KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN …repository.uinjambi.ac.id/3770/1/(WATERMARK... · Berkat...
Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN …repository.uinjambi.ac.id/3770/1/(WATERMARK... · Berkat...
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN PELANGGARAN
PENGANGKUTAN BATU BARA DI PROVINSI JAMBI (STUDI KASUS
DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAMBI)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
ALFIAN CANIAGO
SIP. 162228
PEMBIMBING
Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I
Yudi Armansyah, S.Th.I.,M.Hum
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Nama : Alfian Caniago
NIM : SIP. 162228
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Syariah
Alamat
Jambi, April 2020
Penulis,
Alfian Caniago
SIP. 162228
: Mendalo
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sekripsi yang berjudul Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara Di
Provinsi Jambi (Studi Kasus Dinas Perhubungan Provinsi Jambi) adalah hasil
karya pribadi saya tidak mengandung plagiarism dan tidak berisi materi yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan
sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmuan.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap untuk
mempertanggungjawabkannya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN
Sulthan Thaha Saiifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya proleh dari
skripsi ini.
v
MOTTO
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah. (QS. Al-Anbiyaa’: 21 ayat 73) 1
1 Al-Anbiyaa’ (21): 73
vi
ABSTRAK
Nama Alfian Caniago, Nim SIP. 162228. Skripsi ini berjudul Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara Di Provinsi
Jambi (Studi Kasus Dinas Perhubungan Provinsi Jambi). Sebagai tujuan antaranya
untuk mengetahui mengetahui jenis pelanggaran pengangkutan batubara yang ada
di Provinsi Jambi, untuk mengetahui mengetahui dampak pelanggaran
pengangkutan batubara yang ada di Provinsi Jambi, dan untuk mengetahui
pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi pelanggaran
pengangkutan batu bara yang ada di Provinsi Jambi. Skripsi ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini penulis memilih observasi partisipan.
Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Dalam skripsi ini, penulis
menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada subyek dengan menggunakan
dokumntasi catatan lapangan. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data
yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai
berikut: (1) terdapat 5 jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh mobil
pengangkutan batubara yaitu, kelebihan tonase, tidak membawa surat-surat, iring-
iringan kendaraan, melanggar jam operasional, dan menggunakan jalur umum. (2)
terdapat 3 dampak akibat pengangkutan batubara diantaranya yaitu, Kerusakan Jalur
Umum, Meresahkan Warga, dan Kecelakaan. Hal itu dikarenakan banyaknya supir
pengangkut batubara yang melanggar aturan yang sudah ditentukan namun kurangnya
penangan yang dilakukan pemerintah dalam menindak. (3) Dinas perhubungan telah
melakukan tugasnya yaitu memberikan sosialisasi dan pengawasan sedangkan dalam
penindakan itu dilakukan oleh pihak kepolisian.
Kata kunci: Pengangkutan Batubara, Dishub Provinsi Jambi
vii
ABSTRACT
Name is Alfian Caniago, Nim SIP. 162228. This thesis is entitled Government
Policy in Supervision of Coal Transportation Violation in Jambi Province (A Case
Study in the Department of Transportation in Jambi Province). As a goal, among
others, to find out the types of coal transportation violations in Jambi Province, to
find out the impact of coal transportation violations in Jambi Province, and to find
out the supervision conducted by the Government in overcoming coal
transportation violations in Jambi Province. This thesis uses a qualitative
approach, in this study the authors chose participant observation. Participant
observation is an observation technique in which the researcher takes part in the
activities carried out by the object being investigated. In this thesis, the writer uses
the interview method which is carried out to the subjects by using field notes
documentation. Document analysis is performed to collect data sourced from
archives and documents related to research. Based on the research, the following
results and conclusions are obtained: (1) there are 5 types of violations that are
often carried out by coal hauling cars, namely, excess tones, not carrying
documents, motorcade, violating operational hours, and using public lines. (2)
there are 3 impacts due to the transportation of coal including, namely, Damage to
the General Line, Restoring Residents, and Accidents. That is because the number
of coal transport drivers who violate the rules that have been determined, but the
lack of handling by the government in cracking down. (3) The Department
Transportation has carried out its duties, namely to provide socialization and
supervision, while the enforcement is carried out by the police.
Keywords: Coal Transportation, Jambi Provincial Transportation Agency
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilllah….
Kupanjatkan rasa syukurku kehadirat-MU ya Allah
Berkat ridho-MU aku telah berhasil wisuda
Kupersembahkan semua ini sebagai tanda cinta
Dan baktiku atas segala curahan kasih sayang
Serta doa yang kuterima dari ibunda (Emmi Herawati) dan ayahanda (Marjilis)
Serta kakakku (Fitri), (Nisa)
dan kekasihku (Margustia) yang telah memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi
Serta teman-temanku seperjuangan jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2016
terimakasih telah memberi warna dalam hidupku
Tak lupa ucapan terimakasih kepada teman-temanku (PADUKAN) yang telah
memberikan semangat dan moivasi
Terima kasih….
Ya Allah…..
Diriku berserah semua atas kehendak-MU
Diriku ingin berguna dalam hidup
Semoga hidayah dan rahmat-MU selalu menyertaiku
Aku berharap masa depanku akan lebih baik
Dengan membaca bismillahirrohmaanirrohim
Aku akan meneruskan langkahku menuju masa depan yang lebih cerah
Amin……….
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahnya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam
dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan. Skripsi ini diberi judul
“Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan Batu
Bara di Provinsi Jambi (Studi Kasus Dinas Perhubungan Provinsi Jambi)”
Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M.EI selaku wakil rektor I Bidang Akademik
dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. As’ad Isma, S,Ag., M.Pd selaku
wakil rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan
Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku wakil rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
x
3. Bapak Dr. Sayuti Una S. Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak Agus Salim, S. Th.I., MA., M.IR., Ph.D selaku Wakil Dekan I,
Bidang Akademik dan Kelembagaan, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,
selaku Wakil Dekan II, Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan
Keuangan, Bapak Dr. H. Ishaq, SH., M. Hum selaku Wakil Dekan III,
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Irmawati Sagala, S. I.P., M.S.I., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I., M. Hum selaku Sekretaris jurusan
Ilmu Pemerintahan di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
6. Ibu Dr. Robi’atul Adawiyah, S.H.I., M.H.I selaku Pembimbing I dan Bapak
Yudi Armansyah, S.Th.I., M. Hum selaku Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
9. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati yang telah menfasilitasi penulis dalam
referensi buku-buku di Perpustakaan UIN STS Jambi.
10. Bapak Wing Gunariadi L, SE selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat Dan
Perkerataapian.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
xi
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita mohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, April 2020
Penulis,
Alfian Caniago
SIP. 162228
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Batasan Masalah .............................................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
E. Kerangka Teori ................................................................................ 8
1. Pengertian Pelanggaran .............................................................. 8
2. Pengertian Pengangkutan ........................................................... 10
a. Klasifikasi Pengangkutan ..................................................... 12
b. Fungsi Pengangkutan ........................................................... 16
c. Asas dan Tujuan Pengangkutan ........................................... 18
d. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkutan .............................. 21
3. Peraturan Gubernur .................................................................... 23
4. Peraturan Daerah ........................................................................ 26
5. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 27
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
B. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 30
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 30
D. Unit Analisis .................................................................................... 31
E. Instrumen pengumpulan Data .......................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Dinas perhubungan ........................................... 36
B. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi .......................... 36
C. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi ................................................................................................ 37
BAB IV PEMBAHASAN
A. Jenis Pelanggaran Pengangkutan Batubara yang ada di Provinsi
Jambi .................................................................................................. 53
B. Dampak Pelanggaran Pengangkutan Batubara yang ada di
Provinsi Jambi .................................................................................... 59
C. Kebijakan Pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam
Mengatasi Pelanggaran Pengangkutan Batubara yang ada di
Provinsi Jambi .................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nama dan Jabatan Dinas Provinsi
Jambi…………………………………. 37
xv
DAFTAR GAMBAR
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Dinas Provinsi
Jambi…………………………………. 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jambi memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat potensial, baik
yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Apabila disoroti pada
sumber daya geologinya, Jambimemiliki potensi baik dari minyak dan gas alam,
panas bumi (geothermal), dan batubara. Pertambangan, khususnya batubara,
tersebar luas di beberapa kabupaten seperti Bungo, Tebo, Sarolangun, Tanjung
Jabung Barat, Batanghari dan Muaro Jambi.
Batubara merupakan penyumbang devisa yang cukup besar bagi
pendapatan negara dimana Provinsi Jambi adalah salah satu lumbung
produksinya. Menurut Kementerian ESDM, melalui Peta Potensi Energi di
Indonesia (2004), Provinsi Jambi memiliki potensi batubara yang belum
dieksplorasi sebanyak 788.65 juta ton yang tersebar di beberapa kabupaten, antara
lain: Bungo, Tebo, Tanjabbar, Sarolangun, Merangin, Batanghari, dan Muaro
Jambi. Batubara merupakan bahan tambang utama di Provinsi Jambi, di samping
minyak bumi dan gas.1 Produksi batubara sejak tahun 2007 hingga Mei 2012 di
Provinsi Jambi mencapai 21,7 juta metrik ton. Jika dihitung dengan harga standar
batubara di pasaran, USD 112/ton, maka penjualan batubara dari Provinsi Jambi
menembus angka Rp 24 triliun.
Dibalik kontribusi finansial untuk Daerah, ternyata batubara juga
menimbulkan permasalahan yang kompleks di Provinsi Jambi, yaitu dari sisi
pengangkutannya dari mulut tambang ke stockpile. Truk pengangkut batubara
yang berjumlah ratusan bergerak dari wilayah tambang di beberapa Kabupaten
yang kebanyakan berada di area Barat Jambi menuju pelabuhan di area Timur
Jambi. Mobilisasi truk pengangkut yang melewati jalan umum ini telah
menimbulkan kerusakan di sepanjang ruas jalan yang dilalui. Kondisi jalan di
Provinsi Jambi dengan daya dukung 8 ton tidak mampu menahan beban belasan
1 Jurnal Ilmu Pemerintahan 2015 Jejaring Kebijakan Pengangkutan Batubara di Provinsi
Jambi ditinjau dari Perspektif Good Govermance. Vol. 1. No.1
2
hingga puluhan ton kendaraan pengangkut batubara. Sejak tahun 2009, masalah
jalan sebagai dampak pengangkutan batubara ini telah terjadi. Paling tidak ada
beberapa dampak yang muncul, antara lain:2
1. Kondisi jalan yang rusak akibat kelebihan muatan dan tidak sesuai dengan
klasifikasi jalan yang ada di Jambi.
2. Kerugian finansial pemerintah daerah yang harus mengeluarkan dana yang
besar untuk tambal sulam memperbaiki kondisi jalan yang rusak.
3. Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas pada saat pengendara yang menghindari
jalan yang berlubang.
4. Adanya pondasi rumah warga yang turun beberapa meter karena angkutan
truk batubara melebihi kapasitas.
Menyikapi hal tersebut, pada anggal 28 Desember 2012, disahkan
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jambi Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pengaturan Pengangkutan Batubara dalam Provinsi Jambi. Perda inimengatur
setiap pengangkutan batubara dalam Provinsi Jambi wajib melalui jalan khusus
atau jalur sungai. Kewajiban melalui jalan khusus harus siap selambat-lambatnya
Januari 2014. Kebijakan ini memperlihatkan adanya tenggang waktu satu tahun
yang diberikan kepada pelaku usaha untuk membuat sendiri jalan khusus
pengangkutan batubara. Terlihat disini pihak pemerintah sudah mengakomodir
kebutuhan pelaku usaha dengan memberikan toleransi bagi pelaku usaha untuk
mempersiapkan jalan khusus agar tidak lagi melewati jalan umum. Langkah ini
diambil sebagai kesepakatan bersama antara pihak pemerintah dan pelaku usaha
pada saat mempersiapkan Perda tersebut.
Sebagai regulasi tambahan, Pemerintah Provinsi Jambi pada bulan Maret
2013 mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pengangkutan Batubara yang di dalamnya membentuk
Tim Terpadu (Timdu) dalam rangka melakukan pembinaan, pengawasan, serta
penindakan. Tim ini terdiri dari unsur Dinas Perhubungan, Dinas ESDM, TNI,
POLRI, Satpol PP, dan unsur terkait lainnya. Setiap pelaku usaha yang melanggar
2 Ibid
3
ketentuan jalan khusus dan jalur sungai dikenai sanksi administrasi berupa
pencabutan izin usaha pertambangan. 3
Tenggat waktu satu tahun berlalu dan ternyata jalan khusus belum
terealisasi. Demikian juga jalur sungai sulit untuk dilalui karena sudah mengalami
pendangkalan. Negosiasi dengan investor Asing mengenai pengerukan sungai
Batanghari sempat dilakukan sejak tahun 2010, namun gagal. Sehingga
konsekuensi yang muncul ialah aktivitas pengangkutan batubara masih melalui
jalan umum. Dari sini titik awal terjadinya silang sengkarut masalah
pengangkutan batubara di Provinsi Jambi pada waktu belakangan ini.
Berdasarkan Pasal 3 Undang – Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, dalam rangka mendukung pembangunan
nasional yang berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral dan batubara
adalah:
1. menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing;
2. menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan hidup;
3. menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau
sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;
4. mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih
mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
5. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat; dan
6. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
Dari tujuan pengelolaan mineral dan batubara yang telah disebutkan, jika
dilihat dalam implementasinya, seringkali aktifitas pertambangan batubara
memberikan dampak negatif bagi masyarakat, baik masyarakat yang tinggal
sekitar lokasi tambang, maupun masyarakat lainnya yang bermukim di sepanjang
jalan yang dilalui oleh truk angkutan batubara, sebagai akibat ketidaksiapan
3 Ibid
4
perusahaan tambang dalam menyiapkan sarana pendukung industry (jalan
hauling/jalan khusus untuk mengangkut batubara) untuk mengirimkan batubara ke
pelabuhan setempat, dan hanya berupaya memanfaatkan sarana dan prasarana
umum (jalan umum), yang memang tidak ditabukan dalam Undang – Undang
Mineral dan Batubara, contohnya seperti yang terjadi di Jambi saat ini.
Dikutip dari Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2013 pada pasal 2
disebutkan bahwa :4
1. Memberikan petunjuk mengenai pelaksanaan pengangkutan batubara melalui
jalan umum dan jalur sungai serta memberikan kesempatan kegiatan usaha
pertambangan batubara dapat terus dilaksanakan.
2. Memberikan pembinaan, pengaturan, pengawasan, pengendalian dan
penindakan terhadap angkutan batubara agar dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Mewujudkan sungai sebagai jalur transportasi angkutan batubara.
4. Mewujudkan terbangunnya jalan khusus untuk angkutan batubara.
Jika dilihat berdasarkan peraturan tersebut, hingga pada saat ini (tahun
2019) angkutan truk batubara masih melintas di jalan umum. Menurut Kepala
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Perkeretaapian Dinas Perhubungan
Jambi, Bapak Wing Gunariadi L mengatakan bahwa,5 “Kendaraan truk di Jambi
yang melintas di jalan raya cukup tinggi. Menurutnya, aktivitas pengangkutan
batubara dengan menggunakan truk rata-rata bisa mencapai 1500 unit/hari, ada di
Jambi, yaitu ruas Sarolangun – Tembesi – Batanghari – Muaro Jambi – sampai ke
Pelabuhan Talang Duku”. Selain ke pelabuhan Talang Duku angkutan batubara
yang ada diprovinsi Jambi khususnya di kabupaten Bungo menggunakan ruas
jalan Muara Bungo – Muara Tebo menuju ke ruas jalan Simpang Niam – Lubuk
Kambing – Merlung – Pelabuhan di Taman Rajo Kecamatan Tungkal Ulu
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain itu sebagian truk batubara membawa
batubara ke Sumatera Barat (Padang).
4 Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2013 tentang tata cara pengangkutan batubara 5 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020 di kantor Dishub.
5
Aktivitas pengangkutan batubara dengan menggunakan truk ini pun, dari
daerah tambang menuju pelabuhan tentunya tidak berjalan mulus. Selain membuat
kemacetan yang luar biasa dan kerusakan jalan. Kecelakaan yang melibatkan truk
angkutan batubara ini sudah sering terjadi, bahkan hingga merenggut korban jiwa.
Sebelum truk batu bara merajai jalan umum ini, jarak tempuh Kota Sarolangun
menuju Muaro Jambi hanya memakan waktu 4 jam dengan menumpang bus
umum antar kota. Jika menggunakan kendaraan pribadi, waktu tempuh lebih
singkat antara 3 – 3,5 jam saja.
Menurut data dari Satuan Polisi Lalu Lintas Muaro Jambi, pada tahun
2015 sejumlah 30 kasus, tahun 2016 sejumlah 38 kasus, tahun 2017 sejumlah 34
kasus, tahun 2018 sejumlah 20 kasus dan terakhir pada tahun 2019 sejumlah 25
kasus. Korban mengalami luka ringan, luka berat, dan sampai meninggal. Dapat
dilihat dari jumlah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh truk angkutan
batubara ini menurut penulis sangat mengkhawatirkan karena dinilai sangat
merugikan, terutama menyangkut nyawa seseorang.6 Seperti dijelaskan dalam
Alqur’an Surah An-Nisa ayat 59:
لا كثيرا هما رجاث منيايها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وب
قيباونساءۚ واتقوا الله الذي تساءلون به والارحامۗ ان الله كان عليكم ر
Artinya” wahai orang-orang yang beriman, Taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul, serta ulil amri di antara kalian. Jika kalian berselisih dalam
suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa : 59)
Jadi, taat peraturan lalu lintas berarti menaati penguasa dalam hal bukan
maksiat dan merupakan qurbah (upaya mendekatkan diri pada Allah Taala) pada
perkara yang sepertinya remeh namun ketika lurus niatnya karena-Nya niscaya
berpahala. Selain itu juga sebagai masyarakat khususnya pengangkut batubara
6 https://jambi.tribunnews.com “Kecelakaan Lalu Lintas” oleh Rian Aidilfi Afriandi.
Diakses tanggal 5 Desember 2019
6
harus mentaati peraturan yang diberikan oleh pemerintah sehingga tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada tahun 2013, Gubernur Jambi yaitu Hasan Basri Agus, mengeluarkan
Peraturan Gubernur Jambi No. 18 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengangkutan
Batubara, namun masih saja truk angkutan batubara ini “bandel” dengan melintas
di jalan umum, hal ini mencerminkan bahwa para supir truk angkutan batubara
tidak mengindahkan peraturan yang telah dibuat oleh Gubernur Jambi Aktivitas
pengangkutan batubara ini tentu saja menimbulkan banyak permasalahan sampai
saat ini, dan memancing banyak respon dari masyarakat, salah satunya dengan
cara melakukan aksi demo dan memblokir jalan bagi truk angkutan batubara yang
melintas di daerah tempat tinggal masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi dengan judul: “Kebijakan Pemerintah dalam
Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara di Provinsi Jambi (Studi
Kasus di Dinas Perhubungan Provinsi Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja jenis pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di Provinsi
Jambi?
2. Bagaimana dampak pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di Provinsi
Jambi?
3. Apa solusi yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi pelanggaran
pengangkutan batu bara yang ada di Provinsi Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini
7
hanya membahas pelanggaran pengangkutan batu bara yang melintas di jalan
lintas Sumatera menuju pelabuhan Talang Duku.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya
suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui jenis pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di
Provinsi Jambi.
b. Ingin mengetahui dampak pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di
Provinsi Jambi?
c. Ingin mengetahui pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi
pelanggaran pengangkutan batu bara yang ada di Provinsi Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan
Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara di Provinsi Jambi, ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Provinsi Jambi
Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Pelanggaran Pengangkutan Batubara di
Provinsi Jambi dan bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan Pemerintah
dalam mengatasi pelanggaran pengangkutan batu bara tersebut.
b. Menjadi bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya.
c. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin
Jambi.
d. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas Syari’ah khususnya
jurusan Ilmu Pemerintahan, dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah lainnya.
e. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
8
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Pelanggaran
Menurut Moeljanto pelanggaran adalah perbuatan yang melawan hukum
yang hanya ditentukan setelah ada hukum atau undang-undang yang
mengaturnya.7
Pelanggaran yang dimaksud di atas adalah pelanggaran yang sebagaimana
diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi :
a. Berperilaku tertib dan/atau
b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang dapat menimbulkan
kerusakan jalan.8
Untuk memahami tentang pelanggaran lalu lintas lebih terperinci, maka
perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai pelanggaran itu sendiri. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana dibagi atas kejahatan
(misdrijve) dan pelanggaran (overtredingen). Mengenai kejahatan itu sendiri di
dalam KUHP diatur di dalam Buku II yaitu tentang Kejahatan. Sedangkan
pelanggaran diatur pada Buku III yaitu tentang Pelanggaran. Dalam hukum pidana
terdapat dua pandangan mengenai kriteria pembagian tindak pidana kejahatan dan
pelanggaran, yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Menurut pandangan yang bersifat kualitatif didefinisikan bahwa suatu
perbuatan dipandang sebagai tindak pidana setelah adanya undang-undang yang
mengatur sebagai tindak pidana. Sedangkan kejahatan bersifat recht delicten yang
berarti sesuatu yang dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan
keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalan suatu peraturan
undang-undang atau tidak. Menurut pandangan yang bersifat kualitatif bahwa
terdapat ancaman pidana pelanggaran lebih ringan dari kejahatan. Menurut JM
Van Bemmelen dalam bukunya “Handen Leer Boek Van Het Nederlandse
Strafrecht” menyatakan bahwa perbedaan antara kedua golongan tindak pidana
ini (kejahatan dan pelanggaran) tidak bersifat kualitatir, tetapi hanya kuantitatif,
7 Moeljanto, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 54 8 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 105 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
9
yaitu kejahatan pada umumnya diancam dengan hukuman yang lebih berat dari
pada pelanggaran dan nampaknya ini didasarkan pada sifat lebih berat dari
kejahatan.9
Menurut Wirjono Prodjodikoro pengertian pelanggaran adalah
“overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbuatan yang melanggar sesuatu
dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan
hukum.10 Sedangka menurutt Bambang Poernomo mengemukakan bahwa
pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah crimineel-on recht.
Politis-on recht itu merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau
keharusan yang telah ditentukan oleh penguasa negara. Sedangkan crimineel-on
recht itu merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.11
Dari berbagai definisi pelanggaran tersebut di atas maka dapat diartikan
bahwa unsur-unsur pelanggaran ialah:
a. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan perundang-undangan.
b. Menimbulkan akibat hukum.
Menurut Andi Hamzah menyatakan bahwa pembagian delik atas
Kejahatan dan Pelanggaran di dalam WvS Belanda 1886 dan WvS (KUHP)
Indonesia 1918 itu menimbulkan perbedaan secara teoritis. Kejahatan sering
disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam undang-undang,
sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan Pelanggaran sering
disebut sebagai delik undang-undang, artinya dipandang sebagai delik karena
tercantum dalam undang-undang.12 Lebih lanjut Andi Hamzah menjelaskan
bahwa mengenai jenis pidana, tidak ada perbedaaan mendasar antara Kejahatan
dan Pelanggaran.Hanya pada Pelanggaran tidak pernah diancam pidana.
Lamintang, dalam bukunya dasar-dasar hukum pidana di Indonesia
menyatakan bahwa Orang pada umumnya baru mengetahui bahwa tindakan
9 JM Van Bemmelen dalam Bambang Poernomo, 2002, Dalam Asas-asas Hukum Pidana,
Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm.40. 10 Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana, Bandung, Refika Aditama,
hlm. 33. 11 Bambang Poernomo, 2002, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalih Indonesia, hlm.
40. 12 Andi Hamzah, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi), Jakarta : Rineka Cipta,
halaman.106
10
tersebut merupakan pelanggaran yang bersifat melawan hukum sehingga dapat
dihukum yaitu setelah tindakan tersebut dinyatakan dilarang dalam undang-
undang. Kemudian pada pelanggaran Tidak terdapat ketentuan adanya suatu
pengaduan sebagai syarat bagi penuntutan.13
Dari berbagai pengertian di atas dapat diartikan bahwa pelanggaran adalah
suatu perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
ketentuan undang-undang ini biasanya suatu perbuatan yang dalam pemenuhan
akibat hukumnya dikenakan sanksi yang berupa sanksi administrasi, denda
maupun kurungan.
Berdasarkan dari definisi-definisi tentang pelanggaran dan pengertian lalu
lintas di atas, maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran
lalu lintas adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
yang mengemudikan kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga pejalan kaki
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu lintas yang
berlaku.
2. Pengertian Pengangkutan
Pengangkutan berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti angkat dan
bawa, muat dan bawa atau kirimkan. Mengangkut artinya mengangkat dan
membawa, memuat dan membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya
pengangkatan dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman
barang atau orang, barang atau orang yang diangkut. Jadi, dalam pengertian
pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu tempat ke
tempat lain.14
Menurut pendapat R. Soekardono, SH, pengangkutan pada pokoknya
berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai
orang-orang, karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan
13 Lamintang, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Citra Aditya
Bakti, halaman 210. 14 Abdul Kadir Muhammad, SH, 1991, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 19
11
meninggikan manfaat serta efisiensi.15 Dapat diartikan bahwa pengangkutan
sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.16
Beberapa ahli, memberikan pengertian mengenai pengangkutan di
antaranya:
a. Menurut Abdulkadir Muhammad pengangkutan adalah kegiatan pemuatan ke
dalam alat pengangkut, pemindahan ke tempat tujuan dengan alat pengangkut,
dan penurunan/pembongkaran dari alat pengangkut baik mengenai
penumpang ataupun barang.
b. Menurut Sinta Uli pengangkutan suatu kegiatan perpindahan tempat, baik
mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak
diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengangkutan merupakan rangkaian
kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu tempat pemuatan
(embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan penumpang
atau pembongkaran barang muatan. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi
kegiatan:
c. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;
d. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan;
e. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.
Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan suatu kesatuan
proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat
dirumuskan dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi
kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/
bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan.
Untuk menentukan pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung
pada perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh para pihak-pihak, bahkan
kebiasaan masyarakat.Pada pengangkutan dengan kereta api, tempat pemuatan
dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang disebut stasiun. Pada
pengangkutan dengan kendaraan umum disebut terminal, pada pengangkutan
15 R. Soekardono, Hukum Dagang Indosia, CV Rajawali, Jakarta, 1981, hlm 5. 16 Ridwan Khairandy, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin, dan Djohari Santoso, Pengantar
Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hlm 195.
12
dengan kapal disebut pelabuhan, dan pada pengangkutan dengan pesawat udara
sipil disebut dengan bandara. Dengan demikian, proses yang digambarkan dalam
konsep pengangkutan berawal dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara
pemberangkatan dan berakhir di stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan,
kecuali apabila ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.
a. Klasifikasi Pengangkutan
Di dalam pengangkutan ada beberapa ruang lingkup atau klasifikasi dalam
berjalannya suatu pengangkutan yang memang juga menentukan aspek
pendukung juga peraturan perundang-undangan yang dapat di jalankan dalam
pengangkutan tersebut klasifikasinya sebagai berikut:
1. Pengangkutan Darat
Di dalam pengangkutan darat untuk mencapai hasil yang diharapkan serta
dapat tercapai fungsi-fungsi pengangkutannya, maka dalam pengangkutan
diperlukan beberapa unsur yang memadai berupa:17
Alat angkutan itu sendiri (operating facilities), setiap barang atau orang
akan diangkut tentu saja memerlukan alat pengangkutan yang memadai, baik
kapasitasnya, besarnya maupun perlengkapan. Alat pengangkutan yang dimaksud
dapat berupa truk, kereta api, kapal, bis atau pesawat udara. Perlengkapan yang
disediakan haruslah sesuai dengan barang yang diangkut.
Fasilitas yang akan dilalui oleh alat-alat pengangkutan (right of way),
fasilitas tersebut dapat berupa jalan umum, rel kereta api, perairan/sungai, bandar
udara navigasi dan sebagainya. Jadi apabila fasilitas yang dilalui oleh angkutan
tidak tersedia atau tersedia tidak sempurna maka proses pengangkutan itu sendiri
tidak mungkin berjalan dengan lancar.
Tempat persiapan pengangkutan (terminal facilities), tempat persiapan
pengangkutan ini diperlukan karena suatu kegiatan pengangkutan tidak dapat
berjalan dengan efektif apabila tidak ada terminal yang dipakai sebagai tempat
persiapan sebelum dan sesudah proses pengangkutan dimulai.
17 Sri Rejeki Hartono, SH, 1980. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat.
Penerbit: UNDIP, hlm 8.
13
Selain itu dalam dunia perdagangan pengangkutan memegang peranan
yang sangat penting. Tidak hanya sebagai sarana angkutan yang harus membawa
barang-barang yang diperdagangkan kepada konsumen tetapi juga sebagai alat
penentu harga dari barang-barang tersebut. Karena itu untuk memperlancar
usahanya produsen akan mencari pengangkutan yang berkelanjutan dan biaya
pengangkutan yang murah.
2. Pengangkutan udara
Pengangkutan udara dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU)
dipergunakan suatu istilah pengangkut sebagai salah satu pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan. Pengangkut pada pengangkutan udara adalah
Perusahaan Pengangkutan Udara yang mendapat izin operasi dari pemerintah
menggunakan pesawat udara sipil dengan memungut bayaran.18 Pesawat dalam
hal ini sebagai angkutan udara dimana menjadi unsur dalam pengangkutan yaitu
tersedianya alat angkut.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,
angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk
mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari
satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
Sementara itu perusahaan angkutan udara atau biasa disebut dengan maskapai
penerbangan dapat didefinisikan yaitu sebuah organisasi yang menyediakan jasa
penerbangan bagi penumpang atau barang. Mereka menyewa atau memiliki
pesawat terbang untuk menyediakan jasa tersebut dan dapat membentuk kerja
sama atau aliansi dengan maskapai lainnya untuk keuntungan bersama.
Berdasarkan uraian di atas pengangkutan udara adalah orang atau badan
hukum yang mengadakan perjanjian angkutan untuk mengangkut penumpang
dengan pesawat terbang dan dengan menerima suatu imbalan. Pengangkutan
udara diatur dengan undang-undang No 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
Angkutan udara diadakan dengan perjanjian antara pihak pihak. Tiket penumpang
atau tiket bagasi merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan dan
18 Abdulkadir Muhammad.2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. Hlm. 69.
14
pembayaran biaya angkutan. yang dimaksud dengan perjanjian pengangkutan
yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman
membawa orang/barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lain
menyanggupi akan membayar ongkosnya.19
3. Pengangkutan laut
Pengangkutan laut mempunyai norma yang mengatur tingkah laku
manusia dalam menjalankan tugasnya untuk mempersiapkan, menjalankan dan
melancarkan pelayaran di laut. Sehingga, hukum pengangkutan di laut juga
disebut hukum pelayaran.
Kemudian, Prof. Soekardono membagi Hukum Laut menjadi 2 (dua) yaitu
Hukum Laut Keperdataan dan Hukum Laut Publik. Hukum laut bersifat
keperdataan atau privat, karena hukum laut mengatur hubungan antara orang-
perorangan. Dengan kata lain orang adalah subjek hukum.
Berdasarkan Pasal 6 UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, angkutan di
perairan terdiri atas: Angkutan Laut, Angkutan Sungai dan Danau, dan Angkutan
Penyeberangan.
a) Angkutan laut:
Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya
melayani kegiatan angkutan laut.
b) Angkutan sungai dan danau:
Angkutan sungai, danau dan penyeberangan merupakan istilah yang terdiri
dari dua aspek yaitu angkutan sungai dan danau atau ASD dan angkutan
penyeberangan Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis moda atau jenis
angkutan dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda
angkutan darat (jalan raya), moda angkutan udara, moda angkutan kereta api,
moda angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal luas), moda angkutan laut dan
moda ASDP.
Angkutan perairan daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan
istilah lain dari angkutan sungai dan danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama
dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional.
19 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung 1979, hlm 81.
15
Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti
kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan
jarak jauh. Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit
sehingga banyak sekali pusat pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota
besar yang berada di tepian sungai seperti Palembang.
Angkutan perairan daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari
bahasa Inggris yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu
Navigation d’Interieure atau juga voies navigable yang memiliki makna yang
sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang
berada di kawasan daratan seperti sungai, danau, dan kanal.20
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran, terutama pada Pasal 1, dijelaskan bahwa angkutan perairan daratan
yang juga dikenal sebagai angkutan sungai dan danau (ASD) adalah meliputi
angkutan di waduk, rawa, banjir, kanal, dan terusan. Di Indonesia, angkutan
perairan daratan merupakan bagian dari sub sistem perhubungan darat dalam
sistem transportasi nasional.21
Moda angkutan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai
prasarana utamanya namun perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah
Perhubungan, istilah perairan daratan didefinisikan sebagai semua perairan danau,
terusan dan sepanjang sungai dari hulu dari hulu sampai dengan muara
sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan tentang wilayah perairan
daratan.
c) Angkutan penyeberangan
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta
api yang terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal
dengan istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak–Bakauheni dan
Palembang–Bangka adalah beberapa contoh yang sudah dikenal masyarakat.
20 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung 1979, hlm 81. 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
16
Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada jenis-jenis angkutan laut
berdasarkan Pasal 7 UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Angkutan Laut
Dalam Negeri, Angkutan Laut Luar Negeri, Angkutan Laut Khusus, dan
Angkutan Laut Pelayaran Rakyat.22
b. Fungsi Pengangkutan
Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.23
Suatu proses kegiatan dalam pengangkutan udara ini pada dasarnya
mempunyai fungsi dan manfaat bagi segala aspek kehidupan manusia. Dalam
rangka mendukung mobilitas barang dan orang sebagai pengguna jasa angkutan
udara, maka peran pengangkutan udara dituntut agar menjadi suatu sistem yang
baik dan terpadu. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan terhadap angkutan
adalah bagian yang integral. Peningkatan kehidupan masyarakat yang tumbuh dan
berkembang menuntut kemajuan sistem angkutan untuk dapat menyediakan
kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi mobilitasnya.
Pengangkutan pada pokoknya berfungsi membawa barang-barang yang
dirasakan kurang sempurna bagi pemenuhan kebutuhan ditempat lain dimana
barang tersebut menjadi lebih berguna dan bermanfaat. Juga mengenai orang,
dengan adanya pengangkutan maka orang akan berpindah dari satu tempat yang
dituju dengan waktu yang relatif singkat.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan serta dapat tercapai fungsi-fungsi
pengangkutan, maka dalam pengangkutan diperlukan beberapa unsur yang
memadai berupa:24
1) Alat angkutan itu sendiri (operating facilities)
Setiap barang atau orang akan diangkut tentu saja memerlukan alat
pengangkutan yang memadai, baik kapasitasnya, besarnya maupun perlengkapan.
Alat pengangkutan yang dimaksud dapat berupa truk, kereta api, kapal, bis atau
22 UU No. 17 Pasal 7 tahun 2008 tentang Pelayaran 23 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,Jilid III,
Djambatan, cetakan II,1984,hlm 10. 24 Sri Rejeki Hartono, SH, 1980. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat.
Penerbit: UNDIP, hlm 8.
17
pesawat udara. Perlengkapan yang disediakan haruslah sesuai dengan barang yang
diangkut.
2) Fasilitas yang akan dilalui oleh alat-alat pengangkutan (right of way)
Fasilitas tersebut dapat berupa jalan umum, rel kereta api,
peraiaran/sungai, Bandar udara, navigasi dan sebagainya. Jadi apabila fasilitas
yang dilalui oleh angkutan tidak tersedia atau tersedia tidak sempurna maka
proses pengangkutan itu sendiri tidak mungkin berjalan dengan lancar.
3) Tempat persiapan pengangkutan (terminal facilities)
Tempat persiapan pengangkutan ini diperlukan karena suatu kegiatan
pengangkutan tidak dapat berjalan dengan efektif apabila tidak ada terminal yang
dipakai sebagai tempat persiapan sebelum dan sesudah proses pengangkutan
dimulai.
Perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain yang
diselenggarakan dengan pengangkutan tersebut harus dilakukan dengan
memenuhi beberapa ketentuan yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu harus
diselenggarakan dengan aman, selamat, cepat, tidak ada perubahan bentuk tempat
dan waktunya.
Perusahaan maskapai penerbangan sebagai pengangkut juga pelaku jasa
angkutan udara, menurut prinsipnya ada beberapa fungsi produk jasa angkutan
udara yang harus tercapai yakni dengan melaksanakan penerbangan yang aman
(safety), melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity),
melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortable), serta melaksanakan
penerbangan yang ekonomis.
c. Asas dan Tujuan Pengangkutan
1) Asas pengangkutan
Asas adalah suatu dasar, dimana asas menjadi suatu landasan atau prinsip
dari suatu Peraturan Perundang-undangan, Dalam setiap undang-undang yang
dibuat pembentuk undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip.25
Asas merupakan suatu fondasi dalam suatu undang-undang dan peraturan
25 S Wojowasito, 1972, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung: Shinta Dharma, hlm 17 dan
227.
18
pelaksananya. asas-asas di kesampingkan, maka runtuhlah bangunan undang-
undang itu dan segenap peraturan pelaksananya.26
Hukum pengangkutan juga terdapat asas-asas, yang terbagi ke dalam dua
jenis, yaitu:27
a) Bersifat publik
Yaitu Asas-asas yang terdapat pada tiap-tiap Undang-undang
pengangkutan baik darat laut maupun udara, asas yang bersifat Publik diantaranya
yaitu:
(1) Asas manfaat, bahwa pengangkutan harus dapat memberikan manfaat
sebesarbesarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengembangan perikehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara,
serta upaya peningkatan pertahanan dan keamanan negara.
(2) Asas usaha bersama dan kekeluargaan yaitu, bahwa penyelenggaraan usaha di
bidang pengangkutan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi
bangsa yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan.
(3) Asas adil dan merata yaitu, bahwa penyelenggaraan penegangkutan harus
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan
masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
(4) Asas keseimbangan yaitu, bahwa pengangkutan harus diselenggarakan
sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana
dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara
kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan
internasional.
(5) Asas kepentingan umum yaitu, bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.
26 Yusuf Shofie, 2002, Pelaku Usaha,Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi,
Jakarta:Ghalia Indonesia, hlm 25. 27 Abdulkadir Muhammad.2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. Hlm. 17.
19
(6) Asas keterpaduan yaitu, bahwa penerbangan harus merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi baik intra
maupun antar moda transportasi.
(7) Asas kesadaran hukum yaitu, bahwa mewajibkan kepada pemerintah untuk
menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap
warga negara Indonesia untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam
penyelenggaraan pengangkutan.
(8) Asas percaya pada diri sendiri yaitu, bahwa pngangkutan harus berlandaskan
pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan
kepada kepribadian bangsa.
(9) Asas keselamatan Penumpang, yaitu bahwa setiap penyelenggaraan
pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan.
b) Asas yang bersifat perdata
Asas yang bersifat perdata merupakan landasan hukum pengangkutan
yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan niaga,
yaitu pengangkut dan penumpang atau pengirim barang. Asas-asas Pengangkutan
yang bersifat perdata adalah sebagai berikut:28
(1) Konsensual yaitu pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah
cukup dengan kesepakatan pihak-pihak. Tetapi untuk menyatakan bahwa
perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau
didukung oleh dokumen angkutan.
(2) Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan
setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain.
Walaupun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah
penumpang/pengirim barang, pengangkut bukan bawahan
penumpang/pengirim barang. Pengangkutan adalah perjanjian pemberian
kuasa.
(3) Campuran yaitu pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian,
yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari
28 Abdulkadir Muhammad.2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. Hlm. 18.
20
pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku
pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian
pengangkutan.
(4) Retensi yaitu pada pengangkutan tidak menggunakan hak retensi. Penggunaan
hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan.
Pengangkutan hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya
pemiliknya.
(5) Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu dibuktikan
dengan dokumen angkutan. Tidak ada dokumen angkutan berarti tidak ada
perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum,
misalnya pengangkutan dengan angkutan kota (angkot) tanpa karcis/tiket
penumpang.
2) Tujuan pengangkutan
Pada dasarnya pengangkutan bertujuan untuk memindahkan barang atau
orang dari suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna
dan nilai. Jadi dengan pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang-
barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ketempat dimana
barang-barang tadi dirasakan akan lebih bermanfaat.29
Perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain yang
diselenggarakan dengan pengangkutan tersebut harus dilakukan dengan
memenuhi beberapa ketentuan yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu harus
diselenggarakan dengan aman, selamat, cepat, tidak ada perubahan bentuk tempat
dan waktunya.
Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan
mempunyai dua nilai kegunaan, yaitu :30
a) Kegunaan tempat (Place Utility)
29 Abdulkadir Muhammad.2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. Hlm. 20. 30 Sri Rejeki Hartono, SH, 1980. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat.
Penerbit: UNDIP, hlm 10.
21
Dengan adanya pengangkutan berarti terjadi perpindahan barang dari suatu
tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang bermanfaat, ketempat lain yang
menyebabkan barang tadi menjadi lebih bermanfaat.
b) Kegunaan waktu (Time Utility )
Dengan adanya pengangkutan berarti dapat dimungkinkan terjadinya suatu
perpindahan suatu barang dari suatu tempat ketempat lain dimana barang itu lebih
diperlukan tepat pada waktunya.
d. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkutan
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting
dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak
konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus
bertanggung jawab dan seberapa tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-
pihak terkait.31
Di dalam ilmu hukum, khususnya hukum pengangkutan setidaknya
dikenal adanya 3 (tiga) prinsip tanggung jawab, yaitu:32
1) Cara membedakan prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut pada dasarnya
diletakkan pada masalah pembuktian, yaitu mengenai ada tidaknya kewajiban
pembuktian, dan kepada siapa beban pembuktian dibebankan dalam proses
penuntutan.
2) Konsep tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (base on fault liability)
Berdasarkan konsep tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based on
fault liability), prinsip ini dikenal pada tahap awal pertumbuhan hukum
romawi termasuk dalam doktrin “culpa” dalam lex aquilia. lex aquilia
menentukan bahwa kerugian baik disengaja ataupun tidak harus selalu
diberikan santunan.
3) Kelalaian/kesalahan produsen yang berakibat pada timbulnya kerugian
konsumen merupakan faktor penentu hak konsumen untuk mengajukan
tuntutan ganti rugi kepada produsen. Tuntutan ganti rugi berdasarkan kelalaian
31 Shidarta, 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Hlm.
72. 32 E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan
Udara Internasional dan Nasional (Yogyakarta: Liberty, 1989), hlm. 19.
22
produsen diajukan dengan bukti-bukti lain yaitu, pertama, pihak tergugat
merupakan produsen yang benar-benar mempunyai kewajiban untuk
melakukan tindakan yang dapat menghindari terjadinya kerugian konsumen.
Kedua, produsen tidak melaksanakan kewajibannya untuk menjamin kualitas
produknya sesuai dengan standar yang aman untuk digunakan. Ketiga,
konsumen menderita kerugian. Keempat, kelalaian produsen merupakan
faktor yang mengakibatkan adanya kerugian pada konsumen (hubungan sebab
akibat antara kelalaian dan kerugian konsumen). Tanggung jawab hukum
kepada orang yang menderita kerugian tidak hanya terbatas kepada perbuatan
sendiri, melainkan juga perbuatan karyawan, pegawai, agen, perwakilannya
apabila menimbulkan kerugian kepada orang lain, sepanjang orang tersebut
bertindak sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada orang
tersebut. Tanggung jawab yang telah disebutkan ini sesuai dengan isi
ketentuan Pasal 1367 KUH Perdata.33
Tanggung jawab semacam ini juga dikenal dalam common law system,
apabila penumpang selaku konsumen ingin memperoleh ganti rugi atas kerugian
yang dideritanya, maka penumpang wajib membuktikan kesalahan pengangkut
selaku pelaku usaha tersebut. Ketentuan ini senada dengan bunyi Pasal 143 UUP,
yang menyebutkan bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian
karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau
orang yang dipekerjakannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terhadap
kerugian bagasi kabin, untuk mengajukan klaim, penumpang harus membuktikan
bahwa kerugian tersebut akibat kesalahan tindakan pengangkut atau orang yang
dipekerjakannya.
Tanggung jawab atas dasar kesalahan harus memenuhi unsur:
a) Adanya kekhilafan.
b) Kerugian.
c) Kerugian tersebut ada dengan kekhilafan.
33 Sri Rejeki Hartono, SH, 1980. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat.
Penerbit: UNDIP, hlm 10.
23
Konsep tanggung jawab atas dasar kesalahan melemahkan hak-hak
penumpang, karena penumpang tidak punya keahlian untuk membuktikan
kesalahan pengangkut.
Tanggung jawab pengangkut terbatas setinggi-tingginya sebesar kerugian
penumpang. Konsep tanggung jawab atas dasar kesalahan dirasakan adil apabila
kedudukan kedua belah pihak (penumpang selaku konsumen dan pengangkut)
mempunyai ke mampuan yang sama sehingga mereka dapat saling membuktikan
kesalahan.
3. Peraturan Gubernur
Tingginya intesitas pengangkutan batubara di Provinsi Jambi yang
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat baik sosial, budaya,
ekonomi, keamanan dan ketertiban umum maka perlu dilakukan pengaturan
terhadap aktivitas pengangkutan batubara yang mana Gubernur Hasan Basri Agus
pada masa jabatannya di tahun 2013 telah mengeluarkan Peraturan Gubernur
tentang tata cara pelaksanaan pengangkutan batubara. diantaranya yaitu:
a. Pengangkutan Batubara Melalui Jalan Umum
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2013
pada pasal 3 dijelaskan bahwa:34
1) Penyelenggaraan pengangkutan batubara harus menggunakan jalan khusus
atau jalur sungai.
2) Sementara jalan khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) belum tersedia,
Kepala Daerah melakukan pembatasan penggunaan jalan umum
tetentu/kendaraan tertentu untuk angkutan batubara sampai dengan 31
Desember 2013 dengan ketentuan sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan diatas truk pengangkut batubara diperbolehkan
menggunakan jalur umum dengan beberapa ketentuan diantaranya yaitu, adanya
batasan penggunaan truk batubara, dan tidak melanggar aturan yang berlaku.
Adapun jika aturan tersebut dilanggar maka konsukuensinya telah disebutkan
pada bab 3 pasal 4 yaitu, Kepala Daerah sesuai kewenangannya dapat
34 Peraturan Gubernur Bab 3 Pasal 3 tentang Pengangkutan batubara melalui jalan umum
24
menghentikan kegiatan usaha pengangkutan batubara apabila terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku. pasal 5 yaitu, Badan usaha pertambangan
batubara yang tergabung dalam asosiasi pertambangan batubara, perusahan
batubara, perseorangan atau pihak lain yang akan melakukan kegiatan
pertambangan batubara, wajib membuat jalan khusus untuk angkutan batubara.
Selain aturan diatas Peraturan Gubernur juga menjelaskan kendaraan yang
digunakan untuk pengangkuta batubara harus memnuhi kriteria yang mana
dijelaskan pada bab 3 pasal 6 bagian (2) yaitu, kendaraan tertentu yang digunakan
untuk angkutan batubara wajib memenuhi standarisasi atau persyaratan teknis dan
layak jalan serta sesuai dengan daya angkut dalam buku uji dan sesuai kelas jalan.
b. Pengangkutan Batubara Melalui Jalur Sungai
Selain menggunakan jalur umum pergub juga menghimbau agar
pengangkutan batubara menggunakan jalur sungai guna mengurangi angka
kecelakaan di jalur umum, dapat dilihat di Peraturan Gubernut No. 18 Tahun 2013
pada pasal 9 yaitu:35
1) Pengangkutan batubara dari Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muaro Jambi melalui jalur sungai yang
terdapat di kabupaten bersangkutan menuju titik akhir penumpukan batubara.
2) Pengangkutan batubara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
(a) Pengangkutan batubara dari lokasi tambang menuju sungai terdekat dapat
melalui jalan umum tertentu/kendaraan tertentu setelah ada persetujuandari
Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(b) Pengangkutan batubara dari penumpukkan terdekat menuju penumpukkan
akhir batubara dilaksanakan melalui dermaga yang dibangun oleh perusahaan
batubara atau pihak lain.
(c) Apabila jalur sungai sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat dilalui
untuk pengangkutan batubara, maka dapat melalui jalan umum
tertentu/kendaraan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2)
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya.
35 Peraturan Gubernur Bab 3 Pasal 3 tentang Pengangkutan batubara melalui jalan sungai
25
(d) Pembangunan dermaga sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
huruf b sesuai ketentuan berlaku.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pengangkutan batubara tidak hanya
menggunakan jalur umum tetapi juga menggunakan jalur sungai karena ditinjau
banyaknya kendaraan truk batubara yang menggunkan jalur umum dapat
mengakibatkan kemacetan, kecelakaan, kerusakan jalan dan hal-hal tidak
diinginkan lainnya.
c. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang
dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab dalam
rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan
suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuannya
sebagai bekal, untuk selanjutnya perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kea rah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang
mandiri.36 Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin
bahwa tugas/ pekerjaan telah telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah (aturan) yang
diberikan.37 R Terry mengungkapkan pengendalian dapat di definisikan sebagai
proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras
dengan standar.38 Berdasarkan penjelasan yang mana telah di atur dalam
Peraturan Gubernur No 18 Tahun 2013 bab 5 pasal 10 yaitu:39
36 Simanjutak, B., I. L. Pasaribu, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda,
(Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 84. 37 Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2003, hal. 112. 38 Jurnalmanajemen.com diakses tanggal 6 Desember 2019. 39 Peraturan Gubernur Bab 5 Pasal 10 tentang Pembinaan, Pengawasa, dan Pengendalian.
26
1) Kepala Daerah melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap pengangkutan batubara yang menggunakan jalan umum
tertentu/kendaraan tertentu atau jalur sungai dengan kewenangannya.
2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Tim Terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah.
3) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur Dinas
Perhubungan, Dinas ESDM, TNI, POLRI, SATPOL PP dan unsur terkait
lainnya.
Dengan adanya prmbinaan, pengawasan dan pengendalian pemerintah
mengharapkan agar tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan
dengan pengangkutan batubara dikarena pemerintah memberikan berbagai bekal
melalui beberapa Dinas diantaranya, Dinas Perhubungan, Dinas ESDM, TNI,
POLRI, SATPOL PP.
4. Peraturan Daerah
a. Pengaturan Pengangkutan Batubara
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2012
pada pasal 5 dijelaskan bahwa:40
1) Setiap pengangkutan batubara dalam Provinsi Jambi wajib melalui jalan
khusus atau jalur sungai.
2) Kewajiban melalui jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
siap selambat - lambatnya Januari 2014.
Berdasarkan penjelasan diatas truk pengangkut batubara diwajibkan
menggunakan jalur khusus atau jalur sungai, jika aturan tersebut dilanggar maka
konsukuensinya telah disebutkan pada bab 4 pasal 12 yaitu:
a) Setiap Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 (ayat 1), Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 dikenakan sanksi administrasi
berupa:
(1) Teguran tertulis;
40 Peraturan Daerah provinsi Jambi Bab 3 Pasal 5 tentang Pengaturan Pengangkutan
batubara
27
(2) Pengurangan rencana produksi yang diusulkan pada tahun berikutnya;
(3) Pencabutan izin usaha pertambangan meliputi:
(a) Pencabutan izin usaha pertambangan operasi produksi.
(b) Pencabutan izin operasi khusus pengangkutan dan penjualan.
(c) Pencabutan izin usaha jasa pengangkutan pertambangan.
b) Setiap Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 (ayat 2) dikenai sanksi administrasi berupa Pencabutan izin usaha
pertambangan.41
b. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Pembinaan pada Perda terdapat pada Bab IV Pasal 10 yaitu:
1) Kepala Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan
jalan umum tertentu atau jalur sungai sebagaimana dimaksud dalam peraturan
daerah ini sesuai dengan kewenangannya dengan mempedomani ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan berupa sosialisasi,
pengendalian, pengawasan dan penindakan dilakukan Dinas Perhubungan
bersama instansi terkait.
3) Bupati/Walikota menyampaikan laporan setiap triwulan atau sewaktu-waktu
diperlukan hasil pembinaan dan pengawasan kepada Gubernur.42
5. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama penelitian yang dilakukan Ahmad Subhan dengan judul “Jejaring
kebijakan pengangkutan Batu bara di provinsi jambi ditinjau dari Perspektif good
governance”. Kajiannya menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan mengandalkan data sekunder telah menemukan bahwa
kompleksitas permasalahan pengangkutan batubara di Provinsi Jambi terlihat dari
adanya pelanggaran Perda oleh pengusaha batubara sehingga masih merusak jalan
umum, aksi demonstrasi sopir truk batubara, aksi protes blokir jalan oleh warga,
41 Peraturan Daerah provinsi Jambi Bab 4 Pasal 12 tentang Pembinaan dan Pengawasan 42 Peraturan Daerah provinsi Jambi Bab 4 Pasal 10 tentang Pembinaan dan Pengawasan
28
dan upaya pengusaha untuk mengugat Perda. Sumber permasalahannya yaitu
karena adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah daerah dengan pelaku
usaha batubara. Sopir batubara menjadi alat pelaku usaha untuk melakukan respon
ketidakpatuhan terhadap kebijakan Pemda. Kunci penyelesaiannya yaitu
penegakkan hukum dan dukungan kebijakan dari pemerintah kabupaten terhadap
kebijakan pemerintah provinsi.43
Kedua penelitian yang dilakukan Muhammad Muhdar dengan judul
“Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan Batu Bara pada Kawasan Hutan di
Kalimantan Timur”. Hasil penelitiannya yaitu kerusakan hutan tidak dapat
dihindari karena aturan saat inimembenarkan pertambangan batubara di kawasan
hutan. Implementasi peraturan tentang reklamasi pertambangan batubara di
kawasan hutan dapat dilakukan tanpa revegetasi dan mengurangi jumlahhutan di
Provinsi Kalimantan Timur.44
Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Andara Okta Ceasariani dengan
judul “Analisis Framing Pemberitaan Shipping Bongkar Muat Batubara Ilegal di
Pelabuhan Cirebon”. Hasil penelitiannya adalah mengkonstruksi kasus aktivitas
bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon memberikan dampak negatif dari
perspektif Pemerintah kota Cirebon. Masyarakat juga mengkonstruksi kasus
aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan Cirebon berdampak negatif dilihat
dari perspektif warga kota Cirebon.45
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan skripsi dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada salah satu objek dan jenis penelitian
yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan, yaitu sama-sama meneliti
Batubara dan penelitiannya bersifat kualitiatif. Sedangkan, perbedaan antara
proposal ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada peraturan yang
digunakan, pada penelitian pertama menggunakan Perda tahun 2012. Pada
43 Ahmad Subhan. 2015. Skripsi Jejaring kebijakan pengangkutan Batu bara di provinsi
jambi ditinjau dari Perspektif good governance. 44 Muhammad Muhdar. 2015. Skripsi Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan Batu Bara
pada Kawasan Hutan di Kalimantan Timur 45 Andara, Okta, Ceasariani. 2018. Skripsi Analisis Framing Pemberitaan Shipping
Bongkar Muat Batubara Ilegal di Pelabuhan Cirebon
29
proposal ini kajian lebih difokuskan untuk menjelaskan secara deskriptif
mengenai Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan
Batu Bara di Provinsi Jambi (Studi Kasus di Dinas Perhubungan Provinsi Jambi).
30
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penerapan Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan
Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara di Provinsi Jambi (Studi Kasus di Dinas
Perhubungan Provinsi Jambi). Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Tingginya kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengangkut batubara.
2. Banyaknya ruas jalan yang rusak, kemacetan dikarenakan konvoi kendaraan
pengangkut batubara.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.46 Sehingga
memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui
penelitian ini tentang Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan Pelanggaran
Pengangkutan Batu Bara di Provinsi Jambi (Studi Kasus di Dinas Perhubungan
Provinsi Jambi). Menurut Sugiyono menyatakan bahwa “Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci.47 Merriam menambahkan. kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan
digunakan peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen)48 dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif
atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
46Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22. 47Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 9. 48Sharan B. Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in Education,
(New York City, 1998), hlm. 3.
31
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun jenis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yang penulis ambil dari informasi di lapangan melalui observasi dan
wawancara di lokasi penelitian, data primer yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah informan yang akan diwawancarai yaitu 2 (satu) Kepala Dinas Perhubungan
Provnsi Jambi, 5 (Lima) supir truk batu bara dan 2 (Dua) masyarakat.
2. Data sekunder yang penulis ambil berupa dokumentasi, literatur, pustaka lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini.
Sumber data penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/ peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan orang yang bisa memberikan
data melalui wawancara. Sumber data yang berbentuk suasana/ peristiwa berupa suasana
yang bergerak ataupun lisan, meliputi ruangan, suasana, dan proses. Sumber data tersebut
merupakan objek yang akan diobservasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah
peristiwa atau kejadian, dimana dalam penelitian ini peristiwa dijadikan sumber data
adalah penelitian ini tentang pelanggaran pengangkutan batubara di Provinsi Jambi. Di
mana dalam hal ini Dinas Perhubungan Provinsi Jambi yang dapat memberikan informasi
dapat dilakukan melalui wawancara dan lainnya dan dokumentasi, di mana sumber data
yang diambil dari dokumen ini berupa data dalam bentuk laporan, catatan peristiwa,
keterangan, jumlah permasalahan, dan lain sebagainya.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel. Unit
analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta
atau sekelompok orang.49 Unit analisis juga menjelaskan kapan waktu (tahun berapa, atau
bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian tidak secara jelas menggambarkan
mengenai batasan waktu tersebut. Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah
pelanggaran pengangkutan batubara di Provinsi Jambi. Penetapan unit analisis tersebut,
karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan popupasi dan sampel, namun hanya
menggunakan dokumen-dokumen.
49Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 62.
32
Dalam penelitian ini informan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan informasi. Penentuan unit
sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf kelebihan artinya bahwa
dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru.50 Informan adalah orang yang memberi atau orang yang
menjadi sumber data dalam penelitian (nara sumber). Informan adalah orang yang
diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti dan diperkirakan orang yang menjadi
informan ini menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek
penelitian. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kewenangan dan keilmuan
yang terkait dengan penelitian ini, mereka diantaranya:
1. Kepala Dinas Perhubungan
2. Sekretaris Dinas Perhubungan
3. Kepala Bidang Dinas Perhubungan
4. Petugas Lapangan
5. Supir truk batu bara lima orang
6. Dan masyarakat
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Martinis Yamin
menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan
orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi aktif dalam aktiivitas
mereka.”51 Penelitian partisipatif ini kemudian dikhususkan lagi menjadi partisipasi pasif
(passive participation) artinya peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Obyek observasi dinamakan situasi
sosial yang terdiri atas:
a. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,hlm.85. 51Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm. 79.
33
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih
observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti
ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi
ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu
dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Perhubungan Provinsi Jambi dalam pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam
mengatasi pelanggaran pengangkutan batu bara yang ada di Provinsi Jambi. Observasi
yang dilakukan penulis dalam skripsi ini terhadap subyek menggunakan pedoman
observasi yang disusun sebagai berikut:
1) Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara berfikir.
2) Interaksi sosial dan tempat lingkungan.
3) Ekspresi saat wawancara dan Bahasa tubuh saat wawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan permasalahan yang diteliti, berupa
perkataan dari informan di lapangan, dan juga untuk mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur (semistructure interview) dimana pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan, laptop,
dan kamera karena penulis menggunakan wawancara catatan lapangan. Hal ini
bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber
data, dimana kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber data.
Karena wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur. Dalam skripsi ini, penulis
menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada subyek dengan menggunakan
dokumntasi catatan lapangan.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip
dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Nasution menyatakan
34
dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data
dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.52
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Aktivitas analisis data yaitu reduksi
data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan
sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan
dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan
memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi dari reduksi data
yang kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah dipahami. Penyajian
data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk
matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan bentuk
uraian singkat, bagan antara kategori dan sejenisnya. Dalam penulisan kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat
naratif dan di dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian
data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing.
Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari
sumber pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan/Verifikasi
52Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
143.
35
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penulisan kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi
jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa, ketiga
metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan penulis
lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan lapangan, dan juga
memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik kesimpulan Kebijakan
Pemerintah dalam Pengawasan Pelanggaran Pengangkutan Batu Bara di Provinsi
Jambi (Studi Kasus di Dinas Perhubungan Provinsi Jambi).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam penulisan
skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran tentang
tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, Kerangka Pemikiran,
Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan Penelitian,
Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan Alat Analisis Data,
Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang terdiri
dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka,
Lampiran dan Curriculum Vitae.
36
37
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan
Kota Jambi adalah ibu kota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu dari
10 daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi. Secara historis,
pemerintah kota jambi dibentuk dengan ketetapan gubernur sumatera
No.103/1946 sebagai daerah otonom kota besar di sumatera, kemudian diperkuat
dengan undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai daerah otonom kota
besar dalam lingkungan provinsi sumatera tengah. Dengan dibentuknya Provinsi
Jambi tanggal 6 Januari 1948, maka sejak itu pula Kota Jambi resmi menjadi Ibu
Kota Provinsi, dengan demikian Kota Jambi sebagai Daerah Tingkat II pernah
menjadi bagian dati tiga Provinsi yakni Provinsi Sumatera, Provinsi Sumatera
Tengah dan Provinsi Jambi sekarang. Salah satu tuntutan era reformasi yang
berkembang saat ini, memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah untuk
pelaksanaan otonomi daerah. Perubahan pradigma pemerintah yang semula
sentralistik menjadi desentralistik membutuhkan komitmen birokrat dalam
mengelola institusi publik.53
B. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi
1. Visi
“Terwujudnya Jambi Tuntas melalui penyelenggaraan sistem transportasi
yang andal dalam rangka menunjang perekonomian daerah dan memiliki daya
saing dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional”.
2. Misi
Adapun misi yang digunakan Dinas Perhubungan Provinsi Jambi yaitu:
a. Meningkatkan penyediaan Infrastruktur Transportasi yang memiliki daya
saing, terpadu didukung oleh sistem perencanaan yang berkelanjutan.
53 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
38
b. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi melalui pemeliharaan
infrastruktur, pengembangan transportasi massal dan berwawasan lingkungan.
c. Meningkatkan penyelenggaraan Pelayanan Transportasi yang Efisien dan
Efektif dalam rangka mewujudkan sistem transportasi yang terpadu, tertib,
aman, lancar, nyaman, selamat dan terjangkau.
d. Memperluas jaringan pelayanan dan Penyediaan akses Transportasi untuk
mendukung Distribusi Barang/Jasa melalui pengembangan transportasi multi
moda.
e. Meningkatkan Akuntabilitas kinerja kelembagaan didukung oleh Sumber
Daya Manusia yang kompeten, berkualitas, profesional dan menguasai
teknologi.54
C. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi
Pada umumnya organisasi yang baik haruslah sederhana, fleksibel, dan
adanya fungsi yang tepat serta adanya penetapan wewenang dan tanggung jawab.
Alasan penting penyusunan organisasi adalah unutk membedakan suatu tugas
dengan tugas yang lainnya, sehingga diperoleh efisiensi yang lebih besar, karena
dimungkinkan setiap individu menspesifikan dirinya. Pembatasan tanggung jawab
ini harus dicerminkan dalam rantai atau garis wewenang dari pimpinan atau
Kepala Dinas sampai pada bawahan yaitu staf pelaksana.55
Adapun Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Jambi, terdiri dari:
Tabel 3.1
Nama dan Jabatan Dinas Pehubungan Provinsi Jambi
No Nama Jabatan
1
H. Varial Adhi Putra, ST,
MM Kepala Dinas
2 Darma, ATD, DESS Sekretaris
3 Iqbal Efendi, SE, MM Kasubag Umum dan Kepegawaian
54 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018. 55 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
39
4 M. Yakin, SE Kasubag Program, Keuangan dan Aset
5 Bambang Budiharjo, A.TD Kepala Bidang Penembangan Jaringan Transportasi
6 Wing Gunariadi L, SE Kepala Bidang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian
7 Drs. H. Ismed Wijaya, MM
Kepala Bidang Perhubungan Laut, Sungai, Danau dan
Udara
8 Emil Herza Aljufri, S.KOM Kepala Seksi Pendapatan dan Informasi
9
Herlambang Saputra, ST,
MM Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan
10
Banuara Sagala, A.MD,
LLASDP Kepala Seksi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
11 Candra Edi, SE Kepala Seksi Perencanaan dan Pengembangan Jaringan
12 M. Faisal Reza, ST Kepala Seksi Prasarana
13 Bambang Mardiyanto, S.TP Kepala Seksi Perhubungan Laut
14 Linda Dewi, SE, MM Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengendalian
15 Endy Syafeti, S.SIT, MT Kepala Seksi Tehnik Sarana dan Keselamatan
16 Nurasikin Harahap, ST Kepala Seksi Perhubungan Udara
40
1.
41
2. Tugas Pokok Dan Fungsinya Dinas Perhubungan Provinsi Jambi
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang Perhubungan
dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah Provinsi sesuai dengan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Dinas
menyelenggarakan fungsi :56
1) Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dinas.
2) Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran dinas.
3) Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan urusan di
bidang Perhubungan.
4) Pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pembinaan, pemantauan, evaluasi
dan pelaporan sistem Perhubungan.
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas
dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam rangka
mengkoordinasikan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan, serta pembinaan dan
pengembangan perencanaan program, keuangan dan aset serta administrasi umum
dan kepegaiwan lingkup dinas dan sekretat.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretariat
menyelenggarakan fungsi :57
1) Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran sekretariat.
2) Pengoordinasian penyusunan kebijakan dan regulasi teknis bidang
Perhubungan.
56 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018. 57 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
42
3) Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang dinas.
4) Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional dan tenaga teknis di bidang
Perhubungan.
5) Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan surat menyurat dinas.
6) Pengelolaan kearsipan dinas.
7) Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara dinas.
8) Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kantor dinas.
9) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat.
10) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Kepala Subbagian Umum Dan Kepegawaian
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kasubbag Umum dan
Kepegawaian menyelenggarakan fungsi :
1) Penyusunan dan pelaksanaan bahan rencana strategis dan rencana kerja serta
anggaran sekretariat sesuai dengan lingkup tugasnya.
2) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kerumahtanggaan dinas.
3) Pelaksanaan kegiatan penatausahaan kepegawaian dinas.
4) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan kearsipan dinas.
5) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan dan
ketertiban dinas.
6) Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau ruang pertemuan dinas.
7) Pelaksanaan penerimaan, penatausahaan, penyimpanan dan pendistribusikan
prasarana dan sarana dinas.
8) Pelaksanaan kegiatan pengembangan karir pegawai dinas.
9) Penghimpunan, pengeolahan, penyajian dan pemeliharaan data, informasi dan
dokumen kepegawai.
10) Pelaksanaan perencanaan kebutuhan, penempatan, mutasi, pengembangan
kompetensi pegawai.
11) Pelaksanaan monitoring, pembinaan, pengendalian, pengembangan dan
pelaporan kinerja dan disiplin pegawai.
12) Pelaksanaan pengurusan hak, kesejahteraan, penghargaan, kenaikan pangkat,
cuti dan pension pegawai.
43
13) Penyiapan administrasi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
pegawai dalam dan dari jabatan.
14) Penyusunan analisis jabatan dan analisis beban kerja dinas.
15) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelakasanaan tugas subbagian.
16) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
d. Kepala Subbagian Program, Keuangan Dan Aset
Kasubbag Program, Keuangan dan Aset mempunyai tugas membantu
sekretariat dalam rangka melaksanakan rencana dan program kesekretariatan,
menghimpun dan menyusun standar operasional prosedur (SOP), standar
pelayanan minimal (SPM), dan rencana kebutuhan barang milik daerah
(RKBMD) / rencana kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah (RKPBMD)
serta menatausaha administrasi keuangan dan mengelola aset dinas.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kasubbag
program, Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi :58
1) Penyusunan bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
sekretariat.
2) Penghimpunan dan penyusunan SOP dan SPM dinas.
3) Penyusunan RKBMD dan RKPBMD dinas.
4) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan dinas.
5) Penghipunan dan penyusunan bahan pertanggungjawaban keuangan dinas.
6) Penerimaan, penelitian dan pengujian kelengkapan serta pemprosesan surat
permintaan pembayaran (SPP) yang diajukan oleh bendahara.
7) Pelaksanaan proses penebitan SPM.
8) Penghimpunan bahan dan penyusunan laporan keuangan dinas.
9) Pelaksanaan analisis dan evaluasi nilai dan manfaat asset dinas.
10) Pencatatan, pembukuab dan penyusunan akuntansi asset dinas.
11) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas subbagian.
12) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
58 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
44
e. Kepala Bidang Pengembangan Jaringan Transportasi
Kepala Bidang pengembangan Jaringan Transportasi mempunyai tugas
membantu dinas dalam rangka melaksanakan, mengkoordinasikan, merumuskan
pelaksanaan kegiatan dinas, musyawarah perencanaan pembangunan dan
dokumen usulan pembangunan sarana dan prasarana serta penyusunan Rencana
Strategis (RENSTRA), Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan
Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD) dan Rencana Kerja (RENJA).
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Bidang
Pengembangan Jaringan Transpotasi menyelenggarakan fungsi :59
1) Pengoordinasian, penyiapan rencana program kegiatan dan penyusunan
dokumen pengadaan, perencanaan usulan pembangunan sarana dan prasarana
transportasi dinas.
2) Pengoordinasian, perumusan dan penyiapan rencana pemeliharaan dan
pembangunan sarana dan prasarana transportasi serta pengembangan jaringan
trasnportasi.
3) Pengoordinasian, perumusan dan penyiapan bahan penelitian dan evaluasi
pengembangan trasnportasi.
4) Pengoordinasian dan penyusunan laporan tahunan, laporan pelenggaraan
pemerintah daerah dan laporan keterangan pertanggungjawaban.
5) Pengoordinasian dan penyusunan laporan pertanggungjawaban, serta
penelaahan dan evaluasi dokumen teknis pembangunan infrastruktur
transportasi.
6) Pelaksanaan pengelolaan sistem informasi perhubungan.
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi bidang.
8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Kepala Seksi Pendataan Dan Informasi
Kasi Pendataan dan Informasi mempunyai tugas membantu bidang dalam
rangka menyiapkan, melaksanakan, mengolah data-data operasional di sektor
59 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
45
perhubungan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pembangunan serta
mengolah Website dan/atau email dinas.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Seksi
Pendataan dan Informasi menyelenggarakan fungsi :60
1) Penghimpunan, Pengolahan dan penyusunan Data Base sector perhubungan.
2) Pengembangan sistem informasi dinas.
3) Pelaksanaan koordinasi penyusunan profil dinas.
4) Penyiapan dan pengelolaan data dan informasi sector transportasi melalui
5) Penyiapan, penyajian data informasi dan teknologi di sektor perhubungan.
6) Pengelolaan dan pemeliaharaan operasional website
7) Penyusunan / penyiapan rencana dan penyampaian data dan informasi sarana
dan prasarana transportasi.
8) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
pendataan dan pendataan dan informasi.
9) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
g. Kepala Seksi Perencanaan Dan Pengembangan Jaringan
Kepala Seksi Perencanaan dan Pengembangan Jaringan mempunyai tugas
membantu bidang dalam rangka melaksanakan koordinasi penyusunan
perencanaan, dokumen pembangunan dan pengembangan sistem transportasi.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, kepala Seksi
Perencanaan dan Pengembangan Jaringan menyelenggarakan fungsi :61
1) Penghimpunan dan penyiapan rencana program kegiatan dinas perhubungan.
2) Penyiapan bahan penyusunan, penelitian dan penelaahan dokumen
perencanaan pembangunan serta usulan pembangunan sarana dan prasarana
transportasi.
3) Penyiapan rencana pemeliharaan dan pembanguanan sarana dan prasarana
transportasi
60 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018. 61 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
46
4) Pelaksanan penyusunan bahan Rencana Strategis.
5) Pelaksanaan penyususnan bahan telaahan staf sebagai bshsn pertimbangan
pengambilan kebijakan.
6) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja lain.
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi.
8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
h. Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan Dan Monitoring
Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengendalian mempunyai tugas
menyiapkan, menghimpun dan menyusun laporan evaluasi dan monitoring
kegiatan pembangunan serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), LKPJ, LPPD, LPPK dan RKT/RENJA.
Untuk melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud diatas, Seksi Evaluasi,
Pelaporan dan Pengendalian meyelenggarakan fungsi :62
1) Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka penyususnan bahan evaluasi
dan penyusunan pelaporan Dinas.
2) Penganalisaan, pengkajian dan evaluasi data hasil pelaksanaan program kerja
dinas.
3) Penganalisaan dan penyusunan bahan Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Kegiatan (LPPK).
4) Penganalisaan dan penyusunan bahan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) dan LPPD.
5) Penyiapan dan penyusunan bahan laporan LKPJ, RENJA dan RKT Dinas
Perhubungan.
6) Penyiapan dan penyusunan bahan monitoring dan pelaporan program kerja
Dinas serta program pembangunan secara periodik.
7) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja yang terkait dalam rangka
pelaksanaan tugas.
8) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
62 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
47
evaluasi, Pelaporan dan Pengendalian.
i. Kepala Bidang Perhubungan Darat Dan Perkeretaapian
Kepala Bidang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian mempunyai tugas
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas perhubungan
darat dan perkeretaapian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Perhubungan Darat dan Perkeretaapian menyelenggarakan fungsi :63
1) Penyelenggaraan pengkajian program kerja bidang
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitas angkutan darat dan
perkeretaapian.
3) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitas teknis keselamatan.
4) Penyelenggaraan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan transportasi
darat dan perkeretaapian.
5) Pengoordinasian dan perumusan pengendalian dan pengawasan manajemen
dan rekayasa lalu lintas.
6) Perumusan dan pengkajian penetapan jaringan transportasi jalan dan
perkeretaapian.
7) Penyelenggaraan pelaksanaan pemberian rekomendasi perizinan, pelayanan
dan pengendalian angkutan jalan.
8) Peneyelenggaraan koordinasi dengan unit terkait.
9) Penyelenggaraan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan transportasi darat dan perkeretaapian.
10) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi bidang.
11) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
j. Kepala Seksi Lalu Lintas Dan Angkuatan
Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan mempunyai tugas membantu
bidang dalam rangka mengumpulkan dan mengelola data kecelakaan,
menyelenggarakan operasional terminal penumpang dan angkutan jalan serta
63 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
48
menyiapkan bahan kebijakan penetapan jaringan transportasi jalan dan
perkeretaapian, rekomendasi perizinan serta pelayanan penyelenggaraan lalu
lintas angkutan jalan dan perkeretaapian.
Untuk melaksanakan tugas sebagimana dimaksud diatas, Seksi Lalu Lintas
dan angkutan menyelenggarakan fungsi :64
1) Penyusunan bahan rencana strategis dan rencana kerja seksi lalu lintas dan
angkutan.
2) Penyusunan bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis di bidang lau lintas
dan angkutan jalan.
3) Pelaksanaan pembinaan, pengembangan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek dan angkutan orang
tidak dalam trayek.
4) Penyusunan bahan rekomendasi kepada penyelenggara pelayanan terpadu
dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran /
penyalahgunaan perizinan dan non perizinan angkutan orang.
5) Penyiapan dan penyusunan bahan kebijakan penetapan tarif angkutan antar
kota dalam provinsi jambi kelas ekonomi.
6) Penyiapan, penyusunan rencana program penyelenggaraan operasional
terminal tipe B.
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi lalu
lintas dan angkutan.
8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
k. Kepala Seksi Prasarana
Kepala seksi Prasarana mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
melaksanakan pemantauan, Penyusunan analisis unjuk kerja operasional prasarana
dan pengawasan teknis prasarana lalu lintas jalan dan perkeretaapian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimanan dimaksud diatas, Seksi
64 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
49
Prasarana meneyelenggarakan fungsi :65
1) Penyiapan penyususnan bahan rencana program pemantauan dan analisis kerja
operasional prasarana jalan dan perkeretaapian.
2) Penyususnan bahan rencana program usulan peningkatan kapasitas jalan,
terminal dan kebutuhan lalu lintas.
3) Perumusan bahan rencana program kebijakan pembangunan, pemeliharaan
dan peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, manajemen dan
rekayasa lalu lintas, terminal serta perkeretaapian.
4) Penyiapan perumusan bahan rencana program perbaikan lokasi potensi
kecelakan dan kemacetan lalu lintas di jalan provinsi.
5) Penyiapan, penyususnan dan evaluasi bahan kebijakan pelaksanaan
penyelenggaraan audit keselamatan jalan, inspeksi lalu lintas angkutan jalan
(LLAJ) serta analisis dampak lalu lintas (Amdal Lalin).
6) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi.
7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
l. Kepala Seksi Tehnik Sarana Dan Keselamatan
Kepala Seksi Tehnik Sarana dan Keselamatan mempunyai tugas
membantu bidang dalam rangka melakukan pemantauan, evaluasoi dan analisis
unjuk kerja sarana dan pengawasan teknis sarana serta keselamatan lalu lintas
jalan dan perkeretaapian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Seksi Tehnik
Sarana dan Keselamatan menyelenggarakan fungsi :66
1) Penyusunan bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan tehnik
sarana dan keselamatan.
2) Penyiapan penyusunan bahan rencana program peningkatan sarana lalu lintas
angkutan jalan dan perkeretaapian.
3) Penyiapan perumusan bahan rencana program pengawasan teknis sarana dan
65 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018. 66 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
50
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di jalan provinsi dan
perkeretaapian.
4) Penyelenggaraan dan pengendalian kawasan daerah rawan kecelakaan (DRK)
pada jalan provinsi.
5) Perumusan dan penyusunan bahan-bahan pembinaan kebijakan standar teknis
pelaksanaan penyelenggaraan pengujian berkala, industry karoseri.
6) Penyiapan dan perumusan bahan rencana program evaluasi pelaksanaan
penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dan penyesuaian dimensi
serta spesifikasi teknis kendaraan bermotor.
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi tehnik
sarana dan keselamatan.
8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
m. Kepala Bidang Perhubungan Laut, Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dan Udara
Kepala Bidang Perhubungan Laut, Sungai Danau dan Penyeberangan dan
Udara mempunyai tugas membantu dinas dalam rangka melaksanakan koordinasi,
perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang perhubungan laut, sungai danau dan penyeberangan dan udara.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Perhubungan Laut, Sungai Danau dan Penyeberangan dan Udara
menyelenggarakan fungsi :67
1) Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan jasa perhubungan laut, sungai
danau dan penyeberangan dan udara.
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitas keselamatan pelayaran dan
angkutan sungai danau dan penyeberangan.
3) Pengoordinasian dan perumusan kebijakan teknis dan pemberian bimbingan
terhadap penyelenggaraan angkutan laut, sungai danau dan penyeberangan
dan udara.
67 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
51
4) Pelaksanaan dan pemberian rekomendasi di bidang perhubungan laut, sungai
danau dan penyeberanagan dan udara.
5) Pelaksanaan pemantauan, pengawasan, pengendalian serta evaluasi
penyelenggaraan angkutan laut, sungai danau dan penyeberangan dan udara.
6) Penyiapan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
7) Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang.
8) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi bidang.
9) Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
n. Kepala Seksi Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Kepala Seksi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan mempunyai
tugas membantu bidang dalam rangka melaksanakan penyiapan dan perumusan
bahan pembinaan dan pelayanan jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Seksi Angkutan
Sungai Danau dan Penyeberangan menyelenggarakan fungsi :68
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis angkutan sungai danau dan
penyeberangan.
2) Penyiapan bahan rekomendasi angkutan sungai danau dan penyeberangan.
3) Penyelenggaraan dan penyiapan bahan bimbingan angkutan sungai danau dan
penyeberangan.
4) Penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penyelenggaraan angkutan
sungai danau dan penyeberangan.
5) Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
angkutan sungai danau dan penyeberangan.
6) Penyiapan bahan rencana program kebutuhan rambu-rambu sungai.
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
angkutan sungai danau dan penyeberangan.
68 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
52
8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberi kan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
o. Kepala Seksi Perhubungan Laut
Kepala Seksi Perhubungan laut mempunyai tugas membantu bidang dalam
rangka melaksanakan membantu bidang dalam rangka penyiapan dan perumusan
bahan pembinaan dan pelayanan jasa perhubungan laut.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Seksi
Perhubungan Laut menyelenggarakan fungsi:69
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakn teknis penyelenggaraanperhubungan
laut.
2) Penyiapan bahan rekomendasi penyelenggaraan perhubungan laut.
3) Penyiapan bahan bimbingan penyelenggaraan perhubungan laut.
4) Penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penyelenggaraan kegiatan
perhubungan laut.
5) Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
perhubungan laut.
6) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
perhubungan laut.
7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
p. Kepala Seksi Perhubungan Udara
Kepala Seksi Perhubungan Udara mempunyai tugas membantu bidang
dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan dan perumusan kebijakan teknis
bahan pembinaan dan pelayanan jasa perhubungan udara.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Seksi
Perhubungan Udara menyelenggarakan fungsi :70
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan perhubungan
udara.
2) Penyiapan bahan rekomendasi penyelenggaraan perhubungan udara.
69 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018. 70 Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, Arsip sejarah Dinas Perhubungan Provinsi
Jambi Tahun 2017-2018.
53
3) Penyiapan bahan bimbingan penyelenggaraan perhubungan udara.
4) Penyiapan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penyelenggaraan
perhubungan udara.
5) Penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
perhubungan udara.
6) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
perhubungan udara.
7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
Dinas Perhubungan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
wewenang Desentralisasi dan tugas Dekonsentralisasi di bidang perhubungan.
Sejalan dengan Inpres No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) dikeluarkan ssebagai wujud pengembangan dan penerapan
sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan legilimiate. Dan dengan
dikeluarkannya Inpers ini pemerintah telah menerapkan sistem pertanggung
jawaban yang berfokus kepada kinerja yang meliputi penyusunan Rencana
Strategik (RENSTRA), pengukuran kinerja secara terpadu dalam pertanggung
jawaban keberhasilan / kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta misi
organisasi.
Dinas perhubungan mempunyai tugas pokok membantu walikota dalam
melaksanakan urusan perancanaan, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
pelayanan dan pembangun di bidang perhubungan yang meliputi lalu-lintas,
pelayaran dan udara, pengendalian operasional, angkutan dan teknik sarana
prasarana dan ketatausahaan.
54
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Jenis pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di Provinsi Jambi
Dalam proses pengangkutan batubara seringkali ditemukan pelanggaran-
pelanggaran, khususnya pelanggaran pengangkutan batubara di Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan beberapa jenis
pelanggaran pengangkutan batubara diantaranya:
1. Kelebihan Tonase (Kelebihan Muatan)
Secara definisi kelebihan muatan (overloading) yaitu suatu kondisi beban
gandar kendaraan melebihi beban standar yang digunakan. Seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Bambang Budiharjo selaku Kepala Bidang Pengembangan Jaringan
Transportasi dalam wawancara sebagai berikut:
“Memang banyak sekali kasus kelebihan muatan dalam pengangkutan
batubara saat ini, bisa dibilang semua mobil pengangkutan batubara itu
lebih dari standar, mobil itu standarnya paling max yaitu 10 ton dan lebih
dari itu tidak ada lagi toleransi, pasti bakaln terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan”.71
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa hamper semua
supir pengangkut batubara membawa muatan lebih dari standar, hal tersebut pun
dibenarkan oleh Bapak Herlambang Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan
Angkutan sebagai berikut:
“Sangat benar sekali jika pengangkut batubara itu selalu membawa muatan
lebih dari standar dikarenaka mereka banyak yang kejar target. Diketahui
bahwa upah yang mereka terima itu sangat rendah yaitu Rp. 90.000/ton
sehingga mereka berlomba-lomba untuk membawa muatan banyak.
Bahkan mereka bisa 2x pulang pergi”.72
Berdasarkan wawancara diatas dapat dicermati bahwa banyak nya
pengangkuatan batu bara overloading dikarenakan murahnya upah yang diberikan
71 Wawancara bersama Bapak Bambang Budiharjo selaku Kepala Bidang Pengembangan
Jaringan Transportasi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 72 Wawancara bersama Bapak Herlambang Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan
Angkutan Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
55
perusahaan pertambangan kepada supir pengangkut batubara sehingga
menyebabkan terjadinya overloading. Hal tersebut ditambhakn oleh Bapak Wing
Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai
berikut:
“Selain upah yang minim terjadinya kelebihan muatan juga disebabkan
tidak adanya pengawasan yang ketat di bagian penimbangan, karena untuk
saat ini jembatan penimbangan baik sarolangun ataupun batanghari
dikelola oleh Kementrian Perhubungan bukan Pemerintah Daerah
Provinsi, selain itu juga isi Perda No 13 tahun 2012 memperkecil
kewenangan Dinas Perhubungan Provinsi yang mana Dishub Provinsi
lebih condong ke Dinas ESDM yang mana pengawasana akan banyak
dilakukan di mulut tambang untuk saat ini sedang dalam tahap proses
revisi Perda, yang mana nantinya harapan kami dapat mengawasi langsung
baik itu penimbangan dan pengawasan. Kami pada saat ini hanya
mengawasi jam operasional saja. Kalaupun mau menindak harus
melibatkan pihak kepolisian”.73
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa lemahnya
Perda No 13 Tahun 2012 yang mana Dinas Perhubungan Provinsi di persempit
dalam pengawasan tentang pengangkutan batubara, kurang ketatnya pengawasan
di jembatan timbang juga yang mengakibatkan cara supir untuk memuat angkutan
batubara berlebih.
2. Tidak Membawa Surat-Surat
Maraknya jumlah pengangkutan batubara juga sebagian besar supir tidak
memiliki ataupun membawa surat-surat lengkap sehingga banyak yang terjaring
razia, hal tersebut di jelaskan oleh Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas
Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai berikut:
“Banyaknya jumlah supir pengangkut batubara membuat mereka merasa
aman akan tindakan razia sehingga tak jarang mereka lalai dalam
membawa surat-surat seperti, SIM, STNK, Surat Jalan dan buku uji
kendaraan yang mana ini menjadi poin penting ketika saat ada pengawasan
dari kepolisian, nah untuk kasus seperti itu biasanya yang menindak dari
pihak kepolisian, kita hanya memberikan rambu-rambu saja”.74
73 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 74 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
56
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa masih banyak
supir pengangkut batubara yang mengabaikan dokumen penting dalam
pengangkutan barang (batubara).
3. Iring-iringan kendaraan (Kompoi)
Banyaknya jumlah mobil pengangkutan batubara menyebabkan terjadinya
iring-iringan kendaraan (konvoi) yang menyebabkan kemacetan dan keresahaan
warga yang dilewati oleh kendaraan pengangkut batubara, hal ini dijelaskan oleh
Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat dan
Perkeretaapian sebagai berikut:
“Terjadinya kondisi iring-iringan atau konvoi itu disebabkan terlalu
banyaknya mobil pengangkutan batubara, karena berdasarkan data yang
kami terima kurang lebih kendaraan batubara adalah 1500/hari. Kami
sudah memberikan arahan kepada perusahaan bahkan supir untuk tidak
melakukan konvoi tersebut, namun masih banyak supir tersebut “serong”
terhadap peraturan, dan dikarenakan juga masih banyak supir muda-
muda”.75
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa tinggi nya
mobilitas kendaraan pengangkut batubara yang menyebabkan iring-iringan
kendaraan (konvoi). Terjadinya konvoi membuat masyarakat dan pengendara lain
merasa terganggu. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Rahmat selaku
masyarakat Sungai Duren sekaligus pengendara motor dalam wawancaranya
sebagai berikut:
“Iya sangat sering mobil batubara itu beriringan, gak tau mulainya dari
mana, kita sebagai pengendara motor sangat kesal ketika mau mendahului
iringan mobil tersebut. Kalaupun tidak didahului kita kena debu dan asap
kendaraan. Saya berharap pemerintah memberikan ketegasan kepada
pengangkut batubara ataupun pihak perusahaan untuk mencari
solusinya”.76
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa masyarakat
sangat berharap kepada pihak pemerintah untuk memberikan ketegasan kepada
75 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 76 Wawancara bersama Bapak Rahmat selaku masyarakat Desa Sungai Duren Muaro
Jambi, tanggal 13 Maret 2020.
57
pihak perusahaan ataupun menindak langsung kepada para supir untuk tidak
beriring-iringan dijalan yang mana banyak menimbulkan efek yang buruk kepada
masyarakat. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Jalal selaku supir
pengangkut batubara sebagai berikut:
“Kami pribadi sebenarnya tidak menginginkan untuk iring-iringan namun
pada detik ini pemerintah memberikan jam operasional mulai jam 18:00
sampai dengan jam 06:00. Hal ini yang menyebabkan terjadinya iring-
iringan, waktu yang sangat singkat sedangkan rendahnya upah supir
pengangkut batubara”.77
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Teguh sebagai supir pengangkut
batubara dalam wawancara sebagai berikut:
“Kami sebagai supir itu harus kejar target dengan cara muatan kami
lebihkan ataupun 2 trip dalam waktu yang sangat singkat tersebut. Upah
kami hanya 90.000/ton, kalau kami bawa standar 10 ton berarti dapat Rp
900.000. itu sudah termasuk jatah solar, makan selama perjalanan, rokok,
upah bongkar, belum lagi untuk pemilik truk. Paling bersih kita dapat Rp
200.000 untuk sekali trip. Belum lagi kalau ada ban pecah, gardan patah,
malah tekor”.78
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa ketatnya
peraturan jam operasional dan minimnya upah membuat para supir harus kejar-
kejaran dengan waktu
4. Melanggar Jam Operasional
Jam operasional yaitu waktu yang mengatur kapan dibolehkannya
kendaraan (batubara) mulai beroperasi. Pemerintah sudah menghimbau kepada
seluruh angkutan batubara bahwasannya jam operasional mulai dari jam 18:00
sampai jam 06:00. Hal tersebut juga disampaikan langsung oleh Bapak Wing
Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai
berikut:
“Iya memang benar masih banyak supir yang melanggar jam operasional
pengngkutan batubara yang seharusnya melewati jalur umum jam 6 sore
dan mereka melintas tengah hari itu masih banyak. Hal tersebut
dikarenakan kesalahan perusahaan tambang, seharusnya perusahaan
memuat batubara ke mobil-mobil pengangkut dilakukan pada siang
77 Wawancara bersama Bapak Jalal selaku supir pengangkut batubara, tanggal 12 Maret
2020. 78 Wawancara bersama Bapak Teguh selaku supir pengangkut batubara, tanggal 12 Maret
2020.
58
ataupun sore jadi ketika tepat jam 6 sore mobil pengangkut bisa
beroperasi, namun kenyataannya ketika masih perusahaan sudah mulai
mengangkut batubara dari lokasi tambang ke mobil pengangkut, kadang
ada juga rombongan batubara yang melintas jam 8 pagi”.79
Hal tersebut juga ditambahkan oleh Bapak Bambang Budiharjo selaku
Kepala Bidang Pengembangan Jaringan Transportasi dalam wawancara sebagai
berikut:
“Melanggar jam operasional juga disebabkan tidak adanya peraturan yang
ketat yang diterapkan baik itu Perda ataupun Pergub. Ada dijelaskan
dalam Pergub No. 18 Tahun 2013 Pasal 8 bahwa pengangkutan batubara
dilaksanakan dengn sistem one way mulai pukul 20:00 s/d 05:00 namun
itu untuk daerah Lubuk Kambing-Merlung bukan untuk ke Talang Duku.
Lemahnya peraturan juga membatasi kita untuk bertindak, dengan adanya
revisi Perda kami berharap bisa memperluas dalam hal pengawasan
angkutan batubara, sehingga jika ada yang melanggar jam operasional kita
akan berikan SP 1 langsung kepada pihak perusahaan bukan lagi ke supir
pengangkut batubara”.80
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa masih banyak
angkutan batubara yang melanggar jam operasional yang sudah ditetapkan, namun
hal tersebut juga dipengaruhi oleh lemahnya hukum yang mengatur jam
operasional angkutan baik itu Perda ataupun Pergub. Dishub untuk saat ini
berharap agar proses revisi segera selesai sehingga dapat menindak lebih jauh
oknum-oknum yang melakukan pelanggaran.
5. Menggunakan Jalur Umum
Dalam proses pengangkutan batubara sudah dijelaskan dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jambi Nomor 13 Tahun 2012 Bab III tentang Pengaturan
Pengangkutan Batubara yang mana terdapat 2 poin yaitu:
a. Setiap pengangkutan batubara dalam Provinsi Jambi wajib melalui jalan
khusus atau jalur sungai,
79 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 80 Wawancara bersama Bapak Bambang Budiharjo selaku Kepala Bidang Pengembangan
Jaringan Transportasi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
59
b. Kewajiban melalui jalur khuus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
siap selambat-lambatnya januari 2014.81
Dal hal pengangkutan batubara juga diatur dalam Peraturan Gubernur
Jambi Nomor 18 tahun 2013 Bab IV pasal 3 tentang pengangkutan batubara
melalui jalan umum yang mana ada 2 poin diantaranya yaitu:
a. Penyelenggaraan pengangkutan batubara harus menggunakan jalan khusus
atau jalur sungai.
b. Sementara jalan khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) belum tersedia,
Kepala Daerah melakukan pembatasan penggunaan jalan umum
tertentu/kendaraan tertentu untuk angkutan batubara sampai dengan 31
Desember 2013 dengan ketentuan sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.82
Berdasarkan penjelasan diatas juga disampaikan oleh Bapak Wing
Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai
berikut:
“Mengenai jalur umum dan jalur khusus ini, dulu waktu harga batubara
tinggi, ada PT.SAS mengusulkan untuk membuat jalur khusus, namun
pada waktu itu tiba-tiba batubara harganya turun dan tidak terlaksana.
Sekarang ada lagi investor yang akan membangun jalur khusus yaitu Pt.
Bulian Property yang saat ini baru tahap pembebasan di 3 kabupaten.
Selain mengurus pembebasan nantinya harus di urus AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) baik Amdal lingkungan ataupun
lalulintasnya. Jalur yang akan dibangun itu sekitar 125 Km mulai dari
Sarolangun sampai ke Talang Duku”.83
Hal tersebut juga ditambahkan oleh bapak Bapak Herlambang Saputra
selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan sebagai berikut:
“Kamipun sudah berusaha menyarankan kepada pemerintah kabupaten
untuk membuat jalur alternatif, karena jalur dibulian itu setengah milik
kabupaten dan setengah lagi milik provinsi, cuman permasalahannya pihak
kabupaten tidak mau melepas sehingga sampai saat ini belum terealisasi
81 Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 13 Tahun 2012 Bab III tentang Pengaturan
Pengangkutan Batubara 82 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 18 tahun 2013 Bab IV pasal 3 tentang pengangkutan
batubara melalui jalan umum 83 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
60
jalur khusus karena belum adanya persetujuan dari pemerintah kabupaten,
sehingga sampai saat ini masih menggunakan jalur umum”. 84
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa sampai detik
ini perusahaan batubara masih melanggar ketentuan karena dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jambi Nomor 13 Tahun 2012 selambat-lambatnya pengangkutan
batubara yaitu januari 2014, dan pada Peraturan Gubernur Jambi Nomor 18 tahun
2013 selambat-lambatnya pengangkutan batubara yaitu desember 2013. Namun
sampai detik ini masih belum terealisasi jalur khusus untuk angkutan batubara
disebabkan karena belum adanya persetujuan dari pihak Pemerintah Kabupaten.
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada 5 jenis
pelanggaran yang sering dilakukan oleh mobil pengangkutan batubara yaitu,
kelebihan tonaase, tidak membawa surat-surat, iring-iringan kendaraan,
melanggar jam operasional, dan menggunakan jalur umum.
B. Dampak pelanggaran pengangkutan batubara yang ada di Provinsi Jambi
Selain jenis pelanggaraan yang dilakukan pengangkutan batubara maka dampak
yang terjadi, baik itu untuk supir pengangku, pemerintah dan masyarakat. Berikut ini
penulis wawancara langsung dengan Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas
Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai berikut:
“Kalau untuk dampak dari pelanggaran pengangkutan batubara itu banyak sekali
salah satunya bisa kita lihat sendiri kerusakan jalan umum, mulai dari Batanghari
sampai ke Muaro Jambi itu banyak lubang, itu disebabkan karena terlalu
banyaknya mobilitas pengangkut batubara dengan muatan yang berlebih”.85
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa dampak dengan
banyaknya mobilitas batubara menyebabkan rusaknya jalur umum yang ada di Provinsi
Jambi khusunya jalur mulai dari Sarolangun sampai ke Muaro Jambi. Hal itu juga
ditambahkan oleh Bapak Supriadi selaku masyarakat Desa Sungai duren sebagai berikut:
“Kalo untuk banyak nian lah, misalnyo dari iring-irngan mobil tu buat kito
kadang susah tiduk, apolagi kito dekat jalan macam ni. Belum lagi jalan kito
banyak rusak dan belubang. Kadang yang buat kesal tu kalau kito nak pegi ke
simpang rimbo, susah sekali kito mau nyalip (mendahului) mobil batubara tu.
84 Wawancara bersama Bapak Herlambang Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan
Angkutan Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 85 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
61
Biasonyo ke simpang rimbo tu cukup 10 menit, ini kadang setengah jam. Selain
itu jugo banyak nian korban kecelakaan akibat batubara ni, sudah berapo bae
nyawo disungai duren ni melayang. Sebagai masyarakat kami berharap ulur
tangan pemerintah dengan serius menindak semua kasus mobil batubara”.86
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa dampak yang
dirasakan masyarakat khususnya Sungai Duren Muaro Jambi akibat pengangkutan
batubara yaitu sering merasa terganggu ketika malam hari dikarenakan banyaknya mobil
pengangkut batubara serta banyak merenggut korban akibat lalainya peraturan
pemerintah dalam menindak dan mengawasi kasus-kasus yang terjadi dalam
pengangkutan batubara. Hal lainya juga disampaikan oleh bapak Bapak Herlambang
Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan sebagai berikut:
“Memang masih sangat banyak dampak yang terjadi pada saat ini, namun sejauh
ini kami selaku bagian dari pemerintah hanya bisa sekedar mengatur jam
operasional. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang
diakibatkan oleh pengangkut batubara karena dilaksanakan pada malam hari, lain
halnya jika ada supir yang melanggar jam operasional, maka itu adalah tugas dari
kepolisian untuk menindaknya, kalaupun kami mau menindak harus di damping
oleh pihak kepolisian”.87
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa pihak Dinas
Perhubungan hanya bisa mengatur jam operasional pengangkutan untuk mengurangi
angka kecelakaan yang terjadi karena pengangkutan batubara dilaksanakan pada malam
hari.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 dampak
pengangkutan batubara diantaranya yaitu, Kerusakan Jalur Umum, Meresahkan Warga,
dan Kecelakaan. Hal itu dikarenakan banyaknya supir pengangkut batubara yang
melanggar aturan yang sudah ditentukan namun kurangnya penangan yang dilakukan
pemerintah dalam menindak.
C. Solusi yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi pelanggaran pengangkutan
batu bara yang ada di Provinsi Jambi
Pelaksanaan pengawasan terhadap kedisiplinan pengangkut batubara di Provinsi
Jambi yang dilakukan oleh pemerintah telah dijelaskan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Jambi Nomor 13 Tahun 2012 Bab IV Pasal 10 poin kedua tentang Pembinaan dan
86 Wawancara bersama Bapak Supriadi selaku masyarakat Desa Sungai Duren Muaro
Jambi, tanggal 13 Maret 2020. 87 Wawancara bersama Bapak Herlambang Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan
Angkutan Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
62
Pengawasan yang mana “Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan berupa
sosialisasi, pengendalian, pengawasan dan penindakan dilakukan Dinas Perhubungan
bersama instansi terkait”. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Wing Gunariadi L
selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat dan Perkeretaapian sebagai berikut:
“Pada saat ini kami sudah sering melakukan sosialisai namun kenyataan
dilapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan, kami memberikan sosialisasi
seperti jumlah muatan yang harus diangkut, bahayanya kelebihan muatan, namun
masih banyak supir-supir yang nakal dan memperdulikan itu. Kami memiliki
tugas hanya memonitoring kejadian yang ada, karena tetap yang menindak itu
dari pihak kepolisian baik itu sanksi ataupun teguran tertulis”.88
Hal diatas juga di dijelaskan oleh bapak Bapak Herlambang Saputra selaku
Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan sebagai berikut:
“Selain sosialisasi juga kami selalu melakukan pengawasan setiap harinya, dan
kami juga telah memberikan jam operasional yang seharusnya, itu darenakan
kami setidaknya bisa memperkecil angka kecelakaan dikarenakan pengangkutan
batubara. Namun sejauh ini jika ada kasus kecelakaan kami pun selalu
melibatkan pihak instansi lain yaitu dari kepolisian. Untuk kasus kelebihan
muatan itu kami belum bisa menindak dikarenakan masih sempitnya kewenangan
kami di Perda”.89
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas
perhubungan telah melakukan tugasnya yaitu memberikan sosialisasi dan pengawasan
sedangkan dalam penindakan itu dilakukan oleh pihak kepolisian. Hal tersebut
seharusnya pihak dishub ikut serta dalam menindak bahkan sampai ke sanksi-sanksi bagi
yang melanggar seperti yang sudah tertulis di Perda Bab IV Pasal 12 tentang pembinaan
dan pengawasan disebutkan bahwa setiap pelaku usaha yang melanggar ketentuan
dikenakan sanksi administrasi yaitu, Teguran Tertulis, Penguranagan rebcana produksi
yang diusulkan pada tahun berikutnya, pencabutan izin usaha ( pencabutan izin usaha
pertambanagan operasi produksi, pencabutan izin operasi khusus pengangkutan dan
penjualan, pencabutan izin usaha jasa pengangkutan batubara). Namun kenyataannya
pada saat ini banyak kasus pelanggaran tapi semakin meningkat jumlah kendaraan
pengangkut batubara beroperasi. Hal tersebut terjadi karena lemahnya Perda sehingga
memperkecil dalam penindakan dan pengawasan.
88 Wawancara bersama Bapak Wing Gunariadi L selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020. 89 Wawancara bersama Bapak Herlambang Saputra selaku Kepala Seksi Lalu Lintas dan
Angkutan Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, tanggal 11 Maret 2020.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kebijakan
pemerintah dalam pengawasan pelanggaran pengangkutan batu bara di provinsi
jambi (studi kasus dinas perhubungan provinsi jambi), dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada 5 jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh mobil pengangkutan
batubara yaitu, kelebihan tonaase, tidak membawa surat-surat, iring-iringan
kendaraan, melanggar jam operasional, dan menggunakan jalur umum.
2. Ada 3 dampak akibat pengangkutan batubara diantaranya yaitu, Kerusakan Jalur
Umum, Meresahkan Warga, dan Kecelakaan. Hal itu dikarenakan banyaknya supir
pengangkut batubara yang melanggar aturan yang sudah ditentukan namun
kurangnya penangan yang dilakukan pemerintah dalam menindak.
3. Dinas perhubungan telah melakukan tugasnya yaitu memberikan sosialisasi dan
pengawasan sedangkan dalam penindakan itu dilakukan oleh pihak kepolisian.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Seharusnya pemerintah serius dalam menindak dan mengawasi tentang
pengangkutan batubara mengingat semakin tahun semakin tinggi angka
kecelekaan yang disebabkan babtubara.
2. Hendaknya pemerintah juga berani menindak langsung perusahaan-
perusahaan batubara yang melanggar UU yang telah ditentukan. Sehingga
tidak terjadi lagi segala bentuk pelanggaran batubara.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature
Abdul Kadir Muhammad, SH. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi), Jakarta : Rineka Cipta.
2008.
Bambang Poernomo, 2002, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalih Indonesia.
E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum
Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional (Yogyakarta: Liberty,
1989)
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,Jilid III,
Djambatan, cetakan II,1984.
JM Van Bemmelen dalam Bambang Poernomo, 2002, Dalam Asas-asas Hukum
Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Jurnal Ilmu Pemerintahan 2015 Jejaring Kebijakan Pengangkutan Batubara di
Provinsi Jambi ditinjau dari Perspektif Good Govermance. Vol. 1. No.1
Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti.
2011.
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009.
Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.
Muhdar, Muhammad. Skripsi Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan Batu Bara
pada Kawasan Hutan di Kalimantan Timur. 2015.
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Okta, Ceasariani, Andara. Skripsi Analisis Framing Pemberitaan Shipping Bongkar
Muat Batubara Ilegal di Pelabuhan Cirebon. 2018.
R. Soekardono, Hukum Dagang Indosia, CV Rajawali, Jakarta, 1981.
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung 1979.
Ridwan Khairandy, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin, dan Djohari Santoso,
Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta,
1999.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, 2012.
Sharan B. Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in
Education, New York City, 1998.
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2006.
Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2003.
Simanjutak, B., I. L. Pasaribu, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda,
(Bandung: Tarsito, 1990).
Subhan, Ahmad. Skripsi Jejaring kebijakan pengangkutan Batu bara di provinsi
jambi ditinjau dari Perspektif good governance.2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Sri Rejeki Hartono, SH. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat. Penerbit:
UNDIP, 1980.
S Wojowasito. Kamus Bahasa Indonesia, Bandung: Shinta Dharma, 1972.
Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana, Bandung, Refika Aditama.
Yusuf Shofie. Pelaku Usaha,Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi,
Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002.
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 13 Tahun 2012 Tentang Pengangkutan
Batubara Dalam Provinsi Jambi
Peraturan Gubernur Jambi No. 18 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengangkutan
Batubara
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 105 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
C. Lain-lain
https://jambi.tribunnews.com diakses tanggal 5 Desember 2019
Jurnalmanajemen.com diakses tanggal 6 Desember 2019.
liputan6.com diakses tanggal 5 Desember 2019
Wawancara Bersama Bapak Wing Gunariadi L, SE Selaku Kepala Dinas Perhubungan Darat
dan Perkeretaapian
Wawancara Bersama Bapak Herlambang Saputra, ST, MM Selaku Kepala Seksi Lalu Lintas
dan Angkutan
Dampak Pengangkutan Batubara
39
1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAMBI
KEPALA DINAS
H. VARIAL ADHI PUTRA, ST, MM
NIP. 19831223 201001 1 002 SEKRETARIS
DARMA, ATD, DESS
NIP. 19641225 198703 1 005
KASUBAG PROGRAM, KEUANGAN
DAN ASET
M. YAKIN, SE
NIP. 19731021 199212 1 001
KASUBAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
IQBAL EFENDI, SE, MM
NIP. 19831223 201001 1 002
KEPALA BIDANG PERHUBUNGAN LAUT,
SUNGAI, DANAU PENYEBERANGAN DAN
UDARA
Drs. H. ISMED WIJAYA, MM
NIP. 19701025 199003 1 002
KEPALA SEKSI ANGKUTAN SUNGAI,
DANAU DAN PENYEBERANGAN
BANUARA SAGALA, A.MD, LLASDP
NIP. 19640821 198603 1 004
KEPALA SEKSI PERHUBUNGAN LAUT
BAMBANG MARDIYANTO, S.TP
NIP. 19810323 201001 1 013
KEPALA SEKSI PERHUBUNGAN UDARA
NURASIKIN HARAHAP, ST
NIP. 19770401 201101 2 005
KEPALA DINAS PERHUBUNGAN DARAT
DAN PERKERATAAPIAN
WING GUNARIADI L, SE
NIP. 19710314 199403 1 004
KEPALA SEKSI LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN
HERLAMBANG SAPUTRA, ST, MM
NIP. 19731117 201001 1 007
KEPALA SEKSI PRASARANA
M. FAISAL REZA, ST
NIP. 19820508 200501 1 006
KEPALA SEKSI TEHNIK SARANA DAN
KESELAMATAN
ENDY SYAFETI, S.SIT, MT
NIP. 19781109 200012 1 006
KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN
JARINGAN TRANSPORTASI
BAMBANG BUDIHARJO, A.TD
NIP. 19690628 199301 1 002
KEPALA SEKSI PENDAPATAN DAN
INFORMASI
EMIL HERZA ALJUFRI, S.KOM
NIP. 19790930 200901 1 010
KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN JARINGAN
CANDRA EDI, SE
NIP. 19790118 200312 1 002
KEPALA SEKSI EVALUASI,
PELAPORAN DAN PENGENDALIAN
LINDA DEWI, SE, MM
NIP. 19720427 200012 2 003
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL