DAYA PEMBENGKAKAN (SWELLING POWER) CAMPURAN …eprints.ums.ac.id/21910/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdfDAYA...

14
DAYA PEMBENGKAKAN (SWELLING POWER) CAMPURAN TEPUNG KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium) DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN KESUKAAN SENSORIK CAKE NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh: MEINA MARDINAWATI J 310 080 039 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of DAYA PEMBENGKAKAN (SWELLING POWER) CAMPURAN …eprints.ums.ac.id/21910/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdfDAYA...

DAYA PEMBENGKAKAN (SWELLING POWER) CAMPURAN TEPUNG KIMPUL

(Xanthosoma sagittifolium) DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP TINGKAT

PENGEMBANGAN DAN KESUKAAN SENSORIK CAKE

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun Oleh:

MEINA MARDINAWATI

J 310 080 039

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

ii

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

iii

ABSTRACT

MEINA MARDINAWATI. J 310 080 039 SWELLING POWER RATIO OF MIXTURE OF XANTHOSOMA SAGITTIFOLIUM FLOUR AND WHEAT FLOUR TOWARD THE EXPANSION LEVELS AND SENSORY PREFERENCES OF CAKE Swelling power is the power flour to inflate, influenced by many factors such as amylose, amylopectin and temperature. One of the factors that influence the expansion levels of cake is a swelling power. This research aims to know influence of swelling power ratio of mixture of Xanthosoma sagittifolium flour and wheat flour toward the expansion levels and sensory preferences of cake. Type of research is experimental research. The research design used was completely randomized design group with the various 5 treatments of Xanthosoma sagittifolium flour. The data ratio mixture of flour to the swelling power, the expansion levels and sensory preferences of cake analyzed using one-way ANOVA test. The results showed that there was no significant effect of the swelling power ratio flour mixture to 5 treatments. There was effect of ratio flour mixture to the expansion levels. There was effect of ratio flour mixture to the sensory preferences of Xanthosoma sagittifolium cake on color, aroma, taste, texture and overall, and there was effect of swelling power the expansion levels of cake. From the results of the research is suggested that a maximum substitution Xanthosoma sagittifolium flour in making cake is 25%. Keywords : Swelling power, Xanthosoma sagittifolium flour,

The Expansion level and Sensory preferences.

Bibliography : 27 : 1959-2012

1

A. PENDAHULUAN

Pola konsumsi masyarakat yang

berbasis pada beras menyebabkan beras

ditempatkan sebagai makanan pokok yang

strategis. Hasil data SUSENAS 1999

sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa

pola konsumsi pangan pokok pada

kelompok masyarakat berpendapatan

rendah, terutama di pedesaan semakin

mengarah pada bahan pangan berbasis

tepung terigu. Kondisi tersebut perlu

diwaspadai mengingat besarnya konsumsi

tepung terigu menyebabkan naiknya impor

gandum Indonesia, sehingga menyebabkan

tersedotnya sebagian devisa negara. Upaya

mengurangi jumlah konsumsi tepung terigu,

secara tidak langsung dapat mengurangi

pengeluaran negara, bahkan dapat

menciptakan lapangan kerja dan

pendapatan rakyat Indonesia ( Devega, dkk,

2010)

Salah satu sumber pangan lokal yang

berbasis karbohidrat yang bisa

dikembangkan menjadi suatu produk, yaitu

kimpul. Kimpul (Xanthosoma sagittifolium)

yaitu umbi berukuran sedang berwarna

putih. Selain rasanya gurih dan lezat, umbi

kimpul juga rendah karbohidrat dan rendah

lemak. Umbi kimpul juga memiliki potensi

keunggulan lain, yaitu dapat menjadi

sumber pangan karbohidrat alternatif dan

kandungan gizi yang ada dalam kimpul

cocok untuk dikonsumsi bagi penderita

penyakit degeneratif. Kandungan lemak

yang rendah berguna bagi penyakit jantung,

kalsium yang cukup tinggi dibandingkan

dengan beras, dapat mencegah

osteoporosis. Kandungan karbohidrat yang

rendah dapat bermanfaat bagi penderita

diabetes mellitus.

Swelling power adalah kekuatan

tepung untuk mengembang, yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain,

2

seperti perbandingan amilosa-amilopektin,

panjang rantai dan distribusi berat molekul

(Moningka, 1996). Penelitian yang

menggunakan swelling power ada beberapa

keuntungan, antara lain biaya lebih murah

sehingga lebih mudah apabila digunakan

dalam industri pangan, dan waktu yang

dibutuhkan relatif sedikit.

Cake merupakan makanan ringan

yang terbuat dari adonan dengan formulasi

tepung, gula, telur dan lemak. Upaya

pengembangan kimpul dalam

pengembangan produk, yaitu cake perlu

dilakukan penelitian daya pembengkakan

pati untuk arah pengembangan produknya

karena untuk mengetahui daya

pembengkakan dari campuran tepung

kimpul dan tepung terigu. Pengembangan

pangan lokal yang optimal hasilnya dalam

hal tingkat pengembangan dan kesukaan

sensorik menjadi penting dilakukan untuk

meningkatkan nilai ekonomi dari pangan

lokal. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis daya pembengkakan pati dan

campuran tepung kimpul terhadap tingkat

pengembangan dan kesukaan sensorik

cake.

B. TUJUAN

Menganalisis daya pembengkakan

campuran tepung kimpul (Xanthosoma

sagittifolium) dan tepung terigu terhadap

tingkat pengembangan dan kesukaan

sensorik cake.

C. METODE

Penelitian ini menurut jenisnya

merupakan penelitian eksperimen.

Penelitian yang bertujuan mengetahui daya

pembengkakan (swelling power) campuran

tepung kimpul dan tepung terigu terhadap

tingkat pengembangan dan kesukaan

sensorik cake.

Alat yang diperlukan untuk membuat

cake adalah mixer, oven, sendok, spatula,

loyang, baskom, ayakan, piring, dan

timbangan. Alat yang diperlukan untuk

pengujian daya pembengkakan (swelling

power) adalah water bath, centrifuge, gelas

ukur, tabung reaksi, termometer dan

3

timbangan digital. Alat yang diperlukan

untuk pengujian tingkat pengembangan

adalah tusuk gigi steril, penggaris alat tulis

dan kalkulator. Alat yang diperlukan untuk

pengujian kesukaan sensorik adalah alat

tulis dan formulir uji kesukaan.

Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode

ANOVA. Uji lanjut menggunakan Duncan

Multiple Range Test (DMRT) taraf signifikan

95%.

D. PEMBAHASAN

1. Daya pembengkakan (swelling

power)

Hasil uji statistik anova satu arah

menunjukkan tidak terdapat pengaruh

perbandingan campuran tepung kimpul

terhadap daya pembengkakan (swelling

power) dengan nilai p sebesar 0, 283.

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui

bahwa hasil rata-rata uji daya

pembengkakan (swelling power) pada cake

tepung kimpul 100 : 0 memiliki daya

pembengkakan terendah yaitu sebesar 451.

Pada cake tepung kimpul dengan campuran

75 : 25 memiliki daya pembengkakan

tertinggi yaitu sebesar 669. Pada cake

tepung kimpul dengan campuran 50 : 50

memiliki daya pembengkakan sebesar 524.

Pada cake tepung kimpul dengan campuran

25 : 75 memiliki daya pembengkakan

sebesar 676 dan pada cake tepung kimpul

dengan campuran 0 : 100 (kontrol) memiliki

daya pembengkakan sebesar 668. Apabila

dibandingkan dengan kontrol, perbandingan

terbaik adalah perbandingan campuran

tepung kimpul dan tepung terigu 25 : 75

karena nilai swelling powernya mendekati

nilai swelling power kontrol. Hal itu

berpengaruh pada tingkat pengembangan

cake yang dihasilkan.

Gambar 1.

Grafik rata-rata uji daya

pembengkakan (swelling power)

451

669

524

676 668

0

200

400

600

800

100% : 0% 75% : 25% 50% : 50% 25% : 75% 0% : 100%Day

a P

em

be

ngk

akan

(%

)

Campuran tepung kimpul : tepung terigu

4

2. Tingkat pengembangan

Hasil uji statistik anova satu arah

menunjukkan adanya pengaruh campuran

tepung kimpul terhadap tingkat

pengembangan cake dengan nilai p 0,002.

Karena adanya perbedaan perbandingan

campuran tepung kimpul terhadap tingkat

pengembangan cake sehingga sehingga

dilanjutkan ke uji Duncan.

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi uji Duncan diperoleh

nilai p 0,002, sehingga disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan nyata perbandingan

campuran tepung kimpul 0% : 100%, 25% :

75% dan 50% : 50% terhadap tingkat

pengembangan. Tetapi terdapat perbedaan

tidak nyata pada perbandingan campuran

100% : 0% dan 75% : 25%. Hal ini sesuai

dengan pendapat Suryani (2000), bahwa

tingkat pengembangan kue bolu kukus/cake

dipengaruhi oleh mutu dan jumlah bahan

yang digunakan yaitu tepung. Penggunaan

tepung kimpul dalam pembuatan bolu

kukus/cake sangat berpengaruh pada

tingkat pengembangan, karena sedikitnya

gluten pada tepung kimpul secara tidak

langsung menghambat proses

pengembangan.

Tabel 1. Hasil rata-rata tingkat

pengembangan cake tepung kimpul

Perbandingan campuran tepung

Tingkat pengembangan

100% : 0% -29,30a 75% : 25% -22,12a 50% : 50% 15,70b 25% : 75% 20,00c 0% : 100% 6,47d

Nilai p 0,002

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda

menunjukkan beda nyata

pada hasil analisis Duncan

3. Kesukaan sensorik

Hasil penilaian daya terima 20 panelis

terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan

kesukaan keseluruhan pada perbandingan

campuran tepung kimpul dan tepung terigu

dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat suka,

suka, agak suka, tidak suka dan sangat

tidak suka. Hasil perhitungan ANOVA satu

arah menunjukkan bahwa warna, aroma,

rasa, tekstur dan keseluruhan cake tepung

5

kimpul terdapat pengaruh perbandingan

campuran tepung kimpul dan tepung terigu

100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100

terhadap uji daya terima warna, aroma,

rasa, tekstur dan keseluruhan cake tepung

kimpul, sehingga dilanjutkan dengan uji

Duncan.

a. Warna

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap kesukaan sensorik warna cake

tepung kimpul dengan persentase 100 : 0,

75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100

menunjukkan bahwa warna cake tepung

kimpul 0 : 100 (kontrol) mendapatkan

apresiasi daya terima sangat suka yaitu

sebesar 60% kemudian diikuti dengan

persepsi terhadap warna cake tepung

kimpul 25 : 75 dan 50 : 50, dengan

persentase suka sebanyak 60% dan 20%.

Kemudian diikuti dengan cake tepung

kimpul 75 : 25 dan 100 : 0, dengan

persentase agak suka sebanyak 55% dan

40%.

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap warna cake tepung kimpul pada uji

Duncan menunjukkan bahwa cake tepung

kimpul berbeda nyata dengan campuran

tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100

tetapi tidak berbeda nyata dengan

campuran tepung kimpul dan tepung terigu

100 : 0 dan 75 : 25.

b. Aroma

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap aroma cake tepung kimpul dengan

persentase 100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75

dan 0 : 100 menunjukkan bahwa aroma

cake tepung kimpul 0 : 100 (kontrol)

mendapatkan apresiasi daya terima sangat

suka paling banyak yaitu sebesar 25%

kemudian diikuti dengan persepsi terhadap

aroma cake tepung kimpul 25 : 75, 50 : 50,

75 : 25 dan 100 : 0 dengan persentase suka

sebanyak 70%, 65%, 30% dan 45%.

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap aroma cake tepung kimpul pada

uji Duncan menunjukkan bahwa cake

tepung kimpul berbeda nyata dengan

campuran tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75

dan 0 : 100 tetapi tidak berbeda nyata

dengan campuran tepung kimpul 100 : 0

dan 75 : 25. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Prihatiningrum (2012), bahwa

6

dapat disebabkan karena tepung kimpul

mempunyai karakteristik aroma yang langu

sehingga penggunaan prosentase tepung

kimpul yang banyak atau sedikit dapat

mempengaruhi terhadap aroma yang

dihasilkan.

c. Rasa

Berdasarkan Tabel 9 hasil uji

frekuensi daya terima rasa cake tepung

kimpul dengan persentase 100 : 0, 75 : 25,

50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100 menunjukkan

bahwa rasa cake tepung kimpul 0 : 100

(kontrol) dan 25 : 75 mendapatkan apresiasi

daya terima sangat suka paling banyak

yaitu sebesar 20% kemudian diikuti dengan

persepsi terhadap rasa cake tepung kimpul

50 : 50, 75 : 25 dan 100 : 0 dengan

persentase suka sebanyak 55%, 20% dan

10%.

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap rasa cake tepung kimpul pada uji

Duncan menunjukkan bahwa cake tepung

kimpul berbeda nyata dengan campuran

tepung kimpul 100 : 0, 75 : 25 dan 50 : 50

tetapi tidak berbeda nyata dengan

campuran tepung kimpul 25 : 75 dan 0 :

100. Penggunaan tepung kimpul yang tidak

terlalu banyak maka akan berpengaruh

terhadap rasa cake tepung kimpul. Selain

itu, rasa cake tepung kimpul juga

dipengaruhi oleh bahan-bahan yang

digunakan dan proses pengovenan.

d. Tekstur

Hasil uji frekuensi daya terima tekstur

cake tepung kimpul dengan persentase 100

: 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100

menunjukkan bahwa tekstur cake tepung

kimpul 25 : 75 mendapatkan apresiasi daya

terima sangat suka paling banyak yaitu

sebesar 30% kemudian diikuti dengan

tekstur cake tepung kimpul 50 : 50 dan 0 :

100 (kontrol) dengan persentase suka

sebanyak 65% dan 50%.

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap tekstur cake tepung kimpul pada

uji Duncan menunjukkan bahwa cake

tepung kimpul berbeda nyata dengan

campuran tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75

dan 0 : 100 tetapi tidak berbeda nyata

dengan campuran tepung kimpul 100 : 0

dan 75 : 25. Hasil analisis uji kesukaan

sensorik tekstur cake tepung kimpul

7

menunjukkan adanya perbedaan daya

terima tekstur pada ke 5 cake. Hal ini

karena pemakaian tepung dengan

perbandingan yang berbeda, meskipun

faktor yang mempengaruhi diberikan dalam

jumlah yang sama untuk setiap perlakuan.

Pengaruh perbandingan tepung

kimpul dalam pembuatan cake tepung

kimpul sangat berarti, karena apabila

penggunaan tepung kimpul banyak dan

tepung terigu lebih sedikit akan menjadikan

campuran tepung semakin kasar sehingga

hasil yang diperoleh lembek, dan apabila

penggunaan tepung kimpul sedikit dan

tepung terigu lebih banyak akan menjadikan

campuran semakin lembut, sehingga hasil

yang diperoleh empuk. Ini terjadi karena

tepung terigu mempunyai karakteristik daya

serap air rendah, maka akan membentuk

tekstur lembut pada cake (Prihatiningrum,

2012).

e. Keseluruhan

Hasil uji frekuensi daya terima

keseluruhan cake tepung kimpul dengan

persentase 100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75

dan 0 : 100 menunjukkan bahwa persepsi

terhadap kesukaan keseluruhan cake

tepung kimpul 0 : 100 (kontrol)

mendapatkan apresiasi daya terima sangat

suka paling banyak yaitu sebesar 30%

kemudian diikuti dengan persepsi terhadap

kesukaan keseluruhan cake tepung kimpul

25 : 75 dan 50 : 50 dengan persentase suka

sebanyak 45%.

Hasil penilaian persepsi panelis

terhadap kesukaan keseluruhan cake

tepung kimpul pada uji Duncan

menunjukkan bahwa cake tepung kimpul

berbeda nyata dengan campuran tepung

kimpul 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100 tetapi

tidak berbeda nyata dengan campuran

tepung kimpul 100 : 0 dan 75 : 25.

Kesukaan keseluruhan merupakan

gambaran keseluruhan tingkat kesukaan

cake berdasarkan dari segi warna, aroma,

rasa, dan tekstur. Apabila dibandingkan

dengan ke tiga perbandingan campuran

tepung kimpul selain 0 : 100 (kontrol), cake

dengan perbandingan campuran tepung

kimpul 25 : 75 lebih disukai daripada

substitusi yang lain.

8

4. Daya pembengkakan (swelling

power) terhadap tingkat

pengembangan

Berdasarkan uji anova satu arah

pada Tabel 2, daya pembengkakan

(swelling power) terhadap tingkat

pengembangan cake tepung kimpul

menunjukkan tidak adanya pengaruh daya

pembengkakan (swelling power) terhadap

tingkat pengembangan (100 : 0, 75 : 25, 50

: 50, 25 : 75 dan 0 : 100) dengan nilai p

sebesar 0. Hal ini dapat disebabkan karena

daya pembengkakan dapat mempengaruhi

tingkat pengembangan cake, dimana

pengukuran tingkat pengembangan cake

dipengaruhi oleh mutu dan jumlah bahan

yang digunakan, proses pembuatan, proses

pencampuran dan pemanasan (pengukusan

atau pengovenan) (Suryani, 2000).

Tabel 2.

Daya pembengkakan (swelling power) terhadap tingkat pengembangan pada

cake

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kesimpulan

a. Tidak terdapat pengaruh daya

pembengkakan (swelling power)

terhadap campuran tepung kimpul :

tepung terigu pada berbagai

perbandingan.

b. Terdapat pengaruh perbandingan

campuran tepung kimpul terhadap

Campuran tepung kimpul : tepung terigu

Rata-rata Daya

Pembengkakan

Rata-rata Tingkat

Pengembangan

100 : 0 451 -29,3% 75 : 25 669 -22,12% 50 : 50 524 15,70% 25 : 75 676 20,00% 0 : 100 668 6,47%

Nilai p

0

9

tingkat pengembangan. Cake dengan

tingkat pengembangan tertinggi adalah

pada perbandingan campuran tepung

25 : 75 dan terendah adalah pada

perbandingan campuran tepung 75 :

25.

c. Terdapat pengaruh perbandingan

campuran tepung kimpul terhadap

kesukaan sensorik cake tepung kimpul

pada warna, aroma, rasa, tekstur dan

keseluruhan. Berdasarkan hasil

keseluruhan daya terima yang paling

disukai adalah cake dengan campuran

tepung kimpul 25 : 75 lebih disukai

panelis.

d. Tidak terdapat pengaruh daya

pembengkakan (swelling power)

terhadap tingkat pengembangan cake.

2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dapat

disarankan bahwa :

a. Dalam pembuatan cake dengan

substitusi tepung kimpul maksimal

yang dapat digunakan adalah 25 : 75,

karena dari segi daya terima

keseluruhan lebih disukai panelis.

b. Perlu adanya pengembangan produk

berbahan dasar tepung kimpul,

misalnya brownies, untuk

mengurangi ketergantungan tepung

terigu dan pemanfaatan bahan

pangan lokal.

10

Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

Gramedia. Jakarta. Avrelina dan Artiani. 2006. Modifikasi

Cassava Starch dengan Proses Acetylasi Asam Asetat untuk Produk Pangan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu. http://www.bogasari.com/tentang-kami/seputar-tepung-terigu.aspx. Diakses pada 6 Oktober 2012.

Charles, A.L, Chang, Y.H, Ko, W.C, Sriroth, K, dan Huang, T.C. 2005. Influence of Amylopectin Structure and Amylose Content on Gelling Properties of Five Cultivars of Cassava Starches. J. Agric. Food Chemistry Vol53 : 2717-2725.

Firmansyah. 2012. Memilih Tepung Terigu Yang Benar Untuk Cake. http://budiboga.blogspot.com/2006/05/memilih-tepung-terigu-yang-benar-untuk.html. Diakses pada 6 Oktober 2012.

Departemen Pertanian RI. 2002. Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma Nutfah Talas. Komisi Nasional Plasma Nutfah.Jakarta.

Devega, F., Islamiah, M., Ulfah, K. 2010. Peranan Modified Cassava Flour (MOCAF) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu pada Proses Pembuatan Mie dalam Upaya Mengurangi Impor Gandum Nasional. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Direktorat gizi. 2005. Daftar komposisi bahan makanan. Depkes RI.

Hastati, MK. 2005.Pemanfaatan Singkong sebagai Bahan Dasar Bolu. Skripsi. Fakultas teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Ismayani, Yeni. 2008. 100+ Tip Antigagal Bikin Kue. Kawan Pustaka. Jakarta.

Leach HW, Mc Cowen LD, Schoch TJ

.1959. “Structure of The Starch Granules. In: Swelling and Solubility Patterns of Various Starches”. Cereal Chem. 36: 534 – 544.

Li, J.Y., dan Yeh, A.I. 2001. Relationship Between Thermal, Rheological Characteristics, and Swelling Power for Various Starches. J. Food Engineering Vol 50 : 141-148.

Meilgaard, dkk. 2000. Sensory Evaluation Techniques. Boston. CRC

Moningka, J. 1996. Kajian Viskositas Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium schott.) dan Kemungkinan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Produk Olahannya. Eugenia 2 (2) : 212-217.

Mudjajanto, E dan Yulianti, L. 2004. Membuat kue. Penebar swadaya. Jakarta.

Ningrum, Dewi, 2009. Kadar Kalsium, Kemekaran Linier, dan Daya Terima Kerupuk Udang yang Dibuat dari Udang Putih (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Prihatiningrum. 2012. Pengaruh Komposit Tepung Kimpul dan Tepung Terigu terhadap Kualitas Cookies Semprit. Food Science and Culinary Education Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Putri, S. 2010. Substitusi Tepung Biji Nangka pada Pembuatan Kue Bolu Kukus ditinjau dari Kadar Kalsium, Tingkat Pengembangan dan Daya Terima. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

11

Sasaki dan Matsuki. 1998. Effect Wheat Starch Structure On Swelling Power. Jurnal cereal chemistry Vol. 75 No.4. American.

Soekarto, S. 1985. Penilaian organoleptik. Bhatara karya aksara. Jakarta.

Subagyo, A. 2003. Pengaruh Penambahan Isolat Protein Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) Terhadap Karakteristik Cake. Jurnal Teknologi dan Industri pangan Vol. XIV No.2. Universitas Jember. Jember.

Suhardjito, Y. 2006. Pastry dan Perhotelan. Andi. Yogyakarta.

Suryani, I. 2000. Laporan Akhir Pemanfaatan Tepung Cantel sebagai Bahan dalam Pembuatan Cake. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Yogyakarta.

Sutomo, B. 2006. Memilih Tepung Terigu yang Benar untuk Membuat Roti, Cake dan Kue Kering. http://www.gizi.org/gizi/kesehatan /masyarakat.html. Diakses pada 4 Desember 2011.

Sutomo, B. 2011. Fungsi dan Kegunaan Bahan Pembuat Kue untuk pemula. http://budiboga.blogspot.com/2011/07/mengenal-fungsi-kegunaan-bahan-kue.html. Diakses pada 12 Januari 2012.

Winarno, F. G. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia. Jakarta.

Wirakusumah, E. 2005. Menikmati Telur Bergizi, lezat dan Ekonomis. Gramedia Pustaka. Jakarta.