Edisi 91 (September 2011)

download Edisi 91 (September 2011)

of 16

Transcript of Edisi 91 (September 2011)

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    1/16

    [email protected] www.spi.or.id Edisi 91, September 2011

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Segera BentukKementerian Pangan

    Kebijakan PertanianIndonesia Kontradiktif

    Puasa, Pangan danKesejahteraan Petani Suparman,

    Majelis Nasional Petani SPI

    Saya selalu sosialisasikanSPI dimana pun saya berada4 6 12

    INDEKS BERITA

    Henry Saragih (Kiri), Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) sedang berdialog dengan Zulkii Hasan (kanan), Menteri Kehutanan Indonesiadi kantor Kementerian Kehutanan, di Jakarta (18/07)

    Ketersediaan Pangan Harus DariDalam Negeri

    (Kiri-kanan) Sekjen Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI)-Agusdin Pulungan, Ketua Komisi IV DPR RI- Rohahurmuzy, Menteri Pertanian Indonesia-

    Suswono, moderator-Achmad Ya'kub (Serikat Petani Indonesia), Henry Saragih-Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), dan Muhammad Nuruddin-Sekjen Aliansi

    Petani Indonesia (API) dalam acara Forum Konsultasi Nasional Petani Indonesia dengan tema "Meneguhkan Kedaulatan Pangan dalam rangka Mencegah Krisis Pan-gan" yang diadakan di gedung PKK, Jakarta (10-11 Agustus 2011)

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    2/16

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana & Sekre-

    taris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan, Wilda

    Tarigan, Syahroni Reporter: Yoseph Pencawan, Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum,

    Megawa, Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi:

    Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    D A P U R T A N I

    -Henry Saragih -tulisan ini juga telah diterbitkan di Harian Sore Sinar harapan, Edisi Selasa, 20 September 2011

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 20112

    Tuntaskan Konlik Agraria dengan BUMN

    Perayaan Hari Tani Nasional ke-51 yang puncaknya pada24 September memberi banyak harapan bagi petani danmasyarakat secara luas untuk hidup yang lebih baik dansejahtera. Kenyataan saat ini bisa kita saksikan bersamasituasi pertanian dan petani serta kehidupan di pede-saan tidak mengalami kemajuan berarti. Kemiskinan,kelaparan, konlik pertanahan serta infrastruktur yangtidak memadai merupakan hal yang lazim dialami sam-pai kini.

    Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan(RPPK) 2005 yang disertai berbagai target kesejahter-aan bagi petani tidaklah tercapai, seperti penganggurankemiskinan saja sampai Maret 2011 133,33 persen, jauhdari target melalui RPPK, pada 2099 kemiskinan bisa di-

    tekan hingga 5,1 persen saja.Enam tahu sejak RPPK dicanangkan nyatanya jus-tru menjauhkan produski pangan dari tangan petanikecil dan buruh tani ke tangan korporasi melalaui pro-gram food estate maupun penyewaan lahan (corporatefarming) oleh Konsorsium Badan Usaha Milik Negara(BUMN) serta Gerakan Peningkatan Produksi PanganBerbasis Korporasi (GP3K). Jika memang alasannyatidak bisa lagi menumpukan produksi pangan di tanganpetani gurem yang hanya memiliki lahan pertanian rata-rata 0,3 hektare, seharusnya yang dilakukan pemerintahbukan mengeluarkan program GP3K, tetapi meningkat-kan luasan produksi pangan dengan melakukan pence-takan sawah-sawah baru yang dikelola dan dimiliki olehpetani di lahan-lahan terlantar milik negara melaluiProgram Pembaruan Agraria Nasional (PPAN).

    Demikian juga harus ada langkah-langkah luar biasaterkait penyelesaian konlik agraria di wilayah perkebu-nan dan kehutanan yang dikelola BUMN, seperti PTPNdan Perhutani. Data anggota Serikat Petani Indonesia(SPI) yang berkonlik dengan kedua BUMN tersebutluasannya mencapai 8.698 Ha yang melibatkan ham-pir 9.000 keluarga. Konlik agraria ini tidak hanya merugikan petani secara material, sosial bahkan terusir dari lahannya.Ratusan petani ditangkapi, dipenjara dengan berbagai tuduhan kriminal. Pihak BUMN dalam pendekatan penyelesaiankonlik masih menggunakan cara-cara kekerasan yang melibatkan aparat kepolisian bersenjata. Sebut saja pengalamanSPI di Ogan Ilir Sumatera Selatan dan Damak Maliho Sumatera Utara dengan PTPN VII dan PTPN VI, petani Aek Kuasandi Sumatera Utara dan Cibaliung Banten dengan Perhutani. Dusun Ngrangkah Kediri Jawa Timur dengan PTPN XII sertakonlik-konlik di kawasan lainnya.

    Bagi SPI seharusnya BUMN menjadi pelopor dalam pembangunan pedesaan, perkebunan, kehutanan dan produksipangan dengan mendorong keberdayaan masyarakat.

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    3/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 3

    JAKARTA. Negara yang kayaseperti Indonesia seharusnyamampu memenuhi ketersedi-aan pangan dari dalam negeri.Hal ini disebutkan oleh Men-teri Pertanian RI, Suswono,dalam Forum Konsultasi Na-sional Petani Indonesia diJakarta(11/08).

    Suswono menyampaikanbahwa Kementerian Pertanian

    (Kementan) tidak menyetujuiimpor untuk memenuhi ke-tersediaan pangan nasional.

    Kementan memiliki be-berapa strategi pencapaiankedaulatan pangan seperti di-versiikasi pangan, peningka-tan nilai tambah, hingga opti-malisasi lahan pertanian, tuturSuswono.

    Suswono juga menyampai-kan bahwa salah satu masalahyang harus dipecahkan ada-lah distribusi atau akses

    masyarakat atas pangan.

    Mentan: Ketersediaan PanganHarus Dari Dalam Negeri

    Saya setuju dengan re-forma agraria yang diusungSerikat Petani Indonesia (SPI)yang menyebutkan bahwa pet-ani setidaknya memiliki lahanminimal dua hektare, namunini bisa dicapai apabila tidakada lagi pengkonversian lahanpertanian, saat ini saja di pu-lau Jawa hanya tersisa 3,5 jutaHektare lahan pertanian tam-

    bah Suswono.Sementara itu, Henry Sara-gih, Ketua Umum SPI menyam-paikan bahwa konsep foodestate di Papua yang diusungKementan tidak tepat untukmenyelesaikan ketersediaanpangan nasional, karena perta-nian pangan diserahkan kepa-da perusahaan yang notabenehanya berdasarkan keuntun-gan.

    Selain itu biaya distribusidari Papua ke Jawa dan Suma-

    tera akan jauh lebih mahal dari-

    pada mendatangkan pangandari Vietnam atau Thailand,artinya kalau ada beras hasil food estate di Merauke akancenderung diekspor ke luarkarena biaya distribusinya keJawa dan Sumatera yang lebihmahal tutur Henry.

    Revisi Undang-Undang YangTidak Menguntungkan

    Petani

    Selain itu, Henry jugameminta pemerintah untuksegera merevisi Undang-Un-dang (UU) serta peraturan-peraturan yang sama sekalitidak berpihak kepada petaniseperti UU Perkebunan No.18Tahun 2004, UU Sumber DayaAir No.7 Tahun 2004 dan per-aturan perundang-undanganlainnya.

    Selain itu rekomendasi

    dari Forum Konsultasi Nasio-

    nal Petani Indonesia memin-ta pemerintah untuk segeramengimplementasikan UUPerlindungan Lahan PanganBerkelanjutan, menyelesaikanrevisi UU Pangan No.7 Ta-hun 1996, meninjau kembaliPeraturan Menteri KeuanganNo.11 Tahun 2022 tentangtarif bea masuk nol persen atasbarang impor, dan memper-cepat pembahasan RancanganUndang-Undang (RUU) Per-

    lindungan dan PemberdayaanPetani, papar Henry.

    Menanggapi hal ini, Ro-hahurmuzy, Ketua Komisi IVDPR RI menyampaikan bahwaDPR akan menerima masukandari hasil rekomendasi ormas-ormas tani yang hadir di forumini.

    Kami juga akan segeramelaksanakan sidang pertamauntuk menggodok UU Per-lindungan dan PemberdayaanPetani pada 16 Agustus, dan

    akan menyusul yang berikut-nya, kata Rohahurmuzy di de-pan para peserta Forum Kon-sultasi Nasional Petani.

    Selain dihadiri oleh ormas-ormas tani se-Indonsia, acarayang diinisiasi oleh SPI, WAM-TI (Wahana Masyarakat TaniNelayan Indonesia) dan API(Aliansi Petani Indonesia) inijuga dihadiri oleh Agus Heri-yanto perwakilan FAO (Organ-isasi Pangan Dunia) Indonesia,beserta perwakilan dari Bulog

    dan Kementerian Ekonomi RI.

    Henry Saragih (Ketua Umum SPI) saat berbicara dalam Forum Konsultasi Nasional Petani Indone-

    sia, di Jakarta (10-11 Agustus 2011)

    TOLAK

    FOOD

    ESTATE

    !!!

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    4/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    P E M B A R U A N A G R A R I A4

    Segera Bentuk Kementerian Pangan, Maksimalkan PeranBulog, Koperasi dan Organisasi Petani

    Tiga orang petani SPI Lampung sedang membajak sawahnya. Petani butuh kepas-an mengenai hasil produksinya.

    JAKARTA. Indonesia merupa-kan negara agraris, namunmenjadi pengimpor panganterbesar di dunia, dengan rata-rata nilai impor pangan yangmencapai Rp 110 trilyun pertahun. Kebijakan impor pa-ngan ini telah mengantarkanIndonesia ke jurang krisis pa-ngan.

    Pangan merupakan ko-moditi yang khusus disebutkhusus karena merupakansalah satu kebutuhan men-dasar manusia. Sehingga perluadanya pengaturan secarakhusus dalam distribusi pa-ngan yang seharusnya berbedadari pengaturan distribusi ba-rang lainnya.

    Pengaturan pangan harusdibawah kendali negara, ka-rena negara berkewajibanmenjamin dan memenuhisalah satu hak dasar rakyat ini.Sayangnya kondisi tersebutjauh panggang dari api. Kebi-jakan pangan negeri ini telah

    diserahkan sepenuhnya ke-pada pasar. Sehingga luktuasiharga pangan sulit dikendali-kan oleh pemerintah. Akibat-nya harga pangan melambungtinggi dan tidak bisa dijangkauoleh masyarakat miskin. Halini disampaikan Henry Saragih,Ketua Umum Serikat Petani In-donesia (SPI), Rabu (8/92011)di Jakarta.

    Setali tiga uang dengannasib aktor utama penyediapangan, yaitu petani, kebijakan

    pertanian tidak menyediakanruang terhadap kesejahteraanpetani sehingga menambahsuram masa depan petani.

    Dengan rata-rata alih fung-si lahan pertanian sebesar 230ribu hektar per tahun (Kemen-tan, 2007) dan dukungan in-frastruktur dan input pertanianyang belum memadai, bebanyang dipikul para petani untukmemproduksi pangan yang cu-kup bagi seluruh rakyat Indo-nesia sangatlah berat. Belum

    lagi terjadi perubahan iklim

    yang ekstrem membuat ban-yak kegagalan panen di manamana, tambah Henry.

    Selain itu, menurut Henry,lemahnya peran negara dalamsistem distribusi membawakonsekuensi pada luktuasiharga beberapa komoditi stra-tegis yang mengikuti meka-nisme pasar dan kemudianseringkali diikuti kelangkaankomoditi pada waktu-waktutertentu, seperti saat menje-lang hari raya.

    Hal ini menyulitkan se-bagian besar masyarakat In-donesia, terutama masyarakatberpendapatan rendah yangrata-rata 73% pendapatannyasudah habis untuk pemenu-han kebutuhan pangan, kataHenry.

    Sementara itu Bulog yangdiharapkan menjadi garda de-pan dalam menjalankan dis-tribusi dan cadangan pangantidak bisa diharapkan. Sejakawal pendiriannya, Bulog me-rupakan salah satu instrumenpelaksana kebijakan pangannasional. Perannya terus me-ngalami pasang surut danfungsi Bulog terus dipersempitsampai akhirnya memberi pe-luang yang besar bagi swastauntuk mengimpor beras.

    Dihapuskannya tanggung

    jawab penuh lembaga negaratersebut dalam ekspor imporberas pasca Letter of Intent(LoI) dengan IMF pada 11September 1998 yang menye-butkan antara lainalso, forthe first time in thirty years, wewill allow private traders to im-port rice (untuk pertama kal-inya dalam 30 tahun, kita akanmengijinkan pedagang swastauntuk mengimpor beras) mem-buat subsistem distribusi se-makin lemah, terutama semen-jak semakin terintegrasinyaperdagangan pangan nasionaldengan pasar internasional,lonjakan tajam harga pangandunia mengancam Indonesia.

    Menurut Henry, pemerin-tah memang sudah waktunyamenerapkan kebijakan ber-jangka panjang yang mampusecara efektif menekan laju ke-naikan harga beras dan bahanpangan pokok lainnya, meng-ingat tingginya luktuasi hargapangan yang kerap terjadi.

    Untuk itu Henry mengusul-kan segera dibentuk Kemen-trian Pangan untuk mengkor-dinir seluruh keputusan soalproduksi dan distribusi pangandi Indonesia serta memberi-kan perhatian khusus kepadaorang-orang miskin serta yang

    tidak mampu dalam mengakses

    pangan. Sehingga terpastikanpangan sampai kepada orang-orang yang tidak memilikiaskses terhadap pangan terse-but.

    Kemudian menempatkanBulog menjadi lembaga yangsangat sentral dalam me-nampung, mendistirbusikandan menyimpan produksi pa-ngan dalam negeri dan dalammengimpor makanan yang ter-paksa harus dilakukan.

    Segera mendesak mengak-tikan kembali lagi koperasi-koperasi di pedesaaan yangberfungsi untuk mengelolapemasaran produksi-produk-si pertanian petani khusus-nya dalam hal ini pangan danmemberikan peran yang sa-ngat besar kepada organisasitani dalam merencanakan danmelaksanakan kegiatan-kegia-tan yang berkaitan dengan dis-tribusi dan pemasaran produk-produk pertanian tersebut.

    Dalam upaya meningkatkan

    produksi, pemerintah janganmenunda-nunda lagi programPembaruan Agraria yang telahdicanangkan, segera distribusi-kan tanah-tanah baik yangdikuasai oleh negara maupunpihak swasta yang berlebihankepada orang-orang tak ber-tanah d ipedesaan khsususnyauntuk memproduksi bahanmakanan dan menghentikanalih fungsi lahan pertanian.

    Meningkatkan subsidi men-ingkatkan subsidi dan insentif

    bagi petani tanaman panganuntuk terus berproduksi.

    Meningkatkan proteksibagi produk pangan nasionalyang beberapa tahun belaka-ngan mendapat gempurankeras dari pangan impor.

    Dengan dilaksanakanyakebijakan dan perangkat inimaka kita yakin negara ini akanmampu menegakkan kedaula-tan pangan di Indonesia.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    5/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011P E M B A R U A N A G R A R I A 5

    Pengelolaan Hutan HarusMemihak Rakyat

    Harga Bawang Anjlok,Petani Merugi

    Dialog interakf dengan tema "Strategi Penyelesaian Konik Kehutanan" di

    Padang (18/08)

    PADANG. Butuh kemauan poli-tik yang kuat dari Bupati Pasa-man Barat untuk merekomen-dasikan izin pengelolaan hutanagar diberikan kepada rakyatdaripada pihak perkebunan.Hal ini diutarakan oleh SukardiBendang, Ketua Badan Pelak-sana Wilayah (BPW) SerikatPetani Indonesia (SPI) Suma-tera Barat (Sumbar) pada acaradialog interaktif yang berte-makan Strategi PenyelesaianKonlik Kehutanan di Padang(18/08).

    Sukardi juga menyampai-kan bahwa salah satu ancamankekurangan pangan di Indone-sia adalah tingginya alih fungsilahan pangan dan semakinberkurangnya lahan cadanganbagi pengembangan pertanian.

    Kawasan hutan yang luascenderung diberikan izin pen-gelolaannya hanya kepada pe-rusahaan-perusahaan perke-bunan di Indonesia, tuturnya.

    Dialog yang digelar ber-sama oleh SPI Sumbar, WalhiSumbar, LBH Padang, dan Qbarini juga memaparkan gelar ka-sus SPI Basis Simpang Tenggo.Dimana aparat masih sering

    mengintimidasi petani dan

    CIREBON. Petani bawang diseputaran Cirebon kecewa.Penyebabnya tak lain dan takbukan karena anjloknya har-ga bawang yang merupakankomoditas andalan petaniKabupaten Cirebon.

    Saya pikir harga bawangbakal naik menjelang Rama-dhan. Tetapi malah semakinturun. Bulan Mei lalu Rp 5.000per kilogram, sekarang turunlagi menjadi Rp 3.000 per ki-logram. Sedih sekali rasanyamengingat saat membeli bi-bit bawang harganya berkisarRp 20.000 per kilogram. Parapedagang beralasan bahwasekarang stok bawang ba-nyak jadi harga bawang mu-rah, tutur Rogayah, seorangpetani bawang asal Pangenan(31/07).

    Mae Azhar, Ketua BadanPelaksana Cabang (BPC) Se-rikat Petani Indonesia (SPI)Kabupaten Cirebon mengata-kan, turunnya harga bawang

    menjelang Ramadhan ber-barengan dengan panen rayadi sentra bawang. Selainitu dia berpendapat bahwamembanjirnya bawang imporadalah salah satu penyebabanjloknya harga bawanglokal.

    Izin masuknya adalahimpor bawang merah untukbibit. Tetapi kenyatannya un-tuk dikonsumsi juga. Ini per-mainan kotor pedagang be-sar sehingga harga bawang

    lokal amblas, katanya.Azhar juga menjelaskan

    bahwa bawang impor dibawadengan menggunakan pulu-han kontainer yang disimpansekitar daerah Losari, Kab.Cirebon dan di Jalan Pan-tura Kelempok, Kab. Brebes,Jateng. Dari dua gudang ini-lah bawang merah yang uku-rannya lebih besar dan san-gat berbeda dengan bawanglokal ini didistribusikan olehtruk kecil ke pasar-pasar.

    Bawang Filipina dari segi

    mengancam akan memenjara-kan mereka jika masih meng-garap lahan yang oleh DinasKehutanan disebut sebagai ka-wasan hutan lindung tersebut.

    Sementara itu, Kepala Di-nas Kehutanan Sumatera Ba-rat, Hendri Octavia yang hadirpada dialog ini, menjanjikankeberpihakan yang lebih tuluspada rakyat, terkait kepastianhak pengelolaan hutan.

    Paradigma pembangu-nan kehutanan kita ke depan,bergeser pada kepentinganrakyat di sekitar kawasan hu-tan, ujar Hendri.

    Ia mengakui, paradigmakebijakan pada era sebelumnyasalah, karena terlalu berpihakpada konglomerat. Hal itu men-imbulkan sejumlah polemik, diantaranya seperti dilakukansebagian warga yang memilihmasuk ke dalam kawasan hu-tan untuk menggarap lahan.

    Itu tidak bisa disalahkan,karena warga memang butuhlahan, tambahnya.

    penampilan dan jumlah lebihunggul. Sedangkan bawangmerah lokal penampilannyatidak terlalu besar. Akibatnyaharga bawang lokal tertekan,jelasnya.

    Azhar menambahkan bah-wa petani sekarang rugi duakali lipat karena saat musimtanam awal mereka membelibawang seharga lebih kurangRp 28.000 per kilogram. Walauterjadi peningkatan hasil panentetap tidak mengejar biayaproduksi yang membengkak.

    Februari tinggi sekali har-ganya sampai Rp 19.000. Bah-kan harga bibit Rp 25.000/kg.Ketika panen seperti sekarangharga jual bawang hanya Rp3.000 per kilogram, ujarnya.

    Sementara itu, menurutAchmad Yakub, Ketua Depar-temen Kajian Strategis Nasio-nal SPI mengungkapkan bahwapemerintah dalam hal ini Ke-menterian Perdagangan danKementerian Pertanian seha-

    rusnya punya mekanisme tataniaga soal bawang.

    Jadi sederhana saja, ketikasuplai banyak jangan dirusakharganya dengan masuknyabawang impor. Ini bukan jualbeli biasa, tapi sudah masukunsur-unsur spekulasi per-dagangan yang korban perta-manya adalah petani karenaanjloknya harga dan kemudiankonsumen karena tidak adakepastian harga, tuturnya.

    Yakub juga menambahkan

    bahwa pemerintah melalui Ke-menterian Perindustrian danBadan Penerapan dan Peng-kajian Teknologi (BPPT) men-dorong teknologi pengolahanbawang pasca panen, sehinggaterbangun industri di pede-saan dan tidak hanya menjualbawang merah mentah seh-ingga ada nilai tambah yangdinikmati oleh masyarakatdesa.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    6/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    P E M B A R U A N A G R A R I A6

    Kebijakan Pertanian Indonesia Kontradiktif

    JAKARTA. Kebijakan perta-nian Indonesia yang berada dibawah pemerintahan SusiloBambang Yudhoyono mem-bingungkan. Setidaknya halini yang menjadi garis besardari Forum Konsultasi Nasi-onal Petani Indonesia (FKNPI)dengan tema Meneguhkan Ke-daulatan Pangan Dalam Rang-ka Mencegah Krisis Panganyang diadakan di Gedung PKK,Jakarta (10/08).

    Bustanul Ariin yang hadirsebagai pembicara menyata-kan bahwa kebijakan stabilisa-si harga pertanian yang dilaku-kan oleh pemerintah masihpenuh keraguan. Menurutnyapemerintah perlu secara lebihberimbang, memperhatikankepentingan petani produsentanpa melupakan kepentingankonsumen, terutama pada kon-disi global dan luktuasi hargapangan di pasar internasionalseperti saat ini.

    Pemerintah misalnya per-lu menyusun instrumen kebi-jakan stabilisasi harga gabahyang lebih efektif, misalnyamemberikan jaminan hargagabah petani memadai teru-tama pada musim panen raya,tutur Guru Besar Ilmu Ekono-mi Pertanian Universitas Lam-pung ini.

    Ekonom Senior INDEF inijuga menyampaikan bahwadi lapangan, reforma agrariawajib dilaksanakan di seluruhnegeri agar skala usaha rumahtangga tani mampu memenuhitingkat keekonomiannya.

    Seperti yang dikatakanoleh Bung Karno, masalah pa-ngan adalah soal hidup mati,seharusnya pemerintah lebihserius, tambahnya.

    Sementara itu, HermasPrabowo, wartawan HarianKompas menyampaikan bahwasaat ini ketergantungan In-donesia akan impor semakinbesar, apalagi sejak diberlaku-kannya CAFTA (China-ASEAN

    Free Trade Area). Dia menyam-

    paikan bahwa Indonesia hanyaunggul di sektor perkebunanwalaupun kepemilikan lahan-nya lebih banyak dikuasai olehpihak swasta asing, kecualiperkebunan karet.

    Hingga April 2011, kita te-lah order untuk impor 1,6 Jutaton beras, impor jagung 1,5 Jutaton, kedelai 2 juta ton, gula 2,6juta ton, gandum 4-5 juta ton,sementara itu terjadi distribusiaset lahan yang tidak merata

    yakni 8 juta hektare lahan un-tuk 18 juta petani, sedangkan300.00 hektare lahan sawithanya untuk satu perusahaan,tuturnya.

    Kebijakan pertanian ha-ruslah bertolak dari kebutuhanpetani, bukan kemauan politisi,birokrasi dan mimpi kekua-saan, tambahnya.

    Erizal Djamal, dari LitbangKementerian Pertanian yangjuga hadir sebagai pembicaramenyampaikan bahwa Kemen-terian Pertanian hanya bisaberkontribusi 20 persen untukmengatasi masalah pertanianIndonesia.

    80 persen lagi berasal daripihak-pihak lain seperti dariormas-ormas petani yang da-tang disini. Oleh karena itu sayasangat menghargai inisiatif te-man-teman semua yang terusberupaya mengatasi masalahpertanian dan memperjuang-kan kepentingan petani kecil,tandas pria yang juga aktif diPusat Studi Ekonomi dan Kebi-jakan Pertanian ini.

    Konsolidasi Ormas Tanise-Indonesia

    FKNPI yang diseleng-garakan bersama oleh SerikatPetani Indonesia (SPI), Wa-hana Masyarakat Tani dan Ne-layan Indonesia (WAMTI) danAliansi Petani Indonesia (API)ini juga bertujuan untuk meng-konsolidasikan semua ormastani di Indonesia.

    Henry Saragih, Ketua

    Umum SPImengemu-kakan bah-wa semogad e n g a ndiadakan-nya forumini seluruhormas tanidari selu-ruh lapisanm e n y a t udan bersa-

    m a - s a m am e n y e -l e s a i k a npersoalanp a n g a ndan petanidi Indone-sia.

    S a y ayakin apa-bila semuaormas taniyang hadirdisini ber-satu makak e d a u l a -tan pa-ngan dank e s e -jahteraankaum tani dapat segera terwu-jud, konsep kedaulatan pangansendiri telah menjadi konsepalternatif yang digunakan olehFAO (Organisasi Pangan Dunia)sejak konsep ketahanan pan-gan dikeluarkan pada tahun1996 yang lalu, ucap Henryyang juga Koordinator Umum

    La Via Campesina (GerakanPetani Internasional).

    Agusdin Pulungan, KetuaUmum WAMTI menambahkanbahwa diharapkan melalui fo-rum ini ormas tani bisa lebihberkomunikasi dengan pihakpemerintah, sehingga peme-rintah akan menelurkan ke-bijakan yang benar-benar prokepada petani.

    Saya melihat saat ini pe-muda tani lebih senang men-gojek daripada bertani, karena

    dia merasa akan lebih cepat da-

    pat penghasilan. Oleh karenaitu pemerintah harus mampumembuat kebijakan yang mam-pu mendorong generasi mudayang notabene merupakangenerasi penerus bangsa untukmau terjun bertani, katanya.

    Sementara itu, MuhammadNuruddin dari API mengharap-kan forum ini mampu meng-hasilkan praktek-praktek yangmendukung kedaulatan panganuntuk mencegah krisis pangan,sekaligus mengkonsolidasikanormas-ormas tani di seanteroIndonesia

    Acara ini sendiri berlang-sung selama dua hari (10-11Agustus 2011) dan dihadirioleh perwakilan ormas tani se-Indonesia.#

    Bustanul Arin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas

    Lampung

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    7/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011 7

    KREMS. Lebih dari 400 delegasidari negara-negara di seanteroEropa sepakat bahwa kedaula-tan pangan adalah solusi kri-sis di Eropa. Hal ini terungkapdalam Nyeleni Europe 2011,European Forum for Food So-vereignty(Nyeleni Eropa 2011,Forum Eropa Untuk Kedaula-tan Pangan) yang diadakan diKrems, Austria, selama limahari (16-21 Agustus 2011).

    Para peserta yang be-rasal dari 120 organisasi iniberkomitmen untuk mem-perkuat kapasitas kolektif me-

    reka untuk merebut kembalikontrol masyarakat atas sistempangan, menolak pertanianberbasis industri, dan mem-perluas serta mengkonsoli-dasikan gerakan masyarakatsipil yang kuat di Eropa untukmenegakkan kembali kedaula-tan pangan.

    Forum ini membahasdampak kebijakan Eropa danglobal saat ini, dan kemudianbersama-sama mengembang-kan sebuah platform yang kom-

    prehensif dan prinsip-prinsipuntuk mencapai kedaulatanpangan di Eropa.

    Genevieve Savigny, salahseorang steering commit-tee forum ini menyampai-kan masyarakat Eropa saatini tengah menghadapi krisisyang mengakibatkan banyakpemerintahan menerapkanpenyesuaian kebijakan struk-tural yang hanya akan meny-elamatkan kapitalisme danproduk-produknya (seperti

    perusahaan transnasional, sek-

    Kedaulatan Pangan Jadi Solusi Krisis di Eropa

    tor swasta, kelompok investor,dsb).

    Jadi salah satu usaha un-tuk menolak sistem ekonomidan pemerintahan yang telahmembawa kita ke kondisi saat

    LA VIA CAMPESINA

    www.viacampesina.org

    Food Sovereignty (kedaulatan pangan)

    ini adalah dengan menolakmodel pertanian global ber-basiskan industri global yangmerupakan releksi yang tepatdari sistem kapitalis yang men-

    ciptakannya, tutur Genevieve.

    Dia juga menyampaikanbahwa saat ini sistem pangandan pertanian telah berba-sis industri dan dikuasai olehsegelintir perusahaan transna-sional yang hanya memikirkan

    keuntungan,berkontribusiterhadap hi-langnya ke-a n e k a r a g a -man hayati,p e r u b a h a niklim, dan past-inya meny-e n g s a r a k a n

    petani kecil. S i t u a s i

    yang kita ha-dapi saat iniadalah hasildari kebi-jakan pangan,k e u a n g a n ,p e r d a g a n -gan dan en-ergi, yang di-hasilkan olehpemerintahankita, Uni Ero-

    pa (terutamamelalui Ke-bijakan Per-tanian Ber-s a m a - n y a ) ,lembaga mul-tilateral dankeua- nganserta peru-

    sahaan-perusahaan trans-nasional, contohnya adalahkebijakan deregulasi dan lib-eralisasi pasar pertanian danspekulasi pangan. Mengubah

    sistem pangan yang disfung-

    sional ini hanyalah mungkinmelalui reorientasi kebijakandan praktek pertanian danpangan, paparnya.

    Jadi sangat penting un-tuk merancang ulang sistempangan berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan pangan,khususnya di Eropa, dan ituharus dilakukan sekarang,tambahnya.

    Forum ini sendiri meng-hasilkan deklarasi yang me-nyebutkan bahwa perubahansistem pangan adalah langkahawal untuk menuju peruba-

    han yang lebih baik untukmasyarakat Eropa (khususnya)dan masyarakat dunia umum-nya. Forum ini juga menghasil-kan solusi untuk mengubahsistem pangan dunia yang su-dah semrawut contohnya de-ngan memutus rantai distribusiyang panjang antara produsendan konsumen dengan meng-giatkan pertanian lokal yangberbasiskan keluarga, meng-galakan pertanian berkelan-jutan yang ramah lingkungan,

    dan lainnya.Forum Nyeleni untuk

    Kedaulatan Pangan sendiripertama kali dilaksanakandi Nyeleni, Mali oleh La ViaCampesina pada tahun 2008,yang menghasilkan deklarasiKedaulatan Pangan dan diikutioleh perwakilan petani dari se-luruh dunia.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    8/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    C A M P E S I N O S8

    La Via Campesina Menyerukan Aksi Global Perubahan Iklim

    pada COP-17 di Durban, Afrika Selatan

    JAKARTA. Gerakan petani in-ternasional La Via Campesinadan landless People Movement(Gerakan Masyarakat tak ber-tanah-Anggota La Via Campe-sina di Afrika Selatan) akanmelakukan mobilisasi padaKonferensi ke-17 (COP 17)Konvensi Kerangka Kerja PBBtentang Perubahan Iklim (UN-FCCC) yang akan berlangsungdi Durban, Afrika Selatan, pada28 November - 9 Desember

    2011.Rombongan petani Afrika

    dari Mozambik, Tanzania, Zim-babwe dan negara-negara lainakan mencapai Durban untukbergabung dengan petani lain-nya dan gerakan sosial darisemua bagian dunia untukmenuntut keadilan iklim.

    African Women Farmers(petani perempuan Afrika-anggota La Via Campesina)juga akan berpartisipasi dalamMajelis Perempuan Pedesaan

    Afrika Selatan ke-2, dari 30November-2 Desember, di Dur-ban (diselenggarakan bersamaoleh La Via Campesina Afrika 1,TCOE, Women on Farms Project,Lamosa, ESAFF, UNAC, SerikatPetani Nasional Namibia, danlainnya).

    La Via Campesina juga akanberpartisipasi dalam hari aksiglobal pada tanggal 3 Desem-ber, dengan ribuan aktivis lain-nya untuk menuntut keadilaniklim.

    La Via Campesna dan ke-lompok petani dan panganAfrika lainnya juga mengun-dang semua gerakan sosial,dan para aktivis untuk hadir dihari mobilisasi khusus untukagroekologi dan kedaulatanpangan pada 5 Desember diDurban dan seluruh dunia.

    Negosiasi Iklim MenjadiBarang Dagangan Pasar

    Pada COP 16 yang lalu,

    di Cancun Meksiko, sebagian

    besar pemerintah di dunia,dengan pengecualian Bolivia,melakukan pertemuan "tidakserius" mengenai perubahaniklim, namun malah melaku-kan bisnis dengan perusahaan-perusahaan transnasional yangmempromosikan solusi palsu(seperti REDD, mekansimepasar karbon, bahan bakar al-ternatif dari hasil pertanian,hingga pertanian transgenik-GMO) untuk mengatasi pe-rubahan iklim seperti. Merekajustru telah mengubah nego-siasi iklim menjadi pasar dansaling mencari keuntungan.

    Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indo-nesia (SPI) mengemukakanbahwa pemerintahan di negarakita masing-masing telah me-nerima kerangka kerja ber-basis bisnis yang cenderungmenyalahkan Afrika dan AsiaSelatan, padahal korban per-tama adalah para petani dari

    kedua benua, seperti peningka-

    tan suhu global yang mengaki-batkan lingkungan yang tidaklebih bersahabat bagi benih,ternak dan manusia. Sebagianbesar pemerintah telah meng-abaikan Prinsip Cochabamba,yang memberikan kerangkajelas untuk mengatasi pema-nasan global dan melindungiBumi.

    Di bawah UNFCCC, negaramaju dan perusahaan-peru-sa- han penyebab polusi, yangsecara historis bertanggungjawab untuk sebagian besaremisi gas rumah kaca, diberi-kan kebebasan untuk menghin-dari mengurangi emisi merekasendiri melalui cara apap pun.Contohnya, dengan mekanismepasar karbon, negara-negaramaju dan perusahaan-perusa-haan besar tersebut diizinkanuntuk tetap melakukan ke-giatan industri yang berpolusitinggi asal membayar sejumlahkecil biaya untuk membantu

    masyarakat miskin di negara

    berkembang mengurangi emi-sinya. Yang sebenarnya terjadiadalah perusahaan-perusa-haan tersebut memperoleh ke-untungan dua kali lipat yaknidengan tetap melakukan pence-maran dan menjual solusi-solu-si palsu. Di lain sisi, di bawahmekanisme REDD, masyarakatmiskin dilucuti hak-haknya un-tuk menggunakan lahan hutanbersama, bahkan semakin ba-nyak bermunculan pihak-pihakyang mengatasnamakan REDDmerampas tanah-tanah milikpetani dan masyarakat adat.

    Saat ini sumber utamaemisi global dan perubahaniklim ini adalah sistem panganglobal yang berbasiskan indus-tri untuk ekspor dan agrofuel(bahan bakar dari hasil perta-nian), penggunaan kendaraanpribadi daripada transportasipublik, dan polusi dari hasil...

    Aksi La Via Campesina menolak solusi palsu perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark, 2009

    Bersambung ke halaman 9

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    9/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011C A M P E S I N O S 9

    Tabloid Pembaruan Tani versi elektronik bisa dinikmati di: www.spi.or.id

    ...industri perusahaan-perusa-haan besar. Tanpa komitmen

    dan desakan nyata untuk me-ngubah ini, tidak ada harapanuntuk mencegah hilangnya ta-nah pertanian dan kemampuanuntuk memberi makan dunia.

    "Kita adalah buruh tani,petani kecil dan keluargapetani, yang saat ini menghasil-kan sebagian besar makananyang dikonsumsi di planet ini.Kita, dan makanan yang kitahasilkan, sedang ditempatkandalam bahaya, karena naiknyasuhu, tanggal tanam menjaditak terduga kekeringan yanglebih parah, badai dan anginmusim. Namun kita juga me-nawarkan solusi yang pentingdan jelas, serta telah terbuktisecara ilmiah mampu mela-wan perubahan iklim melaluiproduksi agroekologi panganlokal oleh petani kecil de-ngan menggunakan paradig-ma kedaulatan pangan," tuturHenry Saragih di Sekretariat O-perasional Internasional La ViaCampesina di Jakarta (05/08).

    Sistem pangan global saatini setidaknya menghasilkan44% dari seluruh emisi gas ru-mah kaca. Hal ini disebabkanbeberapa hal seperti transpor-tasi pangan jarak jauh walau-pun dapat dengan mudah tum-buh secara lokal, penggunaanminyak bumi yang berlebihandan minyak bumi yang berba-siskan agro kimia, sistem per-tanian monokultur, dan pembu-kaan hutan untuk perkebunanindustri.

    "Kita sebenarnya mampu

    mengurangi secara drastis ataubahkan menghilangkan emisiini dengan mengubah sistempangan berbasiskan kedaula-tan, yaitu dengan memproduksipangan secara lokal untuk kon-sumsi lokal, dan memproduksiberbagai macam pangan ber-basiskan keluarga petani dan

    Sambungan dari hal. 18 La Via... masnyarakat sekitar denganpraktek pertanian berkelanju-tan," ungkap Henry.

    Agroekologi TidakDiperjualbelikan

    La Via Campesina jugamenolak setiap upaya untukmemperluas pasar karbon danmekanisme REDD terhadaptanah, bahkan Bank Duniamenjalankan program yangberkedok dukungan untukagroekologi petani kecil ataupertanian iklim yang cerdas.La Via Campesina menolaknyakarena beberapa hal, yang di-antaranya adalah:- Sama seperti kasus REDD un-tuk hutan, karbon yang beradadi dalam tanah pada dasarnyaakan menjadi milik perusa-haan pembuat polusi di negarabagian utara. Kemudian akanterjadilah apa yang disebutdengan privatisasi karbon.Kar-bon tidak untuk diperdagang-kan.- Pasar yang diciptakan daripenjualan karbon yang berasaldari tanah hanya akan diman-faatkan oleh spekulan keua-ngan, sementara petani tidakmendapat untung. Para speku-

    lanlah yang akan mendapatkankeuntungan besar.- Ini hanyalah upaya lain yangdilakukan oleh negara-negaraindustri untuk meloloskan diridari pengurangan emisi.- Hal Ini hanyalah pengalih per-hatian publik dari besarnyaemisi yang dihasilkan olehpertanian berbasiskan indus-tri yang dilakoni oleh negara-negara industri, khususnya diutara. Sementara itu merekamembebani negara-negara se-

    latan yang mayoritas negaraberkembang untuk mengu-rangi emisinya, namun merekasama sekali tidak melakukanterhadap pertanian berbasis-kan industri di negara masing-masing.- Jikalau petani menandatan-gani perjanjian karbon tanah,

    petani tentu akan kehilanganotonomi dan kontrol atas sistempertaniannya. Yang akan terjadiadalah para birokrat ataupunpengusaha yang menentukanapa yang harus dilakukan parapetani, padahal mereka samasekali tidak memiliki penge-tahuan yang cukup untuk hal-hal teknis seperti kondisi la-han, curah hujan, kemiringan,sistem pangan lokal, dan lain-nya.-Agroekologi menyediakanbanyak manfaat bagi lingku-ngan dan berkontribusi terha-dap mata pencaharian petani.Namun mengurangi nilai prak-tik agroekologi dengan skemakarbon, tidak hanya ini mengu-rangi manfaatnya secara haki-ki, tetapi dapat menciptakando- rongan untuk mengubahpraktik agroekologi (dan mem-buka pintu untuk teknologiseperti GMO).- Kesemua hal Ini tidak ter-lepas dari tren neoliberalismeuntuk mengkonversi semuahal di dunia ini (darat, udara,keanekaragaman hayati, buda-ya, gen, karbon, dll) agar ber-basiskan pasar.- Mekanisme karbon tanah juga

    dapat mengakibatkan peram-pasan lahan model baru.

    Pertanian berbasiskanpetani kecil harus didukungoleh kebijakan publik

    Henry Saragih, yang jugaKetua Umum Serikat Petani In-donesia (SPI) juga menuturkanbahwa pertanian berbasiskanpetani kecil haruslah didukungoleh kebijakan-kebijakan pub-lik yang dibuat oleh pemerin-

    tahan di masing-masing nega-ra.

    Bentuk kebijakan pub-lik ini bisa berbagai macamseperti mendukung programpelatihan antar petani yangdikelola oleh ormas tani; men-dukung sekolah-sekolah pela-tihan agroekologi ormas tani;

    mengakhiri seluruh bentuksubsidi baik yang terbuka un-tuk publik ataupun tersembu-nyi untuk industri pertanian;melarang penggunaan GMOsdan senyawa kimia lainnyauntuk pertanian; menawar-kan kredit produksi kepadapetani kecil yang bertani se-cara agroekologis; pengadaanmakanan sehat oleh pemerin-tah untuk rumah sakit, sekolah,dsb, yang didapat dari petanikecil dengan harga yang pan-tas; mendukung petani kecilyang bertani secara agroekolo-gi (petani kecil organik) un-tuk menjual produknya secaralangsung kepada konsumen;mengubah kurikulum per-tanian menjadi berbasiskanagroekologi dan berdasarkanmetodologi langsung petani,menciptakan insentif hargayang wajar untuk makanan or-ganik yang dipro- duksi secaralokal, dsb.

    Komitmen La Via Campesina

    Sebagai gerakan petani in-ternasional terbesar di dunia,La Via Campesina akan terusmendesak pemerintahan2 un-

    tuk benar-benar serius mela-wan krisis perubahan iklim. Disisi lain, La Via Campesina jugamengajak semua petani di dun-ia untuk tetap mempraktekkanpertanian agroekologi yang ra-mah lingkungan dan berbasis-kan keluarga untuk menjaminkedaulatan pangan di setiapnegara.

    "Pada COP 17 di Durbankita akan kembali meneriak-kan suara kita, suara petanikecil yang memberi makan du-

    nia dan menjaga iklim. Denganberpegang kepada deklarasiCochabamba, La Via Campe-sina akan bersikukuh bahwapertanian kecil berbasiskankeluarga dan kedaulatan pan-gan adalah solusi paling nyatamelawan perubahan iklim didunia ini," tambahnya.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    10/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    C A M P E S I N O S10

    La Via Campesina Selenggarakan Pertemuan Agroekologi

    di Ghana

    ACCRA. Dalam konsep kedau-latan pangan yang telah dikem-bangkan La Via Campesinasejak tahun 1996, agroekologiatau pertanian berkelanjutanmerupakan salah satu kunci al-ternatif untuk melawan sistemneoliberalisme yang menghan-curkan cara hidup dan bertanipetani kecil. Berdasarkan haltersebut La Via Campesina Re-gional 2 Afrika menyelenggara-kan pertemuan khusus untukmembahas agroekologi yangdipusatkan di Accra, Ghana,dengan ECASARD (Ecumeni-cal Association for Sustainable Agriculture and Rural devel-opment-Asosiasi PertanianBerkelanjutan dan Pengem-bangan Pedesaan) sebagaipanitia penyelenggara darituan rumah.

    Pertemuan yang diseleng-garakan selama lebih kurangseminggu ini (5-11 September2011) dihadiri oleh petani dariberbagai negara di Afrika se-

    perti Kongo Brazzaville, Ghana,Guinea Bissau, Mali, Niger, Se-negal, Togo, dan lainnya.

    Pertemuan pertanianagroekologi ini sendiri merupa-kan rangkaian kegiatan La ViaCampesina yang sebelumnyatelah dilaksanakan di beberapatempat di Asia, Amerika Latindan Regional Afrika 2.

    Selama beberapa haripertemuan ini membahasmengenai peranan pertanianagroekologi. Alternatif yang

    berupa pertanian agroekologitelah didukung oleh sejumlahbadan-badan PBB seperti FAOdan Olivier de Schutter, selakuReporter Khusus PBB tentang

    Laksanakan Segera Pembaruan Agraria Sejatiuntuk Kedaulatan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan

    Hari Tani Nasional, 24-09-2011

    www.spi.or.id

    Hak atas Pangan. Pertanianagroekologis atau pertanianberkelanjutan telah mampumenjadi solusi pasti melawankelaparan di dunia. Penyebabutama kelaparan dan miskin-nya petani kecil hari ini lebihdiakbatkan oleh sistem perta-

    nian berbasiskan industri yangdipromosikan oleh segelin-tir perusahaan dan spekulankeuangan. Model pertanianinilah yang dominan menghan-curkan tanah, memiskinkanpetani, dan gagal untuk cukupmemberi makan masyarakatdunia. Jumlah penduduk yangmenderita kelaparan terustumbuh meskipun terdapat cu-kup makanan (bahkan masihbanyak yang membuang-buangmakanan). Permasalahan uta-

    manya adalah akses atas pa-ngan tersebut sulit dijangkaumasyarakat, karena adanyaspekulasi penyimpanan pa-ngan oleh pihak swasta.

    Secara singkat pertanianagroekologi dapat diartikan se-bagai pertanian yang berdasar-kan praktek-praktek ekologisdan organik yang menghar-gai pengetahuan tradisionalpetani, melindungi lingkungan,alam dan masyarakat seki-

    tarnya.Bukan hanya diskusi, per-

    temuan ini juga mengajak parapesertanya mengunjungi kan-tor ECASARD yang terletakdi wilayah Techiman, Ghana.Seperti yang dituturkan olehMamadou, petani asal Senegal,mereka menyaksikan pengap-likasian program pertanianagroekologis yang mampumenampung 400 petani lokalyang tinggal di sekitar daerahtersebut.

    "Kami menyaksikan ke-lompok petani yang sedangmenjalankan praktek-praktekagroekologi di pusat pelatihanini, seperti pembuatan kompos,

    Ilustrasi: Para Petani La Via Campesina

    pengelolaan air, pelestarian va-rietas benih lokal dan inovasipemilihan benih, pengelolaantanah organik, tumpang sari,dsb. Pengalaman ini akan kamisebarluaskan kepada teman-teman petani di negara kami,khususnya bagi petani-petanimuda. Yang kami saksikan inimampu memberikan wahanabagi petani lokal untuk bela-jar bertani secara agroekologidan berkelanjutan, yang tentusaja melindungi lingkungandan kesehatan, menghasilkanlapangan kerja dan memper-tahankan kehidupan di wilayahini" tuturnya.

    La Via Campesina menya-dari bahwa pertanian skala ke-cil berbasiskan keluarga adalahkunci untuk melawan kela-paran dalam rangka kedaula-tan pangan, sekaligus usahauntuk mendinginkan planetini dari perubahan iklim. Olehkarena itu, kebijakan pertaniandi setiap negara harus mampu

    menghentikan akses peram-pasan tanah petani kecil danmenjamin peruntukan tanah,air, bibit, keanekaragamanhayati, dan sumber daya alamlainnya bagi petani kecil. Halyang tidak kalah penting ada-lah memperkuat pasar panganlokal yang memberi harga yangadil baik kepada konsumendan petani, sehingga petani da-pat hidup lebih layak dan ber-martabat.

    "Saya mendapat banyak

    pelajaran berharga dari per-temuan kali ini. Saya semakinbersemangat untuk menerus-kan bertani secara agroekolo-gis ini," tambah Mamadou.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    11/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011K E D A U L A T A N P A N G A N 11

    Untung Cepat dengan Impor Beras

    JAKARTA. Pangan adalahproduk yang khusus, disebutkhusus karena merupakansalah satu kebutuhan men-dasar manusia dan memilikikarakteristik yang khas dalamekonomi politik. Salah satunyasesuai dengan hukum Engelyang mengatakan bahwa, se-makin rendah tingkat pendap-atan rumah tangga maka akansemakin tinggi pengeluaranuntuk pangan. Di Indonesiarata-rata rumah tangga miskinmengeluarkan 73% penda-patannya untuk pangan. Untukmelindungi kepentingan na-sional, stabilitas ekonomi danpolitik serta pelayanan bagirakyat maka peran negara ha-rus kuat. Terutama dalam halmengontrol produksi, distri-busi dan tata niaga pangan. Se-bagai negara kepulauan makamengatur ketiga hal tersebutbukanlah perkara mudah. Bah-kan pada jaman Belanda tepat-nya tahun 1939 sudah dibentukVoeding Middelen Fonds (VMF)lembaga cikal bakal berdirinyaBULOG, yang tugasnya untukmenjamin pengadaan dan pen-jualan bahan pangan.

    Karena tidak stabilnyaharga-harga pangan merupa-kan momok tersendiri bagipemerintah dimana-mana di-dunia ini. Bagi Indonesia hargaberas merupakan indikatorutama dalam ekonomi politiknasional. Maka itu sejak jamankemerdekaan banyak program

    yag diluncurkan untuk pen-gadaan beras seperti RencanaWicaksono, Rencana Kasimo,Rencana Kesejahteraan Iste-mewa (1945-1960). kemudiandilanjutkan Gerakan Swasem-bada Beras, Komando GerakanOperasi Makmur (KOGM), ser-ta BIMAS, INMAS, INSUS padamasa orde baru.

    Sekarang ini dalam pi-datonya Presiden SBY di IstanaBogor bulan Februari 2011 laludengan gagah membuat target

    surplus beras sebesar 10 juta

    ton. Apa yang terjadi sekarangini? Hanya enam bulan berse-lang justru program impor be-raslah yang dilakukan. Denganberbagai alasan seperti i)untukcandangan beras pemerintahmelalui BULOG, ii) stabilisasiharga beras, iii) antisipasi pe-rubahan iklim iv) dan akibatdari aturan perdagangan inter-nasional (WTO). Sebab itu saatini pemerintah melalui meka-nisme G to G dengan Vietnambersepakat untuk impor berassebanyak 500.000 ton.

    Bahkan sejak tahun 2010-Maret 2011 menurut LaporanPemantauan Harga dan Distri-busi Barang Kebutuhan PokokKementerian Perdagangan re-alisasi impor beras dari luarnegeri selama 2010- maret2011 mencapai 1.848.426 tonatau 92,5 persen dari seluruhkontrak pengadaan beras im-por yang sebesar 1.998.000ton.

    Untung cepat beras impor

    Beberapa pihak menyorotitidak mampunya Bulog me-nyediakan stok beras belakan-gan ini. Pengadaan gabah darikaum tani langsung diang-gap kurang, sehingga jika adamasalah kenaikan harga dankekurangan stok seharusnyabisa diatasi dengan memper-banyak beli gabah dan beraspetani. Masalahnya, Bulog jugaterpaku pada aturan pasar kar-

    ena perannya tidak hanya se-bagai public service obligation(PSO) lagi, melainkan sudahmencariprofit. Adalah rasionaljika dalam keadaan demikianBulog lebih berorientasi impordalam keadaan kekuranganstok dan kenaikan harga.

    Sejak awal tahun 2010hingga sekarang ini bila dirata-rata harga beras premium seki-tar Rp. 7.141 per kilogram. Jauhdiatas harga HPP tahun 2009yang masih berlaku sekarangyakni Rp. 5.060 per kilogram.Sementara harga beras inter-nasional diambil yang tertinggiyakni $540 per ton atau sekitarRp. 4.590 per kilogram FOB(freight on board) di Bangkok.Beras impor dengan hargatertinggi itu tersebut masihdibawah Harga Pembelian Pe-merintah.

    Sebagai ormas tani, SerikatPetani Indonesia (SPI) menghi-tung secara awam, keuntunganbesar yang akan diterima oleh

    importir beras baik Bulog mau-pun rekanannya yakni, denganimpor sebanyak 1,848 jutaton beras periode 2010-Maret2011 sama dengan 1,848Milyar kilogram beras denganharga $540 per ton. Jadi devisayang terkuras kurang lebih 1triliun rupiah.

    Jika kita rata-ratakan se-tiap hektar menghasilkangabah kering giling sebanyak5-6 ton (sekitar 3,5 ton beras)jadi 1.848.426 ton dibagi 3,5 ton

    setara dengan528.121 hektarlahan sawah.Bila petanimemiliki lahansawah 1 hektarmaka ada se-banyak 528.121kepala keluargapetani atau 2,1juta jiwa yangbisa terbantudari dana importersebut.

    Sebaliknya

    kita asumsikan importir sete-lah dipotong biaya angkut, asu-ransi, dan pajak dalam setiapsatu kilogram mendapatkankeuntungan bersih Rp. 1.000maka 1,8 milyar kilogram dika-likan Rp. 1.000 setara dengan1.848.426.000.000 (hampir2 triliun) keuntungan bagiimportir. Hal ini didapatkandengan sekejap waktu tanparesiko gagal panen, seranganhama, dan kerja keras. Ban-dingkan sedikit keuntunganpetani, yang harus kerja kerassiang malam untuk menanampadi disawahnya dengan ber-bagai resiko tanpa proteksisetidaknya selama 110 harihingga panen dan plus 15 hariuntuk persemaian.

    Dengan situasi tersebutrasanya jauh dari keadilan bagibangsa ini, masyarakat harusmembayar dua kali yakni ke-hilangan pajaknya yang digu-nakan dipasar luar negeri danmembayar keuntungan bagi

    importir. Untuk merespon inisemua, janji manis didengarkanlagi dengan program HPP plusyakni membeli beras petanisebanyak 1 juta ton diatas HPPberas yakni seharga Rp. 5.600per kilogram dengan nilai total6 triliun rupiah. Pertanyaannyadengan harga yang sekarang inidipasaran nasional yang sudahdiatas Rp. 6.200 per kilogrammaka program HPP plus iniseperti menggantang asap sajabukan? dipastikan petani akan

    menjual langsung ke pasaranvia tengkulak yang sekarang diCirebon sudah membeli GKPseharga Rp. 4.300 per kilo-gram.

    Tak pelak lagi, peran nega-ra sangat krusial dalam meng-hajar spekulasi, politik rentedan kepentingan jangka pendekini demi jutaan keluarga tanidan tegaknya kedaulatan pan-gan nasional.#

    *Tulisan ini juga terbit di Har-ian Sore Sinar Harapan, 6 Agustus

    2011

    *Oleh:Achmad Ya'kub, Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional Serikat Petani Indonesia(SPI)

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    12/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 201112 K E D A U L A T A N P A N G A N

    Bersambung ke halaman 13

    Puasa, Pangan dan Kesejahteraan Petani

    Pada saat saya menulis artikelini, ibadah puasa kita sudahmemasuki fase sepuluh hariatau sepertiga kedua bulan Ra-madan. Menurut sebuah haditsNabi SAW, pada sepuluh hariatau sepertiga pertama bulanRamadan Allah melimpahkananugarahNya (rahman) kepadaorang-orang yang menunaikanibadah puasa. Pada sepertigakedua Allah membukakan pin-tu ampunan (magirah). Sedan-

    gkan pada seperti terakhir Al-lah membebaskan orang-orangyang menjalankan ibadah pua-sa dari ancaman dan siksaanneraka (ikun minan-nar).

    Hadits di atas pada prin-sipnya menggambarkan bahwabulan Ramadan adalah bulanyang dimuliakan Allah dankarenanya penuh berkah, yangdidalamnya Allah membukalebar-lebar pintu rahmat, am-punan dan pembebasan diridari siksa neraka. Tetapi janji

    Allah tersebut tentu hanya sajaberlaku bagi orang-orang yangmenjalankan ibadah puasadengan imanan wa ihtisaban(iman dan mawas diri atauikhlas).

    Oleh karena itu dalam per-jalanan menyelesaikan amalamibadah puasa beserta rang-kaiannya di hari-hari sepertigakedua bulan Ramadan tahunini, ada baiknya kita melaku-kan intropeksi-diri dan evalu-asi-diri apakah ibadah puasa

    kita sudah memenuhi kuali-ikasi imanan wa ihtisaban. Tu-lisan ini mencoba mencermatimasalah tersebut dengan me-ngaitkannya dengan fenomenasosial-ekonomi dalam kehidu-pan masyarakat, yaitu feno-mena kenaikan harga bahanpangan dibulan Ramadan danmasalah kesejahteraan petani.

    Puasa dan Kenaikan HargaBahan Pangan

    Puasa dalam bahasa Arab

    berarti shaum. Secara hariahkata shaum berarti menahandiri. Dalam istilah ikih, shaumadalah menahan diri dari ma-kan dan minum serta segalasesuatu yang membatalkanpuasa dari terbit fajar sampai

    terbenam matahari.Dari makna etimologis dan

    terminologis, dengan demikiandapat dipahami bahwa prin-sip pokok dalam ibadah puasaadalah pengendalian diri (self-control). Salah satu manifes-tasi utama dari pengendaliandiri dalam pelaksanaan ibadahpuasa adalah pengendalianpada konsumsi. Karena itu,jika ibadah puasa dilaksana-kan dengan benar, yakni sesuaidengan prinsip pengendalian

    diri, maka pada bulan puasamestinya terjadi penurunantingkat konsumsi di lingkun-gan masyarakat Islam.

    Akan tetapi, kenyataandalam masyarakat muslim,khususnya di Indonesia, jus-tru menunjukkan sebaliknya.Kedatangan bulan puasa ataubulan Ramadan selalu diiringidengan kenaikan harga-hargakebutuhan bahan pokok, yangkadang-kadang cukup tajam,biasanya sudah mulai terjadi

    sejak dua atau bahkan tiga

    minggu sebelum bulan puasa.Kondisi harga baru mulai pulihsetelah satu atau dua minggupasca lebaran.

    Pertanyaannya adalah,mengapa kedatangan bulanpuasa pada setiap tahun selalu

    diiringi dengan harga bahan-bahan kebutuhan pokok? Teoripasar mengatakan, antara lain,bahwa kenaikan harga terjadiapabila permintaan mening-kat sementara pasokan tetap.Itu berarti kenaikan harga ke-butuhan pokok pada setiapmemasuki bulan puasa adalahdisebabkan oleh permintaanmasyarakat yang meningkatterhadap bahan kebutuhanpokok pada bulan puasa. De-ngan kata lain, tingkat konsum-

    si masyarakat muslim di bulanpuasa adalah justru lebih tinggidibandingkan dengan bulan-bulan di luar puasa.

    Bila benar bahwa kenai-kan harga bahan pangan padasetiap memasuki bulan puasaitu mengindikasikan tingkatkonsumsi masyarakat muslimdi bulan puasa adalah lebihtinggi dibandingkan denganbulan-bulan selain puasa,maka agaknya ada sesuatuyang salah dalam praktek pua-

    sa kita selama ini. Boleh jadi

    ibadah puasa yang kita jalank-an selama ini telah kehilanganesensinya sebagai latihan spiri-tual pengendalian diri untukmembantuk pribadi muttaqin.Sementara bulan puasa hanyaberarti pergeseran jadwal wak-tu makan, dari siang ke malamhari, tetapi tingkat konsumsiyang lebih tinggi dari biasanya.

    Karena ibadah puasa yangkita jalankan selama ini telahkehilangan esensinya sebagai

    latihan spiritual pengendaliandiri, maka tidak mengheran-kan apabila ibadah puasa yangkita jalankan tahun demi tahunseakan-akan tidak memberi-kan dampak apa-apa bagi per-baikan moralitas kehidupankita dalam bermasyarakat danbernegara.

    Untuk sekedar ilustrasi,dalam ceramah-ceramah Ra-madan sering dikemukakanbahwa salah satu hikma puasaadalah membentuk pribadi

    yang disiplin. Tetapi setelahberakhirnya libur lebaran padasetiap tahun kita selalu disu-guhi berita oleh media elek-tronik maupun cetak bahwapada hari-hari pertama, kedua,bahkan sampai kelima setelahlibur lebaran sejumlah kantorpemerintahan masih lengang.Itu artinya sejumlah pegawaikantor yang sudah berpuasaselama satu bulan saja tidakmenjadi pegawai yang disiplin.

    Karena sesuatu yang salah

    pada puasa kita adalah terletakpada praktek pelaksanannya,bukan pada ajarannya, makaadalah kewajiban kita masing-masing untuk membenahipraktek ibadah puasa kita padahari-hari yang masih tersisa dibulan Ramadan ini dan jugapada tahun-tahun berikutnya.Perbaikan praktek puasa kitaharus mengacu pada prinsippokok ibadah puasa itu sen-diri, yaitu prinsip pengenda-lian diri...

    Oleh: Tri Hariyono, Ketua Biro Konsolidasi Organisasi Badan Pelaksana Wilayah Serikat Petani Indonesia (BPW-SPI) Yogyakarta.

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    13/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011K E D A U L A T A N P A N G A N 13

    Resep Lama Tak AmpuhAtasi Fluktuasi Harga

    Sambungan dari hal. 12 Puasa...

    Masalah KesejahteraanPetani

    Di atas sudah dikemuka-kanbahwa kedatangan bulanpuasa selalu disertai dengankenaikan harga bahan-bahankebutuhan pokok atau ba-han pangan. Masalahnya ada-lah, mengapa kenaikan hargabahan-bahan pangan selalumengiringi kedatangan bulanpuasa pada setiap tahun initidak berdampak peningkatankesejahteraan petani sebagaiprodusen pangan?

    Pertanyaan yang dikemu-

    kakan terakhir di atas tidaksecara spesiik terkait denganibadah puasa. Tetapi momenpuasa yang selalu membawadampak pada kenaikan hargapangan dapat menjadi wahanauntuk melihat lebih jernih per-masalahan tersebut.

    Menurut sebagian penga-mat, sejak Indonesia menerap-kan revolusi hijau, para petanisebagai produsen bahan pan-gan secara berlahan tercerabutatau dipaksa tercerabut darikebudayaan tani yang diwarisisecara turun-temurun untukkemudian digantikan secarasepihak dengan strategi kebu-dayaan bangsa lain yang lebihunggul modal dan teknologin-ya. Dalam perkembangannya,dibawah sistem neoliberalismedan pasar bebas, petani bukansaja tercerabut dari kebuday-aan tani warisan nenek moy-ang tetapi dirampas dan dinai-kan kedaulatannya.

    Dalam sistem neoliberal-isme dan

    pasar bebas,mekanismepasar di-k u a s a is a u d a g a r -s a u d a g a robat-obatanp e r t a n i a ndan benihyang di-p a t e n k a n .Para sau-dagar yangb e r n a u n g

    di bawah

    perusahaan multinasional itu-lah yang kemudian menguasaipangan dari proses produksi,alat produksi, asupan, kon-sumsi, dan distribusinya. Se-mentara para petani hanya dit-ampakkan sebagai kuli dalamproduksi pangan.

    Karena menguasai pangandari hulu hingga hilir, makaperusahan-perusahaan multi-nasional sekaligus sebagai pe-megang otoritas dalam menen-tukan harga. Dalam penentuanharga pertimbangannya tentusaja bahwa mereka menang-guk keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara dipihaklain, petani yang dirampas dandinaikan kedaulatannya tidak

    turut menikmati keuntungandari perdagangan bahan pa-ngan yang mereka produksi.Ironinya, ketika harga panganjatuh, petani turut merasakandampak krisisnya.

    Dengan demikian, perso-alan mengapa kenaikan hargapangan tidak atau kurang ber-dampak pada peningkatankesejahteraan petani adalahkarena petani tidak lagi men-jadi tuan atas hasil pertanianmereka sendiri. Dan, semua

    itu terjadi karena ada kekua-tan sistem yang tidak memilikimekanisme sistem pengenda-lian diri. Dalam konteks inilahibadah puasa hendaknya tidakhanya sekedar membentukpengendalian diri pada pribadiseorang muslim, melainkanjuga harus diaktualisasikansebagai kekuatan pendoronguntuk melawan sistem yang ta-mak.#

    JAKARTA. Setiap tahun pe-merintah menjalankan re-sep lamanya, operasi Pasardan mendorong peningkatanimpor bahan pangan. Resepini kadaluarsa dan tak bisamencegah luktuasi hargapangan yang pesat.

    Operasi Pasar (OP) yangdilakukan setiap tahunmenjelang hari raya telahberulang kali menunjukkan

    ketidakeisienannya untukmencegah kenaikan bahanpangan. OP diambil dari stokBulog, sementara Bulog kesu-litan menyerap gabah petani.Di sejumlah daerah, sepertiCirebon, Pati, atau Ponorogoumumnya penyerapan gabahjustru dilakukan dari peng-gilingan atau tengkulak. Halini disebabkan keenggananBulog untuk membeli gabahpetani di atas HPP, karenawalaupun sejak dikeluarkan

    SK Menko Perekonomian ta-hun 2007 yang memberikankebebasan bagi Bulog untukmembeli di atas HPP, hinggahari ini Bulog tidak melaku-kannya.

    Hal ini yang membuatmereka kesulitan menyerapgabah dari petani yang lebihmemilih menjual pada teng-kulak yang lebih leksibel da-lam harga. Pengaturan hargakomoditas pangan yang ter-batas pada beras saja tidak

    menjadikan adanya jami-nan dan pengaturan hargaproduk pangan yang wajardari pemerintah bagi selu-ruh masyarakat untuk ko-moditas strategis nonberas,seperti kedelai, daging, min-yak goreng, dan lainnya.Lemahnya subsistem distri-busi membawa konsekuensipada luktuasi harga bebera-pa komoditas strategis yangmengikuti mekanisme pasaryang kemudian sering diikutikelangkaan komoditas pada

    waktu-waktu tertentu, sepertisaat menjelang hari raya. Halini akan menyulitkan sebagianbesar masyarakat Indonesia,terutama masyarakat yang ber-pendapatan rendah yang rata-rata 73 persen pendapatannyasudah habis untuk kebutuhanpangan.

    Sementara di sisi produksirencana swasembada pangan,seperti beras, kedelai, gula

    hingga daging, hanya men-jadi wacana yang sudah lewattengggat waktu tanpa ada up-aya sungguh-sungguh untukmewujudkannya. Dengan rata-rata alih fungsi lahan pertaniansebesar 230.000 hektare pertahun (Kementan, 2007) dantanpa dukungan infrastruk-tur dan input pertanian, be-ban yang dipikul petani untukmemproduksi pangan yang cu-kup bagi seluruh rakyat Indo-nesia sangatlah berat.

    Pemerintah sudah wak-tunya menerapkan kebijakanjangka panjang yang efektifmenekan laju kenaikan bahanpangan pokok, mengingat ting-ginya luktuasi harga panganyang kerap terjadi. Indonesiasebagai negara agraris, saat inijustru telah menjadi salah satupengimpor pangan terbesar didunia, dengan rata-rata nilaiimpor pangan yang mencapaiRp 110 triliun per tahun.

    Di sisi produksi, perlu ada

    kebijakan tegas menghentikanalih fungsi lahan pertanian,meningkatkan subsidi dan in-sentif bagi petani tanaman pan-gan untuk terus berproduksidan meningkatkan proteksibagi produk pangan nasional.Di sisi distribusi, mempermu-dah Bulog menyerap gabah daripetani dengan memperhatikanbiaya produksi, menghilangkanruang gerak pedagang men-jadi spekulan, terutama setiapmusim paceklik dan menjelanghari raya.#

    *Oleh: Elisha Kartini, Staf Departemen Kajian Strategis Nasional SPI

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    14/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    H A K A S A S I P E T A N I14

    Kronologis Sengketa Lahan Tapung Hilir

    KAMPAR. Sengketa lahan inibermula dari tanah masyara-kat seluas 1.200 Ha yang terle-tak di Dusun II Rumah III, DesaKota Garo, Kecamatan TapungHilir, Kabupaten Kampar, Riau.Tanah ini kemudian diklaim se-cara sepihak oleh perusahaanperkebunan, walaupun belummengantongi Hak Guna Usaha(HGU).

    Masyarakat mulai ber-tani di lahan yang sebelum-nya merupakan lahan adat

    tersebut sejak tahun 1997.Pada pertengahan tahun 2003,Kepala Desa Kota Garo, H. IlyasSayang, memberikan ceramahdalam rangka peresmian RT/RW 01/01 (sekarang RT/RW18/05) kepada masyarakatbahwa lahan tersebut dipersi-lahkan untuk dipakai bertani;sedangkan untuk pengesahansurat menyurat akan diberikanoleh pemerintahan desa apabi-la tanaman telah menghasilkanatau berbuah.

    Konlik dengan perusahaanperkebunan mulai mengemukaketika pada tahun 2004 dilaku-kan pengukuran ulang sesuaihasil rekomendasi Bupati Kam-par. Puncaknya pada tahun2006, Budianto alias AcengNaga, dengan mengatasnama-kan PT RAKA menggusur 144rumah petani dan 1 musholla.Selain menghancurkan rumahmasyarakat, perusahaan jugamembangun parit selebar limameter dengan dalam 2,5 me-ter. Tujuannya agar masyarakatyang telah terusir tadi tidak le-luasa kembali ke lahan perke-bunan.

    Perjuangan merebut kem-bali lahan tetap gencar dilaku-kan oleh masyarakat (baca:petani), mulai dari dengarpendapat dengan pihak DPRD,mendatangi Badan PertanahanNasional (BPN), hingga baru-baru ini melakukan aksi massadi kantor DPRD Kampar.

    PT. Raka sendiri tidak ting-gal diam menanggapi perjuan-

    gan masyarakat. Dengan me-

    nyewa pihak preman, PT. RAKAmengintimidasi masyarakat.

    Intimidasi yang dilakukan se-cara beruntun tersebut men-gakibatkan seorang petanianggota Serikat Petani Indone-sia (SPI) Ranting Tapung Hilirmengalami luka parah.

    Pada 27 Juli 2011, duaorang masyarakat yang loka-sinya rumahnya bersebela-han dengan parit perkebunanberpapasan dengan premansewaan PT.RAKA. Premantersebut bersenjatakan parangdan tombak dan langsung me-

    nyerang masyarakat, karenakorban berteriak minta tolong,masyarakat pun berhamburanke lokasi, preman pergi me-ninggalkan lokasi dan menin-ggalkan sebuah sepeda motor.Sementara itu korban terlukaparah di bagian kakinya.

    Pada 28 Juli 2011,masyarakat berinisiatifmengembalikan sepeda mo-tor milik preman kepada petu-gas Kepolisian Sektor (Polsek)Tapung Hilir yang datang kelokasi kejadian. Tidak lama se-

    sudah mengembalikan sepedamotor tepatnya pada pukul

    10.10 WIB, masyarakat malahkembali diserang oleh gerom-bolan preman bersenjata tajam.Masyarakat memilih tidak me-layani dan mundur, petugasPolres yang berusaha meleraipun sama sekali tidak dihirau-kan oleh geromboan tersebut.Akibatnya banyak masyarakatyang terluka akibat lemparanbatu dan ketapel dari pihakpreman. Kondisi beranjak kon-dusif sekitar pukul 17.30 WIB.

    29 Juli 2011, sekitar pu-

    kul 07.20 WIB, gerombolanpreman kembali menyerangmasyarakat. Tercatat lima buahposko dan aula masyarakatyang berada di lahan perkebu-nan dibakar oleh gerombolantersebut. Pembakaran tersebuttidak menyurutkan serangan,para preman justru semakinbersemangat menyeranghingga ke wilayah perkampun-gan dan membakar satu rumahmasyarakat. Hal tersebut jelasmenyulut emosi masyarakat,bentrok antara masyarakat dan

    preman pun tak terelakkan.Melihat kondisi yang semakin

    tak terkendali, masyarakatberinisiatif untuk segera me-laporkannya ke Polsek TapungHilir. Namun sayangnya, tidakdidapati seorang pun petugaspiket yang berada di PolsekTapung Hilir. Berdasarkan in-formasi orang di kantin polsek,masyarakat (baca: para petani)mendatangi rumah Sutarno se-laku Kanit Intel Polsek TapungHilir untuk melaporkan keja-dian tersebut.

    Alhasil, seorang petani ang-

    gota SPI Ranting Tapung Hilirditanggap pihak Polsek dengantuduhan Pasal 170 KUHP (ten-tang sanksi hukum bagi parapelaku kekerasan terhadaporang atau barang di mukaumum).

    Mirisnya, hingga saatini para gerombolan premansewaan perusahaan perkebu-nan yang menyerang masuk kepemukiman kami malah masihbisa tidur dengan tenang, ung-kap Syaiful, Ketua SPI RantingTapung Hilir.#

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    15/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91

    SEPTEMBER 2011R A G A M

    TEKA TEKI SILANG PEMBARUAN TANI - 009

    15

    MENDATAR

    2. Inisial Presiden Indonesia 4. Pelengkap roti 7. Bahan bakar 9. Kelompok, regu 10. Pasangan baut11. Upah Minimum Regional 12. Anak Buah Kapal 13. Sisa barang yang telah diambil saripatinya14. Abang (Padang) 15. Gagasan 16. Berbelas kasihan 17. Gembira 18. Pembaruan Agraria Sejati20. Susut karena tergosok 21. Ujian Akhir Nasional 22. Mata (Inggris) 23. Panggilan kepada lelaki yangdituakan (Jawa Timur) 27. Kakek (Belanda) 28. Sejenis baterai 29. Bagian daging sapi 30. TamanBacaan Masyarakat 31. Bergerak-gerak mengombak ditiup angin 32. Organisasi buruh internasional

    33. Lembaga Administrasi Negara 34. Minyak (Inggris) 35. RusukMENURUN

    1. Penyedia pangan bangsa Indonesia 2. Provinsi di Indonesia 3. Lagu daerah khas nusantara4. Sel atau jaringan serupa benang atau pita panjang, berasal dari hewan atau tumbuhan5. Organ tubuh 6. Pahlawan nasional kita 7. Lagu nasional 8. Pulau di Indonesia19. Bersifat kebangsaan 24. Hewan asli kebanggaan Indonesia 25. Menggendong sesuatu (yang biasanyaberat) 26. Kuat hati

    Ketentuan Menjawab:Tulis lengkap nama, alamat, nomor identitas, nomor telepon yang bisa dihubungi serta asal basis SPI (jika ada). Tulis jawabandi selembar kartu pos. Jangan lupa untuk mencantumkan kupon TTS Pembaruan Tani 009 di sudut kanan atas kartu pos, lalukirimkan ke alamat redaksi Pembaruan Tani (Jalan Mampang Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan, 12790 Indonesia). Jawabanjuga bisa dikirimkan ke email redaksi [email protected] subyek: TTS Pembaruan Tani 009. Jawaban diterimaredaksi selambat-lambatnya akhir Januari 2012. Untuk setiap edisinya redaksi akan memilih tiga orang yang beruntung untukmendapatkan suvenir dari Pembaruan Tani. Nama pemenang edisi kali ini akan diumumkan pada Pembaruan Tani edisi 96,

    Februari 2011.

    KUPON 009TTS Pembaruan Tani

    ISTILAH PAK TANI

    Fluktuasi: Ketidakstabilan(biasanya harga atau biaya)

    Food Estate: merupakansistem pertanian panganyang berbasiskan korpo-rasi dan dikelola penuh olehpihak swasta.

    HPP: Harga Pokok Penjualan,digunakan untuk meng-gambarkan biaya langsungyang timbul dari barang yangdiproduksi dan dijual dalamkegiatan bisnis. Ini termasukbiaya bahan baku, tenagakerja langsung, dan biaya ba-han tak langsung dan tidaktermasuk periode (operasi)biaya seperti penjualan,iklan atau riset dan pengem-bangan.

    Kontradiktif: Bersifat ber-tentangan, berlawanan.

    Pertanian Agroekologis :dapat juga diartikan perta-nian berkelanjutan, banyakjuga yang menyamakannyadengan pertanian organik.

    Secara singkat dapat diarti-kan sebagai pertanian yangramah lingkungan dan ber-tanggung jawab terhadap ke-lestarian alam tanpa meng-gunakan senyawa kimia danberbasiskan keluarga petani.

    REDD: Reducing Emissionsfrom Deforestation and Fo-rest Degradation; kebijakanmengurangi polusi dari in-dustri untuk menghentikanefek negatif perubahan iklim

    dengan menanam kembalihutan, tapi praktek di lapa-ngannya sering merugikanpetani dan masyarakat adat.

    UNFCCC: United NationsFramework Conventionon Climate Change, lem-baga PBB yang mengurusimasalah perubahan iklimdunia.

  • 8/3/2019 Edisi 91 (September 2011)

    16/16

    PEMBARUAN TANIEDISI 91SEPTEMBER 2011

    T E K N I S P E R T A N I A N16

    Metode SRI Terbukti Unggul dan Tahan Wereng

    Panen dengan menggunakan metode SRI

    PONOROGO. Bencana hama wereng yang menyerang sebagianpetani di daerah Jawa Timur beberapa waktu lalu ternyata me-nyisakan banyak cerita. Mulai dari hama wereng yang mampumeludeskan hektaran lahan padi hanya dalam waktu beberapahari saja, kisah gagal panen yang memaksa beberapa keluargauntuk menyiapkan gaplek dan nasi jagung, hingga keunggulanpenanaman padi dengan metode SRI.

    Ibu Sukanti (50 tahun), petani perempuan asal Dusun Ken-dal, Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo,

    Jawa Timur mengungkapkanbahwa dengan lahan sawah duapetak miliknya, pada panen sebe-lumnya mampu menghasilkan976 kg gabah. Namun kali ini Bukamti hanya mendapatkan 110kg gabah.

    Wereng tiba-tiba datang,dalam waktu 2 hari semua batangpadi sudah dipenuhi kutu wereng.Kami mencoba menyemprotnyadengan pestisida jenis Interprid

    dan Rahwana. Tapi bukannyahama yang mati atau berkurang,justru semakin banyak dan ber-tambah terus, akhirnya kamipasrah saja tidak melakukan apapun ungkapnya di lahan sawahn-ya (24/07).

    Sementara itu menurut IbuAminah (60 Tahun) keluarganyamemang terbiasa menyimpangamplek, tapi musim panen kaliini harga gamplek justru naikkarena banyak keluarga yangmembeli gaplek karena padi mer-

    Biasanya dengan lahan seluas 1800 m saya bisa menghasil-kan panen gabah basah 1,2 ton. Akan tetapi, karena seranganhama wereng pada panen kali ini gabah yang dihasilkan sangatmerosot dan hanya menghasilkan 585 kg setelah dipotong upahpekerja, tuturnya.

    Lain lagi pengalaman Ibu Tukiyem dan Pak Irhamni, alumnisekolah lapang Pusdiklat Serikat Petani Indonesia (SPI) di Bogorangkatan IV yang lalu. Uji coba penanaman padi dengan menggu-nakan metode SRI (System Rice Intensification) di lahan masing-masing justru menghasilkan panen yang baik.

    Pak Irhamni melakukan uji coba di lahan seluas 15 x 23 matau sekitar 345 m dengan benih Situgintung dan mampu meng-hasilkan gabah seberat 250 Kg. Hal ini berbanding terbalik den-gan lahannya yang seluas 2800 m yang ditanami benih Ciherangdengan sistem konvensional (non-SRI) dan hanya menghasilkangabah seberat 1200 Kg. Hasil panen 1,2 ton ini sudah lebih baikdari tetangga lainnya, karena dia sudah mengkombinasikan den-gan pemakaian pupuk organik, seperti bokasi dan pupuk cairdari bahan dasar rebung bambu.

    Hal yang sama juga dituturkan oleh Ibu Tukiyem. Dia mena-nam benih padi Situbagendit dengan metode SRI pada seperem-pat bagian lahan, sedangkan selebihnya benih padi Ciherangdengan metode Konvesional di hamparan sawah yang sama. Tapiketika hama wereng menyerang, padi hanya memakan rumpunbatang padi Ciherang, dan tidak menyerang batang padi Bagen-dit.

    Hasilnya, padi Ciherang saya ludes diserang hama dan padibagendit ala SRI saya malah bagus dan bulirnya penuh. Kalautahu akan begini, sejak awal saya akan menanam sistem SRI. Tapidi musim tanam berikutnya saya akan menggunakan metode SRI

    untuk semua lahan sawah saya. ungkap Ibu Tukiyem.#

    Tabel Perbedaan Perlakuan Tanam Metode SRI dan Metode Konvensional yangDilakukan Pak Irhamni dan Ibu tukiyem