POLEMIK ISU PEMBERANTASAN KORUPSI KPK VERSUS...
Transcript of POLEMIK ISU PEMBERANTASAN KORUPSI KPK VERSUS...
1
POLEMIK ISU PEMBERANTASAN KORUPSI KPK
VERSUS DPR
(Analisis Framing Headline Koran Tempo tentang Pembangunan Gedung
Baru KPK)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Abdurachman
NIM 109051100080
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 15 Juli 2013
Abdurachman
iii
iv
Nama: Abdurachman
Judul: Polemik Pemberantasan Korupsi KPK versus DPR (Analisis Headline Koran
Tempo tentang Pembangunan Gedung Baru KPK)
ABSTRAK Bermula dari penolakan anggota DPR terhadap pembangunan gedung baru
KPK. Sehingga mengakibatkan aksi dukungan untuk KPK. Masyarakat maupun
media menilai DPR berupaya mengecilkan fungsi KPK. Padahal KPK dinilai cukup
mampu mengungkap kasus korupsi, yang kebanyakan menyangkut korupsi anggota
DPR. Kejadian ini pun menjadi headline diberbagai surat kabar, salah satunya Koran
Tempo.
Dari uraian di atas terdapat beberapa pertanyaan yang muncul. Pertama,
bagaimana Koran Tempo membingkai pemberitaan kasus pembangunan gedung baru
KPK pada edisi 26-30 Juni 2012?. Lalu, kenapa Koran Tempo membingkai
pemberitaan pembangunan gedung baru KPK seperti itu?
Dalam pemberitaannya, Koran Tempo memposisikan diri dipihak KPK.
Sehingga berita-berita yang dimuat cenderung memihak KPK, dan menyudutkan
DPR. Selain itu, narasumber yang diwawancarai juga lebih banyak orang-orang pro
KPK.
William A. Gamson mengartikan framing sebagai cara bercerita tentang suatu
peristiwa dan menghubungkan satu sama lain sehingga seolah-olah saling terkait dan
memiliki makna. Gamson melihat berita sebagai sebuah kemasan yang dilakukan
oleh media. Kemasan itu tergantung dengan wacana yang diinginkan media tersebut,
sehingga setiap media akan berbeda
Peneliti menganalisis pemberitaan mengenai kasus pembangunan gedung baru
KPK pada pemberitaan Koran Tempo edisi 26-30 Juni 2012. Dan menyimpulkan
hasil temuan dari analisis pemberitaan Koran Tempo. Hasil dari penelitian ini bersifat
deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang bagaimana Koran Tempo
mengkonstruksi kasus “Pembangunan Gedung Baru KPK” dan apa pesan yang ingin
disampaikan oleh Koran Tempo.
Semua pemberitaan Koran Tempo didiskusikan di forum redaksi. Tempo ingin
masyarakat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga masyarakat bisa kritis
dan tidak dibohongi oleh DPR. Karena Tempo mendukung KPK untuk memberantas
korupsi.
Konstruksi yang dilakukan Koran Tempo sudah dilakukan sejak awal.
Wartawan yang melakukan liputan diarahkan agar sesuai dengan visi misi Tempo.
Dari pemilihan narasumber, angel, hingga penulisan. Ini dilakukan karena Tempo
melihat DPR bertindak diskriminasi terhadap KPK. Tempo mengklaim memiliki visi
yang anti korupsi, dan KPK sebagai lembaga anti korupsi harus dipertahankan.
Keywords: Koran Tempo, KPK, DPR, Kontruksi, dan Korupsi.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas seluruh kehendak Allah
S.W.T, Sang Pemilik Kehendak. Atas izin Tuhan dan semangat yang pantang
menyerah akhirnya skripsi ini selesai. Skripsi ini merupakan anugerah dan nikmat
yang besar yang Allah berikan kepada saya. Saya persembahkan skripsi untuk
almarhum kakak saya, Iyat Sholihat.
Atas terselesaikannya skripsi ini, tak lupa saya haturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Mahmud Jalal M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Wahidin Saputra, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Study Rizal, LK. M.A. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Rubiyanah, M.A beserta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si yang selalu berkenan
membantu saya dalam banyak hal.
4. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Rachmat Baihaky, MA yang telah
meyediakan waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk
membimbing saya.
5. Penguji satu dan dua, Dr. H.A.Wahib Mu’thi, MA dan Fita Fathurokhmah,
M.Si, terima kasih atas bimbingannya selama revisi.
vi
6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
7. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Seluruh dewan dan staf redaksi Koran Tempo atas kerjasamanya.
9. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Yoyo Yogaswara dan Mamah Atikah
yang senantiasa sabar membesarkan, mendidik, dan mendoakan saya tanpa
keluh kesah.
10. Untuk Kakak tercinta Iyat Sholihat yang telah memberikan segalanya
selama saya kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Maaf tidak bisa
menyelesaikan semuanya tepat waktu. Terima kasih untuk segalanya.
Semoga Teteh bahagia dan kita bisa berkumpul lagi kelak.
11. adik saya yang selalu menghibur dan menemani hari-hari pengerjaan
skripsi ini, Abdul Muchyi.
12. Sahabat setia yang selalu memotivasi dan bantuan selama berkutat dengan
skripsi. Amalina Shomami dan Hazana Ithria.
13. Spesial untuk kedua keponakan tercinta Adzkia Syifa El Rahman dan
Aghnia Zahira El Rahman.
14. Kelompok KKN BBM yang selalu memberikan inspirasi. Angga Bima
Suharto, Linda, Nur Fadhila, Jauhari, Dewi Febrianti, Pipit, Devy, Hafsa
Tia Anisa, Shofi, Sarah, Yasir, Khaeru Nuzula, Apris, Devit Rubianto,
15. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2009, mereka yang menemani,
membantu, dan menginspirasikan saya. yang telah melalui sebuah masa
penuh kenangan dengan peneliti selama menuntut pendidikan di UIN
vii
Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya, Adjri, Ali, Andin, Arga, Arintika,
Azis, Bima, Bobby, Devi, Devit, Dewi F., Dewi R., Loka, Fauziah, Fikri,
Hafsa, Hilda, Hilman, Ilham, Ima, Imas, Indi, Jaffry, Jauhari, Khaeru,
Lindawati, Marisha, Mekar, Nur F., Puti, Putri B., Putri N., Samsul, Sigit,
Turi. Terimakasih atas semangat moril dan kebersamaan selama 4 tahun
ini.
16. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung, mendoakan, dan
membantu saya dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis ........................................................................... 19
1. Konstruksi Sosial Atas Realitas .................................... 19
1.1. Latar Belakang Teori Konstruksi ........................... 19
1.2.Teori Konstruksi Sosial atas Realitas Peter L. Berger
dan Thomas Luckmann .......................................... 20
2. Konstruksi Realitas di Media Massa ............................. 21
3. Teori Agenda Setting .................................................... 24
B. Kerangka Konseptual ............................................................... 25
1. Analisis Framing ........................................................... 25
1.1.Definisi Framing ..................................................... 25
1.2.Tiga Model Analisis Framing ................................. 31
1.3.Analisis Framing Model William A. Gamson ........ 33
ix
2. Korupsi ............................................................................. 36
2.1.Pengertian Korupsi .................................................. 36
2.2.Korupsi dalam Islam ............................................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah dan Perkembangan Koran Tempo ................................ 40
B. Visi dan Misi Tempo Inti Media ............................................... 42
C. Struktur Redaksi Koran Tempo ................................................. 42
D. Mekanisme Kerja Redaksi ........................................................ 50
E. Latar Belakang Kasus Pemberitaan Pembangunan Gedung Baru
KPK oleh Koran Tempo ............................................................ 51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Kontroversi Pembangunan Gedung KPK …………………… 53
B. Data yang Diteliti …………………… ..................................... 54
C. Frame Koran Tempo ……………… ........................................ 55
D. Gambaran Umum Keseluruhan Pemberitaan ……………... .... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 100
B. Saran .......................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 105
LAMPIRAN ................................................................................................ xii
x
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Pengertian Framing .................................................................... 28
Tabel II. 2 Model Analisis Framing ............................................................. 33
Tabel II.3 Model Analisis Framing Gamson ............................................... 37
Tabel III. 1 Kelompok Tempo Media .......................................................... 42
Tabel III. 2 PT TEMPO INTI MEDIA TBK ............................................... 48
Tabel III. 3 Judul Berita ............................................................................... 52
Tabel IV. 1 Analisis Frame “Penundaan Proyek Gedung KPK, Politikus
Senayan Kedilkan KPK” .............................................................................. 59
Tabel IV.2 Analisi Frame “DPR Tahan Anggaran Gedung KPK” .............. 64
Tabel IV. 3 Analisis Frame“Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan” .. 69
Tabel IV. 4 Analisi Frame “Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan” 74
Tabel IV. 5 Analisis Frame “Penyumbang Gedung KPK Meluas” ............. 79
Tabel IV. 6 Analisi Frame “DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung
KPK” ............................................................................................................ 84
Tabel IV. 7 Analisis Frame “Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir” 89
Tabel IV. 8 Judul dan Narasumber Berita .................................................... 93
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Wawancara Penelitian
2. Surat keterangan wawancara
3. Company Profile Grup Tempo
4. Berita Koran Tempo “Penundaan Proyek Gedung KPK, Politikus Senayan
Kedilkan KPK”
5. Berita Koran Tempo “DPR Tahan Anggaran Gedung KPK”
6. Berita Koran Tempo “Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan”
7. Berita Koran Tempo “Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan”
8. Berita Koran Tempo “Penyumbang Gedung KPK Meluas”
9. Berita Koran Tempo“DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK”
10. Berita Koran Tempo“Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir”
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi menyebabkan arus informasi beredar
bebas. Dengan menyalakan komputer yang terkoneksi dengan internet, semua
orang dapat mengakses informasi yang diinginkan. Kemajuan teknologi informasi
juga memengaruhi perkembangan media massa. Seperti kita ketahui media massa
sangat bergantung dengan teknologi informasi, baik itu cetak maupun elektronik.
Namun, perkembangan teknologi informasi seperti pedang bermata dua.
Selain memiliki manfaat, dia juga memiliki dampak negatif. Salah satunya yaitu
teknologi informasi dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki
kepentingan tertentu. Seperti mencari popularitas, memanipulasi fakta yang
sebenarnya untuk mendapatkan dukungan, maupun untuk memengaruhi khalayak.
Karena informasi menjadi kebutuhan utama masyarakat saat ini (masyarakat
massa).
Dengan informasi kita bisa mengetahui apa saja yang terjadi, tanpa perlu
berada di tempat itu. Bisa dikatakan informasi atau berita merupakan jendela
dunia. Namun gambaran dunia tersebut tergantung dari jendela yang kita pakai.
Pada dasarnya media merupakan alat untuk menyampaikan informasi,
namun informasi yang disajikan bukan fakta sesungguhnya yang terjadi di
lapangan. Media cenderung melakukan konstruksi terhadap fakta atau realitas.
Seperti pandangan kaum konstruktivis yang mengatakan tidak ada realitas objektif
yang sesungguhnya. Semuanya merupakan hasil konstruksi. Berdasarkan
2
pandangan ini, media digambarkan sebagai agen konstruksi. Sehingga apa yang
disajikan media kepada khalayak berbeda dengan realitas yang ada. Dan realitas
atau peristiwa yang sama akan berbeda dalam penyajiannya, tergantung media
yang memberitakannya.
Berdasarkan latar belakang itulah, muncul penelitian yang berkonsentrasi
membahas konstruksi yang dilakukan oleh media. Salah satunya adalah analisis
framing. Analisis framing, secara garis besar membahas bagaimana media
mengonstruksi dan menyajikan peristiwa kepada khalayak. Di sini juga, peneliti
menggunakan analisis framing untuk melakukan penelitian terhadap bagaimana
pembingkaian yang dilakukan oleh Koran Tempo tentang pembangunan gedung
baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Karena peneliti melihat ada
konstruksi yang dilakukan oleh Koran Tempo tentang kasus tersebut terkait
dengan isu pemberantasan korupsi, dan peneliti menilai kasus ini sangat menarik
untuk dikupas.
Ruang lingkup yang akan diteliti adalah pemberitaan Koran Tempo pada
tanggal 26-30 Juni 2012, baik itu headline maupun berita utamanya. Headline
merupakan bagian yang sering digunakan untuk menonjolkan suatu peristiwa.
Media cenderung menempatkan peristiwa yang dinilai penting dihalaman utama
sebagai headline. Karena headline memiliki daya tarik yang lebih besar terhadap
pembaca. Orang lebih sering melihat dari cover atau headline untuk mengetahui
isi dari media. Sehingga muncul istilah headline reader. Mereka (headline reader)
sering membuat penafsiran yang salah dari suatu peristiwa, karena hanya melihat
berita dari judul headline bukan dari isi berita. Ini terjadi dari efek negatif media
massa. media massa sering melakukan penonjolan pada judul-judul pemberitaanya
3
untuk menarik pembaca. Sehingga sering terjadi kesalah penafsiran isi berita, jika
hanya membaca judul berita.
Adapun alasan peneliti memilih Koran Tempo, karena media ini dalam
pemberitaannya selalu terkesan menekan pemerintah dan menempatkan dirinya
sebagai oposisi. Dibandingkan media cetak lainnya yang lebih bersifat soft dalam
pemberitaanya. Alasan lainnya, yaitu latar belakang Koran Tempo adalah koran
politik dan ekonomi. Sesuai dengan latar belakang kasus yang diteliti, yaitu
tentang “Pembangunan Gedung Baru KPK”.
Peneliti tertarik meneliti pemberitaan pembangunan gedung baru KPK,
karena peneliti melihat fenomena yang terjadi saat ini. Korupsi sudah melanda
hampir seluruh negara di dunia, baik negara barat maupun timur yang
berpenduduk mayoritas muslim. Korupsi sudah dipandang sebagai Extraordinary
crime, sehingga dapat mengganggu pembangunan ekonomi dalam suatu Negara.
Salah satunya adalah Indonesia. Indonesia telah menjadi sorotan internasional
mengenai kasus korupsi.1 Menurut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
Busyro Muqoddas, Indonesia masih menduduki peringkat ke empat Negara
terkorup di kawasan Asia.
Sungguh ironi, mengingat Indonesia merupakan negara yang mayoritas
berpenduduk muslim. Tetapi menjadi negara yang korup. Sedangkan dalam islam
sendiri, korupsi dikategorikan golongan kafir, seperti yang disepakati oleh
Nahdatul Ulama. Al-quran tidak membicarakan secara jelas tentang korupsi, tetapi
1 Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, Jakarta : CV. Zulkifli
Hakim, 1997, hlm 41.
4
merujuk secara tidak langsung. Al-Quran melarang hal-hal yang sama dengan
sifat korupsi.
Namun, upaya untuk memerangi korupsi sudah mulai terlihat sejak
didirikannya lembaga khusus yang menangani kasus korupsi yang bersifat
independen. Yaitu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK adalah satu-satunya lembaga khusus yang dibentuk untuk menangani
kasus korupsi di Indonesia. Lembaga ini terbentuk setelah reformasi. Pada
pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. KPK merupakan lembaga yang
memiliki keistimewaan khusus. Karena dia (KPK) dapat melakukan penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan.
Namun, kekuatan KPK yang dianggap Super Power menuai banyak
kecaman dari kalangan elit politik. Sehingga berbagai cara dilakukan untuk
memperkecil kewenangan KPK dalam menjalankan tugasnya. Mulai dari
pengajuan peninjauan ulang undang-undang yang menjadi dasar kewenangan
KPK, hingga pengurangan fungsi tugas KPK.
Jika dinilai dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan
hukum di Indonesia, masyarakat cenderung bersifat pesimis dan tidak percaya
pada lembaga hukum yang ada. Hukum hanya mampu menyentuh kalangan
bawah. Lembaga hukum dinilai pandang bulu saat menjalankan tugasnya. Sering
terjadi kongkalikong antara penegak hukum dan pelaku. Sehingga kepercayaan
publik terhadap hukum berkurang dan cenderung tidak percaya.
Tetapi, KPK merupakan salah satu lembaga hukum yang masih mendapat
kepercayaan publik. Tentu kita ingat saat terjadi konflik antara KPK dengan
POLRI (Cicak vs Buaya). Dukungan masyarakat begitu besar mengalir untuk
5
KPK. Ini menunjukan masih adanya kepercayaan publik kepada lembaga ini. Dan
saat itu, kasus tersebut bisa dikatakan dimenangkan oleh KPK.
Namun kasus serupa kembali terjadi saat ini. Ketika KPK mengajukan
permohonan dana dari pemerintah untuk membangun gedung baru KPK. Rencana
ini mendapat penolakan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Berbagai
alasan dilontarkan, mulai dari belum perlunya pembangunan gedung baru, hingga
alasan teknis lainnya.
Dukungan berbentuk moril maupun materil pun mulai mengalir. Sejak
diberitakan oleh media tentang penolakan pembangunan gedung baru KPK.
Media menilai kasus ini merupakan salah satu cara DPR untuk menjegal lembaga
antirasuah. Berita tentang penolakan itu menjadi sorotan di masyarakat.
Koran Tempo dalam headline-nya menuliskan judul “POLITIKUS
SENAYAN KERDILKAN KPK”. Dari judul yang ditulis tersebut menimbulkan
banyak pertanyaan. Apakah benar fakta yang terjadi seperti itu ataukah itu hanya
kontruksi yang dilakukan Tempo untuk menarik simpati publik dan menganggap
pentingnya kasus ini. Sehingga menampilkan judul seperti itu.
Karena itu, peneliti ingin mengupas lebih dalam tentang pemberitaan
pembangunan gedung baru KPK yang terdapat dalam Koran tempo.
Pembingkaian yang dilakukan Koran Tempo menimbulkan kesan DPR hendak
menjegal KPK. Tentu saja, pembingkaian tersebut memiliki tujuan tertentu.
Sehingga Koran Tempo menuliskan seperti itu.
Perlunya penelitian dan penelusuran tentang kasus tersebut dinilai penting.
Karena kasus ini melibatkan dua (2) lembaga (KPK dan DPR) yang mewakili
masyarakat untuk menjalankan pemerintahan yang baik. Sehingga jika memang
6
terjadi perselisihan antara kedua lembaga itu, harus diketahui peristiwa yang
sebenarnya terjadi. Karena mereka (KPK dan DPR) merupakan perpanjangan
tangan masyarakat. Untuk mencapai Indonesia yang sejahtera dan makmur. Bisa
dibayangkan apa yang terjadi jika kedua lembaga itu berselisih. Tujuan yang
dicita-citakan rakyat Indonesia tentu tidak akan tercapai.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “POLEMIK ISU
PEMBERANTASAN KORUPSI KPK versus DPR (Analisis Framing
Headline Koran Tempo Tentang Pembangunan Gedung Baru KPK)”.
Penelitian ini akan mengupas lebih dalam tentang pemberitaan gedung baru KPK
oleh Koran Tempo. Karena peneliti tertarik dengan isu pemberantasan korupsi
yang sedang giat digalangkan oleh KPK. Sehingga jika memang terjadi
pendiskriminasian oleh DPR. Maka memunculkan pertanyaan tentang peran DPR
sebagai wakil rakyat, tetapi menghalangi proses pemberantasan korupsi dan tidak
mendukung KPK dalam memberantas korupsi. Selain itu juga, peneliti tertarik
melihat kasus korupsi tersebut dari kacamata islam.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang peneliti telah paparkan sebelumnya,
maka peneliti membatasi penelitian ini pada subjek dan pesan. Subjek yang
dimaksud adalah Koran Tempo, sedangkan pesannya adalah apa yang ingin
disampaikan pada pemberitaan Koran Tempo yang mengangkat kasus
“Pembangunan Gedung Baru KPK” pada edisi 26-30 Juni 2012, dihubungkan
dengan isu pemberantasan korupsi.
7
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang
akan dikaji adalah :
1. Bagaimana Koran Tempo membingkai isu pemberantasan korupsi
pada pemberitaan kasus pembangunan gedung baru KPK pada edisi
26-30 Juni 2012?
2. Kenapa Koran Tempo membingkai isu pemberantasan korupsi dalam
pemberitaan kasus pembangunan gedung baru KPK seperti itu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara Koran Tempo membingkai
isu pemberantasan korupsi dalam kasus pembangunan gedung baru KPK.
Sehingga akan terlihat alasan Koran Tempo mengonstruksi kasus tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya wawasan dalam hal
penelitian media massa, khususnya menggunakan metode analisis framing.
Dan dapat memberikan gambaran untuk peneliti yang akan melakukan
penelitian seputar kajian media massa. Serta dapat mempermudah dan
membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian media massa, melalui
analasis framing.
2. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui sudut pandang dan ideologi dari sebuah media massa
dalam memberitakan suatu kasus yang terjadi, khususnya Koran Tempo.
8
Dan melihat hubungan antara media massa tersebut dengan ideologi,
pemberitaan, dan posisinya dalam dunia politik.
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang menjadi acuan peneliti sebagai contoh dan pembanding adalah :
1. Skripsi Nurul Afrida, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Jurnalistik angkatan 2008, yang berjudul “PERS DAN KEPENTINGAN
POLITIK (Analisis Framing Partai Nasional Demokrat dan Partai
Kemakmuran Bangsa Nusantara di Harian Seputar Indonesia)”. Dalam
skripsi ini penulisnya memperbandingkan pemberitaan yang dilakukan oleh
Harian Seputar Indonesia tentang Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan
Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN). Dari skripsi ini penulisnya
membuat kesimpulan bahwa memang ada kepentingan politik di Harian
Seputar Indonesia. Alasan peneliti menggunakan skripsi ini sebagai tinjauan
pustaka, karena skripsi ini memiliki kesamaan peristiwa yang
diteliti.Peristiwa yang dibahas dalam skripsi ini adalah kepentingan politik
dalam sebuah media. Dan kesamaan alat yang dipakai yaitu analisis framing
model William A.Gamson.
2. Skripsi Ririn Restu Utami, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jurusan Jurnalistik angkatan 2007, yang berjudul “Analisis Framing
Pemberitaan Kasus Gayus Tambunan di Republika dan Media
Indonesia Periode November 2010”. Dalam skripsi tersebut penulisnya
mengupas tentang kasus Gayus Tambunan menggunakan analisis framing
Robert N. Ethman dan memperbandingkan pemberitaan yang dilakukan
Republika dengan Media Indonesia. Kenapa peneliti mengambil skripsi
9
tersebut sebagai acuan karena kasus yang dibahas dalam skripsi ini berkaitan
dengan politik. Disini peneliti melakukan penelitian tentang kasus
pembangunan gedung baru KPK dan media yang diteliti adalah Koran
Tempo. Melihat latar belakang media dan kasus yang peneliti ambil ada
kesamaan dari segi kategori berita yaitu berita politik.
F. Motodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat dipengaruhi oleh cara pandang keilmuan
yang digunakan. Cara pandang ini bisa juga disebut perspektif. Namun Thomas
Khun untuk pertamakalinya menggunakan istilah paradigma sebagai persamaan
dari perspektif.2 Dani Vardiansyah dalam bukunya, menjelaskan paradigma ilmu
adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkuangan keilmuaan yang
akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam upaya
mencari dan menemukan pengetahuan ilmu dan kebenaran.3
Jadi paradigma dalam arti sederhana, merupakan pandangan untuk
menilai atau melihat sesuatu permasalahan, dan digunakan untuk
menyelasaikannya. Yang semuanya terikat dengan aturan-aturan dari pandangan
tersebut. Karena setiap pandangan atau paradigma memiliki persepsi yang
berbeda dalam melihat suatu kasus. Sehingga cara penyelesaiannya pun akan
berbeda.
Dalam kajian media ada tiga (3) paradigma yang sering digunakan, yaitu
positivis, konstruktivis, dan kritis. Paradigma inilah (paradigma positivis,
2 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks, 2008,
cet-2, hlm 50. 3 Ibid, hlm 50.
10
paradigma konstruktivis, dan paradigma kritis) yang menentukan posisi peneliti
dalam melakukan penelitian.
Ketiga paradigma ini, memiliki pandangan yang berbeda, khususnya
dalam kajian media massa. Maka peneliti akan menguraikannya satu persatu, agar
dapat dibedakan dan mengetahui kenapa peneliti menggunakan salah satu dari
pandangan tersebut.
1.1. Paradigma Positivis
Pandangan ini muncul pada generasi awal kajian komunikasi (klasik).
Positivis berlandaskan pada fakta empirik: teramati, terukur, teruji, terulang, dan
teramalkan.4 Pada generasi awal, penelitian komunikasi melihat jika suatu pesan
komunikasi disampaikan, maka pesan yang diterima pun akan sama dengan apa
yang disampaikan. Positivis menilai bahwa komunikan bersifat pasif. Sehingga
pesan akan diterima apa adanya.
Kaum positivis melihat dunia sebagai realitas objektif (nyata). Mereka
meyakini realitas memiliki bentuk yang nyata, bukan hasil penafsiran manusia.
Seperti gunung, sungai, gedung dan lainnya.
Dalam kajian media, positivis melihat bahwa media hanya sebagai alat
penyampai pesan. Sehingga pesan yang disampaikan melalui perantara media
akan sama dengan pesan yang diterima. Misalnya, jika seseorang mengatakan
“BULAT” lalu dikirim melalui perantara media. Maka orang lain sebagai
penerima akan menerima kata “BULAT” juga, tidak berubah bentuk manjadi
“KOTAK” atau “LONJONG”. Itu merupakan perumpamaan dari pandangan
4 Ibid, hlm 55.
11
positivis. Mereka melihat media sebagai cerminan dari realitas yang
sesungguhnya. Jadi media menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat.
1.2. Paradigma Konstruktivis
Jika pandangan positivis melihat komunikan bersifat pasif, maka
pandangan konstruktivis sebaliknya. Konstruktivis menganggap komunikan
bersifat aktif. Komunikan merupakan mahluk hidup yang memiliki akal dan
pikiran dalam menentukan sikap. Sehingga apabila seseorang menyampaikan
pesan kepada orang lain, pesan yang diterima oleh orang tersebut akan dimaknai
berbeda. Sebagai contoh, seorang guru menyampaikan pesan kepada muridnya.
Guru itu mengatakan “BULAT” maka belum tentu pesan yang diterima murid itu
“BULAT”. Kenapa seperti itu? Karena konstruktivis memandang setiap orang
akan berbeda saat memahami atau memaknai suatu pesan. Manusia memiliki latar
belakang yang berbeda satu dengan lainnya, walaupun dia hidup dalam satu
lingkungan yang sama. Karena manusia memiliki pengalaman secara psikologis
dan sosiologis yang berbeda. Kedua hal inilah yang membuat pemaknaan setiap
orang berbeda-beda.
Pandangan kontruktivis melihat realitas merupakan hasil bentukan
manusia. Realitas adalah bentuk penafsiran manusia. Realitas ada di dalam pikiran
manusia, bukan diluar pikiran manusia. Sehingga disebut realitas subjektif.
Dalam kajian media, konstruktivis tidak melihat media hanya sebagai
alat penyampai pesan. Tetapi media merupakan alat mengkonstruksi pesan. Media
bukan cermin yang merefleksikan peristiwa begitu saja. Sehingga apa yang kita
lihat di media merupakan realitas yang dibentuk. Dan realitas hasil bentukan itu
dibuat sedemikian rupa agar khalayak meyakini kebenarannya.
12
1.3. Paradigma kritis
Paradigma kritis merupakan paham yang dilahirkan para filsuf yang
tergabung dalam Mahzab Frankfurt, Jerman. Hakikatnya paham ini lebih tepat
disebut sebagai cara pandang terhadap suatu realitas dengan berorientasi pada
ideologi tertentu.5
Pandangan kritis mengatakan bahwa suatu wacana atau ide dalam
masyarakat merupakan hasil dari budaya dominan. Budaya yang dominan inilah,
berperan sebagai pembenaran dari satu tindakan di masyarakat. sehingga budaya
lain termarjinalkan. Sebagai contohnya, label “halal-haram”. Pelabelan “halal-
haram” adalah hasil dominasi budaya dominan (berkuasa). Dan di indonesia
budaya yang dominan adalah budaya berlandaskan islam. Sehingga budaya yang
tidak sejalan dengan islam termarjinalkan atau kurang bisa diterima.
Jika dalam kajian media, kritis mengupas dominasi atau ideologi dalam
suatu pemberitaan. Misalnya, dalam surat kabar, kenapa suatu peristiwa dikatakan
positif atau negatif? Maka kritis mengupas siapa yang bertanggungjawab atas
legitimasi bahwa peristiwa itu menyimpang. Mudahnya, kritis meneliti siapa yang
memiliki kekuasaan penuh dari arah suatu pemberitaan di media. Apakah
pengusaha sebagai pemegang modal, pemerintah ataukah redaksi.
Dari tiga pandangan itu, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis sebagai
landasan awal penelitian. Alasan peneliti menggunakan pandangan konstruktivis
karena kasus yang akan diangkat oleh peneliti tentang pemberitaan
“Pembangunan Gedung Baru KPK” oleh Koran Tempo. Peneliti menilai
5 Ibid, 61
13
pemberitaan itu sarat oleh kepentingan. Dilihat dari pembingkaiannya memiliki
kesan tertentu dan menyudutkan salah satu pihak.
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitan kualitatif
deskriftif, dan menggunakan paradigma konstruktivis sebagai landasan awalnya.
Paradigma ini melihat bahwa realitas sebagai hasil konstruksi manusia, sehingga
realitas merupakan hasil pemaknaan individu. Realitas sebenarnya tidak
bermakna, tetapi individulah yang memaknainya. Maka realitas dikatakan sebagai
realitas subjektif.
Konstruktivis melihat media sebagai agen konstruksi. Media merupakan
alat untuk mengonstruksi pesan. Sehingga apa yang disajikan media bukanlah
realitas yang sebenarnya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai peneliti adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian datanya dalam bentuk
narasi, cerita meendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara dan atau
observasi.6 Jadi pendekatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara
memaparkan temuan dari hasil pengamatan dokumen yang didapat dari pusat
dokumen Koran Tempo. Dokumen yang dimaksud adalah berita Koran Tempo
tanggal 26-30 Juni 2012.
3. Metode Penelitian
Lalu peneliti menggunakan metode analisis framing William A. Gamson.
Peneliti menganalisis pemberitaan mengenai kasus pembangunan gedung baru
KPK pada Koran Tempo edisi 26-30 Juni 2012. Dan menyimpulkan hasil temuan
6 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif; Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, 2010, cet ke-2.
14
dari analisis tersebut. Hasil dari penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran tentang bagaimana Koran Tempo mengkonstruksi kasus
“Pembangunan Gedung Baru KPK” dalam kaitannya dengan isu pemberantasan
korupsi KPK versus DPR. Dan untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan
oleh Koran Tempo.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitiannya
adalah Koran Tempo. Objek yang dimaksud adalah pemberitaan kasus
“Pembangunan Gedung Baru KPK” di Koran Tempo edisi 26-30 Juni 2012.
Peneliti memilih berita itu, karena menilai bingkai yang disajikan Tempo memiliki
maksud tertentu. Dilihat dari judul Headline-nya yang menuliskan “Politisi
Senayan Kerdilkan KPK”. Penulisan judul tersebut dengan ukuran besar dan
membentuk tanda panah kebawah yang menunjuk langsung gambar pemimpin
KPK. Serta foto tersebut ditampilkan dengan ukuran kecil.
Pemberitaan itu juga, terkait dengan isu pemberantasan kosupsi yang
dilakukan KPK. Namun mendapat perlawanan dari elit politik. Sehingga kasus ini
menjadi menarik, melihat dua institusi yang saling bertikai. Dan kedua institusi itu
merupakan perpanjangan tangan rakyat untuk menegakkan negara yang adil dan
makmur.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
dibedakan dengan metodologi dari riset yang digunakan para peneliti, yakni riset
kualitatif dan kuantitafif. Pada riset kualitatif yang peneliti pakai pada riset ini
15
ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ide penelitian kualitatif adalah
dengan sengaja memilih informan (dokumen atau bahan-bahan visual lain) yang
dapat memberikan jawaban terbaik pertanyaan penelitian.7
1. Observasi
Observasi merupakan proses mengamati hal-hal atau peristiwa
yang terjadi sekitar kita. Observasi pada riset ini diartikan sebagai kegiatan
mengamati subjek (Koran Tempo) dan objek (pemberitaan Koran Tempo
pada edisi 26-30 Juni 2012) penelitian secara langsung.
Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan instrument
observasi. Terdapat bermacam-macam instrument observasi, antara lain :
sistem kategori, sistem skala, sistem tanda, diary keeping, analisis
dokumen, lembar pengamatan, dan panduan pengamatan.8 Pada riset ini,
peneliti hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrument
observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai sumber
informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian. Dokumen
yang digunakan berupa teks dan simbol pada pemberitaan Koran Tempo
edisi 26-30 Juni 2012.
Peneliti mendapatkan dokumen berupa file PDF dari hasil
observasi ke pusat dokumen Koran Tempo yang dilakukan pada tanggal 4
Februari 2013, jam 11:26.
7 John W Creswell, Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta:
KIK Press, 2003, hlm 143. 8 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana 2007, Cet ke-
2, hlm 111.
16
2. Wawancara
Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak redaksi tentang
kebijakan redaksional Koran Tempo dalam mengemas pemberitaan
mengenai kasus “Pembangunan Gedung Baru KPK”.
Peneliti berhasil mewawancarai Redaktur Pelaksana Rubrik
Hukum dan Nasional Elik Susanto dan L.K Baskoro. Pada tanggal 17 Juni
2013, jam 15:30 WIB. Mereka diwawancari di kantor Koran Tempo yang
bertempat di Kebayoran Baru-Mayestik, Jakarta.
3. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan
sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang
dibahas dan mendukung penelitian.
Sumber bacaan yang peneliti dapat diantaranya dari Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Perpustakaan Universitas Indonesia.
6. Teknik Analisis Data
Melihat pembingkaian yang dilakukan Koran Tempo pada
pemberitaannya tentang kasus pembangunan gedung baru KPK edisi 26-30 Juni
2012. Peneliti menggunakan analisis framing model William A.Gamson untuk
menelitinya.
Framing secara sederhana dapat digunakan untuk menyusun dan
membaca realitas yang dikonstruksi oleh media massa. Suatu isu, pada
penyajiannya, melalui beberapa proses yang akhirnya menjadi satu sajian utuh
17
yang dikonsumsi oleh publik. Proses inilah yang membedakan penyajiannya suatu
berita antara media A dan media B dengan isu yang sama.
Perbedaan sajian atau bingkai yang dipakai media massa merupakan
realitas yang sengaja dibentuk untuk menyampaikan pesan tersendiri bagi media
itu. Pada dasarnya, framing merupakan metode untuk melihat cara bercerita media
atas peristiwa.9 Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana peristiwa
dikonstruksi oleh media.
Gamson mendefinisikannya sebagai cara bercerita tentang suatu
peristiwa dan menghubungkan satu samalain sehingga seolah-olah saling terkait
dan memiliki makna. Framing menjauhkan khalayak untuk mendapatkan
objektivitas pemberitaan. Framing dapat terjadi melalui cara pengambilan gambar
atau sudut pandang peristiwa, penyuntingan, dan penyajian peristiwa pada teks
yang disajikan.
Dalam proses framing terdapat berbagai kepentingan yang menempel
dengannya, bisa berasal dari pemilik/pemegang saham terbesar media, pengiklan,
atau dari institusi penekan lain seperti pemerintah, agama, dan lain-lain.
7. Pedoman Penulisan
Penulis dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
9 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKiS, 2008, hlm 10.
18
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai teori ideologi media, yang
menjelaskan adanya ideologi yang dilandasi kebijakan media masssa.
Kemudian menjelaskan tentang konsep media massa, berita, teori kontruksi
sosial, analisis framing, dan analisis framing model William A. Gamson.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini memaparkan mengenai sejarah singkat, visi dan misi surat kabar
tersebut, struktur redaksi dari Koran Tempo. Serta latar belakang diangkatnya
kasus pembangunan gedung KPK oleh Tempo.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang temuan dan analisis framing Koran Tempo mengenai
kasus pembangunan gedung baru KPK edisi 26-30 Juni 2012.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penulis
19
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis
1. Konstruksi Sosial atas Realitas
1.1. Latar Belakang Teori Konstruksi
Penggunaan kata kontruksi mulai terkenal sejak dipergunakan oleh Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann. Mereka melihat bahwa proses sosial dimulai
melalui interaksi dan tindakan.1 Sebenarnya konstruksi sosial berasal dari filsafat
konstrukstivis. Jika ditelusuri gagasan konstrukstivis sudah ada sejak jaman
Giambatissta Vico. Dialah cikal bakal kontrusktivis.
Bungin menjelaskan gagasan konstrukstivis ada jauh sebelum itu. Yaitu
ketika Socrates menemukan konsep jiwa dalam tubuh manusia dan ditambah lagi
oleh Plato yang menemukan konsep tentang akal budi dan ide.
Piaget menyebut kemampuan ini sebagai skema atau skemata dalam yang berarti suatu
struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.2
Konstrusktivis melihat bahwa realitas merupakan hasil dari proses
kognitif antara individu dengan individu lainnya maupun dengan lingkungannya.
Manusia dan lingkungan saling memengaruhi terus menerus sehingga menjadi
sebuah realitas yang terbentuk saat ini. Maka muncul pendapat bahwa realitas
merupakan hasil bentukan dari individu, dengan pengetahuan yang dimilikinya.
1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann, Jakarta: Kencana, 2008, hlm 13.
2 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Pustaka Filsafat, 2007, hlm
30.
20
1.2. Teori Konstruksi Sosial atas Realitas Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann
Teori konstruksi sosial bisa dikatakan berada di antara teori fakta sosial
dan teori definisi sosial. Teori fakta sosial adalah pendapat yang mengatakan
bahwa manusia merupakan produk dari lingkungan. Sedangkan teori definisi
sosial berpendapat manusialah yang berkuasa, manusia yang menciptakan
realitas, bukan realitas yang menciptakan manusia.3
Teori konstruksi sosial beranggapan bahwa manusia dan lingkungan
saling memengaruhi. Ada saatnya manusia yang dipengaruhi lingkungan, ada
saatnya manusia yang memengaruhi lingkungan. Sehingga bisa dikatakan manusia
dan lingkungan saling memengaruhi. Dari gambaran itu, teori konstruksi sosial
memersatukan teori fakta sosial dan teori definisi sosial.
Proses konstrusksi sosial atas realitas yang dikemukakan Berger terbagi
menjadi tiga (3) tahapan, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Eksternalisasi merupakan upaya manusia dalam bentuk pemikiran maupun
tenaga, untuk menyesuaikan terhadap lingkungan mereka. Di sini manusia sebagai
pembentuk dari lingkungannya. Contohnya hukum merupakan hasil dari
pemikiran manusia yang direalisasikan dalam kehidupan sosial. Lalu hukum
itulah yang mengatur harus bagaimana, serta apa yang boleh dilakukan dan tidak.
Jalannya kehidupan akan menyesuaikan dengan hukum tersebut.
Hukum yang awalnya hanya berupa pemikiran (non materi), lalu
direalisasikan pada kehidupan sosial itulah yang dikatakan sebagai proses
objektivasi. Hasil interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang
3 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKiS, 2008, hlm 13.
21
direalisasikan disebut objektivas. Interaksi di sini meliputi pengaruh lingkungan
terhadap manusia dan pengaruh manusia terhadap lingkungannya. Sedangkan
internalisasi merupakan proses manusia yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Lingkungan di sini bisa berarti lingkungan yang masih alami maupun yang sudah
dikonstruksi oleh manusia itu sendiri.4
Jadi manusialah yang pada awalnya memengaruhi lingkungannya, tetapi
seiring berjalannya waktu mereka pula ikut dipengaruhi oleh lingkungannya.
Disaat yang lain mereka juga tetap mempengaruhi lingkungannya. Proses ini terus
berjalan hingga saat ini. Dengan landasan ini, Berger mengatakan bahwa manusia
dan lingkungan saling mempengaruhi. Alasan ini yang menjadi dasar dari teori
konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luchmann.
2. Konstruksi Realitas dalam Media Massa
Konstrukstivis melihat media massa bukan sebagai alat penyampai
pesan, melainkan pengonstruksi pesan. Mereka memiliki pandangannya sendiri
mengenai media massa. seperti yang ditulis Eriyanto dalam bukunya Analisis
Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Dalam bukunya di uraikan
mengenai pendangan konstrukstivis mengenai media massa.5
Pertama, Fakta/ peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas merupakan
hasil konstruksi media yang bersifat subjektif, karena tercipta melalui konstruksi
dan skema tertentu yang dipakai oleh wartawan maupun media. Fakta merupakan
konstruksi atas realitas. Dan kebenaran suatu fakta bersifat relatif, karena
kebenaran merupakan suatu konteks yang diberlakukan.
4 Ibid, hlm 14-15.
5 Ibid, hlm 19.
22
Lalu, Media massa merupakan agen konstruksi. Media bukanlah berupa
saluran yang menyampaikan pesan begitu saja. Media merupakan alat
pengonstruksi pesan. Karena pesan yang disampaikan adalah hasil seleksi dan
bukan apa yang terjadi di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan ruang
dan tempat yang dimiliki media terhadap suatu peristiwa. Maka dilakukan
penyeleksian dan penyesuaian terhadap peristiwa yang akan diberitakan itu.
Selanjutnya, Berita bukanlah refleksi atas realitas, ia hanya konstruksi
atas realitas. Kaum konstrukstivis melihat berita merupakan hasil konstruksi
media yang melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari media. Fakta
merupakan hasil dari pemahaman media terhadap realitas. Jadi tidak mungkin
berita sebagai hasil cerminan dan refleksi atas realitas. Berikutnya, Berita bersifat
subjektif, berita merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap realitas. Dan
setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda. Maka dapat dikatakan bahwa
berita bersifat subjektif. Karena pada saat meliput berita, opini wartawan tidak
dapat dihilangkan. Perspektif yang digunakan oleh wartawan mempengaruhi isi
berita. Terakhir, Wartawan bukan pelapor, ia merupakan agen konstruksi.
Keberpihakkan wartawan tidak dapat dihindari. Karena wartawan bukan hanya
sekedar melaporkan peristiwa, melainkan dia ikut menerjemahkan peristiwa.
Adapun dalam buku Burhan Bungin tentang konstruksi atas realitas, dia
menggambarkan proses terjadinya konstruksi di media massa. Berikut bagan yang
menggambarkan proses konstruksi di media massa.
23
Gambar 1
Ada lima tahapan yang terjadi dalam proses komunikasi di media.
penyampai pesan, pesan, alat penyampai pesan, penerima, dan efek. Dari gambar
tersebut terlihat bahwa media massa dipengaruhi oleh eksternalisasi, objektivasi,
dan internalisasi dari orang yang memberikan informasi. Disini orang tersebut
adalah wartawan sebagai orang pertama yang bersentuhan dengan peristiwa yang
terjadi. Karena pengalaman dan perspektif dari wartawan ikut mempengaruhi cara
memaknai peristiwa yang diliputnya.
Lalu proses selanjutnya adalah memberikan hasil liputan itu kepada
media. Seperti diketahui, wartawan tidak bekerja sendiri. Melainkan bekerja
bersama institusi yang menaunginya. Institusi ini juga berperan dalam
mengonstruksi realitas. Keberpihakkan dan kepentingan yang terdapat di institusi,
sangat mempengaruhi hasil akhir dari sebuah berita.
Setelah melewati konstruksi yang dilakukan institusi, dalam hal ini
adalah lembaga pers. Pesan yang telah dikonstruksi oleh media, lalu
disebarluaskan. Berita yang merupakan hasil konstruksi akan disebarkan oleh
media. Di sinilah sifat dari media massa yang bisa menyebarkan pesan secara
cepat dan serentak, mempermudah hasil konstruksi itu menyebar di masyarakat.
24
Proses bersentuhannya realitas hasil konstruksi dan masyarakat secara
individu yang menentukan konstruksi itu berhasil atau tidak. Karena setiap
individu memiliki penerimaan yang berbeda, sesuai dengan latar belakang kultur,
pendidikan, ekonomi maupun politik. Jadi tidak serta merta masyarakat akan
menerima begitu saja. Jika masyarakat secara umum menerima hasil konstruksi
tersebut. Maka konstruksi realitas yang dilakukan media bisa dianggap berhasil
dan masyarakat akan terkonstruksi oleh realitas semu yang ditampilkan media.
3. Teori Agenda Setting
Secara sederhana, teori agenda setting dapat diartikan agenda media
memengarui agenda publik. Teori ini melihat bagaimana agenda yang dimiliki
media dapat memengaruhi agenda publik (opini publik). Yang dimaksud agenda
publik di sini adalah isu atau peristiwa apa yang dianggap publik penting sehingga
mendapat sorotan lebih. Namun seperti yang dikatakan Walker Lippmann,
masyarakat tidak merespon secara langsung peristiwa yang terjadi. Karena
ketebatasan ruang dan waktu. Dan juga lingkungan yang sebenarnya begitu luas
dan kompleks. Sehingga mereka tidak bisa mengerti dan memahami peristiwa
yang terjadi itu. Tetapi mereka mengetahuinya melalui media. Sedangkan apa
yang disuguhkan oleh media itu tidak nyata(pseudoenvironment).6 Karena itulah
apa yang diketahui oleh masyarakat merupakan wacana yang dibentuk oleh
media, bukan realitas yang sesungguhnya.
Agenda setting terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan
berita. Dilatarbelakangi oleh keterbatasan ruang dan waktu. Ada dua (2) tahapan
dalam penentuan agenda media, yaitu: Pertama, menentukan isu secara umum
6 Stephen W Littlejohn, Teori Komunikasi , Theories of Human Communication, Jakarta:
Salemba Humanika, 2009, hlm 415.
25
yang dianggap penting. Kedua, menentukan apa yang dianggap penting dari isu
tersebut.7 Jadi media tidak menampilkan peristiwa apa adanya, melainkan melalui
proses seleksi. Proses seleksi inilah yang dipengaruhi oleh agenda media. Karena
setiap media memiliki agenda yang berbeda. Bisa jadi satu peristiwa yang sama
akan berbeda dalam pemberitaanya, jika diliput oleh media yang berbeda.
Meskipun begitu, media tidak selalu memiliki pengaruh yang kuat
terhadap masyarakat. Setiap individu memiliki kontrol terhadap apa yang
dilakukannya. Hal ini, berkaitan dengan nilai-nilai individu dalam proses seleksi
dan persepsi.8 Karena setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda.
Secara tingkat pendidikan, kultul, ekonomi maupun politik. Maka tidak semua
orang akan menganggap penting apa yang media anggap penting.
B. Kerangka Konseptual
1. Analisis Framing
1.1. Definisi Framing
Framing atau bingkai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki pengertian papan atau bilah yang dipasang sekeliling suatu benda.
Namun pengertian itu, berbeda dengan pengertian framing dalam konteks ilmu
komunikasi. Framing yang dimaksud dalam ilmu komunikasi adalah penelitian
terhadap cara penulisan berita yang dilakukan oleh media massa. Di mana media
massa merupakan alat penyampai informasi kepada khalayak.
7 Ibid, hlm 416.
8 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana, 2008, Cet ke-8, hlm 496.
26
Pada mulanya framing merupakan pengembangan dari analisis wacana.9
Gagasan ini pertama kali dicetuskan oleh Beterson pada tahun 1955. Lalu
dikembangakan oleh Goffman, frame sebagai strip-strip yang tersusun sedemikian
rupa untuk menerjemahkan realitas.10
Berdasarkan latar belakang itu, framing
lebih sering digunakan dalam ranah komunikasi. Namun framing bukan berdiri
sendiri, tetapi sama seperti konsep ilmu komunikasi kebanyakan, yang meminjam
dari cabang ilmu lain. Konsep framing dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi).
Meskipun begitu, dalam prakteknya analisis framing dapat dihubungkan dengan
konsep-konsep keilmuan lain. Karena ranah yang disentuh oleh framing
bersinggungan dengan sosial, politik dan kultur. Sehingga tidak menutup
kemungkinan bidang keilmuan lain ikut mempengaruhi penelitian framing.
Alex Sobur, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana suatu peristiwa diseleksi dan dituliskan.11
Senada dengan Sobur,
Jumroni mengatakan, analisis framing adalah cara untuk mengetahui bagaimana
wartawan menyeleksi dan menuliskan berita.12
Framing juga bisa didefinisikan
sebagai alat pengaturan isi berita agar sesuai dengan konteks yang diingankan.13
Karena pada dasarnya framing dikembangkan dari perspektif
konstrukstivis. Yang beranggapan bahwa semua yang ada di dunia ini merupakan
hasil konstruksi. Maka penelitian analisis framing meneliti bagaimana media
massa ataupun perangkat media massa seperti wartawan, redaksi, maupun faktor-
9 Alex Sobur, Analaisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, Cet ke-5, hlm 161. 10
Ibid, hlm 161. 11
Ibid, hlm 162. 12
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, hlm
92.
13
Werner J- James W. Tankard Severin, Jr. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana, 2009, Cet ke-5, hlm 332.
27
faktor dari media massa yang mengkontruksi realitas menjadi apa yang
disuguhkan kepada khalayak.
Dari realitas yang komplek, lalu disederhanakan hingga mudah
dimengerti dan memiliki makna. Frank D. Durham pun mengatakan realitas yang
kompleks dipahami dan disederhanakan melalui skema tertentu.14
Karena pada
dasarnya manusia tidak dapat memahami realitas yang begitu komplek, sehingga
mereka cenderung, bahkan selalu melihat realitas dengan skema-skema tertentu
untuk menafsirkan atau memberi makna realitas. Realitas yang komplek tidak
akan bermakna jika tidak dapat dimengerti. Analisis framing dalam pengertian
sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa.15
Ada juga beberapa pengertian yang dikatakan oleh ahli ilmu sosial lainya seperti
yang digambarkan pada table berikut ini:
Robert N. Ethman Menitik beratkan perhatiannya pada cara penulisan/
pengonstruksian realitas yang dilakukan dengan
penyeleksian dan penonjolan oleh media massa.
Ia mengatakan bahwa media massa pasti melakukan
konstruksi, yaitu saat menyeleksi apa yang akan
diberitakan dan bagaimana cara penuliasannya.
William A. Gamson Frame adalah gugusan ide-ide yang dikemas
sedemikian rupa untuk memunculkan satu wacana
yang diinginkan oleh pelaku konstruksi.
14
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKiS, 2008, hlm 67. 15
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007, Cet
ke-2, hlm 253.
28
Todd Gitlin Cara bagaimana realitas dibentuk dan
disederhanakan, untuk ditampilkan kepada khalayak
agar mudah dimengerti dan memiliki kesan
mendalam.
Pemberian kesan itu bisa dilakukan dengan
penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas,
memberikan ruang yang lebih dan melakukan
pengulangan.
David E. Snow dan
Robert Benford
Memberikan penafsiran terhadap realitas dengan
didukung kondisi yang relevan. Maksud kondisi
yang relevan adalah memberikan penafsiran dengan
didukung oleh kalimat lainnya yang mendukung
gagasan frame tersebut, sehingga menimbulkan
kepercayaan bagi yang membacanya.
Amy Binder Frame merupakan hasil dari skema yang digunakan
individu dalam menafsirkan realitas. Mereka
melakukan itu untuk memahami realitas yang
kompleks. Karena individu cenderung menafsirkan
realitas dalam bentuk yang sederhana agar memiliki
makna.
29
Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita oleh
individu. Mereka menyoroti bagaimana wartawan
menerjemahkan realitas dan menuliskannya. Karena
setiap individu memiliki penafsiran yang berbeda.
TABEL II. 1 Pengertian Framing.16
Dapat dilihat bahwa pengertian yang dikatakan tokoh-tokoh tersebut,
memiliki persamaan yang mendasar. Yaitu framing adalah cara yang dilakukan
individu maupun media massa (dalam kajian media) untuk memahami realitas
dengan menafsirkan melalui skema-skema tertentu dan menuliskannya kembali.
Jadi ada dua (2) bagian penting dari frame itu sendiri. Yaitu penafsiran
dan penulisan/ pengontruksian. Kedua (2) bagian inilah yang membuat frame
setiap individu/ media berbeda. Karena setiap individu memiliki latar belakang
dan penafsiran yang berbeda. Boleh jadi peristiwa yang diliput sama, tetapi dalam
penulisannya akan berbeda satu sama lain.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena dimensi frame. Sama halnya seperti
bagian penting frame. Dimensi frame pun memiliki dua (2) bagian yang ikut
memengaruhi konstruksi yang dilakukan. Yaitu dimensi psikologi dan dimensi
sosiologi.17
Dimensi psikologi berkaitan dengan kognisi seseorang. Setiap orang
memiliki latar belakang yang berbeda. Inilah yang membuat individu menafsirkan
realitas secara berbeda. Karena seperti yang dikatakan Amy Binder, manusia
16
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKiS, 2008, hlm 67-68.
17
Ibid, hlm 71.
30
selalu menyederhanakan realitas yang kompleks agar mudah dipahami dan
dimengerti. Individu melakukan penyederhanaan melalui skema-skema
tertentu(simplikasi, klasifikasi, generalisasi atau asosiasi).
Dimensi sosiologi, berbeda dengan dimensi psikologi. Jika dimensi
psikologi berkaitan erat dengan kognisi seseorang, tetapi dimensi sosiologi
berkaitan dengan lingkungan (sosial). Lingkungan inilah yang mendiktek
seseorang untuk menerjemahkan realitas sesuai dengan lingkungannya. Misalnya
jika dia seorang guru agama, maka dia akan menafsirkan realitas dengan
berlandaskan nilai-nilai agama. Apapun yang terjadi akan selalu dilihat dari sudut
pandang agamanya. Apakah itu norma, adat istiadat, budaya, maupun profesi.
Mereka inilah yang berpengaruh dalam dimensi sosialogi terhadap penerjemahan
realitas.
Jika dilihat dari uraian tersebut, sebenarnya realitas itu tidak memiliki
makna. Tetapi individulah yang memaknai realitas. Maka muncul yang namanya
realitas subjektif. Kedua hal ini(dimensi psikologi dan dimensi sosiologi)
membuat realitas menjadi bermakna bagi individu tetapi berbeda maknanya bagi
individu lainya. Maka framing masuk dalam bagian konstrukstivis. Karena
pandangan ini yang menilai semua hal di dunia ini merupakan hasil konstruksi.
Namun yang dimaksud konstruksi di sini bukan pembentukan secara total,
melainkan pembelokkan makna secara halus. Pembelokkan ini terjadi karena
skema yang digunakan. Walaupun begitu, itu bukanlah merupakan kebohongan.
Hanya saja cara melihat peristiwanya yang berbeda. Karena peristiwanya memang
benar terjadi.
31
1.2. Tiga Model Analisis Framing
Ada tiga model analisis framing yang biasa dipergunakan. Yaitu model
Robert N. Ethman, model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dan model
William A. Gamson. Ketiganya memiliki perbedaan masing-masing. Namun pada
dasarnya penelitian mereka memiliki kesamaan dalam hal pengertian framing itu
sendiri. Pendapat mereka tentang framing dapat dikatakan hampir sama. Framing
menurut mereka adalah proses penafsiran atau penyeleksian atas realitas yang
kompleks lalu mengonstruksinya sehingga menjadi bermakna. Proses
penyeleksian dan pengonstruksian itu dilakukan dengan cara memberikan ruang
yang lebih besar terhadap salah satu sisi, sehingga sisi tersebut memiliki perhatian
lebih. Namun sisi yang lain cenderung dilupakan atau memiliki ruang yang
sedikit.
Untuk melihat perbedaan dari ketiga model tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Robert N. Ethman Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki
William A. Gamson
Pengertian Frame
Frame merupakan proses
penyeleksian dan
penonjolan.
Frame merupakan suatu
tanda bagaimana
individu, bagaimana
seseorang memaknai
peristiwa.
Frame merupakan
gugusan ide yang
dibentuk dalam suatu
kemasan sehingga
sesuai dengan wacana
yang diinginkan.
32
Fokus Penelitian
- Lebih bersifat umum
dalam melakukan
penelitian. Atau berupa
sebuah kesimpulan.
- Terfokus pada konten
(kasus) yang diangkat.
- Analisis mendalam
terhadap teks dan
berfokus pada
individu yang
mengonstruksi. Dia
menggabungkan
dimensi psikologi dan
dimensi sosiologi.
- Menganggap mikro
(individu wartawan)
lebih dominan
dibandingkan makro
- Melihat teks berita
merupakan hasil
kontruksi media
(institusi pers)
berupa media
package. Dan
melakukan
penelitian terhadap
teks dengan
membagi dua
bagian(perangkat
framing dan
perangkat
penalaran).
- Makro dan mikro
saling
memengaruhi.
Metode yang Dipergunakan
- Pendefinisian
masalah(define
problem).
- Memperkirakan
masalah atau
- Sintaksis, susunan
kata atau frase
dalam kalimat.
Juga bisa
dikatakan sebagai
- Perangkat
framing ,
merupakan
penonjolan
yang dilakukan
33
sumber
masalah(diagnose
causes).
- Membuat
keputusan
moral(make moral
judgement).
- Menekankan
penyelesaian(treat
ment
recommendation).
susuna bagian
berita.
- Skrip, bisa
diartikan sebagai
sudut pandang,
cara bercerita atau
urutan penulisan.
- Tematik, kalimat
atau hubungan
antarkalimat
untuk
meyakinkan
wacana yang
dibangun.
- Retoris, cara
wartawan
menekankan
fakta.
dalam teks,
seperti
penggunaan
idiom, kata
ganti, gambar
dan lain
sebagainya.
- Perangkat
penalaran,
hubungan
antarkalimat
sebagai
penopang
wacana yang
ingin
diyakinkan.
Tabel II. 2
Model Analisis Framing
1.3. Analisis Framing Model William A. Gamson
Model ini, melihat bahwa frame merupakan kumpulan ide yang bercerita
sehingga membentuk suatu wacana.18
Frame merupakan pendekatan untuk
18
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007, Cet
ke-2, hlm 257.
34
melihat bagaimana media menyeleksi isu dan menuliskannya. Model ini pada
dasarnya berpijak pada pendekatan konstrukstivis, yang melihat bahwa media
(teks atau artikel) merupakan hasil konstruksi yang memiliki makna tertentu di
dalamnya. 19
Dalam pandangan Gamson, wacana media merupakan bagian penting
untuk memahami dan mengetahui tentang pendapat umum mengenai isu atau
peristiwa yang berkembang.20
Gamson adalah seorang sosiolog, namun dia
tertarik dengan analisis media. Sehingga model Gamson menghubungkan antara
wacana media dan pendapat umum. Dia melihat bahwa pendapat terhadap suatu
isu dipengaruhi oleh frame yang dibentuk media. Sedangkan media memiliki
wacananya sendiri terhadap satu isu. Maka dia berkesimpulkan bahwa wacana
medialah yang mempengaruhi pendapat umum (opini publik) di masyarakat.
Gamson melihat frame tersusun dari package (kemasan) yang
mengandung makna tertentu. Bisa dikatakan package inilah sebagai wacana
media. Dalam kemasan itu terdapat dua struktur utama, yaitu core frame (gagasan
utama) dan condensing symbols. Core frame, merupakan pusat ide dari wacana
yang ingin disampaikan atau bisa dikatakan sebagai inti dari frame. Sedangkan
condensing symbols, merupakan simbol-simbol yang mendukung dari wacana
yang ingin disampaikan.
Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani dapat dilihat
pada gambar berikut:
19 Alex Sobur, Analaisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, Cet ke-5, hlm 179. 20
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, Yogyakarta:
LKiS, 2008, hlm 217.
35
Tabel II.3
Model Analisis Framing Gamson
Dalam struktur kedua atau condensing symbols, terbagi menjadi dua
bagian. Yaitu framing devices (perangkat framing) dan reasoning devices
(perangkat penalaran). Framing devices berhubungan dengan gagasan utama yang
ditekankan didalam teks. Hal ini, dapat dilihat dari pemakaian kalimat, kata,
grafik (gambar) dan metafora.21
Struktur perangkat framing meliputi methaphors
(perumpamaan dan pengandaian), exemplars (mengaitkan bingkai dengan contoh,
uraian yang menjelaskan bingkai), catcgphrases (frase yang menarik, kontras,
menonjol dalam suatu wacana), depictions (penggambaran atau pelukisan suatu
isu yang bersifat konotatif), dan visual images(gambar, grafik, citra yang
mendukung bingkai secara keseluruhan). Sedangkan reasoning devices,
merupakan alasan pembenaran dari wacana tersebut. Pemberian alasan yang dapat
membenarkan perangkat framing. Dapat dilihat dari root (analisis kausal) dan
21
Ibid, hlm 226.
CONDENSING SYMBOLS
FRAMING DEVICES REASONING DEVICES
1. Metaphors
2. Exemplars
3. Catchphases
4. Depictions
5. Visual Images
1. Roots
2. Appeal to Principle
MEDIA PACKAGE
CORE FRAME
36
appeal to principle (imbauan atau klaim moral).22
Perangkat framing dan
perangkar penalaran saling membangun sehingga wacana yang ingin disampaikan
menjadi masuk akal dan diterima public.
2. Korupsi
2.1. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “Corruptie” atau
“Corruptus”. Selanjutnya kata corruption berasal dari kata corrumpore (suatu kata
latin yang tua). Dari bahasa latin inilah yang kemudian diikuti dalam bahasa
Eropa seperti Inggris : corruption, corrupt ; perancis : corruption ; belanda :
Ccorruptie (korruptie). Dalam ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa korupsi
(dari bahasa latin corruption = penyuapan ; dan corrumpore = merusak ) yaitu
gejala bahwa para penjabat badan-badan Negara menyalagunakan terjadinya
penyuapan, pemalsuan serta ketidak beresan lainnya.23
Dari pengertian kata dasar
dapat diartikan atau disimpulkan bahwa korupsi mengandung pengertian
penyalagunaan yang dilakukan badan negara untuk melakukan penyuapan.
Namun, pengertian korupsi secara harfiah sendiri dapat ditafsirkan beberapa
pengertian, yaitu :
1. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran.24
2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogokan dan sebagainya.25
22 Alex Sobur, Analaisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, Cet ke-5, hlm 182. 23
Igm. Nurjanah, 2010, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupasi, Perspektif
Keadilan Melawan Mafia Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 14 24
S. Wojowasito – W.J.S Poerwadaminta, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia Indonesia
- Inggris, Hasta, Bandung, hlm 37 dan 150.
37
3. Perbuatan yang kenyataannya bersifat buruk; - perilaku yang jahat dan
tercela, atau kebejatan moral ; - penyuapan dalam bentuk-bentuk
ketidakjujuran ; - sesuatu yang dikorup, seperti kata yang diganti atau
diubah secara tidak tepat dalam suatu kalimat ; - pengaruh-pengaruh yang
korup.26
Secara garis besar dapat diartikan bahwa pengertian korupsi secara
harfiah merupakan perbuatan-perbuatan tidak bermoral dan tercela untuk
mendapatkan keuntungan dengan cara mengubah sesuatu yang tidak semestinya,
misalnya kata dalam suatu kalimat, sehingga memiliki makna atau pengertian
yang berbeda.
2.2. Korupsi dalam Islam
Sedangkan pengertian korupsi dalam islam sering dikaitkan dengan
konsep ghulul, karena melihatnya sebagai pengkhianatan atas amanah yang
harusnya dijaga.27
Dalam bukunya Prof Syamsul Anwar mengatakan bahwa
dalam fiqih atau litelatur islam secara umum tidak ditemukan sebuah istilah yang
mengandung makna korupsi secara menyeluruh, namun berdasarkan tindakan-
tindakan yang dikategorikan korupsi dalam hukum negera Indonesia adalah
konsep-konsep kejahatan maliyyah dalam fiqih. Terdapat 3 (tiga) unsur utama
untuk mengisbatkan makna korupsi,28
yaitu :
1. Adanya Tasyaruf, yaitu perbuatan yang bisa bearti menerima, memberi,
dan mengambil.
25
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Bandung,
hlm 468. 26
Soedjono. Dirjosisworo, Fungsi Perundang-undangan Pidana Dalam
Penanggulangan Korupsi di Indonesia, PT. Sinar Baru, Bandung, hlm 17 27
Prof. Syamsul Anwar. Dkk, 2010, Telaah Fiqih Korupsi Dalam Muhamadiah dan
Nadratul Ulama (NU), Koruptor Itu Kafir, Mizan Publika, Jakarta, hlm 127-129. 28
Ibid hlm 128.
38
2. Adanya penghianatan terhadap amanat kekuasaan.
3. Adanya kerugian yang ditanggung oleh masyarakat atau public.
Berlandaskan inilah korupsi bisa dikaitkan dengan hukum fiqih, yaitu :
1. Ghulul ( penghianatan dalam amanah yang seharusnya dijaga)
2. Risywah (tindakan memberikan harta dan yang sejenisnya untuk
membatalkan hak milik pihak lain atau mendapatkan atas hak milik pihak
lain)
3. Khiyanah (tidak menepati janji)
4. Mukabarah dan Ghasab ( Ghasab adalah menghilangkan kekuasaan orang
yang berhak (pemilik) dengan menetapkan kekuasaan orang yang berbuat
batil secara terang-terangan, Mukabarah adalah eksploitasi secara tidak sah
atas benda dan manusia)
5. Sariqah (tindakan mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi
tanpa ada pemberian amanat atasnya)
6. Intikhab (pemindahan hak yang bertentangan dengan hukum)
7. Iklu Suht (semua kebiasaan dan kesenangan dalam berusaha dan memakan
serta memanfaatkan barang yang haram atau hasil dari yang diharamkan)
Dan juga tertera dalam Al-quran tentang larangan korupsi surat Al-Anfal ayat 27-
30, yang berbunyi:
٩ Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi
39
Allah ada pahala yang besar. Wahai orang-orang beriman! Jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan Furqaan kepadamu dan menghapus
segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia
yang besar.
Ayat ini menjelaskan tentang pentingnya menjalankan amat dan jangan
mengkhianati amanat yang diberikan. Seperti yang telah dijelaskan di awal,
bahwa korupsi dalam islam dipandang sebagai suatu pengkhianatan. Dan dalam
Al-quran banyak terdapat ayat yang memerintahkan untuk menjaga amanat yang
diberikan. Salah satunya surat Al-Anfaal ayat 27-30.
40
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah dan Perkembangan Koran Tempo
Koran Tempo adalah sebuah Koran berbahasa Indonesia yang terbit di
Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Koran Tempo
sebelumnya dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya Koran
Tempo melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana
tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali
diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.
Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara teknis ialah untuk
mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara
idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda
dengan surat kabar yang lainnya. Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi
media massa cetak yang mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam
menerima informasi. Market reader Koran Tempo ialah masyarakat kelas
menengah ke atas yang secara ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan
tinggi.
Motto Koran Tempo adalah “to be concise”, yaitu memberitakan sebuah
peristiwa dengan ringkas, padat, dan jelas sesuai dengan 5W + 1H. motto ini juga
yang mendasari desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung
dari satu halaman ke halaman lainnya. Pertimbangan ini adalah waktu pembaca
surat kabar yang relatif pendek.
41
Ketika muncul perdana, Koran Tempo memang menampilkan sejumlah
kejutan, diantaranya design yang segar, cara penulisan yang back to basics,
ringkas tetapi lebih dalam dan tentu saja dengan isi keseluruhan yang lebih
berbobot.
Perwajahan selain isi, tentu saja menjadi bagian penting Koran Tempo. Itu
sebabnya berbagai pembaruan terus dilakukan. Antara lain memperkenalkan
infografis sebagai pelengkap berita. Hal ini sesuai dengan motto Koran Tempo
yang diungkapkan oleh Toriq Hadad sebagai pemimpin redaksi (saat itu) yaitu “
ringkas dan cerdas; memilih beralih ke format kompak nan praktis”. Ide utamanya
menjadikan gebrakan, karena Koran Tempo adalah pemain baru di pasar. Jadi
harus serba menarik perhatian di jalan-jalan (company profile Tempo Inti Media).
Adapun perkembangan redaksional Koran Tempo, antara lain:
1. Berkembang terus menjadi sumber referensi isu-isu publik.
2. Penampilan infografis menjadi ciri khas yang unik dari Koran Tempo.
3. Variasi rubrik yang dikembangkan mengikuti kebutuhan konsumen yang
semakin beragam.
Ada beberapa hal yang diperhitungkan dalam pemberian nama “Tempo”, yaitu:
1. Nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari
segala jurusan.
2. Nama ini terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang.
3. Nama itu bukan simbol suatu golongan.
Sedangkan arti Tempo adalah waktu, sebuah pengertian yang dengan
segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbit jurnalistik di dunia.
42
B. Visi dan Misi Tempo Inti Media
Visi:
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk
berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat
yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
Misi:
1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan
kekuasaan, modal, dan politik.
3. Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa,
dan tampilan visual yang baik.
4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.
5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam
sesuai kemajuan jaman.
6. Sebuah proses kerja uang menghargai kemitraan dari semua sektor.
7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khazanah artistik dan intelektual.
C. Struktur Redaksi Koran Tempo
Koran Tempo diterbitkan oleh PT Tempo Inti Media Harian. Redaksi
Koran Tempo beralamatkan di Kebayoran Center Blok A11-A15 Jalan Kebayoran
Baru Mayestik, Jakarta 12240. Nomor telepon (021) 755625 dan faksimili (021)
7255645 atau (021) 7255650. Adapun perusahaannya sekaligus proses produksi
43
percetakannya yaitu PT Temprint yang beralamatkan di jalan Palmerah Barat No.
8, Jakarta 12210. Nomor telepon (021) 5360409.
Kelompok Tempo Media
JABATAN NAMA
PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG
JAWAB
Daru Priyambodo
REDAKTUR EKSEKUTIF Burhan Sholihin
R U B R I K N A S I O N A L D A N H U K U M
REDAKTUR PELAKSANA Budi Setyarso, Elik Susanto, L.R.
Baskoro, Yosep Suprayogi
REDAKTUR Bagja Hidayat, Jajang Jamaluddin,
Setri Yasra, Sukma N. Loppies,
Widiarsi Agustina
STAF REDAKSI Anton Aprianto, Anton Septian,
Aryani Kristanti, Fanny Febiana,
Kartika Candra, Mustafa Silalahi,
Rachma Tri Widuri, Stefanus Teguh
Edi Pramono
REPORTER Ananda Badudu, Febriyan, Febriana
Firdaus, Francisco Rosarians Enga
Geken, Indra Wijaya, Ira Guslina,
Isma Savitri, Prihandoko, Rusman
Paraqbeuq, Tri Suharman
R U B R I K E K O N O M I
REDAKTUR PELAKSANA Nugroho Dewanto
44
REDAKTUR Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani,
Efri N.P. Ritonga, Jobpie Sugiharto,
Retno Sulistyowati, Y. Tomi Aryanto
STAF REDAKSI Agoeng Wijaya, Bobby Chandra, Fery
Firmansyah, Harun Mahbub, RR
Ariyani, Setiawan Adiwijaya
REPORTER Akbar Tri Kurniawan, Bernadette
Christina, Eka Utami, Gustidha
Budiartie, Jayadi Supriadin, Martha
Ruth Thertina, Rosalina, Sutji Decilya
R U B R I K I N T E R N A S I O N A L D A N N U S A
REDAKTUR PELAKSANA Bina Bektiati, Idrus F. Shahab
REDAKTUR Dwi Arjanto, Maria Hasugian,
Mustafa Ismail, Raju Febrian, Sapto
Yunus
STAF REDAKSI Abdul Manan, Hayati Maulana Nur,
Juli Hantoro, Sandy Indra Pratama,
Sita Planasari
REPORTER Eko Ari, Agus Supriyanto, Jalil
Hakim, Zed Abidin, Sunudyantoro
(Kepala Biro), L.N Idayanie, R. Fadjri,
Eni Saeni, Yudhono Yanuar, Nur
Haryanto
R U B R I K N E W S D A N M E T R O
REDAKTUR PELAKSANA Wahyu Dhyatmika
REDAKTUR Grace Samantha Gandhi, Purwanto,
45
Yandi Rofyandi, Zakarias Wuragil
STAF REDAKSI Ahmad Nurhasim, Endri Kurniawati,
Kodrat Setiawan, Martha Warta
Silaban, Nieke Indrietta Baiduri,
Suseno
REPORTER A. Aditya Budiman, Amandra, Baiq
Atmi, Choirul Aminudin, Cornila
Desyana, Dianing Sari, Erwin Z.
Prima, Munawwaroh, Pingit Aria
Mutiara Fajrin, Rina Widiastuti
R U B R I K S A I N S D A N S P O R T
REDAKTUR PELAKSANA Tulus Wijanarko, Yosrizal Suriaji
REDAKTUR Firman Atmakusumah, Hary Prasetyo,
Irfan Budiman, Nurdin Saleh, Tjandra
Dewi
STAF REDAKSI Agus Baharudin, Ali Anwar, Angelus
Tito, Budi Riza, Kelik M. Nugroho,
M. Reza Maulana, Rini Kustiani,
Untung Widyanto
REPORTER Anton William, Arie Firdaus, Dwi
Riyanto Agustiar, Mahardika Satria
Hadi, Muhammad Iqbal, Ratnaning
Asih
R U B R I K G A Y A H I D U P D A N S E N I
REDAKTUR PELAKSANA Qaris Tajudin, Seno Joko Suyono
REDAKTUR Dody Hidayat, Dwi Wiyana,
46
Kurniawan, Nurdin Kalim, Purwani
Diyah Prabandari
STAF REDAKSI Adek Media, Andari Karina Anom,
Cheta Nilawati, Evieta Fajar
Pusporini, Hadriani Pudjiarti,
Istiqomatul Hayati, Ninien Damayanti,
Nunuy Nurhayati Sorta Martalena
Tobing
REPORTER Amirullah, Dian Yuliastuti, Heru
Triyono, Ismi Wahid, Riky Ferdianto,
Ririn Agustia
R U B R I K I N V E S T I G A S I D A N E D I S I K H U S U S
REDAKTUR PELAKSANA Purwanto Setiadi
REDAKTUR Philipus Parera, Yandhrie Arvian
STAF REDAKSI Muhammad Nafi , Yuliawati
REPORTER Agung Sedayu
K R E A T I F
REDAKTUR KREATIF Gilang Rahadian
REDAKTUR DESAIN Eko Punto Pambudi, Yuyun
Nurrachman
DESAINER SENIOR Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto,
Kendra H. Paramita
DESAINER Aji Yuliarto, Djunaedi, Gatot
Pandego, Riama Yuanita Asmara
PENATA LETAK Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Agus
Darmawan Setiadi, Agus Kurnianto,
47
Arief Mudi Handoko, Imam Riyadi
Untung, Kuswoyo, Mistono, Rudy
Asrori, Tri Watno Widodo, Wahyu
Risyanto
REDAKTUR FOTO Rully Kesuma
KOORDINATOR FOTO Ijar Karim, Mahanizar Djohan
PERISET FOTO Ayu Ambong, Gunawan Wicaksono,
Nita Dian Afi anti, Tomy Satria,
Wahyu Setiawan, Latifah Zaid Nahdi,
Fardi Bestari
FOTOGRAFER Aditia Noviansyah, Amston Probel,
Subekti
WEB DEVELOPER Radja Komkom Siregar, Anugerah
Trihatmojo, Fransiskus Saferius, Unay
Sunardi
B A H A S A
REDAKTUR BAHASA Uu Suhardi (Koordinator), Hasto
Pratikto, Sapto Nugroho
STAF REDAKTUR BAHASA Dewi Kartika, Hadi Prayuda, Heru
Yulistiyan, Iyan Bastian, Michael
Timur Kharisma
STAF BAHASA Sekar Septiandari, Fadjriah
Nurdiarsih, Eka Suryana Saputra
P U S A T D A T A D A N A N A L I S A T E M P O
KOORDINATOR Priatna, Ade Subrata
48
RISET Ngarto Februana
STAF RISET Indra Mutiara, Viva B. Kusnandar
REDAKTUR SENIOR Bambang Harymurti, Diah
Purnomowati, Edi Rustiadi M, Fikri
Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S.
Chudori, Putu Setia, S. Malela
Mahargasarie, Toriq Hadad
KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT Toriq Hadad
KEPALA DESAIN KORPORAT S. Malela Mahargasarie
KEPALA BIRO EKSEKUTIF DAN
PENDIDIKAN
M. Taufiqurohman
Tabel III. 1
Kelompok Tempo Media
PT TEMPO INTI MEDIA TBK
JABATAN NAMA
DIREKTUR UTAMA Bambang Harymurti
DIREKTUR Herry Hernawan, Toriq Hadad
SEKRETARIAT KORPORAT Diah Purnomowati
PEMASARAN Herry Hernawan
IKLAN Gabriel Sugrahetty (Wakil Direktur),
Adelisnasari, Tito Prabowo, Adeliska
Virwani, Haderis Alkaf, Melly Rasyid,
Nurulita Pasaribu, Sulis Prasetyo
49
PENGEMBANGAN DAN
KOMUNIKASI PEMASARAN
Meiky Sofyansyah (Kepala), Imam Hadi
PROMOSI Rachadian Nashidik
RISET PEMASARAN Ai Mulyani K
BUSINESS DEVELOPMENT Rhanty
KREATIF PEMASARAN Prasidono Listiaji (Kepala)
TIM PENULIS S. Dian Andryanto, Danis Purwono,
Dewi Retno Lestari, Hotma Siregar, Mira
Larasati, Nugroho Adhi, Rifwan Hendri,
Susandijani, V. Nara Patrianila
FOTOGRAFI & RISET FOTO Lourentius EP
DESAIN IKLAN Kemas M. Ridwan (Koordinator), Andi
Faisal, Andi Suprianto, Arcaya
Manikotama, Jemmi Ismoko, Junaidi
Abdillah, Juned Aryo Sembada,
Rachman Hakim
TRAFFIC Abdul Djalal
SIRKUL ASI DAN DISTRIBUSI Windalaksana (Kepala), Erina
(Sekretariat)
SIRKULASI Shalfi Andri (Kepala Unit), Yefri, Indra
Setiawan, Ivan B. Putra, Alex Anindito,
M. Oemar Sidiq
PERWAKILAN DAERAH Solex Kurniawan (Surabaya)
DISTRIBUSI Ismet Tamara (Kepala Unit)
50
Reporter/ Koresponden/
Fotografer
Redaktur Halaman
Redaktur Bidang
Deputi RE
Redaktur Eksekutif
Rapat Halaman
Rapat Bidang
Redaksi Bahasa
Redaksi Kreatif
(Lay Out/ Foto)
Temprint (Film)
LAYANAN PELANGGAN Berkah Demiat
Tabel III. 2
PT TEMPO INTI MEDIA TBK
D. Mekanisme Kerja Redaksi
Keterangan :
Sebelum dilakukan penugasan kepada reporter dan fotografer ke lapangan,
redaktur halaman dan redaktur bidang mengadakan rapat terlebih dahulu untuk
menentukan isi dari surat kabar tersebut. Setelah rapat selesai, masing-masing
redaktur menugaskan reporter, koresponden, dan fotografer untuk melakukan
peliputan di lapangan.
Hasil liputannya diserahkan ke redaktur halaman untuk ditentukan muatan
halamannya. Lalu diserahkan lagi ke redaktur bidang untuk di tempatkan ke
dalam bidangnya masing-masing. Setelah ditetapkan halaman dan bidangnya
51
masing-masing, kemudian diserahkan ke bagian deputi redaksi eksekutif
selanjutnya ke bagian redaktur eksekutif untuk di periksa ulang isi halaman dan
beritanya. Setelah semuanya disepakati oleh redaktur eksekutif, barulah
dilanjutkan ke bagian redaktur bahasa untuk di edit dalam tatanan bahasanya yang
layak digunakan.
Kemudian hasilnya di layout secara keseluruhan, menentukan besar-
kecilnnya gambar, komposisi foto atau gambar dengan teks dan headline, serta
elemen lainnya seperti ilustrasi dan grafik oleh redaktur kreatif atau biasa disebut
layouters. Setelah semua hasilnya sudah dianggap layak dan pantas untuk
dipulikasikan, maka akan dilakukan ke tahap proses pencetaka yang dilakukan di
Temprint. Koran Tempo siap untuk di pasarkan melalui distributor hingga sampai
ke konsumen.
E. Latar belakang Pemberitaan Kasus Pembangunan Gedung KPK oleh
Koran Tempo
KPK merupakan lembaga yang gencar mengusut kasus korupsi. Yang
kebanyakan kasus tersebut bersentuhan dengan politikus senayan (Dewan
Perwakilan Rakyat). Latar belakang inilah yang membuat sejumlah pihak,
termasuk Tempo. Memandang keputusan DPR untuk menunda anggaran
pembangunan gedung KPK, merupakan sesuatu yang ganjil. Karena seringnya
KPK menyeret politikus senayan dalam kaitannya dengan kasus korupsi. Ada
anggapan tindakan DPR ini, merupakan langkah untuk “menjegal” KPK.
Tempo menilai tindakan KPK tidak beralasan dan mengada-ada.
Perseteruan antara kedua lembaga ini menjadi topik hangat yang
diperbincangkan. Selain karena kedua lembaga tersebut merupakan harapan
52
masyarakat dalam menegakan keadilan. Tetapi “ulah” DPR berbuntut panjang.
Aksi itu dianggap tidak pro terhadap pemberantasan korupsi.
Pada tanggal 26-30 Juni 2012, Koran Tempo memberikan perhatian
khusus pada kasus ini. Terbukti dengan terus disorotnya kasus tersebut. Dan
semuanya masuk dalam rubik berita utama. Karena dinilai kasus ini perlu
mendapatkan perhatian lebih. Masyarakat perlu mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi. Sesuai dengan semangat Koran Tempo yang anti korupsi.
53
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Kontroversi Pembangunan Gedung KPK
Sejak mencuatnya kasus penolakan pembangunan gedung baru Komisi
Pemberantasan Korupi (KPK) oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), membuat
semua media massa mengangkat kasus ini menjadi laporan utama. Dalam waktu
singkat, kasus ini menjadi sorotan utama publik yang sering diperbincangkan.
Publik menilai penolakan yang dilakukan oleh DPR terkesan mengada-ada. Tetapi
ada pula yang menilai langkah DPR itu sudah benar, sehingga suara di masyarakat
terpecah menjadi dua (pro dan kontra).
Namun jika dilihat, ternyata media massa pun memberitakan dengan
kedua sudut itu (pro dan kontra). Jadi tidak mengherankan, jika pandangan di
masyarakat terbagi dua (2). Karena media memiliki peran penting tentang yang
terjadi di masyarakat (agenda publik), yaitu membentuk opini publik. Perbedaan
pandangan yang terjadi di media massa, tidak sepenuhnya salah. Mereka (media
massa) memiliki agenda yang berbeda. Untuk mendukung agendanya, mereka
menggunakan argumen pembenaran yang disusun dalam pemberitaannya.
Sehingga mampu meyakinkan masyarakat, sebagai realitas yang sebenarnya.
Tetapi yang menjadi persoalannya adalah keberpihakan atau alasan pengambilan
sudut pandang yang mereka pilih.
Keberpihakan inilah, yang membuat sebagian orang khawatir. Sebab
seperti yang diketahui, media massa memiliki ideologi dan kepentingannya
sendiri dalam memberitakan sebuah berita. Media massa memiliki kekuatan yang
54
mampu mengkontruksi massa, sehingga dapat mengubah arah kebijakan publik
dan pemerintah.
Dari latar belakang itu, Koran Tempo memposisikan pada sudut pro
(mendukung KPK). Dia memberitakan penolakan pembangunan gedung baru
KPK sebagai langkah DPR menjegal dan mengkerdilkan KPK. Itu diketahui dari
ketujuh (7) berita yang diberitakan, semuanya mengambil sudut pro. Di sini
peneliti ingin melihat lebih detail bagaimana Koran Tempo membingkai kasus
pembangunan gedung KPK.
B. Data yang Diteliti
Dari rentang waktu lima (4) hari (26 – 30 Juni 2012) terdapat tujuh (7)
berita yang diberitakan oleh Koran Tempo. Pemberitaan itu mulai dari awal ketika
isu mulai menguak, hingga berita tentang dukungan masyarakat terhadap KPK.
Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel berikut ini:
NO JUDUL BERITA
TANGGAL
PEMBERITAAN
1
“Penundaan Proyek Gedung KPK,
Politikus Senayan Kedilkan KPK”
Selasa, 26 Juni 2012
2 “DPR Tahan Anggaran Gedung KPK” Selasa, 26 Juni 2012
3
“Sumbangan Pedagang dan Menteri
Dahlan”
Selasa, 26 Juni 2012
4
“Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk
Kekuatan”
Rabu, 27 Juni 2012
5 “Penyumbang Gedung KPK Meluas” Jumat, 29 Juni 2012
6 “DPR Dinilai Persulit Pembangunan Jumat, 29 Juni 2012
55
Gedung KPK”
7
“Bantuan untuk Gedung KPK Terus
Mengalir”
Sabtu, 30 Juni 2012
Tabel III. 3
Judul Berita
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa Koran Tempo menilai kasus
penolakan gedung KPK oleh DPR serius dan harus mendapat sorotan. Terlihat
dari judul-judul dan penulisan ketujuh (7) berita yang membentuk kronologis
perkembangan kasus. Serta penempatan dua (2) berita dalam headline dan tiga (3)
berita di rubrik berita utama. Maka peneliti menilai kasus ini menarik dan penting
untuk diteliti.
C. Frame Koran Tempo
Koran Tempo memberitakan kasus penolakan pembangunan gedung
baru KPK oleh DPR, selama lima (5) hari berturut-turut yaitu tanggal 26-30 Juni
2012 dengan porsi yang cukup banyak. Dari lima (5) hari itu, terdapat tujuh (7)
berita yang mengangkat kasus gedung KPK. Diantaranya adalah; “Penundaan
Proyek Gedung KPK, Politikus Senayan Kedilkan KPK”, “DPR Tahan Anggaran
Gedung KPK”, “Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan”, “Tolak Gedung
KPK, Politikus Unjuk Kekuatan”, “Penyumbang Gedung KPK Meluas”, “DPR
Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK”, dan “Bantuan untuk Gedung KPK
Terus Mengalir”. Untuk lebih jelasnya tentang apa yang diberitakan Koran Tempo
akan dibahas satu persatu.
56
1. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012
Judul: “Penundaan Proyek Gedung KPK, Politikus Senayan Kerdilkan
KPK”.
- Media Package
Pada berita tanggal 26 Juni 2012, Koran Tempo memberitakan tentang
penundaan pembangunan gedung KPK oleh DPR. Dalam penyajiannya Koran
Tempo memberikan pandangan bahwa penundaan itu merupakan upaya DPR
untuk menjegal langkah KPK. Mulai dari penulisan judul, foto, tulisan serta
narasumber menggiring pembaca ke arah itu. Koran Tempo memberikan tempat
yang dominan untuk orang-orang yang pro terhadap KPK, sedangkan pihak yang
kontra mendapat tempat lebih sedikit. Seperti hasil wawancara dengan Redaktur
Pelaksana Koran Tempo L.K Baskoro dan Elik Susanto.
“Memang DPR banyak orang jahatnya kan? Jahat dalam arti korupsi.
Kalau misal kita bilang, bilang orang-orang kita membela orang
korupsi, kita membela orang-orang DPR ga bener. Apa kata dunia?”1
Dari kutipan wawancara terlihat bahwa Koran Tempo memang membela KPK.
Koran Tempo berargumen bahwa sikap DPR salah. Dan penolakan DPR tentang
rencana pembangunan gedung baru KPK dinilai sebagai tindakan menjegal KPK.
Karena banyaknya kasus korupsi yang berhasil diungkap KPK, yang berkaitan
dengan anggota DPR.
- Core Frame
Koran Tempo pada pemberitaannya, secara tidak langsung ingin
mengatakan bahwa sikap penolakan yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) terhadap usulan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk membangun
1 Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo Elik Susanto dan L.K Baskoro
57
gedung baru dinilai tidak beralasan. Inti dari pemberitaan ini adalah peristiwa
penundaan proyek pembangunan gedung KPK oleh DPR. Namun elemen-elemen
pendukung tulisannya menganggap negatif tindakan DPR tersebut.
- Condensing Symbols
Dalam berita ini, Koran Tempo menganggap penolakan yang dilakukan
DPR merupakan tindakan yang tidak masuk akal dan upaya menjegal KPK.
Dilihat dari penulisan judulnya “PENUNDAAN PROYEK GEDUNG KPK,
POLITIKUS SENAYAN KERDILKAN KPK”. Secara kasat mata judul tersebut
tentu langsung menghakimi tindakan DPR yang menolak usulan KPK. Dan men-
cap tindakan DPR sebagai upaya tidak mendukung pemberantasan korupsi.
Dari penulisan judul tersebut, dengan sepintas bisa merasakan frame
yang dibangun Koran Tempo memiliki makna yang negatif. Karena kata
“kerdilkan” memiliki pemahaman yang negatif. Lalu, peletakan foto dua (2)
pimpinan KPK yang berada di bawah judul besar, dengan ukuran kecil. Membuat
seolah-olah KPK memang dikerdilkan.
Juga terlihat dari frame yang dibangun Koran Tempo dalam
pemberitaannya. Dari awal teks hingga akhir, Tempo memasukkan pandangan
orang-orang yang pro terhadap KPK, sedangkan pihak yang kontra hanya
dimasukkan diakhir. Sehingga Koran Tempo dapat menggiring opini pembaca
untuk menganggap tindakan DPR itu salah.
Pada paragraf awal, Koran Tempo mengutip pendapat koordinator
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi. Dia
mengatakan bahwa tindakan DPR mengada-ada dan merupakan sebuah upaya
58
menggerogoti KPK. Ditambah lagi dengan mengutip pendapat Uchok yang lain.
Yang mengatakan DPR sudah berkali-kali menjegal KPK.
“DPR dinilai sudah berkali-kali berupaya mengecilkan peran KPK. Misalnya,
Uchok mengatakan, adanya upaya DPR menghapus wewenang penindakan dan
penuntutan dengan mengusung revisi Undang-Undang KPK. Kerja penyadapan
KPK juga diusulkan diperketat. "Bahkan, muncul rencana penghapusan komisi
antikorupsi.”2
Pada kalimat awal dituliskan “DPR dinilai berkali-kali berupaya
mengecilkan peran KPK”, dikalimat ini ada kata “berkali-kali”. Kata ini
merupakan indikasi aksi DPR menjegal KPK memang sering dilakukan dan kasus
penundaan ini juga dihubungkan dengan peristiwa yang lalu. Yaitu ketika DPR
juga dinilai “menjegal” KPK dengan cara lain. Seperti merevisi Undang-undang
KPK.
Masih diparagraf yang sama, untuk mendukung wacana yang
mengatakan DPR sudah “berkali-kali” menjegal KPK, Koran Tempo
memasukkan pendapat koordinator FITRA Uchok Sky Khadafi. Dia mengatakan
beberapa contoh kebijakan DPR yang dinilai sebagai upaya pelemahan KPK,
yaitu revisi Undang-Undang KPK. Saat itu, wacana revisi Undang-Undang KPK
dinilai melemahkan peran KPK. Karena DPR berusaha menghilangkan wewenang
penyadapan yang dimiliki KPK. Padahal proses penyadapan merupakan alat yang
ampuh untuk menjerat koruptor. Terbukti dari banyaknya tindak pidana korupsi
yang terbongkar dari hasil penyadapan. Salah satunya kasus suap impor daging
sapi, yang dilakukan petinggi partai politik.
Koran Tempo mengatakan, KPK membutuhkan gedung baru karena
gedung yang ditempati saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan KPK. Lalu
2 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: Penundaan Proyek Gedung
KPK, Politikus Senayan Kerdilkan KPK)
59
Koran Tempo memaparkan bahwa anggaran untuk pembangunan gedung baru
sudah disetujui dan masuk anggaran 2012, namun tiba-tiba DPR memblokir
anggaran tersebut.
Untuk memperkuat kerangka tersebut, Koran Tempo menambahkan
kutipan perkataan seorang guru besar ahli tata hukum negara dari Universitas
Andalas, Saldi Isra.
“Ahli hukum tata negara Saldi Isra mengatakan tindakan DPR tidak logis. Guru
besar Universitas Andalas ini menilai, alasan KPK meminta gedung baru untuk
menambah personel seharusnya direspons positif oleh DPR. ”Sebab, penambahan
personel akan meningkatkan kinerja KPK dalam memberantas korupsi,” ujar dia
kemarin.”3
Kutipan ini merupakan upaya Koran Tempo untuk memberikan
pembenaran. Dengan memasukkan pendapat ahli hukum tata negara yang pro
terhadap KPK, memperkuat frame yang dibangun Koran Tempo. Bahwa apa yang
dilakukan DPR merupakan suatu tindakan yang salah. Untuk melihat lebih jelas
tentang perangkat framing dan perangkat penalaran, dapat dilihat di tabel dibawah
ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
Penalaran)
Methapors
Penundaan Proyek Gedung KPK,
Politikus Senayan Kerdilkan KPK
(Judul)
Roots
KPK membutuhkan gedung baru
karena gedung yang berlokasi di
kawasan Kuningan, Jakarta, itu tak
3 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: Penundaan Proyek Gedung
KPK, Politikus Senayan Kerdilkan KPK)
60
lagi memadai. Selain faktor kapasitas,
gedung itu sudah berusia 31 tahun.
Namun anggaran gedung baru KPK tak
kunjung disetujui Dewan. Padahal
anggarannya sudah masuk alokasi
2012. Pada tahun ini, KPK mendapat
pagu anggaran Rp 225,7 miliar di
dalamnya ada dana Rp 70 miliar untuk
gedung KPK. Tapi anggaran itu
diblokir Komisi Hukum DPR dan
diberi tanda bintang.
Catchphrases
DPR dinilai sudah berkali-kali
berupaya mengecilkan peran KPK.
Misalnya, Uchok mengatakan, adanya
upaya DPR menghapus wewenang
penindakan dan penuntutan dengan
mengusung revisi Undang-Undang
KPK. Kerja penyadapan KPK juga
diusulkan diperketat. "Bahkan, muncul
rencana penghapusan komisi
antikorupsi.”
Appeals to principle
Ahli hukum tata negara Saldi Isra
mengatakan tindakan DPR tidak logis.
Guru besar Universitas Andalas ini
menilai, alasan KPK meminta gedung
baru untuk menambah personel
seharusnya direspons positif oleh DPR.
”Sebab, penambahan personel akan
meningkatkan kinerja KPK dalam
memberantas korupsi,” ujar dia
kemarin.
Exemplaar
DPR dinilai sudah berkali-kali
Consequences
61
berupaya mengecilkan peran KPK.
Misalnya, Uchok mengatakan, adanya
upaya DPR menghapus wewenang
penindakan dan penuntutan dengan
mengusung revisi Undang-Undang
KPK. Kerja penyadapan KPK juga
diusulkan diperketat. "Bahkan, muncul
rencana penghapusan komisi
antikorupsi.”
Depiction
Sikap Dewan Perwakilan Rakyat
menolak anggaran gedung baru Komisi
Pemberantasan Korupsi terkesan
mengada-ada. Bahkan, menurut Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(Fitra), sikap itu merupakan siasat
untuk mengerdilkan peran lembaga
antirasuah tersebut. ”Ini upaya kembali
menggerogoti KPK,” kata Koordinator
Fitra, Uchok Sky Khadafi, saat
dihubungi kemarin.
Visual Images
Gambar dua pimpinan KPK (Abraham
Samad dan Bambang Wijayanto)
62
dengan ukuran kecil dan ditindih oleh
judul besar yang membentuk tanda
panah.
Tabel IV. 1 Analisis Frame
“Penundaan Proyek Gedung KPK, Politikus Senayan Kedilkan KPK”
2. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012
Judul: “DPR Tahan Anggaran Gedung KPK”
- Media Package
Pada berita di Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012, diberita utamanya
tertuliskan judul “DPR Tahan Anggaran Gedung KPK”. Koran Tempo
membingkai proses penganggaran dana pembangunan gedung KPK, hingga
pemblokiran yang dilakukan DPR. Serta memasukkan “kejanggalan-kejanggalan”
yang terjadi, sehingga khalayak bisa mengetahui bagaimana proses yang
sebenarnya terjadi.
- Core Frame
Inti dari pemberitaan yang diangkat adalah penundaan penganggaran
dana pembangunan gedung KPK oleh DPR. DPR menganggap pembangunan
belum perlu dilakukan, sehingga anggaran itu diblokir.
- Condensing Symbol
Secara umum frame yang dibangun Koran Tempo memberikan
gambaran tentang proses penganggaran pembangunan gedung KPK, dari sudut
KPK. Koran Tempo menilai pemblokiran yang dilakukan DPR penuh
kejanggalan.
Dapat dilihat dari paragraf pertama yang menuliskan latar belakang
tentang penganggaran dana tersebut. Diparagraf itu, dijelaskan anggaran untuk
63
pembangunan gedung KPK sudah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan
sejak 2008, namun tiba-tiba diblokir oleh DPR.
Lalu pada paragraf ketiga (3), Koran Tempo mengutip perkataan
Bambang Pratomosunu (Sekertaris Jenderal KPK).
Bambang menjelaskan, dalam surat bernomor 3988/AG/2008 tertanggal 4
Desember 2008 dari Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan
kepada Sekretariat Jenderal KPK, disebutkan bahwa dana pembangunan gedung
baru KPK telah dialokasikan. ”Tapi harus dikoordinasikan dengan DPR terlebih
dulu,” kata Bambang, mengutip surat tersebut.4
Paragraf ini, memberikan pembenaran bahwa terdapat kejanggalan
dalam proses pemblokiran yang dilakukan DPR. Kalimat ini bisa dikatakan
sebagai appels to principle (pembenaran). Karena terlihat seharusnya anggaran
pembangunan gedung KPK sudah dicairkan, berhubungan sudah mendapatkan
ijin dari Menteri Keuangan. Sehingga ketika dengan tiba-tiba DPR melakukan
pemblokiran, memunculkan tanda tanya besar kenapa DPR melakukan itu.
Bahkan disini dituliskan nomor dan tanggal surat, untuk meyakinkan bahwa apa
yang dikatakan itu benar, bukan rekaan.
Untuk memberikan kesan dramatis, Koran Tempo menuliskan di lead
“KPK sempat berencana menyewa kontainer”. Kalimat ini, memberikan kesan
bahwa gedung KPK saat ini sudah tidak lagi mencukupi untuk melakukan
aktifitas. Kata “menyewa kontainer” membuat orang-orang yang membacanya
mempunyai pemaknaan bahwa pembangunan gedung KPK benar-benar
mendesak. Karena sangat sesaknya gedung KPK yang sekarang. Untuk
4 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: DPR Tahan Anggaran
Gedung KPK)
64
meyakinkan pendapat itu, Koran Tempo mengutip pendapat Wakil Ketua KPK
Adnan Pandupraja.
“Wakil Ketua KPK Adnan Pandupraja menceritakan perlunya gedung baru.
Menurut dia, kondisi kantor KPK tak lagi memadai. ”Kantor KPK itu sudah
kumuh,” ujar Adnan dihadapan anggota Komisi Hukum. Dia bercerita, ribuan
dokumen berserakan dijalan-jalan sepanjang koridor. Padahal itu seharusnya
menjadi dokumen rahasia. Untuk menyiasati dokumen yang sudah menggunung
itu, KPK sempat berencana menyewa sebuah kontainer. “Semata-mata agar
kerahasiaan dokumen terjaga,” katanya.”5
Di paragraf ini, Adnan menggambarkan tentang suasana gedung KPK.
Ada kata “kantor KPK sudah kumuh”, kata “kumuh” menginterpretasikan
terhadap suatu yang tidak layak. Pada paragraf itu, Adnan menjelaskan tentang
dokumen rahasia yang berserakan. Ini mengindikasikan bahwa perlunya
pembangunan gedung baru KPK, karena gedung saat ini tidak lagi layak dan
mendukung kinerja KPK.
Lalu, Koran Tempo menambahkan keterangan dengan infografis. Dalam
infografis itu, Tempo membandingkan anggaran proyek-proyek lain yang dananya
lebih besar dari pembangunan gedung KPK. Namun proyek-proyek tersebut
langsung disetujui, sedangkan dana untuk pembangunan gedung KPK tidak
kunjung disetujui oleh DPR. Untuk lebih jelasnya tentang pengkategorian
perangkat framing dan perangkat penalaran, dapat dilihat di tabel ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
Penalaran)
Methapors Roots
5 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: DPR Tahan Anggaran
Gedung KPK)
65
Anggaran pembangunan gedung baru
Komisi Pemberantasan Korupsi
sebenarnya sudah disetujui sebagian
oleh Kementerian Keuangan sejak
2008. Menurut Sekretaris Jenderal KPK
Bambang Sapto Pratomosunu, anggaran
yang disetujui itu senilai Rp 90 miliar
dari Rp 225,7 miliar. ”Tapi kemudian
diberi tanda bintang oleh DPR,” ujar
Bambang dalam rapat dengar pendapat
dengan Komisi Hukum DPR tadi
malam.
Catchphrases
Wakil Ketua KPK Adnan Pandupraja
menceritakan perlunya gedung baru.
Menurut dia, kondisi kantor KPK tak
lagi memadai. ”Kantor KPK itu sudah
kumuh,” ujar Adnan dihadapan anggota
Komisi Hukum. Dia bercerita, ribuan
dokumen berserakan dijalan-jalan
sepanjang koridor. Padahal itu
seharusnya menjadi dokumen rahasia.
Untuk menyiasati dokumen yang sudah
menggunung itu, KPK sempat
Appeals to principle
Bambang menjelaskan, dalam surat
bernomor 3988/AG/2008 tertanggal 4
Desember 2008 dari Direktorat
Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan kepada Sekretariat Jenderal
KPK, disebutkan bahwa dana
pembangunan gedung baru KPK telah
dialokasikan. ”Tapi harus
dikoordinasikan dengan DPR terlebih
dulu,” kata Bambang, mengutip surat
tersebut.
66
berencana menyewa sebuah kontainer.
“Semata-mata agar kerahasiaan
dokumen terjaga,” katanya.
KPK, dia melanjutkan, sempat menagih
anggaran itu agar bisa masuk daftar
isian pelaksanaan anggaran (DIPA)
pada tahun anggaran 2009. Namun,
karena diberi tanda bintang alias
ditunda, kata Bambang, ”Anggaran itu
akhirnya tak masuk DIPA 2009.”
Exemplaar
Consequences
Depiction
Proyek yang Tertunda
Komisi Hukum DPR dinilai mencoba
menahan dana pembangunan kantor
baru KPK. Padahal Kementerian
Keuangan dan Kementerian Pekerjaan
Umum sudah menyetujui anggaran dan
teknis pengerjaan kantor lembaga
antirasuah tersebut.(infografis)
Visual Images
Tabel IV.2 Analisi Frame
“DPR Tahan Anggaran Gedung KPK”
67
3. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012.
Judul: “Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan”
- Media Package
Pada berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012, Tempo mengangkat
kasus penolakan pembangunan gedung baru KPK oleh DPR, memicu terjadinya
gerakan dukungan diberbagai wilayah di Indonesia. Koran Tempo menampilkan
fenomena dukungan yang ditunjukan masyarakat untuk KPK, dengan cara
memberitakan proses pengumpulan dana oleh masyarakat untuk dana
pembangunan gedung KPK. Untuk menujukan bahwa masyarakat mendukung
KPK.
- Core Frame
Inti dari pemberitaan ini, peristiwa pengumpulan dana yang dilakukan
masyarakat untuk pembangunan gedung KPK. Hal ini, merupakan akibat dari
penundaan dana anggaran pembangunan gedung KPK. Sehingga masyarakat
berinisiatif mengumpulkan dana tersebut.
- Condensing Symbols
Berbeda dengan berita tentang pembangunan gedung KPK yang diangkat
Koran Tempo sebelumnya. Berita pada tanggal 26 Juni 2012 yang berjudul
“Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan”, dituliskan Koran Tempo dengan
gaya feature. Seperti yang diketahui, feature merupakan tulisan khusus yang
mengangkat sisi lain dari sebuah peristiwa. Untuk menekankan pesan tertentu
yang tidak tersentuh oleh penulisan berita lain.
Koran Tempo ingin menyampaikan fenomena yang terjadi di
masyarakat, tentang pengumpulan sumbangan yang dilakukan oleh masyarakat.
68
Fenomena ini merupakan akibat dari penundaan anggaran gedung KPK oleh DPR.
Hal ini, dapat dilihat di paragraf pertama.
“Ribut pembangunan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi menggugah
kepedulian sejumlah pedagang kaki lima. Mereka secara sukarela menyisihkan
keuntungannya untuk disumbangkan buat membangun gedung lembaga antirasuah
ini. Secara simbolis, perwakilan pedagang menyerahkan amplop berisi Rp 1 juta ke
kantor KPK kemarin.”6
Paragraf pertama merupakan latar belakang atau sebab akibat (root) yang
terjadi di masyarakat dari penundaan dana pembangunan gedung KPK oleh DPR.
Kalimat-kalimat diparagraf ini, memberikan gambaran bahwa konflik yang terjadi
antara KPK dan DPR, membuat banyak pihak simpati. Karena mereka menilai
kedua lembaga ini merupakan perwakilan dari masyarakat. Di sini, Koran Tempo
lebih menekankan peran masyarakat yang memberi dukungan pada KPK,
khususnya masyarakat “kecil”.
Pada kalimat awal terdapat kata “menggugah kepedulian pedagang kali
lima”, kata “menggugah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa
diartikan sebagai menyentuh hati atau membangkitkan rasa dalam hati. Kata ini
memberikan makna bahwa masyarakat tersentuh oleh “ulah” yang dilakukan
DPR. Karena KPK merupakan lembaga yang masih dipercaya oleh masyarakat.
Terbukti dengan banyaknya dukungan, dengan cara menggelar aksi sumbangan
untuk dana pembangunan gedung KPK.
Untuk menambahkan kesan, bahwa KPK mendapat dukungan publik.
Koran Tempo pada paragraf empat (4) menuliskan keterangan dukungan yang
datang dari menteri BUMN Dahlan Iskan. Sehingga memberikan kesan KPK
mendapat dukungan bukan hanya dari rakyak kecil, tetapi dari petinggi
6 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: Sumbangan Pedagang dan
Menteri Dahlan)
69
pemerintahan pun mendukung KPK.
Koran Tempo memberikan penggambaran yang negatif atas penundaan
dana pembangunan gedung KPK, dengan cara mengutif pendapat Sekertaris
Jenderal Persatuan Pedagang Kaki Lima Indonesia Junaedi Sitorus.
“Ini bentuk dukungan kami kepada KPK untuk terus berjuang membasmi korupsi dan
jangan terhalang oleh ulah DPR,” ujar Sekretaris Jenderal Persatuan Pedagang
Kaki Lima Indonesia Junaedi Sitorus.7
Pada paragraf ini terdapat kata “ulah” yang memiliki pemaknaan sebagai
perbuatan negatif. Sesuatu yang menyalahi aturan atau norma. Junaedi sebagai
perwakilan pedagang kaki lima menganggap tindakan DPR sebagai “ulah” untuk
menjegal KPK. Untuk lebih mengetahi tentang perangkat framing dan perangkat
penalaran dapat dilihat di tabel ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
Penalaran)
Methapors
Roots
Ribut pembangunan gedung Komisi
Pemberantasan Korupsi menggugah
kepedulian sejumlah pedagang kaki
lima. Mereka secara sukarela
menyisihkan keuntungannya untuk
disumbangkan buat membangun
gedung lembaga antirasuah ini. Secara
7 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 26 Juni 2012 (Judul: Sumbangan Pedagang dan
Menteri Dahlan)
70
simbolis, perwakilan pedagang
menyerahkan amplop berisi Rp 1 juta
ke kantor KPK kemarin.
Catchphrases
Appeals to principle
Indonesia Corruption Watch (ICW)
menyambut baik sumbangan
masyarakat tersebut. Dalam waktu
dekat ICW berencana membuat
rekening khusus untuk penggalangan
dana pembangunan gedung baru
KPK.“Kami yakin masyarakat akan
merespons positif rencana saweran
untuk lembaga antikorupsi itu,” kata
anggota Badan Pekerja ICW, Illin Deta
Arta Sari.
Exemplaar
Dukungan untuk membangun kantor
KPK juga datang dari Menteri Badan
Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.
Mantan Direktur Utama PLN ini
mengaku gajinya selama enam bulan
selama jadi menteri disumbangkan
untuk proyek tersebut.“Saya tak pernah
mengambil gaji. Saya sumbangkan
Consequences
Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua,
mengatakan lembaganya belum bisa
menerima sumbangan dari masyarakat
karena belum ada mekanismenya.“Saya
kembalikan amplopnya, tapi saya akan
mengontak mereka kalau sudah ada
mekanisme soal sumbangan tersebut,”
ujarnya.
71
untuk membangun kantor KPK,” ujar
Dahlan di Pemalang, Jawa Tengah,
kemarin.
Depiction
“Ini bentuk dukungan kami kepada
KPK untuk terus berjuang membasmi
korupsi dan jangan terhalang oleh ulah
DPR,” ujar Sekretaris Jenderal
Persatuan Pedagang Kaki Lima
Indonesia Junaedi Sitorus.
Visual Images
Tabel IV. 3 Analisis Frame
“Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan”
4. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 27 Juni 2012.
Judul: “Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan”
- Media Package
Pada berita tanggal 27 Juni 2012, Koran Tempo memberitakan
pemblokiran anggaran gedung KPK oleh DPR. Koran Tempo menyajikannya
pemblokiran yang dilakukan DPR sebagai bentuk unjuk kekuatan untuk melawan
KPK. Karena menilai DPR merupakan sasaran utama KPK, yang dilatar belakangi
banyaknya kasus korupsi yang menyeret politikus senayan. Sehingga Koran
Tempo memaknai pemblokiran ini sebagai tindakan melawan KPK.
72
- Core Frame
Ide utama yang diusung Koran Tempo dalam pemberitaannya, yaitu
mengangkat dua peristiwa yang merupakan sebab akibat. Yaitu, penundaan
pembangunan gedung KPK dan fenomena sumbangan yang dilakukan masyarakat
untuk membangun gedung KPK.
- Condensing Symbols
Pemberitaan Koran Tempo yang berjudul “Tolak Gedung KPK, Politikus
Unjuk Kekuatan” mengisyaratkan ada dua lembaga yang saling “bertikai”. Kedua
lembaga itu adalah KPK dan DPR. Jika dilihat peristiwa yang diangkat
sebenarnya adalah tentang penundaan anggaran proyek pembangunan gedung
KPK oleh DPR. Namun dibingkai sebagai tindakan DPR menghalangi KPK untuk
memberantas korupsi. Akibat frame ini, menyebabkan sejumlah elemen
masyarakat perihatin. Dan memberikan dukungan kepada salah satu pihak (KPK).
Dukungan itu ditunjukan dengan cara berinisiatif mengumpukan dana secara
sukarela untuk membangun gedung KPK.
Koran Tempo dalam pemberitaannya menampilkan KPK adalah korban
dari unjuk kekuatan anggota dewan (DPR). Dari penulisan judulnya terlihat
dengan jelas frame yang ingin dibangun. Koran Tempo menilai penundaan
anggaran pembangunan gedung KPK, sebagai tindakan penjegalan dan pengecilan
fungsi KPK.
Paragraf kedua (2) menggambarkan pembenaran pendapat Koran Tempo
untuk frame yang dibangunnya. Koran Tempo memasukkan perkataan Direktur
Eksekutif Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gajah Mada, Oce Madril. Yang
73
mengatakan penolakan anggota dewan merupakan bentuk perlawanan para
koruptor.
“Menurut dia, para politikus di DPR ingin menunjukkan kekuatan mereka kepada
KPK, yang gencar mengusut kasus korupsi orang-orang Senayan.“Ini jelas bentuk
dari corruptor fights back,” kata Oce kepada Tempo kemarin.”8
Terdapat kata “corruptor fights back”, yang mengindikasikan terjadi
perlawanan para koruptor. Tidak mengherankan argumen yang ingin disampaikan
oleh Oce, karena kebanyakan tersangka korupsi merupakan anggota dewan
(DPR). Kalimat ini menjadi landasan pembenaran frame yang dibangun Tempo.
Kemudian untuk menambahkan pembenaran frame tersebut, Tempo memasukkan
alasan-alasan DPR tidak menyetujui pembangunan gedung KPK yang dianggap
janggal.
“Komisi Hukum DPR belum juga menyetujui pengucuran anggaran pembangunan
gedung KPK sebesar Rp 225,7 miliar. Padahal anggarannya sudah masuk alokasi
2012. Berbagai alasan penolakan dikemukakan oleh anggota Komisi. Misalnya, soal
status KPK sebagai lembaga ad hoc dan urgensi pembangunan gedung. Gara-gara
itu, muncul gerakan “sumbangan gedung KPK” untuk mendukung KPK.”9
Lalu Koran Tempo memberikan kesimpulan dan tindakan yang harus
diambil untuk menghentikan kemelut yang terjadi antara KPK dan DPR. Dengan
mengutip perkataan Bambang Widjjanto (Wakil Ketua KPK).
“Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan lembaganya berharap
permohonan anggaran disetujui DPR. KPK sudah menjalankan saran DPR untuk
menggunakan gedung pemerintah yang tak terpakai. Namun tidak ada satu pun
gedung yang bisa dimanfaatkan.”10
Untuk menunjukan masyarakat lebih mendukung KPK dibandingkan
DPR, Koran Tempo memuat foto seorang tukang becak yang menyumbang untuk
8 Kutipan berita Koran Tempo tanggal 27 Juni 2012 (Judul: Tolak Gedung KPK, Politikus
Unjuk Kekuatan) 9 Ibid.
10
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 27 Juni 2012 (Judul: Tolak Gedung KPK,
Politikus Unjuk Kekuatan)
74
dana pembangunan gedung KPK. Foto ini memberikan kesan bahwa masyarakat
kecil memihak dan mendukung KPK. Untuk lebih jelas tentang perangkat framing
dan perangkat penalaran yang dibuat Koran Tempo, dapat dilihat ditabel berikut
ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
penalaran)
Methapors
Tolak Gedung KPK, Politikus Senayan
Unjuk Kekuatan. (Judul)
Roots
Komisi Hukum DPR belum juga
menyetujui pengucuran anggaran
pembangunan gedung KPK sebesar Rp
225,7 miliar. Padahal anggarannya
sudah masuk alokasi 2012. Berbagai
alasan penolakan dikemukakan oleh
anggota Komisi. Misalnya, soal status
KPK sebagai lembaga ad hoc dan
urgensi pembangunan gedung. Gara-
gara itu, muncul gerakan “sumbangan
gedung KPK” untuk mendukung KPK.
Catchphrases
Menurut dia, para politikus di DPR
ingin menunjukkan kekuatan mereka
kepada KPK, yang gencar mengusut
Appeals to principle
75
kasus korupsi orang-orang
Senayan.“Ini jelas bentuk dari
corruptor fights back,” kata Oce kepada
Tempo kemarin.
Exemplaar
Consequences
Wakil Ketua KPK Bambang
Widjojanto mengatakan lembaganya
berharap permohonan anggaran
disetujui DPR. KPK sudah
menjalankan saran DPR untuk
menggunakan gedung pemerintah
yang tak terpakai. Namun tidak ada satu
pun gedung yang bisa dimanfaatkan.
Depiction
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Anti-
Korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce
Madril, menilai penundaan anggaran
pembangunan gedung Komisi
Pemberantasan Korupsi oleh Komisi
Hukum Dewan Perwakilan Rakyat
merupakan salah satu bentuk
perlawanan balik para koruptor.
Visual Images
Foto seorang tukang becak memberikan
76
sumbangan untuk pembangunan
gedung KPK
Tabel IV. 4 Analisi Frame
“Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan”
5. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 29 Juni 2012
Judul: “Penyumbang Gedung KPK Meluas”
- Media Package
Pada pemberitaan tanggal 29 Juni 2012 Koran Tempo mengangkat berita
tentang fenomena aksi pengumpulkan sumbangan untuk dana pembangunan
gedung KPK. Koran Tempo menganggap aksi ini, sebagai tindakan dukungan
masyarakat terhadap KPK yang telah didiskriminasi oleh DPR. Fenomena aksi
mengumpulkan sumbangan digambarkan sebagai bentuk perlawanan terhadap
DPR dan dukungan dari masyarakat untuk KPK. Bahkan sejumlah tokoh maupun
aktifis juga ikut mendukung aksi ini (aksi pengumpulan dana untuk gedung KPK).
- Core Frame
Ide utama yang diangkat adalah aksi pengungpulan sumbangan untuk
pembangunan gedung KPK yang semakin meluas. Tidak hanya dari kalangan
mahasiswa, tetapi dari masyarakat kecil. Bahkan fenomena sumbangan tersebut
diberitakan terjadi dibeberapa daerah, seperti Garut, Jawa Barat.
- Condensing Symbols
Bingkai yang dipergunakan pada pemberitaan Koran Tempo edisi 29
Juni 2012, tentang fenomena pengumpulan dana yang dilakukan masyarakat
untuk membangun gedung baru KPK. Koran Tempo ingin memperlihatkan bahwa
tindakan yang dilakukan masyarakat merupakan sebuah perlawanan terhadap
77
DPR. Dilihat dari sebab terjadinya fenomena ini adalah penolakan yang dilakukan
anggota DPR tentang proyek pembangunan gedung baru KPK.
Metaphors yang digunakan pada paragraf kedua (2), menggunakan
istilah “perlawanan terhadap DPR”. Kata “perlawanan” merujuk kepada kebijakan
yang diambil DPR untuk proyek pembangunan gedung KPK. DPR secara tiba-
tiba memblokir penganggaran dana untuk proyek tersebut. Sikap inilah yang
dinilai masyarakat dan kalangan aktivis sebagai tindakan diskriminasi. Koran
Tempo mengutip pendapat Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian Deta
Artasari.
“Kami mengambil inisiatif untuk membantu KPK mewujudkan gedung baru. Ini juga
sebagai simbol perlawanan terhadap DPR,” ujar Koordinator Koalisi Saweran
Gedung KPK Ilian Deta Artasari kemarin11
.
Lalu untuk memperkuat frame yang dibangun, Koran Tempo
menambahkan dengan peristiwa-peristiwa yang menunjukan bahwa dukungan
bukan hanya terjadi di Pusat (Jakarta), tetapi terjadi juga daerah-daerah lain.
Seperti yang terdapat di Malang dan Garut. Diperkuat juga dengan memberitakan
tentang bentuk sumbangan untuk dana pembangunan gedung KPK, tidak hanya
berupa uang tetapi dalam bentuk lain, seperti ternak dan hasil bumi. Untuk
memperlihatkan kesan masyarakat “pinggiran” ikut mendukung KPK.
Ditambahkan dengan perkataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
Jimly Asshiddiqie, yang dikutip Koran Tempo pada paragraf terakhir (5). Dia
(Jimly) mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan masyarakat di sejumlah
daerah merupakan “tamparan” untuk DPR. Kata “tamparan” bisa diartikan
sebagai kalimat konotatif yang menunjukan rakyat lebih memilih mendukung
11
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 29 Juni 2012 (Judul: Penyumbang Gedung KPK
Meluas)
78
KPK dibandingkan DPR. Dan kata tersebut menggambarkan sebuah tindakan
ketidaksetujuan terhadap kebijakan yang diambil DPR. Kata “tamparan” pun
memiliki pemaknaan yang negatif.
Untuk menerangkan latar belakang terjadinya peristiwa pengumpulan
dana, Koran Tempo memasukan kronologis bagaimana gerakan pengumpulan
dana bisa terjadi pada paragraf ketiga (3).
Serta untuk mendramatisir dan menunjukan perlunya pembangunan
gedung KPK, Koran Tempo membuat karikatur gedung KPK yang ditempati saat
ini. Gedung tersebut digambarkan penuh sesak oleh tersangka kasus korupsi, serta
antrian orang-orang yang merupakan terduga kasus korupsi untuk menunggu
giliran masuk gedung KPK. Sedangkan pemimpin KPK (Abraham Samad dan
Bambang Widjojanto) sedang duduk dan menghayalkan sebuah gedung baru.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
penalaran)
Methapors
“Kami mengambil inisiatif untuk
membantu KPK mewujudkan gedung
baru. Ini juga sebagai simbol
perlawanan terhadap DPR,” ujar
Koordinator Koalisi Saweran Gedung
KPK Ilian Deta Artasari kemarin.
Roots
Aksi ini muncul setelah Komisi Hukum
Dewan Perwakilan Rakyat tak kunjung
menyetujui anggaran pembangunan
gedung KPK. Padahal anggaran
sebesar Rp 225,7 miliar itu diajukan
sejak 2008. Sumbangan datang dari
pengamen, pedagang kaki lima, hingga
79
Menteri Badan Usaha Milik Negara
Dahlan Iskan.
Catchphrases
Appeals to principle
Exemplaar
Bahkan mahasiswa di sejumlah daerah,
seperti di Malang, Jawa Timur; dan
Garut, Jawa Barat, menghimpun koin
untuk gedung KPK. Sekretaris Jenderal
Transparency International Indonesia
Teten Masduki mengungkapkan,
banyak warga yang akan menyerahkan
ternaknya, seperti kerbau, kambing,
sapi, serta hasil kebunnya.
Consequences
Depiction
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
Jimly Asshiddiqie menilai
pengumpulan dana ini merupakan
tamparan bagi DPR dan pemerintah.
”Uang yang dihimpun halal, asal dicatat
sebagai hibah.”
Visual Images
Karikatur gedung KPK lama yang
80
penuh sesak dijejali oleh tersangka
korupsi. Serta digambarkan kepala-
kepala tersangka kasus tersebut keluar
dari jendela gedung KPK. Dan di pintu
masuk berbaris orang-orang serta
membawa plang bertuliskan kasus-
kasus yang sedang diselidiki KPK
(Hambalang, Flu burung, dan Banggar
DPR). Lalu di atas gedung tersebut
duduk pimpinan KPK (Abraham samad
dan Bambang Widjojanto) dengan
wajah murung.
Tabel IV. 5 Analisis Frame
“Penyumbang Gedung KPK Meluas”
6. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 29 Juni 2012
Judul: “DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK”
- Media Package
Pemberitaan pada tanggal 29 Juni 2012, Koran Tempo mengangkat kasus
penolakan gedung KPK. Koran Tempo menggambarkan penolakan yang
dilakukan sebagai tindakan mempersulit langkah KPK untuk memberantas
korupsi. Dapat dilihat dengan penulisan judul “DPR Dinilai Persulit
Pembangunan Gedung KPK”. Judul tersebut memberikan gambaran tindakan
DPR sebagai sebuah “ulah” menjegal KPK. Koran Tempo menambahkan, aksi
pengumpulan dana sebagai dukungan untuk KPK dari masyarakat. Dalam
81
beritanya Koran Tempo lebih banyak memasukkan pendapat orang yang
mendukung KPK, dibandingkan yang kontra KPK.
- Core Frame
Pada pemberitaan ini Koran Tempo mengangkat aksi pengumpulan
sumbangan yang dilakukan masyarakat. Aksi ini sebagai akibat dari penolakan
DPR terhadap proyek pembangunan gedung KPK. Pemberitaan ini juga
mengungkapkan kronologis dan adu argumentasi antara pihak yang pro dan
kontra KPK.
- Condensing Symbols
Secara umum dapat dikatakan pemberitaan Koran Tempo pada tanggal
29 Juni 2012, merupakan adu argumentasi pihak yang pro dan kontra KPK.
Terlihat dari alinea terakhir yang memasukkan pendapat pihak pro dan kontra
KPK. Namun Koran Tempo memberikan pihak yang pro KPK lebih banyak
porsinya dalam pemberitaan, dibandingkan pihak yang kontra KPK. Dari
Sembilan (9) paragraf, hanya satu (1) paragraf yang diberikan untuk pihak kontra
KPK. Dan ditempatkan diakhir pemberitaan.
Pemberian porsi yang lebih banyak ini, membuat isi berita cenderung
lebih mendukung KPK. Dari paragraf awal Koran Tempo sudah memasukkan
argumen yang menganggap tindakan DPR salah. Berkaitan dengan keputusan
anggota DPR untuk memblokir anggaran pembangunan gedung KPK. Tindakan
DPR ini, dinilai mempersulit KPK.
“”Jika DPR terus menolak merumuskan anggaran untuk gedung KPK, biarlah
rakyat yang bahu-membahu,” kata Ilian Deta Artasari, Koordinator Koalisi Saweran
Gedung KPK, kemarin. Menurut dia, sebagai lembaga tinggi negara, seharusnya
DPR member fasilitas untuk kepentingan penegak hukum, bukan malah
82
mempersulit.”12
Koran Tempo menggunakan methapors yang terdapat pada paragraf
kedua (2) dengan kalimat “biarlah rakyat yang bahu-membahu”. Kalimat ini
merujuk pada aksi pengumpulan dana untuk pembangunan gedung KPK. Aksi ini
merupakan dukungan masyarakat kepada KPK. Karena sikap DPR yang dinilai
mempersulit KPK untuk membangun gedung baru. Padahal biaya untuk
pembangunan gedung KPK sudah dialokasikan Kementerian Keuangan, namun
tiba-tiba diblokir oleh DPR.
Untuk memperkuat frame yang dibangun, Koran Tempo banyak
memasukkan pendapat yang mendukung KPK. Salah satunya adalah pendapat
Wakil Ketua Busyro Muqoddas yang mendukung aksi saweran, dia mengatakan
“semoga dengan (saweran) ini gedung KPK berdiri murni dari rakyat”.
Koran Tempo juga memberitakan aksi pengumpulan dana di daerah,
seperti di Garut, Jawa Barat. Mahasiswa melakukan aksi pengumpulan dana di
jalan dengan menenteng kardus.
Untuk memberikan kesan DPR mempersulit KPK, Koran Tempo
memasukkan pendapat Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian Deta
Artasari. Dia mengatakan sikap DPR selalu berubah-ubah, sehingga mengesankan
tindakan memblokir anggaran gedung KPK sebagai sebuah diskriminasi.
“Menurut aktivis Indonesia Corruption Watch ini, sikap DPR selalu berubah-ubah
dalam menanggapi permohonan anggaran gedung baru KPK senilai Rp 225,7 miliar
itu. Mereka, kata Ilian, bertindak diskriminatif karena anggaran itu sudah diajukan
sejak 2008. Sementara itu, beberapa proyek yang diajukan belakangan, seperti
Wisma Atlet senilai Rp 191 miliar dan pusat olahraga Hambalang yang bernilai Rp
1,2 triliun, cepat disetujui.”13
12
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 29 Juni 2012 (Judul: DPR Dinilai Persulit
Pembangunan Gedung KPK) 13
Ibid.
83
Koran Tempo memasukan dua (2) argumen yang berlawanan, yaitu
pendapat Anggota Komisi Hukum dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,
Eva Kusuma Sundari, dan pendapat anggota Komisi Hukum dari Partai Demokrat,
Didi Irawadi Syamsuddin. Keduanya memberikan pendapat yang berlawanan. Eva
mengatakan pengumpulan dana sumbangan sebagai tindakan memprovokasi. Dan
dia (Eva Kusuma Sundari) mengatakan DPR memang melakukan pemblokiran
anggaran pembangunan gedung KPK karena dianggap belum perlu. Sedangkan
politisi Partai Demokrat mengatakan sebaliknya. Dia (Didi Irawadi Syamsuddin)
berpendapat KPK memerlukan gedung baru, dan pembangunan gedung KPK
harus diberi dukungan. Pernyataan Didi ditulis Koran Tempo pada paragraf
penutup (9) sebagai kesimpulan yang seharusnya dilakukan oleh DPR.
Berbeda dengan Eva, anggota Komisi Hukum dari Partai Demokrat, Didi Irawadi
Syamsuddin, mengatakan KPK membutuhkan gedung baru dengan desain khusus.
Kantor baru KPK, kata dia, harus didukung oleh teknologi tertentu yang tidak
mungkin ada pada gedung-gedung lama yang sudah ada. “Karena itu, wajar jika
sulit mencari gedung lama milik negara yang sesuai dengan kebutuhan operasional
KPK,” kata Didi.14
Untuk lebih jelas tentang frame yang dibangun Koran Tempo, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
penalaran)
Methapors Roots
14
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 29 Juni 2012 (Judul: DPR Dinilai Persulit
Pembangunan Gedung KPK)
84
Komisi Hukum Dewan Perwakilan
Rakyat dituding makin mempersulit
pembangunan gedung baru Komisi
Pemberantasan Korupsi. Biaya
pembangunan yang sudah dialokasikan
Kementerian Keuangan belum ada
tanda-tanda akan disetujui.
Catchphrases
”Jika DPR terus menolak merumuskan
anggaran untuk gedung KPK, biarlah
rakyat yang bahu-membahu,” kata Ilian
Deta Artasari, Koordinator Koalisi
Saweran Gedung KPK, kemarin.
Menurut dia, sebagai lembaga tinggi
negara, seharusnya DPR member
fasilitas untuk kepentingan penegak
hukum, bukan malah mempersulit
Appeals to principle
Anggota Komisi Hukum dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva
Kusuma Sundari, menilai penggalangan
sumbangan sebagai upaya provokasi.
Diakui oleh Eva, DPR sengaja
membintangi (memblokir) anggaran
untuk gedung KPK senilai Rp 61,1
miliar untuk anggaran tahun ini.
Pembangunan gedung dianggap belum
perlu.
Exemplaar
Puluhan mahasiswa dan penggiat
antikorupsi di Kabupaten Garut, Jawa
Barat, kemarin juga menggelar aksi
penggalangan dana untuk KPK. Mereka
menenteng kardus di Bundaran
Consequences
Berbeda dengan Eva, anggota Komisi
Hukum dari Partai Demokrat, Didi
Irawadi Syamsuddin, mengatakan KPK
membutuhkan gedung baru dengan
desain khusus. Kantor baru KPK, kata
85
Simpang Lima dan sepanjang Jalan
Pembangunan, Tarogong Kidul. ”Kami
bergerilya mengetuk hati publik untuk
membantu pembangunan gedung baru
KPK,” ujar Sekretaris Jenderal Garut
Governance Watch, Agus Rustandi.
dia, harus didukung oleh teknologi
tertentu yang tidak mungkin ada pada
gedung-gedung lama yang sudah ada.
“Karena itu, wajar jika sulit mencari
gedung lama milik negara yang sesuai
dengan kebutuhan operasional KPK,”
kata Didi.
Depiction
Menurut aktivis Indonesia Corruption
Watch ini, sikap DPR selalu berubah-
ubah dalam menanggapi permohonan
anggaran gedung baru KPK senilai Rp
225,7 miliar itu. Mereka, kata Ilian,
bertindak diskriminatif karena
anggaran itu sudah diajukan sejak
2008. Sementara itu, beberapa proyek
yang
diajukan belakangan, seperti Wisma
Atlet senilai Rp 191 miliar dan pusat
olahraga Hambalang yang bernilai Rp
1,2 triliun, cepat disetujui.
Visual Images
Gambar tanah lapang berukuran 8000
meter persegi yang berada di belakang
86
gedung KPK.
Tabel IV. 6 Analisi Frame
“DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK”
7. Pemberitaan Koran Tempo tanggal 30 Juni 2012
Judul: “Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir”
- Media Package
Pada pemberitaan tanggal 30 Juni 2012, Koran Tempo memberitakan
kasus aksi pengumpulan dana untuk pembangunan gedung KPK. Aksi ini
digambarkan sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap KPK. Untuk
memperkuat frame, Koran Tempo memasukkan sejumlah tokoh yang ikut
menyumbang, serta memberitakan tentang siswa sekolah darurat kartini yang ikut
menyumbang dari hasil mengamen,maupun berjualan asongan. Aksi ini terus
mengalir dan mendapat dukungan masyarakat luas. Bukan hanya masyarakat
kecil, tetapi dukungan juga datang dari mantan Menterti Tenaga Kerja Fahmi
Idris.
- Core Frame
Inti pemberitaan Koran Tempo, yaitu memberitakan proses pengumpulan
dana yang terus mengalir dan mendapat dukungan dari masyarakat. Koran Tempo
memaparkan siapa saja yang memberikan sumbangan. Dari kalangan “bawah”
maupun “atas”, seperti mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi Idris.
- Condensing Symbols
Pada pemberitaan Koran Tempo tanggal 30 Juni 2012, lebih banyak
memaparkan tentang siapa saja yang memberikan sumbangan. Sumbangan itu
87
merupakan bentuk dukungan kepada KPK. Serta memberitakan jumlah dana yang
sudah terkumpul hingga hari ini (30 Juni 2012).
Koran Tempo juga tetap menuliskan asal muasal dari aksi pengumpulan
dana oleh masyarakat. Yang merupakan tindak lanjut dari sikap DPR memblokir
dana proyek pembangunan gedung KPK. Seperti yang ditulis dalam paragraf tiga
(3).
“Penggalangan dana ini menyusul sikap Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat
yang tak kunjung menyetujui anggaran gedung baru KPK. Padahal proyek ini sudah
diajukan sejak Maret 2008. Alasan DPR tidak segera menyetujui, menurut sejumlah
politikus di Senayan, adalah gedung baru KPK dianggap belum perlu.”15
Sikap inilah, yang memicu aksi pengumpulan dana. Masyarakat menilai
tindakan DPR tidak masuk akal. Dilihat dari latar belakang pengagaran dana yang
sebelumnya sudah disetujui Kementerian Keuangan, namun tiba-tiba diblokir.
Untuk menguatkan frame, Koran Tempo memasukkan cerita tentang
anak-anak siswa Sekolah Darurat Kartini yang turut serta menyumbang.
Diceritakan juga, uang yang mereka sumbangkan merupakan hasil usaha mereka,
dengan cara berjualan maupun mengamen.
“Tak cuma aktivis, siswa Sekolah Darurat Kartini dari Lodan, Ancol, Jakarta
Utara, berbondong-bondong datang ke gedung KPK. Dengan seragam putih-biru,
mereka membawa kaleng cat bekas berisi uang pecahan dari Rp 1.000 hingga Rp 10
ribu. “Enggak dihitung, seadanya saja,” kata Agam, salah seorang siswa. Menurut
dia, uang tersebut hasil dari menjual kopi, rajutan, batik, serta mengamen.
“Jumlahnya Rp 466.700.”16
Lalu, Koran Tempo juga mengutip sindiran yang dilakukan oleh aktivis
antikorupsi, Fadjroel Rahman. Yang menyumbang uang tunai Rp 225,700. Dia
(Fadjoel) mengatakan “saya menyumbang sesuai kebutuhan KPK, Rp 225,7
miliar, tetapi dibagi sejuta, biar sejutanya dikalikan sendiri oleh DPR”. Perkataan
15
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 30 Juni 2012 (Judul: Bantuan untuk Gedung KPK
terus Mengalir) 16
Ibid.
88
tersebut merupakan sindiran terhadap tindakan DPR yang tidak kunjung
menyetujui proyek pembangunan gedung KPK.
Selain di Pusat (Jakarta), aksi pengumpulan dana juga terjadi dibeberapa
daerah, seperti di Sidoarjo dan Surabaya. Namum seperti yang dikutip Koran
Tempo, aksi sumbangan tidak akan bisa memenuhi dana pembangunan gedung
KPK, aksi ini dinilai bentuk dorongan masyarakat kepada KPK untuk terus
memberantas korupsi.
“Hingga kemarin, menurut Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian Deta
Artasari, sumbangan yang terkumpul sebesar Rp 93.968.530. Sedangkan bantuan
dalam bentuk kiriman wesel tercatat Rp 184 ribu. Ilian mengaku tidak mungkin
sumbangan publik bisa memenuhi jumlah yang dibutuhkan, yaitu Rp 225,7 miliar.
“Ini lebih pada partisipasi masyarakat mendorong KPK dalam memberantas
korupsi,” ujarnya.”17
Untuk lebih jelas tentang perangkat framing dan perangkat penalaran yang
dipergunakan Koran Tempo, dapat dilihat ditabel di bawah ini:
Frame
Framing Devices (Perangkat
Framing)
Reasoning Devices (Perangkat
penalaran)
Methapors
Roots
Penggalangan dana ini menyusul sikap
Komisi Hukum Dewan Perwakilan
Rakyat yang tak kunjung menyetujui
anggaran gedung baru KPK. Padahal
proyek ini sudah diajukan sejak Maret
2008. Alasan DPR tidak segera
17
Kutipan berita Koran Tempo tanggal 30 Juni 2012 (Judul: Bantuan untuk Gedung KPK
terus Mengalir)
89
menyetujui, menurut sejumlah politikus
di Senayan, adalah gedung baru KPK
dianggap belum perlu.
Catchphrases
Siswa Sekolah Kartini menyerahkan
hasil mengamen, warga Makasar
menghimpun batu bata.
Appeals to principle
Hingga kemarin, menurut Koordinator
Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian
Deta Artasari, sumbangan yang
terkumpul sebesar Rp 93.968.530.
Sedangkan bantuan dalam bentuk
kiriman wesel tercatat Rp 184 ribu.
Ilian mengaku tidak mungkin
sumbangan publik bisa memenuhi
jumlah yang dibutuhkan, yaitu Rp
225,7 miliar. “Ini lebih pada
partisipasi masyarakat mendorong
KPK dalam memberantas korupsi,”
ujarnya.
Exemplaar
Tak cuma aktivis, siswa Sekolah
Darurat Kartini dari Lodan, Ancol,
Jakarta Utara, berbondong-bondong
datang ke gedung KPK. Dengan
seragam putih-biru, mereka membawa
kaleng cat bekas berisi uang pecahan
Consequences
90
dari Rp 1.000 hingga Rp 10 ribu.
“Enggak dihitung, seadanya saja,” kata
Agam, salah seorang siswa. Menurut
dia, uang tersebut hasil dari menjual
kopi, rajutan, batik, serta mengamen.
“Jumlahnya Rp 466.700.”
Depiction
Mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi
Idris kemarin datang ke KPK bersama
putrinya, Fahira Idris. Masing-masing
menyumbangkan Rp 5 juta. “Ini atas
nama pribadi dan uangnya dijamin
halal,” kata Fahmi Idris sembari
menambahkan, sikap DPR sangat tak
masuk akal.
Visual Images
Tabel IV. 7 Analisis Frame
“Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir”
D. Gambaran Umum Keseluruhan Pemberitaan
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, pemberitaan Koran Tempo
tentang kasus penolakan pembangunan gedung KPK oleh DPR. Dapat dikatakan
Koran Tempo memposisikan diri sebagai pihak yang pro KPK. Pemberitaan
tentang kasus penolakan itu, pertama kali muncul pada tanggal 26 Juni 2012
hingga 30 Juni 2012. Selama periode itu, Koran Tempo konsisten mengangkat
91
kasus tersebut dan bisa dikatakan “memposisikan” diri mendukung KPK. Dilihat
pada pemberitaannya secara keseluruhan selama periode 26-30 Juni 2012 itu,
Tempo banyak mengutip dan memasukkan pendapat orang-orang yang pro KPK.
Seperti aktivis antikorupsi dari Indonesia corruption watch (ICW), Forum
Indonesia untuk Transparansi Angaran (Fitra), maupun anggota DPR yang pro
KPK (Partai Demokrat).
Selama periode 26-30 Juni 2012, ada tujuh (7) berita yang dimuat Koran
Tempo. Ketujuh (7) berita itu, memberitakan tentang penolakan pembangunan
gedung KPK oleh DPR, hingga dampak dari penolakan tersebut (aksi
pengumpulan dana).
Dari tujuh (7) berita yang dimuat, memiliki porsi yang berbeda-beda.
Diantaranya dua (2) berita dimasukkan dalam Headline, yaitu “PENUNDAAN
PROYEK GEDUNG KPK, POLITIKUS SENAYAN KERDILKAN KPK” (26
Juni 2012), dan “PENYUMBANG GEDUNG KPK MELUAS” (29 Juni 2012).
Lalu, empat (4) berita dimuat diberita utama, yaitu “DPR Tahan Anggaran
Gedung KPK” (26 Juni 2012), Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan”
(27 Juni 2012), “DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK” (29 Juni
2012), dan “Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir” (30 Juni 2012). Serta
satu (1) berita dimuat dalam bentuk feature, yaitu “Sumbangan Pedagang dan
Menteri Dahlan” (26 Juni 2012).
Sehingga dapat diketahui Koran Tempo memberikan porsi yang cukup
banyak untuk kasus ini (penolakan pembangunan gedung KPK). Namun secara
kasat mata dapat ditebak, Koran Tempo lebih banyak mendukung KPK
dibandingkan DPR. Judul-judul yang ditulis Koran Tempo menggambarkan KPK
92
merupakan korban, sedangkan DPR adalah pelaku. Salah satu judul yang
langsung menunjukan indikasi tersebut adalah headline yang dimuat tanggal 26
Juni 2012, yaitu “PENUNDAAN PROYEK GEDUNG KPK, POLITIKUS
SENAYAN KERDILKAN KPK”. Dari judul ini terdapat kata “kerdilkan” yang
merujuk pada penundaan dana pembangunan gedung KPK. Di headline tanggal
26 Juni 2012 juga ditambahkan dengan menampilkan foto pemimpin KPK dalam
ukuran kecil. Untuk mempertegas kesan yang disampaikan dari judul. Kata
“kerdilkan” memiliki konotasi negatif untuk tindakan DPR menunda anggaran
gedung KPK. Agar lebih jelas, dapat dilihat ditabel di bawah ini:
Judul Media package Core frame Narasumber
PENUNDAAN
PROYEK
GEDUNG KPK,
POLITISI
SENAYAN
KERDILKAN
KPK
DPR digambarkan
sengaja mengjegal
KPK dengan
menunda proyek
gedung KPK.
Dana
pembangungan
gedung KPK
diblokir DPR.
- Pro
Uchok Sky
Khadafi (Fitra),
Saldi Isra (ahli tata
Negara), Ruhut
Sitompul (Politisi
Partai Demokrat)
- Netral
I Gede Pasek
Suardika
- Kontra
Eva Kusuma
Sundari (politisi
Partai PDI
perjuangan)
DPR Tahan
Anggaran Gedung
KPK.
Penundaan
anggaran dinilai
banyak
kejanggalan, lalu
memaparkan
kronologis
peristiwa yang
terjadi.
Pemblokiran dana
pembangunan
gedung KPK oleh
DPR.
- Pro
Bambang Sapto
Pratomosunu
(Sekjen KPK),
Adnan Pandupraja
(Wakil Ketua
KPK)
- Kontra
Nudirman Munir
(anggota Komisi
93
Hukum fraksi
Golkar), Ahmad
Yani (anggota
Komisi Hukum
fraksi PPP)
Sumbangan
Pedagang dan
Menteri Dahlan
Menggambarkan
dukungan yang
diberikan rakyat
kecil maupun
petinggi
pemerintahan
(Menteri)
Memberitakan
pemberi
sumbangan untuk
pembangunan
gedung KPK
- Pro
Junaedi Sitorus
(Sekjen Persatuan
Pedagang Kaki
Lima Indonesia),
Dahlan Iskan
(Menteri BUMN),
Abdullah
Hehamahua
(penasihat KPK),
Bambang
Widjojanto (Wakil
Ketua KPK), Ilian
Deta Arta Sari
(ICW)
Tolak Gedung
KPK, Politikus
Unjuk Kekuatan
Penolakan gedung
KPK dinilai
sebagai unjuk
kekuatan para
politikus
Pemblokiran dana
pembangunan
gedung KPK oleh
DPR dan aksi
sumbangan untuk
gedung KPK oleh
masyarakat
- Pro
Oce Madril
(Direktur
Eksekutif Pusat
Kajian Anti-
Korupsi UGM),
Edhy Prabowo
(Sekertaris fraksi
Gerindra),
Bambang
Widjojanto (Wakil
Ketua KPK)
- Kontra
Puan Maharani
(Ketua Fraksi
Partai PDI
perjuangan)
PENYUMBANG
GEDUNG KPK
MELUAS
Menggambarkan
dukungan
masyarakat dan
diibaratkan
sebagai simbol
perlawanan
terhadap DPR
Aksi pengumpulan
dana oleh
masyarakat untuk
dana
pembangunan
gedung KPK
- Pro
Ilian Duta Artasari
(Koordinator
Koalisi Saweran
Gedung KPK),
Teten Masduki
(Sekjen
Transparency
Internasional
94
Indonesia), Jimly
Asshidiqie
(mantan Ketua
Mahkamah
Konstitusi)
DPR Dinilai
Persulit
Pembangunan
Gedung KPK
Pemblokiran dana
pembangunan
gedung KPK
dinilai sebagai
sikap mempersulit
KPK dan tindakan
diskriminasi
DPR tidak
menyetujui
pembangunan
gedung KPK. Dan
adu argumen
antara pihak pro
dan kontra
- Pro
Ilian Deta Artasari
(Koordinator
Koalisi Saweran
Gedung KPK),
Syahrul Sajidin
(Koordinator aksi
pengumpulan
koin), Agus
Rustandi (Sekjen
Garut Governance
Watch), Busyro
Muqoddas (Wakil
Ketua KPK), Didi
Irawadi
Syamsuddin
(anggota Komisi
Hukum fraksi
Partai Demokrat)
- Kontra
Eva Kusuma
Sundari (anggota
Komisi Hukum
fraksi Partai PDI
perjuangan)
Bantuan untuk
Gedung KPK
Terus Mengalir
Digambarkan
dukungan dari
berbagai kalangan
tidak hanya rakyat
kecil tetapi dari
para tokoh
Aksi pengumpulan
dana yang terus
terjadi berbagai
daerah, bukan
hanya di Jakarta
- Pro
Ilian Deta Artasari
(Koordinator
Koalisi Saweran
Gedung KPK),
Fahmi Idris
(mantan Menteri
Tenaga Kerja),
Fadjroel Rahman
(aktivis
antikorupsi),
Faisal Basri (calon
Gubernur Jakarta),
Anwar Lasappa
(Koordinator
Gerakan Rakyat
Peduli KPK),
95
Busyro Muqoddas
(Wakil Ketua
KPK), Mahfud
Md (Ketua
Mahkamah
Agung)
Tabel IV. 8
Judul dan Narasumber Berita
Dari tabel ini, terlihat gambaran secara umum berita yang dimuat di
Koran Tempo selama periode 26-30 Juni 2012. Setelah dibandingkan, ternyata
narasumber yang diwawancarai lebih banyak orang yang pro terhadap KPK. Maka
dapat dikatakan Koran Tempo lebih memihak KPK.
Yang menarik disini adalah Koran Tempo “memposisikan” masyarakat
berpihak pada KPK. Meraka (masyarakat) dalam kasus pembangunan gedung
KPK, secara langsung mendukung KPK dibandingkan dengan DPR. Padahal DPR
merupakan perpanjangan tangan dari rakyat. Tetapi rakyat lebih memihak KPK.
Masyarakat menganggap DPR sebagai wakil rakyat dinilai mempersulit KPK,
mereka (DPR) secara tidak langsung berhadapan dengan rakyat.
Diberitakan rakyat menggalang dukungan untuk KPK, dengan cara
menggelar aksi pengumpulan dana untuk pembangunan gedung KPK. Di berbagai
daerah aksi pengumpulan dana juga terjadi. Namun anggota DPR melihat aksi ini
sebagi bentuk “provokasi”.
Jika dilihat, kasus penundaan proyek pembangunan gedung KPK
bukanlah perselisihan antara KPK dengan DPR. Melainkan DPR dengan rakyat.
Karena rakyat berada dibelakang KPK sebagai pendukung langsung. Inilah frame
yang dibangun Koran Tempo. Jika dilihat dari hasil pendeskripsian berita yang
dimuat pada periode 26-30 Juni 2012.
96
Dari hasil wawancara peneliti dengan Baskoro dan Elik Susanto redaksi
pelaksana Koran Tempo, terdapat beberapa hal yang menarik. Yaitu, sejak awal
Tempo memang sudah mengarahkan bahwa apa yang dilakukan DPR merupakan
upaya untuk melemahkan fungsi KPK. Mereka (Koran Tempo) beralasan bahwa
keputusan DPR menunda anggaran, terkait dengan seringnya KPK mengusut
kasus korupsi anggota dewan. Sehingga penundaan itu bernuansa politis, atau
upaya pelemahan KPK. Karena jika KPK menjadi lembaga yang kuat, membuat
mereka (anggota DPR) ketakutan.
Koran Tempo melihat DPR lah yang salah. Mereka berpendapat KPK
memang membutuhkan bangunan baru untuk mendukung kinerja mereka agar
lebih baik. Sehingga penolakan yang dilakukan DPR tidak beralasan. Penolakan
itu mengindikasikan “pengkerdilan” atau “pengecilan” fungsi KPK. Koran Tempo
merasa perlu memberikan fakta dan pendidikan pada publik tentang kelakuan
DPR yang dianggapnya “salah”. Mereka (Koran Tempo) tidak mempercayai
politikus senayan, karena politiskus senayan selalu “bermuka dua”, dan pandai
berargumentasi.
Lalu temuan berikutnya adalah, dalam pembentukkan berita yang akan
dimuat di Koran Tempo, semua direncanakan dalam forum redaksi yang
beranggotakan redaktur dan pemimpin redaksi. Di sinilah hasil akhir dari
pemberitaan ditentukan. Wartawan selaku pekerja dilapangan tidak dilibatkan.
Wartawan memiliki forumnya sendiri, untuk menentukan apa saja yang akan
diliput pada hari berikutnya. Semua hal menyangkut berita yang akan diliput,
sudah ditentukan oleh Koran Tempo. Dari narasumber hingga angel penulisan.
Tentu saja semua itu harus sesuai dengan visi dan misi Koran Tempo. Sehingga
97
dapat dikatakan bahwa lembaga (Koran Tempo) lebih dominan dalam penentuan
arah pemberitaan. Pemberitaan ini menurut Koran Tempo sesuai dengan visi
Koran Tempo yang antikorupsi (wawancara redaktur pelaksana Koran Tempo.
Lampiran-lampiran).
Jadi bisa disimpulkan, bahwa sejak awal berita tentang penolakan
pembangunan gedung baru KPK, sudah dikontruksi oleh Koran Tempo. Sehingga
berita-berita yang dimuat pada periode 26-30 Juni 2012, lebih banyak
menyuarakan pihak-pihak yang pro KPK. Sedangkan DPR ditempatkan sebagai
orang yang salah. Seperti hasil wawancara dengan Baskoro (redaktur pelaksana)
yang mengatakan “Memang DPR banyak orang jahatnya kan? Jahat dalam arti
korupsi.” Pernyataan ini menjadi penjelas kenapa Tempo dalam pemberitaanya
menyudutkan DPR.
Dan jika dilihat korupsi dalam Islam pun dinilai sebagai suatu kejahatan.
Korupsi dikategorikan sebuah penghianatan atas amanah yang diberikan. Dalam
Al-quran pun banyak menjelaskan tentang itu. Jadi dapat dikatakan bahwa islam
melarang hal-hal yang termasuk korupsi. Jika berlandaskan keterangan itu, maka
masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam tentu saja tidak setuju
dengan korupsi.
Ini terlihat dari respon yang luar biasa ketika kasus penolakan
pembangunan gedung KPK oleh DPR mencuat. Rakyat banyak mendukung KPK
baik di Pusat ( Jakarta) maupun di daerah. Salah satu dukungan yang dilakukan
oleh masyarakat adalah penggalangan dana untuk pembangunan gedung KPK. Ini
mengindikasikan bahwa mayoritas rakyat Indonesia mendukung upaya
98
pemberantasan korupsi. Yaitu dengan memberikan dukungan kepada KPK
sebagai lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia.
Lalu dilihat juga di berbeberapa media, kasus ini (pembangunan gedung
KPK) menjadi fokus pemberitaan. Bisa dilihat dari intensitas pemberitaannya
yang bertahan lebih dari satu minggu, baik dimedia cetak maupun di media
elektronik.
Koran Tempo termasuk salah satu dari media yang konsen memberitakan
kasus tersebut. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan Redaksi Pelaksana
Rubrik Hukum dan Nasional Elik Susanto dan L.K Baskoro yang menjadi alasan
Koran Tempo mengangakat kasus pembanguan gedung baru KPK.
“Ya begini, mediakan punya visi. Visinya antara lain kaya Koran Tempo
dan Majalah Tempo, membersihkan Indonesia dari korupsi. Kita perang
dengan korupsi, kita ga mentolerir korupsi. Kita ingin ada kondisi bersih.
Kita ingin yang salah dihukum, yang tidak salah ya tidak dihukum.”
Kutipan di atas memperlihatkan alasan Koran Tempo mengangkat kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah kasus pembangunan
gedung baru KPK. Koran Tempo menilai perlunya mendorong semua pihak untuk
memerangi korupsi. Mengingat korupsi merupakan kejahatan yang sangat serius
dan perlu penanganan khusus, sehingga korupsi di kategorikan Extraordinary
crime.
Jadi pandangan publik dan Koran Tempo memiliki kesamaan, di mana
korupsi menjadi kejahatan yang harus diberantas. Namun gerakan dukungan yang
terjadi dimasyarakat tidak bisa begitu saja terjadi. Seperti yang dikatakan
Gamson, bahwa media memiliki peran dalam menyatukan pandangan yang ada
dimasyarakat. Sehingga menyebabkan gerakan sosial (social movement), dalam
99
kasus ini adalah gerakan dukungan untuk KPK. Maka bisa dikatakan Koran
Tempo memiliki andil dalam penentuan agenda (agenda setting) di masyarakat.
100
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada Koran Tempo, selama periode 26-30 Juni 2012.
Peneliti mendapatkan beberapa temuan yang menarik. Yaitu tentang frame yang
dibangun Koran Tempo dan kebijakan yang dilakukan dalam pembentukan kasus ini.
1. Frame yang yang dibangun Koran Tempo, selama pemberitaan kasus penolakan
pembangunan gedung baru KPK, dia (Koran Tempo) menempatkan diri dipihak
yang pro KPK. Hal itu terlihat dari kontruksi yang dibangun disetiap beritanya.
Judul-judul yang ditulis memberikan kesan negatif untuk DPR.
Serta narasumber yang diwawancarai lebih banyak pihak yang pro KPK,
dibandingkan pihak yang kontra. Koran Tempo beralasan DPR memang salah.
Maka sejak awal Koran Tempo tidak memberikan porsi yang banyak untuk pihak
pendukung DPR. Koran Tempo hanya memberikan satu narasumber atau
paragraph yang diberikan untuk pihak pendukung DPR. Komposisi dari
narasumber ini, memerlihatkan dengan jelas dukungan yang diberikan oleh Koran
Tempo kepada KPK.
Lalu dari hasil wawancara dengan redaksi pelaksana Koran Tempo,
peneliti mendapatkan keterangan. Bahwa frame yang dibangun Koran Tempo
memang untuk mendukung KPK, dari awal Koran Tempo memang sengaja
mengonstruksi berita itu.
101
2. Konstruksi yang dilakukan Koran Tempo merupakan bentuk dukungannya
terhadap KPK. Koran Tempo beralasan, pemberitaan yang dilakukannya bukanlah
konstruksi dan opini mereka. Melainkan pendapat yang ada di publik. Namun
sejak berita ini masuk forum redaksi, berita itu sudah diarahkan ke arah itu. Tetapi
Koran Tempo menolak jika dianggap melakukan konstruksi atau beropini. Yang
mereka lakukan hanya memberitakan apa yang terjadi. Walaupun pemberitaan
yang mereka lakukan sejak awal, memang untuk menggambarkan sikap yang
dilakukan DPR salah.
Dari pemilihan narasumber, penentuan angel, dan penulisan berita sudah
ditentukan oleh redaksi. Wartawan dituntut untuk sejalan dengan visi misi Koran
Tempo. Mereka menganggap visi mereka yaitu anti korupsi. Jadi suara mereka
jelas, tidak mendukung korupsi.
Sehingga dalam pembentukan berita ini, redaksilah yang berperan dan
memiliki wacana yang ingin dibangun dari kasus pemberitaan penolakkan
pembangunan gedung baru KPK. Koran Tempo mengatakan apa yang ingin
dibangun adalah tindakan DPR yang menolak pembangun gedung baru KPK
salah, dan untuk menyadarkan masyarakat tentang kenyataan yang terjadi
sebenarnya terhadap kasus ini. Sehingga tujuannya untuk memberikan pendidikan
kepada masyarakat, agar masyarakat bersifat kritis dan tidak mudah dibohongi
oleh anggota DPR, yang dinilai Koran Tempo pandai berargumen dan bermuka
dua.
3. Konstruksi yang dibangun Koran Tempo, ternyata sama dengan persepsi yang ada
di masyarakat. Terbukti dari hasil pendeskripsian yang dilakukan peneliti dan
102
wawancara kepada redaktur pelaksana Koran Tempo Elik Susanto dan L.K
Baskoro. Sehingga dapat dikatakan konstruksi yang dibangun Koran Tempo
berhasil dan mendapatkan respon seperti yang diharapkan. Di sini Koran Tempo
berhasil memengaruhi opini publik, sehingga mendorong terjadinya dukungan
untuk KPK. Dan penilaian masyarakat terhadap DPR negatif.
4. Dalam Islam, korupsi dipandang sebagai suatu kejahatan. Karena korupsi
dikategorikan sebagai bentuk penghianatan terhadap amanah. Sehingga bisa
dikatakan bahwa masyarakat Indonesia pun mendukung pemberantasan korupsi,
mengingat mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam.
Adanya kesamaan pandangan antara masyarakat dan Koran Tempo melihat
kasus korupsi. Bukan hanya disebabkan oleh kesamaan pandangan menilai
perlunya pemberantasan korupsi. Tetapi, kesamaan itu merupakan hasil dari
agenda setting yang dilakukan media, yang salah satunya adalah Koran Tempo.
B. Saran
1. Dari hasil penelitian pada Koran Tempo edisi 26-30 Juni 2012, peneliti
menemukan banyak narasumber yang sama pada periode itu. Namun setelah
dibandingkan dengan pemberitaan pada periode yang lain, ternyata banyak
narasumber “langganan” yang selalu dijadikan sumber oleh Koran Tempo.
Adanya narasumber “langganan” ini, membuat Koran Tempo hanya menunjukan
satu (1) opini. Walaupun penunjukan narasumber itu, untuk menunjukan
keberagaman pendapat yang ada terhadap suatu kasus. Dan dalam hasil
wawancara dengan redaksi pelaksana Koran Tempo, tenyata memang Koran
Tempo memiliki narasumber-narasumber yang sudah ditentukan. Mereka
103
beranggapan itu dilakukan untuk menjaga agar narasumber yang diwawancara
tidak salah dan bersikap netral. Namun Koran Tempo juga menjelaskan bahwa
mereka mengetahui dengan pasti opini narasumber yang mereka wawancarai.
Tetapi penggunaan narasumber yang sama bisa menunjukan pendapat
yang diungkapkan pasti akan selalu sama. Sehingga pendapat yang narasumber
“langganan” ungkapkan sudah dapat ditebak. Misalnya jika narasumber itu pro
terhadap suatu pihak, maka pendapat yang disampaikannya akan membela pihak
itu. Pengutipan pendapat narasumber “langganan” membuat berita yang
disampaikan akan terasa “monoton” dan tidak dapat diartikan pendapatnya
menggambarkan opini mayoritas.
Seharusnya Koran Tempo dalam menyampaikan berita, menggunakan
pendapat orang-orang yang berbeda. Walaupun pendapat yang narasumber itu
tetap sama. Karena pengutipan sumber yang berbeda membuat berita yang
disampaikan menggambarkan pendapat mayoritas dan bukan pendapat yang
dimonopoli satu orang.
2. Dalam visi misi yang diusung Koran Tempo yaitu: “Menjadi acuan dalam proses
meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta
membangaun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan
pendapat.”. Visi ini, memberikan keterangan bahwa Tempo ingin mendidik
masyarakat untuk berpikir bebas dan berpendapat.
Namun, jika dilihat dari targer market dari Koran Tempo yang
memfokuskan pada kalangan menengah ke atas. Tidak bisa digambarkan sebagai
media yang mendidik masyarakat untuk berpikir dan berpendapat bebas. Karena
104
masyarakat menengah dan atas tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat
dominan. “Mereka” hanyalah kelompok minoritas yang sudah terpenuhi
kesejahteraannya. Sedangkan mayoritas rakyat Indonesia merupakan masyarakat
bawah.
Karena itu, Koran Tempo seharusnya menjadikan masyarakat bawah juga
sebagai target market. Masyarakat bawahlah yang seharusnya memerlukan
pendidikan untuk bisa bebas dari kebodohan dan eksploitasi. Mereka cenderung
dilupakan dan tidak diperdulikan. Padahal untuk membentuk Negara yang maju,
masyarakat bawah memiliki peran yang sangat vital. Merekalah penentu arah
pemerintahan suatu Negara. Namun jika masyarakat mayoritas ini tidak “dididik”,
mereka hanya akan menjadi bahan eksploitasi politik saja.
105
DAFTAR PUSTAKA
Al Wasilah, A. Chaedar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. 1990.
Anwar, Syamsul. Dkk. Telaah Fiqih Korupsi Dalam Muhamadiah dan Nadratul
Ulama (NU), Koruptor Itu Kafir. Jakarta : Mizan Publika. 2010.
Creswell, John W. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:
KIK Press. 2003.
Birowo, M. Antonius, ed., Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali, 2004
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana, 2008.
Daniel Parera, Jos. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa,
Analisis kontrantif antar Bahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Erlangga. 1994. Cet-2.
Dardjowidjojo, Soenjono. Psiko-Linguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2010.
Dirjosisworo, Soerdjono. Fungsi Perundang-undangan Pidana Dalam
Penanggulangan Korupsi di Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru.
Eriyanto. Analisis Framing : Konstruksi Ideologis, dan Politik Media. Yogyakarta:
LKiS, 2008.
Fuad Noeh, Munawar. Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi. Jakarta : CV. Zulkifli
Hakim. 1997.
Igm,Nurjanah. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupasi, Perspektif
Keadilan Melawan Mafia Hukum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2010.
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana 2007. Cet
ke-2.
Littlejohn, Stephen W. Teori Komunikasi , Theories of Human Communication.
Jakarta: Salemba Humanika. 2009.
106
Rahardi, R Kunjana. Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa
Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga. 2006.
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Samsuri. Analisa Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.
1978.
Severin, Werner J- James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana. 2009. Cet ke-5.
Sobur, Alex. Analaisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2009. Cet ke-5.
Suhaemi dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis
dan Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008
Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan . Pustaka Filsafat. 2007.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Vardiansyah Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.
2008. cet-2.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. 2008. Cet ke-8.
Lain-lain:
Data resmi berupa Company Profile dari Koran Tempo, Grup Tempo
Hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo Erik Susanto, L.K.
Baskoro. Senin,17 Juni 2013,Jam 15:30 WIB.
Transkip wawancara dengan redaktur pelaksana Koran Tempo
Nama narasumber: Elik Susanto, L.K Baskoro.
Jabatan: Redaktur Pelaksana
Hari/Tanggal: Senin,17 Juni 2013
Jam: 15:30 WIB
1. Apa yang melatar belakangi Koran Tempo pada tanggal 26-30 Juni 2012,mengangkat kasus
penolakan DPR terhadap pembangunan gedung baru KPK?
- Baskoro: Begini, kita harus tahu dulu, bagaimana KPK sama DPR. Selama ini KPK itu,
komisi yang paling gencar dalam mengusut kasus korupsi. Termasuk mengusut kasus
korupsi di DPR, anggota DPR. Jadi kalo kamu, eee eeee, pasti udah tahu ya, banyak
anggota DPR yang kena kasus, masuk penjara ya. Dari soal Miranda Goeltom, macem-
macemlah sekarang banyak. Nah, dalam perjalanannya kemudian publik tahu, bahwa
DPR ini seakan-akan, kemudian beradu dengan KPK. Apapun yang dilakukan KPK, DPR
berusaha menghalangi, bahkan kalo perlu dibubarkan. Kemudian muncul banyak
wacana-wacana, KPK itu lembaga ad-hoc, lembaga yang hanya ada bila diperlukan. Nah
itu kemudian banyak polemik. Intinya adalah supaya KPK itu bubarlah, supaya tidak
merusak DPR. Sebenarnya intinya itu aja, mereka marah dengan KPK. KPK dijegal gitu
loh. Termasuk juga dengan undang-undang, undang-undang KPK yang mau diperbaiki.
Termasuk juga, kemudian soal pembangunan gedung. Loh ngapain kamu membangun
gedung? Sementara kamu (KPK) bukan lembaga yang akan permanen. Semua
masyarakat tahu, sebenarnya semua ini ada apa? Semuanya tahu. Bahwa DPR mau
menjegal KPK. Nah bagi kita, bagi Tempo. Bukan hanya menarik, tetapi Tempo juga
punya visi. Untuk bagaimana sebuah lembaga yang baik itu dipertahankan. Bagaimana
kasus korupsi ini, juga harus diselesaikan. Kalo KPK tidak ada, mungkin kasus korupsi
juga banyak yang akan terhambat penyelesaiannya. Nah dalam posisi itulah, wartawan
melihat, loh kok ini kemudian ada pembangunan gedung KPK, kok dihambat. Ini adalah
berita, itu aja sebenarnya. Ini berita besar, gitu loh. Untuk kemudian, kita wawancara
macem-macem. Yang intinya adalah benar ga sih, tindakan DPR ini, untuk menghalangi
pembangunan itu. Dari saya, saya kira itu.
- Elik susanto: Dan ada realitas di KPK ya, perlu alasan lain. Di samping juga ada
semangat kita (Tempo) mendorong supaya lembaga anti korupsi ini harus dipertahankan.
Nah realitas yang saya maksud di sini, bahwa KPK didirikan ter….2003!(suara Baskoro)
2003 itu ya. Semakin lama kan kebutuhan infrastruktur, termasuk gedung dan sumber
daya manusianya semakin bertambah. Karena tantangan untuk memberantas korupsi
memang semakin besar. Sehingga gedung yang ada sekarang ini, sudah tidak memadai
lagi. Makanya supaya, fasilitas infrastruktur ini sebagai penunjang KPK, kegiatan KPK
tetap harus disediakan supaya lebih representatif. Salah satunya harus membangun
gedung baru, karena gedung ini (gedung KPK sekarang) pun sifatnya masih minjam.
Gedung seperti apa? Ya tentu saja KPK sudah membuat semacam catatan-catatan yang,
untuk ditunjukan kepada pemerintah. Eh!, KPK butuh ini loh kira-kira. Karena anggaran
pemerintah harus didiskusikan dulu di DPR, nah di sini kemudian DPR memainkan. Nah
seperti yang dibilang pak Bas (Baskoro) tadi. Banyak sekali orang-orang DPR yang
terjerat kasus korupsi. Sehingga ada misi untuk menjegal atau memperlemah fungsi KPK
itu. Karena dari realitas KPK memang sangat membutuhkan sarana yang representatif.
Ya gedungnya, juga tentang anggarannya, termasuk juga penyidiknya. Sekarang ini udah
bejubel di kuningan (gedung KPK saat ini).
2. Apa pertimbangan sehingga kasus ini mendapat tempat lebih di Koran Tempo? Karena
melihat ada lima (5) hari kasus itu diangkat dalam Koran Tempo.
- Baskoro: ya pertama itu kembali pada saat saya jabarkan tadi. Bahwa berita soal korupsi,
soal KPK, soal DPR, atau soal perseteruan antara lembaga itu, secara publik itu menarik.
Di luar itu ada visi juga Tempo. Visi Tempo itu apa? Ya membela yang benar gitu loh.
Mengkritik atau mengkritisi orang-orang yang keliatannya kok ga bener, itu aja. Nah
kemudian kita kembangkan segala macem. Lima(5) hari di mana kita kembangkan berita
itu. Harus minta ke sini, wawancara orang KPK, bahkan tahu soal keadaan KPK. KPK itu
sekarang sekitar 500 (orang), mendiami gedung yang delapan (8) lantai. Itu saya pernah
masuk kesana. Nanti coba kamu harus baca laporan Tempo (Majalah Tempo) soal KPK,
edisi khusus. Itu terbit bulan desember kemarin. Itu lengkap isinya (tentang KPK), udah
punya kali ya. itu lengkap sekali soal KPK. Sehingga kalo kita jalan di lorongnya, itu
kiri-kanan itu dokumen. Jadi kalo kita nyenggol itu kejatohan dokumen. Belom lagi soal
penjara, harus ada penjara yang steril, yang ga bisa lari-lari orang seenaknya keluar, kaya
Gayus. Nonton tenis di Denpasar. Nah itu kan harus punya gedung yang steril, yang
pengamatannya jelas. Nah itu visi kita, itu visi Majalah Tempo, Grup Tempo, soal
hubungan dengan korupsi. Kalo KPK ini kemudian dikerdilkan habis, yang rugi kita juga.
Nah kita perlu menjaga momen ini. Nah perlu untuk mendorong supaya publik tahu. Nih
publik liat ini, DPR tidak bener nih, KPK harusnya kaya gini loh. Nah tentu bukan kita
(Tempo) yang berbicara, tetapi publik yang bicara, kita (Tempo) yang wawancarai
sumber ini, sumber ini, A, B, C. Pengamat, kita lihat hukumnya gimana, kita lihat
orangnya gimana, sehingga memang betul. Sehingga publik tahu, bahwa memang betul
KPK perlu gedung. Kalo KPK butuh gedung dan bagus, mungkin kinerja akan lebih
bagus lagi. Dalam menjalankan tugasnya memberantas korupsi.
- Elik Susanto: saya pikir porsi lima (5) hari, dua (2), atau beberapa hari, sebenarnya tidak
harus menjadi ukuran berita itu menjadi konsentrasi. Tapi hampir semua cerita yang kita
anggap penting dan menarik, sesuai dengan visi Tempo yaitu anti korupsi. Itu selalu kita
bikin running-nya, berhari-hari. Eh apa, berdasarkan data yang kita peroleh. Tidak
kemudian harus lima (5) hari tidak, mungkin ada yang sampai sepuluh (10) hari, ada
juga. Jadi ukurannya itu, dari sisi bahan liputan kita. Dari hasil investigasi itukan
dapatkan bahan yang memungkinkan, untuk memberitakan peristiwa yang kita anggap
besar. Jadi seperti yang Koran Tempo atau Majalah Tempo yang, lima (5) hari berturut-
turut edisi pembangunan gedung di DPR. Karena memang upaya di DPR sangat kencang
sekali, untuk berupaya menghentikan upaya itu. Jadi, bahkan setelah lima (5) hari pun
kita masih menulis lagi, mungkin anda ga melihat ya. Tapi karena itu belum selesai,
hingga akhirnya kasus ini reda. Reda dalam arti tetap dibangun gedung yang representatif
buat KPK. Oke gitu.
3. Kenapa Koran Tempo lebih membela KPK dan menyudutkan DPR itu sendiri? Karena kita
tahu DPR merupakan perwakilan rakyat, tetapi ada kesan DPR itu disudutkan dengan judul
headline dan judul-judul berita yang lain.
- Baskoro: yang bilang menyudutkan itu orang ya, karena memang ga bener itu aja. Tentu
bukan Tempo yang bilangkan? Tapi kita, orang berkomentar menyalahkan DPR atau
mengkritisi. Ya karena DPR memang ga bener gitu loh, bagi kita, bagi orang. Jadi apabila
wakil, boleh wakil tapi kalo kebijakannya, kalo tata caranya ga bener ya harus saya
katakan. Bahkan biar presiden, bahkan kalo presiden keliru kita akan bilang keliru gitu
loh. Menyudutkan DPR, ya memang faktanya karena memang DPR yang paling cerewet.
DPR paling banyak berusaha menjegal KPK. Kalo DPR ada yang bela ya silahkan, kita
kasih hak DPR untuk bela. Tapi kita juga kasih hak orang lain untuk dipihak ketiga atau
pihak KPK juga menyerang dalam hal ini. Adapun kemudian memberi kesannya
menyudutkan DPR, ya tidak. Memang demikian suara publik. Tapi ada yang membela
DPR ga?
- Elik Susanto: Porsinya kecil saya yakin.
- Baskoro: Memang DPR banyak orang jahatnya kan? Jahat dalam arti korupsi. Kalau
misal kita bilang, bilang orang-orang kita membela orang korupsi, kita membela orang-
orang DPR ga bener. Apa kata dunia? Terus Koran Tempo ini sebenernya ga bener, kamu
ga bisa. Terus mahasiswa bilang rakyat kok bilangnya ini orang-orang ga bener. Publik
kan geger. Loh justru kita,yang harusnya, media itu untuk, ini ga bener nih, yang kamu
bilang itu ga bener. Kenapa politikus melarang pembangunan gedung baru KPK? Ya kita
kasih faktanya ini, menurut kita begini. Kenapa kamu larang? Ternyata mereka asal
larang aja.
- Elik Susanto: Ya karena ketakutan.
- Baskoro: Karena ketakutan,
- Elik Susanto: Kalo nanti dijerat oleh KPK.
- Baskoro: takut nanti KPK jadi lebih besar. Dan lebih besar guna memberantas korupsi.
- Elik Susanto: Tapi ada ya, tambahan sedikit, argumentasi bahwa KPK lembaga adhoc
iya. Tapi kalo kemudian dihapus atau distop ditengah jalan itu masih perlu perdebatan.
Bahwa KPK ya kalo perlu diperkuat posisinya. Baik dari segi teknis penuntutannya,
bahkan sampai penangkapan dan penyadapan, sampai infrastrukturnya.
- Baskoro: Nanti kamu dalam bagian penulisan, kasih, bahas satu bab atau beberapa
bagian, atau dalam subnya itu, KPK adhoc atau tidak?
- Elik Susanto: Ya.
- Baskoro: Nah harus ada.
- Elik Susanto: Wawancara dengan pakar hukum yang mengatakan KPK itu bukan adhoc
sebenarnya. Melihat dari kebutuhan yang mendesak bahwa di Indonesia itu, sangat sangat
korupsi, butuh waktu yang panjang, butuh adhoc, lembaga yang kuat. Sehingga korupsi
itu benar-benar bisa diberantas.
- Baskoro: Sebentar kalo kita berguyonan, guyonan secara umum aja ya. apakah lembaga
adhoc atau tidak? KPK itu lembaga yang didirikan untuk memberantas korupsi, ketika
lembaga lain ga ada. Itu seperti misalnya, apakah gereja itu dibutuhkan? Oh gereja itu
dibutuhkan sejauh manusia pernah berbuat dosa. Nah gitu, kapan kita ga berbuat dosa,
kan ga mungkin. Sama korupsi, kamu ga bener jika korupsi ga akan terjadi di Indonesia.
Kalo kamu ga jamin ga ada korupsi. Kamu jamin suatu ketika tidak akan ada korupsi. Ya
udah KPK bubar, tapi kan faktanya sulit. Karena korupsi itu melekat dengan sifat
manusia. Misalnya loh, saya cuma bilang KPK itu masih diperlukan.
4. Dari ketujuh berita yang diangkat pada tanggal 26-30 Juni 2012,hanya ada dua yang
dijadikan headline?apa pertimbangannya?
- Elik Susanto: Emang waktu itu, eskalasi perdebatan kelompok anti korupsi, temasuk
juga KPK dan para senior-senior KPK dengan DPR makin mengencang. Sementara di
DPR dalam pembahasan rencana merevisi undang-undang KPK, sekaligus juga menyetop
anggaran untuk bangun gedung itu cukup kencang. Sehingga ada semacam gerakan yang
dari publik ini mendesak supaya DPR ini tidak main-main dengan KPK. Makanya karena
udah klimaks waktu itu. Dan faktualnya memang terjadi gerakan anti korupsi, masyarakat
yang berbondong-bondong ke KPK kan, ada yang menyumbang pagar. Pagar bekas itu
untuk simbolik. Ada yang menyumbang uang, dan lain-lain. Sehingga terkumpul kalo ga
salah hanya simbol 300 sekian juta. Yang dihimpun oleh ICW, dan itu merupakan
gerakan yang murni untuk mempertahankan KPK. Sementara pihak yang ingin
melemahkan KPK, tidak juga, tidak kalah strategisnya karena dia yang mengesahkan
anggaran gitu kan. Nah itulah alasan sehingga misi Tempo yang pro anti korupsi, perlu
memberi porsi yang cukup besar terhadap peristiwa yang terjadi pada 26-30 Juni 2012.
Begitu kira-kira. Jadi ini komitmen Tempo dan konsistensi Tempo untuk mendukung
pemberantas korupsi.
5. Kenapa dari tujuh (7) berita, memiliki porsi yang berbeda-beda? Ada dua (2) headline, empat
(4) berita utama, dan satu (1) feature. Yang menarik adalah kenapa ada penulisan feature?
Apa sebenarnya yang ingin diangkat dari penulisan feature?
- Elik Susanto: jadi feature, yaitu sebenernya feature itu sesuatu yang unik ya. Namanya
aja feature. Di balik peristiwa itu pasti ada sesuatu yang menarik. Sehingga dalam tulisan
yang kita buat, secara pembagiannya, secara detail. Halaman depan berupa cover, ada
ilustrasinya, ada infografisnya. Kemudian halaman dalem, halaman dua (2) itu ada
headline, juga ada berita duanya. Bahkan kalo anda melihat, pernah ada dalam satu (1)
edisi itu, sempat tiga (3) halaman semua satu (1) topik. Salah satunya adalah feature.
Feature ini, informasi yang ringan kita tulis secara mendalam, referensinya cukup banyak
dan cerita itu unik gitu loh. Terkait dengan kasus yang kita angkat saat itu. Misalkan
Dahlan waktu itu, kebetulan ya.kan Dahlan sendiri memang orangnya memang unik,
disamping unik, sumbangannya juga berbeda dengan yang lain-lain. Sama juga sebelum
Dahlan kan ada orang yang membantu pagar gitu kan. Pagar yang sudah berkarat diusung
ke sana itu juga kita bikin semacan tulisan sendiri, berupa feature. Jadi feature ini
semacam pendukung dari berita-berita yang cukup banyak dalam berita utama.
- Baskoro: Biar ga bosan pembaca itu.
- Elik Susanto: Ya betul
- Baskoro: Kalo seluruhnya hardnews, hardnews berita keras-keras. Mungkin ada feature
yang bersifat humanis, yang menampilkan sosok orang lain. Nah kita ingin membiasakan
wartawan juga gitu. Kalo dari sebuah berita ini ada ini ini, wah kita coba cari berita yang
sederhana aja. Yang mungkin orang lain ga kepikir, wartawan lain ga kepikir. Tapi kita
punya tujuan itu misalnya. Mungkin tidak terlalu panjang-panjang karena halaman koran
terbatas. Tapi sisi lainnya yang masih ada kaitannya juga kalo dia menyumbang, tapi ini
yang lebih spesibel.
6. Lalu apa tujuannya, selain tadi dikatakan Tempo anti korupsi dan KPK akan dijegal oleh
DPR. Apa ada tujuan selain itu?
- Baskoro: Ya begini, mediakan punya visi. Visinya antara lain kaya Koran Tempo dan
Majalah Tempo, membersihkan Indonesia dari korupsi. Kita perang dengan korupsi, kita
ga mentolerir korupsi. Kita ingin ada kondisi bersih. Kita ingin yang salah dihukum, yang
tidak salah ya tidak dihukum. Berangkat dari itulah kemudian, berita-berita kaya gitu kita
perjuangkan untuk jadi HL, naik. Sebetulnya itu intinya itu. Kalo pun kemudian itu jadi
HL dua (2) kali kenapa? Karena ketika itu memang berita itu memang lagi top. Lagi topik
trendi, trennya tinggi kalo di media online, jadi memang tidak ada pilihan lain, selain
Koran Tempo menurunkan berita soal itu. Soal apa, soal pro-kontra pembangunan
gedung itu. Apalagi kalo memang wartawan kita memiliki bahan-bahan yang cukup
lengkap. Kalo kemudian ada berita soal korupsi lagi, pembangunan gedung pro-kontra
lagi hangat tapi wartawan Tempo tidak memiliki bahan yang lebih lengkap, ga akan jadi
HL, itu halaman. Tapi dua (2) harian berturut-turut, ini kalo kita bikin berita lagi masih
masuk ga ya? oh ga, ada yang lebih top dari kemarin, ya udah masuk kedalam, berita
utama.
7. Berarti ini menjelaskan kenapa berita pembangunan gedung KPK pada tanggal 25 Juni 2012,
hanya berita nasional. Lalu tiba-tiba tanggal 26 Juni 2012 menjadi headline?
- Baskoro: Iya iya, kasus ini menjadi menarik sekali. Kalo kemudian dalam minggu itu
menjadi menarik lagi, dan kita masih memiliki yang menarik lagi. Misalnya, saya
bayangin jika misalnya, anggota DPR itu melakukan sebuah rapat gelap, untuk rame-
rame lagi menjegal KPK. Jadi masalah pertama adalah berita itu menjadi hangat di
publik, kedua wartawan Tempo memiliki bahan-bahan apa, yang tidak selain eksklusif,
yang lain dari pada yang dimiliki media lain. Kalo dua (2) itu tidak didapat, tidak bisa
menjadi HL.
8. Lalu pada edisi 26 Juni 2012, Koran Tempo menuliskan headline “POLITIKUS SENAYAN
KERDILKAN KPK”. Apakah judul ini tidak terlalu menghakimi DPR yang menolak
pembangunan gedung baru KPK? Dan apa pertimbangannya sehingga Koran Tempo berani
menuliskan judul seperti ini?
- Baskoro: Anggota DPR kerdilkan KPK, anggota DPR kerdilkan KPK. Kerdilkan itu kan
mengecilkan. Itu konotasi yang secara bahasa juga ga bias, bukan, tetapi bukan bahasa
yang kasar. Anggota DPR misalnya apa ya, yang lebih make, itukan ga mungkin.
Maksudnya kerdilkan secara bahasa Indonesia bukan konotasi bahasa yang kasar. Tetapi
simbolis daripada untuk mengecilkan makna kan. Jadi pertama saya mau bilang dari tata
bahasa ga salah. Kedua kata mengkerdilkan kan fakta dari yang kita bilang tadi, bahwa
ada upaya DPR untuk mengecilkan perannya. Atau DPR membonsai KPK pun bukan
sesuatu yang keliru, maknanya memang mengkerdilkan. Karena maknanya ingin supaya
melumpuhkan KPK. Mengecilkan perannya, jadi mengkerdilkan kan supaya ga berguna.
Kalo sudah mengkerdil mau bagaimana? Mau melawan yang besarkan sudah tidak
bisakan. Makna mengkerdilkan ini membuat orang, oh jd DPR itu akan membuat KPK
tidak berdaya. Kira-kira kalo pembaca membaca akan begitu maknanya. Tidak
menghakimi.
- Elik Susanto: Kita, mungkin publik itu harus mencermati. Meskipun DPR mempunyai
alasan yang argumentatif, seolah-olah masuk akal dari revisi itu. Jangan kemudian kita
terjebak, DPR itu boleh dibilang memiliki banyak argumentasi, namanya juga politisi.
Politisi itu selalu pandai berargumen. Kata mengkerdilkan sebenarnya sudah, bagi kami,
bagi KPK pun sudah kita analisa, bahkan kita mintakan komentar kepada beberapa orang.
Termasuk pakar hukum, termasuk juga lembaga-lembaga yang sikapnya sama dengan
Tempo. Ini apa makna dari upaya DPR dari merevisi undang-undang KPK? Artinya KPK
dibuat supaya tidak berdaya, supaya tidak punya banyak sarana untuk menjerat koruptor.
Artinya apa? Banyak pilihannya itu banyak. Bisa memangkas, kemudian menjegal bisa,
mengkerdilkan bisa, banyak kata yang mengistilahkan bahwa DPR itu mencoba
memperlemah fungsi KPK. Tapi istilah kerdil itu bukan sesuatu yang memojokan,
menghakimi.
9. Tetapi banyak kata lain yang bisa dipakai selain kata “mengkerdilkan”?
- Elik Susanto: Contohnya?
10. Itukan kasus penundaan, misalnya dengan kata “menunda”. Kata mengkerdilkan itu terlalu
menghakimi.
- Baskoro: DPR mengkerdilkan KPK, dijudul itu Koran Tempo mengutip dari siapa? Ada
yang mengomonng ga di situ?
11. Ada pak.
- Baskoro: Artinya kita ngambil dari orang yang berbicara. Itu bukan argumentasi,itu
orang ngomong kemudian kita ambil sebagai judul.
12. Tetapi ada niatan tertentu, mengapa mengambil kata-kata itu?
- Baskoro: mengapa memilih kata-kata itu? Ya niatnya memang itu. Kita membuat publik
tau apa yang dilakukan DPR. Artinya argumentasi yang dikatakan apapun, setelah
dikantor, memang itu tujuannya mu, memang sebenarnya ini. Kita membuka mata publik.
Biar masyarakat tau, jadi sipatnya init oh. Jadi bukan masalah melarang membangun
gedung KPK. Tapi takut jika KPK kuat kemudian menjadi lembaga yang bisa mengusut
kasus korupsi. Nah itu yang kita buka kepada publik.
13. Jadi dari awal Tempo sudah memiliki tujuan kearah itu?
- Baskoro: Ya, tujuannya adalah membuka mata publik, mencerdaskan orang.
- Elik Susanto : Jadi jangan terharu dengan argumennya DPR.
- Baskoro: Itu tugas wartawan. Kalo DPR bilang, kita iya iya. wartawan bakal membela
DPR yang ga benar. Kita sebagai wartawan kita memilah. Bahaya kita, kasihan
pembacanya, kasian publiknya.
- Elik Susanto: Jadi bisa jadi politisi DPR itu ngomongnya A tapi dibelakang B. Biasanya
dirapat hari pertama bilangnya A, besoknya berubah lagi, sering terjadi itu. Makanya
media itu tidak mau dibohongin dengan argumentasi politisi yang sering berubah-ubah
sikapnya. Contoh sekarang ini BBM misalnya, BBM itu semua orang, PKS itu kan tidak
setuju tetapi ketika tiga (3) menterinya mengatakan setuju ga diapa-apain. Inikan ada dua
(2) agen ganda. Tetapi sekarangpun mereka tetap mengatakan tidak akan naik BBM, tapi
menterinya Setuju. Ini bagaimana? Apa tidak bertolak belakang?
14. Tempo mengatakan DPR salah. Tetapi di luar sana ada dua pendapat, yang pro dan kontra?
- Baskoro: Siapa yang kontra?
15. Yang saya tahu, itu dari Antara.
- Baskoro: Antara?
16. Ya dari Antara, mereka mengatakan harus menunda. Karena harus berhati-hati. Mereka
berargumen seperti itu, itu bagaimana?
- Baskoro: Ya silakan media membuat argument seperti itu. Tapi Tempo punya sikap,
sikap Tempo tercemin dari tajuk Tempo, kedua wanwancara sumber-sumber yang
diwawancara Tempo. Tidak apa-apa, mungkin antara sumbernya lain. Itu tidak masalah.
17. Apakah reporter memiliki kebebasan dalam menulis dan menentukan narasumber dalam
kasus ini?
- Baskoro: Dalam kasus itu dirapatkan, semua dirapatkan. Tapi dia juga memiliki
kebebasan lalu dikonsultasikan kepada atasannya. Karena apapun berita yang muncul di
Koran Tempo, itu merupakan padangan Koran Tempo, bukan pandangan si wartawannya.
Jadi sumber dilapangan boleh dibahas, tapi kemudian redaksi yang menentukan. Redaksi
mengadakan rapat. Kalo tiba-tiba narasumber yang diwawancarai ini penjahat, kan tidak
benar juga sumbernya itu. Atau wawancara orang yang sebenarnya ga bener, buat apa
gitu loh. Kita perlu tahu orang yang kita mewawancarai itu orang yang bener. Kita
wawancarai soal BBM, kita wawancarai orang yang tidak netral. Soal membangun
gedung, kita wawancarai orang yang diluar DPR dan KPK, yang netral. Tetapi kalo kita
wawancarai orang yang bela DPR, maka suaranya akan membela DPR. Nah kemudian
disitulah reporter diajarin. Nah kalo reporternya sudah satu visi dengan redaksi, oh ini
yang harus diwawancarai. Jadi tidak diajarin lagi.
18. Berarti dari awal wartawan sudah diarahkan bagaimana meliputnya?
- Baskoro: wartawan sudah diarahkan kemana kebijakan Tempo berjalan, jadi tahu. Oh
iya, saya harus wawancara ini. Kalo saya wawancara anggota DPR yang pro atau yang
kontra, ya saya harus wawancarai siapa. Jadi harus cover bot side. Boleh sesuka hati,
mereka punya kebebasan. Sebagai wartawan politik panduannya. Tetapi yang saya
wawancarai itu sudah sesuai dengan garis kebijakan redaksi Tempo.
- Elik Susanto: Jadi yang dipilih ini adalah narasumber yang memiliki kredibilitas
pertama, dan dia tidak suka berbohong, arahnya itu ke sana. Jadi tidak semua narasumber
itu, kemudian kita ambil, harus kita pilih. Bener-bener yang kreterianya itu mereka punya
kredibilitas, punya kapasitas. Seperti orang-orang mantan penjahat, ketika diwawancarai
mereka akan membela kasusnya mati-matian. Tetapi kalo menyangkut pro-kontra
pembangunan gedung KPK, sikap Tempo jelas, kita mendukung. Jadi selain kita
mewawancarai orang yang tidak mendukung, kita juga harus mewawancarai orang yang
mendukung, supaya berimbang. Siapa orangnya? Ya kita pilih, ga asal orang kita
wawancara. Harus orang yang punya kapasitas, kredibilitas dan dia tidak berbohong.
19. Tadi dikatakan harus ada yang mendukung dan tidak mendukung. Namun porsi orang yang
tidak mendukung itu sedikit. Biasanya hanya satu paragraph diakhir. Itu bagaimana?
- Baskoro: Yang tidak mendukung maksudnya?
20. Misalnya seperti pembangunan gedung KPK, banyak yang mendukung. Namun seperti yang
dikatakan tadi, harus juga memasukan orang yang menolak. Menolak membangun gedung
KPK. Nah itu biasanya diposisikan diakhir dan hanya sebagian kecil.
- Baskoro: Nah, pertamakan kita berangkatnya dari DPR yang menolak, artinya suara
DPR ini suara yang menolak. Sementara sikap kita itu, kita punya fakta, sebenarnya
perlu sekali anggota KPK membangun gedung. Bisa dianggap ini sudah sikap mereka.
artinya tidak perlu banyak-banyak karena diawalkan sudah satu suara. Kita melawan
suara yang kuat ini, jadi cukup satu aja. Mungkin sebelum-sebelumnya sudah banyak,
jadi bukan berarti harus cari banyak-banyak, ga perlu. Karena sikapnya yang satu aliran
itu, sikapnya dari mayoritas anggota DPR komisi hukum. Yang udah kemana-mana koar-
koar tidak setuju pembangunan gedung KPK.
21. Untuk hasil akhir, apakah reporter dilibatkan atau itu kebijakan redaksi sendiri?
- Elik Susanto: Ya kita selalu ada rapat, sekarang ini lagi rapat penentuan HL depan. ini
ditentukan oleh forum rapat, terdiri dari redaktur sama pemred, kalo ga ada pemred
biasanya redaktur eksekutif. Dimana reporter? Reporter itu sudah punya agenda rapat,
sudah punya rapat sendiri, biasanya pada malam hari. Malam hari untuk merencanakan
besok, mereka itu ada rapat. Sehingga untuk penentuan angel-angel itu dirapatkan dalam
forum redaksi, yang dirapatkan oleh redaktur sampai ke pemred. Jadi keterlibatannya
tidak langsung dalam forum redaksi, tetapi dengan komunikasi. Komunikasi liputan,
pelibatannya seperti itu. Karena mereka ada di lapangan, jadi tidak mungkin kita panggil
ke kantor. Tapi intinya pelibatannya itu tetap, Cuma bedanya tidak dikantor. Tetapi lewat
komunikasi, handphone, bisa milis, dan lain-lain.
TEMPOMEDIA
trusted and worth it
TEMPOworth it
TEMPO mampu
menghadirkan
media yang
TEMPO
terintegrasi.
Snergi yang
Media
Creative
Strategic
menjadi kekuatan
sekaligus
keunggulan Majalah Koran Portal Media Riset
kompetitif
TEMPO dalam
memenuhi
kebutuhan pasar
MBM TEMPO Koran Tempo Tempo
interaktif Iklan IMC
pembaca dan
industri. TEMPO
English
U Magz
Koran Tempo
Makassar
Tempo
Gading
TEMPO
Koran Tempo
Multimedia
Komunitas
Media
Consulting
Travelounge
MEDIA
trusted and
TEMPOworth it
MBM TEMPO
Terbit setiap Senin
120 halaman
Tiras180.000 eksemplar
Menguasai 68% pangsa pasar majalah berita
Tiras meningkat 30% setiap penerbitan edisi
khusus.
12.000 pelanggan terpilih yang menjadi
nasabah premium beberapa bank ternama
Indonesia
101 pelanggan korporat
5 bank, 5 airline, 56 hotel, 7 institusi
pemerintahan, 13 lounge, 6 rumah sakit,
13 institusi bisnis lain.
Distribusi Jabodetabek 59.31%, Sumatera
13,36%, Jabar & Banten 7,99%,Jateng & DIY
5,78%, Jatim 5,12%, Kalimantan 3,20%,
Sulawesi 2,24%, IBT 1,65%, Bali 0,93% dan
Luar negeri 0.42%
MEDIA
trusted and
TEMPOworth it
TEBI
Terbit setiap Selasa
80 halaman
Satu-satunya majalah berbahasa
Inggris dengan Perspektif
Indonesia.
Tiras 29.000 Eks
Dilanggan oleh seluruh perwakilan
negara asing dan lembaga
internasional di Indonesia.
Dilengkapi sisipan AsiaView dan
Outreach
Distribusi Jabodetabek 58,9%,
P. Jawa 15,8%, Bali 20,8%, dan
daerah lainnya 3,6%
MEDIA
trusted and
MONTH/DATE THEME DESK
JANUARY, 18 SBY'S 100 DAYS PROGRAM: WAR ON LAW MOB LAW
FEBRUARY, 22 100 YEARS MUHAMMADIYAH AND AHMAD DAHLAN NATIONAL
MARCH, 15 INDONESIA MEGA PROJECT/ INVESTASI 2010 BUSINESS
APRIL, 5 TEMPO CHOICE: THE BEST UNIVERSITIES SCIENCE/ LIFESTYLE
APRIL, 26 INDONESIA OIL KINGS BUSINESS
MAY, 17 NATIONAL RESURRECTION DAY NATIONAL
JUN, 7, 14, 21, 27 WORLD CUP 2010, SOUTH AFRICAN (SPECIAL PAGE) LIFESTYLE/SPORT
JUL,, 4, 12 WORLD CUP 2010, SOUTH AFRICAN (SPECIAL PAGE)
JUL, 12 INDONESIA MOST CLEAN JUDGE LAW
AUGUST, 17 TALE OF THE BORDER:LIVING EXPERIENCE OF SOLDIERS ON
BOARDERLINE NATIONAL
SEPTEMBER, 20 INDUSTRIES REBORN AFTER 2008 BUSINESS
OCTOBER, 11
REVIEW OF ANTIPORNOGRAPHY ACT: CASE STUDIES OF
ANTIPORNOGRAPHY ACT IMPLEMENTATION IN BALI, MANADO, AND PAPUA
LAW
NOVEMBER, 29 INDONESIA OUTLOOK 2011 (POLITIC & ECONOMY)
DESEMBER, 6 THE BEST PHOTO, TEMPO CHOICE
DESEMBER, 20 THE BEST CEO 2010, TEMPO CHOICE LIFESTYLE
DESEMBER, 27 THE ARCHITECT (FIGURING INDONESIA MOST TALENTED &
INFLUENCING ARCHITECT BUSINESS
TEMPOworth it
U MAGZ
Male Life Style Magazine
Terbit Senin pekan pertama setiap
bulan
132 halaman
Tiras 28.000 eksemplar
Kelompok pembaca utama adalah
kalangan profesional muda
perkotaan,
TOM dan Keterbacaan. Urutan 6
setelah Femina, Men’s Health,
Cosmo, Matra, dan Kartini.
Distribusi utama Jakarta, Bodetabek,
Bandung, Surabaya, dan Medan.
MEDIA
trusted and
MONTH EDITION THEME DESCRIPTION
2010
APRIL MANLY FOOD FAVORITE PLACE FOR EAT, STEAK, BEER, ETC.
MAY GROOMING BARBERSHOP, MAN SKIN CARE, RAZOR, HAIR CARE, PARFUME.
JUNE FOOTBALL WORLD CUP FEVER
JULY SEXIEST WOMAN ALIVE 10 MOST SEXIEST INDONESIAN WOMAN
AUGUST PRECIOUS ITEM COLLECTION SPECIAL PRODUCT OF MEN’S CHOICE (WATCHES, CARS, SHOES, ETC)
SEPTEMBER FASHION GUIDE DESIGNER BRAND, TIPS
OCTOBER INTERIOR (MEN’S CAVE) DESIGN, FURNITURE, LAMP, ART WORKS, RUDGE, MATERIAL, HOME DECORATION, HOUSEHOLD
EQUIPMENT
NOVEMBER BEST CAR CLASSIC CAR, CONCEPT, AND THE NEW ONE
DECEMBER PARTY ISSUES VENUE, DRINK, RAVE, DJ, ETC
2011
JANUARY TRAVEL GUIDE TOUR & TRAVEL, AIRLINES, HOTELS, TOUR PACKAGE, ETC
FEBRUARY RESTO GUIDE PLACE, FOOD, DRINK, AND WINE
MARCH FASHION GUIDE SUMMER COLLECTION’S APPAREL & RETAIL
APRIL BEST DRESSED BOUTIQUE, SHOES, WATCHES, JEWERLY, BAGS, ETC
TEMPOworth it
TRAVELOUNGE
Travel & Destination Magazine
Terbit setiap bulan dan terbit
pertama November 2009
132 halaman
Tiras 80.000 eksemplar
Konsep Travel & Destination
Magazine
Kelompok pembaca utama adalah
kalangan profesional muda
perkotaan, pria/wanita., kerap
melakukan perjalanan dengan
pesawat terbang.
Distribusi utama Jakarta
Internationl Airport,
MEDIA
trusted and
DESTINATION LOMBOK CIREBON TOBA KEPULAUAN
NEW ZEALAND NEW DELHI
FINE DINE KEMBANG GULA BLUE ERAWAN SAM LORO
MURDAYA PETER GONTHA
SINGKAWANG PARANG TRITIS
TEMPOworth it
RUBRIK EDISI APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
SERIBU NUMBERALA, NTT
WORLD CITY BOGOTA ARIZONA TOKYO CHRISTCHURCH,
DANAU PANGGANG,
KALSEL
BUFFALO, NEW
YORK
LIPUTAN MEDAN
SILVRETTA,
AUSTRIA
CULTURE TOPENG CIREBON ULOS TANJIDOR WAYANG GOLEK ODALAN POTEHI WAYANG ORANG BHARATA
ART
JONGGRANG DAPUR BABA SIPIROK
HANGOUT POTATO HEAD PORTICO CORK&SCREW DOME
LEISURE PARAGLIDING MOTOR BESAR-HD SAILING CAVING
INTERVIEW FAUZY ICHSAN HARTATI MICHELE SAMPOERNA 4 ANCHOR TV
SHOPPING CULINARY MALL BOUTIQUE MALL
PHOTOGRAPHY KAWAH PUTIH CAP GO MEI
TRAVEL CHOISE
ON LOCATION NZ, LORD OF THE RING
MEDIA
trusted and
TEMPOworth it
KORAN TEMPO
Terbit 7 hari seminggu
40 halaman
Tiras 240.000 eks
Sejak berubah dalam format
compact, tiras meningkat 20%
dan readership 34%.
Dilengkapi sisipan reguler
iTEMPO setiap jumat
TEMPO GADING (untuk
kawasan Kelapa Gading
dan sekitarnya).
Edisi khusus Jawa Timur dan
Jawa Tengah (cetak jarak
jauh).
Distribusi Jabodetabek
60,19%, Jateng & DIY 16,21%,
Jabar & Banten 12,94%,
Makassar 6,08%, Sumatera
2,72%, Jatim 1,03% dan
daerah lainnya 0.82%
iTEMPO
Terbit setiap Sabtu
8 halaman
Tiras 240.000 eks.
Memiliki 7 rubrik pilihan
Menjadi referensi utama
65% pembaca KT
TEMPO GADING
Dibaca oleh 80% warga
kawasan Kelapa Gading
dan sekitarnya.
Terbit pertama Oktober
2008.
Terbit setiap Jumat &
Sabtu
16 halaman
Tiras 35.000 eks.
MEDIA
trusted and
TEMPOworth it
TEMPO INTERAKTIF
10 juta page views per bulan
91% pengakses selalu
membuka seluruh berita
frontpage
59% mengakses dari kantor
51% mengakses dari rumah
Rubrik Favorit
Frontpage 91%
Nasional 89,8%
Internasional 67,1%
Teknologi 66,5%
MEDIA
trusted and
42
3
TEMPOworth it
TIRELESS WORKER. Adalah kelompok yang
memandang pekerjaan sebagai sebuah tangga
karir sehingga harus diperjuangkan untuk
Tireless Trendsetter Socially aware Traditional Family Life
mencapai posisi puncak, meski terkadang untuk
mencapainya harus mengenyampingkan
kepentingan sendiri ataupun keluarga
19
23 18
9
18
TRENDSETTER. Adalah kelompok yang mengikuti
model/gaya terbaru. Aktif mencari
informasi, mengikuti perkembangan teknologi dan
selalu tertarik untuk mencoba hal yang baru dalam
22
kehidupannya. Selain itu juga tertarik dengan
hiburan/hangout/wisata.
SOCIALLY AWARE. Adalah kelompok yang
mapan secara ekonomi dan sosial yang dalam
59 57 64 65
kehidupannya selalu mengutamakan keseimbangan dengan masyarakat/lingkungan
sekitarnya. Dalam tindakannya selalu
memperhitungkan manfaat/dampak bagi lingkungan mulai dari persamaan hak, polusi, dll.
2 3
20 17 15 27
2
15
TRADITIONAL FAMILY LIFE. Adalah kelompok
yang sangat menjaga norma-norma/ nama baik keluarga, menempatkan pria sebagai kepala
keluarga dan wanita berperan dalam urusan
domestik keluarga. Kelompok ini juga setia
kepada pasangannya
MBM TEMPO TEMPO INGGRIS KORAN TEMPO U MAGAZINE TEMPO
INTERAKTIF
MEDIA
trusted and
TEMPOworth it
TEMPO INTERAKTIF U MAGAZINE KORAN TEMPO TEMPO INGGRIS MBM TEMPO
63 52
KKB 13
50
8,4
44 67
KPR 18
22,7
48,4
47
98
Kartu kredit
Asuransi
38
36,7
51
58
75,5
87
96
61
67 97
Perbankan
trusted and
92 94
92,5
MEDIA
TEMPOworth it
TEMPO INTERAKTIF U MAGAZINE KORAN TEMPO TEMPO INGGRIS MBM TEMPO
31 87
Resto/fast food
Mal/Plaza
31,9 62,2
68 67,5
69
78
83
72,7
54 55
Dept store
34
42
59
64,3 72
Supermarket
Jasa penerbangan
36
63
70,7
86
84
95
93,1
74,7
MEDIA
trusted and
worth itTEMPO
TEMPO Integrated (MARKOM)
Layanan Riset Terpadu untuk
kepentingan pemasaran, studi
media, product and corporate
branding.
Layanan Integrated Event untuk
program CSR dan Social Marketing,
Awarding, dan MICE
TEMPO Komunitas
Layanan community marketing.
75 event per bulan, 50 partisipan
per event
Profesional & entrepreneur dengan
SES A dan B.
TEMPOIntegrated ®
Marketing Management
MEDIA
trusted and
TEMPO MEDIA
trusted and worth it
IKLAN
POLITIKUSSENAYAN
KERDILKANKPK
”Bahkan, muncul rencana penghapusan komisi antikorupsi.”
PENUNDAAN PROYEK GEDUNG KPK JAKARTA — Sikap Dewan Perwakilan Rakyat menolak anggaran gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi terkesan mengada-ada. Bahkan, menurut Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), sikap itu merupakan siasat untuk mengerdilkan peran lembaga antirasuah tersebut. ”Ini upaya kembali menggerogoti KPK,” kata Koordinator Fitra, Uchok Sky Khadafi, saat dihubungi kemarin.
DPR dinilai sudah berkali-kali berupaya mengecilkan peran KPK. Misalnya, Uchok mengatakan, adanya upaya DPR mengha-pus wewenang penindakan dan penuntutan dengan mengusung revisi Undang-Undang KPK. Kerja penyadapan KPK juga diusul-kan diperketat. "Bahkan, muncul rencana penghapusan komisi antikorupsi.”
KPK membutuhkan gedung baru kare-na gedung yang berlokasi di kawasan Kuningan, Jakarta, itu tak lagi memadai. Selain faktor kapasitas, gedung itu sudah berusia 31 tahun. Namun anggaran gedung baru KPK tak kunjung disetujui Dewan. Padahal anggarannya sudah masuk alokasi 2012. Pada tahun ini, KPK mendapat pagu anggaran Rp 225,7 miliar—di dalamnya ada dana Rp 70 miliar untuk gedung KPK. Tapi anggaran itu diblokir Komisi Hukum DPR dan diberi tanda bintang.
Ahli hukum tata negara Saldi Isra mengatakan tindakan DPR tidak logis. Guru besar Universitas Andalas ini menilai, alasan KPK meminta gedung baru untuk menambah personel seharusnya direspons positif oleh DPR. ”Sebab, penambahan personel akan meningkatkan kinerja KPK dalam memberantas korupsi,” ujar dia kemarin.
Hingga tadi malam, Komisi Hukum DPR masih membahas anggaran bersama KPK. Ketua Komisi Hukum DPR I Gde Pasek Suardika mengakui sikap Komisi Hukum belum tegas soal gedung baru KPK. ”Wajar kalau ada perbedaan pendapat di DPR,” ujar dia di kompleks parlemen.
Di antara sejumlah fraksi di DPR, ada yang mendukung dan ada yang meno-lak. Misalnya, Fraksi Partai Demokrat menyatakan mendukung. ”Bodoh kalau tidak mendukung,” ujar Ketua Demokrat Ruhut Sitompul. Sebaliknya, Fraksi PDI Perjuangan memandang gedung baru KPK belum perlu. ”Lebih mendesak untuk gedung Badan Nasional Penanggulangan Terorisme karena status gedung mereka tidak aman dan harus relokasi,” kata Eva Kusuma Sundari, anggota DPR dari PDI Perjuangan.
● RUSMAN PARAQBUEQ | SUBKHAN | SUKMA
BERITA UTAMA A4
MENTERI BICARA SOAL "NEGARA GAGAL'
BERITA UTAMA A3
RIBKA AKUI TERIMA TAS DARI ADIK NAZARUDDIN
SELASA26 JUNI 2012 EDISI NO. 3921 TAHUN XII 48 HALAMAN RP 3.000 ( LUAR JAWA + ONGKOS KIRIM )
SANG JENDERAL
www.tem po.co www.ko ran tem po.com
JERMAN VS ITALIA
LEBIH KETAT I C1
16Halaman
Edisi BolaC1
FO
TO: T
EM
PO
/TO
NY
HA
RTA
WA
N
KPK sempat berencana menyewa
kontainer.
JAKARTA —Anggaran pemba-ngunan gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi sebenarnya sudah disetujui sebagian oleh Kementerian Keuangan sejak 2008. Menurut Sekretaris Jenderal KPK Bambang Sapto Pratomosunu, anggaran yang disetujui itu senilai Rp 90 miliar dari Rp 225,7 mili-ar. ”Tapi kemudian diberi tanda bintang oleh DPR,” ujar Bambang dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Hukum DPR tadi malam.
Bambang menjelaskan, dalam surat bernomor 3988/AG/2008 tertang-gal 4 Desember 2008 dari Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan kepada Sekretariat Jenderal KPK, disebutkan bahwa dana pembangunan gedung baru KPK telah dialokasikan. ”Tapi harus dikoordinasikan dengan DPR terlebih dulu,” kata Bambang, mengutip surat tersebut.
KPK, dia melanjutkan, sempat menagih anggaran itu agar bisa masuk daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) pada tahun anggaran 2009. Namun, karena diberi tanda bintang alias ditunda, kata Bambang, ”Anggaran itu akhirnya tak masuk DIPA 2009.”
Namun penjelasan itu dibantah oleh Nudirman Munir, anggota Komisi Hukum dari Fraksi Partai Golkar. Dia menegaskan, belum ada pembahasan soal anggaran gedung baru KPK oleh Dewan. ”Itu kebohong-
an publik,” ujar dia. Nudirman juga memperta-
nyakan anggaran KPK yang berubah-ubah. Dalam DIPA 2012, anggaran pembangun-an gedung baru KPK kembali muncul dengan nilai Rp 61,1 miliar. DPR pun mengaku kaget dan tak tahu alasan anggaran tersebut bisa mun-cul dalam DIPA. ”Untung belum turun,” ujar Ahmad Yani, anggota Komisi Hukum asal Fraksi PPP. Dia justru mempertanyakan alasan ang-garan itu bisa mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan. Meski begitu, Ahmad menegaskan, frak-sinya setuju dengan pem-bangunan gedung baru itu. ”Asal penggunaannya trans-paran,” kata dia.
Wakil Ketua KPK Adnan Pandupraja mencerita-kan perlunya gedung baru. Menurut dia, kondisi kan-
tor KPK tak lagi memadai. ”Kantor KPK itu sudah kumuh,” ujar Adnan di hadapan anggota Komisi Hukum. Dia bercerita, ribu-an dokumen berserakan di jalan-jalan sepanjang koridor. Padahal itu seharusnya men-jadi dokumen rahasia. Untuk menyiasati dokumen yang sudah menggunung itu, KPK sempat berencana menyewa sebuah kontainer. “Semata-mata agar kerahasiaan doku-men terjaga,” katanya.
Agar anggota Dewan percaya pada penuturannya, Adnan pun mengajak mereka berkunjung ke KPK. “Bapak-bapak mungkin bisa melihat sendiri kondisi kantor kami,” kata Adnan. Hingga berita ini ditulis pada pukul 22.30, rapat pembahasan anggaran Komisi Hukum dengan KPK belum menghasilkan kepu-tusan. ● SUBKHAN | SUKMA
R ibut pembangunan ge dung Komisi Pem-berantasan Korupsi
menggugah kepedulian se jumlah pedagang kaki lima. Mereka secara su ka rela menyisihkan keuntungannya untuk disumbangkan buat mem-bangun gedung lembaga antirasuah ini. Secara simbolis, perwakilan peda-gang menyerahkan amplop berisi Rp 1 juta ke kantor KPK kemarin.
“Ini bentuk dukungan kami kepada KPK untuk terus berjuang membasmi korupsi dan jangan ter halang oleh ulah DPR,” ujar Sekretaris Jenderal Persatuan Pedagang Kaki Lima Indonesia Junaedi
Sitorus. Tak sulit menghimpun
dana dari pedagang. Apa-bila pedagang kaki lima yang jumlahnya mencapai 54 juta masing-masing iuran Rp 1.000 dalam tiga hari, kata Junaedi, akan terkumpul sekitar Rp 162 miliar. “Dengan demikian, KPK membangun kantor baru tanpa harus menung-gu uluran tangan DPR,” kata Junaedi.
Dukungan untuk mem-bangun kantor KPK juga datang dari Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Mantan Direktur Utama PLN ini mengaku gajinya selama enam bulan selama jadi menteri disum-bangkan untuk proyek
tersebut. “Saya tak pernah mengambil gaji. Saya sum-bangkan untuk membangun kantor KPK,” ujar Dahlan di Pemalang, Jawa Tengah, kemarin.
Penasihat KPK, Abdul-lah Hehamahua, mengata- kan lembaganya belum bi sa menerima sumbangan dari masyarakat karena be lum ada mekanismenya. “Saya kembalikan amplopnya, tapi saya akan mengontak mereka kalau sudah ada mekanisme soal sumbang-an tersebut,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Menurut dia, lembaganya mengapresiasi positif lang-kah masyarakat tersebut.
“Namun, masalahnya, baik dalam Undang-Undang KPK maupun UU Tindak Pidana Korupsi tidak dijelaskan mekanisme bantuan masyarakat dalam kegiatan pemberantasan korupsi,” katanya.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menyambut baik sumbangan masyara-kat tersebut. Dalam waktu dekat ICW berencana membuat rekening khusus untuk penggalangan dana pembangunan gedung baru KPK. “Kami yakin masya-rakat akan merespons posi-tif rencana saweran untuk lembaga antikorupsi itu,” kata anggota Badan Pekerja ICW, Illin Deta Arta Sari.
● ISMA SAVITRI | EDI FAISOL | ENI SAENI
Lamban Membangun Infrastruktur
Betapa kurang pedulinya pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur. Anggaran negara untuk pembuatan berbagai fasilitas yang bisa
menggerakkan pertumbuhan ekonomi ini amat kecil. Pemerintah juga lamban menyiapkan aturan yang memudahkan pembebasan lahan untuk proyek penting.
Kita sebenarnya sudah memiliki Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Tapi hingga kini pemerintah belum menerbitkan peraturan pelaksa-naannya, yakni peraturan presiden. Ini membuat urusan pembebasan tanah--penghambat utama pembangunan infrastruktur--tak kunjung teratasi. Akibatnya, banyak proyek, termasuk 24 proyek jalan tol, macet.
Persoalannya bukan hanya lambannya pembuatan perpres, tapi juga isi aturan ini. Dalam rancangan perpres yang sedang digodok terdapat aturan peralihan yang dianggap justru menghambat pembangunan infra-struktur. Draf itu menyebutkan, peralihan aturan lama ke aturan baru masih sampai akhir 2014. Ini berarti proyek yang sudah berjalan masih memakai aturan lama, dan baru menggunakan aturan yang baru jika sampai akhir 2014 belum kelar juga. Masa peralihan ini dianggap terlalu panjang.
Kebijakan itu justru menyebabkan kalangan peng-usaha yang semula bergairah dengan terbitnya undang-undang baru menjadi kembali ragu-ragu. Ini akan membuat laju pembangunan infrastruktur terhambat lagi. Padahal Indonesia juga sudah sangat tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, yang notabene menjadi pesaing kita, terutama dalam menarik investasi baru.
Pemerintah semestinya konsisten soal pemba-ngunan infrastruktur. Apalagi Menteri Keuangan Agus Martowardojo, misalnya, yakin, jika urusan infrastruktur ini beres, Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 7 sampai 7,7 persen pada 2014. Infrastruktur yang bagus pasti akan menarik investasi langsung, asing maupun domestik, yang akan menambah daya dorong ekonomi Indonesia. Namun, jika aturan baru itu baru diberlakukan pada akhir 2014, keyakinan Menteri Agus tak berarti apa-apa karena kita masih belum bisa keluar dari persoalan lama.
Sikap yang tidak serius terlihat pula dalam soal pen-danaan. Pemerintah berulang kali mendorong swasta agar terlibat dalam pendanaan proyek infrastruktur, antara lain melalui skema public-private partnership. Tapi andil pemerintah sendiri sangat kecil. Setiap tahun rata-rata pemerintah hanya menganggarkan Rp 160 trili-un untuk infrastruktur. Celakanya, sebagian dari jumlah itu termasuk untuk biaya pemeliharaan.
Rendahnya dukungan dana pemerintah tersebut bisa dilihat dari rasio anggaran infrastruktur kita terhadap produk domestik bruto. Tahun ini rasionya hanya 2,21 persen. Idealnya, rasio tersebut berada di kisaran 5 persen. Tidak mengherankan jika dampak (elastisitas) pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat rendah, hanya 0,17 persen. Bandingkan dengan Cina, yang sudah 0,33 persen, dan India, yang 0,21 persen. Jika pemerintah terus-mene-rus mengabaikan pembangunan infrastruktur, kita tentu semakin sulit bersaing dengan negara lain. ●
DPR Tahan Anggaran Gedung KPK
Sumbangan Pedagang dan Menteri Dahlan
S E L A S A , 2 6 J U N I 2 0 1 2 A2
“Ini gaji selama enam bulan menjadi menteri, saya sumbangkan untuk pem-bangunan gedung KPK.”
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, kemarin di Pemalang, mengatakan gaji sebagai menteri juga diberikan untuk seorang anak genius yang berse-kolah di Jepang.
“Kami tidak bawa apa-apa. Enggak ada pengobatan gratis, hanya komunikasi dari hati ke hati.”
Calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen, Faisal Basri, menyatakan saat berkampanye dirinya tidak menggunakan atribut apa-apa, kemarin.
■ RENCANA PROYEK KANTOR KPK Diusulkan: 2008Anggaran: Rp 225,7 miliar
Lokasi: Kelurahan Guntur, Kecamatan Setia Budi, Kuningan, Jakarta SelatanLuas Lahan: 8.000 m2
■ LUAS BANGUNAN27.600 m2, terdiri atas 16 lantai untuk menampung 1.394 pegawai (penjelasan Wakil Ketua KPK Zulkarnain, Maret 2012).
■ WAKTU PEMBANGUNAN3 tahun
■ SUMBER DANASisa dana yang diblokir Kemen-terian Keuangan, menunggu per setujuan DPR.
■ KONDISI GEDUNG LAMA- Bekas Bank Papan Sejahtera, berdiri sejak 1980.
- Beban kapasitas 650 orang dari idealnya 350 orang.- Rekrut pegawai hanya 140 pega-wai dari rencana 300 pegawai.
Jurus DPR
Maret 2010KPK dianggap tidak serius mengusut skandal Bank Century. DPR mengancam akan memotong anggaran KPK.
September 2011Komisi Hukum DPR terus mem-persoalkan kewenangan KPK, setelah pada September 2011 empat pemimpin Badan Anggaran diperiksa. ”Lebih baik KPK dibu-barkan, karena saya tidak percaya adanya institusi superbody dalam demokrasi,” kata Fachri Hamzah,
politikus PKS.
Oktober 2011Komisi Hukum DPR menyiapkan revisi Undang-Undang KPK untuk mengurangi kewenangan KPK, seper-ti menyadap, menyita, dan menggele-dah harus seizin pengadilan.
Proyek Lain
Proyek Hambalang*Rp 1,2 triliun diajukan April 2010, disetujui dalam APBN Perubahan 2010 pada Juni 2010
Proyek Wisma Atlet*Rp 191 miliar masuk dalam APBN 2010. Diusulkan sejak pertengahan 2009 dan disetujui pada Oktober 2009.
● SUMBER : DIOLAH TEMPO | EVAN | JOBPIE
Proyek yang Tertunda
K omisi Hukum DPR dini lai mencoba menahan dana pembangunan
kantor baru KPK. Padahal Kementerian Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum sudah menyetujui anggaran dan teknis pengerjaan kantor lembaga antirasuah tersebut.
R A B U , 2 7 J U N I 2 0 1 2 A3
“Bisa mengajukan peninjauan kembali.”
JAKARTA — Manajemen Bank Mutiara berkukuh tak meng-akui reksa dana Antaboga Delta Sekuritas sebagai produk yang pernah diter-bitkan Bank Century. Hal ini diutarakan oleh Sekretaris Perusahaan Bank Mutiara, Rohan Hafas, menanggapi putusan Mahkamah Agung yang mewajibkan mereka mengganti dana nasabah reksa dana Antaboga sekali-gus membayar ganti ruginya. “Itu bukan produk bank dan kami tidak memiliki penca-tatannya,” kata dia kepada Tempo kemarin.
Rohan mengatakan, hing-ga kini pihaknya belum menerima salinan putusan dari Mahkamah Agung. Karena itu, manajemen Bank Mutiara belum bisa memberi tanggapan atas vonis lemba-ga hukum tertinggi tersebut. “Terlalu dini untuk berko-mentar dan memberi putusan soal itu,” ujarnya.
Dua hari lalu Mahkamah Agung menjatuhkan vonis kepada Bank Mutiara untuk mengembalikan uang pembe-lian reksa dana milik nasabah Antaboga senilai Rp 35,437
miliar serta membayar ganti rugi Rp 5,675 miliar. Putusan ini merupakan buah dari gugatan 27 nasabah Bank Century—nama lama Bank Mutiara sebelum kepemilik-annya diambil alih negara melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Kasus ini bermula dari penjualan produk reksa dana Antaboga oleh Bank Century Cabang Surakarta pada kurun 2002-2008. Jenis reksa dana yang dijual ialah Dana Tetap Terproteksi (kode bilyet DD) dan Discretionary Fund (kode bilyet BB) yang masing-masing akan jatuh tempo dalam tiga bulan dan satu bulan. Reksa dana tersebut dijamin oleh Bank Century sebagai produk yang aman dan menguntungkan.
Namun, setelah jatuh tempo pada November 2008, para nasabah tak bisa menca-irkan dana mereka. Lantaran manajemen Bank Century tak memberi penyelesaian, 27 nasabah produk investasi tersebut mengambil langkah hukum. Bank Century pun dinyatakan kalah dalam sidang gugatan di Pengadilan Negeri Surakarta dan Pengadilan Tinggi Semarang.
Bank milik Robert Tantular itu lantas mengajukan kasa-
si. Tetapi Mahkamah Agung pun menolak permohonan kasasi tersebut pada 19 April 2012 dan menyatakan Bank Mutiara sebagai pengganti Bank Century untuk memba-yar tuntutan nasabah.
Kepala Eksekutif LPS Mirza Adityaswara menga-takan manajemen Bank Mutiara masih memiliki lang-kah hukum lanjutan. “Bank Mutiara bisa mengajukan peninjauan kembali,” kata dia. Selaku pemegang saham terbesar Bank Mutiara, LPS tak akan mencampuri kepu-tusan yang akan diambil manajemen. Jika jajaran direksi telah memutuskan akan menerima atau menolak vonis Mahkamah Agung ter-sebut, ia mengatakan segera berkoordinasi dan membuat analisis.
Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Sigit Pramono berpendapat Bank Mutiara tak bisa disalahkan atas kasus gagal bayar reksa dana yang tak termasuk produk mereka. Sigit juga menilai pihak yang paling bertanggung jawab dalam kasus ini ialah individu yang memasarkan reksa dana Antaboga seolah-olah seba-gai produk Bank Century.
● MARTHA T | DIMAS S| FERY F
Bank Mutiara Belum Patuhi Vonis MA
W ajah Siti Aminah, peda-gang tempe di Pasar Jong, Semper, Jakarta Utara,
tampak berseri. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Dia baru saja menerima selembar pecahan Rp 100 ribu dari calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Tapi pemberian itu tak cuma-cuma. Pria yang akrab disapa Jokowi itu meminta Siti membungkuskan lima potong tempe. “Saya memang suka tempe,” kata Jokowi sambil mengambil bungkusan tempe yang baru dibeli. Jokowi menolak saat Siti menyodorkan uang kembalian.
Kedatangan Jokowi ke pasar itu memang masih berkaitan dengan kampanye pemilihan calon Gubernur DKI Jakarta. Selain ke Pasar Jong, dia mampir ke Pasar Makmur di Marunda dan Pasar Sukapura di Cilincing. Jokowi tak khawatir aksinya itu bisa diang-gap sebagai politik uang. “Saya kan transaksi biasa, masak gak bayar,” katanya sambil tertawa.
Kedekatan Jokowi dengan pedagang sebenarnya bukan hal baru. Selama menjadi Wali Kota Solo, dia dinilai berhasil menata pedagang di daerahnya. Bahkan dia sudah meraih sejumlah peng-hargaan berkat keberhasilan itu.
Tak mengherankan jika, dalam pencalonan Gubernur DKI, dia pun berupaya mengambil hati para pedagang.
Di Jakarta saat ini terdapat 153 pasar tradisional. Jumlah itu tak sanggup menampung seluruh pedagang. Akhirnya pedagang tumpah ke jalan dan menjadi kaki lima. Ini juga berarti basis massa yang berhubungan dengan pasar sangat besar. Tak salah jika Jokowi berusaha mencuri suara dari para pedagang itu.
Kandidat lain tak mau kalah langkah dari Jokowi. Hidayat Nur Wahid, misalnya. Kandidat nomor urut 4 ini kemarin me-
ngunjungi Pasar Gembrong, Jakarta Pusat. “Jangan sampai pasar tradisional tergusur,” kata-nya. Dia juga berjanji, apabila terpilih, akan mengatur sewa lapak sesuai dengan nilai jual obyek pajak.
Begitu juga Alex Noerdin, yang jauh-jauh sudah mendekati pedagang di Pasar Tanah Abang. Bahkan dia berjanji memberi tempat khusus bagi pedagang di sekitar Tanah Abang. “Sebagian besar warga Tanah Abang adalah pedagang, jadi harus difasilitasi,” katanya. Janji Alex itu tak lepas dari kedekatannya dengan Menteri Perumahan Rakyat Djan
Faridz. Apalagi, sebelum menjadi menteri, Djan adalah pebisnis yang mengelola Blok A Pasar Tanah Abang.
Saat kandidat lain baru berjanji, calon incumbent Fauzi Bowo justru sudah lebih dulu melangkah. Dia diuntungkan oleh posisinya yang masih men-jabat gubernur. Menjelang masa kampanye, Fauzi meresmikan empat pasar yang baru direma-jakan. Namun strategi ini belum tentu memikat para pedagang. Hasilnya baru diketahui nanti, setelah pemungutan suara dige-lar. ● MUHAMAD RIZKI | MITRA TARIGAN | ADITYA | AMANDRA
| SUSENO
Calon Gubernur Berebut Suara Pedagang
JAKARTA — Direktur Ekse -kutif Pusat Kajian Anti-Ko -rupsi Universitas Gadjah Mada, Oce Madril, menilai pe nundaan anggaran pem-bangunan gedung Komisi Pem berantasan Korupsi ol eh Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat merupa-kan salah satu bentuk perla-wanan balik para koruptor.
Menurut dia, para politikus di DPR ingin menunjukkan kekuatan mereka kepada KPK, yang gencar mengusut kasus korupsi orang-orang Senayan. “Ini jelas bentuk dari corruptor fights back,” kata Oce kepada Tempo ke marin.
Komisi Hukum DPR belum juga menyetujui pengucur-an anggaran pembangunan
gedung KPK sebesar Rp 225,7 miliar. Padahal anggarannya sudah masuk alokasi 2012. Berbagai alasan penolakan dikemukakan oleh anggota Komisi. Misalnya, soal status KPK sebagai lembaga ad hoc dan urgensi pembangunan gedung. Gara-gara itu, mun-cul gerakan “sumbangan ge dung KPK” untuk mendu-kung KPK.
Sekretaris Fraksi Partai Ge rindra Edhy Prabowo me- nyatakan fraksinya mendu-kung anggaran gedung KPK. Namun, KPK juga harus memperhatikan sisi efisiensi anggaran negara. “Banyak gedung pemerintahan yang bisa digunakan KPK,” kata dia.
Ketua Fraksi Partai Demo -krasi Indonesia Per juangan Puan Maharani berharap pengga langan sumbangan dana pu blik dihentikan karena bisa menimbulkan persepsi buruk masyarakat terhadap DPR. Menurut dia, PDIP tak meng-halangi pembangunan gedung KPK, cuma meminta transpa-ransi ihwal rencana itu.
Wakil Ketua KPK Bam -bang Widjojanto mengatakan lembaganya berharap per-mohonan anggaran disetujui DPR. KPK sudah menjalan-kan saran DPR untuk meng-gunakan gedung pemerintah yang tak terpakai. Namun tidak ada satu pun gedung yang bisa dimanfaatkan.
● FEBRIYAN | IRA GUSLINA SUFA
Tolak Gedung KPK, Politikus Unjuk Kekuatan
IKLAN
REGINA SAFRI (ANTARA)
Jumakir, seorang tukang becak, di perempatan Tugu, Yogyakarta, kemarin, ikut menyumbang pemba-ngunan gedung KPK yang anggarannya ditolak oleh DPR.
ANGGOTA DPR TERSANGKA KORUPSI AL-QURAN I A5
www.tem po.co www.ko ran tem po.com
IKLAN
JUMAT 29 JUNI 2012 EDISI NO. 3924 | TAHUN XII 48 HALAMAN RP 3.000 ( LUAR JAWA + ONGKOS KIRIM )
JAKARTA — Dukungan publik terhadap pemba- ngun an gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi meluas. Bermunculan warga yang meng-himpun sumbangan kemudian ditampung oleh Koalisi Saweran Gedung KPK, wadah gerakan sa wer an yang dikelola oleh sejumlah aktivis antikorupsi.
“Kami mengambil inisiatif untuk membantu KPK mewujudkan gedung baru. Ini juga seba-gai simbol perlawanan terhadap DPR,” ujar Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian Deta Artasari kemarin.
Aksi ini muncul setelah Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat tak kunjung menyetujui anggar-an pembangunan gedung KPK. Padahal anggaran sebesar Rp 225,7 miliar itu diajukan sejak 2008. Sumbangan datang dari pengamen, pedagang kaki lima, hingga Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.
Bahkan mahasiswa di sejumlah daerah, seper-ti di Malang, Jawa Timur; dan Garut, Jawa Barat, menghimpun koin untuk gedung KPK. Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia Teten Masduki mengungkapkan, banyak warga yang akan menyerahkan ternaknya, seperti ker-bau, kambing, sapi, serta hasil kebunnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menilai pengumpulan dana ini meru-pakan tamparan bagi DPR dan pemerintah. ”Uang yang dihimpun halal, asal dicatat sebagai hibah.”
● TRI SUHARMAN | SUBKHAN | SIGIT ZULMUNIR | EKO WIDIANTO | AGUSSUP
ILUSTRASI: IMAM YUNNI (TEMPO)
“Ini simbol perlawanan terhadap DPR.”
PENYUMBANG GEDUNG KPK
MELUAS
16Halaman
Edisi BolaC1
KPK TOLAK SUMBANGAN PT CITRA MARGA A2
”Sumbangan publik untuk gedung KPK bukan gratifikasi.”
JAKARTA — Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat dituding makin mempersu- lit pembangunan gedung ba ru Komisi Pemberantasan Korupsi. Biaya pembangun-an yang sudah dialokasikan Kementerian Keuangan be- lum ada tanda-tanda akan di setujui.
”Jika DPR terus meno-lak merumuskan anggaran untuk gedung KPK, biarlah rakyat yang bahu-memba-hu,” kata Ilian Deta Artasari, Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK, kemarin. Menurut dia, sebagai lemba-ga tinggi negara, seharusnya DPR memberi fasilitas untuk kepentingan penegak hukum, bukan malah mempersulit.
Menurut aktivis Indonesia Corruption Watch ini, sikap DPR selalu berubah-ubah dalam menanggapi permo-honan anggaran gedung baru KPK senilai Rp 225,7 miliar itu. Mereka, kata Ilian, ber-tindak diskriminatif karena anggaran itu sudah diaju-kan sejak 2008. Sementara itu, beberapa proyek yang diajukan belakangan, seperti Wisma Atlet senilai Rp 191 miliar dan pusat olahraga Hambalang yang bernilai Rp 1,2 triliun, cepat disetujui.
Pengumpulan dana hingga kemarin, kata Ilian, sudah menghasilkan Rp 39 juta. Uang tersebut dimasukkan ke rekening atas nama ICW 0056124374 di BNI Cabang Melawai, Jakarta Selatan. Sumbangan dibatasi jumlah-
nya maksimum Rp 10 juta per orang. Sumbangan ini belum termasuk koin yang dihimpun warga di sejumlah daerah.
Warga Malang, Jawa Timur, misalnya. Dengan kardus ber-tulisan ”Koin untuk KPK”, mereka menghimpun uang dari warga yang melintas di depan kampus Universitas Brawijaya di Jalan Veteran, Kota Malang. “Berapa pun dana yang terkumpul kami kirim ke KPK,” kata koor-dinator aksi pengumpulan koin, Syahrul Sajidin.
Puluhan mahasiswa dan penggiat antikorupsi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, kemarin juga mengge-lar aksi penggalangan dana untuk KPK. Mereka menen-teng kardus di Bundaran Simpang Lima dan sepan-jang Jalan Pembangunan,
Tarogong Kidul. ”Kami ber-gerilya mengetuk hati publik untuk membantu pemba-ngunan gedung baru KPK,” ujar Sekretaris Jenderal Garut Governance Watch, Agus Rustandi.
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas menyambut baik aksi publik ini. Menurut dia, sumbangan masyarakat tidak termasuk gratifika-si, tapi bisa dikategorikan hibah. “Pemerintah juga menerima hibah dari donor asing, itu bukan gratifikasi,” kata Busyro kepada Tempo. “Semoga dengan (saweran) ini gedung KPK berdiri murni dari rakyat.”
Anggota Komisi Hukum dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menilai penggalangan sumbangan sebagai upaya provokasi.
Diakui oleh Eva, DPR senga-ja membintangi (memblokir) anggaran untuk gedung KPK senilai Rp 61,1 miliar untuk anggaran tahun ini. Pembangunan gedung diang-gap belum perlu.
Berbeda dengan Eva, anggota Komisi Hukum dari Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, menga-takan KPK membutuhkan gedung baru dengan desain khusus. Kantor baru KPK, kata dia, harus didukung oleh teknologi tertentu yang tidak mungkin ada pada gedung-gedung lama yang sudah ada. “Karena itu, wajar jika sulit mencari gedung lama milik negara yang sesuai dengan kebutuhan operasional KPK,” kata Didi.
● FEBRIYAN | SUBKHAN | ANGGA SUKMA WIJAYA |
TRI SUHARMAN | EKO WIDIANTO | SIGIT M | ANGGRITA
DESYANI| AGUSSUP
JAKARTA — Komisi Pemberan -tasan Korupsi menolak sum bangan perusahaan pe- nge lola jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Alasannya, menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, bantuan seba-nyak US$ 2 juta itu melebihi batas persyaratan.
“Kami hargai pihak-pihak yang menyumbang KPK di atas Rp 10 juta. Tetapi kami tidak bisa terima itu,” ujar Bambang kemarin. Pimpinan maupun Koalisi Saweran KPK, lembaga yang menca-tat sumbangan untuk mem-bangun gedung baru KPK, menyimpulkan sumbangan PT Citra Marga melebihi
batas.Menurut Bambang, batas
nilai sumbangan Rp 10 juta sudah menjadi aturan yang dibuat koalisi yang terdiri aktivis antikorupsi itu. Di antaranya adalah Indonesia Corruption Watch, Transparency International Indonesia, dan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. “Aturan ini sudah ditetap-kan.”
PT Citra Marga berniat menyumbangkan duit setara Rp 18,8 miliar untuk gedung baru KPK dalam bentuk hak tagih. Uang tersebut berasal dari sengketa obligasi antara perusahaan itu dan Badan Penyehatan Perbankan Nasio -
nal (BPPN). Kasus ini pernah masuk dalam penyelidikan KPK pada 2007.
“Kami menang sesuai pu-tu san Mahkamah Agung. Ta -pi sudah 15 tahun tidak bisa diambil duitnya, sehingga lebih baik kami serahkan ke KPK,” ujar Direktur Utama Citra Mar ga, Jusuf Hamka, kemarin. Dia menegaskan, duit tersebut sudah bisa dicairkan melalui BPPN.
Meski menolak sumbang-an bernilai miliaran rupiah, Koalisi Saweran KPK tetap menerima pemberian Rp 10 juta dari PT Citra Marga, yang diserahkan oleh Jusuf. Penyumbang lainnya ada-lah Abdul Rahman Saleh.
Nilainya Rp 38,6 juta, yang merupakan bantuan dari sejumlah rekan mantan Jaksa Agung itu.
Ketua KPK Abraham Sa -mad mengatakan sumbangan ini merupakan bukti bahwa publik masih bersimpati kepada lembaga antirasuah itu. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Ke ua -ngan Kiagus Ahmad Bada -rudin menyatakan sa we ran untuk gedung baru KPK diperbolehkan. Aturannya, kata dia, akan dicatat seba-gai hibah dalam APBN. “Sum bangan itu merupa-kan hal lumrah dan boleh. Halal.”
● TRI SUHARMAN | ANGGA SUKMA WIJAYA
Lolosnya Bupati Buol
H ukum seolah tak bisa menjangkau Amran Batalipu. Sebelum menjadi Bupati Buol, Sulawesi Tengah, ia pernah divonis bersalah dalam kasus
korupsi, tapi akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Kini, ia pun kabur dari upaya penangkapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus suap.
Penyuap ditangkap basah oleh penyidik, begitu juga rekannya yang diduga bos perkebunan sawit besar di Sulawesi Tengah. Kasus penyuapan terhadap Bupati Buol ini dikabarkan berkaitan dengan pengurusan izin perkebunan. Namun, ketika penyidik KPK hendak menangkap Amran Batalipu, banyak sekali orang yang menghalangi. Sekelompok orang bahkan menggebuki penyidik dan beramai-ramai merusak mobil milik KPK.
Sehari kemudian, Amran Batalipu masih tampil ber-kampanye di depan pendukungnya. Ia malah menuduh ada pihak yang tak menginginkannya memimpin kem-bali Buol. Retorika politik seperti ini juga disampaikan oleh kalangan Golkar, partai penyokong Amran. Ada politikus partai ini yang menganggap langkah KPK tidak etis karena sang bupati sedang mencalonkan lagi dan tahap pemilihan sudah dimulai.
Pernyataan itu jelas membodohi masyarakat karena mencampuradukkan urusan penegakan hukum dengan politik. Suap adalah suap. Kejahatan ini tetap harus diusut kendati sang tertuduh sedang berlaga dalam pemilihan bupati. Tapi sering kali masyarakat gampang dikecoh oleh politikus sehingga menjadi kurang peduli terhadap pemberantasan korupsi.
Sebelumnya, pada April 2007, masyarakat Buol pun tetap memilih, bahkan memenangkan, Amran ketika saat itu ia telah divonis bersalah oleh pengadilan negeri dalam kasus korupsi anggaran daerah. Ia dihukum satu tahun penjara dalam kasus yang terjadi ketika ia masih menjadi Ketua DPRD Buol. Vonis ini juga dikuatkan oleh pengadilan tinggi. Tapi beberapa bulan kemudian, saat Amran sudah dilantik menjadi bupati, ia divonis bebas oleh MA, putusan yang diprotes kalangan peng-giat antikorupsi.
Betapa memprihatinkan bila dalam kasus suap kali ini pun Amran lolos dan terpilih kembali men-jadi bupati. Ini berarti hukum benar-benar lumpuh. Padahal KPK tentu tidak sembarang memburu orang. Dari penangkapan para pelaku suap, diperkirakan telah ada bukti dan kesaksian yang cukup untuk men-jerat Pak Bupati.
Praktek suap di seputar perizinan perkebunan sawit ini memang bukan hal baru. Kejahatan ini meningkat tajam setelah desentralisasi pemerintahan diterapkan. Obral perizinan terutama terjadi menjelang proses ekstramahal kampanye pemilihan kepala daerah. Itu sebabnya, upaya KPK membabat korupsi yang dilaku-kan para kepala daerah, termasuk kasus Bupati Buol, perlu didukung.
KPK juga mesti meminta kepolisian mengusut orang-orang yang telah menganiaya penyidik yang memburu Bupati Buol. Perbuatan mereka bukanlah kriminal biasa, melainkan menjurus pada tindakan menghalang-halangi, bahkan melawan, upaya penegakan hukum. Tekanan mungkin juga datang dari kalangan partai politik, terutama Golkar, yang menyokong Amran. Namun kami berharap KPK tidak terpengaruh oleh kekuatan politik mana pun. ●
DPR Dinilai Persulit Pembangunan Gedung KPK
Sumbangan PT Citra Marga Ditolak
J U M A T, 2 9 J U N I 2 0 1 2 A2
“Sepengetahuan kami, itu (proyek gedung KPK) sudah dianggarkan. Tapi statusnya masih dibintangi dan perlu persetujuan untuk mencabut bintangnya.” vv
Menteri Keuangan Agus Martowardojo, kemarin di Jakarta, memastikan sudah menyetujui anggaran untuk pembangunan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Jangan cuci tangan dong dalam kasus itu, ka- sihan nasabah menjadi terombang-ambing.”
Analis pasar modal dari Aspirasi Indonesia Research Institute, Yanuar Rizky, meminta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tegas dalam penyelesaian kasus Antaboga, kemarin.
Sebidang tanah kosong sekitar 8.000 meter persegi terhampar di belakang gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, di Kuningan, Jakarta. Di sinilah gedung baru KPK akan dibangun.
DHEMAS REVIYANTO (TEMPO)
S A B T U , 3 0 J U N I 2 0 1 2 A4
Siswa Sekolah Kartini menyerahkan hasil mengamen, warga
Makassar menghimpun batu bata.
JAKARTA — Sumbangan masyara-kat untuk pembangunan gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi terus mengalir. Bantuan dalam bentuk cek dan uang tunai itu ditampung Koalisi Saweran Gedung KPK, yang membuka pos layanan di Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Hingga kemarin, menurut Koordinator Koalisi Saweran Gedung KPK Ilian Deta Artasari, sumbangan yang terkumpul sebe-sar Rp 93.968.530. Sedangkan bantuan dalam bentuk kiriman wesel tercatat Rp 184 ribu. Ilian mengaku tidak mungkin sum-bangan publik bisa memenuhi jumlah yang dibutuhkan, yaitu
Rp 225,7 miliar. “Ini lebih pada partisipasi masyarakat mendo-rong KPK dalam memberantas korupsi,” ujarnya.
Penggalangan dana ini menyusul sikap Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat yang tak kunjung menyetujui anggar-an gedung baru KPK. Padahal proyek ini sudah diajukan sejak Maret 2008. Alasan DPR tidak segera menyetujui, menurut sejumlah politikus di Senayan, adalah gedung baru KPK diang-gap belum perlu.
Mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi Idris kemarin datang ke KPK bersama putrinya, Fahira Idris. Masing-masing menyum-bangkan Rp 5 juta. “Ini atas nama pribadi dan uangnya dija-min halal,” kata Fahmi Idris sem-bari menambahkan, sikap DPR sangat tak masuk akal.
Aktivis antikorupsi, Fadjroel Rahman, juga menyerahkan uang tunai Rp 225.700. “Saya menyumbang sesuai dengan
kebutuhan KPK, Rp 225,7 miliar, tetapi dibagi sejuta, biar sejuta-nya dikalikan sendiri oleh DPR,” ucapnya.
Tak cuma aktivis, siswa Se -kolah Darurat Kartini dari Lodan, Ancol, Jakarta Utara, berbondong-bondong datang ke gedung KPK. Dengan seragam putih-biru, mereka membawa kaleng cat bekas berisi uang pecahan dari Rp 1.000 hingga Rp 10 ribu. “Enggak dihitung, seadanya saja,” kata Agam, salah seorang siswa. Menurut dia, uang tersebut hasil dari menjual kopi, rajutan, batik, serta mengamen. “Jumlahnya Rp 466.700.”
Putra bungsu calon Gubernur Jakarta, Faisal Basri, Muhammad Attar Basri, tak mau ketinggalan. Bocah 11 tahun ini menghibah-kan celengan berbentuk gajah yang berisi uang Rp 317 ribu. Sedangkan Faisal Basri sendi-ri menyumbangkan Rp 1 juta. Adapun Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia menyerahkan
bantuannya Rp 1.227.000.Dari luar Jakarta, sumbang-
an terus berdatangan. Warga Situbondo dan Surabaya, misal-nya, menyerahkan uang recehan yang dihimpun dari penggu-na jalan di dua kota tersebut. Adapun warga Makassar berini-siatif mengumpulkan batu bata untuk membangun gedung baru KPK. “Jika pemerintah tak sang-gup membangun kantor KPK di Jakarta, biar kami bangun di Makassar,” ujar Anwar Lasappa, Koordinator Gerakan Rakyat Peduli KPK.
Sementara itu, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas menyam-but baik aksi publik ini. Ketua Mahkamah Agung Mahfud Md. memastikan gerakan saweran tak melanggar Undang-Undang Korupsi. “Sejak dulu, sumbangan dari masyarakat untuk negara itu sudah ada dan sah-sah saja,” katanya di Semarang.
● ANGGRITA DESYANI | SUNDARI | ILHAM TIRTA |
ROFIUDDIN | IKA NINGTYAS | FATKHURROHMAN TAUFIQ
JAKARTA — Kementerian Badan Usaha Milik Negara siap menghadapi gugatan dua man-tan direksi PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). Namun, menurut Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN Hambra Samal, pihaknya baru mengetahui gugat-an itu dari media massa. “Sejauh ini kami belum tahu soal gugatan itu,” katanya di Jakarta kemarin.
Kamis lalu, mantan Direktur Utama Biro Klasifikasi Purnama Sembiring Meliala serta mantan Direktur Operasi dan Pemasaran Setudju Dangkeng mendaf-tarkan gugatan terhadap Menteri BUMN Dahlan Iskan ke PTUN Jakarta. Bersama Edy Cahyono (Direktur Keuangan dan Personalia) dan Ajatiman (Direktur Teknik dan Pengembangan), keduanya dipecat pada 25 Mei 2012.
Hambra juga mengatakan bahwa Kementerian belum memahami materi gugatan yang dilayangkan oleh kedua man-tan direksi perusahaan pelat merah itu. Pengadilan pun belum memanggil Menteri BUMN Dahlan Iskan. “Belum ada panggil-an, jadi belum ada action,” kata dia.
Meski demikian, Hambra menambahkan, jika sudah mengetahui soal gugatan ter-sebut, Kementerian akan mengumpulkan bukti-bukti dokumen yang terkait dengan gugatan itu. Dokumen tersebut bisa berupa alasan yang menyebabkan pencopotan atau hal lain. “Tergantung apa yang digugat,” ujarnya.
Ahli hukum tata negara Margarito ber-pendapat, gugatan terhadap Menteri BUMN sah dilakukan. Dia berargumentasi, meski Dahlan memiliki kewenangan untuk meme-cat, kalau tidak ada alasan yang kuat, kepu-tusan tersebut bisa digugat.
Menurut dia, apa yang dilakukan Dahlan adalah tindakan tata usaha yang berkait-an dengan jabatan penunjang kenegaraan, sehingga seharusnya memiliki dasar hukum. Ia menyarankan agar Dahlan menjelaskan alasan pemecatan, sehingga ada kemung-kinan gugatan dicabut.
“Karena jika tidak dicabut dan pihak penggugat menang, konsekuensinya Dahlan harus menuruti kehendak mereka.” Akan halnya Dahlan, ketika dimintai konfirmasi, dia hanya tertawa dan menolak menjawab.
PT Biro Klasifikasi Indonesia adalah per-usahaan yang bertugas membuat klasifikasi kapal niaga yang secara reguler beroperasi di perairan Indonesia.
● SUNDARI | SYAILENDRA | EFRI RITONGA
JAKARTA — Polisi menangkap lima tersangka penyerangan pos gardu milik Forum Betawi Rempug di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu dinihari lalu. Penyerangan yang menewaskan satu orang tersebut memicu serang-an balasan pada keesokan harinya berupa pembakaran sebuah rumah dan kendaraan milik Wakil Ketua I Pemuda Pancasila Tangerang.
Kelima orang yang telah
ditangkap itu adalah Mulyadi, 30 tahun, Ari Junianzah (19), Abdul Kohar (30), Abdulloh (30), dan Yandi Margucan (19). “Mereka dari kelompok Pemuda Pancasila,” kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, kemarin.
Polisi masih memburu sem-bilan tersangka lain. Adapun barang bukti yang telah disita berupa empat bilah corbek, delapan golok, serta
masing-masing satu sangkur, linggis, dan samurai. “Satu corbek masih ada darahnya. Alat ini dipakai oleh Yandi,” kata Rikwanto.
Kepala Polres Kota Ta -ngerang Komisaris Besar Bam bang Pri yo Andogo mem be nar kan ada nya pen- ang kap an dan penyitaan 15 senjata tajam itu. Polisi, kata dia, juga sedang mendalami motif dan peran masing-masing tersangka.
Menurut Bambang, keli-ma tersangka pengeroyokan di pos gardu milik FBR di Pondok Aren itu ditangkap saat mereka berkumpul di pos ranting Pemuda Pan-casila Ulujami, Jakarta Selatan, pada Kamis malam. “Mereka kami jerat dengan pasal berlapis tentang penge-royokan dan penganiayaan yang menyebabkan tewasnya seseorang.”
Sementara itu, selusin orga-
nisasi masyarakat memenuhi undangan untuk hadir ke Markas Polda Metro Jaya, tadi malam. Di antara mere-ka terdapat Forum Betawi Rempug, Pemuda Pancasila, Pemuda Panca Marga, dan Forum Komunikasi Anak Betawi.
Mereka masing-masing mem bawa serta puluhan anggotanya dalam acara bertajuk silaturahmi yang didominasi kegiatan makan-
makan dan hiburan tersebut. Edwan Hamidy, Direktur
Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia FBR, mengatakan pertemuan tersebut adalah satu cara untuk menyatukan organisasi masyarakat.Togar M. Nero, Pembina Pemuda Pancasila Koordinator Wi -layah Jawa menyatakan be- lum tahu ihwal kasus keke-rasan di Pondok Aren.
● AFRILIA SURYANIS | MITRA TARIGAN | JONIANSYAH
Bantuan untuk Gedung KPK Terus Mengalir
Ribut Antar-Ormas, Polisi Tangkap 5 Tersangka
Kerja Sama RI-GeorgiaMenteri Luar Negeri Marty Natalegawa (kanan) berbin-cang dengan Menteri Luar Negeri Georgia H.R. Grigol Vashadze ketika melakukan pertemuan bilateral di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin. Pertemuan tersebut bertujuan mening-katkan hubungan bilateral di bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Georgia juga beren-cana membuka kedutaan besar di Indonesia.
DASRIL ROSZANDI (TEMPO)
BUMN Siap Hadapi Gugatan Mantan Direksi