PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB...

67
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI (Skripsi) Oleh: ANGGYKA NURHIDAYANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK

PADA PERKAWINAN SIRRI

(Skripsi)

Oleh:

ANGGYKA NURHIDAYANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

Anggyka Nurhidayana i

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA

PERKAWINAN SIRRI

Oleh:

ANGGYKA NURHIDAYANA

Masyarakat Indonesia mengenal istilah perkawinan sirri sebagai perkawinan yang

sah secara Hukum Islam tetapi tidak dicatatkan di KUA (Kantor Urusan Agama),

sehingga keabsahan dari perkawinan tersebut tidak diakui oleh negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan setiap

perkawinan harus dicatatkan agar tercapai ketertiban dalam masyarakat. Salah

satu dampak negatif yang ditimbulkan dari perkawinan sirri adalah tidak adanya

kekuatan hukum yang mengikat atas perkawinan tersebut, negara menganggap

bahwa perkawinan sirri tersebut tidak pernah ada, karena tidak adanya bukti

berupa akta nikah. Perkawinan sirri dapat menimbulkan beberapa masalah

berkenaan dengan hak waris anak yang lahir dari perkawinan sirri seperti

bagaimana perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri

menurut hukum negara, bagaimana akibat hukum dari anak pada perkawinan sirri

terhadap pewarisan menurut hukum negara, dan bagaimana penyelesaian hukum

dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data

yang digunakan ialah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

kepustakaan. Pengolahan data dilakukan dengan pemeriksaan data, rekonstruksi

data dan sistematika data. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas permasalahan berkenaan

dengan hak waris anak yang lahir dari perkawinan sirri, anak yang lahir dari

perkawinan sirri pada dasarnya merupakan anak yang sah. Hal ini didasarkan

pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Hak waris anak yang lahir dari perkawinan sirri telah diselesaikan

melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 46/PUU-

VIII/2010. Sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi anak yang lahir dari

perkawinan sirri dapat memperoleh warisan apabila kedua orang tuanya

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

Anggyka Nurhidayana ii

melakukan itsbat nikah atau apabila ayahnya memberikan wasiat kepada anak

tersebut.

Kata Kunci: Perkawinan Sirri, Hak Waris Anak, Undang-Undang

Perkawinan.

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK

PADA PERKAWINAN SIRRI

Oleh:

ANGGYKA NURHIDAYANA

Skripsi

Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...
Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...
Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...
Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anggyka Nurhidayana dilahirkan di

Kalianda, pada tanggal 16 Juli 1995, dan merupakan anak

pertama dari dua bersaudara dari Bapak H. Herwin, SKM.,

M.M. dan Ibu Nurul Hidayati, Amd.Keb.

Penulis pernah menempuh pendidikan di SDN 3 Pasuruan

yang diselesaikan pada tahun 2007, penulis melanjutkan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama yang ditempuh di SMP La Tansa Islamic Boarding School Lebak

Banten diselesaikan pada tahun 2010, melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas SMA La Tansa Islamic Boarding School Lebak Banten sampai

dengan 2011 dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Kalianda, Lampung Selatan tahun 2013. Penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013 dan penulis

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa Bumi Dipasena

Sejahtera, Rawajitu Timur.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu dalam Unit Kegiatan Mahasiswa

Fakultas (UKM-F) Mahasiswa Pengkaji Masalah Hukum (MAHKAMAH) dan

diangkat sebagai wakil sekretaris umum bidang Kekaryaan dan Kewirausahaan

tahun 2014-2015 lalu diangkat menjadi kepala bidang kekaryaan dan

kewirausahaan pada tahun 2015-2016.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

vii

MOTO

Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah lalu kedua orang tuanyalah yang

mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nasrani, atau majusi.

(H.R. Muslim)

Tidaklah ada pemberian dari orang tua kepada anaknya yang lebih utama

daripada budi pekerti yang baik

(H.R. Tirmidzi)

Untuk meraih cita-cita besar, kita tak hanya perlu bertindak, juga harus

bermimpi; tak hanya perlu merencanakan, namun harus meyakini.

(Anatole France)

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

viii

PERSEMBAHAN

حيم حمن الر الر بسم الله

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

skripsiku ini kepada:

Ayah Herwin dan Ibu Nurul Hidayati

Yang selama ini telah banyak berkorban, yang selalu memberiku semangat, selalu

berdoa dan menunggu keberhasilanku.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

ix

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan semesta alam, Yang Maha Agung,

dan menjadikan apapun yang ada dibumi dan dilangit atas kehendak-Nya.

Shalawat teriring salam tak lupa saya hanturkan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW, sebagai suri tauladan terbaik, dan semoga syafaat beliau dapat

menyelamatkan para hambanya di yaumil akhir nanti, Amin.

Sebuah penghantar dan persembahan bagi tiap-tiap orang telah banyak

memberikan inspirasi, bantuan tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan tulisan

sederhana tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Waris Anak Pada

Perkawinan Sirri” sehingga penulis pada akhirnya mampu menyelesaikan dan

merasakan keberhasilan yang membuat dirinya kini merasa bangga dan bahagia.

Seberapapun kalimat yang ditulis ini takkan mampu mewakili ungkapan baru

yang sebenarnya, namun tak ada cara lain selain mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Dr. Amnawaty, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I atas

kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya,

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

x

mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan

kritik dalam menyelesaikan skripsi ini, serta ilmu berharga yang diberikan;

4. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Dr. Nunung Rodliyah, M.A., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap

skripsi ini;

6. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi

ini;

7. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

8. Seluruh Dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung

yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis, serta segala bantuan secara teknis maupun administratif yang

diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;

9. Tersayang Bapak H. Herwin, SKM., M.M. dan Ibu Nurul Hidayati, Amd.

Keb. Selaku ayah dan ibu dari penulis, penulis sangat bersyukur kepada

Allah SWT yang telah menuliskan takdir yang begitu indah karena

memiliki orang tua hebat seperti mereka, yang tiada hentinya memberikan

dukungan moril maupun materil juga memberikan kasih sayang, nasihat,

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

xi

semangat, dan doa yang tak pernah putus untuk kebahagiaan dan

kesuksesan penulis, terima kasih ayah dan ibu, mungkin dengan

keberhasilan dan segala bentuk apapun tak mampu menggantikan jerih

payah kalian. Terima kasih atas segalanya semoga kalian selalu diberi

kesehatan hingga kelak penulis dapat membahagiakan, membanggakan,

dan menjadi anak yang berbakti bagi kalian.

10. Adikku tercinta Muhammad Irfan Ghani, yang telah memberikan canda

tawa dan bahagia sekaligus rasa rindu kepada penulis, semoga Allah

senantiasa memberikan kesehatan selalu untukmu dan kelak kita menjadi

anak yang bisa membanggakan kedua orang tua;

11. Teman-teman seperjuanganku di Pondok Pesantren La tansa. Terima kasih

sudah menjadi sahabatku sampai detik ini.

12. Teman-teman seperjuanganku di SMA Negeri 1 Kalianda yang tidak dapat

penulis tuliskan namanya satu persatu.

13. Teman-teman seperjuanganku yang terhebat Annisa Dwi Laksana, Astrid

Fauzia Zahra, Anggun Ariena Rahman, Desi Rohayati dan Dimas Yogi,

yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi dan selama belajar

di fakultas hukum Unila, yang telah memberikan nasihat kepada penulis,

dan senantiasa menjadi teman terbaik bagi penulis. Semoga kita dapat

bersama selamanya;

14. Untuk seluruh teman-teman Fakultas Hukum minat perdata murni serta

teman-teman Fakultas Hukum minat perdata ekonomi, semoga pertemanan

ini tidak terputus ditelan zaman;

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

xii

15. Keluarga besar UKM-F MAHKAMAH. Kalian keluarga yang luar biasa,

terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman, serta ilmu yang berharga

yang tidak saya temukan dalam perkuliahan dan hanya bisa saya temukan

di MAHKAMAH, semoga keluarga ini tidak akan pernah terputus.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima

kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi

yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi

penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Maret 2017

Penulis,

Anggyka Nurhidayana

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi

MOTO ........................................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii

SANWACANA ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ......................... 8

C. Tujuan ..................................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perlindungan Hukum ........................................... 10

B. Hukum Perkawinan.

1. Pengertian perkawinan dan dasar hukum

perkawinan....................................................................... 14

2. Tujuan dan hikmah melakukan perkawinan .................... 15

3. Rukun dan syarat perkawinan.......................................... 17

4. Hak dan kewajiban dalam perkawinan ............................ 19

5. Kedudukan anak dalam perkawinan ................................ 20

6. Akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah ............... 20

C. Perkawinan Sirri.

1. Pengertian perkawinan sirri ............................................ 21

2. Sebab-sebab terjadinya perkawinan sirri ........................ 22

3. Akibat hukum perkawinan sirri ....................................... 23

D. Hukum Waris.

1. Pengertian waris dan dasar hukum waris ........................ 24

2. Tirkah dan hak-hak yang terkait ...................................... 28

3. Rukun, sebab-sebab mewaris, dan syarat

kewarisan ......................................................................... 30

4. Penggolongan ahli waris .................................................. 33

5. Anak luar kawin .............................................................. 34

6. Wasiat dan wasiat wajibah .............................................. 35

E. Prinsip-prinsip dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan ........................................... 37

F. Kerangka Pikir ....................................................................... 39

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian ...................................... 41

B. Pendekatan Masalah .............................................................. 42

C. Sumber dan Jenis Data .......................................................... 42

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 43

E. Metode Pengolahan Data ....................................................... 44

F. Analisis Data ........................................................................ 44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum terhadap Hak Waris Anak

pada Perkawinan Sirri Menurut Hukum Negara.

1. Kedudukan hukum perkawinan sirri dilihat dari

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang

Pekawinan dan Kompilasi Hukum Islam ........................ 46

2. Kedudukan anak dalam perkawinan sirri dilihat

dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam ................................................................................ 53

3. Perlindungan hukum terhadap anak dalam

perkawinan sirri ............................................................... 57

B. Akibat Hukum dari Anak pada Perkawinan Sirri

terhadap Pewarisan.

1. Akibat hukum dari perkawinan sirri ............................... 67

2. Akibat hukum perkawinan sirri terhadap

kedudukan anak. .............................................................. 69

3. Akibat hukum perkawinan sirri terhadap hak

waris anak. ....................................................................... 76

C. Penyelesaian Hukum dalam Pewarisan Anak pada

Perkawinan Sirri.

1. Penyelesaian hukum terhadap pewarisan anak

pada perkawinan sirri sebelum Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-

VIII/2010 ......................................................................... 79

2. Penyelesaian hukum pewarisan anak pada

perkawinan sirri setelah Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 ............................. 82

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ........................................................................... 87

B. Saran ...................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1 Bagi umat muslim, perkawinan

merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk

Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.

Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka dapat

berhubungan satu sama lain, sehingga mencintai, menghasilkan keturunan, serta

hidup dalam kedamaian sesuai dengan perintah Allah SWT dan petunjuk dari

Rasul-Nya.2

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur‟an:

جعل لكم من أنفسكم أزواجا وجعل لكم من أزواج كم بنين وحفدة ورزقكم من الطيبات ... والل

“Dan Allah Menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu

sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta

memberimu rezeki dari yang baik . . .”

1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

2 Abdul Rahman I., Perkawinan dalam Syari’at Islam, Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hlm. 1.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

2

Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur bahwa perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu. Kemudian Hukum Islam menegaskan bahwa suatu

perkawinan sudah dianggap sah apabila perkawinan tersebut telah memenuhi

rukun-rukun dan syarat-syarat nikah sebagaimana ditetapkan di dalam Syari’at

Islam.

Perkawinan bagi umat muslim harus dilakukan berdasarkan ketentuan Hukum

Islam dan perkawinan bagi non muslim dilakukan berdasarkan ketentuan hukum

agamanya masing-masing. Keberadaan perkawinan pula perlu dilindungi oleh

hukum negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar

perkawinan yang dilakukan memiliki kekuatan hukum. Namun pada

kenyataannya tidak semua umat muslim di Indonesia mematuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sehingga masih ada diantara

masyarakat muslim dengan berbagai macam alasan melakukan perkawinan di

bawah tangan, atau sering disebut dengan kawin sirri.

Istilah sirri berasal dari Bahasa Arab yakni “sirr” yang berarti rahasia.

Perkawinan sirri adalah perkawinan yang dilakukan secara diam-diam atau

sembunyi-sembunyi dan tidak dicatatkan pada petugas pencatat nikah.

Sensus yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) yaitu 25 persen masyarakat

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

3

di Indonesia melakukan perkawinan sirri pada tahun 2012. Sensus ini dilakukan

di 111 desa dari 17 provinsi.3 Data anak dari perkawinan sirri atau perkawinan

yang tidak dicatat di kabupaten/kota di Lampung yaitu berjumlah 50 anak.4

Dengan rincian tabel sebagai berikut:

No Pelaku

Jumlah

anak dari

perkawin

an tidak

dicatat

Lokasi

keterangan

Bentuk

perkawinan

tidak dicatat

1 A,B,D

15 anak Kampung Jawa, Kecamatan

Kedondong, Kabupaten

Pesawaran.

Poligami

2 Hen

Sak

7 anak

2 anak

Desa Hajimena, Kecamatan

Natar, Kabupaten Lampung

Selatan.

Poligami

3 Bnd

A

T

3 anak

1 anak

1 anak

Desa Hajimena, Kecamatan

Natar, Kabupaten Lampung

Selatan.

Perceaian sirri

4 HS 3 anak

Kelurahan Teluk Betung,

Kecamatan Teluk Betung

Barat, Kota Bandar

Lampung.

Poligami

5 Z

Mb

K

3 anak

5 anak

3 anak

Desa sabah Balau, Kecamatan

Sukarame, Bandar Lampung Monogami

6 Sut

Ru

2 anak

5 anak

Desa Reksobinangun,

Kecamatan Rumbia,

Kabupaten Lampung Tengah

Monogami

Total 14

50 anak

3

Henny Rachma Sari, 25 Persen Masyarakat Indonesia Melakukan Nikah Siri,

https://www.google.com/amp/m.merdeka.com/amp/peristiwa/25-persen-masyarakat-Indonesia-

melakukan-nikah-siri.html, (diakses pada 23 Maret 2017 Pukul 21:02) 4 Amnawaty, Disertasi Doktor, Reformasi Sistem Hukum Pencatatan Perkawinan Bagi

Warga Muslim Dalam Rangka Perlindungan Hukum Anak Pada Perkawinan Tidak Dicatat,

Semarang, Undip, 2015, hlm. 16.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

4

Beberapa faktor penyebab perkawinan sirri antaralain sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran dan pemahaman hukum yang dimiliki oleh masyarakat.

Masih banyak masyarakat yang belum menyadari dan memahami sepenuhnya

seberapa pentingnya pencatatan perkawinan.

2. Sikap apatis sebagian masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu

faktor lain penyebab terjadinya perkawinan sirri, masih ada masyarakat yang

bersifat tidak perduli dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

berkenaan dengan perkawinan.

3. Ketentuan pencatatan perkawinan yang tidak tegas akan hukuman bagi

seseorang yang tidak melakukan pencatatan perkawinan menjadi faktor

masyarakat tidak mencatatkan perkawinannya ke Kantor Urusan Agama.

Sehingga masyarakat sangat menyepelekan akan peraturan yang berlaku

tanpa adanya sanksi. Asas pokok dari sahnya perkawinan tercantum dalam

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 hanya mengatur tentang pencatatan

perkawinan tanpa disertai sanksi bagi mereka yang tidak mencatatkan

perkawinannya.5

Perkawinan sirri merupakan salah satu bentuk permasalahan dalam pencatatan

perkawinan yang terjadi saat ini, akan tetapi perkawinan sirri yang dilaksanakan

tidaklah mengganggu keabsahan suatu perkawinan yang telah dilaksanakan

sesuai dengan aturan Hukum Islam, dengan kata lain berdasarkan Hukum Islam

perkawinan sirri merupakan perkawinan yang sah. Akan tetapi berdasarkan

ketentuan dalam Pasal 4 yang berbunyi perkawinan adalah sah apabila dilakukan

5 www.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016 Pukul 19.20 WIB.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

5

menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi agar

terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat harus dicatat dan ayat (2) yang

berbunyi pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun

1946 jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1954 Kompilasi Hukum Islam,

sebagaimana isi dari kedua pasal ini yaitu suatu perkawinan harus dilakukan

secara sah menurut hukum agama dan juga harus dicatatkan oleh pejabat yang

berwenang. Sehingga, perkawinan sirri yang merupakan perkawinan yang tidak

dicatatkan pada petugas pencatat nikah, tidak mempunyai kekuatan hukum

ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Tujuan perkawinan salah satunya adalah untuk melangsungkan keturunan. Anak

merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan anak

dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan

harta benda lainnya. Oleh karena itu, anak sebagai amanah Tuhan harus

senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat,

dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.6

Anak yang terlahir memiliki hak dalam kehidupannya. Hak anak adalah bagian

dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang

tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.7

Hak anak dalam suatu

keluarga salah satunya adalah untuk mendapatkan harta warisan. Harta warisan

adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk

6 Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

Jakarta, Rajawali Pers, 2010, hlm. vii. 7 Pasal 1 Nomor 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

6

keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya pewaris, biaya pengurusan

jenazah (Tajhis), pembayaran utang, dan pemberian untuk kerabat.8

Pembagian waris terhadap anak terdapat tiga kelompok, sebagaimana Allah

berfirman dalam Al-Qur‟an:

ف أولدكم للذكر مثل حظ الن ث ي ي فإن كن نساء ف وق يوصيكم الل

اث نت ي ف لهن ث لثا ما ت رك وإن كانت واحدة ف لها النصف ...﴿النساء:١١﴾

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.

Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak

perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu

seorang saja, maka ia memperoleh separo harta . . .” (Q.S. An-Nisa : 11)

Surat An-Nisa ayat 11 menjelaskan bahwa Allah SWT. menetapkan pembagian

waris terhadap anak menjadi tiga bagian, yaitu anak laki-laki, anak perempuan,

serta pembagian waris dimana terdapat anak laki-laki dan perempuan.9

Berdasarkan Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 11 jelas bahwa seorang anak laki-laki

maupun perempuan berhak mendapatkan warisan.

Perkawinan yang tidak memiliki kekuatan hukum memiliki dampak yuridis

terhadap hak-hak pelayanan publik yang seharusnya diberikan oleh instansi yang

berwenang. Istri yang melakukan ataupun anak yang dilahirkan dari perkawinan

sirri tidak dapat memperoleh perlindungan dan pelayanan hukum. Status suami

atau istri yang melakukan perkawinan sirri tidak tercatat dalam daftar

kependudukan, sehingga anak yang dilahirkan tidak dapat memperoleh akta

8 Pasal 171 huruf e Kompilasi Hukum Islam.

9 Komite Fakultas Syari‟ah, Hukum Waris, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2004, hlm.

15

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

7

kelahiran, bahkan kelak apabila ayah kandungnya meninggal, anak tersebut tidak

dapat menuntut hak warisnya.

Masalah yang dihadapi adalah bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, anak yang lahir diluar perkawinan tidak

memiliki hubungan perdata dengan ayahnya dan hanya memiliki hubungan

perdata dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Anak luar kawin dalam hal ini

termasuk anak yang lahir dari perkawinan sirri karena anak tersebut lahir dari

perkawinan yang tidak tercatat dalam administrasi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sehingga, berakibat anak yang lahir

dari perkawinan sirri tidak berhak atas masalah keperdataan dengan ayahnya

termasuk dalam permasalahan hak warisnya kelak.

Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum hak waris anak pada

perkawinan sirri, penulis akan memberikan pemaparan berupa perlindungan

hukum, akibat hukum dan penyelesaian hukum dalam pewarisan terhadap hak

waris anak pada perkawinan sirri yang ditinjau dari hukum negara yang berlaku.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian

dibidang hukum perkawinan dan pewarisan, khususnya berkenaan dengan akibat

hukum dari perkawinan sirri yang disusun berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia dan menyusunnya dalam skripsi yang

berjudul:

“Perlindungan Hukum Terhadap Hak Waris Anak Pada Perkawinan Sirri”.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan

sirri menurut hukum negara?

2. Bagaimana akibat hukum dari anak pada perkawinan sirri terhadap pewarisan

menurut hukum negara?

3. Bagaimana penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri

menurut hukum negara?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup bidang ilmu dan lingkup kajian.

Lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan murni,

khususnya hukum perkawinan dan hukum waris dalam lingkup hukum

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sedangkan lingkup kajian

penelitian ini adalah suatu hal yang menyangkut tentang perlindungan hukum

terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian

ini antara lain untuk memperoleh analisis secara lengkap, rinci dan sistematis

mengenai:

1. Perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara.

2. Akibat hukum dari anak pada perkawinan sirri terhadap pewarisan menurut

hukum negara.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

9

3. Penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara.

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini mencakup manfaat secara teoritis maupun praktis, antara

lain sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperluas pengetahuan tentang

hukum perkawinan dan hukum waris dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia terkait dengan perlindungan hukum terhadap hak

waris anak pada perkawinan sirri. Penelitian ini juga dapat menjadi

sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum perdata murni

khususnya mengenai hukum perkawinan dan pewarisan dalam Islam.

2. Kegunaan Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut:

a. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca mengenai

hukum perkawinan dan pewarisan, khususnya terkait perlindungan hukum

terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri.

b. Sebagai lahan penelitian lanjutan bagi pihak yang membutuhkan referensi

sekaligus dapat digunakan untuk penelitian terkait perlindungan hukum

terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri.

c. Sebagai salah satu syarat akademis bagi penulis untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat

dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan

hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.10

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek

hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang

bersifat prefentif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang

tertulis.11

Berikut merupakan pengertian mengenai perlindungan hukum dari pendapat para

ahli, yakni sebagai berikut:

1. Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.12

2. Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa, perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak

10

Setiono, Rule Of Law (supremasi hukum), Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm. 3.

11

http://tesishukum.com. Diakses pada tanggal 10 September 2016 pukul 19.22 WIB.

12

Ibid.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

11

asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan

hukum dari kesewenangan.13

3. Menurut CST Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum

yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa

aman, baik secara pikiran maupun fisik dari ganguan dan berbagai ancaman

dari pihak manapun.14

4. Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum adalah sebagai kumpulan

peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.

Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan

terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak

terpenuhinya hak-hak tersebut.15

5. Menurut Muktie, A. Fadjar, perlindungan hukum adalah penyempitan arti

dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.

Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan

kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum

dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai

subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu

tindakan hukum.16

Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami,

yaitu sebagai berikut:

13

Ibid. 14

Ibid. 15

Ibid. 16

Ibid.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

12

1. Sarana perlindungan hukum preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan

untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah

terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi

tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena

dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong

untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada

diskresi.17

2. Sarana perlindungan hukum represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini.

prinsipperlindungan hukum terhadap tindakan pemerintahan bertumpu dan

bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep

tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban

masyarakat dan pemerintah.18

Bentuk perlindungan hukum terhadap hak waris anak yakni bahwa anak yang

lahir di dalam perkawinan sirri adalah anak yang sah karena ada pengakuan dari

ayahnya dan harus disertai putusan pengadilan. Pasal 42 Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan

17

Ibid. 18

Ibid.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

13

dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah, dan Pasal 43 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar

perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga

ibunya. Hal ini juga dikuatkan dengan ketentuan Pasal 186 Kompilasi Hukum

Islam mengenai waris yang menyebutkan bahwa anak yang lahir diluar

pekawinan hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan ibunya dan

keluarga dari pihak ibunya.

Sedangkan anak luar kawin atau anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri yang

tidak sempat diakui atau tidak pernah diakui oleh pewaris, berdasarkan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang menguji Pasal 43 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sehingga pasal

tersebut berbunyi, anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai

ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi

dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk

hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.

Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi akan berakibat pada perombakan

hukum keluarga di Indonesia secara signifikan. Hukum positif selama ini

menempatkan status hukum anak luar kawin berbeda dengan anak sah. Setelah

dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 maka

kedudukan anak luar kawin menjadi setara dengan anak yang lahir sebagai akibat

perkawinan yang sah.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

14

B. Hukum Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan dan Dasar Hukum Perkawinan

Nikah atau kawin menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti

hukum ialah akad atau perjanjian yang menjadikan halal hubungan seksual

sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di dalam

Pasal 1 dijelaskan bahwa, perkawinan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan bahwa

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Sedangkan Pasal 2 ayat (2), mengatur bahwa

tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.19

Pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan,

yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah

Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah dan perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Jadi prinsipnya pergaulan antara suami istri itu hendaklah sebagai berikut:

a. Pergaulan yang makruf atau pergaulan yang baik yaitu saling menjaga rahasia

masing-masing.

b. Pergaulan yang sakinah (pergaulan yang aman dan tenteram)

19

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

15

c. Pergaulan yang mengalami rasa mawaddah atau saling mencintai terutama di

masa muda.

d. Pergaulan yang disertai rahmah atau rasa santun-menyantuni terutama setelah

masa tua.20

Dasar hukum perkawinan dilihat dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Menurut Hukum Islam perkawinan dapat dihukumkan sebagai berikut:

a. Mubah (Jaiz), sebagai asal hukumnya;

b. Sunnah, bagi yang mau kawin dengan cukup mental dan ekonomi;

c. Wajib, bagi orang yang cukup ekonomi dan mental serta dikhawatirkan

terjebak dalam perbuatan zina (HR. Bukhari dari Abdullah bin Mas‟ud);

d. Haram, bagi orang yang berniat menyakiti perempuan yang dinikahinya;

e. Makruh, Pernikahan berubah menjadi makruh apabila pernikahan tersebut

dilakukan oleh orang yang belum mampu memberi nafkah.21

2. Tujuan dan Hikmah Melakukan Perkawinan

Salah satu tujuan dari perkawinan menurut perintah Allah ialah untuk

memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah

tangga yang damai dan teratur. Tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk

memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk

membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam

menjadikan hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta

20

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2004, hlm. 4. 21

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, hlm. 74

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

16

ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga

dan masyarakat.22

Secara rinci tujuan perkawinan yaitu sebagai berikut:

a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat

manusia;

b. Membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa;

c. Memperoleh keturunan yang sah;

d. Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang

halal, memperbesar rasa tanggung jawab;

e. Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah (keluarga

yang tentram, penuh cinta kasih, dan kasih sayang);

f. Ikatan perkawinan sebagai mitsaqan ghalizan sekaligus mentaati perintah

Allah SAW bertujuan untuk membentuk dan membina tercapainya ikatan

lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dalam

kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syari’at Hukum

Islam.23

Hikmah melakukan perkawinan yaitu sebagai berikut:

a. Menghindari terjadinya perzinahan;

b. Menikah dapat merendahkan pandangan mata dari melihat perempuan yang

diharamkan;

22

Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Jakarta, Graha Ilmu, 2010,

hlm. 11 23

Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, Bogor, Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 248.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

17

c. Menghindari terjadinya penyakit kelamin yang diakibakan oleh perzinahan

seperti AIDS;

d. Lebih menumbuhkembangkan kemantapan jiwa dan kedewasaan serta

tanggung jawab kepada keluarga;

e. Nikah merupakan setengah dari agama;

f. Menurut M. Idris Ramulyo hikmah perkawinan yaitu perkawinan dapat

menimbulkan kesungguhan, keberanian, dan rasa tanggung jawab kepada

keluarga, masyarakat dan negara. Perkawinan menghubungkan silaturahmi,

persaudaraan dan kegembiraan dalam menghadapi perjuangan hidup dalam

kehidupan masyarakat dan sosial.24

3. Rukun dan Syarat Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan mengatur mengenai rukun dan syarat-syarat melaksanakan

perkawinan.

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:

a. Calon suami;

b. Calon istri;

c. Wali nikah;

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan kabul.

Perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur

yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

24

Ibid., hlm. 11.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

18

Perkawinan yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon

istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Perkawinan hanya didasarkan atas

persetujuan kedua calon mempelai. Adapun bentuk persetujuan calon mempelai

wanita dapat berupa pernyataan yang tegas dan nyata dengan tulisan, lisan, atau

isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang

tegas. Karena sebelum berlangsungnya perkawinan Pegawai Pencatat Nikah

menanyakan terlebih dahulu persetujuan calon mempelai dihadapan dua orang

saksi nikah. Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang calon

mempelai maka perkawinan tersebut tidak dapat dilangsungkan. Apabila calon

mempelai tidak dapat menyampaikan secara lisan atau dengan kata lain tuna

rungu atau tuna wicara maka persetujuan dapat dilakukan dengan cara tulisan.

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, akan

tetapi dijelaskan dalam Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam, agar terjamin ketertiban

perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan tersebut harus dicatatkan.

pencatatan tersebut dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Perkawinan tersebut harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan

pegawai pencatat nikah, apabila perkawinan tersebut dilakukan di luar

pengawasan Pegawai Pencatat Nikah maka pernikahan tersebut tidak memiliki

kekuatan hukum, karena perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah

yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

19

4. Hak dan Kewajiban dalam Perkawinan

Hak dan kewajiban suami-istri yakni sebagai berikut:

a. Suami wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya berupa sandang,

pangan, dan papan;

b. Suami wajib melindungi istrinya;

c. Suami wajib membimbing terhadap istri dan rumah tangganya;

d. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi

kesempatan belajar pengetahuan yang berguna;

e. Selama tidak bertentangan dengan ajaran agama;

f. Istri wajib mendidik anak dan rumah tangganya serta menggunakan harta

nafkah suaminya dijalan yang lain25

.

Selain hak dan kewajiban antara suami dan istri terdapat pula kewajiban bersama

antara keduanya yakni sebagai berikut:

a. Suami-istri wajib menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah

yang bahagia;

b. Suami-istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, memberi

bantuan lahir batin;

c. Suami-istri wajib mengasuh, memelihara anak-anak mereka baik mengenai

pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasan pendidikan agama;

d. Suami-istri wajib menjaga kehormatannya.26

25

Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Op.Cit., hlm. 11. 26

Ibid.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

20

5. Kedudukan Anak dalam Perkawinan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 41

menjelaskan tentang kedudukan anak, bahwa anak yang sah adalah anak yang

dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Perkawinan adalah

sah apabila dilakukan menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Anak

yang dilahirkan diluar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan

ibunya dan keluarga ibunya.

Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh istrinya,

bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu akibat

dari perbuatan zina tersebut.

6. Akibat Hukum dari Suatu Perkawinan yang Sah

Akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah antara lain dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Menjadi halal melakukan hubungan seksual dan bersenang-senang antara

suami istri tersebut;

b. Mahar atau mas kawin yang diberikan menjadi milik sang istri;

c. Timbulnya hak-hak dan kewajiban antara suami istri, suami menjadi kepala

rumah tangga, dan istri menjadi ibu rumah tangga;

d. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menjadi anak yang sah;

e. Timbul kewajiban suami untuk membiayai dan mendidik anak-anak dan

istrinya serta mengusahakan tempat tinggal bersama;

f. Berhak saling mewarisi antara suami istri dan anak anak-anak dengan orang

tua;

g. Timbulah larangan perkawinan karena hubungan semenda;

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

21

h. Bapak berhak menjadi wali nikah bagi anak perempuannya;

i. Bila diantara suami atau istri meninggal salah satunya, maka yang lainnya

berhak menjadi pengawas terhadap anak-anak dan hartanya.27

C. Perkawinan Sirri

1. Pengertian Perkawinan Sirri

Kawin sirri adalah perkawinan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak

dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah atau Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dan

tidak di daftar di Kantor Urusan Agama (KUA). Nikah sirri ini juga lazim

disebut dengan nikah di bawah tangan.

Perkawinan sirri atau perkawinan di bawah tangan ialah perkawinan yang

dilaksanakan dengan tidak memenuhi syarat dan prosedur peraturan perundang-

undangan.28

Menurut Hukum Islam, perkawinan di bawah tangan atau sirri adalah sah,

asalkan telah terpenuhi syarat rukun perkawinan. Namun dari aspek peraturan

perundangan perkawinan sirri ini belum lengkap dikerenakan belum dicatatkan.

Pencatatan perkawinan hanya merupakan perbuatan administratif yang tidak

berpengaruh pada sah atau tidak nya perkawinan.29

Perkawinan sirri terdapat dua pengertian, yakni:

a. Nikah berdua saja, yaitu tidak ada saksi dan wali. Perkawinan yang seperti ini

sudah jelas haram dan tidak sah baik secara hukum positif yang berlaku

27

Mohd. Idris Ramulyo, op.cit., hlm. 248. 28

Abdul Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,

Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 309. 29

Ibid.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

22

maupun Hukum Islam. Perkawinan sirri yang dipahami oleh masyarakat

adalah perkawinan dibawah tangan, yang tidak dicatat oleh Kantor Urusan

Agama. Majelis Ulama Indonesia menerangkan bahwa perkawinan sirri

sepanjang terpenuhinya syarat hukum perkawinan, maka perkawinan itu

adalah sah.

b. Nikah sirri itu bisa haram apabila ada perlakuan yang merugikan istri atau

anak yang ditelantarkan karena mereka tidak memiliki landasan untuk

melakukan gugatan untuk melindungi dirinya karena tidak tercatat. MUI

merekomendasikan agar perkawinan sirri itu dicatatkan, sehingga tidak ada

korban istri maupun anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut.30

2. Sebab-Sebab Terjadinya Perkawinan Sirri

Sebab-sebab atau alasan-alasan pasangan suami istri melakukan perkawinan sirri

yakni sebagai berikut:

a. Tidak ada biaya

Perkawinan yang biasanya dilakukan tidak dicatatkan biasanya disebabkan

oleh faktor ekonomi, dimana pasangan suami istri tersebut tidak mampu

membayar biaya pencatatan perkawinan.

b. Karena perkawinan dibawah umur

Syarat melakukan perkawinan salah satunya yakni umur kedua calon

mempelai, pria yang ingin melakukan perkawinan minimal berumur 19 tahun

sedangan wanita minimal 16 tahun. Perkawinan sirri terjadi karena kedua

pasangan belum mencapai umur yang diperbolehkan Undang-Undang

Perkawinan melangsungkan perkawinan.

30

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih dan Hukum Positif,

Yogyakarta, UI Press, 2011, hlm. 212.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

23

c. Karena poligami

Ketatnya syarat-syarat poligami yang harus dipenuhi oleh suami,

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 65 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 55 sampai

dengan Pasal 59 Kompilasi Hukum Islam.31

Jika suami bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka menurut Pasal 4 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan

Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yang diubah oleh Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1990, ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari

atasannya.32

3. Akibat Hukum Perkawinan Sirri

Terdapat beberapa akibat hukum dari perkawinan sirri, yaitu:

a. Perkawinan sirri mengakibatkan nikah tidak tercatat pada Pejabat Pencatat

Nikah (PPN) atau tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga

pernikahan tersebut tidak mempunyai kekuatan legal formal.

b. Perkawinan sirri dapat merugikan istri dan anak yang diperoleh dari

perkawinan sirri tersebut, misalnya ketika mengurus akta kelahiran

mengalami kesulitan, ketika terjadi perceraian istri sulit atau tidak bisa

memproses perkaranya seperti harta gono-gini atau nafkah iddah yang

diberikan mantan suami kepada mantan istrinya ke pengadilan agama karena

pernikahannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA).

31

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan tidak Dicatat, Jakarta, Sinar

Grafika, 2012, hlm. 347. 32

Ibid.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

24

c. Perkawinan sirri dapat merugikan istri dan anaknya bila suami atau ayahnya

meninggal dunia dalam hal pembagian harta warisnya oleh pengadilan

agama, karena tidak ada bukti bahwa ia adalah istri dari suami yang

meninggal dunia, atau anak tersebut adalah anak dari ayah yang meninggal

dunia.33

Perkawinan sirri dapat diajukan penetapan (itsbat) nikah ke Pengadilan Agama,

agar perkawinan yang telah dilangsungkannya secara sirri dilegalformalkan.

Apabila Pengadilan Agama menerima permohonannya itu, maka akan keluar

surat penetapan dari Pengadilan Agama dan berdasarkan penetapan itu Kantor

Urusan Agama dapat mencatat atau meregistrasi perkawinannya dan memperoleh

akta nikah.34

Perkawinan sah yang disembunyikan dalam hal ini perkawinan sirri yang

memenuhi rukun dan syarat perkawinan adalah perkawinan yang sah. Anak-anak

yang lahir dari perkawinan tersebut adalah anak sah. Hubungan hukum antara

anak tersebut dengan kedua orang tuanya adalah terjadi hubungan nasab dan

dapat saling mewaris.35

D. Hukum Waris

1. Pengertian Waris dan Dasar Hukum Waris

a. Pengertian Waris

Hukum waris yang diatur dalam KUHPerdata adalah kumpulan peraturan yang

mengatur mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai

33

Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Op. Cit., hlm. 17. 34

Ibid. 35

Neng Djubaidah, Op.Cit. hlm. 350.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

25

peralihan harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dan akibat dari

peralihan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan

antara mereka atau dengan pihak ketiga.36

Pengertian tersebut sama halnya

dengan pewarisan berdasarkan kewarisan Islam.

Kekayaan adalah sejumlah harta benda yang ditinggalkan seseorang yang

meninggal dunia yang dapat dinilai dengan uang. Beralihnya harta kekayaan

seseorang kepada ahli warisnya disebut proses pewarisan.

Unsur-unsur terjadinya pewarisan karena kematian atau rukun mewaris menurut

kewarisan Islam adalah:

1) Adanya pewaris, yakni seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki

ataupun perempuan dan meninggalkan sejumlah harta kekayaan dan hak-hak

yang diperoleh beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan selama

hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat pada orang

yang masih hidup.

2) Adanya ahli waris yakni seseorang yang berhak menerima harta warisan. Di

dalam kewarisan Islam, ahli waris digolongkan menjadi tiga, yaitu ahli waris

dzul faraid, ahli waris ashabah, dan ahli waris dzul arham.

Ahli waris Dzul faraid adalah ahli waris yang mendapat bagian menurut

ketentuan-ketentuan yang telah diterangkan di dalam Al-Qur‟an dan Hadits.

Ahli waris ashabah adalah ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu,

tetapi mereka berhak mendapatkan seluruh harta jika tidak ada ahli waris

Dzul faraid, dan mendapatkan seluruh sisa harta peninggalan setelah

36

Aprilianti dan Rosida Idrus, Kapita Selekta Hukum Waris Berdasarkan KUHPerdata,

Bandar Lampung, Lembaga Penerbit Universitas Lampung, 2013, hlm. 2.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

26

dibagikan kepada ahli waris dzul faraid, atau tidak menerima apa-apa, karena

harta peninggalan sudah habis dibagikan kepada ahli waris dzul faraid.

Sedangkan yang dimaksud dengan ahli waris dzul arham adalah ahli waris

yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris melalui anggota keluarga

perempuan.37

Sedangkan ahli waris menurut hukum perdata dalam KUHPerdata dibagi

dalam empat golongan yakni golongan I terdiri dari Janda/Duda dan anak-

anak serta keturunannya, golongan II terdiri dari orang tua dan saudara-

saudara serta keturunannya, golongan III terdiri dari kakek dan nenek dalam

garis lurus keatas, golongan IV terdiri atas sanak saudara dalam garis

kesamping sampai derajat keenam.38

3) Adanya harta warisan yakni harta kekayaan yang dapat dinilai oleh uang

milik pewaris yang akan dibagikan kepada ahli waris.

Sesuai dengan hukum adat dan Hukum Islam, pada dasarnya pewarisan

adalah berpindahnya harta dari tangan yang meninggal dunia terhadap semua

ahli waris, berupa barang-barang peninggalan dalam keadaan bersih. Artinya

sudah dikurangi dengan pembayaran utang-utang dari orang yang

meninggalkan warisan serta dengan pembayaran-pembayaran lain yang

disebabkan oleh meninggalnya orang yang meninggalkan warisan.39

37

Wati Rahmi Ria, Hukum Waris Islam, Bandar Lampung, Lembaga Penelitian

Universitas Lampung, cetakan kedua, 2011, hlm. 50. 38

Aprilianti dan Rosida Idrus, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, Bandar Lampung, Justice Publisher, 2014, hlm. 49. 39

Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2000,

hlm. 16.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

27

b. Dasar Hukum Waris

Dasar hukum waris perdata yakni didasarkan atas Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata atau disebut KUHPerdata. Dasar hukum waris Islam yakni antara lain

didasarkan atas ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis-hadis yang berkaitan dengan

masalah pewarisan. Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah kewarisan anak

secara langsung maupun tidak langsung di dalam Al-Qur‟an dapat dijumpai

dalam beberapa surat dan ayat, yaitu sebagai berikut:

1) Menyangkut tanggung jawab orang tua dan anak ditemui dalam Al-Qur‟an

surat 2 ayat 233.

2) Menyangkut harta pusaka dan pewarisannya di temui dalam Al-Qur‟an surat

4 ayat 33, surat 8 ayat 75, surat 33 ayat 6.

3) Menyangkut aturan pembagian harta warisan, ditemukan dalam Al-Qur‟an

surat 4 ayat 7-4, 34, dan ayat 176.

4) Ayat-ayat yang memberikan penjelasan tambahan mengenai kewarisan (berisi

pengertian pembantu).40

Dasar hukum dari hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah kewarisan yakni

hadis-hadis yang diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Tentang cara untuk mengadakan pembagian warisan (hadis dari Abbas);

2) Orang yang berbeda agama tidak saling waris-mewarisi (hadis dari Usmah

Putra Zaid);

3) Bagian anak perempuan, cucu perempuan dan saudara perempuan (hadis dari

Ibnu Mas‟ud);

4) Bagian datuk dari harta warisan cucunya (Hadis dari Imam Putra Hushain);

40

Wati Rahmi Ria, Op.Cit., hlm. 19.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

28

5) Bagian nenek dari cucu yang tidak punya ibu(Hadis dari Ibnu Buraidah);

6) Paman menjadi ahli waris ponakannya (Hadis riwayat Miqdam putra Ma‟di

Kariba);

7) Bayi sama haknya dengan orang dewasa (Hadis dari Jabir);

8) Pembunuh pewaris tidak menjadi ahli waris (Hadis dari Amr Putra Syu‟aib);

9) Tentang Ashabah (Hadis riwayat Al-bukhari dan Muslim dan Abu Hurairah);

10) Tentang „Aul (Abbas bin Abdul Muthalub);

11) Tentang waktu untuk menetapkan kematian (Hadis riwayat Al-Bukhari dan

Asy-Syafi‟i);

12) Tentang anak zina dan Li‟an (Hadis dari Ibnu Umar).41

Meskipun Al-Qur‟an dan Al-Hadis sudah memberikan ketentuan terperinci

mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih diperlukan adanya

ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam Al-qur‟an maupun Al-

Hadis. Misalnya mengenai pembagian warisan banci (waria), diberikan kepada

siapa harta warisan yang tidak habis terbagi, bagian ibu apabila hanya bersama-

sama dengan ayah dan suami atau istri dan sebagainya.42

2. Tirkah dan Hak-Hak yang Terkait

a. Definisi dan Unsur Tirkah

Tirkah adalah seluruh yang ditinggalkan mayit berupa harta dan hak-hak yang

tetap secara mutlak. Tirkah mencakup empat hal, yaitu sebagai berikut:

41

Ibid, hlm. 27. 42

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam (Sebagai Pembaharuan

Hukum Positif di Indonesia), Sinar Grafika, hlm. 22.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

29

1) Kebendaan, berupa benda-benda bergerak dan benda-benda tidak

bergerak;

2) Hak-hak yang mempunyai nilai kebendaan, seperti hak monopoli untuk

memberdayagunakan dan menarik hasil dari suatu jalan, sumber air

minum, dan lain sebagainya;

3) Sesuatu yang dilakukan oleh mayit sebelum ia meninggal dunia, seperti

khamar yang telah menjadi cuka setelah ia meninggal dunia, dan jerat

yang menghasilkan binatang buruan, setelah ia meninggal dunia.

Keduanya diwariskan kepada ahli waris si mayit.

4) Diyat atau denda yang dibayarkan oleh pembunuh yang melakukan

pembunuhan karena khilaf.43

b. Hak-Hak yang Terkait dengan Tirkah

Apabila seseorang meninggal dunia, tentunya tidak terlepas dari apakah si mayit

mempunyai tirkah atau tidak. Seandainya ia mempunyai tirkah, maka tirkah

tersebut berkaitan erat dengan lima hak, yaitu sebagai berikut:

1) Biaya-biaya perawatan si mayit

Biaya-biaya perawatan si mayit adalah biaya harta peninggalan si mayit.

Perawatan si mayit yang dimaksud ialah segala sesuatu yang dibutuhkan si

mayit sejak ia meninggal dunia sampai berbaring di dalam kubur, yakni

berupa biaya-biaya untuk memandikan, mengkafani, mengusung, menggali

kuburan, dan menguburkannya.44

43

Komite Fakultas Syariah, Op.Cit., hlm. 68 44

Ibid. hlm. 69.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

30

2) Hak-hak yang terkait dengan harta warisan

Hak-hak yang termasuk adalah utang yang digadaikan, diyah janayah (denda

tindakan kriminal) seorang budak, dan zakat yang diwajibkan pada harta

benda sebelum menjadi tirkah.45

3) Utang-utang mursalah

Utang-utang mursalah adalah utang-utang mutlaqah, yakni utang yang tidak

berkaitan dengan wujud harta peninggalan, tetapi berkaitan langsung dengan

tanggungan si mayit.46

4) Wasiat

Wasiat untuk selain ahli waris, hukumnya boleh dan sah, dengan jumlah

maksimal sepertiga dari harta waris atau kurang dari sepertiga.

5) Harta waris

Harta waris adalah pergantian yang berhubungan dengan si mayit dalam harta

dan haknya, baik secara kerabat, perkawinan, maupun seseorang yang sangat

dekat dengan pewaris.

3. Rukun, Sebab-Sebab Mewaris, dan Syarat Kewarisan.

a. Rukun Mewaris

Rukun adalah keberadaan sesuatu yang menjadi bagian atas keberadaan satu

sama lain, dengan kata lain rukun adalah sesuatu yang keberadaannya mampu

menggambarkan sesuatu yang lain, baik sesuatu itu hanya bagian dari sesuatu

yang lain maupun yang mengkhususkan sesuatu itu.47

45

Ibid. 46

Ibid. 47

Ibid. hlm. 27.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

31

Rukun-rukun untuk mewaris ada tiga, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Muwarrits, yaitu orang yang meninggal dunia atau mati, baik mati hakiki

maupun hati hukmiy yakni kematian yang dinyatakan oleh keputusan hakim

atas dasar beberapa sebab, kendati sebenarnya belum mati, yang

meninggalkan harta atau hak;

2) Al-Warits, yaitu orang hidup atau anak dalam kandungan yang mempunyai

hak mewarisi, meskipun dalam kasus tertentu akan terhalang;

3) Al-Muuruts, yaitu harta benda yang menjadi warisan. Sebagian ulama faraidh

menyebutkannya dengan mirats atau irts. Termasuk dalam kategori warisan

adalah harta-harta atau hak-hak yang mungkin dapat diwariskan, seperti hak

qaishash (perdata), hak menahan barang yang belum dilunasi

pembayarannya, dan hak manahan barang gadaian.

b. Sebab-Sebab Mewaris

Ada empat sebab hubungan seseorang dapat menerima harta warisan dari

seseorang yang telah meninggal dunia, yaitu sebagai berikut:

1) Hubungan perkawinan

Perkawinan yang sah menimbulkan hubungan kewarisan. Jika suami

meninggal dunia, maka istrinya mewarisi harta suaminya. Demikian juga

seorang istri meninggal dunia maka suaminya mewarisi harta istrinya.

2) Hubungan kekerabatan (nasab)

Yang dimaksud dengan hubungan kekerabatan adalah hubungan darah atau

hubungan keluarga. Hubungan kekerabatan ini menimbulkan hak mewarisi

jika salah satu meninggal dunia. Misalnya, antara anak dengan orang tuanya.

Apabila orang tuanya meninggal dunia, maka anak tersebut mewarisi warisan

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

32

dari orang tuanya. Demikian sebaliknya jika anak yang meninggal dunia

maka orang tua mewarisi warisan anaknya.

3) Wala’ (pemerdekaan budak)

Wala’ yaitu hubungan hukmiah, hubungan yang ditetapkan oleh Hukum

Islam, karena tuannya telah memberikan kenikmatan hidup merdeka dan

mengembalikan hak asasi kemanusiaan kepada budaknya.48

4) Hubungan sesama Islam.

Hubungan sesama Islam dimaksud disini terjadi apabila seseorang yang

meninggal dunia tidak memiliki ahli waris, maka harta warisannya itu

diserahkan kepada perbendaharaan umum atau yang disebut Baitul Maal yang

akan digunakan oleh umat Islam. Dengan demikian, harta orang Islam yang

tidak mempunyai ahli waris itu diwarisi oleh umat Islam.49

c. Syarat-Syarat Kewarisan

Ada tiga syarat kewarisan yaitu pertama, meninggal dunianya pewaris yang

dimaksud disini adalah meninggal dunianya baik secara hakiki, meninggal secara

hukmi, dan meninggal dunia taqdiri. Tanpa ada kepastian bahwa ahli waris

meninggal dunia, warisan tidak boleh dibagikan kepada ahli waris. Kedua, hidup

ahli waris juga harus jelas pada saat pewaris meninggal dunia. Ahli waris

merupakan pengganti untuk menguasai warisan yang ditinggal oleh pewaris.

Perpindahan harta warisan diperoleh melalui jalan kewarisan. Oleh karena itu,

setelah pewaris meninggal dunia, ahli warisnya harus benar-benar hidup. Ketiga,

mengetahui status kewarisan. Agar seseorang dapat mewarisi harta orang yang

meninggal dunia, haruslah jelas hubungan antara keduanya. Misalnya, hubungan

48

Wati Rahmi Ria, Op.Cit., hlm. 44. 49

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Op.Cit., hlm. 75.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

33

suami-istri, hubungan orang tua dan anak serta hubungan saudara, baik

sekandung, sebapak, maupun seibu.50

4. Penggolongan Ahli Waris

Ahli waris di dalam hukum waris Islam dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Ashabul Furudh atau Dzawil Furudh

Ashabul Furudh adalah orang yang mempunyai bagian harta peninggalan

yang sudah ditentukan oleh Al-qur‟an, Sunnah dan Ijmak. Adapun bagian

yang sudah ditentukan adalah ½, ¼, 1/8, 1/3, 2/3, dan 1/6.

b. Ashabah

Ashabah, yaitu golongan ahli waris yang bagian haknya tidak tertentu, tetapi

mendapatkan bagian sisa dari ahli waris yang mendapatkan bagian pasti atau

mendapat bagian semuanya jika tidak ada ahli waris yang mendapat bagian

pasti.

c. Dzawil Arham

Dzawil Arham, adalah golongan ahli waris yang tidak termasuk golongan

Ashabul Furudh ataupun Ashobah, ahli waris golongan ini baru mewaris jika

tidak ada ahli waris yang termasuk dalam kedua golongan tersebut.

Ahli waris dalam KUHPerdata dapat dikelompokkan menjadi empat golongan

yaitu sebagai berikut:51

50

Ibid., hlm 46. 51

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,

Bandung, Refika Aditama, 2007, hlm. 30.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

34

a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak

beserta keturunan mereka beserta suami atau istri yang ditinggalkan atau yang

hidup paling lama. Suami atau istri yang ditinggalkan atau hidup paling lama

ini baru diakui sebagai ahli waris pada tahun 1935, sedangkan sebelumnya

suami atau istri tidak saling mewarisi;

b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus keatas, meliputi orang tua dan

saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi

orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak

akan kurang dari seperempat bagian dari harta peninggalan, walaupun mereka

mewaris bersama-sama saudara pewaris;

c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari

pewaris;

d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan

sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.

5. Anak Luar Kawin

Kompilasi Hukum Islam tidak mengatur dengan tegas pengertian anak luar

kawin. Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam hanya menegaskan bahwa anak yang

lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan

tentunya hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan ibunya dan

keluarga ibunya.52

Anak yang lahir diluar perkawinan tersebut lazim disebut anak

luar kawin, sebenarnya kembali dalam pengertian semua anak yang dilahirkan

oleh seorang perempuan dan perempuan tersebut tidak terikat oleh perkawinan

yang sah yang dapat dibuktikan dengan akta pernikahan yang dibuat oleh

52

Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Malang, PT.

Citra Aditya Bakti, 1998, hlm. 186.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

35

Pegawai Pencatat Nikah. Akan tetapi pernikahan tersebut tidak dapat dibuktikan

karena tidak memiliki akta nikah dengan demikian bahwa berarti perkawinan

tersebut tidak di catatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan pernikahan tersebut

tidak sah menurut hukum meskipun sah menurut Hukum Islam.

KUHPerdata mengatur tentang pembagian anak luar kawin yang diatur dalam

Pasal 862 sampai dengan Pasal 873 BW. Apabila pewaris meninggalkan

keturunan yang sah atau seorang suami atau istri, maka anak luar kawin akan

mewaris sepertiga bagian.

6. Wasiat dan Wasiat Wajibah

Terdapat beberapa hukum yang berbeda bagi para individu yang akan berwasiat,

sesuai dengan objek wasiat tersebut.53

a. Hukum wasiat adalah wajib apabila berkaitan dengan penunaian hak-hak

Allah SWT. seperti zakat, fidiah dan kafarat; demikian juga halnya apabila

berkaitan dengan penunaian hak-hak pribadi seseorang yang hanya bisa

diketahui melalui wasiat, seperti mengembalikan harta pinjaman dan utang;

b. Sunnah, apabila ditujukan kepada karib kerabat yang tidak mendapat bagian

warisan, atau kepada orang-orang yang membutuhkan;

c. Mubah (boleh), apabila ditujukan kepada orang kaya tujuan persahabatan atau

balas jasa; haram dan tidak sah, apabila ditujukan pada sesuatu yang bersifat

maksiat, seperti mewasiatkan khamar atau menuman keras; dan makruh

apabila harta orang yang berwasiat itu sedikit, sedangkan ahli warisnya

banyak.

53

Ahmad Kamil dan Fauzan, Op.Cit., hlm. 131.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

36

d. Haram, apabila bertujuan untuk sesuatu yang diharamkan dan perbuatan

maksiat;

e. Makruh, seperti melakukan perbuatan yang dibenci oleh agama, misalnya

membangun masjid di atas kuburan.54

Ulama fikih mensyaratkan bahwa lembaga atau pribadi penerima wasiat harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Penerima wasiat adalah orang yang ditunjuk secara khusus bahwa ia berhak

menerima wasiat;

b. Penerima wasiat mesti jelas identitasnya, sehingga wasiat dapat diberikan

kepadanya;

c. Penerima wasiat tidak berada di daerah musuh;

d. Penerima wasiat bukan orang yang membunuh pemberi wasiat;

e. Penerima wasiat bukan kafir harbi (kafir yang memusuhi Islam), akan tetapi

diperbolehkan wasiat kepada kafir zimmi selama dia bersifat adil;

f. Wasiat tidak dimaksudkan untuk merugikan umat Islam atau suatu maksiat;

g. Penerima wasiat bukan ahli waris.55

Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukkan kepada para ahli waris

atau kerabat yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat,

karena adanya suatu halangan syara’ . 56

Wasiat di dalam KUHPerdata dikenal dengan istilah testament. Pasal 875

KUHPerdata memberi definisi terhadap surat wasiat atau testament yaitu suatu

54

Ibid., hlm. 132. 55

Ibid., hlm. 135. 56

Rachmad Budiono, Op.Cit., hlm. 145.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

37

akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan

terjadi setelah ia wafat, dan juga olehnya dapat dicabut lagi sebelum ia wafat.

Surat wasiat adalah suatu akta, suatu keterangan yang dibuat sebagai pembuktian

dengan campur tangannya seorang pejabat resmi.

E. Prinsip-Prinsip dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ditentukan prinsip-

prinsip atau asas-asas mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan perkawinan57

. Asas-asas yang tercantum dalam Undang-

Undang Perkawinan ialah sebagai berikut:

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai

kesejahteraan spiritual dan materiil.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur bahwa

suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan di samping itu tiap-tiap

perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatan-

pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya

kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan suatu akta

resmi yang juga dimuat dalam daftar pencatatan.

57

Sudarsono, hukum Kekeluargaan Nasional, Op.Cit. hlm. 163

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

38

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan selanjutnya dalam

penelitian ini disebut Undang-Undang Perkawinan menganut asas monogami.

Hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan

agama dari yang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri

lebih dari seorang. Namun demikian perkawinan seorang suami dengan lebih

dari seorang istri, meskipun hal tersebut dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan, hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi berbagai pesyaratan

tertentu dan diputuskan oleh Pengadilan.

4. Undang-Undang Perkawinan menganut prinsip, bahwa calon suami istri itu

harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melaksanakan perkawinan, agar

dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada

percaraian dan dapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah

adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibawah umur.

Perkawinan mempunyai hubungan dengan kependudukan. Bahwa batas umur

yang lebih rendah bagi wanita untuk melakukan perkawinan, mengakibatkan

laju kelahiran lebih tinggi jika dibanding dengan batas umur yang lebih

tinggi.

Masalah kependudukan tersebut mengakibatkan Undang-Undang Perkawinan

menentukan batasan umur untuk melakukan perkawinan baik bagi pria

maupun bagi wanita, ialah 19 tahun bagi pria dan16 tahun bagi wanita.

5. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal

dan sejahtera, oleh sebab itu Undang-Undang Perkawinan menganut prinsip

untuk mempersukar terjadinya perceraian. Untuk melakukan perceraian

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

39

Undang-Undang Perkawinan memberikan syarat-syarat alasan tertentu

dilakukannya perceraian, serta harus dilakukan di depan Pengadilan.

6. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami

baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat,

sehingga segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan

bersama oleh suami.58

F. Kerangka Pikir

Keterangan:

Perkawinan sirri adalah perkawinan yang dilakukan secara diam-diam, rahasia,

dan tidak dicatatkan. Perkawinan sirri atau perkawinan yang tidak dicatatkan ini

diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dimana pasal ini mengatur bahwa tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkawinan sirri merupakan perkawinan yang tidak mengikuti peraturan yang

berlaku karena perkawinan tersebut tidak dicatatkan. Perkawinan sirri adalah

58

Ibid., hlm. 164

Perkawinan Sirri Berdasakan Hukum Positif di

Indonesia

Akibat hukum dari

anak pada

perkawinan sirri

Perlindungan

hukum terhadap

hak waris anak

pada perkawinan

sirri

Penyelesaian

hukum dalam

pewarisan anak

pada perkawinan

sirri

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

40

suatu bentuk perkawinan yang sah menurut Hukum Islam, karena perkawinan

tersebut dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah ketentuan dalam syari’at

Islam. Perkawinan sirri adalah bentuk perkawinan yang sah menurut hukum

Islam akan tetapi tidak sempurna karena tidak mengikuti aturan yang terdapat

dalam Undang-Undang Perkawinan yaitu aturan negara. Sehingga perkawinan

sirri tersebut tidak memiliki kekuatan hukum.

Perkawinan sirri yang tidak sempurna karena tidak dicatatkan ini memiliki akibat

yuridis terhadap anak yang dilahirkan. Seorang anak yang dilahirkan memiliki

hak terhadap kedua orang tuanya kelak. Hak seorang anak salah satunya adalah

hak untuk memperoleh warisan dari kedua orang tuanya apabila kelak salah satu

dari kedua orang tuanya meninggal dunia. Terutama jika ayah nya meninggal,

maka anak yang terlahir dari perkawinan sirri tersebut berhak mendapatkan hak

waris sebagaimana layaknya anak yang terlahir dari perkawinan sempurna.

Hukum negara sebagai petunjuk arah atau jalan keluar terhadap masalah yang

timbul dari perkawinan sirri serta dapat memberikan solusi dan keterangan yang

jelas terhadap perkawinan sirri agar terlindungi hak waris anak dalam

perkawinan tersebut menurut hukum negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 adalah jalan keluar terbaik

untuk dapat memecahkan masalah yang ditimbulkan dalam perkawinan sirri serta

memberikan solusi dan keterangan yang jelas terhadap perkawinan sirri dan hak

waris terhadap anak pada perkawinan sirri tersebut.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

41

III. METODE PENELITIAN

Agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap terhadap permasalahan yang

diteliti digunakan metode-metode tertentu yang sesuai dengan kebutuhan

penelitian ini. Metode penelitian tersebut diperlukan dalam upaya memperoleh

data yang benar-benar objektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara ilmiah.59

A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang

disebut juga dengan penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum

dogmatik karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum.60

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji bahan-bahan pustaka dan

perundang-undangan terkait dengan perlindungan hukum terhadap hak waris

anak pada perkawinan sirri dalam hal ini yang menyangkut permasalahan

perkawinan, pewarisan dan hak anak yang harus dipenuhi yakni salah satunya

adalah hak waris anak.

59

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya

Bakti, 2004, hlm. 134. 60

Ibid. hlm. 102.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

42

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah tipe penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk

memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang

berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis

yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.61

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi secara lengkap dan jelas

mengenai hak waris terhadap anak pada perkawinan sirri, perlindungan

hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri menurut hukum

negara, dan penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri

menurut hukum negara.

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

secara yuridis normatif, dimana pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan

yang dilakukan dengan cara mempelajari perundang-undangan, teori-teori dan

konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.62

C. Sumber dan Jenis Data

Sesuai dengan hal yang akan diteliti dan pendekatan masalah yang digunakan,

maka pada prinsipnya penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, dimana

data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mencatat

61

Ibid. hlm. 50. 62

http://digilib.unila.ac.id, diakses pada tanggal 9 Agustus 2016 pukul 10:19 WIB.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

43

bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Data sekunder

ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

c. Kompilasi Hukum Islam;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami

bahan hukum primer, yang berupa literatur-literatur ilmu pengetahuan hukum

perkawinan dan pewarisan serta konsep-konsep yang ada hubungannya

dengan penulisan skripsi ini.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum primer dan sekunder yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Pengumpulan data-data sekunder

dilakukan melalui studi kepustakaan.

Studi pustaka yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

44

sekunder yaitu melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi dengan cara

membaca dan mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

E. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data, diperoleh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 63

1. Pemeriksaan Data, yaitu proses meneliti kembali data yang diperoleh dari

berbagai kepustakaan yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah sesuai

dengan masalah.

2. Rekonstruksi Data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntun logis

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

3. Sistematika Data, yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika

bahan berdasarkan urutan masalah.

F. Analisis Data

Selanjutnya setelah data diperoleh dianalisa secara analisis kualitatif termasuk di

dalamnya adalah teknik untuk memuaskan kebenaran dan memperoleh

pengetahuan.

Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan kerangka berfikir sebagai

berikut:

1. Metode Deduktif

Metode deduktif yaitu dengan cara menjelaskan dalil-dalil umum atau

generalisasi-generalisasi atau teori-teori umum sebagai dasar pikiran untuk

63

Abdulkadir, Muhammad. Op.cit., hlm.126

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

45

disetujui ataupun ditolak. Metode ini dipakai untuk menganalisa data-data

umum dan kemudian ditarik pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

Maksudnya dimulai dari menerangkan perlindungan hukum terhadap anak

pada perkawinan sirri atau perkawinan yang tidak dicatatkan, akibat hukum

dari suatu perkawinan yang tidak dicatatkan tersebut terhadap hak waris

anaknya.

2. Metode Induktif

Metode Induktif yaitu suatu cara penganalisaan terhadap suatu objek tertentu

yang bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal yang kuasa. Kemudian

menarik kesimpulan yang bersifat umum.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

87

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan dalam

penulisan ini yaitu:

1. Perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara ini dilihat dari kedudukan perkawinan sirri, bahwa

perkawinan sirri adalah sah menurut Hukum Islam karena dilaksanakan

sesuai dengan syari‟at Islam. Perkawinan sirri adalah perkawinan yang sah

secara Hukum Islam dan hukum negara, karena Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)

tidak menyatakan bahwa sah atau tidaknya seorang anak tergantung pada

dicatat atau tidaknya suatu perkawinan.

Perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara dapat dilihat pula dari Pasal 171 huruf C Kompilasi Hukum

Islam, yang mengatur bahwa seorang ahli waris adalah orang yang

mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris,

beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

2. Akibat hukum dari anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara

bahwa anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri dimana perkawinan sirri

tersebut dianggap tidak ada oleh negara karena tidak dicatatkan. Maka, anak

yang lahir dari perkawinan sirri dianggap sebagai anak luar kawin meskipun

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

88

anak tersebut dilahirkan dari perkawinan yang sah secara syari‟at Islam.

Konsekuensi yang didapatkan adalah, anak yang lahir dari perkawinan sirri

hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya.

3. Penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi menjelaskan

bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri adalah sama kedudukannya

dengan anak luar kawin. Anak yang lahir diluar perkawinan menurut hukum

negara hanya bisa memperoleh warisan dari ayahnya dengan cara diberi

wasiat yang ditujukan kepadanya.

Penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut

hukum negara setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi menjelaskan

bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri berhak mendapatkan waris dari

ayahnya, selama dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan

teknologi menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan

perdata dengan keluarga ayahnya.

B. Saran

Banyaknya masyarakat yang melakukan perkawinan sirri memberi dampak

bahwa anak yang lahir di dalam perkawinan sirri sulit untuk membuktikan

bahwa anak tersebut adalah anak yang sah. Salah satu penyebab banyaknya

masyarakat yang melakukan perkawinan sirri adalah kurangnya pengetahuan

masyarakat akan hukum.

Maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, dari pemerintah atau pemuka

agama akan dampak-dampak negatif dari pernikahan sirri. KUA (Kantor Urusan

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

89

Agama) sebagai instansi pemerintah yang bertugas melakukan pencatatan

perkawinan harus berperan aktif dalam masyarakat yaitu mensosialisasikan

bagaimana tata cara pencatatan perkawinan dan dampak yang ditimbulkan

apabila suatu perkawinan tidak dicatatkan. Menghimbau kepada perempuan,

agar perlu mempertimbangkan kembali untuk melakukan perkawinan sirri,

karena dampak hukum dari perkawinan sirri sangat merugikan pihak perempuan

dan anaknya kelak.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Suci

Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan terjemahan, 2008, diponegoro,

Bandung.

B. Buku

Ali, Zainuddin. 2012. “Hukum Perdata Islam di Indonesia”. Jakarta: Sinar

Grafika.

Amnawaty. 2015. Reformasi Sistem Hukum Pencatatan Perkawinan Bagi Warga

Muslim Dalam Rangka Perlindungan Hukum Anak Pada Perkawinan Tidak

Dicatat. Disertasi Doktor pada Undip. Semarang: tidak diterbitkan.

Anshori, Abdul Ghofur. 2011. “Hukum Perkawinan Islam Perpektif Fikih dan

Hukum Positif”. Yogyakarta: UI Press.

Aprilianti dan Rosida Idrus. 2013. “Kapita Selekta Hukum Waris Berdasarkan

KUHPerdata”. Bandar Lampung: Lembaga Penerbit Universitas Lampung.

. 2014. “Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata”. Bandar Lampung: Justice Publisher.

Asshiddiqie, Jimly. 2011. “Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia”.

Jakarta: Sinar Grafika.

Budiono, Rachmad. 1998. “Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia”.

Malang: PT. Citra Aditya Bakti.

. 1999. “Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia”. Bandung:

Aditya Bakti.

Djubaidah, Neng. 2012. “Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat

(menurut hukum tertulis di Indonesia dan hukum islam)”. Jakarta: Sinar

Grafika.

Idris Ramulyo, Mohd.. 1996. “Hukum Perkawinan Islam”. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

Kansil, C.S.T. 1999. “Latihan Ujian Pengantar Ilmu Hukum”. Jakarta: Sinar

Grafika.

Kamil, Ahmad dan Fauzan. 2010. “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak

di Indonesia”. Jakarta: Rajawali Pers.

Komite Fakultas Syariah. 2004. “Hukum Waris”. Jakarta: Senayan Abadi

Publishing.

Mardani. 2009. “Bunga Rampai Hukum Aktual”. Bogor. Ghalia Indonesia.

. 2010. “Hukum Perkawinan Islam di dunia Islam Modern”. Jakarta: Graha

Ilmu.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. “Hukum dan Penelitian hukum”. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Muhibbin, Moh. Dan Abdul Wahid. “Hukum Kewarisan Islam”. Sinar Grafika.

Oemarsalim. 2000. “Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia”. Jakarta: Rineka

Cipta.

Perangin, Effendi. 2005. “Hukum Waris”. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Rahman, Abdul. 1996. “Perkawinan dalam Syari’at Islam”. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Rahmi Ria, Wati. 2011. “Hukum Waris Islam”. Bandar Lampung: Lembaga

Penelitian Universitas Lampung.

Ramulyo, Idris. 2004. “Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Pidana, dan Zakat Menurut Hukum Islam”. Jakarta: Sinar

Grafika.

Rofiq, Ahmad. 2003. “Hukum Islam di Indonesia”. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Setiono. 2004. “Rule Of Law (Supremasi Hukum)”. Surakarta: Magister Ilmu

Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Shomad, Abdul. 2010. “Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum

Indonesia”. Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.

Sudarsono. “Pokok-Pokok Hukum Islam”. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparman, Eman. 2007. “Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat,

dan BW”. Bandung: Refika Aditama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembang Bahasa. 1990. “KBBI”.

Jakarta: Balai Pustaka.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS …digilib.unila.ac.id/26113/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan ...

C. Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Lainnya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

D. Jurnal

Aminah, Siti. Januari 2014. “Hukum Nikah di Bawah Tangan (Nikah Siri)”.

Jurnal Cendikia. Volume12, No. 1.

Bafadhal, Faizah. Maret 2014. “Itsbat Nikah dan Implikasinya terhadap Status

Perkawinan Menurut Peraturan Perundang-Undangan”. Jurnal Ilmu Hukum.

Budhayati, Christina Tri. Oktober 2012. “Putusan MK No. 45/PUU-VIII/2010

Merombak Hukum Keluarga di Indonesia”. Jurnal Ilmu Hukum Refleksi

Hukum.

Budiono, Muhammad. Juni 2013. “Dampak Sosial Nikah Siri”. Al-hukama.

Volume 13, No. 1.

Olivia, Fitria. Agustus 2014. “Akibat Hukum Terhadap Anak Hasil Perkawinan

Siri Pasca Putusan MK”. Lex Jurnalica. Volume 11, No. 2.

Subarman, Munir. Juni 2013. “Nikah di Bawah Tangan Perspektif Yuridis dan

Sosiologis”. Ijtihad Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan.

Volume 13, No. 1.

E. Website

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan-

perkawinan.html#

http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/.

www.hukumpedia.com/sifauzi174/metode-penemuan-hukum

Muhammad, Fabrian Nur. “Pengertian MK Fungsi Kedudukan Tugas”. Faculty Of Law.

https://www.google.com