ketegangan dan memprovokasi terjadinya konflik. Sebaliknya, media dapat memiliki dampak positif bila dilandasi standar profesional yang baku, yang dibarengi dengan keragaman akses terhadap informasi, sumber daya keuangan yang memadai dan kepatuhan terhadap kode etik. Media seperti ini dapat membantu rekonsiliasi masyarakat, mengubah kesalahan persepsi dan memperbesar saling pengertian tentang sebab dan akibat konflik. Propaganda media yang menciptakan konflik dapat memprovokasi atau mengeskalasi konflik dan begitu juga sebaliknya apabila media tidak lagi fokus akan informasinya de-eskaliasi konflik akan terjadi dengan sendirinya seiring menurunya intensitas suatu berita.Pihak Lain Sebagai Penyokong InformasiNamun disatu sisi, juga terdapat keberadaan pihak lain yang mempengaruhi konflik tersebut. Pihak lain tersebut adalah orang-orang yang secara langsung atau tidak terlibat dalam kasus-kasus diatas, contoh nyatanya adalah keberadaan sosok Nazarrudin yang tiba-tiba hadir dalam persoalan dan membongkar kasus penyelewengan dana di Partai Demokrat yang membawa nama Badan Anggaran kepada media. Kemudian Nazaruddin membawa aktor-aktor lain yang terlibat dalam penyelewengan dana dalam kementrian tersebut. Hal tersebut membuat aktor-aktor dominan semakin memanas. Apalagi setelah itu muncul kasus serupa dalam tubuh Kemenakertrans. Sontak semua perhatian publik tertuju pada personal-personal tersebut. Personal-personal yang dihadirkan Nazaruddin melakukan penyerangan kembali sehingga mempengaruhi konflik dan memperlebar konflik yang ada.F. Solusi Konflik KPK vs Badan AnggaranSetidaknya ada 2 resolusi konflik yang ada dalam permasalahan ini. Pertama, DPR mengundang KPK untuk menghadiri rapat konsultasi. Tujuan pemanggilan ini bermaksud memperjelas kesimpangsiuran berita seputar pemanggilan pimpinan Badan Anggaran (Badan Anggaran) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun undangan ini tidak mentah-mentah diterima oleh lembaga yang nota bene pembasmi korupsi tanah air itu. KPK sempat menolak 2 kali undangan DPR dengan alasan profesionalisme. Meskipun pada akhirnya KPK menghadiri undangan tersebut.

Kedua, ancaman dari ketua DPR Marzuki Ali. Ancaman ini disuarakan kepada KPK tidak lain dikarenakan penolakaan undangan yang ditujukan pada lembaga tersebut. Dengan berpedoman dengan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MD3, Marzuki ali sempat membuat statement yang sangat mengejutkan. DPR bisa menyandera pimpinan KPK, kalau terus menolak hadir (rapat konsultasi). Begitulah ungkapannya saat berkesempatan diwawancara oleh media dibeberapa waktu silam.

Resolusi yang diciptakan untuk meredam kondisi konflik tersebut cenderung efektif. Jika dianalisis lebih lanjut, undangan yang dibuat DPR kepada KPK ditujukan sebagai pendekatan formal secara terbuka. Formalitas serta legalitas cara yang diambil agar tidak memberi kesan negatif lembaga dalam penyelesaian konflik. Meski hal tersebut ditanggapi beragam dari berbagai pihak, terutama pihak yang terkait. Sempat menolak, namun akhirnya KPK harus tunduk dengan aturan undang-undang. Sama halnya dengan DPR, KPK yang memiliki kewenangan penuh terhadap pemberantasan korupsi ini juga memilih mengikuti jalur formal yang tidak lain harus menghadiri rapat konsultasi tersebut. Hujanan pertanyaan serta cacian terhadap KPK serta pertanyaan yang menyimpang dari topik undangan mengisi rapat yang dihadiri dua institusi yang berseteru tersebut, dalam hal ini KPK cenderung lebih pasif dan lebih cenderung untuk tidak terlalu menanggapi hujan statement yang dikeluarkan para anggota DPR. Entah apakah sikap yang ditunjukan KPK tersebut sebagai wujud akan tunduk kekuatan legalitas DPR atau sebagai peredam konflik agar masalah ini tidak terlalu dibesarkan pada akhirnya nanti, tapi yang jelas cara-cara yang ditempuh belakangan ini mampu meredam konflik dan meminimalisir pemberitaan media.

Selain penjelasan diatas, resolusi konflik yang terjadi adalah pemberhentian kasus dari kedua belah pihak dengan dalih-dalih isu ketidakpastian ekonomi global. Resolusi yang terjadi adalah kesepakatan antara pihak-pihak dan aktor-aktor yang terlibat tetapi meneruskan pembahasan mengenai postur Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara tahun 2012. Hal tersebut perlu dilakukan karena Indonesia masih menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Dengan adanya sikap yang saling berdamai tersebut pemerintah yakin pembahasan mengenai anggaran dapat selesai sesuai dengan target. Resolusi lainnya adalah pimpinan Badan Anggaran bersedia hadir di KPK dan kembali bekerja dalam Badan Anggaran. Dengan kata lain, konflik yang terjadi antara KPK dan Badan Anggaran terpaksa untuk selesai karena kepentingan masing-masing dan bagi pencitraan kedua lembaga tersebut agar tidak semakin terbongkar kasus-kasus yang lebih krusial dibandingkan kasus yang hanya terlihat di permukaan ini.Dari penjelasan diatas terlihat bahwa penyelesaian konflik dalam kasus ini sedang berada dalam tahap diskusi, dimana kedua pihak yang sedang berkonflik yaitu KPK dan badan anggaran berusaha untuk bertemu, dan duduk bersama dalam rangka menemukan konsensus. G. Konflik Badan Anggaran vs KPK Jika Ditinjau Dari Segitiga Konflik

Struktural(Kondisi objektif: pendidikan, pekerjaan, kelas)

Perilaku Kultural

(agresif / tidak agressif) (terkait sikap, orientasi, persepsi)

Segitiga konflik digunakan sebagai analisis konflik yang melihat dari tiga faktor yang saling berkaitan yaitu faktor struktural, perilaku, dan kultural. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain dan disetiap sisinya terdapat panah yang bolak-balik. Keberadaan panah tersebut menggambarkan bahwa ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Penggunaan segitiga konflik ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasikan struktural, perilaku dan kultural dari setiap pihak utama. Hal tersebut dilakukan untuk menganalis bagaimana faktor-faktor itu saling mempengaruhi, untuk menghubungkan faktor-faktor itu dengan kebutuhan dan ketakutan masing-masing pihak, dan untuk mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi (Simon Fisher: 2000).

Jikalau ditinjau dari segitiga konflik, maka konflik yang terjadi antara Badan Anggaran dengan KPK ini adalah bagian dari konflik perilaku. Konflik perilaku dapat bersifat destruktif atau konstruktif. Konflik antara Banggar dan KPK termasuk konflik perilaku yang bersifat destruktif karena membuat wacana negatif dan meluas kepada citra DPR. Konflik ini termasuk konflik perilaku juga karena melibatkan dua lembaga yang mengaitkan beberapa individu lainnya. Konflik berasal dari perluasan Undang-undang yang mengakibatkan meluasnya kewenangan Badan anggaran hingga ke kementrian. Perilaku Badan anggaran dianggap menyalahi sistem oleh KPK sehingga adanya benturan kepentingan diantara keduanya. Setelah konflik mulai merenggang, sebaliknya KPK yang dianggap Banggar menyalahi sistem karena mangkir dari panggilan ketua DPR atas penyelesaian konflik keduanya. Perilaku agresif yang dilakukan oleh Banggar karena melakukan respon terhadap tindakan KPK dengan aksi ngambek dan tidak melanjutkan pembahasan RAPBN 2012. Ada pula tiga pola konflik yang juga dapat dijelaskan dengan keberadaan segitiga sebagai berikut: Structural Violence

akibat dari kondisi objektif

Cultural Violence Direct Violence

Diakibatkan dari stereotype terhadap entitas tertentu akibat dari perilaku (behavior), berada dalam manifest konflikBerada dalam latent konflik

Konflik antara Banggar dengan KPK jika dilihat menurut pola konflik termasuk direct violence karena konflik ini yang sifatnya manifes, atau hanya muncul di permukaan. Penyelesaian konflik pun mengambang karena terkesan dipaksakan sehingga sebenarnya konflik masih ada ketika diamati lebih dalam kembali. Atau mungkin ada sesuatu hal yang membuat konflik ini terlanjur untuk diselesaikan. Suatu saat kemungkinan konflik ini dapat muncul kembali karena masih adanya persilangan kepentingan yang terpaksa diselesaikan. Kesimpulan:

Jika dilihat dari kacamata manajemen konflik, sesungguhnya konflik yang terjadi antara Badan Anggaran DPR dengan KPK merupakan konflik antar institusi pemerintah. Konflik ini berasal dari terlalu luasnya kewenangan dari Badan Anggaran DPR. Dugaan KPK tentang dugaan terjadinya korupsi di tubuh Badan Anggaran memicu datangnya konflik ini. Berlanjut hingga pada suatu ketika Badan Anggaran DPR memiliki kepentingan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan konflik dengan KPK yang berujung pada pemogokan pembahasan RAPBN dan lain sebagainya. Mengingat status pemeriksaan anggota Badan Anggaran yang hanya sebagai saksi, sudah sepatutnya Badan Anggaran tidak perlu mutung dan mogok membahas RAPBN 2011. Sikap yang diambil oleh Badan Anggaran DPR tersebut menunjukkan ketidakdewasaan mereka dalam menghadapi masalah. Mereka lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan rakyat banyak. Konflik yang terjadi ini sesuai dengan apa yang disebut dengan teori negosiasi prinsip yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Bersyukur, konflik ini sekarang sudah mulai pengalami proses de-eskalasi, terlihat melalui menurunnya pemberitaan di media massa. Resolusipun telah diambil seperti pengadaan rapat konsultasi, pernyataan tegas dari ketua DPR dan isu ketidakpastian ekonomi global sehingga efek negatif dari konflik ini bisa diredam seminim mungkin. Daftar Referensi:

Ketua DPR Tebar Ancaman Kepada KPK, 2011 http://beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Ketua+DPR+Tebar+Ancaman+kepada+KPK, diunduh 13 Oktober 2011 pkl.23.29 WIB KPK Telusuri 21 Rekening Mencurigakan Badan Anggaran DPR, 2011, http://news.okezone.com/read/2011/10/09/339/512919/kpk-telusuri-21-rekening-mencurigakan-Badan Anggaran-dpr, diunduh pada 13 Oktober 2011 okl.20.55 WIB http://wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=9, diakses pada tanggal 13 Oktober 2011 pukul 09.55 WIB Badan Anggaran, 2011, http://www.dpr.go.id/id/Badan-Anggaran/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011 pukul 09.55 WIB Dadong Ungkap Aliran Dana ke Muhaimin dan Badan Anggaran, 2011, http://www.suarapembaruan.com/home/dadong-ungkap-aliran-dana-ke-muhaimin-dan-Badan Anggaran/10919, diunduh pada 13 Oktober 2011 pkl.20.45 WIB

Nazaruddin: Mirwan Amir Otak Suap Sesmenpora, 2011, http://www.suarapembaruan.com/home/nazaruddin-mirwan-amir-otak-suap-sesmenpora/8123, diunduh pada 13 Oktober 2011 pkl.20.34 WIB

HYPERLINK "http://www.suarapembaruan.com/home/nazaruddin-mirwan-amir-otak-suap-sesmenpora/8123"http://www.suarapembaruan.com/home/nazaruddin-mirwan-amir-otak-suap-sesmenpora/8123, diunduh pada 13 Oktober 2011 pkl.20.34 WIB

HYPERLINK "http://www.suarapembaruan.com/home/dadong-ungkap-aliran-dana-ke-muhaimin-dan-banggar/10919"http://www.suarapembaruan.com/home/dadong-ungkap-aliran-dana-ke-muhaimin-dan-Badan Anggaran/10919, diunduh pada 13 Oktober 2011 pkl.20.45 WIB

HYPERLINK "http://news.okezone.com/read/2011/10/09/339/512919/kpk-telusuri-21-rekening-mencurigakan-banggar-dpr"http://news.okezone.com/read/2011/10/09/339/512919/kpk-telusuri-21-rekening-mencurigakan-Badan Anggaran-dpr, diunduh pada 13 Oktober 2011 okl.20.55 WIB

HYPERLINK "http://beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Ketua+DPR+Tebar+Ancaman+kepada+KPK"http://beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Ketua+DPR+Tebar+Ancaman+kepada+KPK, diunduh 13 Oktober 2011 pkl.23.29 WIB

HYPERLINK "http://wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=9" http://wmc-iainws.com/detail_artikel.php?id=9, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011 pukul 09.55 WIB