EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY …digilib.unila.ac.id/54505/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY …digilib.unila.ac.id/54505/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNINGDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
Skripsi
Oleh
ASTIRIANA SEPTIRIANI S
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNINGDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semeter Ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
Astiriana Septiriani S
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
discovery learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
pada materi Pola Bilangan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019
yang terdistribusi dalam 7 kelas. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII-C dan VIII-D yang dipilih melalui teknik purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan pretest posttest control group design. Data penelitian
diperoleh melalui tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran discovery learning tidak
ada perbedaan peningkatan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional dan pembelajaran discovery learning tidak efektif ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Kata kunci: discovery learning, efektivitas, pemahaman konsep matematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNINGDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
Astiriana Septiriani S
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 13 September 1996. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sampurna Haryanta dan Ibu Eka
Gustiana.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita
Universitas Lampung Bandarlampung pada tahun 2002, pendidikan dasar di SD
Muhammadiyah 1 Bandarlampung pada tahun 2008, pendidikan menengah
pertama di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung pada tahun 2011, dan
pendidikan menengah atas di SMAN 13 Bandarlampung pada tahun 2014.
Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan
program studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Muara Jaya, Kecamatan
Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat dan menjalani Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di SMA Negeri 1 Kebun Tebu, Kecamatan Kebun Tebu,
Kabupaten Lampung Barat.
Motto
Jadilah seperti karang di lautan yangtetap kokoh walaupun diterjang
ombak.
PersembahanBismillahirahmanirohim
Alhamdulillahirobbil alamin
Segala Puji dan syukur bagi Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna.
Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang, kupersembahkan karya ini sebagaitanda cinta dan sayangku kepada:
Bapakku tercinta (Sampurna Haryanta) dan Ibuku Tercinta (Eka Gustiana) yangtelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, semangat, doa, serta
pengorbanan untuk kebahagian dan kesuksesan putrimu ini. Semoga karya inibisa menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk membuat ibu dan bapak
tersenyum.
Adikku tersayang (Rani Budiwati Sampurna dan Rasyid Hadi Sampurna) sertaseluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku saat bahagia maupun sedihku,
dari kalian aku belajar memahami arti kebersamaan.
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling
mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah,
yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning
Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep (Studi Pada Siswa Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran.
2018/2019)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak (Sampurna Haryanta) dan Ibu (Eka Gustiana),terimakasih atas doa,
kasih sayang, perhatian dan dukungannya yang selalu menjadi motivasi
terbesar dalam hidupku.
2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pmbimbing I sekaligus
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika periode 2014-2018 yang telah
ii
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian,
dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran-saran yang membangun demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika periode 2018-2022 yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
9. Bapak Wahdiyana, S.T., M.Pd.T., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung yang telah memberikan izin penelitian.
10. Ibu Tri Handayani, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
11. Bapak dan Ibu Dewan Guru SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang
telah memberikan masukan, semangat, dan kerjasamanya selama
melaksanakan penelitian.
iii
12. Siswa/siswi kelas VIII-C dan VIII-D SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2018/2019, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
13. Adik-Adikku (Rani Budiwati Sampurna dan Rasyid Hadi Sampurna) serta
keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi
kepadaku.
14. Sahabat-sahabatku Dina Eka Cahyani, Ratih Dwi Anggreini, Nimas Rahayu
dan Citra Nur Dewi, yang selama ini dari awal kuliah menemani dan sama-
sama berjuang di Pendidikan Matematika terima kasih atas kebersamaan dan
canda tawa selama ini dan selalu ada disaat apapun.
15. Teman-teman seperjuangan Nia Kurniati, Ulfah Aprilina, Resa Yulia P, Isni
Nurkhayati, Novi Ratna Sari, Nova Permata Sukma dan M. Jauharidin terima
kasih atas semua bantuannya, canda tawa serta kebersamaan yang telah
dilakukan selama ini.
16. Sahabat ku sejak SMA Mia Aulina Agustin, Dini Indria Putri, Fauzi Ibrahim,
Liyas Santoni, M. Odi Irawa, Kiki Wijaya, Muhammad Soleh, M.Nugraha dan
Sandi Ariza terima kasih atas kebersamaan dari masa sekolah hingga sekarang
yang mengajarkan saya tentang persahabatan dan kekeluargaan selama ini.
17. Sahabatku tersayang Nur Oktafiani terima kasih atas kebersamaan, canda tawa
serta motivasi yang selalu diberikan.
18. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2014 kelas A dan B terima
kasih atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita
selalu menjadi kenangan yang terindah.
iv
19. Kakak-kakakku seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2012 dan
2013 serta adik-adikku dari angkatan 2015 sampai 2017 terima kasih atas
kebersamaannya.
20. Teman-teman KKN Pekon Muara Jaya dan PPL di SMAN 1 Kebun Tebu,
Lampung Barat Chintya, April, Maul, Fransiska, Nora, Afdy, Irun, dan Torik
terima kasih atas kebersamaan 60 hari di satu atap yang penuh makna dan
kenangan.
21. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, 15 November 2018Penulis
Astiriana Septiriani S.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...................................................................................... 71. Efektivitas Pembelajaran............................................................... 72. Discovery Learning....................................................................... 93. Pembelajaran Konvensional.......................................................... 154. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .............................. 16
B. Penelitian yang Relevan..................................................................... 19C. Kerangka Pikir .................................................................................. 20D. Anggapan Dasar ................................................................................ 23E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 23
1. Hipotesis Umum .......................................................................... 232. Hipotesis Khusus ......................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ......................................................................... 24B. Desain Penelitian .............................................................................. 25C. Data Penelitian .................................................................................. 25D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 26E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian........................................................ 26F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 27
vi
1. Validitas Instrumen ....................................................................... 292. Reliabilitas..................................................................................... 293. Daya Pembeda............................................................................... 304. Tingkat Kesukaran ........................................................................ 31
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 331. Uji Normalitas ............................................................................... 342. Uji Homogenitas ........................................................................... 353. Uji Hipotesis.................................................................................. 36
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata................................................... 36b. Uji Proporsi .............................................................................. 38
IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 391. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Awal............. 392. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Akhir ............ 413. Data Peningkatan (Gain) Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis ...................................................................................... 434. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis ...................................................................................... 44a. Uji Hipotesis Pertama............................................................... 44b. Uji Hipotesis Kedua ................................................................. 44
B. Pembahasan........................................................................................ 45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 49B. Saran .................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest – Postest Control Group Design ............ 25
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa .............................................................................. 28
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas Instrumen .......................................... 30
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda .................................................................... 31
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran............................................... 32
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal.............................................. 32
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gain......................................................................... 33
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis......................................................................................... 34
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis......................................................................................... 36
Tabel 4.1 Data Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Awal....... 39
Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisAwal ................................................................................................. 40
Tabel 4.3 Data Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Akhir ...... 41
Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisAkhir ................................................................................................ 42
Tabel 4.5 Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ................ 43
Tabel 4.6 Hasil Uji t Data Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Discovery Learning.................................................... 56
Lampiran A.2 Silabus Konvensional ............................................................. 61
Lampiran A.3 RPP Discovery Learning............................................................ 64
Lampiran A.4 RPP Konvensional .................................................................. 86
Lampiran A.5 Lembar Kerja Peserta Didik ................................................... 103
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Pretest-Posttest Pemahaman Konsep MatematisSiswa ....................................................................................... 118
Lampiran B.2 Soal Pretest-Posttest .............................................................. 120
Lampiran B.3 Kunci Jawaban Pretest-Posttest.............................................. 122
Lampiran B.4 Form Validitas Instrumen ....................................................... 131
Lampiran C.1 Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Kelas Uji Coba .... 134
Lampiran C.2 Analisis Reabilitas Pemahaman Konsep Matematis............... 135
Lampiran C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil TesPemahaman Konsep Matematis .............................................. 136
Lampiran C.4 Skor Tes Kemampuan Awal dan Akhir Pemahaman KonsepMatematis Kelas Discovery Learning ..................................... 137
Lampiran C.5 Skor Tes Kemampuan Awal dan Akhir Pemahaman KonsepMatematis Kelas Konvensional............................................... 140
Lampiran C.6 Skor Gain Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisKelas Discovery Learning....................................................... 143
ix
Lampiran C.7 Skor Gain Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisKelas Konvensional ................................................................ 144
Lampiran C.8 Uji Normalitas Daya Skor Gain Kemampuan PemahamanKonsep MatematisSiswa Pada Pembelajaran DiscoveryLearning dan Konvensional .................................................... 145
Lampiran C.9 Uji Homogenitas Data Skor Gain Kemampuan PemahamanKonsep Matematis Siswa Pada Kelas Discovery LearningDan Konvensional.................................................................. 151
Lampiran C.10 Uji-t Skor Peningkatan Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ..................................................................... 153
Lampiran C.11 Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisSiswa yang Mengikuti Kelas Discovery Learning.................. 157
Lampiran C.12 Skor Per Indikator dan Rekapitulasi PencapaianKemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis SiswaPada Kelas Discovery Learning .............................................. 159
Lampiran C.13 Skor Per Indikator dan Rekapitulasi PencapaianKemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis SiswaPada Kelas Konvensional........................................................ 162
Lampiran C.14 Skor Per Indikator dan Rekapitulasi PencapaianKemampuan Akhir Pemahaman Konsep Matematis SiswaPada Kelas Discovery Learning .............................................. 165
Lampiran C.15 Skor Per Indikator dan Rekapitulasi PencapaianKemampuan Akhir Pemahaman Konsep Matematis SiswaPada Kelas Konvenional ......................................................... 168
Lampiran C.16 Kategori Skor Kemampuan Pemahaman Konsep MatematisKelas Discovery Learning....................................................... 170
Lampiran D.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................. 172
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membuat masyarakat Indonesia harus bersaing dengan dunia
internasional, dimana terdapat tantangan-tantangan yang harus dapat diselesaikan,
terutama oleh sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu, pemerintah perlu
meningkatkan sumber daya manusia melalui dunia pendidikan. Jika pendidikan
berkualitas maka sumber daya manusia juga berkualitas. Untuk mencapai hal
tersebut dibutuhkannya pendidikan yang berkualitas.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pendidikan yang baik untuk
mencapai tujuan pembelajaran menciptakan proses pembelajaran yang efektif,
termasuk dalam proses pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan
penting dalam pendidikan. Matematika sangat berguna bagi kehidupan sehari-
hari. Banyak teori matematika yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
2
sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
dari jenjang yang rendah sampai ke jenjang yang lebih tinggi dengan berbagai
kemampuan seperti pemahaman konsep, berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif, pemecahan masalah dan lain-lain. Namun pada kenyataannya banyak
peserta didik yang mengganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sukar sehingga banyak peserta didik yang kurang dapat menguasai konsep
matematika. Pemahaman konsep adalah awal untuk kemampuan yang lebih
tinggi.
Depdiknas (2003: 2) mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan
salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai
dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep
matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. Kemampuan pemahaman konsep matematis yang
dimiliki peserta didik dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang aktif. Untuk
menciptakan pembelajaran yang aktif, maka guru dapat menggunakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berperan aktif selama proses
pembelajaran. Menurut Sutirman (2013: 22) bahwa model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran juga harus
menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan serta
menarik sehingga dapat menumbuhkan minat maupun motivasi peserta didik
dalam proses pembelajaran.
3
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Trend International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015, skor rata-rata prestasi
matematika untuk Indonesia adalah 397 poin dan berada pada urutan ke 45 dari 50
negara. Pada hasil survei Programme for International Student Assesment (PISA)
pada kompetensi matematika menyatakan skor sebesar 386 poin di tahun 2015.
Sedangkan yang dilansir oleh OECD, Indonesia berada pada peringkat ke 69 dari
76 negara. Dengan demikian, Indonesia masih berada pada urutan pada kategori
rendah dan belum menunjukkan peningkatan dibandingkan negara-negara
dikawasan yang sama sehingga dibutuhkan perbaikan dalam penguasaan
pemahaman konsep matematis. Selain itu juga, peserta didik tidak dapat
menyelesaikan permasalahan matematika jika tidak memahami konsep matematis
dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung, proses pembelajaran di SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung sudah menggunakan kurikulum 2013. Selain itu berdasarkan hasil
observasi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran banyak peserta didik
tampak sulit memahami materi yang disajikan dan tidak aktif kegiatan diskusi
sehingga pada pembelajaran yang selanjutnya ketika guru mengulang materi
peserta didik tampak kebingungan. Ketika diberikan soal-soal yang relatif sama
dengan soal sebelumnya banyak peserta didik yang tidak dapat mengerjakannya.
Hal tersebut mengindikasikan adanya kemungkinan kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik masih rendah.
4
Proses pembelajaran diperlukan model pembelajaran yang dapat mengembangkan
serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Model
pembelajaran yang dipilih tentunya tidak berpusat pada guru sehingga peserta
didik terlibat aktif mengungkapkan ide yang dimiliki. Oleh karena itu,
pembelajaran perlu dirancang agar peserta didik dapat mengasah kemampuannya.
Salah satu pembelajaran yang mungkin dapat mengasah kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa tersebut adalah model pembelajaran discovery learning.
Pembelajaran dengan discovery learning adalah pembelajaran dimana ide atau
gagasan disampaikan melalui proses penemuan. Proses penemuan tersebut dapat
menimbulkan rasa ingin tahu serta mengarahkan peserta didik untuk menemukan
pola belajarnya sendiri sehingga membantu peserta didik dalam memperkuat
konsep. Peserta didik akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran sedangkan
guru hanya sebagai fasilitator sehingga peserta didik dapat memahami konsep
dengan baik.
Syah (2004: 244) mengemukakan bahwa langkah-langkah model discovery
learning yaitu: (1) stimulasi, (2) pernyataan atau identifikasi masalah, (3)
pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, (6) menarik kesimpulan.
Melalui tahap-tahap tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu model
pembelajaran discovery learning dapat melibatkan peserta didik untuk aktif dan
menemukan konsep materi yang dipelajari melalui metode diskusi sehingga
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran discovery learning ditinjau dari kemampuan
5
pemahaman konsep matematis siswa pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
3 Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
discovery learning efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
discovery learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pembelajaran matematika, terutama terkait dengan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dan model pembelajaan discovery learning.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai salah
satu alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, dapat menjadi
masukan dan bahan referensi bagi penelitian yang sejenis.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan proses pembelajaran
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Pada penelitian ini, pembelajaran
dikatakan efektif apabila pembelajaran discovery learning dilihat dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang memahami konsep
matematis siswa dalam pembelajaran dengan model discovery learning lebih
dari 60% dari jumlah siswa terkategori baik.
2. Discovery learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru
bertindak sebagai fasilitator untuk mendorong siswa aktif, menganalisis
sendiri sehingga menemukan sendiri prinsip berdasarkan data yang
disediakan oleh guru, serta memungkinkan guru melakukan bimbingan dalam
membantu siswa untuk mempergunakan ide atau konsep yang mereka miliki
untuk menemukan pengetahuan yang baru.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru.
Pada proses pembelajaran ini peserta didik juga mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
4. Indikator pemahaman konsep matematis yang dijadikan acuan dalam
menentukan efektivitas adalah kemampuan untuk menyatakan ulang suatu
konsep, mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya,
memberi contoh dan contoh dari suatu konsep, menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, serta
mengaplikasikan konsep dan algoritma dalam pemecahan masalah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang
dilakukan berhasil dengan baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008) kata efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti pengaruh,
akibat, atau dapat membawa hasil. Menurut Siagian (2001: 24), efektivitas adalah
pemanfaataan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas
jasa kegiatan yang dijalankannya. Dengan demikian, efektivitas adalah
pencapaian yang menunjukkan suatu keberhasilan dari sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika hasilnya semakin mendekati sasaran, maka semakin
tinggi efektivitasnya.
Pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) diartikan
sebagai proses cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Menurut Suprihatiningrum (2016: 75) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk
memudahkan siswa dalam belajar. Pembelajaran adalah proses belajar
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu utama
8
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara
guru dengan peserta didik maupun sebaliknya.
Berdasarkan uraian diatas, dalam pembelajaran terjadi kegiatan interaksi antara
guru ke peserta didik maupun sebaliknya dalam memperoleh informasi agar
proses belajar mencapai suatu tujuannya, dimana informasi yang didapat bisa
melalui berbagai media. Sanjaya (2008: 102) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat
mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui bebagai macam media,
seperti bahan-bahan cetak, televisi, gambar, audio, dan sebagainya.
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (Wardhani, 2016: 9) bahwa suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa
yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai.
Sinambela (Wardhani, 2016: 9) menyatakan bahwa suatu kegiatan pembelajaran
dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan
pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Pembelajaran yang efektif
memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat dan mendorong
kearah perubahan, pengembangan serta peningkatan dalam belajar. Menurut
Hamalik (2004: 171) bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan
aktivitas-aktivitas belajar. Kesempatan belajar ini diharapkan dapat melatih
pemahaman konsep peserta didik dan memberikan peluang bagi mereka untuk
mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki.
9
Efektivitas pembelajaran dapat kita lihat dari aktivitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, respon peserta didik terhadap pembelajaran dan
penguasaan konsep peserta didik. Untuk mencapai suatu konsep pembelajaran
yang efektif dan efisien perlu adanya hubungan timbal balik antara siswa dan guru
untuk mencapai suatu tujuan, selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media pembelajaran.
Kriteria efektifitas yang diharapkan adalah suatu ukuran yang berkaitan dengan
ketuntasan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Wicaksono
(Fadilla, 2017: 17), ketuntasan belajar yaitu apabila lebih dari 60% dari jumlah
siswa memperoleh nilai ketuntasan minimal dalam peningkatan hasil belajar dan
strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini dikatakan efektif apabila lebih dari
60% dari jumlah peserta didik yang memperoleh skor terkategori baik.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk belajar serta
mengungkapkan ide-ide untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang didukung
oleh sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang ada.
2. Discovery Learning
Model pembelajaran adalah cakupan dari sebuah strategi, metode, serta teknik
pembelajaran. Menurut Sutirman (2013: 22), model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
10
Model pembelajaran dapat mempengaruhi bagaimana siswa dapat mudah
memahami materi yang sedang berlangsung. Siswa dituntut untuk aktif dalam
proses pembelajaran sedangkan guru hanya memfasilisati serta membimbing
siswa. Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk turut serta aktif
dalam pembelajaran adalah model discovery learning.
Menurut Sund (Roestiyah, 2012: 20), discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya.
Discovery learning menurut Brunner (Mulyatiningsih, 2012: 235) merupakan
model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan
situasi yang dapat membuat siswa lebih aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Selanjutnya menurut Wilcolx (Suprihatiningrum, 2016: 241-242), pembelajaran
penemuan (discovery learning) siswa didorong untuk belajar aktif melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Sehingga discovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa dituntut
aktif menemukan pengetahuannya sendiri mengenai konsep dan prinsip dari
percobaan yang dilakukan oleh peserta didik.
Dengan model discovery learning, peserta didik dapat belajar secara intensif
mengikuti metode yang diberikan oleh guru. Menurut Istiana (2015: 66), tiga ciri
11
utama dari belajar discovery learning yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasikan
pengetahuan, (2) berpusat pada siswa, dan (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam pelaksanaan model discovery learning guru dan siswa mempunyai peranan
masing-masing. Menurut Suryobroto (Persada, 2016: 26), pembelajaran
penemuan guru dan siswa mempunyai peranan-peranannya. Guru sebagai
fasilitator berperan sebagai:
1. Menyiapkan tugas atau problem yang akan dipecahkan oleh siswa.2. Memberikan klarifikasi-klarifikasi.3. Menyiapkan setting kelas.4. Menyiapkan alat dan fasilitas belajar yang akan diperlukan.5. Memberikan kesempatan pelaksanaan.6. Sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa.7. Membantu agar siswa dapat merumuska sendiri kesimpulan dan implikasi-
implikasinya.
Sedangkan bagi siswa yang belajar, mereka memiliki peranan:
1. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa, sebab dengan aktivitas inisiswa mengasimilasi konsep dan prinsip.
2. Pemecahan masalah (Problem Solving)3. Selalu aktif4. Tanggung jawab sendiri.
Menurut Syah (2004: 244) dalam pelaksanaan metode pembelajaran discovery
learning terdapat enam langkah yaitu:
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai
kegiatan belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
12
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan.
2. Problem statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
3. Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
13
5. Verification
Menurut Bruner proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya.
6. Generalization (Menarik kesimpulan)
Tahap generalization adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi
tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Menurut Bell (Fitriyah, 2017: 109) beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran menungkatan ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran denganpenemuan siswa dapat menemukan pola dalam
situasi kongkrit maupun abstrak, siswa juga banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancuh dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.
14
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam
situasi belajar yang baru.
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan model pembelajaran discovery learning juga. Menurut Kurniasih dan
Berlin (2014: 66-68) bahwa kelebihan discovery learning adalah (1) membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan kognitif, (2) menguatkan ingatan
kareana pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan secara mandiri, (3)
menimbulkan rasa senang yang diakibatkan dari keberhasilan dalam penemuan,
(4) memungkinkan siswa dapat berkembang dengan cepat menurut
kemampuannya, (5) mengarahkan pada kegiatan belajar yang berdasarkan pikiran
dan motivasinya sendiri, (6) memperkuat konsep pada diri siswa, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, (7) berpusat pada
siswa, (8) konsep dasar dan ide-ide yang ditemukan siswa dapat dipahami dengan
baik, (9) mendorong siswa untuk dapat merumuskan hipotesis sendiri, (10) situasi
proses belajar merangsang siswa untuk belajar, (11) memungkinan siswa
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, serta (12) mengembangkan minat,
bakat dan kecakapan individu.
Sedangkan kelemahan discovery learning adalah (1) bagi siswa yang kurang
pandai, dapat mengalami kesulitan berpikir dan mengungkapkan hubungan antara
15
konsep-konsep, sehingga dapat menimbulkan frustasi, (2) tidak efisien jika jumlah
siswa terlalu banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori, konsep, atau pemecahan masalah lainnya, (3) jika siswa
dan guru sudah terbiasa dengan cara belajar yang lama, maka harapan-harapan
yang terkandung dalam model pembelajaran ini dapat hilang, serta (4) pengajaran
discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan, dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering digunakan guru
dalam proses pembelajaran, dimana pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini
sejalan dengan Sullivan dan Mclntosh (Agustinawati, 2014: 3) menyatakan bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berlangsung dari guru ke
siswa.
Pembelajaran konvensional dimana guru menyampaikan materi secara oral atau
lisan dan siswa mendengarkan, mencatat, mengajukan pertanyaan, dan dievaluasi
(Gintings, 2008: 43). Menurut Sanjaya (2008: 259) menyatakan bahwa pada
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang
berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada umumnya
penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan. Hal ini sejalan dengan Roestiyah (2012: 139) menyatakan bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dengan metode ceramah. Pembelajaran konvensional pada kurikulum 2013 bukan
16
lagi dengan ceramah, pendekatan saintifik dengan metode diskusi dan tanya
jawab.
Menurut Kholik (Wardhani, 2016: 16), kelebihan dari pembelajaran konvensional
adalah dapat menampung kelas yang berjumlah besar, waktu yang diperlukan
cukup singkat dalam proses pembelajaran karena waktu dan materi pelajaran
dapat diatur secara langsung oleh guru. Selain kelebihan dari pembelajaran ini,
ada beberapa kekurangan yang dapat diperhatikan, yaitu pembelajaran berjalan
monoton sehingga membosankan dan membuat siswa pasif karena kurangnya
kesempatan yang diberikan, siswa lebih terfokus membuat catatan, siswa akan
lebih cepat lupa, dan pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas
pengetahuan yang diberikan oleh guru.
4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian, pengetahuan
yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar
(akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar (Poerwadarminta, Pusat
Bahasa Depdiknas, 2009: 821). Di pihak lain menurut Sumarmo dalam
Kesumowati (2008:230), pemahaman diartikan dari kata understanding yang
derajat pemahamannya ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan,
prosedur atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut
membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Kamus Bahasa Indonesia
(2008:748) menyatakan bahwa konsep diartikan sebagai ide yang diabstrakkan
dari peristiwa konkret.
17
Menurut Duffin & Simpson (Koesumawati, 2008: 230-231), pemahaman konsep
merupakan kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan
siswa mampu untuk menggungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan
kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda. (3)
mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat diartikan bahwa
siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.
Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis sangat penting
karena pemahaman konsep matematis dijadikan sebuah dasar untuk peserta didik
berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan
sehari-hari. Pemahaman konsep tidak hanya menuntut peserta didik untuk paham
suatu konsep tetapi juga menguasai, memahami dan menangkap makna dari
konsep yang diajarkan. Menurut Utari, dkk (2012: 34), pemahaman konsep
matematika adalah mengerti benar tentang konsep matematika, yaitu siswa dapat
menerjemaahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika
berdasarkan pembentukan pengetahuanya sendiri, bukan sekedar menghafal.
Menurut Skemp (Hadi dan Maidatina, 2015: 62), ada dua jenis pemahaman
konsep yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman
instrumental diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan
hanya hafal rumus perhitungan sederhana. Dalam hal ini, seseorang hanya
memahami urutan pengerjaan algoritma. Sebaliknya, pemahaman relasional
memuat skema dan struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah
yang lebih luas dan bermakna. Pemahaman konsep matematis siswa dapat
18
dipengaruhi dengan berbagai faktor. Menurut Van De Walle (Hadi dan
Maidatina, 2015: 62), faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa
tehadap konsep matematika adalah: (1) berpikir reflektif siswa, (2) interaksi, dan
(3) penggunaan model atau alat-alat untuk belajar (peraga, penggunaan simbol
komputer, menggambar, dan bahasa lisan).
Menurut Eggen dan Kauchak (Mawaddah dan Maryanti, 2016: 78) menyatakan
bahwa pengetahuan siswa dan pemahamannya tentang suatu konsep bisa diukur
melalui empat cara, yakni kita dapat meminta mereka untuk mendefinisikan
konsep, mengidentifikasi karakteristik-karakeristik konsep, menghubungkan
konsep dengan konsep-konsep lain, dan mengidentifikasi atau memberikan contoh
dari konsep yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Sehingga dapat
disimpulkan siswa memiliki pemahaman konsep berarti siswa tersebut mengerti
benar tentang suatu rancangan atau ide/ konsep abstrak yang sedang dipelajarinya.
Terdapat beberapa indikator dalam kemampuan pemahaman konsep pada teknis
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11
November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami
konsep matematis adalah mampu:
1. Menyatakan ulang suatu konsep2. Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu7. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa adalah kemampuan siswa menjelaskan dan memahami
19
suatu konsep atau materi dengan benar sehingga bukan hanya sekedar menghafal.
Kemampuan pemahaman konsep matematis dapat tercapai jika siswa
memunculkan kriteria berdasarkan indikator-indikator pemahaman konsep
matematis.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini adalah.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Setiawan yang berjudul “Pengaruh
Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi
Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 17 Pesawaran Tahun
Pelajaran 2016/2017)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
model Discovery Learning berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada sekolah tersebut.
Persamaan dari penelitian yang terdahulu dengan yang akan diteliti terletak
pada model pembelajaran yang diterapkan sama-sama serta kemampuan
pemahaman matematis siswa yang diukur. Perbedaannya yaitu pada
penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran sedangkan pada penelitian yang akan diteliti adalah efektivitas
model pembelajaran.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Yusnani yang berjudul “Penerapan
Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Representasi Matematis
dan Self Efficacy Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP
Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016)”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning berpengaruh
20
dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa pada sekolah
tersebut.
Persamaan dari penelitian yang terdahulu dengan yang akan diteliti terletak
pada model pembelajaran yang diterapkan sama-sama. Perbedaannya yaitu
pada penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran sedangkan pada penelitian yang akan diteliti adalah efektivitas
model pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran discovery learning ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
discoery learning sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep
matematis siswa. Model pembelajaran discovery learning ini merupakan model
pembelajaran dimana peserta didik dituntut aktif menemukan pengetahuannya
sendiri mengenai dengan konsep dan prinsip dari percobaan yang dilakukan oleh
peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik diarahkan oleh guru untuk belajar aktif
dan mandiri. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator peserta didik.
Pemahaman konsep matematis siswa dapat dikuasai dengan salah satu model
pembelajaran yaitu discovery learning karena pada pembelajaran discovery
learning mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
menemukan sendiri konsep-konsep yang didapatnya, sehingga mempermudah
peserta didik dalam memahami konsep pada materi yang dipelajari.
21
Pada model pembelajaran discovery learning, peserta didik dalam proses
menemukan dapat melakukan dengan berdiskusi bersama-sama teman sebayanya
untuk menemukan pemahaman konsep. Pelaksanaan model pembelajaran
discovery pada penelitian ini terdiri dari enam langkah yaitu memberikan
stimulasi pada peserta didik, memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, membuktikan
hasil data yang telah diolah, dan menarik kesimpulan.
Langkah pertama adalah memberikan stimulasi pada peserta didik. Pada langkah
ini, guru akan memberi rangsangan atau stimulus dengan melakukan metode
tanya jawab kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari. Guru dapat
bercerita tentang fenomena kehidupan sehari-hari terkait dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan, sehingga timbul keinginan peserta didik
untuk menganalisis persoalan yang diberikan.
Langkah kedua adalah mengidentifikasi masalah. Pada langkah ini, guru
memberikan kesempatan peserta didik berdiskusi untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang diberikan, lalu peserta didik dapat membuatnya ke dalam
bentuk hipotesis yaitu berupa pernyataan sebagai jawaban sementara.
Langkah ketiga adalah pengumpulan data. Pada langkah ini, guru memberi
kesempatan peserta didik untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Peserta didik dapat mengumpulkan
data dari berbagai sumber seperti buku paket atau internet. Pada tahap ini, peserta
didik dapat belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan sendiri jawaban
atas permasalahan yang guru diberikan.
22
Langkah keempat adalah pengolahan data. Pada langkah ini, data yang telah
dikumpulkan oleh peserta didik kemudian ditafsirkan, diolah, diklasifikasikan,
dihitung dan diterapkan dengan cara tertentu. Dalam tahap ini, peserta didik akan
belajar untuk menganalisis masalah, peserta didik akan diasah kemampuannya
untuk menerapkan strategi penyelesaian sehingga dapat mengembangkan
kemampuannya.
Langkah kelima adalah pembuktian. Pada langkah ini, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan dengan temuan
yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Sehingga melalui tahap ini,
peserta didik dilatih kemampuannya untuk memeriksa kembali hasil yang
diperoleh.
Langkah keenam adalah menarik kesimpulan atau generalisasi. Pada langkah ini,
peserta didik dapat menarik kesimpulan dari hasil pembuktian dan guru ikut
membantu peserta didik untuk menarik kesimpulan. Hal ini dilakukan agar
kesimpulan yang didapat merupakan penemuan peserta didik yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Kesimpulan tersebut yang kemudian dijadikan sebagai hasil
penemuan pengetahuan atau konsep baru oleh peserta didik.
23
D. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
1. Semua siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2018/2019 memperoleh materi yang sama dan
sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa
selain model pembelajaran dianggap memiliki pengaruh yang sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Discovery Learning efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
2. Hipotesis Khusus
a. Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran discovery learning lebih tinggi daripada pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik
setelah mengikuti discovery learning mencapai lebih dari 60%.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang
berlokasi di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No. 14, Labuhan Ratu, Kedaton,
Kota Bandarlampung, Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung tahun
pelajaran 2018/2019 yang terdistribusi dalam 7 kelas diasuh oleh guru yang
berbeda. Populasi tersebut memiliki kemampuan matematis yang beragam, namun
diantara kemampuan tersebut rata-rata siswa memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematis yang tergolong rendah.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengambilan
teknik tersebut dengan pertimbangan peserta didik diajar oleh guru yang sama
serta kemampuan siswa yang menjadi sampel mempunyai kemampuan yang
relatif sama berdasarkan wawancara dengan guru terkait. Ada satu kelas untuk
kelas eksperimen yaitu yang mendapatkan pembelajaran dengan model discovery
learning dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pengambilan teknik tersebut, maka dipilihlah dua kelas dari kelas
yang diasuh oleh Ibu Tri Handayani yaitu kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen
25
yang berjumlah 28 orang peserta didik dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol
yang berjumlah 29 orang peserta didik
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang
menguji model discovery learning dalam pembelajaran matematika. Desain
dalam penelitian ini adalah pretest – postest control group design. Pretest
diberikan untuk mengetahui data awal kemampuan pemahaman konsep matematis
sedangkan postest diberikan untuk memperoleh data setelah diberikan perlakuan.
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah model discovery
learning, sedangkan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1993:248), desain pelaksanaan penelitian disajikan
dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest – Postest Control Group Design
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestE Y1 Discovery Learning Y2
K Y1 Konvensional Y2
Keterangan:E : kelas eksperimen dengan discovery learningK : kelas kontrol dengan pembelajaran konvensionalY1 : kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberikan
perlakuanY2 : kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan perlakuan
C. Data Penelitian
Data untuk penelitian ini adalah data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang berupa data kuantitatif. Data yang akan diperoleh dari penelitian ini:
26
1) data skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa awal yang
diperoleh melalui pretest; 2) data skor kemampuan pemahaman konsep matematis
akhir yang diperoleh melalui posttest; dan 3) data skor peningkatan (gain).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Teknik tes ini
digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas eksperimen (kelas yang mengikuti model pembelajaran
discovery learning) dan kelas kontrol (kelas yang mengikuti model pembelajaran
konvensional).
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan meliputi beberapa tahapan. Ururan pelaksanaan penelitian,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada di
sekolah tersebut.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian
e. Membuat perangkat pembelajaran dan instumen tes untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
f. Mengkonsultasikan bahan ajar dan instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing dan guru bidang studi matematika.
27
g. Melakukan ujicoba instrumen penelitian.
h. Merevisi instrumen penelitian jika diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data hasil penelitian
b. Melakukan pengelolaan data hasil penelitian.
c. Menganalisis data hasil penelitian
d. Membuat laporan hasil penelitian
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dimana untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Instrumen berupa
soal uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Tes akan diberikan pada setiap kelas yaitu pretest-posttest.
Indikator pemahaman konsep matematis antara lain adalah menyatakan ulang
suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,
memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup
suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu, serta mengaplikasikan konsep. Adapun pedoman penskoran tes
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa disajikan pada Tabel 3.2.
28
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa
No. Indikator Pemahaman Konsep Rubik Penilaian Skor
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
Tidak menjawab 0Menyatakan ulang sebuahkonsep tetapi salah
1
Menyatakan ulang sebuahkonsep dengan benar
2
2.Mengklasifikasikan objek
menurut sifat tertentu sesuaidengan konsepnya
Tidak menjawab 0Mengklasifikasikan objekmenurut sifat tertentu tetapitidak sesuai dengan konsepnya
1
Mengklasifikasikan objekmenurut sifat tertentu sesuaidengan konsepnya
2
3.Memberikan contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep
Tidak menjawab 0Memberikan contoh dan bukancontoh dari suatu konsep tetapisalah
1
Memberikan contoh dan bukancontoh dari suatu konsep denganbenar
2
4.Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
Tidak menjawab 0Menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasitetapi salah
1
Menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasidengan benar
2
5.Mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup dari suatu konsep
Tidak menjawab 0Mengembangkan syarat perluatau syarat cukup dari suatukonsep tetapi salah
1
Mengembangkan syarat perluatau syarat cukup dari suatukonsep dengan benar
2
6.Menggunakan dan memanfaatkan
serta memilih prosedur atauoperasi tertentu
Tidak menjawab 0Menggunakan danmemanfaatkan serta memilihprosedur atau operasi tertentutetapi salah
1
Menggunakan danmemanfaatkan serta memilihprosedur atau operasi tertentudengan benar
2
7.Mengaplikasikan konsep ataualgoritma dalam pemecahan
masalah
Tidak menjawab 0Mengaplikasikan konsep ataualgoritma dalam pemecahanmasalah tetapi salah
1
Mengaplikasikan konsep ataualgoritma dalam pemecahanmasalah dengan benar
2
29
1. Validitas Instrumen
Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Dalam penelitian ini soal tes
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran matematika kelas
VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung untuk menentukan valid atau
tidaknya soal tes tersebut. Tes tersebut dikatakan valid jika soal tes sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Penilaian validitas isi dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru
mata pelajaran matematika. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes
yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B
halaman 131). Soal tes dinyatakan valid kemudian dilakukan tes uji coba pada
kelas di luar sampel, yaitu kelas IX B di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung
selanjutnya adalah menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.
2. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut dapat
dipercaya atau diandalkan dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2010: 108),
untuk mencari koefisien reliabilitas soal tes tipe uraian dapat digunakan rumus
Alpha sebagai berikut:
= 1 − ∑ dengan = ∑ ∑Keterangan:
= nilai reliabilitas instrumen.= banyak butir soal.∑ = jumlah varians dari tiap butir item.= varians total.
N = banyaknya data.
30∑ = jumlah kuadrat semua data.∑ = jumlah semua data.
Menurut Arikunto (2010:75), nilai reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan
sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas InstrumenNilai Interpretasi
0,80<r ≤1,00 Sangat tinggi0,60<r ≤0,80 Tinggi0,40<r ≤0,60 Cukup0,20<r ≤0,40 Rendah0,00<r ≤0,20 Sangat rendah
Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes diperoleh = 0,44 yang berarti
instrumen tes memenuhi kriteria cukup. Oleh karena itu instrumen tes dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Hasil perhitungan reliabilitas uji coba dapat dilihat pada lampiran C2 halaman 135
3. Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2010:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Menurut Sudijono (2011:385), daya
pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi, dengan testee yang
berkemampuan rendah sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan
tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab benar,
sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut
sebagian besar tidak dapat menjawab dengan benar.
31
Sampel penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu siswa yang memperoleh
nilai tertinggi (kelompok atas) dan siswa yang memperoleh nilai terendah
(kelompok bawah). Menurut Arikunto (2010:212), rumus untuk menghitung daya
pembeda adalah:
= − = −Keterangan:D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu.J = jumlah peserta tes
= banyaknya peserta kelompok atas= banyaknya peserta kelompok bawah= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar= proporsipeserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sedangkan pendapat Arikunto (2010:218) untuk hasil perhitungan daya pembeda
diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi yang telah disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Daya PembedaDaya pembeda (DP) Kriteria
0,00 ≤DP ≤ 0,20 Jelek0,21≤DP ≤ 0,40 Cukup0,41≤DP ≤ 0,70 Baik0,71 ≤DP ≤ 1,00 Baik sekali
Penelitian ini menggunakan butir soal yang memiliki nilai daya pembeda lebih
dari 0,21 sampai dengan 0,70 yaitu soal yang memiliki daya pembeda cukup dan
baik. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran C3 halaman 136.
4. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut
tergolong mudah atau sukar. Menurut Arikunto (2010: 207), indeks kesukaran
adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal. Menurut
32
Sudijono (2011: 372), untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal
digunakan rumus berikut.
=Keterangan:
= tingkat kesukaran suatu butir soal= jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperoleh= jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada butir soal
Sedangkan untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal dari indeks
kesukaran menurut Sudijono (2011:372) telah disajikan pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat KesukaranNilai Interpretasi0,00 ≤ ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 < ≤ 0,30 Sukar0,31 < ≤ 0,70 Sedang0,71 < ≤ 0,85 Mudah0,86 < ≤ 1,00 Terlalu Mudah
Dalam penelitian ini kriteria soal tes yang digunakan adalah yang memiliki
interpretasi minimal sedang. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, diperoleh
tingkat kesukaran soal sedang. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C3
halaman 136.
Setelah dilakukan analisis uji coba soal kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa didapatkan hasil dan kesimpulan yang disajikan dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba SoalNo Reliabilitas Daya
PembedaTingkat
KesukaranKeterangan
1
0,44 (Reabilitas Cukup)
0,40 (Baik) 0,67 (Sedang) Dipakai2 0,35 (Baik) 0,52 (Sedang) Dipakai3 0,40 (Baik) 0.51 (Sedang) Dipakai4 0,25 (Cukup) 0,36 (Sedang) Dipakai5 0,44 (Baik) 0,69 (Sedang) Dipakai
33
Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa reliabilitas soal adala 0,44 yang berarti
reliabilitas soal cukup. Soal dinyatakan valid dan daya pembeda serta tingkat
kesukaran telah memenuhi syarat yang ditentukan, maka soal tes dapat digunakan
untuk mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data nilai pada
siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dianalisis menggunakan uji
statistik untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran discovery learning
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Data berupa hasil pretest dan
posttest dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain) kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada kedua kelas. Menurut Hake (1999:65)
besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized
gain) yaitu:
g =
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi menurut Hake (1999:65) yang disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Interpretasig > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah
Sebelum melakukan uji statistik perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
34
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal
atau tidak berdasarkan data indeks gain kemampuan pemahaman konsep dari
sampel. Uji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji Chi-Kuadrat.
Uji chi-kuadrat menurut Sudjana (2005:273) adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
Ho : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : data gain tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Taraf signifikan
Taraf signifikan yang digunakan berupa α = 0,05
c. Statistik uji
= ( − )Keterangan:
= frekuensi pengamatan= frekuensi yang diharapkan= banyak pengamat
d. Kriteria uji
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika X2 ≤ ( )( )Hasil uji normalitas skor peningkatan kemampuan matematis siswa disajikan
pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis
Kelompok Penelitian BanyakSiswa
X2 ( )( ) KesimpulanH0
Eksperimen 29 1,93 7,81 diterimaKontrol 28 2,43 9,48 diterima
35
Berdasarkan hasil tabel 3.8 dapat dilihat bahwa X2 kelas eksperimen dan
kelas kontor kurang dari ( )( ) dengan α = 0,05 sehingga diterima.
Dengan demikian, data skor kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kedua kelas berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data
gain dapat dilihat pada Lampiran C8 halaman 145.
2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok data yaitu skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery learning dan skor siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians yang sama atau
tidak. Menurut Sudjana (2005: 249), menguji homogenitas data dapat digunakan
ketentuan berikut.
a. Hipotesis
Ho : =H1 : ≠
b. Taraf signifikan
Taraf signifikan yang digunakan berupa α = 0,10
c. Statistik uji
=Keterangan:
= varians terbesar= varians terkecil
36
d. Kriteria uji
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika F ≥ / ( , ) dengan daftar
distribusi F dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan masing-
masing sesuai dk pembilang dan penyebut.
Hasil uji hipotesis skor peningkatan kemampuan matematis siswa disajikan
pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Gain Skor Kemampuan PemahamanKonsep Matematis
Kelompok Penelitian Varians F / ( , ) Kesimpulan
Eksperimen 0,0351,12 1,86 diterima
Kontrol 0,031
Berdasarkan tabel 3.9 dapat disimpulkan bahwa data gain skor kemamapuan
pemahaman konsep matematis memiliki varians yang homogen. Hasil
perhitungan dapat dilihat dari pada lampiran C9 halaman 151.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas didapatkan data skor
kemampuan pemahaman konsep matematis berdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata untuk hipotesis
1 dan uji proporsi untuk hipotesis 2.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
merupakan data yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama
37
maka digunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t). Dengan hipotesis sebagai
berikut.
H0 : µ1= µ2 skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti discovery learning sama
dengan skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
H1: µ1> µ2 skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti discovery learning lebih
baik dari skor peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa nilai siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
Jika kedua data homogen, pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (Uji t) seperti dalam Sudjana (2005:
239) berikut:= ̅ ̅dengan = ( ) ( )
Keterangan:1 : rata-rata skor kemampuan kelas eksperimen2 : rata-rata skor kemampuan kelas kontrol
n1 : banyaknya siswa kelas eksperimenn2 : banyaknya siswa kelas kontrols12 : variansi pada kelas eksperimens22 : variansi pada kelas kontrols2 : variansi gabungan
38
Dengan taraf signifikan yang digunakan α= 0,05 dengan kriteria uji: terima
Ho jika thitung < tkritis dimana tkritis = ( )( ) diperoleh dari daftar tabel t
dengan peluang (1-α) dan dk = ( + − 2).b. Uji Proporsi
Uji Proporsi dilakukan jika data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji proporsi dapat
digunakan ketentuan hipotesis sebagai berikut:H : = 0,6 artinya persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematis baik sama dengan 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti kelas eksperimen.H : > 0,6 artinya persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman
konsep matematis baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti kelas eksperimen.
Dengan taraf signifikan ∝ = 0,05. Menurut Sudjana (2005:235), Statistik Uji yang
digunakan adalah:
= −(1 − )Keterangan:
= Bnayaknya peserta didik tuntas belajar= Jumlah sampel= Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep baik
Dengn kriteria pebgujian adalah tolak H jika ≥ , dimana ,didapat dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 – α) dan terimaH jika < ,
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa (1)
tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti discovery learning dengan siswa yang mengikuti kelas
konvensional, (2) model discovery learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa karena proporsi siswa yang memiliki
kemampuan pemahaman konsep matematis terkategori baik tidak lebih dari 60%.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut.
1. Kepada guru yang ingin menggunakan pembelajaran discovery learning
hendaknya:
a. guru memotivasi siswa agar memiliki kesiapan mental pada saat
pembelajaran.
b. guru memperhatikan pelaksanaan pengelolaan kelas dan manajemen waktu
agar pembelajaran menjadi kondusif sehingga dapat memberikan hasil yang
maksimal.
50
c. guru memahami karakteristik siswa sehingga model yang digunakan dapat
berhasil karena model pembelajaran tersebut belum tentu cocok untuk
kemampuan pemahaman konsep matematis yang masih tergolong rendah.
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai pembelajaran
discovery learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis,
hendaknya melakukan pengkajian lebih mendalam serta memperhatikan
manejemen waktu sebaik mungkin agar proses pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinawati, Nita. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran dan KemandirianBelajar Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa di SMAN 7 Cirebon (JurnalPendidikan Sejarah Vol 3 No 2). (Online) Tersedia di http://journal.unj.ac.iddiakses pada 9 April 2018
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (edisi revisi). Jakarta: RinekaCipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta:BSNP.
Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Depdiknas. 2003. UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pedidikan nasional.Jakarta: Dharma Bhakti.
Fitriyah. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Man Model Kota Jambi (Jurnal PelangiVolume 9 Nomor 2). Tersedia di http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.Diakses tanggal 15 Mei 2018
Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and EvaluatifResearch in Education. New York: Mcgraw-hill Inc.
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar&Pembelajaran. Bandung:Humaniora
Hadi, S., dan Maidatina Umi Kalsum. 2015. Pemahaman Konsep MatematikaSiswa Smp Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeMemeriksa Berpasangan (Pair Checks) Jurnal Pendidikan MatematikaVolume 3 Nomor 1. (Online). Tersedia di http://download.portal-garuda.org/article. Diakses tanggal 16 Mei 2018.
Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics IndianaUniversity. Diunduh dari http://www.physics.indiana.edu tanggal 5 April2018.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
52
Istirana, Galuh Arika. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Discovery LearningUntuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan LarutanPenyangga Pada Siswa Kelas Xi Ipa Semester Ii Sma Negeri 1 NgemplakTahun Pelajaran 2013/2014 (Jurnal Pendidikan Kimia Vol 4. No.2). Tersediadi http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia. Diakses tanggal 16 Mei 2018.
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam PembelajaranMatematika. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika.(Online). Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/6928/. Diakses pada tanggal 13Januari 2018.
Kurniasih, Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan.Surabaya: Kata Pena.
Mawaddah,Siti, dan Ratih Maryanti. 2016. Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa Smp Dalam Pembelajaran Menggunakan Model PenemuanTerbimbing (Discovery Learning) Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4Nomor 1. (Online). Tersedia di //ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/edu-mat/article/2292/2010. Diakses pada tanggal 16 Mei 2018.
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.Bandung: CV. Alfabeta.
Persada, Alif Ringga. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan(Discovery Learning) Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa(Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5 Nomor 2). Tersedia dihttps://media.neliti.com/media/publications/55847. Diakses Tanggal 15 Mei2018.
OECD. 2016. PISA 2015 Results in Focus. (Online). Tersedia:https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf. Diakses padatanggal 2 Mei 2017.
Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS 2015. Seminar Kemendikbud. Jakarta, 14Desember 2016
Roestiyah. 2012. Strategi belajar mengajar: salah satu unsur pelaksanaanstrategi belajar mengajar teknik penyajian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf.
Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:BumAksara.
Suprihatingrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
53
Sutirman. 2013. Media & Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta: GrahaIlmu.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajawaliPersada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Utari, Vivi, Ahmad Fauza, dan Media Rosha. 2012. Peningkatan KemampuanPemahaman Konsep Melalui Pendekatan PMR Dalam Pokok BahasanPrisma Dan Limas (Jurnal Pendidikan Matematika volume 1 nomor 1).(Online) Tersedia di ejournal.unp.ac.id. Diakses tanggal 16 Mei 2018.
Wardhani, Resti Ayu. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau dariPemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SemesterGenap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016).Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.