ECMO Tambahan 2

3
Prevalensi : -Ecmo keberhasilan -digunakan utk apa saja ECMO merupakan modifikasi sirkuit cardiopulmonary bypass (CPB) dan dapat mengganti sistem kardiopulmonal selama beberapa bulan. Keberhasilan penggunaan ECMO untuk ARDS pasien dewasa yang pertama kali terjadi pada tahun 1972 dan terus digunakan lebih dari 30 tahun setelahnya dengan pembaruan design dan peralatan, sehingga akhirnya dapat menurunkan angka mortalitas. Data terbaru berdasarkan studi CESAR (Convetional Ventilatory Support Versus Extra corporeal membrane oxygenation) yang manganalisis penggunaan ECMO pada 180 pasien dan ditemukan peningkatan angka kelangsungnan hidup. (Fraser & Dunster, 2012). Sejak saat itu banyak dilakukan penelitian secara acak terhadap penggunaan ECMO. Dua penelitian RCT mengamati penggunaan ECMO pada neonatus dan dewasa dengan ARDS menunjukkan hasil berupa peningkatan kelangsungan hidup. Keduanya menggunakan teknik ECMO yang lama dan sekarang telah menimbulkan banyak komplikasi dibandingkan dengan ECMO high volume. 71-72 Baru-baru ini sedang diadakan penelitian di AS yag dirancang dengan baik secara acak mengenai penggunaan ECMO pada pasien dengan gagal nafas akut. Beberapa center ECMO menemukan peningkatan harapan hidup sekitar 55% sampai 70% pasien dewasa dengan ARDS dan diprediksi angka mortalitasnya sekitar 70% - 80%. Indikasi utama penggunaan ECMO pada pasien dengan gagal respirasi dan sirkulasi akut yang berpotensi reversibel dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. (Sidebotham, 2007) Keberhasilan penggunaan ECMO pada pasien pediatrik dengan kontusio jantung pernah dilaporkan. Ecmo dapat menyokong fungsi kardiopulmonal saat juantung pasien tersebut kolaps akibat trauma. (deBerry, 2007)

description

ecmo

Transcript of ECMO Tambahan 2

Page 1: ECMO Tambahan 2

Prevalensi :

-Ecmo keberhasilan

-digunakan utk apa saja

ECMO merupakan modifikasi sirkuit cardiopulmonary bypass (CPB) dan dapat mengganti sistem kardiopulmonal selama beberapa bulan. Keberhasilan penggunaan ECMO untuk ARDS pasien dewasa yang pertama kali terjadi pada tahun 1972 dan terus digunakan lebih dari 30 tahun setelahnya dengan pembaruan design dan peralatan, sehingga akhirnya dapat menurunkan angka mortalitas. Data terbaru berdasarkan studi CESAR (Convetional Ventilatory Support Versus Extra corporeal membrane oxygenation) yang manganalisis penggunaan ECMO pada 180 pasien dan ditemukan peningkatan angka kelangsungnan hidup. (Fraser & Dunster, 2012).

Sejak saat itu banyak dilakukan penelitian secara acak terhadap penggunaan ECMO. Dua penelitian RCT mengamati penggunaan ECMO pada neonatus dan dewasa dengan ARDS menunjukkan hasil berupa peningkatan kelangsungan hidup. Keduanya menggunakan teknik ECMO yang lama dan sekarang telah menimbulkan banyak komplikasi dibandingkan dengan ECMO high volume. 71-72

Baru-baru ini sedang diadakan penelitian di AS yag dirancang dengan baik secara acak mengenai penggunaan ECMO pada pasien dengan gagal nafas akut. Beberapa center ECMO menemukan peningkatan harapan hidup sekitar 55% sampai 70% pasien dewasa dengan ARDS dan diprediksi angka mortalitasnya sekitar 70% - 80%. Indikasi utama penggunaan ECMO pada pasien dengan gagal respirasi dan sirkulasi akut yang berpotensi reversibel dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. (Sidebotham, 2007)

Keberhasilan penggunaan ECMO pada pasien pediatrik dengan kontusio jantung pernah dilaporkan. Ecmo dapat menyokong fungsi kardiopulmonal saat juantung pasien tersebut kolaps akibat trauma. (deBerry, 2007)

Selain itu ECMO juga menjadi terapi efektif bagi pasien post transplantasi paru yang mengalami disfungsi akut. (Meyers, 2000)

ECMO dapat digunakan pada pasien dengan indikasi respirasi dan sirkulasi. Contoh pemberian ECMO dengan indikasi sirkulasi yaitu pasien dengan syok kardiogenik, henti jantung refrakter, syok post kardiotomi, miokarditis dan kardiomiopati, Hipotermia berat, intoksikasi obat, emboli paru, hipertensi pulmonal, syok septik dan trauma, serta menjadi pilihan terapi pada pasien dengan gagal jantung stadium akhir. Indikasi ECMO pada pasien gagal jantung yang sudah mendapat terapi medi yang maksimal, ventilasi invasif dan IABC. Adapun kriteria gagal jantung dengan syok kardiogenik (cardiac output < 2 l/menit/m2, tekanan darah sistolik <90 mmHg dan

Page 2: ECMO Tambahan 2

asidosis laktat. ECMO dapat digunakan sebagai penghubung (bridge) untuk pemulihan, untuk sebuah VAD (bridge to bridge), atau pada transplantasi jantung. (Sidebotham, 2007)

Sedangkan ECMO dengan indikasi respirasi yaitu pada pasien dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), pembedahan thoraks, gagal nafas neonatus, dan transplantasi paru. (Sangalli, 2014) . Indikasi ECMO pada pasien dengan gagal nafas akut dengan kriteria rasio PaO2-FiO2 kurang dari 50 mmHg (6.6 kPa) selama 2 sampai 12 jam. Selain itu juga diindikasikan bagi pasien gagal nafas yang mengalami perburukan walaupun sudah diberi bantuan nafas optimal dengan rasio kurang dari 70 sampai 100 mmHg (9.3 sampai 13.3 kPa). (Sidebotham, 2007)

Komplikasi: Ecmo bridging

Kerugian ECMO yaitu durasi pemakaian yang terbatas dan tingkat komplikasi yang tinggi. Komplikasi ECMO penghubung transplantasi paru (bridge to lung transplant) dapat berupa gagal ginjal (35%), infeksi pulmonal (52%), sepsis (41%), fatal sepsis (17%), trakeostomi (41%), iskemia digiti (11%), perdarahan gastrointestinal (6%) dan stroke (6%). Walaupun dengan penggunaan heparin untuk mencegah aktivasi sistem koagulasi, namun komplikasi mayornya tidak dapat dihindari yaitu berupa perdarahan yang dapat meningkatkan mortalitas. Selain itu juga dapat timbul kerusakan sel darah akibat pemotongan saat pemompaan darah, yang dapat memicu hemolisis, aktivasi platelet, dan inflamasi yang sebaiknya dipantau ketat. Hemolisis dapat dinilai dari jumlah sel darah, laktat dehidrogenase dan jumlah hemoglobin bebas. Studi lain menunjukkan adanya komplikasi ECMO berupa perdarahan (52%), hemodialisis (42%) dan gangguan neurologis (12%). (Knechtle & Kirk, 2014)

-Prognosis dari ecmo dlm segi prevalensi

Antisipasi berdasarkan komplikasi

1. Ecmo emergensi

Discharge outcome