EFEKTIFITAS PENYULUHAN POLA ASUH ORANG TUA...
Transcript of EFEKTIFITAS PENYULUHAN POLA ASUH ORANG TUA...
EFEKTIFITAS PENYULUHAN POLA ASUH ORANG TUA BERBASIS HYPNOPARENTING PADA WALI
MURID PAUD PELANGI DI BOGOR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Siti Nur Komariyah
NIM: 109052000019
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H./2014M.
ii
ABSTRAK
Siti Nur Komariyah 109052000019 Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orangtua Berbasis Hypnoparenting Pada Wali Murid Paud Pelangi Bogor. Kegiatan Penyuluhan Hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi adalah salah satu kegiatan dalam program BKB di Paud Pelangi Bogor dalam memanfaatkan waktu wali murid saat menunggu anak-anaknya belajar di dalam kelas, dengan tujuan memberikan edukasi kepada orangtua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani masalah yang dihadapi pada anak. Orangtua akan diberikan pengetahuan hipnosis terlebih dahulu berupa langkah-langkah yang sederhana dalam penanganan anak yang bermasalah oleh seorang hipnotis dengan harapan, orangtua dapat menjadi hipnotis untuk anak-anaknya di rumah. Segala bentuk masalah yang dihadapi anak, baik yang berkaitan dengan kesulitan pada diri anak sampai pada pemasalahan perilaku yang membuat orangtua menjadi tidak nyaman diselesaikan dengan penerapan metode yang sama yaitu dengan penanaman sugesti positif pada pikiran alam bawah sadar anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalis efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi Bogor.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara dan atau observasi (Hamidi, 2008: 55). Informan dalam penelitian ini terdiri dari Penyuluh, dewan guru yang merangkap sebagai kader Bina Keluarga Balita (BKB) serta wali murid Paud Pelangi yang aktif mengikuti penyuluhan.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, ternyata penyuluhan hypnoparenting di Paud Pelangi di nilai efektif karena dengan metode penyuluhan yang diterapkan oleh penyuluh yaitu dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi, orangtua peserta penyuluhan merasa mengerti dan paham bahkan sampai bisa berhasil mempraktekan meteri yang disampaikan oleh penyuluh. Dan karena sesuai dengan tujuannya, penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting ternyata mampu memberikan perubahan yang lebih baik pada wali murid yang mengikutinya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’alamin, Segala puji serta syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya
tulis ini dalam keadaan sehat lahir dan batin. Semoga Allah tetap memberikan
hidayahNya kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat dan
semoga Allah mengampuni kelalaian penulis selama pembuatan karya tulis ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak
mengalami kesulitan, akan tetapi karena kekuasaan Allah SWT, malalui bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
walaupun banyak kesalahan dan kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu penulis
perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Engkos Kosasih dan Umi Mumun
Maemunah. Yang sangat penulis hormati, terima kasih yang tak
terhingga untuk kasih sayang kalian yang tak henti-hentinya
mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. Hanya saja
penulis belum dapat memberikan yang terbaik kepada Bapak dan Umi.
2. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus selaku
Dosen Penasehat Akademik, yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Yang telah memberikan pengalaman akademis berupa ilmu
pengetahuan, semoga seluruh kebaikan mereka diberi balasan yang
lebih baik dari semua yang sudah diajarkan.
7. Terima kasih untuk Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah
memberikan beasiswa kepada kami. Dengan beasiswa inilah sehingga
penulis dapat mencapai cita-citanya.
8. Ibu R. Endang. S selaku Kepala Paud Pelangi Bogor dan para dewan
guru dan Ibu Ani Warni serta para kader Bina Keluarga Balita (BKB),
yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis
untuk manimba pangalaman dan pengetahuan dan untuk melakukan
penelitian di Paud.
iv
9. Kepada Amiruddin Maulana S. Pd. I, yang senantiasa setia, selalu
memberikan motivasi dan selalu membantu secara moril dan materil
kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini, “Terima kasih
suamiku sayang”. Dan kepada Aqila Farasia Azni (anak pertama kami)
sebagai motivasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
10. Kepada Teh Nia Kurnia Wasih, dan Adik-adik ku, Sri Handayani,
Ridwan, Ilyas, dan Rahma.Terima kasih untuk do’a dan motivasinya
selama ini “I Love You All”.
11. Teman-teman BPI/K 2009 (Koplakers) semuanya yang telah bersama-
sama mengarungi suka duka menjadi mahasiswa beasiswa.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
terbaik untuk kalian semua. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan.
Ciputat, 20 Juni 2013
Siti Nur Komariyah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR. .................................................................................. ii
DAFTAR ISI. ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN. ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. .................................... 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. ............................. 6
D. Metodologi Penelitian. ........................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka. ................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan. ........................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS. ............................................................. 17
A. EFEKTIFITAS. ..................................................................... 17
1. Pengertian Efektifitas. ...................................................... 17
2. Pengukuran efektifitas. ..................................................... 19
B. PENYULUHAN .................................................................... 20
1. Pengertian Penyuluhan. .................................................... 20
2. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan. ................................... 23
3. Tujuan dan Peran Penyuluhan. ......................................... 25
4. Fungsi Penyuluhan. .......................................................... 31
5. Metode Penyuluhan. ......................................................... 32
C. POLA ASUH ORANGTUA. ................................................. 34
1. Pengertian Pola Asuh. ...................................................... 34
2. Dampak Pola Asuh........................................................... 35
D. HYPNOPARENTING. .......................................................... 37
1. Pengertian Hypnoparenting. ............................................. 37
2. Fungsi Dan Tujuan Hypnoparenting. ................................ 38
3. Pengaruh Hypnosis Terhadap Anak. ................................ 39
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA. .......................................... 47
A. Profil Paud Pelangi. .................................................................. 47
B. Sejarah Berdirinya Paud Pelangi. ............................................. 47
C. Visi dan Misi Paud Pelangi. ..................................................... 49
D. Program Kegiatan Pembelajaran Paud Pelangi. ........................ 50
E. Keadaan Siswa Paud Pelangi. ................................................... 53
F. Struktur Organisasi Paud Pelangi ............................................ 53
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA. ................... 55
A. Deskripsi Informan. ............................................................... 55
B. Metode penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hipnoparenting
pada wali murid paud pelangi................................................. 61
C. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan
Hypnoparenting. .................................................................... 67
BAB V PENUTUP. .................................................................................. 72
A. Kesimpulan. ........................................................................... 72
B. Saran...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................... 76
LAMPIRAN . ................................................................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak dalam sebuah keluarga adalah anugerah. Sebuah kebahagiaan
orangtua selalu berharap dan berupaya agar anak menjadi kebanggaan dalam
kehidupannya. Orangtua bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup anak
dan menyekolahkan anak kejengjang pendidikan yang lebih tinggi serta rela
berkorban apa saja untuk mencapai tujuannya itu.
Harapan itu dapat menjadi kenyataan, tetapi terjadinya bukan seperti
membalikan telapak tangan. Perlu suatu proses yang panjang, mungkin harapan
itu akan kandas ditengah jalan dan dapat menjadi masalah yang berkepanjangan.
Sebenarnya pendidikan anak dimulai dari dalam kandungan, hanya saja
sedikit sekali yang paham dan jarang pula ditemukan pembahasan mengenai hal
tersebut. Pendidikan anak di rumah atau keluarganya, pendidikan anak di sekolah,
serta pengaruh lingkungan permainan anak di luar rumah sangat mempengaruhi
perkembangan perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak.
Keinginan para orangtua memiliki anak yang baik terkadang menjadi
masalah bagi orangtua tersebut atau bagi anak itu sendiri bahkan bagi keduanya.
Adanya kesalah pahaman konsep sebagai orangtua dalam mempersepsi anak-
anaknya, dapat menimbulkan konflik tersendiri di dalam keluarga. Seperti halnya
anak yang senang mencoret-coret tembok rumah akan ditegur oleh orang tuanya
dengan keras bahkan dengan teriak-teriakan, atau anak yang suka berlari-larian
2
dihadapan tamu akan dianggap tidak sopan, kemudian sang orangtua mencubitnya
karena mengganggu. Padahal sesuatu yang dianggap baik menurut orangtua
belum tentu baik atau belum tentu dapat diterima oleh anak dengan senang hati.
Kesalah pahaman orangtua dalam mempersepsikan anak diantaranya
disebabkan oleh ketidaktahuan atau sedikitnya pemahaman orangtua terhadap
prinsip tumbuh kembang anak-anak yang meliputi berbagai aspek. Pendapat yang
hingga kini masih tersebar ditengah-tengah masyarakat adalah anggapan bahwa
insting, minat, hasrat, dan cara berfikir anak sama dengan orang dewasa, yang
berbeda hanyalah fisiknya saja. Akibatnya banyak anak-anak yang menjadi
korban kekerasan didalam rumah tangga disebabkan ketidak mampuan anak
seperti orang dewasa. Segala bentuk keburukan yang dilakukan oleh anak
dianggap sama dengan perbuatan buruk yang dilakukan orang dewasa yang
berakal.
Al-Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa
“…perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan
dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang
lagi….”1 Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan
bukan hukuman lagi tetapi lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun
keburukan ataupun kenakalan itu tidak tejadi lagi namun yang terjadi adalah
perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak,
atau suatu saat hukuman tersebut tidak akan berguna lagi karena anak sudah
terbiasa dalam kondisi tersebut.
1 Mahmud Mahdi Al-Istambuli, parenting Guidee: dialog Imajiner tentang cara mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan Psikologi, penerjemah Muhammad Arifin Altus, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2006), cet. ke-5, h.49
3
Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anak bisa dalam bentuk
perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku,
dan tindakan yang diberikan.2
Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi
anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling
utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang
baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan
perilaku menyimpang pada anak dikemudian hari, betapa sulitnya mendidik anak
dan betapa repotnya mengasuh anak, bahkan anak merupakan salah satu ujian
hidup manusia, Allah SWT telah memberitahukan dengan jelas dalam Al-Qur’an
surah Al-anfal/8: 28 sebagai berikut:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ”3
Anak merupakan titipan dari Allah dan tugas orang tua adalah
mendidiknya, At-tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari
kakeknya bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Tidak ada suatu pemberian yang
diberikan oleh ayah (orang tua) kepada anaknya yang lebih utama daripada
pemberian budi pekerti yang baik”. Ibnu majah juga meriwayatkan dari Ibnu
2Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89 3Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000),h. 143
4
Abbas ra. Bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan
didikilah mereka dengan budi pekerti yang baik”. 4
Berdasarkan dari hadist-hadist pedagogis diatas dapat disimpulkan bahwa
para orangtua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam membimbing
anak-anak dengan kebaikan.
Tidak sedikit orang tua yang belum menyadari pentingnya mendidik anak
dengan pola asuh yang baik, yang disebabkan minimnya wawasan dan
pengetahuan tentang pola asuh serta tidak adanya keterampilan dalam mengasuh
dan mendidik anak. Sejatinya, orangtua diharapkan akan mampu menerima,
menyerap, dan mencerna informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengasuh dan mendidik anak.
Sikap dapat diubah atau berubah melalui banyak cara, melalui perubahan
komponen sikap. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah
pengetahuan, pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor
emosi dalam diri individu.5
Pada akhir-akhir ini muncul beberapa metode untuk mengarahkan anak-
anak berperilaku baik. Salah satu metode dalam rangka membawa anak-anak
menjadi sesuatu yang diharapkan tanpa harus memaksa apalagi dengan ancaman
dan kekerasan adalah dengan metode Hypnoparenting, yaitu metode yang
menggabungkan praktek pengasuhan anak dengan pengetahuan hypnosis.
4Abdullah Nahih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: Asy-Syi’fa, 1981), h. 179
5Biro Pelayanan Program Integresi-Pusdiklat Tenaga Program, Panduan Orientasi Bina Keluarga Balita, (Jakarta: BKKBN, 1990) h. 8
5
Oleh karena itu Penyuluhan sebagai ilmu sosial terapan, seharusnya
mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama
dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup
yang lebih berkualitas. Termasuk orangtua yang bermasalah dalam pola asuh.
Lebih dari pada itu penyuluhan yang dilakukan tentang pola asuh orangtua
terhadap anak berbasis hypnoparenting diharapkan dapat menyadarkan para orang
tua bagaimana menyikapi anak yang bermasalah seperti anak yang tidak mau
sekolah, tidak mau belajar, tidak mau shalat, susah makan, suka berbohong,
berkata kasar dan tidak sopan dan kenakalan-kenakalan lainnya, dengan
penyuluhan berbasis hypnoparenting memberikan pembekalan-pembekalan
sehingga para orang tua menjadi lebih mengerti bagaimana mendidik anak dengan
pola asuh yang baik. Dan pada akhirnya orang tua mendapatkan pengetahuan dan
data menerapkan cara mendidik anak dengan baik.
Penanganan permasalahan anak dengan metode hypnoparenting termasuk
metode yang sangat cepat bereaksi karena dilakukan dengan penanaman sugesti
dalam alam bawah sadar anak. Maka atas dasar itu peneliti tertarik untuk meneliti
tentang efektifitas penyuluhan tentang pola asuh orangtua berbasis
hypnoparenting. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Efektifitas
Penyuluhan Pola Asuh Orang Tua Berbasis Hypnoparenting Pada Wali
Murid Paud Pelangi Di Bogor”.
6
B. Pembatasan dan perumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penulis membatasi
masalah hanya pada efektifitas penyuluhan tentang pola asuh orangtua berbasis
hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor. Meliputi pola
komunikasi yang dilakukan orang tua sebelum mengikuti penyuluhan serta apakah
orang tua menggunakan Pola asuh berbasis Hypnoparenting setelah mengikuti
penyuluhan.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan penelitian ini adalah :
a. Bagaimana metode penyuluhan pola asuh orangtua berbasis
Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor?
b. Apakah terdapat efektifitas ketercapaian tujuan penyuluhan Pola asuh
berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh
gambaran tentang keefektifan penyuluhan pola asuh orang tua berbasis
hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor.
7
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis. Yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menambah wawasan tentang ilmu penyuluhan, dan pola asuh
orangtua berbasis hypnoparenting.
b. Akademis. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
perpustakaan Universitas, perpustakaan Fakultas, serta sebagai bahan
acuan bagi penelitian selanjutnya.
c. Praktis. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, terutama kaum orangtua yang ingin mengetahui tentang
bagaimana pola asuh orangtua yang baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu field
research (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung terjun ke
lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini mengenai
efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali
murid Paud Pelangi di Bogor.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Yaitu
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
8
dari orang-orang dan prilaku yang diamati.6 Penelitian kualitatif memiliki ciri
khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari para
responden hasil wawancara dan atau observasi.7 Perspektif penelitian dalam hal
ini dikemukakan dalam sebutan perspektif emik, yakni data yang dipaparkan
dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian.8 Dalam
hal ini penulis ingin mendeskripsikan subjek, menganalisis efektifitas penyuluhan
pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di
Bogor.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Paud Pelangi di Bogor
yang beralamat di Jln.Johar VIII No. 1 Kel. Kedung Waringin Kec. Tanah Sareal
Taman Cimanggu -Bogor 16163
Dan adapun waktu penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 26
April sampai dengan 13 September 2013.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah satu orang penyuluh dari lembaga
luar yaitu People Power Consulting (PPC) yang bekerja sama dengan
Paud Pelangi, dua orang dewan guru yang merangkap sebagai kader
Bina Keluarga Balita (BKB) yang merupakan tim penyuluh, dan
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Pt Rosdakarya,
2007),cet. Ke-33, edisi revisi, h. 4. 7Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 55. 8Ibid., h. 55
9
lima orangtua wali murid di Paud Pelangi di Bogor yang aktif
mengikuti kegiatan Penyuluhan.
b. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini ialah efektifitas penyuluhan pola asuh
orangtua berbasis Hypnoparenting.
5. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya
dari keseluruhan proses penelitian.9
Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapangan, tape recorder, dan
pedoman wawancara.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi, berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk
menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi) apa yang dilakukan dan
dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari baik sebelum, menjelang, ketika dan sesudahnya. Semua yang
didengar dan dilihat (termasuk menggunakan alat perekam atau kamera)
oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau
informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat
9Lexy J. Moleong.,op.cit.,hal. 168
10
sehingga merupakan data atau informasi penelitian yang dapat
mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil
wawancara.10 Dalam hal ini Penulis mengamati dan memperhatikan
secara langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut.
Observasi dilakukan dengan mengamati langsung ke Paud Pelangi di
Bogor untuk memperoleh informasi sehingga data penelitian bisa
didapatkan.
b. Wawancara
Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi atau
data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan.11 Atau
percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua
pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan, sedangkan penyuluh dan wali murid sebagai terwawancara
(interview) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.12
Wawancara dilakukan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan
pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud
Pelangi di Bogor.
10Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 58. 11 Ibid., h. 56. 12 Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta; LP3ES,
1983), cet.ke-1,h.22
11
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang berupa informasi yang berasal dari
catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan.13
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis
yang didapat di Paud Pelangi dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi
ini pun sebagai pelengkap untuk memperoleh identitas data wali murid
Paud Pelangi di Bogor.
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria;
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis
membandingkan jawaban yang diberikan oleh penyuluh dengan
orang tua wali murid mengenai pelaksanaan penyuluhan.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
berkaitan.
13Hamidi., op.cit., h. 56.
12
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumussan masalah saja.
8. Teknik Analisis Data
Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau informasi
hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan akhirnya adalah
menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai kesimpulan yang
berupa konsep.14 Dengan ungkapan lain menganalisis data pada hakekatnya
adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa saja yang dilakukan
terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya
bisa memudahkan peneliti dalam memberi penjelasan dari interpretasi dari
responden dengan tujuan akhir menarik kesimpulan.15
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis
menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah
itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana
seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih
dahulu penulis kelompokan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu
menganalisanya secara sistematis.
14Ibid., h. 63-64 15Ibid., h. 64-65.
13
9. Teknik penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang disusun oleh
Hamid Nasuri, Ismatu Rofi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty
Hatati, Syopiansyah Jaya Putra. Cetakan ke-2, yang diterbitkan oleh CeQDA
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. Hal ini dimaksudkan
sebagai langkah awal agar dalam melakukan penulisan sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
E. Tinjauan Pustaka
Dari tinjauan yang dilakukan penulis baik itu di perpustakaan jurusan
maupun perpustakaan utama.Penulis belum menemukan skripsi yang secara
khusus membahas tentang judul yang disusun ini. Tetapi ada beberapa skripsi
yang ada hubungannya dengan judul yang penulis ambil diantaranya:
1. “Pengaruh pola asuh orangtua terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-
21 tahun di ketapang tanggerang” (disusun oleh: Winarti, NIM:
107052002483, jurusan bimbingan penyuluhan islam, fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi). Penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini bahwa pola asuh berpengaruh positif
terhadap pembentukan akhlak dengan nilai koefisien regresi sebesar 2,2%.
Hasil dalam penelitian ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan akhlak anak, namun pola asuh orang tua tetap memegang
peran yang amat dominan, pola asuh yang benar dan ajaran agama yang
ditanamkan sejak kecil kepada anak, akan menjadi bagian dari unsure-
14
unsur kepribadian, membentuk akhlak al-karimah dan akan bertindak
menjadi pengendali dalam menghadapi segala dorongan yang timbul yang
tidak sesuai dengan ajaran agama, karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari akhlak itu akan mengatur secara otomatis sikap dan
tingkahlaku dari dalam diri.
2. “Penerapan Metode Hypnoparenting Pada Penanggulangan Permasalahan
Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah Kaki Langit Nurul Amal Center
Karawang” (disusun oleh: Syamsul Anwar, NIM: 103052028682, jurusan
bimbingan penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian ini adalah penanganan permasalahan anak dengan metode
hypnoparenting dinilai sangat efektif dan termasuk metode yang sangat
cepat bereaksi kerena dilakukan dengan penanaman sugesti dalam alam
bawah sadar anak.
Yang membedakan dengan skripsi penulis dengan beberapa skripsi di atas
adalah skripsi penulis yakni lebih mengarah kepada Efektifitas penyuluhan
tentang pola asuh orang tua berbasis hypnoparenting.
15
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang
baik, benar, dan tepat melalui aturan atau cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai
bahan acuan, maka penulis menyusun sistematika dalam penulisan skripsi ini
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Meliputi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori. Meliputi pengertian Efektifitas, pengertian penyuluhan,
metode penyuluhan, tujuan dan manfaat penyuluhan, pengertian pola
asuh orangtua, pengertian Hypnoparenting, pengaruh pola asuh orangtua
berbasis hypnoparenting, manfaat pola asuh orangtua berbasis
hypnoparenting.
Bab III Profil Lokasi Penelitian. Terdiri dari Profil Paud Pelangi, Sejarah
Berdirinya Paud Pelangi, Visi dan Misi, Program Kegiatan Rutin Paud
Pelangi, Kegiatan Penyuluhan, Struktur Organisasi Paud Pelangi.
Bab IV Temuan Lapangan dan Analisis Data. Bab ini membahas mengenai
hasil penelitian, meliputi Deskripsi Informan, Pelaksanaan Penyuluhan
Metode Hypnoparenting Paud Pelangi, Metode Penyuluhan
Hypnoparenting di Paud Pelangi, Tujuan Penyuluhan Hypnoparenting di
Paud Pelangi, Analisis Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan
Hypnoparenting.
16
Bab V Penutup dan Saran. Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan
terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis terkait mengenai efektifitas
penyuluhan tentang pola asuh orang tua berbasis hypnoparenting di Paud
Pelangi Bogor, serta meberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran
yang didapat oleh penulis.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti
adanya suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan agar tercapainya hasil yang memuaskan. Efektivitas merupakan unsur
pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap
organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan
ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H.
Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan
bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.”1
Kemudian dari segi terminologi (istilah), beberapa ahli mencoba untuk
mengemukakan pengertian efektifitas sebagai berikut:
1. John M. Echol dan Hasan Sadily. Menuliskan bahwa efektifitas secara
etimologi berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.2
2. Suharto, menerangkan bahwa efektifitas merupakan keterangan yang artinya
ukuran hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.3
1Soewarno Hadayaningrat, Azas-azas Organisasi Manajem, 1994 hal. 16 2John M. Echol, Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), Cet,
ke-8, hal.207 3Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah, 1995), cet. Ke-1 hal.
742
18
3. Denis Mc. Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata efektif.
Artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat dari diterimanya
suatu pesan, dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara kedua-duanya
yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.4
4. Menurut Effendy mendefinisikan efektifitas adalah komunikasi yang
prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang
dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan.5
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian
efektivitas, yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan
(sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif.
2. Pengukuran Efektiifitas
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau
tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:6
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksanakan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
4Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengatar (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992),
hal. 281 5 http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/Pengertian-Efektifitas/, Diakses pada tanggal
10 Juni 2013.
6 Ibid.
19
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang
apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan
bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya system pengawasan dan pengendalian.
20
B. Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan
Kata penyuluhan merupakan ungkapan yang tidak asing lagi dalam
masyarakat, lebih-lebih dalam dunia pendidikan. Disamping kata penyuluhan,
terdapat pula kata bimbingan, yang maksud dan tujuannya pada hakekatnya
adalah sama. Meskipun dalam pengertian mengandung sedikit perbedaan, namun
pengertian penyuluhan dan pengertian bimbingan saling melengkapi, sehingga
kedua kata tesebut tidak dapat dipisahkan.
Bimbingan dan penyuluhan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris
Guidance and Counseling. Istilah ini terbentuk dari dua perkataan yang telah
menjadi satu sebagaimana dikemukakan di atas. Antara satu dan lainnya
mengandung pengertian berbeda dengan tujuan dan tugas sama.7
Kata guidance adalah kata dalam bentuk masdar yangb berasal dari kata
kerja to guide, artinya menunjukan atau membimbing atau menuntun orang lain
kejalan yang benar. Jadi kata guidance berarti pemberian petunujuk atau
pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.
Sedangkan kata counseling adalah kata dalam bentuk masdar pula dari
kata to counsel, yang artinya memberikan nasehat atau memberikan anjuran
kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain). Jadi arti
kata counseling adalah pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang lain
7A. M. Romly, Penyuluh Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta: PT. Bina Rena
Pariwara, 2001), hal. 9
21
secara individual (perseorangan) yang dilakukan secara face to face. Kemudian di
kenal dengan penyuluhan.8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Penyuluhan mempunyai arti
penerangan. Dengan demikian, maka arti penyuluhan sama dengan penerangan.
Penyuluhan ini dimaksudkan dengan maksud dan tujuannya. Misalnya
penyuluhan pertanian mempunyai arti usaha dalam membantu dan meningkatkan
pengetahuan petani di bidang pertanian dan pembeharuan pertanian di pedesaan
untuk meningkatkan efesiensi usaha tani.9
Kemudian dari segi terminologi (Istilah), penyuluhan (konseling) para ahli
mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Di bawah ini akan di kemukakan
beberapa definisi dari para ahli tentang penyuluhan (konseling):
a. “H. Koestur Partowisastro menyebutkan definisi counseling dalam dua hal
pengertian yaitu: dalam arti luas yaitu segala ikhtiar pengaruh psikologi
terhadap sesama manusia. Sedangkan dalam arti sempit yaitu merupakan suatu
hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar
dengan berbagai cara psikologi, kita dapat mempengaruhi beberapa pribadinya
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu”.10
b. “Menurut James. F. Adams yang di kutip oleh jumhur menjelaskan bahwa
counseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu
dimana seorang konselor membantu conselee. Supaya ia dapat lebih baik
8 Drs. HM. Arifin MEd. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan
Agama (disekolah dan luar sekolah), (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 18 9 Departemen Pendidikan Dan Kebudatyaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka,1977), hal. 972 10M. Umar dan Santono, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), Cet. Ke-2, h. 9
22
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.11
c. “konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi
hambatan-hambatan perkembangan optimal kemampuan pribadi yang
dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu”.12
d. “konseling adalah suartu proses yang lernining-oriented atau suatu proses
yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan
sosial, antara klien dengan konseli, dimana seorang konselor harus memiliki
kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan
psikologi”.
e. Rogers, yang dikutip oleh M. Luthfi menyatakan penyuluhan ialah
serangkaian kegiatan hubungan langsung dengan individu dengan tujuan
memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.13
Berdasarkan definisi di atas dapat penulis simpulkan yang dimaksud
dengan penyuluhan (konseling) adalah suatu proses timbal balik antara konselor
yang membantu klien dalam membantu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya, agar ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam
hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya. Proses tersebut dapat
terjadi setiap waktu.
Adapun arti penyuluhan menurut Bino Walgito adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya. Pada
11I. Jumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1981), cet. Ke-17, h. 25
12Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-1, h. 12-13
13 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 9-11
23
hakekatnya pertolongan diberikan kepada individu ketika ia sedang mengalami
kesulitan-kasulitan dalam hidupnya.
Sementara itu H. M. Arifin, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
penyuluhan adalah perjumpaan secara berhadapan antara penyuluh dan yang
disuluh, dalam proses pemberian pertolongan yang esensial bagi usaha pemberian
bantuan kepada sitersuluh saat mereka berusaha memecahkan permasalahan yang
mereka hadapi. 14
Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan bimbingan dan penyuluhan adalah suatu upaya memberikan pelajaran dan
pendidikan serta bantuan kepada pribadi atau kelompok masyarakat. Upaya
tersebut dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka
agar mampu mamahami diri dan lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai
permasalahan sehingga dapat mencapat kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Perlu di ingat benar bahwa dalam proses penyuluhan tidak boleh ada unsur
paksaan atau desakan, melainkan sebaiknya perlu ditimbulkan pada diri
terbimbing kemampuan Self-direktif (pengarahan terhadap dirinya sendiri) kepada
hal-hal yang dibimbingkan atau dinasehatkan kepadanya.15
1. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan
Dalam melaksanakan opersionalnya, para penyuluh hendaknya memahami
dan memperhatikan beberapa prinsip dasar penyuluhan. Dalam kaitan ini, Leslie
14 H. M. Arifin, Med., op. Cit., hal. 21. 15H. M. Arifin, Med., op. Cit., hal. 25 dan 29
24
E. Moser dan Ruth Small Moser yang dikutip oleh A.M. Romly merumuskan
beberapa prinsip sebagai berikut.
a. Setiap pribadi adalah makhluk yang dinamis dan masing-masing memiliki
kelainan kepribadian, kemungkinan berkembang dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Kepribadian tersebut terbentuk oleh dua faktor pengaruh, yakni pertama
pengaruh dari dalam yang berupa bakat dan ciri-ciri keturunan baik jasmaniah
maupun rohaniah; dan kedua faktor pengaruh yang diperoleh dari lingkungan
baik lingkungan masa sekarang maupun masa lampau.
c. Setiap pribadi merupakan organisme yang tumbuh dan berkembang serta
dalam keadaan yang senantiasa berubah. Namun perkembangannya dapat di
bimbing ke arah pola hidup yang menguntungkan baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi masyarakat sekitar.
d. Tiap pribadi dapat memperoleh bantuan guna meraih kesempatan yang
menguntungkan dalam melakukan pilihan-pilihan, meningkatkan kemampuan
penyesuaian diri serta dalam mengarahkan segala upaya dan potensinya
kepada kehidupan yang sukses.
e. Setiap pribadi hendaknya di beri hak, kesempatan dan kemampuan yang sama
dalam mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa memandang
perdedaan suku bangsa, agama, ideologi dan lain-lain.
f. Perkembangan dan pertumbuhan setiap pribadi bersifat menyeluruh, yakni
jiwa raganya menuju kepada kedewasaan yang penuh.16
16A. M Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta: PT. Bina
Rena Pariwara , 2001), hal. 16-17.
25
Jadi, program dan pelaksanaan penyuluhan, sebagaimana yang
dikemukakan Arifin, adalah agar lebih banyak memberikan kemungkinan kepada
tersuluh untuk melakukan self-direction (pengarahan terhadap dirinya sendiri),
self-realization (kesadaran terhadap dirinya sendiri) dan self-inventory (pencatatan
tentang kenyataan yang ada pada dirinya). Bagi para penyuluh Hypnoparenting,
titik beratnya sudah tentu adalah pada usaha pemantapan sikap self-direction, self-
realization, dan self-inventory masing-masing pribadi tersuluh kedalam
pengembangan diri yang lebih baik dan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. Tujuan dan Peran Penyuluhan
Seperti telah dijelaskan oleh Arifin bahwa tujuan bimbingan dan
penyuluhan adalah meningkatkan perkembangan setiap individu secara optimal
sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.17 Hal ini juga dapat dilihat pada ayat yang mendorong kita untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan tujuan sebagai salah satu usaha untuk
mencapai kesehatan jiwa.
Firman Allah dalam surat An-Nahl: 125
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
17 Ibid. h. 2
26
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.18
Dan juga dalam firman Allah, dalam surat Yunus: 57
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”19.
Dari ayat di atas dapat diambil suatu inti sari yang perlu diperhatikan
bahwa sesungguhnya apabila seseorang mengalami kesulitan atau memiliki
masalah dalam hidupnya, hendaklah diberi bantuan dengan menasehati atau
membimbingnya kejalan yang lebih baik atau diarahkan untuk mendapatkan jalan
keluar dalam mengatasi masalah tersebut.
Adapun peran dari penyuluhan, menurut Masarip dalam blognya adalah:
a. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebaran Informasi
Sebagai terjemahan dari kata “extention”, dalam hal ini, penyuluhan
dapat diartikan sebagai proses penyebar luasan informasi.20Dalam hal ini,
merupakan penyebarluasan informasi tentang pola asuh orang tua berbasis
Hypnoparenting.
18 Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2000), h. 281 19 Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2000), h. 215 20 Marasip, Pengertian Penyuluhan, artikel diakses pada tanggal 24 februari 2013 dari
http://masarip.blog.friendster.com
27
b. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan.21
Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada pemberian penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala
informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan
menerima manfaat penyuluhan (benefisiaries), sehingga mereka benar-benar
memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru
penerangnya.
Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh
penyuluh tidak boleh hanya bersifat “searah” melainkan harus diupayakannya
berlangsungnya komunikasi “timbal balik” yang memusat (convergence)
sehingga penyuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala
mereka menolak atau siap menerima informasi yang diberikan.
Hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat
“pemaksaan kehendak” melainkan tetap menjanin hubungan yang harmonis
antara penyuluh dan masyarakat kliennya secara berkelanjutan.
c. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku 22
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak
sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one
way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan
interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun terbangun proses
perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari:
pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh
21Marasip, Pengertian Penyuluhan 22 Ibid
28
orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-
bahasa, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya).
Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada
penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi
merupakan proses yang dilakukan secara-menerus, sekuat tenaga dan pikiran,
memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang
ditinjau oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi
klien penyuluhan.
d. Penyuluhan Sebagai Proses Pendidikan/Proses Belajar.23
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan
bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan
dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan
melalui proses pendidikan dan kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku
yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut belangsung melalui proses
belajar.
Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui
pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung
lebih lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu,
baru akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan baru yang
diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-
ekonomi.
23 Marasip, Pengertian Penyuluhan
29
e. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial.24
Yang dimaksud perubahan sosial disini adalah, tidak saja perubahan
(perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-
perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur,
nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokrasi, transparansi, supremasi
hukum dll.
f. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering).25
Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses
perubahan sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut
sebagai proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang
dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau
dan mampu melaksanakan peran sesuai dangan tugas pokok dan fugsinya
dalam system sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa sosial
dilakukan oleh “pihak luar”, maka rekayasa sosial bertujuan untuk
terwujudnya proses perubahan sosial yang diinginkan oleh pihak luar
(perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya
dapat diterima. Sebab, rekayasa sosial yang pada dasarnya dimaksudkan
untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok sasarannya,
seringkali dapat berakibat negatif, manakala hanya mengacu kepada
kepentingan perekayasa, sementara masyarakat dijadikan korban pemenuhan
kehendak perekayasa.
24 Marasip, Pengertian Penyuluhan 25Ibid
30
g. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)26
Yang dimaksud dengan “Pemasaran Sosial” adalah penerapan konsep
dan atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial.
Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi untuk
“membentuk” (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang
baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial
dimaksudkan untuk menawarkan (to do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika
dalam rekayasa sosial proses pengambilan keputusan sepenuhnya berada
ditangan perekayasa, maka pengambilan keputusan dalam pemasaran sosial
sepenuhnya berada ditangan masyarakat itu sendiri.
h. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment)
Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan
penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Dalam konsep
pemberdayaan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan
tersebut diarahkan pada terwujudnya mesyarakat madani (yang beradab) dan
mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan yang terbaik baik
kesejahteraannya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat
kemampuan masyarakat, agar mereka dapat beradaptasi secara aktif dalam
keseluruhan proses pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau
pihak luar yang lain (penyuluh, LSM, dll).
26Marasip, Pengertian Penyuluhan
31
i. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strengthening)27
Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat),
kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar individu, kelompok
organisasi sosial, serta pihak lain diluar sistem masyarakatnya sampai diarah
global. Kemampuan atau kapasitas setiap individu dan masyarakatnya untuk
memobilisasi dan memafaatkan sumberdaya yang dimiliki secara lebih hasil-
guna (efektif) dan berdaya-guna (efisien) secara berkelanjutan.
Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu
dan masyarakat bukan dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus
dikembangkan atau dikuatkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih
bermanfaat.
3. Fungsi Penyuluhan
Setelah kita membahas mengenai pengertian, tujuan, dan peran
penyuluhan, maka poin selanjutnya yang akan kita bahas adalah mengenai fungsi
dari penyuluhan itu sendiri.
Jika dilihat dari segi pengertiannya, penyuluhan secara khusus berfungsi
sebagai media penerangan. Dengan kata lain, penyuluhan berfungsi sebagai media
dakwah yang bisa menambah khazanah pengetahuan bagi setiap peserta yang
memperhatikannya.
Namun dari literature yang saya sudah baca, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyuluhan mempunyai beberapa fugsi, yaitu:
27Marasip, Pengertian Penyuluhan.
32
a. Fungsi pemahaman, maksudnya adalah bahwa peserta penyuluhan dapat
memahami tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tema-tema penyuluhan
yang berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan.
b. Fungsi pencegahan, maksudnya adalah mencegah agar peserta penyuluhan
dapat terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul dan akhirnya
bisa menggangu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan atau kerugian-
kerugian yang berdampak bagi kehidupan sosial.
c. Fungsi pengentasan, pengentasan disini maksudnya pelaksanaan penyuluhan
dapat membantu pesertanya mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
sedang dihadapinya atau menjawab rasa ingin tahunya. Seperti halnya ada sesi
Tanya jawab atau penyuluhan yang dikemas dalam bentuk bimbingan
kelompok atau konseling kelompok.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, ialah penyuluhan bisa menanamkan
nilai-nilai luhur serta memberikan pandangan atau pengetahuan mengenai
norma atau aspek kehidupan. Dan bagi yang sudah memahaminya diarahkan
agar dapat terus dipelihara dan di kembangkan supaya bisa menularkannya
kepada orang-orang sekitar.28
4. Metode Penyuluhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
yang dikehendaki.29
28 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 197-217. 29 Depdiknas, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. ke-2, h.
704
33
Sedangkan menurut M. Arifin, secara harfiyah metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Namun pengertian hakiki dari metode
adalah “segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.”30
Adapun metode yang sering digunakan dalam melakukan penyuluhan
adalah:
a. Metode Ceramah
Yang di maksud dengan metode ceramah adalah “ suatu cara
menyampaikan bahan dengan lisan oleh tenaga penyuluh. Sedangkan peran
audien sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan dan mencatat
informasi dari penyuluh bila diperlukan.”31
b. Metode Diskusi
Metode diskusi ini merupakan lanjutan dari metode ceramah, artinya
sebuah diskusi dapat dilaksanakan setelah adanya materi penyuluhan yang
disampaikan dengan metode ceramah ataupun yang lainnya. Agar materi
yang disampaikan lebih kaya dan guna mendapat masukan ataupun kritikan
membangun dari para peserta, hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi.32
30 H. M. Arifin, h. 43 31 Departemen Agama RI, Pedoman Penyuluhan Wakaf Bagi Penyuluh Agama, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Agama RI, 2010 ), h. 108 32 Moektiaza, Pengertian, Peran Penyuluh Agama Islam Dan Pembinaan
Keagamaan,Artikel Diakses Tanggal 24 Maret 2013 dari http://moektiaza.wordpress.com/
34
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian penyuluhan dengan dengan
cara mendorong sasaran (objek penyuluhan) untuk menyatakan sesuatu
masalah yang dirasa belum mengerti dan penyuluh sebagai penjawabnya.33
d. Metode Demonstrasi
Memberikan penyuluhan dengan memperlihatkan suatu contoh, baik
berupa suatu benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan
bahwa seorang penyuluh tersebut menggunakan metode
demonstrasi.34Artinya suatu metode penyuluhan, dimana seorang penyuluh
memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya
(objek penyuluhan) dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan yang
diinginkan.
2. Pola Asuh Orang tua
1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Baumrid, pola asuh pada prinsipnya merupakan Parental
Control, yakni bagaimana orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi
anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada
proses pendewasaan. 35
33ibid 34 ibid 35 Mualifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), h. 42.
35
Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua
berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman,
pemberian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak.36
Penulis menyimpulkan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara
orangtua dan anak. Yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi
dengan anak.Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukan sikap dan perilaku
yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya.
2. Dampak Pola Asuh
Pembentukan perilaku terjadi melalui proses interaksi antar anggota
keluarga dalam proses pengasuhan, dengan demikian baik buruknya perilaku anak
tergantung dari pola asuh yang ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.
Empat tipe pola asuh orang tua dalam berkomunikasi dengan anak:37
a. Orang tua otoriter orang tua tipe ini sering menunjukan bahwa dirinya
punya posisi lebih tinggi. Anak dipandang bodoh, belum sampai akal, dan
pendapatnya tidak perlu diperhatikan. Di hadapan orang tua tipe ini, anak
akan sulit memasuki pembicaraan dan sulit pula keluar darinya anak juga
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya. Anak pun
menjadi tidak mandiri, berpenghargaan diri rendah, dan pemberontak.
b. Orang tua permisif. Orang tua tipe ini tidak terlalu banyak mengeluarkan
aturan, disiplinnya longgar, dan serba boleh. Anak tidak dibiasakan
36 Ibid, h. 42-43 37 Andi Yudha Asfandiyar, Creative Parenting To Day, (Bandung: PT MIzan Pustaka,
2012) Cet. ke 1, h. 108-109
36
mandiri dan hampir semua keinginannya dipenuhi. Anak pun menjadi
serba bebas, rakus, penuntut, memiliki control diri yang rendah, kurang
bertangung jawab, kurang disiplin, dan tidak memikirkan orang lain.
c. Orang tua yang tidak peduli. Orang tua tipe ini tidak mau ambil pusing
alias cuek dengan apa yang dilakukan anak. Ketika anak berkata, “Ayah,
nilai ulanganku 10!” sang ayah tidak akan menujukan reaksi apa pun.
atau, ketika anak bertanya, “Ayah, kalau PR matematika ini, cara
mengerjakannya bagaimana?” sang ayah hanya menjawab, “sana! Jangan
ganggu ayah! Ayah lagi capek, tahu!” orang tua seperti ini akan
menghasilkan anak yang mengalami kesulitan dalam pengembangan diri.
d. Orang tua demokratis. Orang tua tipe ini cenderung hangat, menghargai
anak, serta penuh perhatian dan kasih sayang. Ketika anak kalah dalam
suatu lomba, misalnya, orang tua tidak akan menyalahkan.”Bagi ayah,
kamu adalah juara! Ayah tahu, kamu telah berjuang untuk menjadi juara!”
orang tua tipe ini akan menghasilkan anak yang bertangung jawab,
mandiri, kreatif, punya control diri yang baik, dan bisa berpendapat.
Dengan demikian, dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan,
bahwa Perkembangan dan pertumbuhan anak itu dipengaruhi oleh pola asuh yang
diterapkan oleh orangtua baik itu pola komunikasi, pola makan, atau pola apa saja
yang dapat mempengaruhinya. Karena pola asuh yang baik akan menjadikan anak
itu anak yang sehat dan anak yang baik, akan tetapi jika anak mendapat pola asuh
yang tidak baik maka anak tersebut akan menjadi anak yang kurang baik.
37
3. Hypnoparenting
1. Pengertian Hypnoparenting
Hypnoparenting berasal dari kata hypnosis dan parenting. Kata hypnosis
berarti upaya mengoptimalkan pemberdayaan energi jiwa bawah sadar (dalam hal
ini untuk berkomunikasi) dengan mengistirahatkan energi jiwa sadar pada anak
(komunikasi mental) maupun pada pembinanya. 38 Menurut beberapa ahli
hypnosis, memberikan definisi sebagai seni komunikasi untuk mempengaruhi
seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara
menurunkan gelombang otak, kondisi hypnosis menyerupai tidur dengan kondisi
dimana perhatian menjadi terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat
sangat tinggi.39
Dengan demikian penulis menyimpulkan hypnosis adalah suatu seni,
metode, dan teknik berkomunikasi yang sangat persuasif dan sugestif dengan
tujuan agar apa yang dimaksudkan dapat dipahami dan dilakukan oleh lawan
bicara.
Parenting berarti segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas
orangtua dalam mendidik, membina, dan membesarkan anak. Jadi hypnoparenting
dapat diartikan sebagai pembinaan anak dengan memerhatikan pengaruh hypnosis
untuk selalu menanamkan rekaman atau sugesti positif pada jiwa bawah sadar
anak.40
38 Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting. (Jakarta: Penerbit Plus, 2012), Cet.
ke-2, h.12 39 Bruce Goldberg, Self Hypnosis:Bebas Masalah Dengan Hypnosis, Penerjemah Cahya
Wiratama, (Yogyakarta, PT. Bentang Pustaka, 2007), h.18. 40Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting, h. 14
38
Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa hypnoparenting adalah pola
asuh orangtua terhadap anak dengan menggunakan metode hypnosis yaitu seni
berkomunikasi efektif dengan teknik tertentu yang langsung mendapat respon
melalui penanaman sugesti kedalam pikiran bawah sadar anak-anak untuk
membentuk kepribadian anak dengan penuh cinta dan kasih sayang tanpa dengan
kekerasan dan paksaan. Hypnoparenting merangsang anak secara fisiologis dan
menyugesti secara psikologis.
Hypnosis adalah salah satu cara yang angat efektif untuk menjangkau
pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah. Proses komunikasi yang dilakukan
sehari-hari dengan anak merupakan suatu proses hypnosis. Melalui proses
komunikasi tersebut dapat menanamkan sugesti atau ide baru yang selama ini
tidak ada dalam kamus mereka sebelumnya. Jika anak “terhypnosis” dengan pesan
yang negatif, jangan heran bahwa anak data memiliki ide dan mendalami pesan
negatif tadi sehingga menjadi nilai dasar yang akan terbawa terus sampai
dewasa.41
Dengan demikian penulis menyimpulkan dibutuhkan sugesti positif
kepada anak agar mereka menjadi anak yang bermental kuat, berpikir positif,
bersemangat dan tidak takut tantangan.
2. Fungsi Dan Tujuan Hypnoparenting
Hypnoparenting berfungsi sebagai sarana berkomunikasi yang efektif
kepada anak untuk menyelesaikan permasalahan yang sering dianggap bahaya
bagi anak-anak.
41Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting, h. 8
39
Seperti halnya metode-metode yang lain, hypnoparenting memiliki tujuan.
Adapun tujuan dari hypnoparenting adalah untuk memudahkan para orangtua
dalam memberikan pembinaan atau arahan kepada anak-anaknya tanpa
menggunakan paksaan yang akan dilaksanakan oleh anak dengan kesadaran
penuh. Karena dalam kehidupan sehari-hari sering orangtua yang kerepotan dan
dikuras energy dengan perilaku anak-anak. Akhirnya orangtua dengan segala
wewenangnya, memerintahkan anaknya dengan berbagai kata ancaman atau
dengan umpatan yang akan memyebabkan rekaman buruk bagi diri anak.
Sebagian orangtua mungkin ada yang menyerah dengan keadaan anak-anaknya
dalam keadaan buruk.
3. Pengaruh Hypnosis Terhadap Anak
Otak manusia memiliki fungsi sebagai pengolah informasi yang akan
dilaksanakan oleh tubuh melalui syaraf. Jaringan otak ini memiliki bagian untuk
berfikir, satu bagian untuk pikiran sadar yang berada di bagian Korteks otak dan
satu lagi untuk pikiran bawah sadar berada di daerah otak yang bernama medulla
oblongata.42
Hypnosis sebagai seni untuk berkomunikasi dengan efektif di mana
pikiran terfokus dan tubuh dalam keadaan relaksasi alami sehingga langsung
mendapatkan respon secara cepat. Hypnosis berkaitan erat dengan cara kerja
pikiran, di mana otak manusia memiliki kemampuan untuk menyerap informasi
yang terindera kemudian meresponnya dengan mengkoordinasi jaringan syaraf-
42 Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art Of Subconscious Communication, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006) Cet. ke-3, h. 28.
40
syaraf tubuh untuk menggerakan otot-otot atau anggota badan tertentu sesuai
dengan stimulan yang diterima dan dimengerti oleh otak manusia.
a. Pengaruh Terhadap Otak Manusia
Perilaku manusia akan selalu mengacu kepada dua bentuk pikiran yang
ada di dalam otaknya. Pikiran sadar manusia berada di belahan otak kiri dan
dalam fungsi fisiologi merupakan pengontrol penggerak tubuh sebelah kanan.
Sedangkan pikiran bawah sadar berada di belahan otak kanan yang dalam fungsi
fisiologisnya merupakan pengontrol gerakan tubuh sebelah kiri. 43 Secara garis
besar, fungsi yang berhubungan dengan kerja belahan otak dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 1.
Fungsi belahan otak.44
Belahan otak kiri Belahan otak kanan
Sadar
Analitis
Penalaran
Matematis
Logis
Bahasa
Pikiran
Kaku
Bawah sadar
Intuisi/insight
Awwarness
Visualisasi
Imajinatif
Fantasi
Emosi
Flaksibel
43 YF La Kahija, Hipnoterapi: Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 67 44 Ibid, h. 68
41
Di bawah ini merupakan penjelasan kedua jenis pikiran dan fungsinya
yang berbeda satu sama lain. Berikut ini adalah fungsi pikiran sadar.
1. Mengidentifikasi informasi yang masuk melalui panca indera (penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, sentuhan, atau perasaan).
2. Membandingkan informasi yang masuk dengan referensi, pengalaman dan
segala informasi yang berada di pikiran bawah sadar.
3. Menganalisis informasi yang masuk dengan membagi informasi itu menjadi
komponen yang lebih kecil agar dapat diperiksa dengan seksama.
4. Memutuskan respon atau tindakan yang akan diambil terhadap informasi
yang telah masuk.45
b. Fungsi Pikiran Bawah Sadar
Sedangkan pikiran bawah sadar memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Kebiasaan (baik, buruk dan refleks)
- Kebiasaan baik adalah kebiasaan yang baik dan produktif.
- Kebiasaan buruk adalah kebiasaan yang buruk dan destruktif seperti
merokok, makan berlebihan, dll.
- Refleks adalah gerakan anggota tubuh motorik kasar dan halus atau
reaksi tubuh yang terstimulan dengan otomatis, contohnya adalah
berkedip, menggaruk, bersin, dll.
2. Emosi, yaitu bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal
tertentu dan terhadap orang lain.
45 Gunawan, Hypnosis, h. 27.
42
3. Memori jangka panjang yaitu tempat penyimpanan informasi yang bersifat
permanen.
4. Kepribadian, yaitu karakteristik individual dalam berhubungan dengan orang
lain dan lingkungan yang dijumpai sehari-hari.
5. Intuisi, yaitu perasaan mengenai sesuatu secara ingsingtif, atau berhubungan
dengan spiritual atau metafisik.
6. Kreatifitas, yaitu kemampuan untuk mewujudkan visi, pemikiran dan impian
menjadi kenyataan.
7. Persepsi, yaitu bagaimana melihat dunia menurut pandangan sendiri.
8. Belief dan value, yaitu suatu kepercayaan yang diyakini sebagai suatu yang
benar dan segala nilai penting dari sesuatu.46
Dari uraian diatas tergambar bahwa pengaruh pikiran bawah sadar
terhadap diri lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Itulah sebabnya mengapa
banyak orang yang sulit berubah meskipun secara sadar ada keinginan untuk
berubah. Jika terjadi pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar,
pikiran bawah sadar selalu menjadi pemenangnya.
46 Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art Of Subconscious Communication, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006) Cet. ke-3, h.18
43
Tabel 2.
Gelombang otak dan aktifitas tubuh.47
Tipe
Gelombang
Otak
Laju
Frekuensi
(Hz)
Kondisi Tubuh
Bheta 12-40 Kerja mental dengan konsentrasi tinggi, berinteraksi,
khawatir, tenang.
Alfa 8-12 Keadaan relaxed alertness, meditasi, mimpi yang
dapat diingat setelah terbangun, gerbang antara
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Theta 4-8 Saat tidur yang disertai mimpi, saat terjadi REM
(rapid eye movement) yaitu bola mata bergerak
dengan cepat ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke
bawah seperti melihat sesuatu dengan cepat. Pikiran
bawah sadar terbuka lebar, daya kreatifitas.
Delta 0,1-4 Tidur nyenyak tanpa mimpi (sering di temukan pada
otak bayi, pingsan, koma).
Dari tabel di atas seseorang dapat masuk kondisi hypnosis, apabila
gelombang otak dalam kondisi alfa yang ditandai dengan rileksnya seluruh tubuh
atau dalam hypnotism kondisi ini biasa disebut dengan trans, yaitu kondisi seperti
mengantuk. Kondisi seperti ini dapat terjadi dengan alamiah ataupun dengan
bantuan seorang hipnotis. Hal ini dapat diperhatikan dari praktek-praktek
hypnosis di televisi seorang klien selalu tampak seperti tertidur dengan sangat
cepat ketika seorang hypnotis menjentrikan jarinya.
47Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting, h.31
44
Pada kondisi alfa pemberian sugesti atau stimulus kepada seseorang akan
diterima oleh otaknya dan disimpan dalam pikiran alam bawah sadarnya. Pikiran
alam bawah sadar akan menyimpan memori jangka panjang yang akan
dilaksanakan dan dijadikan pembiasaan dalam perilaku dan bersifat permanen,
segala sugesti yang telah masuk kedalam pikiran bawah sadar cenderung akan
langsung dilaksanakan. Dalam hal ini Sigmun Freud mengungkapkan, betapa
alam bawah sadar manusia sangat berpengaruh dalam perilaku manusia. Area
bawah sadar menurutnya adalah semacam “tempat pembuangan” berbagai
stimulus, keinginan, serta pengalaman yang tidak dapat direalisasikan dengan
baik. Semuanya mengendap dalam alam bawah sadar dan sulit disadari bagi setiap
individu. Karenanya, alam bawah sadar memotivasi sebagian kata-kata, perasaan,
dan perilaku individu.48
Hypnosis atau pemberian sugesti yang dilakukan kepada anak-anak dapat
dilakukan secara langsung seperti halnya kepada orang dewasa, khususnya bagi
anak-anak yang tergolong pendiam. Namun bagi anak yang aktifitas tubuh dan
otaknya tinggi biasanya dilakukan pada saat anak menjelang tidur. Ini adalah
upaya agar otak anak mencapai gelombang alfa dan theta yaitu di saat tubuh dan
otak anak dalam keadaan rileks. Dan kondisi rileks ini dapat terjadi disaat anak-
anak merasakan kantuk. 49 Pada fase ini dapat dikatakan seperti kondisi
mengantuk, di mana seluruh tubuh melemas dan pasrah. Bagi anak atau orang
dewasa yang telah masuk gelombang alfa bahkan theta atau telah masuk
48 Sigmund Freud, pengantar Umum Psikoanalisis, penerjemah Haris Setiowati,
(Yogyakarta: pustaka pelajar, 2006), h. 407. 49 Arisandi Setyono, Hypnoparenting: Menjadi Orangtua Efektif Dengan Hypnosis,
(Jakarta: PT. gramedia Utama, 2006 ), h. 117
45
kegerbang alam bawah sadarnya akan merasakan ketenangan atau relaksasi yang
penuh. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al Qur’an surah al- anfal/8: 11 berikut:
………………………
“ (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya………………., 50
Dengan menggunakan hypnosis diharapkan dapat menggabungkan
pengetahuan mengenai bagaimana cara membesarkan anak dengan baik. Terutama
penanaman mental atau perilaku yang baik bahkan nilai-nilai spiritual yang agung,
serta segala persiapan yang akan dihadapi oleh anak pada fase-fase perkembangan
dalam rentan kehidupannya sebagai tugas orangtua dengan pemberian sugesti
bersifat positif kedalam alam bawah sadarnya.
Hypnosis adalah suatu seni, metode atau teknik komunikasi (verbal dan
non verbal) yang persuasif dan sugestif.51 Bila orang yang dihipnosi tersugesti
baik sadar atau tidak, dia dapat dikatakan dalam keadaan “terhipnosis”. Peristiwa
sehari-hari, sengaja atau tidak, bila tersugesti oleh hal tersebut maka dapat
dikatakan juga bahwa kita terhipnosis oleh peristiwa tersebut.
Apa yang terjadi kalau peristiwa kita alami berulang-berulang, seperti
halnya iklan di televisi dilihat dan didengar berulang-ulang, cepat atau lambat
kita akan terpengaruh dan meyakini bahwa hal itu benar atau hal itulah yang
sebenarnya. Dapat dibayangkan, sebagai ornagtua tentunya setiap hari selalu
50 Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. PEnerbit Diponegoro, 2000),h. 142
51Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting, h.8
46
berhubungan dengan anak baik memalui verbal (pembicaraan) dan nonverbal
(perilaku atau aktifitas yang dilihat). Percaya atau tidak, sebagai orangtua selalu
menghipnotis anaknya sendiri. Oleh karenanya, sebagai orangtua harus berhati-
hati dengan perilaku terhadap anak. Anak akan terinduksi oleh perilaku, tindak-
tanduk, dan cara komunikasi orangtua dengan mereka.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Paud Pelangi
Nama Lembaga : Paud Pelangi
Nama Pengelola : Hj. Rachmatullaily, SE, MM
Alamat : Jln. Johar VIII No. 1 Kel. Kedung Waringin Kec.
Tanah Sareal Taman Cimanggu-Bogor 16163
No. Telphone : 0811118821
No. Izin : 421.10/49.- Disdikpor 2010
Tahun Berdiri : 01 Januari 2009
Kegiatan Belajar Mengajar : Pukul 07.30 WIB s/d 11.30 WIB
Status Bangunan : Milik Sendiri
B. Sejarah Berdirinya Paud Pelangi
Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age) dan sekaligus
periode yang kritis dalam tahap perkembangan manusia. Untuk melejitkan potensi
perkembangan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya
48
yaitu: asuhan penuh kasih sayang dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak.
Namun sayang, hal tersebut tidak dapat dirasakan oleh anak-anak dari
golongan kurang mampu, sehingga pada kenyataannya pada masa masuk usia
sekolah (SD) mereka tidak mampu bersaing dengan anak yang pernah
mengenyam pendidikan disekolah taman kanak-kanak atau sejenisnya.
Seiring dengan keputusan pemerintah yang akan mengembangkan program
pelayanan Paud jalur non formal tahun 2003, kami kader TP PKK (Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) khususnya posyandu
Puspa Bangsa (RW IX) mulai memikirkan untuk mendirikan Pos Paud. Hingga
pada bulan Desember 2008 kami mulai merintis Pos Paud yang bekerjasama
dengan Posyandu RW IV (Posyandu Do’a Restu). Tanggal 1 Januari 2009 mulai
berdiri Pos Paud “Do’a Restu Fitria” nama anak yang memberikan tempat
berdirinya Pos Paud.
Adapun sampai saat ini tempat berdirinya Pos Paud dimiliki sepenuhnya
oleh kepala sekolah atau pengelola secara pribadi. Berbagai pertimbangan telah
dilalui hingga pada akhirnya Pos Paud telah berganti nama menjadi “Paud
Pelangi”, nama tersebut terdorong dengan alasan Pos Paud merupakan milik
masyarakat yang bersifat heterogen. Serta nama tersebut mengandung arti
“keanekaragaman yang membawa keindahan”.
Berdirinya Paud Pelangi berkat kerjasama masyarakat, pendanaan Pos Paud
dari warga belajar dan para donator. Keberadaan Pos Paud juga didukung oleh
kelurahan Kedung Waringin dan Tim PKK Kedung Waringin. Dengan surat
49
keputusan yang dikeluarkan oleh Disdikpor No. 421.10/49.- Disdikpor 2010. Dan
pada tanggal 10 Agustus 2011 Paud Pelangi mendapat dana rintisan yang
dibelanjakan untuk biaya pembinaan, pelatihan, APE dalam (Alat Permainan
Edukasi dalam), APE luar (Alat Permainan Edukasi luar), dan ATK (Alat Tulis
Kantor).1
C. Visi dan Misi
Dalam sebuah lembaga pendidikan pada umumnya memiliki Visi dan Misi
yang menjadi tolak ukur kesuksesan suatu lembaga pendidikan yang harus
dicapai. Begitu juga Paud Pelangi yang merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang ada di wilayah kabupaten Bogor, adapun Visi dan Misi Paud Pelangi adalah
sebagai berikut:
Visi
Mencerdaskan anak yang berakhlakulkarimah
Misi
1. Melaksanakan pendidikan anak sejak dini
2. Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik
3. Memotivasi akhlak dan perilaku anak didik melalui pembiasaan, contoh
teladan Rosulullah SAW dan parasahabat sehingga terwujud dalam
kegiatan sehari-hari.
1Sumber Data,Arsip/Dokumen Paud Pelangi Bogor.Tahun 2012
50
D. Program Kegiatan Pembelajaran Paud Pelangi
Program pembelajaran mengacu pada masa pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) masa pembelajaran manu-generik direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini, Departemen Nasional. Menpan RI No. 58 Tahun 2009.
Adapun program kegiatan rutin Paud Pelangi adalah sebagai berikut:2
1. Kegiatan Belajar Mengajar
2. Penimbangan dan pengukuran tinggi badan
3. Pemeriksaan gigi
4. Pemeriksaan telinga
5. Pemeriksaan kuku
6. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
7. BKB (Bina Keluarga Balita)
8. Bahasa Inggris (setiap hari rabu)
9. Hafalan Hadits
10. Dongeng
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
Bina Keluarga Balita (BKB), merupakan upaya pemerintah melalui badan
pengelola KB. Upaya ini dimaksudkan untuk membina keluarga yang sudah
menjadi akseptor atau pengguna alat kontrasepsi dan memiliki balita.3
2Sumber Data, Arsip/Dokumen Paud Pelangi Bogor. Tahun 2012 3Sumber Data BKB PAUD Pelangi, Tahun 2012
51
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh pengurus BKB Paud Pelangi
diperuntukan bagi seluruh wali murid yang terdaftar di Paud Pelangi sebagai
langkah untuk memberikan pembinaan atau penyuluhan agar meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, keterampilan, dan sikap ibu serta anggota keluarga
lainnya dalam membina tumbuh kembang anak yang optimal terutama melalui
kegiatan hypnosis untuk merangsang mental, emosional, moral, dan sosial agar
menjadi manusia yang berkualitas.
2. Kegiatan Penyuluhan BKB
Dalam kegiatan BKB, penyuluhan merupakan forum pertemuan yang
diselenggarakan oleh kader untuk orangtua (ibu) yang menjadi peserta BKB.
Pertemuan ini berfungsi sebagai wadah penyampaian pesan dari kader kepada
peserta, dimana kader memberikan penjelasan tentang pola asuh, cara bagaimana
mendidik anak, cara menasehati, dengan cara yang mudah yaitu dengan metode
hypnoparenting yang dikemas sedemikian rupa agar mudah dimengerti oleh
peserta.4
Depdiknas memiliki program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang
mana sasarannya adalah anak-anaak usia dini yang berasal dari keluarga yang
secara ekonomi kurang mampu untuk masuk kesekolah Play group atau TK, maka
program BKB ini sasarannya adalah ibu atau orang tua dari anak-anak tersebut.
Maka dari itu salah satu upaya agar program ini berjalan adalah dengan
mengintegrasikan PAUD dengan BKB.
4Wawancara Pribadi dengan Ibu Ani Warni (Kader inti BKB), Bogor 08 mei 2013
52
Memang output dari BKB ini bukanlah nominal seperti Bantuan Langsung
Tunai (BLT), melainkan pengetahuan dan informasi bagaimana caranya
melalukan pola asuh kepada anak mereka sesuai dengan pola tumbuh kembang
anak, terutama dengan penerapan metode Hypnoparenting5.
3. Kegiatan Rutin BKB Bagi Wali Murid Paud Pelangi
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan dalam kegiatan BKB ini beragam,
antara lain sebagaiberikut:
Senin : Kerajinan Tangan
Selasa : Penyuluhan Parenting
Rabu-Jum’at : mengaji dengan bimbingan guru ngaji
4. Susunan Kepengurusan BKB Paud Pelangi
Agar kegiatan BKB di Paud Pelangi dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka disusunlah kepengurusan sebagai berikut:
Penanggung jawab : Lurah Kedung Waringin
TP. PKK. Kelurahan Kedung Waringin
Ketua Pengelola : Hj. Rachmatullaily Ferry, SE., MM.
Wakil Ketua : Hj. Kholifah Sunar
Sekertaris : R. Endang
Bendahara : Hj. Tuti Megawati
Anggota : Seluruh Orang Tua Murid Paud Pelangi
5 Ibid
53
E. Keadaan Siswa Paud Pelangi
Peserta didik adalah faktor yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, sebab peserta didik merupakan subjek yang mendukung keberhasilan
sebuah pendidikan. Untuk mengetahui jumlah siswa siswi dalam 4 tahun
kebelakang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 3
Jumlah siswa dalam 4 (Empat) tahun terakhir
No Tahun Ajaran Jumlah
1 2010-2011 87
2 2011-2012 72
3 2012-2013 85
F. Struktur Organisasi Paud Pelangi
Untuk menjalankan aktivitas, Paud Pelangi Bogor, memiliki struktur
organisasi yang dirancang sedemikian rupa agar segala sivitas akademik yang
terlibat dalam penyelenggaraan di lembaga ini dapat bekerjasama saling
membantu agar tujuan yang ditetapkan oleh dapat tercapai dengan maksimal.
Adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut:
Penanggung jawab : Lurah Kedung Waringin
TP. PKK. Kelurahan Kedung Waringin
Ketua Pengelola : Hj. Rachmatullaily Ferry, SE., MM.
WakilKetua : Aidah
54
Kepala PAUD : R. Endang
Sekertaris : Diana Munawati
Bendahara : Dini Rizman
Tata Usaha : Sri Diana Sari
Dewan Guru : Sri Puspita Sari
Ani Warni
Iin Sukrillah
Halimah
55
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan
Pada bab ini, sebelum penulis memaparkan tentang kegiatan penyuluhan
Hypnoparenting yang ada di Paud Pelangi, terlebih dahulu penulis akan
mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis membagi tiga sumber
yang diteliti. Pertama, informan Guru pengajar Paud Pelangi sekaligus kader
BKB. Kedua, informan penyuluh, yaitu yang orang ahli dibidang Psikologi yang
ditunjuk oleh pihak Lembaga. Ketiga informan anak yang terdiri dari lima orang
tua murid yang melaksanakan metode hypnoparenting. Lebih lengkapnya sebagai
berikut:
1. Informan Guru Paud Pelangi
a. R. Endang. S
Informan pertama adalah kepala sekolah Paud Pelangi yang
merangkap sebagai kader Bina keluarga Balita (BKB). Beliau bernama R.
Endang. S, lahir di Bogor tanggal 3 Desember 1966. Beliau mulai mengajar di
Paud Pelangi sejak tahun 2012, yang sebelumnya beliau sebagai kepala
sekolah di Paud Wulandari pada tahun 2008 sampai 2009. Beliau juga adalah
sebagai kader kelompok kerja PKK (POKJA) bidang pendidikan pada tahun
2010 sampai 2011, karena kepeduliannya terhadap lingkungan disekitar,
beliau melihat banyak anak usia dini yang tidak sekolah dikarenakan tidak
56
adanya biaya untuk sekolah disekolah TK. Kehidupan dilingkungannya secara
perekonomian berada pada menengah kebawah, karena hal itu mendorong
beliau bergabung bersama Paud Pelangi membangun lembaga pendidikan
untuk anak usia dini yang bisa dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah
ke bawah, untuk menciptakan anak-anak yang berpendidikan.
Berawal dari kepedulian dan kecintaannya terhadap anak-anak beliau
mendedikasikan waktunya dengan menjadi pengajar di Paud Pelangi sampai
saat ini. Beliau terus menambah wawasannya terutama dalam bidang
pendidikan anak dan mendidik anak balita.
”Di umur saya yang kurang lebih hampir 47 tahun ini saya tergerak untuk kuliah, karena saya ingin menambah wawasan saya terutama dalam bidang pendidikan anak usia dini. Diantaranya mbak saya jadi sedikit paham antara pendidikan anak dengan mendidik anak itu berbeda, pendidikan anak itu lebih kepada hal-hal yang berkaitan dengan mendidik anak seperti pada metode yang digunakan, kurikulum atau alat-alatnya. Sementara mendidik anak, itu hubungannya langsung dari orangtua kepada anaknya. Seperti penerapan pola asuh, misalnya.”1
Ibu Endang memang peduli sekali terhadap segala hal yang berkenaan
dengan anak, terutama yang berkenaan dengan pendidikan, pola pengasuhan,
pembentukan kepribadian, dan akhlak anak. Oleh karena itu sebelum
terbentuknya BKB, beliau sudah aktif memberikan penyuluhan tentang
mendidik anak kepada ibu-ibu disekitar rumahnya.
1Wawancara Pribadi dengan Ibu Endang. Bogor. 17 Juli 2013
57
b. Ani Warni
Bunda Ani, begitu beliau biasa disapa merupakan salah satu tenaga
penyuluh atau kader BKB Paud Pelangi. Lahir di Bogor 37 tahun silam. Saat
ini beliau tinggal tidak jauh dari Paud Pelangi.
Karir Bunda Ani di BKB Pelangi berawal dari keikutsertaannya dalam
kegiatan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat RW di
lingkungan rumahnya, sehingga akhirnya beliau menjadi salah satu pengajar
di Paud Pelangi.
Bunda Ani menjabat sebagai kader inti di BKB Paud Pelangi.
Menurutnya, memberikan pengetahuan kepada para orangtua tentang
mengasuh dan mendidik anak itu tidak kalah penting dengan mendidik anak
itu sendiri. Akan tetapi bukan berarti mendidik anak menjadi harus
dikesampingkan.
“Mendidik anak itu memang penting, tapi mendidik orangtunya agar mengerti bagaimana seharusnya mendidik anak, itu menurut saya jauh lebih penting. Kenapa begitu? Karena anak itu akan mengikuti saja bagaimana orangtuanya. Ibaratnya begini, kalau bibitnya jelek, jangan berharap banyak untuk mendapatkan hasil panen yang bagus. Nah, untuk dapat hasil yang bagus bagaimana caranya? Tentunya harus punya modal yang cukup, bibitnya harus bibit unggul, perawatannya juga harus tepat, dan sebagainya. Untuk orangtua, apa yang diperlukan? Yang diperlukan adalah ilmu pengetahuan tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak. Tentunya itu saja tidak cukup harus juga didukung oleh faktor lain, seperti memilihkan sekolah yang bagus untuk anak, memberikan tontonan yang bermutu dan sebagainya.”2
Menurut Bunda Ani, mendidik orangtua berkaiatan erat dengan
mendidik anak. Dalam hal mendidik orangtua, yang menjadi sasaran
2Wawancara Pribadi dengan Ibu Ani Warni. Bogor. 17 Juli 2013
58
langsungnya adalah orangtua, sedangkan anak menjadi sasaran tidak
langsung. Sedangkan untuk mendidik anak, para orangtua harus mengikuti
“sekolah orangtua”, dalam hal ini BKB agar dapat mendidik anaknya dengan
pola asuh yang baik, sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan kader pada saat
memberikan materi melalui penyuluhan.
2. Informan Tim Penyuluh
Dalam pelaksanaan penyuluhan hypnoparenting Paud Pelangi juga
melakukan kerjasama dengan lembaga Psikologi yang ada di Bogor yaitu People
Power Consulting (PPC), ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan lebih
banyak bukan hanya untuk wali murid tapi untuk semua guru dan kader BKB di
Paud Pelangi. berikut karakteristik informan tim penyuluh:
a. Lita Muliyasari, S. Psi,
Sebagai informan tim penyuluh People Power Consulting adalah Lita
Muliyasari, S. Psi, lahir di Lampung tanggal 07 Agustus 1984. Menyelesaikan S1
di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwekerto tahun 2008.
Kemudian bergabung di People Power Consulting sebagai asisten Psikolog Pada
tahun 2011.
Ibu Lita ditugaskan oleh PPC untuk mengisi Penyuluhan hypnoparenting
di Paud Pelangi.
59
b. Informan Peserta Penyuluhan / Wali Murid Paud Pelangi
Peserta penyuluhan hypnoparenting adalah orangtua wali murid yang
tercatat sebagai murid Paud Pelangi. Pada saat penulis melakukan wawancara
dengan orangtua murid mereka lebih suka dipanggil bunda dan nama anaknya,
dari pada namanya sendiri. Maka dari itu, penulis tidak mencantumkan nama asli
dari informan, namun penulis menuliskan sapaan atau nama panggilan yang biasa
digunakan informan dalam komunikasinya setiap hari.
1) Bunda Aldo
Ibu haryati namanya biasa disapa Bunda Aldo lahir pada tanggal 11
Juli 1970 di Gorontalo, wanita yang memiliki satu orang anak ini adalah
seorang single parent bekerja sebagai pembantu rumah tangga, Aldo tercatat
sebagai murid Paud Pelangi menginjak tahun kedua karena Aldo sekarang
naik ke TK B.
Keikut sertaan bunda Aldo dalam kegiatan BKB dan penyuluhan
hypnoparenting karena kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan saat wali murid
menunggu anaknya sekolah.
”saya senang ikut kegiatan BKB ini mba, karena kegiatannya pas waktu nunggu anak saya sekolah, jadi dari pada kita bengong atau ngegosip lebih bagus ada kegiatan ini, jadi bisa nambah ilmu buat bunda-bundanya.”3
2) Bunda Anka
Ibu Tisnawawi (bunda Anka) baru memiliki anak satu yang bernama
lengkap Annisa Nabula Ankadza yang lahir pada tanggal 28 Oktober 2008 di
3Wawancara Pribadi dengan Bunda Aldo. Bogor. 17 Juli 2013
60
Bogor. Bunda Anka yang hanya berpendidikan sampai Sekolah Menengah
Pertama (SMP) mengikuti kegiatan Penyuluhan Hypnoparenting ini berawal
karena memasukan anaknya di Paud Pelangi. Karena sudah menjadi tugasnya
mengantar dan menunggu anaknya sekolah, jadi sama seperti halnya bunda-
bunda yang lainnya dengan senang hati mengiukuti saja semua kegiatan yang
diadakan untuk semua wali murid.
3) Bunda Dika
Wanita yang lahir pada tanggal 16 Juli 1973 memiliki tiga orang anak,
dan Dika adalah anak bungsu, saat ini ibu Atikah (bunda Dika) bertempat
tinggal di Taman Cimanggu Blok M Bogor. Dika bersekolah di Paud Pelangi
sudah dari satu tahun yang lalu dan sekarang masuk TK B.
Perkenalannya dengan kegiatan Penyuluhan parenting berawal saat
mendaftarkan Dika, anak bungsunya di Paud Pelangi. Ketika dijelaskan oleh
Guru Paud bahwa di Paud Pelangi bukan hanya anaknya yang mendapatkan
pendidikan namun untuk wali murid pun diberikan pendidikan yaitu melalui
kegiatan BKB (Bina Keluarga Balita) yang dilakukan untuk mengisi
kekosongan waktu saat menunggu anak-anaknya belajar didalam kelas.
“seingat saya mba, waktu dulu daftar sekolah Dika, waktu itu saya dikasih tahu klo ada kegiatan BKB untuk wali murid, kegiatannya itu saat nunggu anak sekolah. Saya mah seneng aja mba, jadi bukan anak aja yang belajar saya juga ikut belajar.”4
4Wawancara Pribadi dengan Bunda Dika. Bogor. 17 Juli 2013
61
4) Bunda Amel
Bunda amel lahir di Bogor tanggal 12 februari 1986 wanita yang baru
memiliki satu orang putri yang bernama Amelia Nurlaela yang di lahirkan pada
tanggal 9 Januari 2008 di Bogor. Sama seperti bunda-bunda yang lainya,
keikutsertaan bunda Amel dalam kegiatan Penyuluhan Hypnoparenting karena
memang sudah menjadi kegiatan yang dijadwalkan oleh Paud Pelangi untuk
semua wali murid untuk mengisi kekosongan waktu saat menunggu anak-anaknya
sekolah. Bunda Amel yang memang hanya seorang ibu rumah tangga sangat
menyambut baik kegiatan tersebut karena bisa menambah pengetahuan baginya
dalam mendidik Amel.
B. Metode Penyuluhan Pola Asuh Orangtua Berbasis Hypnoparenting Pada
Wali Murid Paud Pelangi
Kegiatan penyuluhan parenting itu termasuk dalam kegiatan BKB Paud
Pelangi, dalam kegiatan BKB Paud Pelangi yang dilakukan setiap jam sekolah anak
yaitu hari senin sampai Jum’at pukul 09.30 sampai pukul 11.00 di Paud Pelangi Jalan
Johar VIII No.4 Taman Cimanggu Kota Bogor. Adapun kegiatan yang dilakukan
pada kegiatan BKB antara lain: penyuluhan gizi anak, kerajinan tangan wali murid,
pengajian, dan penenyuluhan Parenting.
Peserta Penyuluhan Hypnoparenting yang di lakukan oleh Paud Pelangi
adalah seluruh wali murid Paud Pelangi itu sendiri. Mayoritas secara perekonomian
berada pada kalangan menengah kebawah, Latar belakang pekerjaan mereka
62
bermacam-macam antara lain: Ibu Rumah Tangga (IRT), Pembantu rumah tangga,
buruh dan supir. Dan secara pendidikan, ada yang hanya sampai Sekolah Dasar, ada
yang hanya berpendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama, ada yang setingkat
Sekolah Menengah Atas. Dan ada juga yang berlatar pendidikan dari pesantren.Yang
kesemuanya itu belum pernah mendapatkan pengetahuan tentang hypnoparenting
kecuali setelah bergabung di Paud Pelangi. Penyuluhan ini di ikuti oleh seluruh wali
murid untuk mengisi kekosongan waktu mereka ketika menunggu anak-anaknya
dalam proses belajar.
Penyuluhan parenting diadakan setiap satu bulan sekali, dan penyuluhan
tentang metode hypnoparenting diadakan setia 3 bulan sekali atau 4 kali dalam satu
tahun. Metode hypnoparenting merupakan bentuk bantuan dalam mengatasi masalah
dan kesulitan-kesulitan yang selalu terjadi pada anak-anak. Dalam pelaksanaannya,
metode ini lebih berorientasi pada orangtua yang menghypnotis anaknya dirumah
masing-masing, bukan seorang hypnotisnya yang bekerja secara langsung. Kecuali
jika apa yang dilakukan oleh orangtua tidak berhasil, maka penanganannya langsung
dilakukan oleh seorang hypnotis. Orangtua akan diberikan perngetahuan hipnosis
terlebih dahulu berupa langkah-langkah yang sederhana dalam penanganan anak yang
bermasalah oleh seorang hipnotis dengan harapan, orangtua dapat menjadi hipnotis
untuk anak-anaknya di rumah. Segala bentuk masalah yang dihadapi anak, baik yang
berkaitan dengan kesulitan pada diri anak sampai pada pemasalahan perilaku yang
membuat orangtua menjadi tidak nyaman diselesaikan dengan penerapan metode
63
yang sama yaitu dengan penanaman sugesti positif pada pikiran alam bawah sadar
anak.5
Sebelum orangtua melakukan proses hipnosis, terlebih dahulu diadakan
penyuluhan untuk orangtua tentang pengetahuan dan bagaimana cara menghipnotis
anaknya.
Para peserta penyuluhan diberikan pelatihan berupa teknik menghipnotis anak
yang meliputi teknik pengucapan sugesti, teknik elusan dan pijatan.
1. Dalam teknik mengucapan sugesti, orang tua mengucapkan sugesti yang
baik, yang meliputi intonasi, ketegasan, artikulasi, dan membiasakan
setiap berbicara dengan anak tanpa kata-kata yang mengandung sifat
negatif, yaitu kata yang didalamnya menggunakan kata “jangan”, “tidak”,
dan “bukan”.
Intonasi yang baik dalam hypnoparenting ini adalah intonasi yang sesuai
dengan alam kejiwaan anak. Intonasi yang digunakan berirama lembut karena akan
membuat anak menjadi nyaman. Teknik pengucapan sugesti lainya yang harus
diperhatikan adalah ketegasan dalam pengucapan sugesti, yaitu berupa penekanan
pengucapan kalimat inti sugesti. sedangkan yang dimaksud dengan artikulasi adalah
vokal suara kalimat yang diucapkan dalam sugesti harus jelas termasuk pemenggalan
kata yang ada dalam kalimat sugesti .
5Wawancara Pribadi dengan Ibu Endang, Kepala sekolah Paud Pelangi sekaligus kader BKB
Bogor. 17 Juli 2013
64
2. Teknik elusan dan pijatan bertujuan untuk memberikan rangsangan
beberapa simpul saraf yang dapat mengendurkan ketegangan tubuh. titik
elusan dapat mempengaruhi tubuh menjadi rileks adalah daerah pungung
dan daerah dahi sampai kebagian kepala. Sedangkan teknik pijatan sama
dengan elusan, yaitu bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada
tubuh. Daerah pijatan yang terbaik adalah dahi, kepala bagian belakang,
leher dan pundak.6
Selanjutnya peserta penyuluhan diajarkan dalam pembuatan kata sugesti. Kata
sugesti yang tepat merupakan kunci keberhasilan hipnotis yang akan dilakukan oleh
para orang tua kepada anak-anaknya. Para orang tua akan dilatih untuk membuat
kalimat yang digunakan untuk menghipnotis. Kalimat yang digunakan tidak perlu
panjang namun langsung menuju maksud disertai penggunaan bahasa yang
dimengerti oleh anak.7
Untuk kata-kata yang biasa digunakan dalam inti sugesti dapat berupa
kebalikan (antonym) dari perilaku atau kebiasaan buruk anak. Contohnya adalah bagi
anak yang penakut diberi sugesti berani, cemas dengan tenang, pemarah diberi sugesti
sayang atau sabar, pemalas diberi sugesti rajin. Kata sugesti lain dapat berupa
kebalikan dari akar permasalahan atau penyebab masalah. contohnya adalah anak
yang suka membeli jajanan, maka sugesti yang diberikan harus melihat penyebabnya
anak suka jajan. Sugesti yang dapat diberikan adalah dengan kalimat makan teratur
6Wawancara Pribadi dengan Ibu Lita, Tim Penyuluh dari PPC, Bogor. 17 Juli 2013 7Wawancara Pribadi dengan Ibu Lita, Tim Penyuluh dari PPC, Bogor. 17 Juli 2013
65
atau makan dirumah. contohnya “mulai saat ini dan seharusnya kamu mau makan
dirumah ya….!”.
Setiap kalimat sugesti harus selalau disisipkan kata-kata pujian disetiap
kalimat sugeti. Dengan kata pujian gelombang otak anak akan menjadi rileks dan
cenderung lebih memperhatikan kalimat sugesti meskipun tertidur. Untuk
memudahkan ingatan orang tua dalam mengucapkan kalimat sugesti maka kalimat
tersebut sebaiknya ditulis sendiri dan dihafalkan, sehinga nanti diucapkan dengan
penuh keyakinan. Setelah siap dengan apa yang sudah dilatih maka orang tua siapa
melaksanakan proses hypnosis kepada anaknya dirumah.8
Teknis pelaksanaan hypnosis pada anak agar efektif harus memperhatikan
waktu yang tepat. Waktu yang dianjurkan dalam metode hypnoparenting ini adalah
ketika anak baru saja tertidur. Pada saat tertidur ini, gerbang alam bawah sadarnya
mudah terbuka untuk ditanamkan sugesti yang positif. Apabila sudah terlanjur tidur
dengan pulas, maka dapat menggunakan teknik ganguan tidur anak dengan cara
sedikit mengoyangkan kepalanya ke kiri dan kekanan gerakan ini hanya untuk
merubah gelombang otak anak dari keadaan delta menjadi alfa atau gelombang yang
terbuka untuk ditanamkan sugesti yang positif. Namun dengan syarat jangan sampai
terbangun. Gelombang anak yang sudah sampai kepada gelombang alfa dapat
diketahui dari mata anak berkedip dengan cepat atau sudah masuk pada fase rem
(rappid eye movement).9
8Wawancara Pribadi dengan Ibu Lita, Tim Penyuluh dari PPC, Bogor. 17 Juli 2013 9Wawancara Pribadi dengan Ibu Lita, Tim Penyuluh dari PPC, Bogor. 17 Juli 2013
66
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan teknik observasi
dan wawancara ditempat lokasi penelitian. Metode penyuluhan yang digunakan oleh
penyuluh dari kader BKB ataupun penyuluh dari People Power Counsulting (PPC) di
Paud Pelangi sesuai dengan teori yang ada dalam pedoman Penyuluhan Wakaf bagi
Penyuluh Agama yaitu dengan menggunakan beberapa metode seperti metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi. Dalam kegiatan penyuluhan,
penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah, dimana penyuluh
menerangkan materi, dan para peserta mendengarkan, memperhatikan, bila perlu
mencatat apa yang disampaikan oleh penyuluh. Pada saat penyampaian materi
penyuluh pun melakukan demonstrasi, yaitu penyuluh memperlihatkan materi-materi
yang disampaikan berupa materi, gambar-gambar dan menampilkan vidio dengan
menggunakan infocus. Dan pada setiap pertemuan, setelah penyuluh menyampaikan
materi, para peserta dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan terkait masalah yang
disampaikan, atau seputar permasalah pengasuhan anak.
Selain itu yang bahasa yang digunakan oleh penyuluh dalam penyampaian
materi hypnoparenting menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh
semua wali murid peserta penyuluhan.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bunda Amel yang hanya
mengenyam sekolah sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia tidak
merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh penyuluh, karena
menurutnya penyuluh dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti.
67
“Saya merasa cukup jelas dengan yang disampaikan oleh penyuluh, jadi saya bisa ngerti bu, jadi katanya tadi kita bisa merubah sikap buruk pada anak dengan cara yang baik yaitu dengan di hypnotis dengan kata-kata yang bagus, karena saya cukup mengerti jadi saya akan mempraktekannya dirumah pada Anak saya.”10
C. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan Hypnoparenting
Dilihat dari observasi langsung ke Paud Pelangi Bogor yaitu tempat penulis
melakukan penelitian dan juga berdasarkan data-data yang penulis dapatkan selama
melakukan penelitian mengenai Efektifitas Penyuluhan Hypnoparenting pada wali
murid di Paud Pelangi melalui wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap
guru-guru Paud, Kader Bina Keluarga Balita (BKB), tim penyuluh dan wali murid
sebagai peserta penyuluhan, selanjutnya adalah menganalisa antara teori dengan
praktek di lapangan.
Sebagaimana tujuan dan peran penyuluhan yaitu menjadi penyebar informasi,
pemberi penerangan dan penjelasan, proses perubahan perilaku, sebagai proses
belajar, dan lain sebagainya dalam hal ini yaitu kaitanya dengan pola asuh orangtua
terhadap anak di Paud Pelangi.
Hal ini sesuai dengan tujuan penyuluhan pola asuh orangtua berbasis
Hypnoparenting ternyata mampu memberikan perubahan yang lebih baik pada wali
murid yang mengikutinya. Hal tersebut terlihat dari perkembangan yang ada.
Kebanyakan dari para orangtua awalnya sama sekali tidak mengerti apa itu pola asuh
orangtua berbasis Hypnoparenting, bahkan mereka mengakui belum mengetahui pola
10Wawancara Pribadi dengan Bunda Amel. Bogor. 17 Juli 2013
68
asuh yang baik dan benar terhadap anak. Melaui penyuluhan ini juga para orangtua
mulai mengerti dan mulai merubah pola asuh mereka dengan pola asuh yang lebih
baik, juga menggunakan metode Hypnoparenting dalam mengatasi anak yang
bermasalah. Sesuai dengan yang telah dituliskan pada bab sebalumnya yaitu pada bab
dua bahwa peran penyuluhan yaitu sebagai penyebar informasi, pemberi penerangan
dan penjelasan, proses perubahan perilaku, dan sebagai proses belajar.
Seperti yang di utarakan oleh Bunda Amel, yang mengharapkan putrinya
menjadi anak yang sukses dan lebih baik darinya, itulah tujuannya bunda Amel
mengikuti Penyuluhan hypnoparenting:
“ya saya mah pengen anak saya itu bisa jadi orang sukses, istilahnya harus lebih baik dari orang tuanya. Makanya saya mikir cara yang terbaik supaya saya nggak salah ngedidiknya. Jadi itu tujuan saya biar saya bisa jadiin anak saya orang sukses”.11
Kegiatan penyuluhan ini sangat disambut baik oleh seluruh wali murid karena
selain kegiatan ini sangat bermanfaat dan bernilai positif, juga dapat menambah
pengetahuan tentang mendidik anak, dan dapat merubah sikap atau perilaku orangtua
yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik.
Seperti yang di utarakan oleh Bunda Aldo:
“Dari penyuluhan ini saya dapat pengetahuan tentang mendidik anak yang baik. Saya jadi tahu, kalau anak itu tidak boleh dikerasin, padahal dulunya saya kalau ngomong sama anak sering keras, kadang-kadang kalau lagi kesel banget saya ancam-ancam. Tapi setelah ikut penyuluhan saya mau
11 Wawancara Pribadi dengan Bunda Amel. Bogor. 17 Juli 2013
69
ngurangin sedikit-sedikit untuk tidak keras lagi sama anak, karena saya pengen anak saya bisa lebih baik dari saya.”12
Sama halnya yang diutarakan oleh Bunda Anka:
”Saya baru tahu tentang hypnoparenting itu disekolah ini, dari kegiatan penyuluhan ini kita bisa tahu bagaimana seharusnya mendidik anak. Ilmu yang tadinya kita nggak tahu, setelah ikut penyuluhan kita jadi tahu. Kita juga jadi lebih dekat sama anak, mbak. Yang terpenting, tingkahlaku sama kebiasaan kita jadi lebih baik jadi nggak terlalu khawatir soal anak. Kan kita sudah ngasih contoh yang baik.” 13
Adapun untuk mengetahui adanya efektifitas penyuluhan hypnoparenting
yang di lakukan oleh paud Pelangi pada wali murid, penulis mendapatkan data
sebagai berikut:
1. Bunda Anka yang memiliki anak yang suka ngompol dan susah makan.
“Anka memiliki kebiasaan yang sangat mengkhawatirkan ibunya. Pertama Anka yang sekarang berumur hampir 5 tahun masih suka ngompol, sementara cerita dari bunda teman-teman Anka yang lain banyak yang sudah tidak ngompol lagi, yang kedua Anka sangat susah untuk makan nasi, masalahnya Anka punya masalah pencernaan, setiap kali ibunya meminta Anka untuk makan, ia selalu menolak. Bahkan Anka pernah sakit lalu dibawa kerumah sakit karena tidak mau makan sama sekali, pengennya jajan saja. Menurut dokter yang memeriksanya, jika Anka tidak bisa menghentikan jajannya yang sembarangan, ia akan terkena radang usus. Dan Alhamdulillah saya merasakan manfaatnya mbak, karena saya mempraktekan sendiri hypnoparenting pada anak saya, saya menghypnotis dia saat tidur seperti yang telah diajarkan pada penyuluhan, dan sekarang anak saya tidak ngompol lagi dan dia lebih nurut saat saya menyuruhnya untuk makan nasi.”14
2. Bunda Dika yang terdorong berbuat lebih baik kepada anaknya setelah
mengikuti penyuluhan hypnoparenting. Karena ia memiliki sifat kurang sabar
terutama dalam menghadapi tingkah laku anaknya.
12Ibid. 13Wawancara Pribadi dengan Bunda Anka. Bogor. 17 Juli 2013 14Ibid.
70
“saya mah orangnya suka gak sabaran bu, suka gak sabar gitu ngadepin anak pengennya langsung kasar aja sama anak seperti ngebentak-bentak, terkadang saking keselnya saya bisa mukul anak saya, tapi saya suka nyesel sih kok saya begini ya..... makanya saya senang dengan adanya penyuluhan ini jadi saya bisa tahu cara pola asuh yang baik, dan bagus juga buat saya, lebih sering lebih bagus”15
3. Bunda Aldo mengakui bahwa ada perubahan posiitif yang terjadi pada diri
anaknya dengan menerapkan metode hypnoparenting.
”Aldo tadinya ngomongnya agak gagap, kalau ngomong dengan nada keras dan emosinya tinggi, sekarang setelah dihypnotis terus menerus sebelum tidur berubah jadi tidak gagap dan bisa bersikap lembut dan sopan.”
4. Bunda Amel yang merasa terbantu dalam mendidik putrinya yang sangat
pemalu dengan cara menghypnotis Amel saat tidur.
“ jadi si Amel tuh bu, pemalunya kebangetan, kalau ketemu sama orang yang baru dia lihat dia suka ngumpet kebelakang saya, trus kalau di sekolah gak mau ditinggal saya harus ikut masuk ke kelas padahal anak-anak yang lain gak ada yang ditemenin bundanya, tapi setelah saya hypnotis tiap malam skarang sudah mulai ada perubahan, Amel jadi mulai bisa berbaur dengan teman-temannya yang lain, dan kalau ketemu orang baru dia tidak ngumpet lagi”.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada para
wali murid, penulis dapat menyimpulkan bahwa wali murid peserta penyuluhan
hypnoparenting di Paud Pelangi begitu sangat senang dan antusias mengikuti
penyuluhan tersebut, ini bisa dilihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan dan
tanggapan-tanggapan positif dari para pesrta. Kemudian setelah dilakukan observasi
dan wawancara mendalam (in-dept, intensive interview) ternyata metode
hypnoparenting yang diterapkan wali murid dalam mendidik anak-anak mereka
begitu efektif. Terbukti setelah para wali murid melakukan hypnosis terhadap anak-
anak mereka yang bermasalah seperti halnya: Anka yang memiliki kebiasaan suka
15Wawancara Pribadi dengan Bunda Dika. Bogor. 17 Juli 2013
71
ngompol dan susah makan, setelah bunda Anka mempraktekan hypnoparenting yaitu
dengan menghypnotisnya saat tidur, Anka tidak ngompol lagi dan dia lebih nurut
pada saatdi suruh untuk makan. Begitu pula yang terjadi pada Aldo yang tadinya
ngomongnya agak gagap dan emosinya tinggi, setelah diterapkan metode
hypnoparenting, Aldo menjadi tidak gagap lagi dan emosinya lebih terkontrol, serta
mempunyai perilaku yang lebih baik. Dan Amel yang pemalu setelah bundanya
menghypnotisnya setiap malam Amel menjadi tidak pemalu lagi dan Amel jadi bisa
berbaur dengan teman-temannya.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis yang dilakukan oleh
penulis dalam skripsi yang berjudul “Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orangtua
Berbasis Hypnoparenting pada Wali Murid Paud Pelangi Di Bogor.” dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
Bahwa kegiatan Penyuluhan Hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi
adalah salah satu kegiatan dalam program BKB di Paud Pelangi Bogor dalam
memanfaatkan waktu wali murid saat menunggu anak-anaknya belajar di dalam
kelas, dengan tujuan memberikan edukasi kepada orangtua tentang pengasuhan anak
yang baik dan benar terutama dalam menangani masalah yang dihadapi pada anak.
Kegiatan Penyuluhan Parenting dilakukan setiap satu minggu sekali, dan untuk
materi tentang Hypnoparenting secara khusus dilakukan satu bulan sekali. Yaitu
setiap hari selasa mulai pukul 09.30-11.00 WIB yang diisi oleh kader BKB atau tim
penyuluh dari lembaga luar.
Penyuluhan Hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi Bogor ini dapat
dikatakan dan di nilai efektif adalah sebagai berikut:
73
1. Keberhasilan penyuluhan yang dilakukan dengan metode ceramah, diskusi,
tanya jawab, dan demonstrasi. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan
oleh penulis, orangtua peserta penyuluhan merasa mengerti dan paham
bahkan sampai bisa berhasil mempraktekan dari meteri yang disampaikan
oleh penyuluh. Dan karena dalam hal ini dalam proses penyuluhan setelah
penyuluh menyampaikan materi, para peserta dipersilahkan untuk
mengajukan pertanyaan terkait masalah yang disampaikan, atau seputar
permasalah pengasuhan anak. Selain itu bahasa yang digunakan oleh
penyuluh dalam penyampaian materi hypnoparenting menggunakan bahasa
yang ringan dan mudah dimengerti oleh semua wali murid peserta
penyuluhan.
2. Sebagaimana sesuai dengan tujuannya penyuluhan pola asuh orangtua
berbasis Hypnoparenting ternyata mampu memberikan perubahan yang lebih
baik pada wali murid yang mengikutinya. Hal tersebut terlihat dari
perkembangan yang ada. Kebanyakan dari para orangtua awalnya sama sekali
tidak mengerti apa itu pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting, bahkan
mereka mengakui belum mengetahui pola asuh yang baik dan benar terhadap
anak. Melalui penyuluhan ini juga para orangtua mulai mengerti dan mulai
merubah pola asuh mereka dengan pola asuh yang lebih baik, juga
menggunakan metode Hypnoparenting dalam mengatasi anak yang
bermasalah. Jadi sebagai mana tujuan dan perannya penyuluhan ini mampu
menjadi penyebar informasi, pemberi penerangan dan penjelasan, proses
74
perubahan perilaku, sebagai proses belajar, dan lain sebagainya dalam hal ini
yaitu kaitanya dengan pola asuh orangtua terhadap anak di Paud Pelangi.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai “Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh
Orangtua Berbasis Hypnoparenting pada Wali Murid Paud Pelangi Di Bogor.” Dan
berdasarkan uraian dan temuan data yang penulis dapat, penulis memberikan saran
sebagai berikut:
a. Saran diajukan kepada Paud Pelangi Bogor. Melihat manfaat dan tingkat
keberhasilan yang sangat efektif dalam pengasuhan dan perubahan
perilaku terhadap anak, alangkah baiknya Penyuluhan pola asuh berbasis
Hypnoparenting ini tidak dijadikan pengetahuan eksklusif segelintir orang
saja. Adakan kegiatan penyuluhan ini secara rutin untuk seluruh orang tua
lebih banyak lagi, guru, atau siapa saja yang setiap harinya selalu
berinteraksi dengan anak-anak.
b. Untuk penyuluh atau kader BKB di Paud Pelangi agar lebih
meningkatkan pengetahuan terutama seputar masalah anak yang terjadi
pada jaman sekarang ini, karena bisa dirasakan dimasyarakat lingkungan
dan media elektronik bisa dikatakan lebih mampu mempengaruhi dari
pada orangtuanya sendiri. Dengan ini diharapkan penyuluh bisa
memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada setiap peserta
penyuluhan.
75
c. Diajukan untuk jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI). Metode
hipnosis memang bukan bagian dalam perkuliahan di BPI, namun
pengetahuan serta keterampilan hipnosis ini amat membantu mahasiswa
BPI yang kelak bercita-cita sebagai seorang konselor sekaligus seorang
terapis, pengetahuan hipnosis akan sangat membantu dalam karir
selanjutnya. Penulis merasa perkuliahan yang ada di BPI memiliki akar
yang sama secara teori dengan pengetahuan hipnosis. Selanjutnya adalah
pemahaman dan pengembangan dari hasil belajar inilah yang harus ada
dalam jiwa-jiwa mahasisiwa BPI.
d. Penulis menyadari banyaknya kelemahan dalam penelitian ini yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, terbatasnya waktu wawancara
yang dilakukan oleh penulis kepada wali murid, jarak tempat penelitian
yang jauh sehingga memakan waktu dan biaya yang banyak, ketidak
siapan wali murid untuk diwawancarai dengan alasan rasa malu. Untuk
penelitian selanjutnya maka dibutuhkan kemauan dan kesungguhan yang
keras sehingga bisa menyempurnakan penelitian ini.
76
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H M, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama (disekolah dan luar sekolah), Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Asfandiyar, Andi Yudha, Creative Parenting To Day, Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2012, Cet. ke 1. Biro Pelayanan Program Integresi-Pusdiklat Tenaga Program, Panduan Orientasi
Bina Keluarga Balita, Jakarta: BKKBN, 1990. Departemen agama RI, al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2000. Departemen Agama RI, Pedoman Penyuluhan Wakaf Bagi Penyuluh Agama,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Agama RI, 2010.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1977. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, cet. ke-
2. Echol, John M., Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990, Cet, ke-8. Freud, Sigmund, pengantar Umum Psikoanalisis, penerjemah Haris Setiowati,
Yogyakarta: pustaka pelajar, 2006. Goldberg, Bruce, Self Hypnosis: Bebas Masalah Dengan Hypnosis, Penerjemah
Cahya Wiratama, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2007. Gunawan Adi W, Hypnosis: The Art Of Subconscious Communication, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, Cet. ke-3. Hadayaningrat, Soewarno, Azas-azas Organisasi Manajem, 1994. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian, cet. 2 Malang: UMM Press, 2010. Husain, M. Hasbullah, Manajemen Menurut Islamologi, Jakarta: Gema Insan
Press, 1997. Istambuli, Mahmud Mahdi, Al, parenting Guidee: dialog Imajiner tentang cara
mendidik anak berdasarkan al-Qur’an, assunah dan Psikologi,
77
penerjemah Muhammad arifinaltus, Jakarta: Penerbit Hikmah, 2006. Cet. ke-5.
Jumhur, I. dan moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Disekolah, Bandung:
CV. Ilmu, 1981, cet. Ke-17. Kahija, YF La, Hipnoterapi: Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. Lucy, Bunda, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting. Jakarta: Penerbit Plus, 2012,
Cet. ke-2. Luthfi, M, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Moleong, Lexy J., metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya,
2007,Cet. Ke-33, edisi revisi. Mualifah, Psycho Islamic Smart Parenting, Jogjakarta: DIVA Press, 2009. Riyanto, Theo, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002. Romly, A.M., Penyuluh Agama Menghadapi Tantangan Baru, Jakarta: PT. Bina
Rena Pariwara, 2001. Setyono, Arisandi, Hypnoparenting: Menjadi Orangtua Efektif Dengan Hypnosis,
Jakarta: PT. Gramedia Utama, 2006. Singarimbun, Masri, Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta;
LP3ES, 1983, Cet.ke-1. Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: PT. Indah, 1995, cet. Ke-1. Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Teori Konseling, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1985, Cet. Ke-1. Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka DEPDIKBUD, 1995, Edisi 2.
Umar, M. dan Santono, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2001, Cet. Ke-2 Ulwan, Abdullah Nahih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang:
Asy-Syi’fa, 1981.
76
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Quail, Denis Mc., Teori Komunikasi Suatu Pengatar Jakarta: Erlangga Pratama,
1992. Marasip, Pengertian Penyuluhan, Artikel Diakses Pada Tanggal 24 februari 2013
dari http://masarip.blog.friendster.com Moektiaza, Pengertian, Peran Penyuluh Agama Islam Dan Pembinaan
Keagamaan, Artikel Diakses Tanggal 24 Maret 2013 dari http://moektiaza.wordpress.com/
HASIL WAWANCARA
Nama Responden : Ibu Haryati
Nama Anak : Moh. Revaldo Adilang (Aldo)
Umur Anak : 5 Tahun
TTL IBU : Gorontalo,11 Juli 1970
Alamat Rumah : Yasmin Raya No 23
Tempat Wawancara : Paud Pelangi
Waktu Wawancara : 17/07/2013
1. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?
Jawaban : cukup jelas bisa difahami kok mbak,,,, kayanya nanti saya juga bisa praktekinnya.
2. Apakah ibu memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang dipahami?
Jawaban : saya faham, seperti tadi yang dibilang penyuluhnya hypnoparenting itu cara
mendidik anak tapi dengan cara anak dihypnotis pas anak lagi tidur,,,.
3. Apakah penyuluhan ini bermanfaat?
Jawaban: bermanfaat banget mbak,,, saya senang ikut kegiatan BKB ini mba, karena
kegiatannya pas waktu nunggu anak saya sekolah, jadi dari pada kita bengong atau ngegosip
lebih bagus ada kegiatan ini, jadi bisa nambah ilmu buat bunda-bundanya.
4. Apakah sebelumnya ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang Hypnoparenting?
Jawaban : sudah pernah waktu itu sekitar bulan desember 2012, waktu itu acaranya di rumah
bunda very.
5. Apakah dengan adanya penyuluhan mendorong ibu untuk berbuat lebih baik?
Jawaban: ya pastinya begitu mbak,,,, Dari penyuluhan ini saya dapat pengetahuan tentang
mendidik anak yang baik. Saya jadi tahu, kalau anak itu tidak boleh dikerasin, padahal
dulunya saya kalau ngomong sama anak sering keras, kadang-kadang kalau lagi kesel banget
saya ancam-ancam. Tapi setelah ikut penyuluhan saya mau ngurangin sedikit-sedikit untuk
tidak keras lagi sama anak, karena saya pengen anak saya bisa lebih baik dari saya.
6. Menurut Ibu Apakah metode Hypnoparenting dapat membantu ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: membatu sekali mbak,,,, saya gak usah ampe marah-marah kalau nasehatin dia,
sekarang saya tahu caranya, istilahnya didiknya dengan kasih sayang.
7. Setelah mengikuti penyuluhan pola asuh apa yang akan ibu terapkan kepada anak?
Jawaban: saya akan menerapkan seperti apa yang sudah diajarkan sama tim penyuluh tadi,
saya enggak akan pake kekerasan lagi ngedidik si Aldo.
8. Masalah apa yang anak ibu alami?
Jawaban: Aldo tadinya ngomongnya agak gagap, kalau ngomong dengan nada keras dan
emosinya tinggi, sekarang setelah dihypnotis terus menerus sebelum tidur berubah jadi tidak
gagap dan bisa bersikap lembut dan sopan.”
9. Apakah metode Hypnoparenting ini baik untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: iya baik, agar anak saya jadi lebih baik lagi.
10. Apakah ibu merasa mampu untuk melakukan Hypnoparenting pada anak ibu?
Jawaban: mampu insyaallah, karena gampang bu, intinya saya jangan pake kata-kata yang
jelek-jelek atau negatif.
11. Apakah ibu menerapkan / Menggunakan Metode Hypnoparenting di rumah?
Jawaban: iya menerapkan, waktu dari awal-awal saya ikut penyuluhan, trus emang bener
jadi ada perubahan si Aldonya.
12. Sejak kapan ibu menerapkan hypnoparenting pada anak?
Jawaban: waktu dulu pertama kali penyuluhan bulan Desember. Nah…. say amah malemnya
langsung praktekin.
13. Bagaimana hubungan ibu dan anak setelah menerapkan metode Hypnoparenting?
Jawaban: jadi lebih baik, karena saya jdi gak banyak ngomel-ngomel lagi jadi dirumah juga
agak tentram lah….
14. Adakah perubahan positif yang terjadi pada anak setelah diHypnotis?
Jawaban: iya gagapnya berkurang, malahan kayanya udah gak gagap lagi, trus sekarang
Aldo anaknya lebih nurut sama saya.
15. Adakah keinginan ibu untuk menyebarkan informasi tentang Hypnoparenting? Alasannya?
Jawaban: iya pengen nanti kalau saya kumpul-kumpul sama temen, soalnya inikan kebaikan.
Interviewer Interview
Siti Nur Komariyah Ibu Haryati
HASIL WAWANCARA
Nama Responden : Ibu Tisnawati
Nama Anak : annisa Nabila Ankaza (Anka)
Umur Anak : 4 Tahun 9 bulan
TTL IBU : Bogor, 11 Januari 1980
Alamat Rumah : Jl. Pelita Jaya 2 No 24. Rt. 3 Rw. 8 Kedung Jaya
Tempat Wawancara : Paud Pelangi
Waktu Wawancara : 17/07/2013
1. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?
Jawaban : jelas, saya bisa ngerti apa yang dijelaskan dan saya bisa nerapinnya.
2. Apakah ibu memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang dipahami?
Jawaban : faham, yang saya fahami hypnoparenting itu untuk menghilangkan kebiasaan
buruk pada anak dengan cara di hipnotis pas lagi tidur.
3. Apakah penyuluhan ini bermanfaat?
Jawaban: bermanfaat mbak,,, karena saya sudah menerapkan,
4. Apakah sebelumnya ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang Hypnoparenting?
Jawaban : Saya baru tahu tentang hypnoparenting itu disekolah ini, dari kegiatan
penyuluhan ini kita bisa tahu bagaimana seharusnya mendidik anak. Ilmu yang tadinya kita
nggak tahu, setelah ikut penyuluhan kita jadi tahu. Kita juga jadi lebih dekat sama anak,
mbak. Yang terpenting, tingkahlaku sama kebiasaan kita jadi lebih baik jadi nggak terlalu
khawatir soal anak. Kan kita sudah ngasih contoh yang baik.”
5. Apakah dengan adanya penyuluhan mendorong ibu untuk berbuat lebih baik?
Jawaban: iya, karena saya jadi tahu untuk berbuat lebih baik, seperti saya mengurangi
berbicara kasar pada anak.
6. Menurut Ibu Apakah metode Hypnoparenting dapat membantu ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: iya, bwat ngilangin kebiasan susah mandi, susah makan, biar kita ak usah ngomel-
ngomel.
7. Setelah mengikuti penyuluhan pola asuh apa yang akan ibu terapkan kepada anak?
Jawaban: berusaha untuk lebih lembut sama anak.
8. Masalah apa yang anak ibu alami?
Jawaban: Anka tuh bu sampai sekarang masih suka ngompol. Padah anak-anak lain banyak
yang udah gak ngompol, trus anak saya tuh kalau di suruh makan susahnya minta ampun,,,,,
maunya jajan…. Mulu! Padahal kata dokter dia bisa kena radang usus.
9. Apakah metode Hypnoparenting ini baik untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: iya emang harusnya begitu, kita kan harusnya selalu berkata yang baik-baik sama
anak.
10. Apakah ibu merasa mampu untuk melakukan Hypnoparenting pada anak ibu?
Jawaban: iya mampu, karena saya sudah mempraktekannya, karena anak saya sudah gak
ngompol lagi setelah di hipnotis selama 2 minggu.
11. Apakah ibu menerapkan / Menggunakan Metode Hypnoparenting di rumah?
Jawaban: iya diterapkan.
12. Sejak kapan ibu menerapkan hypnoparenting pada anak?
Jawaban: sejak ikut penyuluhan pertama kali, skarangkan udah yang ketiga kali saya ikut
penyuluhan kaya gini.
13. Bagaimana hubungan ibu dan anak setelah menerapkan metode Hypnoparenting?
Jawaban: jadi lebih harmonis saya sama anak jadi sering becanda-becandanya.
14. Adakah perubahan positif yang terjadi pada anak setelah diHypnotis?
Jawaban: iya ada si Anka skarang udah gak ngompol lagi.
15. Adakah keinginan ibu untuk menyebarkan informasi tentang Hypnoparenting? Alasannya?
Jawaban: saya udah pernah ngasih tahu sama sodara-sodara sya yang lain yang punya anak
kaya saya.
Interviewer Interview
Siti Nur Komariyah Ibu Tisnawati
HASIL WAWANCARA
Nama Responden : Ibu Atikah
Nama Anak : M. Radika Putra (Dika)
Umur Anak : 5 Tahun 10 bulan
TTL IBU : Bogor, 16 Juli 1973
Alamat Rumah : Taman Cimanggu Blok M Bogor
Tempat Wawancara : Paud Pelangi
Waktu Wawancara : 17/07/201
1. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?
Jawaban : jelas, saya jadi faham.
2. Apakah ibu memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang dipahami?
Jawaban : untuk mengajarkan keanak dengan cara halus.
3. Apakah penyuluhan ini bermanfaat?
Jawaban: bermanfaat sekali mbak,,, jadi bisa tahu, karena saya bisa tahu ilmunya, malahan
lebih sering lebih bagus acara kaya gini.
4. Apakah sebelumnya ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang Hypnoparenting?
Jawaban : seingat saya mba, waktu dulu daftar sekolah Dika, waktu itu saya dikasih tahu klo
ada kegiatan BKB untuk wali murid, kegiatannya itu saat nunggu anak sekolah. Saya mah
seneng aja mba, jadi bukan anak aja yang belajar saya juga ikut belajar.
5. Apakah dengan adanya penyuluhan mendorong ibu untuk berbuat lebih baik?
Jawaban: iya, sangat lebih baik, kalau enggak saya pengenya kasar aja sama anak.
6. Menurut Ibu Apakah metode Hypnoparenting dapat membantu ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: iya, bisa membantu karena kita sudah diberitahu jadi kita lebih mengerti.
7. Setelah mengikuti penyuluhan pola asuh apa yang akan ibu terapkan kepada anak?
Jawaban: saya akan lebih sabar, halus, yang kasar-kasarnya dibuang aja!
8. Masalah apa yang anak ibu alami?
Jawaban: masalahnya bukan sama anak saya tapi sayanya…..saya mah orangnya suka gak
sabaran bu, suka gak sabar gitu ngadepin anak pengennya langsung kasar aja sama anak
seperti ngebentak-bentak, terkadang saking keselnya saya bisa mukul anak saya, tapi saya
suka nyesel sih kok saya begini ya..... makanya saya senang dengan adanya penyuluhan ini
jadi saya bisa tahu cara pola asuh yang baik, dan bagus juga buat saya, lebih sering lebih
bagus.
9. Apakah metode Hypnoparenting ini baik untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: bagus banget, karena anak saya suka susah kalau disuruh belajar, sama tidur siang
juga susah.
10. Apakah ibu merasa mampu untuk melakukan Hypnoparenting pada anak ibu?
Jawaban: iya bisa dengan belajar, penuh dengan kesabaran ngadepin anak kalau lagi ngeyel.
11. Apakah ibu menerapkan / Menggunakan Metode Hypnoparenting di rumah?
Jawaban: iya nerapin, tapi masih sedikit-sedikit yang jelas saya coba merubah diri biar lebh
baik aja dulu.
12. Sejak kapan ibu menerapkan hypnoparenting pada anak?
Jawaban: sejak ikut penyuluhan pertama.
13. Bagaimana hubungan ibu dan anak setelah menerapkan metode Hypnoparenting?
Jawaban: anak saya mulai nurut, saya lebih sabar, saya kurangi sifat kasar saya.
14. Adakah perubahan positif yang terjadi pada anak setelah diHypnotis?
Jawaban: iya ada tadinya dia kalau main PS susah kalau disuruh berenti, sekarang lumayan
lebih ngedengerin kata orangtua.
15. Adakah keinginan ibu untuk menyebarkan informasi tentang Hypnoparenting? Alasannya?
Jawaban: iya mau nanti kalau saya lagi ngobrol-ngobrol sama temen saya.
Interviewer Interview
Siti Nur Komariyah Ibu Atikah
HASIL WAWANCARA
Nama Responden : Ibu Ani Nuraeni
Nama Anak : Amelia Nurlaela (Amel)
Umur Anak : 5 Tahun 6 bulan
TTL IBU : Bogor, 12 Februari 1986
Alamat Rumah : Benda Kaum Rt.02 Rw.13
Tempat Wawancara : Paud Pelangi
Waktu Wawancara : 17/07/2013
1. Apakah materi yang disampaikan cukup jelas?
Jawaban : cukup jelas, saya jadi ngerti
2. Apakah ibu memahami materi yang diberikan penyuluh? Apa yang dipahami?
Jawaban : “Saya merasa cukup jelas dengan yang disampaikan oleh penyuluh, jadi saya bisa
ngerti bu, jadi katanya tadi kita bisa merubah sikap buruk pada anak dengan cara yang baik
yaitu dengan di hypnotis dengan kata-kata yang bagus, karena saya cukup mengerti jadi saya
akan mempraktekannya dirumah pada Anak saya..
3. Apakah penyuluhan ini bermanfaat?
Jawaban: bermanfaat sekali mbak,,,ya saya mah pengen anak saya itu bisa jadi orang sukses,
istilahnya harus lebih baik dari orang tuanya. Makanya saya mikir cara yang terbaik supaya
saya nggak salah ngedidiknya. Jadi itu tujuan saya biar saya bisa jadiin anak saya orang
sukses.
4. Apakah sebelumnya ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang Hypnoparenting?
Jawaban : sudah waktu itu saya udah lupa waktunya kapan, yang jelas udah pernah sekali.
5. Apakah dengan adanya penyuluhan mendorong ibu untuk berbuat lebih baik?
Jawaban: insyaallah iya, kan sayapengen anak saya juga jadi lebih baik.
6. Menurut Ibu Apakah metode Hypnoparenting dapat membantu ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: iya tentu saja. Makanya sekarang saya jadi berfikir lebih baik terus.
7. Setelah mengikuti penyuluhan pola asuh apa yang akan ibu terapkan kepada anak?
Jawaban: saya mau jadi agak-agak halus lah sama anak.
8. Masalah apa yang anak ibu alami?
Jawaban: jadi si Amel tuh bu, pemalunya kebangetan, kalau ketemu sama orang yang baru
dia lihat dia suka ngumpet kebelakang saya, trus kalau di sekolah gak mau ditinggal saya
harus ikut masuk ke kelas padahal anak-anak yang lain gak ada yang ditemenin bundanya,
9. Apakah metode Hypnoparenting ini baik untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: iya bagus banget,.
10. Apakah ibu merasa mampu untuk melakukan Hypnoparenting pada anak ibu?
Jawaban: iya mampu karena saya udah mencoba.
11. Apakah ibu menerapkan / Menggunakan Metode Hypnoparenting di rumah?
Jawaban: iya nerapin, kalu Amelnya sebelum tidur saya omongin kata-kata yang baik sama
dia.
12. Sejak kapan ibu menerapkan hypnoparenting pada anak?
Jawaban: sejak ikut penyuluhan pertama.
13. Bagaimana hubungan ibu dan anak setelah menerapkan metode Hypnoparenting?
Jawaban: kalau sama anak mah emah hubungannya baik-baik terus, cumin sekarang emang
lebih baik sih,,, soalnyakan saya ngurangin ngomel-ngomel saya kalau di rumah.
14. Adakah perubahan positif yang terjadi pada anak setelah diHypnotis?
Jawaban: iya ada setelah saya hypnotis tiap malam skarang sudah mulai ada perubahan,
Amel jadi mulai bisa berbaur dengan teman-temannya yang lain, dan kalau ketemu orang
baru dia tidak ngumpet lagi
15. Adakah keinginan ibu untuk menyebarkan informasi tentang Hypnoparenting? Alasannya?
Jawaban: iya mau nanti kalau saya lagi ngobrol-ngobrol sama temen saya.
Interviewer Interview
Siti Nur Komariyah Ibu Ani Nuraeni