EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus...

49
EFEKTIV Phyllanthus n DALAM PAKAN Aeromonas hydr DEPA FAKULTA IN VITAS CAMPURAN TEPUNG MEN niruri DAN BAWANG PUTIH Allium N UNTUK PENCEGAHAN INFEKS rophila PADA IKAN LELE DUMBO DADANG KURNIAWAN ARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN AS PERIKANAN DAN ILMU KELA NSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 NIRAN m sativum SI BAKTERI O Clarias sp. N AUTAN

Transcript of EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus...

Page 1: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

EFEKTIVITAS CAMPURAN Phyllanthus n

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophil

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN Phyllanthus niruri DAN BAWANG PUTIH Allium s

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI ydrophila PADA IKAN LELE DUMBO

DADANG KURNIAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

MENIRAN Allium sativum

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Page 2: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

EFEKTIVITAS CAMPURAN Phyllanthus niruri

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan padaProgram Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN Phyllanthus niruri DAN BAWANG PUTIH Allium sativum

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias

DADANG KURNIAWAN

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

MENIRAN Allium sativum

DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI Clarias sp.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Page 3: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN Phyllanthus niruri DAN BAWANG PUTIH Allium sativum DALAM PAKAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

DADANG KURNIAWAN C14062625

Page 4: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Judul Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

Nama Mahasiswa : Dadang Kurniawan

Nomor Pokok : C14062625

Disetujui Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dinamella Wahjuningrum NIP. 19700521 199903 2 001

Dr. Mia Setiawati kkkkkkkkk NIP. 19641026 199203 2 001

Diketahui Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal Lulus :

Page 5: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas

segala perkenan-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan tema

peran fitofarmaka dalam mengatasi penyakit ikan dilakukan sejak 22 April 2010

sampai dengan 28 Mei 2010 di Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik,

Departemen Budidaya Perairan.

Terima kasih penulis kepada Dr. Dinamella Wahjuningrum dan Dr. Mia

Setiawati selaku dosen pembimbing yang selalu terbuka dalam memberikan

bimbingan dan arahan serta kepada Dr. Alimuddin sebagai dosen penguji yang

telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi. Di samping itu, penulis

juga berterima kasih kepada Prof. Dr. C. Hanny Wijaya yang telah berkenan

memberikan jurnal-jurnal ilmiahnya tentang bawang putih. Terima kasih juga

penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa

berdoa untuk anak-anaknya, serta rekan-rekan yang telah membantu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Bogor, Agustus 2010

Dadang Kurniawan

Page 6: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang tanggal 01 September 1986 dari pasangan

Ayah Memed Pendi dan Ibu Nenoh Sukaenah. Penulis merupakan anak ke tiga

dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 1 Situraja dan lulus

tahun 2005. Tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke IPB melalui Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih mayor Teknologi dan

Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan di

kampus antara lain : pengurus HIMAKUA divisi kewirausahaan periode

2008/2009, anggota paduan suara fakultas 2007-2010, asisten praktikum Dasar-

Dasar Mikrobiologi Akuatik 2008/2009, dan asisten praktikum Manajemen

Kesehatan Akuakultur 2010. Selain itu penulis juga pernah praktik lapang di

BPBI Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat dan mengikuti beberapa seminar

antara lain Seminar Nasional Akuakultur 2008, Strategi Peningkatan Mutu

Pendidikan Nasional 2009, Seminar Pengelolaan Perikanan dalam Perspektif

Islam 2009, dan SEMILOKA Jamu sebagai Warisan Budaya untuk Meningkatkan

Citra Indonesia 2010.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan

bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.”

Page 7: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

ABSTRAK

DADANG KURNIAWAN, Efektivitas Campuran Tepung Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan MIA SETIAWATI.

Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) menyebabkan penyakit serius pada ikan lele Clarias sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis efektif dari tepung meniran dan bawang putih yang dicampur dalam pakan komersil dengan metode yang aplikatif di lapangan. Perlakuan yang diujikan adalah 4 dosis tepung meniran dan bawang putih yang berbeda, yaitu A (0,1%), B (1,1%), C (2,1%), D (3,1%), dan ditambah perlakuan kontrol, yaitu K⁻ (tanpa tepung meniran dan bawang putih, dan disuntik 0,1 ml PBS) dan K⁺ (tanpa tepung meniran dan bawang putih, dan diinfeksi 0,1 ml A. hydrophila). Perlakuan diberikan selama 14 hari sebelum uji tantang, dan pada hari ke-15 dilakukan uji in vivo dengan menyuntikkan A. hydrophila (108 CFU/ml) ke ikan secara intramuskular dan diamati selama 10 hari. Parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak, pertumbuhan spesifik, gejala klinis, penyembuhan luka, organ dalam, dan kualitas air. Data dianalisis dengan ANOVA satu faktor. Diperoleh kelangsungan hidup K⁻ 100±0,00%, C 60±20%, A 40±40%, B 40±40%, K⁺ 33,33±11,55% , dan D 20±0,0% (p<0,05). Perlakuan K- tidak berbeda nyata dengan perlakuan C. Dosis C (2,1%) efektif untuk pencegahan penyakit MAS pada ikan lele Clarias sp.

Kata kunci: A. hydrophila, lele dumbo, bawang putih, meniran

Page 8: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

ABSTRACT

DADANG KURNIAWAN, The Effectivity Mixed Powders of Phyllanthus niruri and Allium sativum in Feed for the Prevention of Aeromonas hydrophila Infection in Walking Catfish Clarias sp. Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM and MIA SETIAWATI.

Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) caused by Aeromonas hydrophila induced serious epidemics of ulcerative disease in walking catfish (Clarias sp.). Purpose of this research was to determine the effective dosage of Allium sativum and Pyllanthus niruri powders mixed in commercial feed with more applicable method in the field. The treatments tested were four different dosages of A. sativum and P. niruri powders, namely A (0,1%), B (1,1%), C (2,1%), D (3,1%) and control, namely K⁻ (without A. sativum and P. niruri powders, and injected with PBS 0,1 ml) and K⁺ (without A. sativum and P. niruri powders, and infected with A. hydrophila 0,1 ml). The treatments was given for two weeks before challenging test, at 15th day test in vivo carried out by injecting A. hydrophila (108 CFU/ml) into the fish by intramuscular and observed for 10 days. Parameters measured were survival rate, absolute growth, specific growth rate, clinical symptoms, wound healing, organs morphology, and water quality. Data were processed statistically using completely randomized design ANOVA single factor. The results showed that the survival of treatment K⁻ was 100±0,00%, C 60±20%, A 40±40%, B 40±40%, K⁺ 33,33±11,55%, and D 20±0,0% (p<0,05). The survival was not significantly different between treatment K⁻ and C. Thus C (2,1%) was effective and could be for preventing MAS in catfish (Clarias sp.).

Key words: A. hydrophila, Clarias sp., Allium sativum, Pyllanthus niruri

Page 9: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

II. METODOLOGI ................................................................................. 3 2.1 Metode Penelitian ......................................................................... 3 2.1.1 Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila .. 3 2.1.2 Uji Postulat Koch ................................................................ 3 2.1.3 Pembuatan Tepung Meniran Phyllanthus niruri ................ 3 2.1.4 Pembuatan Tepung Bawang Putih Allium sativum ............. 4 2.1.5 Penentuan Dosis Perlakuan ................................................. 4 2.1.6 Pembuatan Pakan Perlakuan ............................................... 5 2.1.7 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ............................................ 5 2.1.8 Uji In Vivo ........................................................................... 5 2.2 Parameter Pengamatan ................................................................. 7 2.2.1 Respons Ikan terhadap Pakan ............................................. 7 2.2.2 Pertumbuhan ....................................................................... 7 2.2.3 Kelangsungan Hidup ........................................................... 7 2.2.4 Gejala Klinis dan Penyembuhan Luka ................................ 8 2.2.5 Pengamatan Organ Dalam .................................................. 8 2.2.6 Kualitas Air ......................................................................... 8 2.3 Analisis Data ................................................................................ 8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 10 3.1 Hasil ............................................................................................ 10 3.1.1 Identifikasi Bakteri Uji ........................................................ 10 3.1.2 Uji In Vivo ........................................................................... 10 3.1.2.1 Respons Ikan terhadap Pakan ......................................... 10 3.1.2.2 Pertumbuhan................................................................... 11 3.1.2.3 Kelangsungan Hidup ..................................................... 12 3.1.2.4 Gejala Klinis .................................................................. 13 3.1.2.5 Penyembuhan Luka ....................................................... 14 3.1.2.6 Pengamatan Organ Dalam ............................................. 20 3.1.2.7 Kualitas Air ................................................................... 21 3.3 Pembahasan ................................................................................... 22

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 29 4.1 Kesimpulan .................................................................................... 29 4.2 Saran ............................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30

LAMPIRAN ............................................................................................... 32

Page 10: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi bahan perlakuan dalam pakan ........................................... 4

2. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur ....................................... 8

3. Parameter uji sebelum dan sesudah infeksi ......................................... 11

4. Kualitas air pada akhir perlakuan ........................................................ 21

5. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode berbeda .......... 26

Page 11: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema uji in vivo ................................................................................. 6

2. Tagging pada ikan ................................................................................ 6

3. A. hydrophila umur 1x24 jam pada medium TSA .............................. 10

4. Ekspresi sel hasil pewarnaan Gram ..................................................... 10

5. Pertumbuhan mutlak ikan lele selama 14 hari sebelum infeksi .......... 11

6. Kelangsungan hidup ikan lele pada akhir perlakuan ........................... 12

7. Jumlah kematian per hari pasca infeksi .............................................. 12

8. Perlakuan K⁻ tidak menimbulkan gejala klinis ................................... 13

9. Gejala klinis radang timbul pada jam ke-7 pada perlakuan K⁺ ........... 14

10. Haemoragi timbul pada hari ke-1 pasca injeksi pada perlakuan A ..... 14

11. Tukak timbul pada hari ke-2 pasca injeksi pada perlakuan B ............. 14

12. Gejala ikan sebelum mati hari ke-3 pada perlakuan B ........................ 14

13. Perubahan diameter luka perlakuan K⁺U1 .......................................... 15

14. Perubahan diameter luka perlakuan AU1 ........................................... 16

15. Perubahan diameter luka perlakuan BU2 ........................................... 17

16. Perubahan diameter luka perlakuan CU3 ........................................... 18

17. Perubahan diameter luka perlakuan DU2 ........................................... 19

18. Penyembuhan luka .............................................................................. 20

19. Organ dalam ikan lele setiap perlakuan .............................................. 21

20. Suhu air selama perlakuan .................................................................. 22

Page 12: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis statistik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup …... 33

2. Gejala klinis dan diameter luka setiap perlakuan ………..………….. 35

3. Perubahan diameter luka ………..………………………………….... 37

Page 13: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

I. PENDAHULUAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP, 2010) menargetkan

pada tahun 2014 produksi ikan dari sektor budidaya meningkat sebesar 353%,

yaitu 5,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 16,89 juta ton pada tahun 2014

dengan berpegang pada penerapan Good Aquaculture Practices (GAP) sehingga

memenuhi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai yang

dipersyaratkan oleh pasar global. Menurut peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia nomor Per. 01/MEN/2007, Good Aquaculture

Practices adalah pedoman dan tata cara budidaya, termasuk cara panen yang baik,

untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan

budidaya dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, bahan kimia, dan

bahan biologis. Lebih lanjut lagi penggunaan antibiotik tertentu sudah tidak

diperbolehkan termasuk dalam pakan.

Salah satu jenis ikan yang potensial untuk memenuhi target 353% adalah

ikan lele. Pencapaian dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi.

Kelebihan yang dimiliki ikan lele sangat memungkinkan untuk mencapai target

tersebut. Ikan lele merupakan komoditas ikan air tawar yang memasyarakat

terutama di Pulau Jawa. Ikan lele diproduksi secara intensif oleh para

pembudidaya karena memiliki kelebihan, yaitu dapat dibudidayakan di lahan dan

sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, pertumbuhannya cepat,

teknologi budidaya relatif mudah dikuasai masyarakat serta memiliki nilai

ekonomis tinggi.

Pembudidaya melakukan intensifikasi produksi ikan lele dengan cara

meningkatkan padat tebar. Hal ini berdampak pada meningkatnya peluang

timbulnya penyakit. Umumnya penyakit pada ikan lele adalah penyakit MAS

(Motile Aeromonad Septicaemia) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas

hydrophila yang sewaktu-waktu dapat menyerang pada kondisi tertentu (Swann

dan White, 1989). Dengan demikian perlu dilakukan pencegahan sebelum ikan

positif terinfeksi. Sebelum adanya pelarangan penggunaan antibiotik,

pembudidaya umumnya menggunakan berbagai antibiotik kimiawi sintetis untuk

Page 14: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

menanggulangi penyakit ini, tetapi sekarang penggunaan antibiotik sudah sangat

dibatasi.

Alternatif yang tepat saat ini adalah penggunaan bahan-bahan herbal atau

fitofarmaka untuk pencegahan atau pengobatan. Dewasa ini perkembangan dunia

obat herbal begitu signifikan karena akan mengarah kepada saintifikasi

jamu/herbal. Meniran termasuk ke dalam obat herbal yang sedang disaintifikasi

dan digali lebih dalam lagi (SEMILOKA, 2010). Bubuk bawang putih

mengandung senyawa aktif antitrombotik untuk digunakan sebagai “health food

supplement” (Wijaya, 1995). Fitofarmaka yang digunakan untuk pencegahan

dalam penelitian ini adalah campuran dari meniran Phyllanthus niruri dan bawang

putih Allium sativum dalam bentuk tepung yang dicampurkan ke dalam pakan.

Campuran ini didasarkan pada bahan aktif yang terkandung di dalam bahan alami

tersebut. Bawang putih berperan sebagai antimikroba (Cavalito et al., 1994 dalam

Wijaya, 2000), sedangkan meniran berperan dalam meningkatkan sistem imun

(Suprapto, 2010).

Penelitian Sholikhah (2009) dilakukan dengan bahan yang sama tetapi

dalam bentuk ekstrak yang disemprotkan ke pakan sebagai upaya untuk

pencegahan dan pengobatan penyakit MAS. Konsentrasi yang digunakan untuk

pencegahan adalah 5 ppt meniran dan 20 ppt bawang putih dengan dosis 0,1 ml/g

pakan dengan perbandingan meniran dan bawang putih adalah 1:2. Hal ini dinilai

kurang efisien dalam pemberiannya ke ikan dan kemungkinan leaching sangat

besar sebelum dimakan ikan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis efektif dari tepung meniran

dan bawang putih yang dicampur dalam pakan komersil sebagai upaya

pencegahan penyakit MAS pada ikan lele Clarias sp.

Page 15: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

II. METODOLOGI

2.1 Metode Penelitian

2.1.1 Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila

Pewarnaan Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang penting dan luas

yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Metode pewarnaan Gram

mengikuti prosedur Sunatmo (2007). Uji sifat biokimia dan fisiologi bakteri

meliputi uji oksidatif/fermentatif, uji motilitas, uji oksidase, dan uji katalase.

Berdasarkan uji biokimia akan diperoleh genus suatu bakteri dengan mengacu

pada Tabel Cowan (Cowan dan Steel, 1974).

2.1.2 Uji Postulat Koch

Postulat Koch dilakukan untuk menguji sediaan bakteri Aeromonas

hydrophila yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Uji Postulat Koch

dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu uji virulensi, fasase, dan pengenceran

berseri. Uji virulensi dilakukan dengan menyuntikkan sediaan A. hydrophila

murni ke ikan sehat hingga menyebabkan sakit pada ikan tersebut. Fasase

dilakukan dengan cara A. hydrophila hasil isolasi dari ikan yang telah berupa

biakan murni ditumbuhkan dalam media TSA (Trypticase Soy Agar) miring dan

diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator. Pengenceran berseri dilakukan dengan

mengkultur A. hydrophila ke dalam 25 ml media TSB (Trypticase Soy Broth)

kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam water bath shaker. Setelah itu diambil

1 ml ke dalam Effendorf dengan menggunakan pipet mikro, kemudian disentrifuse

sekitar 5 menit dan dibuang supernatannya. Natan yang diperoleh dicuci dengan

PBS sebanyak 2x dan disentrifuse, setelah itu diambil 0,1 ml dan dimasukkan ke

dalam Effendorf yang berisi 0,9 ml PBS, dilakukan hal yang sama hingga

pengenceran yang diinginkan.

2.1.3 Pembuatan Tepung Meniran Phyllanthus niruri

Penepungan dilakukan agar bahan tercampur rata dalam pakan komersil.

Tepung meniran digunakan sebagai sediaan bahan untuk pencampuran dalam

pakan. Pohon meniran yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun meniran,

Page 16: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

sedangkan bunga, batang, akar serta daun yang berwarna kuning tidak digunakan.

Setelah itu daun meniran dikering udarakan tanpa terkena sinar matahari langsung

sekitar 3 hari, kemudian dihaluskan dengan blender dan tepung meniran disimpan

dalam wadah kedap udara.

2.1.4 Pembuatan Tepung Bawang Putih Allium sativum

Tepung bawang putih digunakan sebagai sediaan bahan untuk pencampuran

dalam pakan. Bawang putih dikupas dan diiris tipis, setelah itu dikering udarakan

tanpa terkena sinar matahari langsung sekitar 5 hari. Selanjutnya di oven selama 1

jam pada suhu 60⁰C, kemudian dihaluskan dengan blender. Setelah itu disimpan

dalam wadah kedap udara.

2.1.5 Penentuan Dosis Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan dosis yang paling

efektif dari kombinasi tepung meniran dan bawang putih sebagai pencegahan

penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia). Perlakuan didasarkan pada

penelitian sebelumnya dengan metode yang berbeda, setiap perlakuan diberikan

3x ulangan (Tabel 1). Metode yang digunakan sebelumnya adalah pemberian

bahan berupa ekstrak meniran dan bawang putih yang disemprotkan ke pakan

dengan perbandingan meniran dan bawang putih adalah 1:2 (Sholikhah, 2009),

sehingga dosis perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Tabel 1. Komposisi bahan perlakuan dalam pakan Perlakuan Total (%) Meniran (%) Bawang putih (%)

Kontrol negatif 0 0 0 Kontrol positif 0 0 0

A 0,1 0,03 0,07 B 1,1 0,40 0,70 C 2,1 0,70 1,40 D 3,1 1,00 2,10

Keterangan : Kontrol negatif (K⁻) : tidak diberi bahan perlakuan dalam pakan, tidak diinfeksi

A. hydrophila pada hari ke-15. Kontrol positif (K⁺) : tidak diberi bahan perlakuan dalam pakan, diinfeksi

A. hydrophila pada hari ke-15. A, B, C, D : diberi bahan perlakuan dalam pakan (sesuai Tabel 1),

diinfeksi A. hydrophila pada hari ke-15.

Page 17: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

2.1.6 Pembuatan Pakan Perlakuan

Pakan komersil berprotein 30% ditepungkan, kemudian dicampur dengan

tepung meniran dan bawang putih sesuai dosis perlakuan serta ditambahkan

vitamin C 0,1% dan diaduk rata. Setelah itu ditambahkan air sebanyak 30% lalu

dicetak, kemudian di oven sekitar 2 jam pada suhu 60⁰C. Pakan disimpan dalam

wadah kedap udara.

2.1.7 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 akuarium berukuran

60 cm x 30 cm x 30 cm. Akuarium sebelumnya dicuci dan dikeringkan, kemudian

didisinfeksi dengan kaporit 100 ppm selama 24 jam. Setelah itu diisi air setinggi

20-25 cm, kemudian di kaporit 30 ppm selama 24 jam, selanjutnya dinetralisir

dengan tiosulfat 15 ppm dan diaerasi kuat. Bagian pengaman supaya ikan tidak

stres, akuarium dan seluruh dindingnya ditutup plastik berwarna hitam agar ikan

lele tidak loncat.

Ikan lele yang digunakan berukuran panjang 12,08±0,57 cm. Ikan lele

diadaptasikan dalam wadah penampungan terlebih dahulu selama 1-2 minggu

sebelum dimasukkan ke dalam akuarium. Selama adaptasi ikan diberi pakan 2 kali

sehari. Pakan yang digunakan pakan komersil yang mengandung protein 30%.

Sebelum masuk penampungan, ikan lele direndam di air garam 0,1% selama 5

menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan parasit yang dibawa dari tempat

sebelumnya.

Tahap selanjutnya adalah pengadaptasian ikan lele di dalam akuarium. Ikan

lele diadaptasikan selama 3-5 hari. Setiap akuarium diisi ikan sebanyak 5 ekor.

Setelah beradaptasi, ikan lele diberi pakan perlakuan dengan FR (Feeding Rate)

3%, dan FF (Feeding Frequency) 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore.

2.1.8 Uji In Vivo

Uji in vivo dilakukan untuk menentukan pengaruh dosis tepung meniran dan

bawang putih yang berbeda dalam pakan terhadap kelangsungan hidup ikan lele

setelah diinfeksi A. hydrophila. Penginfeksian A. hydrophila dilakukan setelah

pakan perlakuan diberikan selama 14 hari (Gambar 1).

Page 18: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Ikan lele 15 ekor setiap per

hydrophila dengan dosis 10

Perlakuan yang diinfeksi deng

D, sedangkan K⁻ disuntik 0,1 ml

Ikan setiap perlakuan diberi tanda yang berbeda, yaitu pada sirip pektoral

kanan, pektoral kiri, dan sirip

setelah ikan diinfeksi,

dipanaskan. Fungsi dari penandaan (

ikan dalam satu perlakuan, satu ulangan selama pengamatan

Pki Pka

Keterangan : Pki = Sirip pektoral sebelah kiri dilubangiPka = Sirip pektoral sebelah kanan dilubangi• = Sirip kaudal dilubangi sebanyak 1 lubang•• = Sirip kaudal dilubangi sebanyak 2 lubang••• = Sirip kaudal dilubangi sebanyak 3 lubang

15 ekor setiap perlakuan (3 ulangan) diinfeksi dengan

dengan dosis 108 CFU/ml sebanyak 0,1 ml/ikan secara intramuskular.

Perlakuan yang diinfeksi dengan A. hydrophila adalah perlakuan K

disuntik 0,1 ml PBS/ekor.

Gambar 1. Skema uji in vivo

perlakuan diberi tanda yang berbeda, yaitu pada sirip pektoral

kanan, pektoral kiri, dan sirip kaudal (Gambar 2). Penanda pada ikan

eksi, yaitu dengan melubangi sirip menggunakan besi yang

. Fungsi dari penandaan (tagging) adalah untuk membedakan antar

ikan dalam satu perlakuan, satu ulangan selama pengamatan.

Pki Pka • •• •••

Gambar 2. Tagging pada ikan

= Sirip pektoral sebelah kiri dilubangi = Sirip pektoral sebelah kanan dilubangi

Sirip kaudal dilubangi sebanyak 1 lubang Sirip kaudal dilubangi sebanyak 2 lubang Sirip kaudal dilubangi sebanyak 3 lubang

15

15

15

15

15

lakuan (3 ulangan) diinfeksi dengan A.

secara intramuskular.

adalah perlakuan K⁺, A, B, C, dan

perlakuan diberi tanda yang berbeda, yaitu pada sirip pektoral

pada ikan dilakukan

sirip menggunakan besi yang

untuk membedakan antar

•• •••

Page 19: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

2.2 Parameter Pengamatan 2.2.1 Respons Ikan terhadap Pakan

Pengamatan respons ikan terhadap pakan dilakukan dari awal hingga akhir

perlakuan. Respons ikan terhadap pakan diamati saat pemberian pakan dilakukan

pada setiap perlakuan. Respons ikan terhadap pakan dapat diukur dari sisa pakan

dengan cara mengurangi pakan yang seharusnya diberikan (FR 3%) dengan sisa

pakan selama satu hari.

2.2.2 Pertumbuhan

Bobot ikan ditimbang saat awal, tengah, dan akhir perlakuan sebelum uji

tantang dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,001.

Pertambahan bobot ikan dihitung dengan rumus (Effendi, 2004) :

Pertumbuhan mutlak � Wt � Wo

t

Keterangan : Wt = bobot rataan akhir (gram) Wo = bobot rataan awal (gram) Pertumbuhan spesifik dihitung dengan formula di bawah ini (Lieder, 1978

dalam Steffens, 1989)

Pertumbuhan/hari �%� � ln �� � ln ��

t� 100

Keterangan : Pt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) Po = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t = Masa pemeliharaan (hari)

2.2.3 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari hingga akhir perlakuan. Setiap

ikan yang mati dicatat dan diukur panjang serta bobotnya. Penghitungan

kelangsungan hidup dilakukan di akhir perlakuan dengan formula sebagai berikut

(Effendi, 2004).

Kelangsungan hidup �%� � Nt

No � 100%

Keterangan : Nt = Jumlah ikan akhir (ekor) No = Jumlah ikan awal (ekor)

Page 20: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

2.2.4 Gejala Klinis dan Penyembuhan Luka

Gejala klinis diamati setiap hari setelah ikan diinfeksi dengan A. hydrophila.

Gejala klinis yang diamati adalah radang, haemoragi, tukak, dan kematian.

Penyembuhan luka diukur berdasarkan persentase perubahan diameter luka

selama perlakuan dari diameter luka maksimum yang disebabkan infeksi bakteri

A. hydrophila. Penyembuhan luka diamati setiap 2 hari sekali selama 10 hari.

Rumus yang digunakan untuk penghitungan persentase perubahan diameter

luka adalah sebagai berikut.

A�$�∆X% � A�$'(�

Keterangan : A(i) = Diameter luka maksimum pada hari ke-i (cm) ΔX% = Persentase penyembuhan luka A(i+1) = Diameter luka pada hari ke-i+1 (cm)

2.2.5 Pengamatan Organ Dalam

Pada akhir perlakuan dilakukan pengamatan organ dalam untuk menentukan

dan membedakan kelainan klinis yang terjadi antar perlakuan. Pengamatan

meliputi morfologi dan warna organ dalam ikan.

2.2.6 Kualitas Air

Kualitas air diukur di awal dan akhir perlakuan. Parameter yang diukur

adalah oksigen terlarut, TAN (Total Amoniak Nitrogen), pH, dan suhu. Tabel 2 di

bawah ini adalah satuan dan alat pengukuran dari parameter kualitas air.

Tabel 2. Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur Parameter Satuan Alat ukur

Oksigen terlarut ppm DO meter TAN ppm Spektrometer pH - pH meter Suhu ⁰C Termometer

2.3 Analisis Data

Percobaan ini dilakukan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap).

Data dianalisis menggunakan ANOVA single factor, dan uji lanjut untuk beda

nyata menggunakan uji Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara

kuantitatif adalah kelangsungan hidup dan pertumbuhan (pertumbuhan mutlak dan

Page 21: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

pertumbuhan spesifik), sedangkan parameter yang dianalisis secara deskriptif

adalah gejala klinis, penyembuhan luka, respons ikan terhadap pakan, morfologi

organ dalam, dan kualitas air.

Page 22: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Identifikasi Bakteri Uji

Identifikasi bakteri uji meliputi pewarnaan Gram, sifat biokimia dan

fisiologi bakteri. Bakteri uji memiliki morfologi koloni berwarna krem, elevasi

cembung, tepian halus (Gambar 3), dan morfologi selnya berwarna merah muda,

sel berbentuk batang dan bersifat Gram negatif (Gambar 4). Sifat biokimia dan

fisiologi bakteri uji adalah positif terhadap uji O/F (Oksidatif/Fermentatif),

bersifat motil, dan positif terhadap uji oksidase dan katalase. Pengujian dilakukan

sebelum uji in vivo.

Gambar 3. A. hydrophila umur 1x24

jam pada medium TSA

Gambar 4. Ekspresi sel hasil

pewarnaan Gram

3.1.2 Uji In Vivo

3.1.2.1 Respons Ikan terhadap Pakan

Pengamatan respons ikan terhadap pakan sebelum diinfeksi dengan A.

hydrophila menunjukkan bahwa secara keseluruhan ikan pada setiap perlakuan

mampu memakan pakan yang diberikan dengan baik selama 14 hari pemberian.

Jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dapat dilihat pada Tabel 3.

Pengamatan respons ikan terhadap pakan juga dilakukan setelah ikan

diinfeksi dengan A. hydrophila. Pengamatan ini dilakukan selama 10 hari.

Respons ikan terhadap pakan dapat dihitung dari jumlah pakan sisa, maka

diperoleh jumlah pakan yang diberikan per ulangan. Respons ikan setelah 2 hari

hingga 10 hari pasca diinfeksi A. hydrophila relatif meningkat pada setiap

perlakuan. Jumlah pakan yang dikonsumsi pada setiap perlakuan dan parameter

Page 23: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

uji lainnya, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak, dan pertumbuhan

spesifik dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Parameter uji sebelum dan sesudah infeksi

Parameter uji Penambahan total bahan (meniran + bawang putih)

Kontrol - (0%)

Kontrol + (0%)

A (0,1%)

B (1,1%)

C (2,1%)

D (3,1%)

Sebelum infeksi : - Konsumsi pakan (g/hari/ikan) 1,67±0,13 1,87±0,24 1,66±0,18 1,73±0,12 1,67±0,14 1,66±0,09 - Pertumbuhan mutlak (g/hari) 0,22±0,05a 0,24±0,09a 0,28±0,09a 0,19±0,13a 0,18±0,06a 0,16±0,07a - Pertumbuhan spesifik (%) 1,94±0,57a 2,00±0,65a 2,24±0,66a 1,53±0,97a 1,54±0,46a 1,38±0,39a - Kelangsungan hidup (%) 100±0,00 100±0,00 100±0,00 100±0,00 100±0,00 100±0,00 Sesudah infeksi : - Konsumsi pakan (g/hari/ikan) 1,61±0,63 0,79±0,47 0,50±0,32 0,54±0,39 0,90±0,55 0,56±0,37 - Kelangsungan hidup (%) 100±0,00b 33,33±11,50a 40±40a 40±40a 60±20ab 20±0,0a

3.1.2.2 Pertumbuhan

Pertumbuhan mutlak ikan secara keseluruhan mengalami peningkatan dari

bobot rata-rata awal hingga akhir perlakuan (Tabel 3 dan Gambar 5). Penambahan

tepung meniran dan bawang putih sampai 3,1% dalam pakan tidak berbeda nyata

terhadap pertumbuhan mutlak ikan lele antar perlakuan. Hasil uji statistik

disajikan pada Lampiran 1.

Pertumbuhan spesifik ikan secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Besarnya persentase pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.

Penambahan tepung meniran dan bawang putih dalam pakan tidak berbeda nyata

terhadap pertumbuhan spesifik ikan lele antar perlakuan. Hasil uji statistik

disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 5. Pertumbuhan mutlak ikan lele selama 14 hari sebelum infeksi

a a a a a a a

Page 24: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

3.1.2.3 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan lele merupakan parameter yang utama.

Penghitungan kelangsungan hidup ikan lele dilakukan di akhir perlakuan setelah

ikan diinfeksi A. hydrophila. Kelangsungan hidup di awal dan akhir perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 6.

Gambar 6. Kelangsungan hidup ikan lele pada akhir perlakuan

Kelangsungan hidup paling tinggi adalah perlakuan K⁻ (0%) sebesar

100±0,00%, perlakuan C (2,1%) sebesar 60±20%, perlakuan A (0,1%) sebesar

40±40%, perlakuan B (1,1%) sebesar 40±40%, perlakuan K⁺ (0%) sebesar

33,33±11,55%, dan perlakuan D (3,1%) sebesar 20±0,0%. Berdasarkan hasil uji

lanjut dengan Duncan diperoleh bahwa antara perlakuan K⁻ dengan C tidak

berbeda nyata, sedangkan perlakuan K⁺, A, B, dan D berbeda nyata dengan

perlakuan K⁻ (p<0,05) . Hasil uji statistik disajikan pada Lampiran 1.

a a a a ab b

100±0,00%

33,33±11,55% 40±40% 40±40%

60±20%

20±0,0%

Gambar 7. Jumlah kematian per hari pasca infeksi

Page 25: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Kematian terjadi dimulai pada hari ke 2 hingga hari ke-4 pasca infeksi A.

hydrophila pada semua perlakuan. Kematian terbanyak terjadi pada hari ke-3, dan

setelah hari ke 5 hingga akhir perlakuan tidak terjadi kematian lagi (Gambar 7).

3.1.2.4 Gejala Klinis

Pengamatan gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi A. hydrophila pada

ikan lele berupa radang, haemoragi, tukak hingga kematian (Lampiran 2). Selain

itu juga diamati gejala klinis yang lain yaitu nafsu makan. Gejala klinis mulai

timbul pada jam ke-7 pasca infeksi. Perlakuan K⁻ (0%) tidak menunjukkan gejala

klinis pasca infeksi hingga akhir perlakuan karena hanya diinjeksi dengan PBS 0,1

ml seperti terlihat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Perlakuan K⁻ tidak menimbulkan gejala klinis Berbeda halnya dengan perlakuan lainnya yaitu K⁺ (0%), A (0,1%), B

(1,1%), C (2,1%), dan D (3,1%) yang sudah menimbulkan gejala klinis berupa

radang pada wilayah bekas injeksi, pada jam ke-7 pasca infeksi. Gejala klinis

berupa hilangnya nafsu makan terjadi pada beberapa jam pasca infeksi hingga satu

hari setelah penginfeksian. Nafsu makan yang menurun juga bisa diakibatkan oleh

stres akibat handling. Gejala klinis lain yang timbul adalah ikan terlihat lemas.

Perlakuan K⁺ (0%) pada jam ke-7 mulai menunjukkan gejala klinis berupa

radang di sekitar daerah bekas injeksi (Gambar 9). Perlakuan A (0,1%) pada hari

ke-1 pasca infeksi mulai menunjukkan gejala klinis berupa haemoragi dengan

diameter 0,5 cm di sekitar daerah bekas injeksi (Gambar 10). Perlakuan B (1,1%)

pada hari ke-2 pasca infeksi mulai menunjukkan gejala klinis berupa tukak dengan

diameter 1,6 cm di sekitar daerah bekas injeksi (Gambar 11). Perlakuan B (1,1%)

Page 26: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

pada hari ke-3 pasca infeksi akan mengalami kematian (Gambar 12), dengan

gejala mata ikan mulai putih dan ikan mengapung tegak lurus di permukaan air.

Gambar 9. Gejala klinis radang timbul pada jam ke-7 pada perlakuan K⁺

Gambar 10. Haemoragi timbul pada hari ke-1 pasca infeksi pada perlakuan A

Gambar 11. Tukak timbul pada hari ke-2 pasca infeksi pada perlakuan B

Gambar 12. Gejala ikan sebelum mati hari ke-3 pada perlakuan B

3.1.2.5 Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dapat terlihat dari mengecilnya diameter luka.

Waktu yang dibutuhkan untuk luka kembali menutup dari setiap perlakuan

tergantung pada besarnya diameter luka awal yang ditimbulkan. Pada perlakuan

K+ (0%) ulangan 1 (K⁺U1), diameter luka maksimal yang terbentuk adalah 1 cm

menjadi 0,3 cm pada hari ke-6, 9, dan 10. Perubahan diameter luka perlakuan K+

ulangan 1 dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.

Page 27: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

a. Luka hari ke-3 perlakuan K⁺U1 • 1 cm

b. Luka hari ke-4 perlakuan K⁺U1 • 0,8 cm

c. Luka hari ke-6 perlakuan K⁺U1 • 0,3 cm

d. Luka hari ke-9 perlakuan K⁺U1 • 0,3 cm

e. Luka hari ke-10 perlakuan K⁺U1 • 0,3 cm

Gambar 13. Perubahan diameter luka perlakuan K⁺U1

Perlakuan A (0,1%) ulangan 1 (AU1) dengan diameter luka maksimal yang

terbentuk adalah 0,4 cm menjadi 0 cm pada hari ke-9 dan 10 pasca diinfeksi A.

hydrophila, bahkan bekas luka nyaris tidak tampak lagi. Hal ini terjadi karena

Page 28: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

diameter luka awal yang ditimbulkan tidak begitu parah. Perubahan diameter luka

perlakuan A ulangan 1 dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini.

a. Luka hari ke-3 perlakuan AU1 pki 0,4 cm

b. Luka hari ke-4 perlakuan AU1 pki 0,3 cm

c. Luka hari ke-6 perlakuan AU1 pki 0,2 cm

d. Luka hari ke-9 perlakuan AU1 pki 0 cm

e. Luka hari ke-10 perlakuan AU1 pki 0 cm

Gambar 14. Perubahan diameter luka perlakuan AU1

Perlakuan B (1,1%) ulangan 2 (BU2) dengan diameter luka maksimal yang

terbentuk adalah 1,1 cm menjadi 0,5 cm pada hari ke-9 dan 10 pasca diinfeksi A.

Page 29: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

hydrophila. Luka menutup kembali pada hari ke-6. Perubahan diameter luka

perlakuan B ulangan 2 dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.

a. Luka hari ke-3 perlakuan BU2 •• 1,1 cm

b. Luka hari ke-4 perlakuan BU2 •• 1 cm

c. Luka hari ke-6 perlakuan BU2 •• 0,7 cm

d. Luka hari ke-9 perlakuan BU2 •• 0,5 cm

e. Luka hari ke-10 perlakuan BU2 •• 0,5 cm

Gambar 15. Perubahan diameter luka perlakuan BU2

Perlakuan C (2,1%) ulangan 3 (CU3) dengan diameter luka maksimal yang

terbentuk adalah 1,2 cm menjadi 0,3 cm pada hari ke-10 pasca diinfeksi A.

Page 30: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

hydrophila. Luka sudah menutup kembali pada hari ke-6 tetapi masih

meninggalkan bekas luka seperti terlihat pada Gambar 16 di bawah ini.

a. Luka hari ke-3 perlakuan CU3 •• 1,2 cm

b. Luka hari ke-4 perlakuan CU3 •• 1 cm

c. Luka hari ke-6 perlakuan CU3 •• 0,9 cm

d. Luka hari ke-9 perlakuan CU3 •• 0,4 cm

e. Luka hari ke-10 perlakuan CU3 •• 0,3 cm

Gambar 16. Perubahan diameter luka perlakuan CU3

Perlakuan D (3,1%) ulangan 2 (DU2) dengan diameter luka maksimal yang

terbentuk adalah 0,6 cm menjadi 0,2 cm pada hari ke-9 dan 10 pasca diinfeksi A.

Page 31: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

hydrophila. Luka sudah tertutup kembali pada hari ke-6 seperti terlihat pada

Gambar 17 di bawah ini.

a. Luka hari ke-3 perlakuan DU2 pki 0,6 cm

b. Luka hari ke-4 perlakuan DU2 pki 0,4 cm

c. Luka hari ke-6 perlakuan DU2 pki 0,3 cm

d. Luka hari ke-9 perlakuan DU2 pki 0,2 cm

e. Luka hari ke-10 perlakuan DU2 pki 0,2 cm

Gambar 17. Perubahan diameter luka perlakuan DU2

Page 32: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Gambar 18. Penyembuhan luka

Berdasarkan Gambar 18, perubahan diameter luka yang terbaik berturut-

turut adalah perlakuan B 0,90±0,13%, C 0,90±0,06%, A 0,85±0,05%, K⁺

0,82±0,10%, dan D 0,55±0,48%. Penghitungan perubahan diameter luka disajikan

pada Lampiran 3.

3.1.2.6 Pengamatan Organ Dalam

Pengamatan organ dalam dilakukan di akhir perlakuan dengan cara

membedah ikan setiap perlakuan. Organ dalam antar perlakuan tampak tidak

berbeda nyata. Ginjal berwarna merah tua kecokelatan, hati berwarna merah

kecokelatan, empedu berwarna kuning kehijauan, dan limpa berwarna merah tua.

Organ dalam yang diamati adalah ginjal, hati, empedu, dan limpa seperti terlihat

pada Gambar 19 di bawah ini.

Perlakuan K⁻

Perlakuan K⁺

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

3 4 5

Pe

rub

ah

an

dia

mte

r lu

ka

(%

)

Hari ke-

K+

A

B

C

D

a b

d

c a c b

d

Page 33: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Perlakuan A

Perlakuan B

Perlakuan C

Perlakuan D

Gambar 19. Organ dalam ikan lele setiap perlakuan (keterangan : a = ginjal,b = hati, c = empedu, d = limpa)

3.1.2.7 Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor eksternal yang penting agar ikan dapat hidup,

tumbuh, dan berkembang, bahkan untuk proses penyembuhan pun diperlukan

kondisi lingkungan yang optimal bagi ikan lele. Parameter utama yang diukur

adalah oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan TAN (Total Amoniak Nitrogen).

Oksigen terlarut pada awal perlakuan sekitar 5,01-5,23 ppm, suhu awal sekitar

28⁰C, pH awal 7,14-7,28, dan TAN awal 0,329-0,341 ppm. Kualitas air di akhir

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Kualitas air pada akhir perlakuan Parameter Nilai optimum * Perlakuan

Ilyas et al.,

(1992) K⁻ (0%) K⁺ (0%) A (0,1%) B (1,1%) C (2,1%) D (3,1%)

Suhu (⁰C) 28-30 - - - - - -

pH 6,5-9,0 6,83 6,84 6,78 6,62 6,64 6,76

DO (ppm) > 5 6,50 6,42 6,31 6,14 5,90 5,94

TAN (ppm) < 1 0,71 0,91 0,84 0,81 0,87 0,84

d d

a

b

c a

b

c

c c a

d b

a

d b

Page 34: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Gambar 20. Suhu air selama perlakuan

Kualitas air dari awal hingga akhir perlakuan masih tetap terkontrol dan

sesuai dengan kebutuhan optimal untuk ikan lele. Kisaran suhu selama perlakuan

pada pagi hari 25-27⁰C, siang 27-29⁰C, dan sore 27-30⁰C (Gambar 20).

3.3 Pembahasan

Bakteri A. hydrophila yang digunakan terlebih dahulu diuji dengan

pewarnaan Gram dan dilanjutkan dengan karakterisasi sifat biokimia dan fisiologi

bakteri. Hal ini untuk memastikan bahwa bakteri yang diinfeksikan ke ikan lele

adalah A. hydrophila. Hasil pengamatan bakteri dalam agar petri yang berumur

1x24 jam adalah morfologi koloni berwarna krem, elevasi cembung, dan tepian

halus. Bentuk sel batang pendek dan berwarna merah muda (Gram negatif)

teramati dari pewarnaan Gram. Uji biokimiawi positif terhadap uji O/F, motilitas,

oksidase, dan katalase. Hasil ini sesuai dengan Plumb (1994).

Virulensi bakteri harus tetap terjaga dengan melakukan fasase secara

berkala. Virulensi dan Postulat Koch dapat dilakukan secara bersamaan sebelum

uji in vivo. Postulat Koch untuk membuktikan bahwa ikan menjadi sakit hanya

disebabkan oleh A. hydrophila. Mikroorganisme dikatakan sebagai penyebab

penyakit bila memenuhi kriteria berikut : (1) mikroorganisme penyebab penyakit

selalu berasosiasi dengan gejala penyakit yang bersangkutan, (2) mikroorganisme

penyebab penyakit dapat diisolasi pada media buatan secara murni, (3)

mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi dapat menimbulkan gejala yang

sama dengan gejala penyakitnya, apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme

Page 35: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

penyebab penyakit dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi

(Hadioetomo, 1993).

Bakteri uji yang sudah dipastikan A. hydrophila dari hasil identifikasi

bakteri, kemudian digunakan untuk uji tantang (in vivo). Melalui uji in vivo dapat

menentukan pengaruh bahan perlakuan dalam pakan terhadap nafsu makan,

pertumbuhan, kelangsungan hidup, gejala klinis, penyembuhan luka, morfologi

organ dalam, dan pengaruhnya terhadap kualitas air.

Pakan diberikan secara bertahap dan dilanjutkan ketika ikan sudah mulai

merespons. Feeding method dalam pemberian pakan sangat mempengaruhi

peluang pakan tersebut dimakan oleh ikan. Respons ikan terhadap pakan yang

diberikan untuk setiap perlakuan umumnya relatif stabil. Hanya pada waktu

tertentu saja yang mengalami penurunan nafsu makan, misalnya perlakuan A

(0,1%) yang mengalami penurunan pada hari ke-4 dan 5 dari 1,6 g pakan menjadi

1,3 g pakan, hal ini disebabkan oleh penurunan suhu pagi hari dari 27⁰C menjadi

25⁰C dibandingakan siang dan sore hari. Noga (2000), perubahan suhu 1⁰C per

jam akan membuat ikan stres. Menurut Anderson dan De (2003), salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat penerimaan pakan oleh ikan adalah suhu yang

akhirnya berpengaruh pada nafsu makan. Kondisi lebih lanjut lagi penurunan suhu

akan menghambat proses fisiologis bahkan menyebabkan hewan tidak aktif dan

lebih jauh dapat menyebabkan kematian.

Jumlah pakan yang diberikan setiap perlakuan umumnya meningkat selama

14 hari perlakuan. Hal ini berakibat pada pertambahan bobot ikan lele.

Pertumbuhan mutlak juga dipengaruhi oleh kebutuhan energi dari ikan lele

tersebut. Salah satu sumber energinya adalah protein yang terkandung dalam

pakan. Protein dalam pakan adalah 30%. Protein pakan yang dibutuhkan ikan

catfish berkisar dari 24-55% (NRC dalam Li et al., 2004). Catfish dengan panjang

10-25 cm membutuhkan 35% protein dalam pakan untuk pertumbuhan

maksimumnya (Page dan Andrews, 1973 dalam Li et al., 2004).

Respons ikan pasca infeksi A. hydrophila terhadap pakan juga diamati.

Pakan yang diberikan pasca infeksi dihitung untuk menggambarkan tingkat

respons ikan terhadap pakan/nafsu makan setelah diinfeksi. Hari pertama pasca

infeksi, ikan tidak langsung diberi pakan karena ikan tampak stres akibat handling

Page 36: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

penyuntikkan dan tagging. Ciri ikan lele stres dapat terlihat dari meningkatnya

lendir yang dieksresikan oleh kulit ikan. Salah satu pemicu stres ikan adalah

handling (penanganan) pada saat sampling dan penyuntikkan, tetapi Effendi

(2004), menjelaskan bahwa ikan lele termasuk golongan ikan yang lebih toleran

terhadap penanganan budidaya.

Ikan lele perlakuan K⁺ (0%), A (0,1%), B (1,1%), C (2,1%), dan D (3,1%)

pada hari ke-3 dan 4 pasca infeksi oleh A. hydrophila sudah mulai merespons

pakan yang diberikan walaupun sedikit, tetapi perlakuan K⁻ (0%) menunjukkan

respons yang paling baik bahkan relatif normal seperti sebelum diinjeksi PBS.

Perlakuan K⁺ (0%) mengalami penurunan pada hari ke-8 dan 9 karena pengaruh

jumlah ikan yang mati sehingga kepadatan berkurang. Diduga kepadatan juga

dapat berperan dalam menciptakan kondisi persaingan untuk mendapatkan pakan.

Menurut Anderson dan De (2003), kepadatan ikan dalam wadah budidaya akan

mempengaruhi ikan dalam merespons pakan yang diberikan.

Tepung meniran dan bawang putih yang ditambahkan dalam pakan sebagai

bahan aditif dengan dosis 0,1-3,1% memberikan hasil tidak berbeda nyata antar

perlakuan terhadap pertumbuhan mutlak ikan lele. Pertumbuhan spesifik

berbanding lurus dengan pertumbuhan mutlak, maka pertumbuhan mutlak setiap

perlakuan juga mempresentasikan pertumbuhan spesifik dari setiap perlakuan.

Pertumbuhan spesifik menunjukkan rata-rata pertumbuhan harian sebagai

persentase dari bobot awal (Lieder, 1978 dalam Steffens, 1989). Pertumbuhan

spesifik tiap perlakuan tidak berbeda nyata.

Pasca ikan lele diinfeksi dengan A. hydrophila pada jam ke-7 mulai

menunjukkan gejala klinis berupa radang pada semua perlakuan kecuali K⁻ (0%).

Radang muncul di daerah bekas injeksi dengan diameter bervariasi. Hari ke-2

sudah berubah menjadi haemoragi, dan hari ke-3 sudah mulai terbentuk tukak.

Gejala klinis yang ditimbulkan A. hydrophila menurut Lio-Po et al. (2001) adalah

penggelapan warna kulit, area perut membesar, haemoragi, nekrosis, dan ulcer

(tukak). Ikan yang disuntik dosis 108 CFU/ml A. hydrophila, terjadi nekrosis fokal

di hati, ginjal dan usus setelah 2 hari pasca disuntik dan makin parah sampai hari

ke-7 (Angka, 2005).

Page 37: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Rata-rata gejala klinis berupa tukak mengalami pengecilan diameter pada

hari ke-4, dan hari ke-5 luka tersebut sudah mulai sembuh, tetapi bekas luka masih

ada untuk setiap perlakuan. Akhir pengamatan pada hari ke-10 ada beberapa ikan

yang sudah normal kembali tanpa bekas luka. Proses penyembuhan luka

ditentukan juga oleh diameter luka maksimal yang terbentuk. Penyembuhan luka

(% perubahan diameter luka) berturut-turut selama perlakuan adalah perlakuan B

(1,1%) sebesar 0,90±0,13%, C (2,1%) sebesar 0,90±0,06%, A (0,1%) sebesar

0,85±0,05%, K⁺ (0%) sebesar 0,82±0,10%, dan D (3,1%) sebesar 0,55±0,48%.

Penyembuhan luka pada perlakuan yang diberikan tepung meniran dan

bawang putih dengan dosis 1,1%, 2,1% dan 0,1% menunjukkan hasil yang lebih

baik dibandingkan dengan perlakuan K⁺ (0%) dan perlakuan D (3,1%). Diduga

penambahan tepung meniran dan bawang putih pada kisaran dosis 0,1-2,1%

berpengaruh pada penyembuhan luka.

Kematian ikan lele terbanyak terjadi pada hari ke-3 pasca infeksi, dan

umumnya sudah memasuki fase tukak, tetapi ada juga ikan yang mati pada fase

haemoragi. Menurut Plumb (1994), infeksi A. hydrophila bisa secara eksternal,

internal (sistemik) atau keduanya. Infeksi eksternal terlihat dari kulit yang terluka,

sedangkan infeksi internal terjadi pada organ dalam. Jumlah total ikan mati pada

hari ke-3 adalah 24 ekor. Hari ke-5 pasca infeksi sudah tidak terjadi kematian. Di

akhir perlakuan dilakukan pembedahan pada ikan setiap perlakuan, organ yang

diamati adalah ginjal, hati, limpa, dan empedu. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan warna dari setiap organ antar perlakuan.

Kelangsungan hidup merupakan parameter utama dari penelitian ini.

Kelangsungan hidup perlakuan K⁻ (0%) adalah 100±0,00%, C (2,1%) 60±20%, A

(0,1%) 40±40%, B (1,1%) 40±40%, K⁺ (0%) 33,33±11,55% , dan D (3,1%)

20±0,0%. Perlakuan C (2,1%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan K⁻ (0%),

artinya kelangsungan hidup 60±20% pada perlakuan C (2,1%) tidak berbeda nyata

dengan kelangsungan hidup 100±0,00% pada perlakuan K⁻ (0%). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa dosis perlakuan C 2,1% dengan lama

pemberian 14 hari merupakan dosis yang tepat, sedangkan perlakuan D dengan

dosis 3,1% menghasilkan kelangsungan hidup yang paling rendah. Dosis

Page 38: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

perlakuan D (3,1%) diduga terlalu tinggi sehingga ikan tidak mampu

memanfaatkan dengan baik.

Berikut adalah hasil dari penelitian yang sama yang telah dilakukan dengan

metode yang berbeda.

Tabel 5. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode berbeda Bentuk bahan perlakuan

Konsentrasi bahan terbaik

Metode pemberian Kelangsungan hidup

Pustaka

Ekstrak meniran dan bawang putih

5 ppt meniran, 20 ppt bawang putih

Penyuntikkan 73,33±11,55% Ayuningtyas (2008)

Ekstrak meniran dan bawang putih

5 ppt meniran, 20 ppt bawang putih

Spray melalui pakan

58,33±21,52% Sholikhah (2009)

Tepung meniran dan bawang putih

2,1% (1:2) Formulasi dalam pakan

60±20% Penelitian ini

Kelangsungan hidup pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya yang menggunakan metode penyemprotan ekstrak ke

pakan (Sholikhah, 2009) seperti yang terlihat pada Tabel 5 di atas. Selain itu

metode yang digunakan pada penelitian ini lebih mudah dibandingkan dengan dua

penelitian sebelumnya. Kelebihan penambahan tepung meniran dan bawang putih

dalam pakan adalah efisiensi waktu dan lebih aplikatif dibandingkan dengan

melakukan ekstraksi yang membutuhkan waktu relatif lama. Lebih aplikatif

karena sekali pembuatan pakan yang ditambahkan tepung meniran dan bawang

putih dapat digunakan untuk beberapa hari pemberian bahkan sampai 30 hari,

sedangkan bahan ekstrak dengan metode penyuntikkan dan penyemprotan harus

disiapkan dalam keadaan segar setiap pemberian dilakukan. Jumlah ikan pada

metode ini tidak menjadi faktor pembatas, berbeda dengan metode penyuntikkan

(Ayuningtyas, 2008) yang dibatasi dengan jumlah ikan karena tidak

memungkinkan bila ikan dalam jumlah yang banyak disuntik satu per satu.

Perlakuan C dengan dosis 2,1% (0,7% meniran dan 1,4% bawang putih)

adalah kombinasi dosis yang tepat. Tepung meniran 0,7% sudah memberikan

pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan lele dalam mencegah infeksi A.

hydrophila. Menurut Suprapto (2010), ekstrak meniran dapat meningkatkan sel

sitoksik seperti sel pemusnah alami tubuh. Selain itu juga berperan sebagai

imunomodulator yang mengatur sistem imun lebih aktif dalam menjalankan

Page 39: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

fungsinya, menguatkan sistem imun (imunostimulator) atau menekan reaksi

sistem imun yang berlebihan (imunosupressan).

Tepung meniran diduga berfungsi sebagai imunostimulan, yaitu suatu

senyawa alami yang memodulasi sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan

resistensi inang terhadap penyakit yang dalam keadaan sebagian besar disebabkan

oleh patogen (Bricknell dan Dalmo, 2005). Tepung meniran dapat memberikan

pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan lele karena memiliki bahan aktif.

Sidik dan Subarnas (1993) dalam Maulina et al. (2006) menyatakan bahwa

meniran mengandung senyawa kimia golongan lignan, flavonoid, alkaloid

triterpenoid dan senyawa kimia lain. Senyawa kimia yang termasuk dalam

golongan lignan yaitu filantin dan hipofilantin yang memiliki efek anti

hepatotoksik, antiinfeksi dan antivirus.

Kelebihan imunostimulan menurut Kamiso et al. (2010) adalah

meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik, respons kekebalan relatif cepat,

dapat menggunakan berbagai bahan, dapat dilakukan dengan berbagai cara

(penyuntikkan, perendaman, dan melalui pakan), dapat meningkatkan

kelangsungan hidup sehingga pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan.

Tepung bawang putih 1,4% efektif untuk mencegah infeksi A. hydrophila.

Kombinasi bawang putih dan meniran menghasilkan fungsi yang saling

komplementer. Fungsi meniran sebagai imunostimulan, dan fungsi bawang putih

menurut Cavalito et al. (1994) dalam Wijaya (2000) adalah sebagai anti mikroba

karena memiliki allicin yang mempunyai aktivitas mikroba yang kuat. Selain itu

menurut Yuliana (2008), allicin berperan ganda membunuh bakteri yaitu bakteri

Gram positif maupun Gram negatif karena mempunyai gugus asam amino.

Bawang putih juga mengandung ajoene, senyawa sulfur yang juga dapat menekan

pertumbuhan bakteri Gram negatif dan positif (Naganawa et al., 1996 dalam

Yuliana, 2008).

Bawang putih dan meniran merupakan obat herbal/fitofarmaka yang dapat

dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS).

Penggunaannya diformulasikan dalam pakan sehingga menghasilkan pakan obat

(medicated feed). Menurut Tucker dan Hargreaves (2004), medicated feed dapat

dijadikan terapi untuk pencegahan penyakit MAS. Sebelumnya pencegahan dan

Page 40: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

pengobatan penyakit MAS selalu menggunakan antibiotik. Di Indonesia kurang

dari 50% isolat Aeromonas sp. resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang

biasa digunakan di budidaya ikan (Inglis et al., 1997 dalam Angka, 2005).

Menurut Schniick (2001), antibiotik potensial berdampak pada lingkungan

dan menyebabkan bakteri patogen pada ikan menjadi resisten dan kemungkinan

akan berdampak juga pada kesehatan manusia, tetapi sejauh ini belum dapat

dibuktikan. Menurut Angka (2005), suatu alternatif yang sangat menjanjikan

dimasa depan adalah fitofarmaka. Produk perikanan merupakan produk yang

nantinya dikonsumsi oleh manusia, maka dalam proses produksinya haruslah

aman untuk memenuhi prinsip food safety.

Kualitas air selama pemeliharaan terkontrol dan berada pada kisaran yang

dibutuhkan oleh ikan lele (Tabel 4). Namun demikian, penyakit MAS merupakan

infectious disease yang tidak hanya disebabkan oleh bakteri A. hydrophila tetapi

ada faktor lain yaitu inang, patogen, dan lingkungan yang satu sama lain saling

interaksi. A. hydrophila menjadi patogen apabila keadaan tidak seimbang antara

inang, dan lingkungan.

Page 41: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

II. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kombinasi tepung meniran dan bawang putih dalam pakan dengan dosis

2,1% efektif untuk mencegah penyakit MAS, dengan kelangsungan hidup

60±20% pasca infeksi, penyembuhan luka 0,90±0,06%, pertumbuhan mutlak

0,18±0,06 g/hari, dan pertumbuhan spesifik 1,54±0,46%.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan waktu optimal bahan

aktif pada bawang putih dan meniran bertahan dalam pakan. Hal ini untuk

menciptakan suatu produk akhir yang siap digunakan oleh masyarakat.

Page 42: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

DAFTAR PUSTAKA

Anderson and De S.S., 2003. Nutrition. Aquaculture : Farming aquatic animals and plants. Blacwell Publishing.

Angka, S.L., 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicemia (MAS) pada

ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan, dan pengobatannya dengan fitofarmaka. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ayuningtyas, A.K., 2009. Efektivitas campuran meniran Phyllanthus niruri

dan bawang putih Allium sativum untuk pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bricknell, I., Dalmo, R.A., 2005. The use of immunostimulants in fish larval.

Aquaculture 19, 457-472. Cowan and Steel, 1974. Manual for the identification of medical bacteria. London

: Cambridge University Press. Effendi, I., 2004. Pengantar akuakultur. Penebar Swadaya, Depok. Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktik. Teknik dan prosedur

dasar laboratorium. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ilyas, S., Setiadi, E., Cholik, F., 1992. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Lele

dumbo Clarias gariepinus. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHP/KAN/PT/20/1992, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Kamiso, Taukhid, Coco. 2010. Peranan dan upaya mensukseskan produksi udang

nasional. http://blog.unila.ac.id/supono/files/2010/01/Kesling-3-BP COCO1.pdf. [12 Juni 2010].

KKP, 2010. Revolusi Biru. www.dkp.go.id. [1 Maret 2010]. Lio-Po, G.D., Lavilla, C.R., Cruz, L.E.R., 2001. Health management in

aquaculture. Aquaculture Departement. Southeast Asian Fisheries Development Center. Philippines.

Li, M.H., Robinson, E.H., Manning, B.B., 2004. Nutrition : Biology and culture

of Channel catfish. Netherlands : Elsevier. Maulina, I., Haetami, K., Junianto, 2006. Pengaruh meniran dalam pakan untuk

mencegah infeksi bakteri Aeromonas sp. pada benih ikan mas (C. carpio). UNPAD. Bandung.

Page 43: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Noga, E.J., 2000. Fish disease. Iowa State University Press. Plumb, J.A., 1994. Health maintenance of cultured fishes : principal microbial

disease. USA : CRC Press, Inc. Schniick, R.A., 2001. International harmonization of antimicrobial sensitivity

determination for aquaculture drugs. Aquaculture 196, 277-288. www.sciencedirect.com [9 Juni 2010].

SEMILOKA, 2010. Jamu sebagai warisan budaya untuk meningkatkan citra

Indonesia. LPPM, Institut Pertanian Bogor. Sholikhah, E.H., 2009. Efektivitas campuran meniran Phyllanthus niruri dan

bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengendalian infeksi bakteri aeromonas hydrophilla pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Steffens, W., 1989. Principles of fish nutrition. Chichester. England. Sunatmo, T.I., 2007. Eksperimen mikrobiologi dalam laboratorium. Jakarta : Ardy

Agency. Suprapto, 2010. Meniran-hidup sehat dengan tumbuhan herbal yang alami.

http://www.bengkelsehat.co.id/index.php?mod=content&act=read&id=25&cat=artikel&title=meniran-hidup-sehat-dengan-tumbuhan-herbal-yang-alami. [12 Juni 2010].

Swann, L., White, R.M., 1989. Diagnosis and treatment of Aeromonas hydrophila

Infection of Fish. Aquaculture extension. Purdue University. Tucker, C.S., Hargreaves, J.A., 2004. Pond water quality : Biology and culture of

Channel catfish. Netherlands : Elsevier. Wijaya, C.H., 2000. Sintesis komponen bawang putih vinil-ditiin dan turunannya

serta uji aktivitas anti kapangnya dengan metode bioautografi. Teknologi dan Industri Pangan 11(1), 49-60.

Wijaya, C.H., 1995. Pembuatan bubuk bawang putih (Allium sativum L.) yang

mempunyai aktivitas antitrombotik dengan menggunakan alat pengering beku dan oven. Pertanian Indonesia 5(2), 96-102.

Yuliana, N., 2008. Pengaruh konsentrasi bubuk bawang Putih terhadap mutu

mikrobiologis tahu selama perendaman. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas Lampung, 17-18 November 2008.

Page 44: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri
Page 45: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Hipotesis : Ho = K⁻= K⁺ = A = B = C = D = 0 H1 = minimal ada 1 perlakuan Ho ≠ 0 1. Pertumbuhan mutlak SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

K- 3 0.6671429 0.222380952 0.0026027

K+ 3 0.7157143 0.238571429 0.0097358

A 3 0.8331429 0.277714286 0.0073509

B 3 0.5701429 0.190047619 0.0162109

C 3 0.537 0.179 0.0032885

D 3 0.4847143 0.161571429 0.0042255

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0.027734677 5 0.005546935 0.7666056 0.591212 3.105875239

Within Groups 0.086828517 12 0.00723571

Total 0.114563194 17

Karena F < F crit, maka gagal tolak Ho 2. Pertumbuhan spesifik SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

K- 3 5.820824757 1.940274919 0.326767

K+ 3 6.01145618 2.003818727 0.419407

A 3 6.734878265 2.244959422 0.440079

B 3 4.602934038 1.534311346 0.946469

C 3 4.614046537 1.538015512 0.208387

D 3 4.136664758 1.378888253 0.154339

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1.71455122 5 0.342910244 0.824486 0.555690923 3.1058752

Within Groups 4.99089644 12 0.415908037

Total 6.70544766 17

Karena F < F crit, maka gagal tolak Ho

Lampiran 1. Analisis statistik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup

Page 46: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

3. Kelangsungan hidup SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

K- 3 300 100 0

K+ 3 100 33.33333 133.3333

A 3 120 40 1600

B 3 120 40 1600

C 3 180 60 400

D 3 60 20 0

ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 11911.11 5 2382.222 3.828571 0.026352 3.105875

Within Groups 7466.667 12 622.2222

Total 19377.78 17

Karena F > F crit, maka tolak Ho dan uji lanjut

Uji Duncan

Uji lanjut dengan uji Duncan

variable N Subset for alpha = .05

1 2

Duncana

D 3 20.00

K 3 33.33

A 3 40.00

B 3 40.00

C 3 60.00 60.00

K 3 100.00

Sig. .098 .073

Page 47: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Lampiran 2. Gejala klinis dan diamater luka setiap perlakuan

Perlakuan Ciri Radang (cm)

Haemoragi (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

K+U1 ••• 0.5 1.4 mati

•• 0.5 1.5 mati

• 0.5 0.7 1 0.8 0.3 sembuh

pka 0.5 1.5 1.6 1.4 1.2 sembuh

pki 0.5 1 mati

K+U2 ••• 0.5 1.5 mati

•• 0.5 1.1 mati

• 0.5 1.5 mati

pka 0.5 0.6 1 0.7 0.5 sembuh

pki 0.5 1 mati

K+U3 ••• 0.5 1.6 mati

•• 0.5 1 0.9 0.8 0.6 sembuh

• 0.5 1 mati

pka 0.5 0.7 0.7 0.6 0.4 sembuh

pki 0.5 1 mati

AU1 ••• 0.5 1.8 mati

•• 0.5 1.3 mati

• 0.5 1.5 mati

pka 0.5 1 1.5 1.2 0.8 sembuh

pki 0.5 0.5 0.4 0.3 0.2 sembuh

AU2 ••• 0.5 1.2 mati

•• 0.5 2 mati

• 0.5 1 mati

pka 0.5 1.4 mati

pki 0.5 1.8 mati

AU3 ••• 0.5 1.2 mati

•• 0.5 0.6 0.8 1 0.9 sembuh

• 0.5 0.8 0.8 0.8 0.6 sembuh

pka 0.5 0.6 0.9 0.8 sembuh

pki 0.5 1.5 1.7 1.5 1.2 sembuh

BU1 ••• 0.5 mati mati

•• 0.5 2 mati

• 0.5 0.6 mati

pka 0.5 1.2 mati

pki 0.5 0.8 mati

BU2 ••• 0.5 2 mati

•• 0.5 0.9 1.1 1 0.7 sembuh

• 0.5 0.8 1.6 1.6 1.3 sembuh

pka 0.5 1.2 mati

pki 0.5 1 1.6 1.4 sembuh

Page 48: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Perlakuan Ciri Radang (cm)

Haemoragi (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

Tukak (cm)

BU3 ••• 0.5 1.6 2 1.9 sembuh

•• 0.5 2 1 1 sembuh

• 0.5 2 1.2 1 sembuh

pka 0.5 1.8 mati

pki 0.5 1.8 mati

CU1 ••• 0.5 1 1.3 1.2 0.8 sembuh

•• 0.5 1.4 1.5 1.3 sembuh

• 0.5 1.5 mati

pka 0.5 1.8 mati

pki 0.5 1 mati

CU2 ••• 0.5 1.5 mati

•• 0.5 1.2 1.2 1.1 0.8 sembuh

• 0.5 1.4 1.3 1.2 1 sembuh

pka 0.5 1.2 mati

pki 0.5 1.2 1.1 1.2 1.1 sembuh

CU3 ••• 0.5 1.3 1.1 1.1 sembuh

•• 0.5 0.8 1.2 1

• 0.5 2.3 mqti

pka 0.5 0.8 0.8 0.8 sembuh

pki 0.5 1 1.2 1.2 sembuh

DU1 ••• 0.5 1.3 mati

•• 0.5 1.2 mati

• 0.5 1.5 1.6 1.5 sembuh

pka 0.5 1.2 mati

pki 0.5 1.5 mati

DU2 ••• 0.5 0.7 mati

•• 0.5 0.8 mati

• 0.5 1.3 mati

pka 0.5 0.5 mati

pki 0.5 0.5 0.6 0.4 sembuh

DU3 ••• 0.5 2 mati

•• 0.5 0 0.4 0.3 sembuh

• 0.5 1.3 mati

pka 0.5 1.2 mati

pki 0.5 1.2 mati

Page 49: EFEKTIVITAS CAMPURAN TEPUNG MENIRAN … Skripsi : Efektivitas campuran tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri

Lampiran 3. Perubahan diameter luka Perubahan dalam satuan cm

Perlakuan

Hari ke

1 (cm) 2 (cm) 3 (cm) 4 (cm) 5 (cm)

K- 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

K+ 0.50 1.14 1.04 0.86 0.60

A 0.50 1.21 1.02 0.93 0.74

B 0.50 1.41 1.42 1.32 1.00

C 0.50 1.29 1.19 1.12 0.93

D 0.50 1.08 0.87 0.73 0.00

Perubahan dalam satuan % dengan rumus :

Perlakuan

Hari ke

Kisaran Δ3 Δ4 Δ5

K- 0.00 0.00 0.00 0.00±0.00%

K+ 0.91 0.83 0.71 0.82±0.10%

A 0.84 0.91 0.81 0.85±0.05%

B 1.01 0.93 0.76 0.90±0.13%

C 0.92 0.94 0.83 0.90±0.06%

D 0.81 0.84 0.00 0.55±0.48%

A�$�∆X% � A�$'(�