Newsletter Pariwisata Edisi 57 -September

24
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 1 Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014 Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan Vol. 5 n No. 57 n September 2014

description

Newsletter Pariwisata Edisi 57 -September

Transcript of Newsletter Pariwisata Edisi 57 -September

Page 1: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 1

Vol. 5 nNo. 49 n Januari 2014

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan

Vol. 5 n No. 57 n September 2014

Page 2: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 20142

Pengarah:Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata

Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat

Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman.

Reporter: Benito Lopulalan

Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110

Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

Jika Anda mem­punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, silakan kirim ke alamat di atas.

Isi Nomor ini

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan 4Semarang Jangan Ketinggalan,Daerah Lain Boleh Melirik 8Daerah, Petik dan Kembangkanlah Setiap Hasilnya 12Kita Longok Mulai dari Vietnam 14Tur dan Makan Siang di Tengah Taman 18

Pantai dan ombak pinggir laut di Bali itu, khususnya lagi seperti di salah satu bagian pantai Kuta ini, memang indah dipandang. Apalagi hampir seluruh pantai yang menjadi kawasan-kawasan wisatawan suka berkumpul, kerapihan telah dibangun. Daearah-daerah lain yang ingin rapi dan menyenangkan bagi wisatawan tentu memerlukan investor. Juga dari anggaran pemerintah sendiri. Pantai Losari di kota Makassar kini bisa dijadikan contoh juga.

Page 3: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 3

Editorial

Semakin jelas meyakinkan bahwa tar-get jumlah kunjungan wisman tahun 2014 akan bisa tercapai dan mungkin terlampaui. Dengan kenaikan kumu-

latif selama delapan bulan ini stabil, maka diproyeksikan akhir 2014 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia akan mencapai sekitar 9,3 juta hingga 9,5 juta wisman atau sesuai target yang ditetapkan, sedangkan perolehan devisa pariwisata tahun ini diproyeksikan sekitar US$ 11 miliar atau tumbuh 10,7% dibandingkan tahun lalu.

Jumlah wisman ke Indonesia periode Januari–Agustus 2014 telah mencapai seba-nyak 6.155.553 wisman, terjadi pertumbuhan 9,08% dibandingkan jumlah pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 5.643.271 wisman.

Sementara itu Indonesia mengajak anggota APEC untuk fokus dalam melaksanakan pro-gram Travel Facilitation. Di Indonesia sendiri fasilitasi bebas visa saat ini ada 65 negara yang bisa memperoleh VoA dan 15 negara bebas visa, immigration on board untuk beberapa rute pe-nerbangan Garuda yaitu dari Tokyo (Narita) ke Jakarta dan Denpasar, Osaka ke Denpasar,

Sydney ke Jakarta dan Denpasar, Incheon ke Jakarta dan Shianghai ke Jakarta, serta kerja sama Garuda dengan Sky Team dalam rangka mendukung konektivitas perjalanan.

Di lain perkembangan, Pasar Wisata Islam Dunia (WITM, World Islamic Tourism Mart) dari Malaysia akan digabungkan dengan Indo-nesia Travel Fair and Holiday untuk dilaksana-kan di Jakarta pada 24–26 Oktober 2014 ini.

Even dengan tajuk WITM ASIA-ITHF 2014, itu mendorong pelaku industri perjalanan dan pariwisata dari Indonesia agar berpartisipasi dan mengambil kesempatan untuk memba-ngun dan meluaskan jaringan dengan pembeli dari luar negeri demi membawa ke Indonesia lebih banyak turis asing terutama dari negara-negara Islam.

Didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia dan Kementerian Pari-wisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, selain merupakan Trade Mart, juga untuk konsumen mendapatkan penawaran wisata dan harga ter-baik. Dan, ada Konferensi Internasional dengan tema, Timbulnya Kecenderungan Pariwisata Islam, di Sektor Travel dan Perhotelan. n

Target, Visa dan Peluang Besar

Wisata Muslim Menteri Mari Elka Pangestu Wakil Menteri Sapta Nirwandar

Page 4: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 20144

Utama

Presiden menerbitkan Peratur-an Presiden 64/2014 tanggal 3 Juli 2014 tentang Koordi-nasi Strategis Lintas Sektor

Penyelenggaraan Kepariwisataan. Apa saja yang diatur dengan Perpres itu? Pasti semua kalangan ingin memahami sepenuhnya. Maklumlah, koordinasi yang efektif semakin dibutuhkan oleh dunia pariwisata di Indonesia, sehingga dengan koordinasi yang lancar antar-instansi akan melancarkan pula ke-giatan masyarakat di bidang kepari-wisataan. Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2014 yang merupakan amanat dari UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Beberapa aturan dasar dalam Perpres tersebut dapat diikuti sebagai berikut.

Ketentuan umum:Kepariwisataan adalah keseluruhan

kegiatan yang terkait dengan pari-wisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antarawisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemda dan pengusaha.

Koordinasi adalah upaya yang dilak-sanakan Pemerintah guna mencapai keselarasan, keserasian, keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan agar tercapai ha-sil guna dan daya guna yang sebesar- besarnya.

Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan yang selanjutnya disebut Koordinasi Strate-gis Lintas Sektor adalah upaya strategis yang dilaksanakan Pemerintah guna mencapai keselarasan, keserasian, ke-terpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan pada tataran kebijakan, program, dan kegiat-

an penyelenggaraan kepariwisataan.Tim Koordinasi Strategis Lintas Sek-

tor Penyelenggaraaan Kepariwisataan yang selanjutnya disebut Tim Koordi-nasi Kepariwisataan adalah Tim yang dibentuk oleh Presiden dalam men-jalankan koordinasi strategis lintas sek-tor kepariwisataan.

Tim Pelaksana Harian adalah Tim yang dibentuk oleh Menteri Parekraf dalam rangka membantu tugas Tim Koordinasi Kepariwisataan.

Tim Koordinasi Kepariwisataan:

Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran ke-bijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan

kepariwisataan.Untuk kelancaran pelaksanaan

Koordinasi Strategis Lintas Sektor, maka dibentuk Tim Koordinasi Kepariwisata an.

Susunan keanggotaan Tim Koordinasi Kepariwisataan:Ketua: Wakil Presiden, Wakil Ketua: Menko Perekonomian,Ketua Harian: Menteri Parekraf,Sekretaris: Sekjen KemenparekrafAnggota: Menlu, Mendagri, Menhuk-ham, Menkeu, Menpendikbud, Men-kes, Men PU, Menhub, Menhut, Men Kelautan Perikanan, Men Kominfo, Kepala BKPM dan Kapolri.

Tim Koordinasi Kepariwisataan ber-tanggung jawab kepada Presiden.

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan

Perlu meningkatkan kualitas prasarana di pelabuhan laut yang besar maupun kecil, yang berpotensi pariwisata.

Page 5: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 5

Tugas Tim Koordinasi Kepariwisataan: a. Mengoordinasikan kebijakan, pro-

gram, dan kegiatan untuk mendu-kung kepariwisataan;

b. Melakukan sinergi melalui sinkro-nisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penyelenggaraan kepariwisataan;

c. Menetapkan langlah-langkah stra-tegis untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kepa-riwi sataan; dan

d. Mengoordinasikan perencanaan, pe-laksanaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kepariwisataan.Ketua Tim Koordinasi dapat meng-

ikutsertakan kementerian/lembaga dan atau unsur masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya apabila diperlu-kan.

Tim Koordinasi Kepariwisataan (TKK) dibantu oleh Tim Pelaksana Harian (TPH).

TPH ditetapkan oleh Menparekraf.Susunan keanggotaan TPH berang-

gotalan masing-masing pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya dari menteri/kepala yang menjadi anggota TKK.

Untuk membantu kelancaran pelak-sanaan tugas TPH dibentuk sekretariat yang bertugas memberikan dukungan teknis dan adminisratif kepada TPH.

Ketua Sekretariat bertanggung jawab kepada Ketua Pelaksana Harian.

Sekretariat ditetapkan oleh Menteri.

Tata Kerja dan Mekanisme Koordinasi:

TKK mengadakan rapat koordinasi sedikitnya 2 kali setahun, dipimpin oleh Ketua TKK.

TPH mengadakan rapat koordinasi sedikitnya 4 kali setahun dipimpin oleh Ketua TPH. Hasil rapatnya di-sampaikan kepada TKK. Jika terdapat permasalahan, TPH menyampaikan ke TKK untuk mendapat keputusan.

Mekanisme Koordinasi Strategis Lintas Sektor dilakukan berdasarkan prinsip:a. Saling menghormati dengan mem-

perhatikan etika sesuai dengan bi-dang tugas;

Tim Baru Koordinasi Kepariwisataan

Membangun prasarana jalan menuju dan di lingkungan destinasi pariwisata.

Page 6: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 20146

Utama

b. Ketepatan dan kecepatan dalam pe-laksanaan koordinasi; dan

c. Kemitraan antar kementerian/lem-baga.

Hubungan Koordinasi:Hubungan kerja TKK bersifat koor-

dinatif dan konsultatif dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan program masing-masing kementerian/lembaga dalam penye-lenggaraan kepariwisataan.

Pendanaan pelaksanaan tugas TKK dibebankan pada APBN.

Diundangkan tanggal 4-7-2014 oleh Menhukham.

Mulai TerperinciRapat koordinasi pertama Tim Koor-

dinasi Strategis Lintas Sektor Penye-lengaraan Kepariwisataan (Tim Koor-dinasi) dilaksanakan awal Oktober 2014, dipimpin ketuanya, Wakil Presi-den. (PI edisi ini diterbitkan Oktober, sehingga sempat mengutip hasil dari

rapat tersebut). Wapres Boediono menyatakan

“Pariwisata adalah sektor yang penting dan mudah dapat menghasilkan devisa dibanding dengan banyak sektor lain, dan banyak negara berhasil memper-oleh devisa dari pariwisata. Bagi In-donesia pariwisata sudah menghasil-kan devisa $10 miliar, namun masih dapat ditingkatkan potensinya. Maka seperti yang dilakukan banyak negara lain, diharapkan Tim Koordinasi dapat melakukan koordinasi dari aspek kebi-jakan, pembangunan destinasi wisata yang bersaing, aksesibilitas ke tempat wisata, dan promosi Indonesia yang menyeluruh dan berkelanjutan.”

Rapat koordinasi pertama ini mem-bahas dasar dan tujuan dari koordinasi agar potensi kepariwisataan dapat di-optimalkan. Rakor juga membahas tata kerja dan mekanisme koordinasi dari Tim termasuk dukungan dari ke-beradaan suatu sekretariat yang akan berada di Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif. Hubungan koordi-nasi dari arah dan kebijakan program kepariwisataan diharapkan juga dapat diterjemahkan ke dalam kebersamaan dan koordinasi yang baik dalam men-gelola program dan alokasi anggaran yang diperlukan.

Adapun bidang koordinasi strategis lintas sektor yang diusulkan terkait dengan tantangan utama yang diha-dapi oleh Indonesia berdasarkan skor rendah di dalam index daya saing pariwisata dan perjalanan (Travel and Tourism Competitiveness Index, World Economic Forum). Indonesia berada pada peringkat 70 dari 140 negara de-ngan skor rendah untuk infrastruktur, konektivitas dan kebersihan dan kese-hatan. Selain itu aspek pelayanan pe-ngunjung saat tiba dan aspek keaman-an dan ketertiban juga perlu diperbaiki. Sehingga diusulkan beberapa isu untuk dikoordinasikan:

1. Pelayanan Kebapeanan, Keimigra-sian dan Karantina (CIQ) agar penga-

Peningkatan kualitas sarana bandara, yang memenuhi International Ship and Port Security Code (ISPS Code) merupakan aspek pelayanan yang juga perlu di perbaiki, sehingga pe ngunjung saat tiba merasakan sepenuhnya aspek keamanan dan ketertibannya.

Page 7: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 7

laman perjalanan nyaman, cepat, dan efisien tanpa mengabaikan keamanan atau hal-hal yang perlu diatur. Antara lain yang diperlukan agar proses apli-kasi visa dan visa saat kedatangan (visa on arrival), dan proses imigrasi di ketibaan dapat berjalan dengan ce-pat dan nyaman tapi tetap aman. Juga mempertimbangkan kemudahan un-tuk jenis kunjungan tertentu (long stay untuk kesehatan atau wisata lansia) dan jenis traveler tertentu (bisnis, fre­quent traveller). Untuk Kepabeanan di luar proses clearance barang bagi orang yang melakukan perjalanan, juga un-tuk barang masuk keluar dalam kaitan dengan pariwisata misalnya untuk MICE, Yacht dan Cruise.

2. Keamanan dan Ketertiban men-cakup 1) koordinasi kebijakan dan pe-layanan pengamanan di lingkungan ob-jek vital pariwisata nasional dan dae rah; 2) penetapan standar keamanan dan ketertiban serta pengawasan perjalanan; 3) pemberian informasi menge nai kon-

disi destinasi pariwisata yang kondusif dan aman untuk dikunjungi dengan memberikan peringatan dini terhadap adanya suatu bencana; serta 4) pening-katan peran Polisi Pariwisata.

3. Bidang Prasarana Umum menca-kup 1) prasarana jalan menuju dan di lingkungan destinasi pariwisata; 2) air bersih untuk fasilitas umum dan fasili-tas pariwisata di destinasi pariwisata; 3) listrik untuk fasilitas umum dan fasili-tas pariwisata di destinasi pariwisata; 4) sarana telekomunikasi untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di des-tinasi pariwisata; serta 5) sistem dan pengelolaan pembuangan air kotor, sampah, dan sanitasi.

4. Transportasi dan konektivitas mencakup 1) peningkatan jalur dan frekuensi penerbangan maskapai asing dan maskapai nasional dari sumber utama pasar wisatawan mancanegara; 2) peningkatan kualitas sarana ban-dara, terminal bus, stasiun kereta api, dan pelabuhan laut yang memenuhi

International Ship and Port Security Code (ISPS Code); 3) peningkatan ke-nyamanan sarana transportasi; 4) keter-paduan moda transportasi; 5) keterse-diaan pelayanan transportasi perintis; dan 6) ketersediaan rambu/petunjuk perjalanan menuju daya tarik wisata dan destinasi pariwisata.

5. Promosi Indonesia bersama- sama (Nation Branding, TTI—Tourism, Trade and Investment) dengan pemer-intah daerah dan melibatkan stake­holders terkait sehingga dapat dilaku-kan promosi Indonesia secara holistik dan untuk pariwisata, pentingnya Bali and Beyond.

6. Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang membutuhkan dukungan lintas sektor dalam perencananaan, pembangunan, pengelolaan dan berkelanjutan. Untuk periode 2015–2019 Kemenparekraf telah merencanakan pengembangan di 25 KSPN dari 88 KSPN yang harusnya dikembangkan pada 2025 (Mandat PP no. 50/2011)

7. Diusulkan koordinasi untuk beberapa wisata tematik dan minat khusus seperti wisata kesehatan dan ke-bugaran, termasuk ‘silver hair tourism’ untuk lansia; wisata religi; wisata spiri-tual, wisata alam dan ekowisata yang imbang antara unsur memanfaatkan dan konservasi; dan wisata adventure.

8. Usulan lain terkait dengan pen-tingnya kebersihan dan kesehatan termasuk adanya standar untuk toilet umum, dan agar aspek keberlanjutan diperhatikan termasuk pengelolaan sampah dan destinasi wisata agar tidak merusak lingkungan.

Sebagai Ketua Harian Tim Koor-dinasi, Menparekraf Mari Pangestu, mengatakan “Potensi pariwisata Indo-nesia masih belum sepenuhnya dapat teroptimalkan, maka koordinasi dan komitmen politis tingkat tinggi diper-lukan agar potensinya untuk mening-katkan kesejahteraan masyarakat dapat terealisasi dengan baik dan berkelan-jutan”. n

Proses apli kasi visa dan visa saat kedatangan (visa on arrival), dan proses imigrasi di ketibaan dapat berjalan dengan cepat dan nyaman tapi tetap aman, merupakan tantangan utama yang diha dapi oleh Indonesia dalam bidang koordinasi strategis lintas sektor.

Page 8: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 20148

Pemasaran Destinasi

Semarang Jangan Ketinggalan,Daerah Lain Boleh Melirik

Ibukota Jateng sudah dihubungkan penerbangan langsung luar negeri, Singapura dan Kuala Lumpur. Maka

segenap pemangku kepentingan pariwisata mestinya ‘memproduktif-

kan’ dengan kecepatan tinggi, dengan merangkul operator penerbangan untuk secepatnya menarik lebih

banyak wisman.Terlalu sayang bila peluang itu terabaikan.Selain wisnus

tentunya.Bagaimana kondisinya seka-rang? Kita rangkum fakta dan penda-

pat mutakhir dari Kota Semarang.

Di Semarang, lalu lintasnya juga bisa macet tapi tidak ‘terhenti’ seperti di Jakarta yang sangat membuat stress

itu. Jarak destinasi wisata di Semarang satu sama lain relatif dekat. Atraksi utama nya adalah ancient buildings ter-utama bagi wisman. Bagi wisnus tam-paknya itu masih kurang menarik. Padahal gedung-gedung tua membuka mata dan telinga pada proses sejarah. Nyatanya memang gedung-gedung tua ada yang terawat dan yang tidak. Misalnya bangunan Dibya Puri, sebuah hotel terkenal pada zaman Belanda na-mun sudah tidak beroperasi lagi sejak 2–3 tahun lalu dan bangunannya tam-pak dibiarkan sampai sekarang. Itu se-mua tergantung dari pemerintahnya. Bangunan-bangunan tersebut sebaik-nya tidak dirobohkan. Kenyataannya, masih ada pemimpin yang kurang peduli dengan masa lalu, bangunan-bangunan tua tersebut mau diganti ya diganti saja.

Bangunan-bangunan tua yang dira-wat dan dipertahankan pemiliknya ada yang dimanfaatkan sebagai restoran, toko, atau perkantoran seperti Toko Oen dan Restoran Ikan Bakar Cianjur; Kantor Pos Besar Semarang, kantor ca-bang Bank Mandiri, kantor cabang PT Pelni, dan lain-lain.

Gedung Stasiun Tawang semakin hari tampak semakin cantik karena terus dibenahi. Belum ada tanda-tanda apakah rel kereta di stasiun ini akan di-angkat atau dibongkar seperti rencana awalnya.

Kawasan kota lama berpusat di Gere-ja Blendug. Gereja ini dibangun tahun

1700. Semua furnitur di dalamnya masih asli nyaris tak ada perubahan. Gedung gereja yang dikonservasi pada tahun 2011 kini sudah hidup kembali. Taman Srigunting di sisi kirinya pun kini lebih terawat. Gereja Blenduk le-bih percaya diri menjadi landmark kota lama Semarang yang berjarak sekitar lima menit dari pusat kota.

Tidak jauh dari sana, Mesjid Agung Kauman dan Pasar Johar masih berdiri. Mesjid Agung Kauman diarsiteki oleh orang Belanda dan dibangun oleh bu-pati pertama Semarang, yakni Kyai Mas Tumenggung Adipati Surokandi-sinan Pandanaran I pada tahun 1751.

Dari luar bangunan Mesjid Agung Kauman tampak seperti mesjid-mesjid lainnya. Agak sulit melihat bentuk ba ngunan mesjid yang menyerupai bangun an Mesjid Demak seperti yang digambarkan oleh pengurus mesjid da-lam keriuhan suasana pasar di sekitarnya.

Sebelum Mesjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dibangun, mesjid ini menjadi yang terbesar di Kota Semarang.

MAJT dibangun oleh Pemprov Jateng, waktu itu dipimpin oleh Gu-bernur Mardianto. Kompleks mesjid terpadu yang kini menjadi salah satu tujuan wisata berdiri di atas tanah wakaf Mesjid Agung Kauman. Arsitekturnya meniru Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Payung-payung elektronik besar dioperasikan secara otomatis. Mesjid ini cukup me-narik terutama bagi wisnus.

Sedangkan Pasar Johar yang berdekat-an dengan Mesjid Agung Kauman terlihat seperti pasar-pasar tradisional lain. Jika pelancong/wisatawan tidak memasukinya dan tidak didampingi oleh pemandu yang paham betul seja-rah kota Semarang, nyaris tak ada yang spesial dari pasar ini.

Meskipun Klenteng Sampokong be-rada di luar kawasan kota lama, tetap saja menjadi obyek yang banyak di-kunjungi baik oleh wisnus maupun wisman. Patung Cheng Ho di halaman klenteng mengabarkan salah seorang laksamana besar dari Tiongkok itu pernah mendarat di Semarang. Dua ba ngunan klenteng asli yang tidak ter-lalu besar tetap dipertahankan dan ba-ngunan lainnya merupakan bangunan baru atau tambahan. Selain itu, di sini ada sebuah makam yang diyakini ada-lah makam Kyai Jangkar, juru kemudi kapal yang dipimpin oleh Cheng Ho.

Setelah direnovasi, klenteng yang fungsi utamanya adalah tempat iba-dah terlihat lebih tertata. Pengunjung wisman dan wisnus bukan hanya yang

Page 9: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 9

menganut kepercayaan Budha atau Konghucu tapi juga dari kepercayaan lain. Ini adalah klenteng unik ha-sil akulturasi Konghucu, Budha dan Islam. Untuk melihat keunikannya, pengunjung ditarik tiket masuk sebesar Rp 10 ribu per orang untuk domestik dan lokal serta Rp 15 ribu per orang untuk asing. Agar dapat memasuki hingga ke dalam kuil pengunjung akan dikenakan lagi Rp 15 ribu per orang.

Klenteng dan kuil bisa ditemui di hampir setiap sudut kota. Di china town Semarang di belakang pasar Johar, kuil-kuil dan klenteng lebih kecil bisa ditemui setiap 50 meter. Etnis Tiong-hoa diperkirakan hampir sepertiga dari jumlah penduduk kota. Beberapa lorong jalan kecil di kawasan ini pada hari-hari tertentu ditutup bagi kenda-raan. Itulah saat ketika Pasar Semawis digelar, di mana pengunjung bisa me-nemukan dan merasakan aneka kue tradisional dan kuliner khas Semarang. Keramaian pasar ini terutama selama bulan puasa dan menjelang Imlek.

Lawang Sewu, salah satu ikon Kota Semarang, selesai dipugar pada 5 Juli 2011. Sejak itu, pemda terus berupa-ya meningkatkan koordinasi kegiatan dan promosi di Lawang Sewu sebagai obyek wisata. Beberapa ruang di dalam gedung Wilhelmina Plain—sebutan-nya pada zaman Belanda—dan bebe-rapa bangunan di dalam kompleksnya, kini difungsikan menjadi ruang pamer,

kegiatan seminar, pergelaran seni, per-kantoran, dan berbagai kegiatan kreatif lainnya.

Festival Kuliner Jateng pada Desem-ber 2011 sebagai pemulanya. Dan me-nelusuri penjara bawah tanahnya yang gelap dan selalu digenangi air setinggi lutut menjadi daya tarik lainnya.

Tugu Muda berdiri tegak di depan Lawang Sewu. Ternyata, tugu itu tidak dibangun di lokasinya sekarang pada mulanya. Bentuk tugu masih tetap dipertahankan saat pemindahan lokasi dilakukan sebagai penanda sejarah per-tempuran sengit yang pernah terjadi di sana. Pemindahan posisi tugu di-resmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950-an.

Luas kota lama Semarang sekitar 2 hektar. Pavingisasi di kawasan kota lama dibantu dana dari APBN. Pavingisasi terkait dengan rencana kon-sep kota lama menjadi kawasan bebas kendaraan. Semua kendaraan diparkir di luar kawasan. Rencana itu digagas oleh Yayasan Kota Lama dan Pemkot Semarang. Kawasan ini akan menjadi pusat suvenir, kerajinan dan kuliner. Wisatawan datang dengan berjalan kaki tanpa polusi sehingga akan merasa nyaman. Sayangnya, rencana tersebut belum bisa direalisasikan.

Wisman yang datang ke Semarang biasanya akan diajak ke Sampokong, Lawang Sewu, Gereja Blendug, ke pabrik dan museum jamu, Jamu Jago

atau Museum Jamu Nyonya Meneer di Kaligawe. Di pabrik dan museum jamu wisatawan akan diperlihatkan proses pembuatan dan mencicipinya.

Rata-rata wisman hanya berwisata sehari (one­day city tour) di kota, lalu dilanjutkan ke Bandungan, Gedung Songo, Dieng, Borobudur dan lain-lain. Candi Borobudur berjarak 70 km dari Semarang dan bisa ditempuh seki-tar 2 jam perjalanan darat.

Ke Bandungan, masih di sekitar Se-marang, jaraknya 25 km dan ke Dieng membutuhkan waktu 3 jam perjalanan darat. Wisman yang ke Dieng atau Wonosobo biasanya akan bermalam untuk menikmati matahari terbit.

Banjir rob masih menjadi momok di bagian utara kota, terutama di kawasan kota lama. Laut Jawa hanya terpaut 2 km dari kawasan kota lama Semarang. Polder dan pompa air di depan Stasiun Tawang, sebagai tempat menampung air dari drainase-drainase di kawasan kota lama, dimaksimalkan fungsinya kini. Penerangan umum juga mulai menerangi kawasan di sekitar polder sehingga jauh dari kesan kumuh seperti sebelumnya.

Bisnis PariwisataTempatnya di Lawang Sewu. Jadi,

sekaligus hendak mengangkat citra La-wang Sewu selain sebagai salah satu daya tarik wisata, merupakan ikon Jateng, khususnya Semarang. Bangunan nya

Kiri: kawasan pergudangan di kawasan kota lama di belakang Gereja Blenduk. Kanan: gedung tua yang dipakai untuk perkantoran.

Page 10: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201410

Pemasaran Destinasi

serba bersejarah.Bersamaan itu dipadu dengan pameran industri kreatif.

Nah, memasuki wacana bagaimana menggerakkan bisnis pariwisata di Semarang khususnya dan Jateng umumnya, tibalah pada fakta-fakta yang diungkapkan di sini. Di Semarang dan sekitarnya banyak program wisata murah meriah. Selama ini nyaris tidak pernah terdengar keluhan, mencer-minkan Semarang cukup kondusif bagi wisatawan terutama wisman Belanda yang merasa seperti pulang kampung untuk bernostalgia.

Tujuan utama wisman di Semarang: Sampokong dan kota lama. Selain itu, Bandungan di Kabupaten Semarang yang berhawa sejuk menjadi lokasi fa-vorit akomodasi seperti resor. Di sana wisatawan bisa mengunjungi museum lokomotif dan kompleks candi di pun-cak gunung, Kedungsongo.

Untuk urusan perut dan rasa, wis-man bisa diajak makan bandeng presto, wingko, tahu pong, dan mi kopyok. Di Ungaran diajak mencicipi tahu ungaran dan torakur (tomat rasa kurma). Sete-lah selesai program di Semarang, di-tawarkan beberapa opsi: melanjutkan perjalanan ke Salatiga, Solo, Ambarawa, Magelang hingga Yogyakarta.

Agen-agen di Semarang yang fokus pada inbound business terus men-cari, pun agen-agen outbound di luar negeri sebenarnya sudah mengenal destinasi dan terus mencari partner. Perbandingannya kira-kira 70% agen Indonesia mencari wisman dan 30% wisman mencari travel agent/operator.

Menurut salah seorang biro per-jalanan, destinasi Jateng masih harus lebih giat berpromosi. Contoh, Candi Borobudur lebih dikenal sebagai ikon pariwisata Yogya sebab jaraknya hanya 1 jam, dari Semarang jaraknya 2 jam. Padahal banyak stop over bisa dikun-jungi selama perjalanan Semarang-

Borobudur, antara lain: Ungaran, Am-barawa, Muntilan, dan lain-lain.

Jateng pun mempunyai obyek-obyek wisata religi terlengkap di Indonesia. Selain wali songo bagi umat muslim, ada goa-goa dipercaya menjadi tempat penampakan Bunda Maria, diantara-nya Goa Sendang Sono di Ambarawa, Goa Sriningsih, dan Goa Rosamari. Candi-candi peninggalan budaya Hin-du dan Budha betebaran juga klenteng dan kuil.

Potensi wisata di Jateng relatif bisa mengakomodasi berbagai macam kebu-tuhan wisatawan, dari segi umur, minat dan sebagainya. Bagi kaum muda, bisa diarahkan menikmati wisata bahari di Karimun Jawa dan Nusa Kambangan. Adapun wisata cruise ship, sementara ini belum bisa dipisahkan antara pelabuhan penumpang dan pelabuhan khusus kapal pesiar serta aksesnya baru tersedia di pelabuhan Tanjung Mas.

Pertumbuhan kedatangan kapal pe-siar dan jumlah pelancong yang men-jalani ekskursi pasca Bom Bali dan pe-ristiwa 1998 belum seramai kunjungan

di era 1980-an hingga awal 1990-an. Yang menggembirakan, frekuensi ke-datangannya saat ini menunjukkan tren positif dan pengakuan dunia ter-hadap Candi Borobudur turut pula menunjangnya.

Pemda masih berusaha mengembali-kan Kota Semarang seperti orang Be-landa menjulukinya, ‘Venesia van Java’. Program-program pendukungnya antara lain pembersihan sungai yang membelah kota dan pembangunan ka-nal yang juga berfungsi mengendalikan banjir.

Airasia mulai beroperasi ke Sema-rang dari Singapura dan Kuala Lum-pur sejak Maret 2012. Ini harus di-tindaklanjuti oleh pemda, industri pariwisata, dan retailer setempat lebih mempromosikan Semarang dan Jateng umumnya. Sudah tentu diperlukan kreatifitas menciptakan paket-paket misalnya mengkombinasikan meng-gunakan bis dan naik becak di dalam paket city tour, penawaran paket all­in tiket pesawat dan akomodasi dengan harga khusus pada saat perhelatan Fes-tival Pandanaran dan Semarang Great Sale, dan sebagainya.

Apa pun itu, saatnya kini meng-galang pemda dan industri setempat, bersama operator penerbangan, untuk secara langsung ‘menjual produk wisa-ta unik’ ke pasar yang cocok. Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Jerman, tampaknya merupakan pasar potensial bagi Semarang dan Jateng. n

Atas : Toko dan Restoran di kota lama. Bawah : roti jadul dari toko roti dan kue jadul.

Page 11: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 11

Ringkas

Jumlah wisnas atau wisatawan na-sional yaitu warganegara Indonesia bepergian ke luarnegeri alias outbound travel ternyata juga meningkat terus tahun demi tahun sejalan dengan me-ningkatnya jumlah wisman masuk ke Indonsia. Tapi syukurnya jumlah wis-man tetap lebih tinggi sehingga neraca yang masuk dan keluar tetap positif, jumlah wisman selalu lebih banyak di atas jumlah wisnas.

Tahun 2011 tercatat masuk 7,997 juta wisman sedangkan wisnas 6,255 juta. Tahun 2012 ada 8,324 juta wis-man, dan wisnas 6,771 juta. Tahun 2013 wisman 9,119 juta sedangkan wis-nas 7,675 juta. Statistik menunjukkan bahwa angka sementara selama semes-ter I 2014 jumlah wisman 4,630 juta ketika wisnas berjumlah 3,544 juta.

TIME 2014, Pasar Wisata (Internasional) Indonesia dan Ekspo tahun ini dilaksanakan di Banda Aceh pada 23-26 Oktober 2014 ini. Tak kurang 66 buyer akan datang dari Amerika, Afrika Selatan, Australia, Bahrain, Bangladesh, Belanda, Bulgaria, Canada, Cekoslovakia, Filipina, India, Indo-nesia, Inggris, Italia, Jerman, Malaysia, Polandia dan Singapura. Sebanyak 36 booth akan diisi oleh 60 sellers yang akan datang dari Bali, Banten, Bangka Belitung, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Sulawesi Tenggara.

Banda Aceh kini dihubungkan langsung ke luar negeri hanya oleh AirAsia dari Kuala Lumpur.

Selain bisa mempromosikan pariwisata dan budaya Aceh, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi itu Reza Pahlevi mengakui “TIME sekaligus memberi-kan kesempatan masyarakat Aceh untuk terlibat membangun pariwisata di provinsi ini”.

Tahun 2011 ke Maluku Utara ter-catat wisatawan berkunjung 5.945 lalu meningkat menjadi 15.500 tahun 2012 dan tahun 2013 menjadi 37.186 wisatawan. Jadi, bergerak cepat, bu-kan? Menandakan konsistensi dari kegiatan promosinya telah membuah-kan hasil yang cukup besar. Selanjut-nya, dari selama ini kegiatan promosi banyak dilaksanakan berupa even di Maluku Utara, mulai Oktober 2014 promosinya diajak oleh Kemenparekraf ‘melompat’ keluar daerah. Yaitu me-nyelenggarakan even bertajuk Kie Raha International Festival 2014, mengambil tempat di senayan City Jakarta.

Neraca Wisman-Wisnas Positif

Maluku Utara ‘Melompat’

Aceh Didorong Lagi

Statistik menunjukkan PDB Pariwisata dari 3 sektor utama ( hotel, restoran, jasa rekreasi dan hiburan) pada semester 1 tahun 2014 bertumbuh 6,86%. Periode yang sama tahun 2013 pertum-buhannya 6,63% . PDB Nasional semester I tahun 2014 tercatat 5,17%.

PDB ekonomi kreatif semester I 2014 diperkirakan meningkat sebesar 5,12% dibanding periode yang sama tahun 2013. Ekspor industri kreatif Indonesia sampai dengan triwulan II tahun 2014 diperkirakan meningkat 7,27% dibanding periode yang sama tahun 2013. Film Indonesia yang sudah lulus sensor sampai dengan bulan Agustus 2014 sebanyak 76 film, atau meningkat 8.6% dibanding periode yang sama tahun 2013 ketika jumlahnya 70 film.

PDB Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Tahun 2013 TIME di Padang

Page 12: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201412

Fam Trip

Daerah, Petik dan Kembangkanlah Setiap Hasilnya

Dari Malaysia, Thailand, Be-landa, Inggris, Jerman dida-tangkan oleh Kemenparekraf 12 orang media mengikuti

Fam Trip yang sengaja diarahkan khusus ke destinasi Danau Toba, dan, kota Medan. Begitulah kalau even se perti Festival Danau Toba telah dirancang jauh hari sebelumnya, cukup waktu un-tuk persiapan lainnya, maka program fam trip yang dirancang di Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata punya waktu pula menye-suaikan dan mensinergikan salah satu program Fam Trip dibawa ke Festival.

Wartawan atau penulis dan fotografer dan produser, kamerawan dan host TV, dari New Straits Times, Blogger Malay-sia, majalah Big Orange Media, dari Lonely Planet Thailand, Travel Chan­nel TV Thailand, majalah East Down Under, Australia, majalah Latitudes, Reisetrave Eu dan Forum Wirtschaft, Wiener Zeitung, surat kabar Jerman.

Mereka menyaksikan Danau Toba Festival pada 15–21 September 2014 tetapi satu hari terakhir mereka me-nyaksikan kota Medan. Sepanjang perjalanan ini, mereka diajak makan di restoran lokal, menyantap kuliner lokal yang bervariasi, mulai dari yang namanya asli lokal ‘Boruku Restaurant’, Toba Corner Restaurant, ‘Simpang Tiga’ Restaurant, Toledo Restaurant, Maruba restaurant hingga ke restoran Mie Aceh yang juga menampilkan gaya amat lokal.

Kuliner lokal yang representative niscaya menjadi bahan cerita menarik bagi reporter dengan menampilkan foto-foto. Itu menjadi bagian daya tarik bagi wisatawan ketika hendak memu-tuskan kemana akan berkunjung ber-libur. Kalau sudah tertarik akan alam dan budaya yang diceritakan di me-dia, kemudian gambar-gambar kuliner dan bumbu ceritanya akan membuat

wisatawan gourmet, setidaknya yang doyan makan, menjadikannya mimpi dengan air liur selera mendorong ke-inginan seseorang dalam menentukan perjalanan. Mereka ketika datang akan menanyakan atau mencarinya.

Di Danau Toba mereka berkeliling meninjau Desa Ambarita, duduk men-dengarkan cerita di balik kuburan kuno yang sudah ratusan tahun usianya, lalu ke Desa Tuk tuk, di ketinggian bukit dari sana memandangi indahnya alam sekitar, dan kemudian ke pusat pasar suvenir di Desa Tomok.

Di kota Medan, obyek wisatanya me-mang kian terbatas. Dari dulu hingga sekarang hanyalah Istana Maimun, kini ditambah dengan museum Sumatra Utara, lalu ke pusat suvenir di Jalan Majapahit.

Tapi yang paling khas di jalan ini

ialah, ketika hendak tiba di situ, nafas kita langsung serasa dipenuhi aroma kue Bika Ambon yang terkenal khas oleh-oleh kuliner dari kota ini. Di situ memang terpusat beberapa ‘pabrik Bika Ambon’ yang memproduksi kue dua puluh empat jam.

Hampir tak ada orang yang pulang dari Medan tanpa membawa kue Bika Ambon.

Hari terakhir di Medan para wisa-tawan mancanegara, seperti juga para wartawan, penulis dan kamerawan dalam Fam Trip ini, pulang kembali ke luar negeri melalui bandara Kuala Namu, Medan. Dari kota bisa naik keretapi api yang ‘nyaman’ sekitar se-tengah jam untuk sampai di bandara, kalau berkendara mobil perlu sekitar 40–50 menit.

Dengan kata lain Medan dan Danau

Page 13: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 13

Toba hingga kini pintu masuk utama nya dari luar negeri tentu melalui Singapura, Penang dan Kuala Lumpur di Malaysia lalu mendarat di Kuala Namu Medan. Atau, wisman terlebih dahulu ke Ja-karta baru ke Medan. Hanya saja rute ini akan membuat wisatawan sedikit mengernyitkan dahi karena biaya tiket Jakarta–Medan–Jakarta sebagai rute penerbangan dalam negeri, lumayan ‘mahal’ mereka rasakan.

Ketika media sudah secara teratur

setiap tahun ada saja yang mem-publikasikan ‘pengalaman’ mereka, tinggal para operator tur perlu kon-sekuen dan konsisten menawarkan rute-rute perjalanan dan tempat- tempat ma-kan minum yang sudah ‘ recommended’ berdasarkan apa yang mereka alami dan tulis. Lalu, para operator alias pen-gelola tempat-tempat yang dikunjungi, termasuk rumah makan dan restoran lokal tadi, perlu memelihara sikap dan pelayanan serta kualitas kuliner yang

telah dirasakan oleh para awak media.Sebenarnya ketika para operator

tur dari luar negeri yang dibawa Fam Trip dan menjalani serta mengalami kenyataan-kenyataan di perjalanan itu, dari situ mereka menyusun dan men-jualkan paket-paket wisata yang menu-rut mereka ‘layak jual’.

Dengan kata lain, para praktisi di destinasi wisata, beserta dengan in-stansi pemerintahan setempat yang terkait, seyogianya selalu berupaya menindaklanjuti apa yang telah ditulis oleh media di luar negeri dari hasil Fam Trip, dan apa yang hendak ‘dipasarkan’ oleh operator tur dan agen perjalanan peserta Fam Trip dari mancanegara.

Kemenparekraf sebagai dimaklumi setiap tahun menyusun dan menye-lenggarakan program Fam Trip. Meng-arahkan pemilihan destinasi yang dise-suaikan dengan pasar dari mana para peserta Fam Trip akan diundang. Jadi, selain kerjasama diperlukan dengan kalangan daerah, pada akhirnya para pengelola pariwisata di daerah mestilah memproduktifkan lebih lanjut setiap hasil atau kesimpulan dari terlaksana nya Fam Trip ke daerah masing-masing.

Kami juga membangun, membina dan menjalin kerjasama dengan se-banyak mungkin pihak, terutama air­lines, di samping industri akomodasi dan pemda, kata Elizabeth Hutagaol, Kepala Subdit yang mengurusi Fam Trip ini. Kerja sama dengan airlines bahkan menambah kemampuan dalam mendatangkan jumlah lebih banyak peserta Fam Trip. n

Jumpa pers on the spot di tengah Festival, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (tengah) bersama Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho (kanan), dan tokoh masyarakat TB Silalahi (kiri), memberi penjelasan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris.

Satu sudut Danau Toba dari Kota Balige.

Festival Danau Toba 2014 pun dibuka dengan serba tari tradisional massal.

Page 14: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201414

Menyongsong ME ASEAN

Kita Longok Mulai dari Vietnam

Dengan kondisi dalam ne geri tidak menentu selama 1,5 tahun terakhir, kunjungan dari mancanegara ke Thai-

land masih tumbuh 6,34% selama se-mester pertama 2014. Malaysia pun tidak jauh beda. Dua kecelakaan besar yang me nimpa maskapai Malaysia Air­lines tampaknya tidak ter-lalu berpengaruh terhadap angka kunjungan mancane-gara dengan pertumbuhan 10,90% dalam semester per-tama tahun ini.

Kondisi tersebut bagai blessing in disguise bagi In-donesia dan Vietnam sebagai destinasi-destinasi wisata di kawasan ASEAN yang relatif lebih stabil selama semester pertama tahun ini. Pertum-buhan kunjungan wisman ke Indonesia pada semester per-tama di tahun pemilu 2014 sebenarnya cukup bagus, yakni 10,07 persen. Namun tampak-nya Vietnam lebih berhasil daripada Indonesia dengan memaksimalkan po-sisi geografisnya dan menawarkan per-jalanan dan paket-paket dengan harga yang lebih terjangkau. Pertumbuhan jumlah kunjungannya terbesar, yakni 21,11 persen.

Apa yang sedang terjadi di Vietnam?

Wisatawan inbound ke Vietnam sekitar 7,5 juta pada tahun 2013 atau naik 10,6% dibandingkan dengan 2012. Wisatawan internasional yang paling banyak berkunjung ke Viet-nam adalah Rusia, Argentina, Belanda,

Australia dan negara-negara yang ber-batasan langsung. Pada tahun 2020 Vietnam mengharapkan akan meneri-ma 1 juta wisatawan dari Rusia, menu-rut Vietnam National Administration of Tourism (VNAT).

Perkembangan positif itu tidak lepas dari promosi besar-besaran yang di-

selenggarakan oleh pelaku industri dan pemangku kepentingan yang terdiri dari agen perjalanan, maskapai pener-bangan, dan pengusaha akomodasi wisata. Metode iklan yang berbeda-beda dan promosi produk, misalnya diskon dan program-program undian, digunakan untuk menjual dan menarik

wisatawan baik lokal mau-pun mancanegara.

Menyadari infrastruk-turnya belum sebaik negara-negara ASEAN lain yang telah menerima wisatawan lebih banyak, pemerintah Vietnam mulai membangun infrastrukturnya yang ber-tujuan untuk meningkatkan kondisi jaringan jalan raya dan transportasi kereta api di negaranya. Dengan ren-cana ini, hotel dan industri pariwisata diharapkan akan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Dalam rangka memastikan keber-lanjutan kepercayaan investor, berba-gai kebijakan sedang dirumuskan guna mendorong lebih banyak investor lokal mau berinvestasi lebih banyak di hotel dan industri wisata.

Meskipun pertumbuhan industri pariwisatanya stabil, Vietnam meng-

Perbandingan Inbound Tourist Semester I 2013-2014 di antara Negara-negara ASEAN

*) turis asing yang masuk ke Malaysia periode Januari–Mei**) turis asing yang masuk ke Thailand berdasarkan kewarganegaraan

Sumber data diolah dari: bps.go.id; tourism.go.th; vietnamtourism.gov.vn; stb.gov.sg; corporatetourism.gov.my; tourism.gov.ph

Page 15: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 15

hadapi sejumlah isu serius termasuk isu ekonomi, politik, sosial dan keamanan wisatawan.

Masalah utama adalah infrastruk-tur publik yang buruk. Jaringan jalan yang menghubungkan bagian utara ke bagian selatan sangat buruk. Banjir di jalan-jalan raya setelah turun hujan menjadi hal biasa terjadi di daerah-daerah tujuan wisata. Sistem kereta api masih di bawah standar dan keretanya masih menggunakan mesin uap.

Peraturan-peraturan bisnisnya pun belum memadai. Interpretasi hukum dan aplikasi kebijakan oleh masing-masing otoritas pemerintah daerah sangat membingungkan. Hal ini telah merusak kepercayaan investor dan in-dustri sehingga mereka enggan mem-buat kesepakatan bisnis di sana.

Tidak heran jika Vietnam pernah merasakan kekurangan dana investasi. Tetapi, kini kredit keuangan interna-sional negara Vietnam meningkat, itu telah membuat kepercayaan antar bank dan investor turut meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Belum lama ini muncul sebuah artikel yang mengemukakan masalah keamanan di hotel berbintang di Viet-nam. Dikatakan, tingkat kejahatan ter-hadap wisatawan asing telah mening-kat di Vietnam. Statistik yang dibuat

Nikko Hotel di Ho Chi Minh adalah salah satu contoh buktinya. Ada 9 kasus pembobolan pada Januari–Juli 2014 di hotel bintang 5 itu. Meskipun total kasus yang terjadi lebih rendah dibandingkan dengan 26 kasus pada tahun 2013 dan lebih dari 15 kasus pada tahun 2012, hal tersebut seperti menggambarkan hotel bintang 5 di Vietnam merupakan tempat berbahaya bagi wisatawan asing sekarang dan itu bukan materi humas yang diharapkan.

Sebagian besar pencurian telah di-rencanakan dengan baik. Pencuri akan menunggu saat wisatawan pergi keluar untuk tur, seperti dilansir oleh Nguyen Van Loi, Kapten Kepolisian Kota. Dan pencopetan telah menjadi kejahatan paling umum yang dialami wisatawan asing di sana.

Bebas visa Sementara berusaha keras untuk

menyelesaikan banyak isu kritis di dalam negeri, pemerintah Vietnam telah me ningkatkan kerja sama dengan sejumlah negara di seluruh dunia da-lam rangka mendorong pembangunan berkelanjut an di bidang pariwisata. Vietnam akan dapat meningkatkan ke-datangan internasionalnya 8–18% jika mereka menerapkan sistem VOA.

Menurut VNAT, Kementerian Pari-

wisata dan Kementerian Olahraga, Budaya, dan Transportasi telah mem-buat usulan kepada pemerintah untuk memperluas skema pembebasan visa ke sembilan negara lebih. Usulan itu ter-utama ditujukan untuk Kanada, India, Selandia Baru, Australia, Italia, Spa-nyol, Inggris, Jerman, dan Perancis.

Langkah ini dapat meningkatkan daya tarik destinasi di pasar wisatawan asing. Menurut survei yang dilakukan oleh dewan pariwisata, turis Barat memiliki masa tinggal yang panjang dan pengeluaran yang lebih tinggi. Turis Kanada berada di urutan teratas dalam daftar. Selandia Baru dan Australia da-tang saat low season dan ini menjadi pasar potensial. Data statistik VNAT menunjukkan pengeluaran wisa tawan internasional antara 1.200–2.500 dolar Amerika.

Saat ini, wisatawan dari negara- negara ASEAN mendapat pembebasan visa Vietnam selama 30 hari, kecuali Brunei yang hanya selama 15 hari saja. Pembebasan visa selama 15 hari juga berlaku untuk negara Rusia, Korea Selatan, Jepang, Swedia, Finlandia, Norwegia dan Denmark.

Menurut VNAT, program pembe-basan visa telah memberikan kontri-busi besar bagi pengembangan sektor pariwisata dalam negeri. Delapan bulan pertama 2014, pengunjung dari luar negeri datang ke ASEAN naik. Dari to-tal yang datang, 42% dari mereka ialah pengunjung yang menikmati pembe-basan visa. Hal ini telah membawa 5,47 juta keuntungan pendapatan dan 12,2% lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2013.

Menurut data yang diambil oleh lembaga promosi pariwisata Thailand, Malaysia, dan Singapura menunjuk-kan: Thailand memberikan bebas visa untuk 61 negara yang mana 49 negara di antaranya telah menandatangani perjanjian bebas visa unilateral; bebas visa Malaysia tersedia untuk 155 ne-gara, 85 dari mereka telah menanda-tangani perjanjian bebas visa unilateral;

Wisatawanberkelilingkota Hanoidengan becak khasVietnam.

Page 16: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201416

dan visa waiver oleh Singapura tersedia untuk 165 negara dan wilayah, 83 di antaranya telah menandatangani per-janjian unilateral.

WTTC dan UNWTO selalu meya-kinkan bahwa pemberian visa kepada para pengunjung dianggap sebagai prosedur untuk mengurangi biaya-bia-ya termasuk biaya tidak langsung dan biaya langsung untuk membayar visa bagi turis. Jika biaya yang dikenakan melebihi batas tertentu, maka pengun-jung akan enggan melakukan perjalan-an ke negara itu dan memilih pergi ke tujuan lain.

Ke mana kebanyakan wisatawan berkunjung?

Perang Vietnam seperti yang sering dilihat di layar lebar atau TV mung-kin akan muncul pertama kali da-lam memori kita ketika mendengar ‘Vietnam’. Kemudian, perairan teluk yang indah yang kini telah diakui seba-

gai salah satu warisan dunia, Ha Long Bay. Sekarang tujuan para wisatawan datang ke Vietnam adalah untuk me-ngunjungi teluk dimana naga turun ke lautan di bagian utara negeri itu. Ha Long Bay memiliki garis pantai sepan-jang 120 kilometer. Dan banyak pulau di sekitarnya memiliki gua-gua besar dan dapat dieksplorasi oleh turis.

Untuk mengingatkan kembali pada zaman perang, jadwal berikutnya ada-lah mengunjungi Chu Chi Tunnels, terletak 40 km barat laut kota Ho Chi Minh, dulu disebut Saigon. Terowong-an bawah tanah tersebut dulunya di-gunakan oleh gerilyawan Vietkong selama Perang Vietnam. Pengunjung diperbolehkan untuk menjelajahi te-rowongan dengan merangkak di dalam tempat yang aman dan mengalami apa yang waktu itu dirasakan oleh mereka yang menggunakannya selama perang berlangsung.

Pagoda Thien Mu (Hu) adalah pa-

goda tertinggi di negara ini. Ia berdiri menghadap ke Sungai Perfume yang dianggap melambangkan bekas ibu-kota kekaisaran. Nguyen Lords me-merintah daerah itu di abad ke-16 dan pagoda dibangun pada tahun 1601. Dan ja ngan lupa untuk mengunjungi Haon Liem Lake, tidak jauh dari ibu-kota, Hanoi.

Ada beberapa daerah resor tepi laut di Vietnam. Hoi An adalah daerah pe-sisir di tepi Laut Cina Selatan. Sejak abad ke-16, Hoi An menjadi pelabu-han internasional. Yang terkenal di sini adalah desa-desa nelayannya. Kota ini juga dikenal sebagai ‘Venesia dari Viet-nam’ sebab banyak ditemukan kanal sempit yang berpotongan di bagian dalam kota.

Lalu ke Phu Quoc, pulau terbesar di Vietnam dengan hutan tropis yang me-nakjubkan, pantai yang luar biasa, dan terumbu karang yang sempurna. Phu Quoc juga dikenal sebagai produsen

Menyongsong ME ASEAN

Ha Long Bay, perairan teluk yang indah dan diakui sebagai salah satu warisan dunia.

Page 17: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 17

terbesar saus ikan yang difermentasi, Nuoc Mam.

Tapi, Na Thrang yang paling terke-nal sebagai daerah resor tepi laut ter-baik di Vietnam. Kawasannya sangat hidup dibandingkan dengan kawasan resor pantai lain seperti Phu Quoc dan Mui Ne.

Sungai Mekong dan deltanya juga sangat terkenal, terutama untuk ber-layar di atas sungai. Banyak kegiatan wisatawan yang dilakukan di sungai karena transportasi jalan raya bukan transportasi yang umum digunakan di delta Sungai Mekong.

Yang tak kalah menarik, daerah per-sawahan dan area hutan bambu yang tenang yang berada di dekat perbatasan dengan Cina di bagian utara, Sapa Terraces.

Keramahtamahan, pelayanan dan kepedulian

Tak bisa dipungkiri, banyak destina-si dengan obyek wisata yang sama di-antara negara-negara ASEAN. Bahkan di dalam negeri sekalipun. Integrasi ekonomi ASEAN ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan membuka peluang lebih besar mem-bangun konektivitas dan kemudahan perjalanan lintas batas, bukan hanya bagi warga negara anggota ASEAN tapi juga bagi masyarakat yang tinggal

maupun yang berkunjung ke wilayah tenggara Asia. Calon pelancong dan wisatawan di ASEAN akan semakin dibanjiri dengan aneka macam pilihan dan kompetisi harga tahun depan.

Jikalau kita percaya, kepulauan Nusantara ibarat rangkuman desti-nasi dan obyek wisata yang ada di seluruh dunia. Dari padang rumput sabana sampai puncak gunung ber-selimut salju, dari sepertiga kekayaan terumbu karang dunia sampai bang-kai kapal ratusan tahun dan bangkai pesawat pada masa Perang Dunia II di dalam lautannya, dari kebudayaan dan pening galan sejak zaman praseja-rah, masa kolonialisme hingga saat ini. Koleksi rasa dalam khasanah kuliner-nya tak terkatakan lagi.

Dengan diberlakukannya MEA ta-hun depan, dari semua persamaan dan kemiripan yang dimiliki oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, siapa yang akan memenangkan hati calon pelancong/wisatawan yang semakin hari semakin sangat pemilih, ialah me-reka yang tahu apa yang dia punya, dapat menjelaskan apa yang bisa di-lakukan pengunjung di destinasinya, siapa yang bisa menikmatinya, tahu bagaimana mengelola yang dia punya, dan yang paling kreatif meyakinkan pengunjung agar mau datang.

Itulah mengapa Singapura, Malaysia,

Thailand dan Vietnam rutin menge-luarkan gimmick­gimmick baru dalam advetorialnya, dan menyelenggarakan atau ikut berpartisipasi dalam pamer-an-pameran perjalanan dan pariwisata di Indonesia. Outbound dari Indonesia masuk 5 besar di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Di Vietnam, jumlahnya terus bertambah. Hampir bisa dipasti-kan, di keempat negara tersebut, selain guide berbahasa Indonesia, juga ada penjaga toko, pelayan restoran hingga staf hotel yang berbicara bahasa Indo-nesia. Selain harga paket dan harga per-jalanan FIT yang terkadang jauh lebih murah daripada perjalanan wisata do-mestik, sebagian besar wisatawan dari Indonesia mengakui infrastruktur dan pelayanan di negara-negara tersebut jauh lebih baik sehingga dirasa value for money.

Meningkatkan kesadaran kepada sia-papun yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan apapun perannya dalam kepariwisataan negeri ini, bahwa untuk membangun industri pariwisata dan memaksimalkan manfaat ekonomi-sosial-budaya darinya, bukan hanya mengenai infrastruktur yang bagus, akses yang mudah, distribusi infor-masi, pemasaran, kreatifitas membuat paket-paket wisata dan atraksi, serta menjaga warisan kekayaan alam dan budaya, tetapi juga ada beberapa hal sederhana yang hampir dilupakan, yakni keramahtamahan, pelayanan dan kepedulian.

Rudy Poh, President Director Cosmo Holiday T & T berbasis di Jakarta yang menangani inbound dan outbound tour mengatakan, ”Kalau Indonesia mau bersaing dengan Filipina, dan negara manapun, Indonesia needs more hospi­tality, service, and care.”

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” (Laskar Pelangi, Andrea Hirata). Semoga kita tidak hanya berani bermimpi tetapi juga berani dan percaya mewujudkan pariwisata Indonesia itu The World Summary Tourism. n

Sapa Terraces, daerah persawahan dan area hutan bambu yang tenang yang berada di dekat perbatasan dengan Cina di bagian utara.

Page 18: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201418

Destinasi Jakarta

Tur dan Makan Siang di Tengah Taman

Jika kita hendak ke Rumah Ang-grek melalui pintu masuk uta-ma Kebun Raya Bogor (KRB) yang menghadap pertigaan Jalan

Surya kencana dan Jalan Otto Iskan-dardinata (Otista), deretan payung berwarna merah tampak mencolok di ujung hamparan rumput hijau di taman yang luas. Itu adalah restoran dan kafe Grand Garden yang dulunya bernama De Daunan.

Setelah ditutup untuk di-renovasi beberapa bulan lalu, restoran dan kafe ini telah dibuka kembali. Pada siang hari saat jam makan siang, lumayan ramai pengunjung-nya. Tampak ada yang sedang menjamu kolega bisnisnya, seke lompok kecil ibu-ibu se-dang arisan, kakek-nenek yang mengajak makan siang cucu-cucunya setelah berekreasi di KRB, dan pengunjung asing yang datang silih berganti.

Sinar matahari yang terik tak terasa sebab angin berhembus semilir. Ba-ngunan yang terbuka tidak mengha-langi mata untuk memandang ham-paran rumput yang luas dengan air mancur dan pepohonan besar yang rimbun sehingga suasana bersantap di tengah taman begitu terasa.

Menurut Marketing Officer Grand Garden, Christine Jonathan, restoran-nya belum dibuka secara resmi. “Res-toran ini dibuka secara tidak disengaja. Sebenarnya kami masih tutup tetapi

banyak sekali turis yang datang kemari. Lama-lama kita kasihan melihatnya. Karena sedang trial menu jadi bahan-bahan sudah tersedia. Akhirnya kami layani juga yang datang ke sini. Mulai-nya sejak 16 Juli 2014,” katanya.

Secara konsep Grand Garden tidak terlalu jauh berbeda daripada restoran sebelumnya, De Daunan. Konsepnya kini cenderung restoran dan kafe un-tuk keluarga. Kapasitasnya sekarang, indoor dapat mengakomodasi tamu antara 120–130 pax dan outdoor bisa untuk mengakomodasi sampai dengan

100 pax. Jadi total bisa melayani tamu sampai 200 pax. Christine juga tidak menyangka restoran yang baru sekitar dua bulan beroperasi suatu waktu su-dah menerima tamu sampai 120 pax.

Tamu-tamunya didominasi oleh pengunjung/turis FIT—sendiri atau berdua—dan bersama keluarga. Turis yang datang ke sini rata-rata dari Eropa terutama dari Belanda dan Jerman.

Bagi turis yang menginap di Bogor, setelah hanya minum kopi di siang hari, banyak dari mereka kembali lagi untuk santap malam dan menikmati suasana kebun raya selama dua hingga tiga jam.

“Tamu-tamu bule, meski pun tidak banyak, ada juga yang stay sampai restoran akan di tutup. Yang datang bersama keluarga biasanya ngobrol-ngobrol dulu dan biasanya stay sampai 2 jam. Tamu-tamu asing kami

masih terkendala dengan transportasi. Mereka ke sini dengan taksi dan rata-rata tidak mau tinggal sampai terlalu larut sebab susah mencari transportasi untuk kembali ke penginapannya,” Christine mengungkapkan.

Grup-grup yang dibawa oleh travel agent pun kini sebagian besar memasu-kan coffee break atau lunch di Grand Garden. Bahkan permintaan santap siang di sini setelah berkeliling di KRB terus bertambah.

Manajemen restoran sedang me-nyegarkan kembali ingatan terhadap

Revitalisasi Kebun Raya Bogor untuk menjadi bagian utama

dalam itinerary wisata di Jakarta sebagai destinasi agaknya kini

sudah bisa dan perlu dilakukan. Sehingga Jakarta setidaknya

bisa berharap lebih sukses menjual wisata di Kota Tua, Kebun Raya Bogor, Monas,

dan museum-museum.

Kiri: berkeliling dengan shuttle disukai terutama oleh pengunjung domestik dan lokal, serta beberapa pengunjung dari negara-negara Asia, wisman dari Korea Selatan ini misalnya. Kanan: Grand Garden Resto & Cafe dari kejauhan.

Tamu-tamu lokal memanfaatkan waktu makan siang untuk menjamu kolega, arisan, dan lain-lain.

Page 19: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 19

restoran dan kafe kepada travel agent khususnya yang berfokus di inbound dan overland dengan konsumen wisa-tawan mancanegara. Ada juga ide un-tuk melayangkan permintaan kepada Trip Advisor mengubah De Daunan menjadi Grand Garden.

Sampai sekarang belum ada rencana menggabungkan paket restoran dan paket KRB untuk ditawarkan kepada pengusaha perjalanan. Sedang dicarikan solusi agar tamu-tamu restoran yang mengadakan acara seperti arisan, ulang tahun, gathering perusahaan dan lain-lain, bisa mendapat penawaran harga yang sudah mencakup semuanya.

Sudah ada MoU antara KRB dengan restoran sebelumnya. Jadi diharapkan antara pengelola restoran dan KRB bisa bekerja sama. Tentu kerja sama yang akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pengelola restoran sudah mengerti dengan posisinya yang berada di dalam kebun raya dan pasti mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh pengelola Kebun Raya Bogor.

Hospitality greetingSetiap hari ada saja grup-grup

wisatawan asing berkunjung ke KRB. Penjelasan diberikan sebelum tur se-lama 5–10 menit tidak dilakukan di dalam ruangan. Rupanya ini adalah permintaan tour leader. Kunjungan ke KRB bertujuan rekreasi, jika dibawa ke ruangan khusus mood, santainya dikha-watirkan akan hilang. Para pemandu

lokal KRB akan menyapa dan mem-perkenalkan diri kepada peserta pe-ngunjung lalu diceritakan sejarah sing-kat KRB dan garis besar koleksi-koleksi yang ada di dalamnya. Penjelasan lebih detil dilanjutkan sambil berkeliling ke-bun raya.

Sedangkan paket Wisata Flora un-tuk anak-anak sekolah sudah termasuk ke giatan di dalam dan luar ruang. Pe-serta akan mendapat penjelasan mengenai KRB, menonton film, mendapat Lem bar Kerja Siswa (LKS) dan praktikum seder-hana di dalam audito-rium konservasi selama sekitar 30 menit. Se-telah itu peserta diajak berkeliling kebun raya dan diakhiri dengan mengunjungi Mu-seum Zoologi.

Hingga saat ini paket wisata itu di-tujukan bagi pelajar. Bukan berarti pengunjung umum tidak bisa tidak mengikutinya. Pembeda paket-paket-nya ada pada materi yang diberikan. Paket dibedakan bagi pelajar sekolah dasar untuk kelas 1–3 dan kelas 4–6; paket untuk pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Paket Wisata Flora diadakan untuk mengimplementasikan fungsi ketiga KRB, yakni sebagai sarana pendidikan lingkungan. Sayangnya, pengunjung umum belum ada yang tertarik untuk mengikutinya. n

Keluarga kecil asal Belanda ini sudah berada di Indonesia selama sebulan. Mereka menghabiskan wak tu liburannya dengan berke-liling Pulau Sumatera dan Jawa. Mereka baru saja tiba dari Jogja ke-tika PI bertemu dengan grup kecil ini di Grand Garden Resto and Cafe di Kebun Raya Bogor.

Mereka sangat suka sekali di Jogja dan mengagumi bangunan- bangunan lama di sana. Sebelum kembali ke negerinya, mereka se-ngaja mampir ke Bogor untuk berkunjung ke kebun raya. Mereka suka dengan kota di pinggiran Jakarta ini sebab tidak hectic dan lebih cool dibandingkan Jakarta. Sebelum berkeliling, mereka ber-santap siang dulu.

Hans, salah seorang diantaranya bertanya kepada PI, “Do you know the name of this town in Dutch?”

“Yes. Buitenzorg.”Dia mengacungkan jempol sambil

tersenyum. Rupanya selain berlibur mereka juga sedang bernos talgia.

Keempatnya tampak menikmati suasana restoran yang tenang dan menu makan siangnya, nasi goreng dan tempura sayur dengan nasi. Mereka sedikit tampak kaget dan tidak percaya ketika tiba-tiba suara blender cukup keras terdengar dari arah dapur. Dengan ekspresi me-maklumi, mereka akhirnya tertawa-tawa. n

What Do They Say?

Kiri: berkeliling dengan shuttle disukai terutama oleh pengunjung domestik dan lokal, serta beberapa pengunjung dari negara-negara Asia, wisman dari Korea Selatan ini misalnya. Kanan: Grand Garden Resto & Cafe dari kejauhan.

Page 20: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201420

Kita dan Dunia Pengembangan

Masyarakat

Dunia kini merayakan Hari Pariwisata setiap tanggal 27 September. Tema hari pariwisata dunia tahun

2014 adalah Tourism and Community Development. Dalam kata sambutan tertulisnya yang dipublikasikan dalam situs UNWTO, Sektretaris Jenderal Taleb Rifai mengatakan bahwa pari-wisata sangat berpotensi mempromo-sikan kesempatan sosial-ekonomi baru dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di seluruh dunia dengan menekankan pada peran penting ke-terlibatan masyarakat yang telah me-majukan pembangunan berkelanjutan.

Pariwisata adalah kegiatan ekonomi berbasis masyarakat yang dibangun di atas interaksi sosial. Suatu daerah/negara bisa makmur jika melibatkan penduduk setempat dengan berkontri-busi terhadap nilai-nilai sosial seperti

partisipasi, pendidikan dan mening-katkan kualitas pemerintahan daerah. Pada saat yang sama, tidak akan ada pengembangan pariwisata nyata jika pembangunan tersebut, dengan cara apapun, merusak nilai-nilai budaya masyarakat sekitar atau jika manfaat sosial-ekonomi yang dihasilkan sektor pariwisata tidak menetes ke bawah sampai ke tingkat masyarakat.

Seperti yang tercantum dalam UNWTO Global Code of Ethics for Tourism, “Penduduk lokal harus terkait dengan kegiatan kepariwisataan dan secara adil merasakan manfaat ekono-mi, sosial dan budaya dari yang mereka hasilkan.”

Di akhir kata sambutannya, Sekjen UNWTO mengingatkan betapa pen-tingnya kita menggunakan transportasi lokal atau membeli produk di pasar lokal sebagai kontribusi wisatawan

pada rantai lapangan pekerjaan yang panjang, memberikan penghidupan, memberdayakan masyarakat lokal, dan yang terpenting adalah memberi kesem patan mendapat kehidupan yang lebih baik.

Sebelumnya, para menteri pariwisata negara-negara anggota APEC ber-kumpul dalam The 8th APEC Tourism Ministerial Meeting (TMM8) pada tanggal 12–14 September 2014 di Macao, Tiongkok. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu hadir di forum itu.

Pertemuan tingkat menteri tersebut menghasilkan Deklarasi Makau yang menyatakan komitmen negara-negara APEC menjadikan pariwisata sebagai pilar perekonomiannya. Ditargetkan pada 2025 jumlah wisatawan interna-sional di kawasan Asia Pasifik mencapai 800 juta orang. Dan rencana strategis

(sumber gambar: http://wtd.unwto.org/)

Page 21: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 21

pariwisata APEC 2015–2019 ditarget-kan selesai ditetapkan tahun depan.

Di kawasan Asia Pasifik, pariwisata secara langsung telah menyumbang PDB 3,4 persen dan secara tidak lang-sung 8–9 persen. Bahkan negara-negara besar seperti RRT dan Amerika Serikat mulai menjadikan pariwisata salah satu pilar perekonomiannya.

Asosiasi travel di kawasan Asia Pasifik, PATA, juga menyelenggarakan sebuah konferensi internasional The International Conference on Community Development Through Tourism pada 16–17 September 2014 di Phnom Penh, Kamboja.

Konferensi dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari 28 negara terdiri dari otoritas pariwisata, pakar pariwisata masyarakat dan praktisi untuk mem-bahas berbagai aspek pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

Kiri: becak yang sempat dianggap tidak berprikemanusiaan, sekarang digalakan menjadi transportasi wisata. Kanan: sanggar kesenian mendapat penghasilan dari tiket masuk dan penjualan suvenir.

Mr Tith Chantha, Sekretaris Negara Pariwisata yang mewakili Menteri Pari wisata Kamboja H.E. Dr. Thong Kohn mengatakan, hasil konferensi internasional selama dua hari itu sejalan dengan tema Hari Pariwisata Dunia UNWTO tahun ini Dunia pariwisata dan pengembangan masyarakat. Kam-boja pun bertekad untuk mencari pe-mahaman, partisipasi dan keterlibatan warga lebih lanjut dalam proses yang sedang berlangsung untuk mengem-bangkan pariwisata berkelanjutan yang bertanggung jawab terhadap lingkun-gan dan secara sosial.

“Sangat tepat mengumumkan De-klarasi Phnom Penh menjelang PATA Travel Mart ke-37 ketika begitu jelas ada keselarasan pragmatis antara ke-pentingan sektor publik dan swasta. Keaslian/otentisitas merupakan jan-tung dari pengalaman perjalanan yang

baik, dan masyarakat yang memberi-kan keaslian itu. Tidak peduli seberapa baik perangkat kerasnya, Anda tidak akan mendapat kunjungan berkali-kali (repeat customers) tanpa pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat yang memahaminya,” tambah Martin Craigs, CEO PATA.

Deklarasi Phnom Penh mengakui prinsip-prinsip dan pedoman untuk pengembangan masyarakat melalui pariwisata, pekerjaan pariwisata ber-basis masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk mempertahankan masyarakat dan atributnya yang unik, melestarikan dan melindungi lingkung-an alam dan sumber daya budaya, mengangkat pertukaran pengetahuan, serta mempromosikan pembangunan sosial-ekonomi daerah, pembangunan kapasitas, pemberdayaan, dan pengu-rangan kemiskinan. n

Page 22: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201422

I n d I k a t o r

Jumlah Wisman Bulanan Januari–Agustus 2014

JANUARI 753.079 614.328 22,59% 138.751 FEBRUARI 702.666 678.415 3,57% 24.251 MARET 765.607 725.316 5,55% 40.291 APRIL 726.332 646.117 12,41% 80.215 MEI 752.363 700.708 7,37% 51.655 JUNI 851.475 789.594 7,84% 61.881 JULI 777,210 717,784 8.28% 59,426 AGUSTUS 826.821 771.009 7,24% 55.812 JANUARI–AGUSTUS 6.155.553 5.643.271 9,08% 512.282 SEPTEMBER 770.878 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 DESEMBER 860.655 TOTAL 8.802.129

Bulan 2014 2013 Selisih+ / –

Sumber: BPS

Jumlah Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Agustus 2014

1 SINGAPURA 952,121 842,230 13.05% 109,891 2 MALAYSIA 805,346 754,285 6.77% 51,061 3 AUSTRALIA 704,572 601,814 17.07% 102,758 4 CINA 645,483 505,812 27.61% 139,671 5 JEPANG 309,491 314,265 -1.52% -4,774 6 KORSEL 219,847 212,634 3.39% 7,213 7 INDIA 157,592 134,983 16.75% 22,609 8 AS 157,526 145,482 8.28% 12,044 9 INGGRIS 153,351 141,509 8.37% 11,842 10 PERANCIS 142,296 128,299 10.91% 13,997 11 TAIWAN 139,309 145,231 -4.08% -5,922 12 TIM-TENG 125,108 89,996 39.02% 35,112 13 JERMAN 117,202 105,157 11.45% 12,045 14 BELANDA 113,196 101,735 11.27% 11,461 15 FILIPINA 87,712 82,824 5.90% 4,888 16 RUSIA 61,989 64,674 -4.15% -2,685 PASAR LAINNYA 1,263,412 1,272,341 -0.70% -8,929 GRAND TOTAL 6,155,553 5,643,271 9.08% 512,282

Pasar Utama 2014No. 2013 (+/–) Selisih

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Sumber: BPS

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES TOTAL2014 753.079 702.666 765.607 726.332 752.363 851.475 777.210 826.821 6.155.553 2013 614.328 678.415 725.316 646.117 700.708 789.594 717.784 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 8.802.129 2012 652.692 592.502 658.602 626.100 650.883 695.531 701.200 634.194 683.584 688.341 693.867 766.966 8.044.462 2011 548.821 568.057 598.068 608.093 600.191 674.402 745.451 621.084 650.071 656.006 654.948 724.539 7.649.731

Kunjungan Wisman ke Indonesia 2011–2014

800,000

850,000

700,000

750,000

650,000

600,000

550,000

500,000Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2014

2013

2012

2011

Page 23: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 2014 23

I n d I k a t o r

Jumlah Wisman menurut 19 Pintu MasukJanuari–Agustus 2014

Pintu Masuk 2014No. 2013 Selisih(+/-) %

Sumber: BPS

1 Bali 2,405,549 2,080,056 15.65% 325,493 2 Jakarta 1,524,188 1,459,190 4.45% 64,998 3 Batam 919,439 847,072 8.54% 72,367 4 Tanjung Uban 220,676 213,936 3.15% 6,740 5 Medan 143,895 137,107 4.95% 6,788 6 Surabaya 144,664 144,271 0.27% 393 7 Bandung 113,968 107,267 6.25% 6,701 8 Tanjung Balai Karimun 65,976 69,436 -4.98% -3,460 9 Tanjung Pinang 65,204 65,192 0.02% 12 10 Yogyakarta 60,412 51,211 17.97% 9,201 11 Lombok, NTB 47,778 18,188 162.69% 29,590 12 Tanjung Priok 44,158 44,274 -0.26% -116 13 Padang 32,271 26,569 21.46% 5,702 14 Pekanbaru 16,838 14,946 12.66% 1,892 15 Entikong, Pontianak 13,817 16,545 -16.49% -2,728 16 Manado 11,550 12,976 -10.99% -1,426 17 Makassar 10,309 11,371 -9.34% -1,062 18 Balikpapan 9,014 11,397 -20.91% -2,383 19 Surakarta 8,978 11,711 -23.34% -2,733 Pintu Lainnya 296,869 300,556 -1.23% -3,687 Total Wisman 6,155,553 5,643,271 9.08% 512,282

Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia pada Hotel Berbintang di 27 Provinsi di Indonesia

ProvinsiAsing Indonesia

Rata-Rata Lama Menginap Tamu (hari)Total

No.Agt 2014Jul 2014Agt 2013Agt 2014Jul 2014Agt 2013Agt 2014Jul 2014Agt 2013

Sumber: BPS

1. Aceh 1,75 2,14 2,85 1,95 2,35 2,35 1,94 2,34 2,382. Sumatera Utara 2,28 1,64 1,77 1,76 1,59 1,59 1,82 1,60 1, 613. Sumatera Barat 1,66 3,41 2,56 1,33 1,54 1,63 1,36 1,62 1,674. R i a u 2,07 3,13 2,63 1,68 1,59 1,75 1,69 1,63 1,775. Jambi 2,06 1,84 2,18 2,74 2,63 2,33 2,73 2,62 2,336. Sumatera Selatan 3,11 3,13 3,85 1,87 1,95 2,04 1,88 1,97 2,067. Bengkulu 4,75 1,69 4,45 1,79 1,83 2,18 1,81 1,82 2,198. Lampung 1,50 3,28 3,71 1,59 2,10 1,99 1,57 2,13 2,049. Kepulauan Bangka Belitung 2,99 3,64 2,14 2,18 2,01 1,88 2,19 2,01 1,8810. Kepulauan Riau 2,17 2,37 1,77 1,84 2,46 2,13 2,04 2,41 1,9311. DKI Jakarta 2,09 2,22 2,21 1,76 1,95 1,82 1,83 2,01 1,9012. Jawa Barat 2,59 2,62 2,55 1,58 1,57 1,56 1,64 1,62 1,6213. Jawa Tengah 1,85 1,83 1,82 1,47 1,46 1,52 1,48 1,47 1,53

Page 24: Newsletter Pariwisata Edisi 57  -September

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 57 n September 201424

Penerbangan Luar Negeri Cenderung Akan Bertambah

Perkembangaan bisnis penerbangan nasional Indonesia sebenarnya menghadapi situasi ‘prihatin’ di tahun 2013. Namun jumlah penumpang di rute dalam negeri masih meningkat 6,09% dari jumlah tahun 2012. Tahun 2013 jumlah penumpang dalam negeri 75,8 juta dan tahun sebelumnya 71,4 juta. Tahun-tahun sebelumnya selalu meningkat dua dijit hingga lebih 20%. Pada rute luar negeri, di 2013 malah mening-kat 10,33%. Prihatinnya dunia penerbangan nasional terkait dengan kurs dollar yang naik terhadap rupiah sehingga in total menimbulkan biaya meningkat dalam ukuran ‘signifikan’.

Sebuah laporan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) yang mengutip statistik Kementerian Perhubungan, menunjukkan bagaimana pembagian pangsa pasar penumpang di dalam negeri di antara operator penerbangan nasional tahun 2013.

Pemegang pangsa pasar di atas 20% berada di tangan dua maskapai, di atas 10% di tangan satu maskapai, selebihnya di bawah 10%.

Yang sangat diharapkan sekarang dan tahun-tahun yang akan datang adalah kondisi objektif di mana maskapai akan menambah terus pesawat, dan alternatif terbaik memproduktifkan armada antara lain mem-buka operasi ke rute luar negeri. Setidaknya rute pendek regional di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Bagi pariwisata, itu membuka horizon baru lagi.

Jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional berdasarkan rute terlihat seperti ini:

Domestic 43.808.033 51.775.656 60.197.306 71.421.464 74.162.414 15 %

International 5.004.056 6.614.937 8.152.133 9.938.291 10.317.714 17 %

2009 2010 2011 2012 2013 Yearly ave pax growth rate

Sumber: INACA / Kemenhub