e Library Stikes Nani Hasanuddin Elshypangd 498-1-44144704 1

6
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 470 HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL Elshy Pangden Rabba 1 , Dahrianis 2 , Sri Purnama Rauf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar (Alamat Respondensi: [email protected]/085343939453) ABSTRAK Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik domain berasal dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Menurut Keliat & Akemat, (2012), Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010). Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pasien Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kenari di RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Desain penelitian penelitian cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 responden. Penelitin dilaksanakan mulai dari bulan april-juni 2013. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non probability sampling dengan uji purposive sampling. Instrument penelitian menggunakan Lembar Observasi. Dari 64 sampel, ditemukan sebanyak ada 36 responden (56.2%) yang mengalami halusinasi pendengaran dan dari 36 responden tersebut ada 32 responden (50%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan dan 4 responden (6.2%) yang tidak melakukan tindakan kekerasan. Sedangkan ada 28 responden (43.8%) yang tidak mengalami halusinasi, dan dari 28 responden tersebut 8 responden ( 12.5%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan. dan 20 responden (31.2%) yang tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan. Berdasarkan uji statistic chi-square di peroleh nilai p= 0,000. Dengan demikian p˂α (0,05) sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan interpretasi Ditemukan adanya “ Hubungan antara pasien halusinasi pendegaran terhadap perilaku kekerasan di ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Kata Kunci : Halusinasi Pendengaran, Perilaku Kekerasan PENDAHULUAN Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistic, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik domain berasal dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan kontitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat istiadat, kebudayaan orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebagainya. Kesehatan jiwa menurut Undang- Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut ANA keperawatan jiwa merupakan satu bidang spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( Riyadi & Purwanto 2009). Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Depertemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) tahun 2010

Transcript of e Library Stikes Nani Hasanuddin Elshypangd 498-1-44144704 1

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    470

    HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI

    RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

    Elshy Pangden Rabba1, Dahrianis2, Sri Purnama Rauf3

    1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    3Poltekkes Kemenkes Makassar

    (Alamat Respondensi: [email protected]/085343939453)

    ABSTRAK

    Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik domain berasal dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Menurut Keliat & Akemat, (2012), Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010). Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pasien Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kenari di RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Desain penelitian penelitian cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 responden. Penelitin dilaksanakan mulai dari bulan april-juni 2013. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non probability sampling dengan uji purposive sampling. Instrument penelitian menggunakan Lembar Observasi. Dari 64 sampel, ditemukan sebanyak ada 36 responden (56.2%) yang mengalami halusinasi pendengaran dan dari 36 responden tersebut ada 32 responden (50%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan dan 4 responden (6.2%) yang tidak melakukan tindakan kekerasan. Sedangkan ada 28 responden (43.8%) yang tidak mengalami halusinasi, dan dari 28 responden tersebut 8 responden ( 12.5%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan. dan 20 responden (31.2%) yang tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan. Berdasarkan uji statistic chi-square di peroleh nilai p= 0,000. Dengan demikian p (0,05) sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan interpretasi Ditemukan adanya Hubungan antara pasien halusinasi pendegaran terhadap perilaku kekerasan di ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

    Kata Kunci : Halusinasi Pendengaran, Perilaku Kekerasan

    PENDAHULUAN Manusia bereaksi secara keseluruhan,

    secara holistic, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik domain berasal dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.

    Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan kontitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat istiadat, kebudayaan orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebagainya.

    Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut ANA keperawatan jiwa merupakan satu bidang spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( Riyadi & Purwanto 2009).

    Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Depertemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) tahun 2010

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    471

    memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank dibeberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa.

    Depertemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta. Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jukarnain (2011) di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, sebanyak 7.897 klien gangguan jiwa dan sebanyak 1.467 orang atau 65% halusinasi,dan yang perawatan dirinya kurang sebanyak 2.257 orang atau 18.6%.

    Di RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel, data pasien yang menderita halusinasi pada periode Januari sampai Desember tahun 2010 sebanyak 5.909 orang klien (45,75%) dari 12914 orang klien yang menderita gangguan jiwa tersebut. dan pada periode Januari sampai Desember tahun 2011 pasien sebanyak 5.966 orang klien (47,35%) dari 13247 orang klien menderia gangguan jiwa, sedangkan yang menderita pada periode Januari sampai Desember tahun 2012 sebanyak 6.977 orang klien (51%) dari 14008 orang klien yang menderita gangguan jiwa. Data ini diperoleh dari (medical rekor) Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 1 April.

    Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Halusinasi yang dialami klien jenisnya bervariasi, tetapi sebagian besar klien skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Suara dapat berasal dari dalam individu atau dari luar individu. Suara yang didengar klien dapat dikenalnya, suara dapat tunggal atau multipel atau bisa juga semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti. Isi suara dapat memerintahkan tentang perilaku klien sendiri dan klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu ada (Trimelia, 2011).

    Halusinasi dalam hal ini yang menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain,

    atau bergabung dengan seseorang dikehidupan sesudah mati. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara.

    Korban trauma atau penganiayaan dapat dipastikan mengalami cedera fisik yang memerlukan penanganan medis, tetapi mereka juga mengalami cedera psikologis yang dapat mencakup respons dalam lingkup luas. Beberapa korban mungkin mengalami agitasi dan tampak kecewa, korban yang lain menarik diri dan menyendiri, yang tampak hilang rasa atau tidak menyadari lingkungan sekitarnya.

    Ketika berhubungan dengan orang lain, reaksi emosional mereka cenderung tidak stabil, intens dan dianggap tidak dapat diperkirakan. Melibatkan dalam hubungan intim dapat memicu respons emosional yang ektsrem, misalnya ansietas, panik, takut, atau teror (Videbeck, 2008).

    Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana sesorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Nita Fitria cit Stuart dan Sundeen, 2009 dalam http://fatamotganapio.blogspot.com/2011/12/kti-perilaku-kekerasan-bab-1.html).

    Buktinya lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang menghawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya. ( Yosep Iyus, 2009).

    Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian cross

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    472

    sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat, artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan analisis untuk mencari ada tidaknya hubungan antara pasien halusinasi pendengaran terhadap resiko perilaku kekerasan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Waktu penelitian disesuaikan dan pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari pihak terkait. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada diruang Kenari RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel sebanyak 176 jiwa. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang di rawat di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Selama waktu penelitian dengan tanda dan gejala halusinasi pendengaran yang memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 64 jiwa yang di dapat dengan menggunakan rumus (Nur salam 2009). Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2007). 1) Kriteria inklusi :

    a. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran khusus di ruang kenari.

    b. Pasien yang berumur 20-40 tahun c. Pasien yang dirawat di RS.Khusus

    Daerah Provinsi Sul-Sel 2) Kriteria eksklusi :

    a. Pasien yang tidak mengalami halusinasi pendengaran

    b. Pasien yang pulang diambil oleh keluarganya

    c. Pasien yang di bawah umur 20 tahun d. Pasien yang tidak dirawat di

    RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Pengumpulan data Peneliti mengumpulkan data dengan

    menggunakan observasi dan sebagai subjek penelitian adalah pasien yang mengalami halusinasi pendengaran di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel yang memenuhi kriterian inklusi. Pengolahan data dilakukan dengan: a. Editing Data.

    Editing (mengedit data) adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan.

    b. Coding. Untuk memudahkan pengolahan

    data. Semua data atau jawaban disederhanakan dengan mamberikan simbol untuk setiap jawaban.

    c. Membuat tabulasi. Data di kelompokkan ke dalam

    suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian dianalisa secara statistik 1. Analisa Data

    Untuk keperluan ini digunakan: Analisa Univariat, yang dilakukan pada tiap Variabel independen dari hasil penelitian. a. Analisa Bivariat, yang dilakukan

    pada tiap variabel independen dan dependen yang diduga berhubungan atau berkorelasi untuk mengetahui hubungan tiap variabel independen dan variabel dependen yang diuji dengan uji satistik Chi-squer.

    b. Analisa multivariat, yang dilakukan terhadap beberapa variabel bebas yaitu halusinasi pendengaran.

    2. Pengujian Hipotesis Bila 0.05 berarti ada

    hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur. Maka Ha diterima dan H0 ditolak, analisis statistik ini menggunakan SPSS 16.0.

    Bila p < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan, bila p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

    Ho ditolak dan Ha diterima, ada hubungan antara pasien halusinasi pendengaran terhadap resiko perilaku kekerasan di ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

    Sedangkan Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara pasien halusinasi pendengaran terhadap resiko perilaku kekerasan di ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

    HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

    Tabel 5.1 Data Demografi Responden Berdasarkan Umur Responden di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Umur n % 20 - 30 30 46.9 31 - 40 34 53.1 Total 64 100.0

    Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa

    responden berumur 20-30 tahun sebanyak 30 orang (46.9%) dan umur 31-40 tahun sebanyak 34 orang (54.1%).

    Tabel 5.2 Data Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    473

    Pendidikan n % SD 27 42.2

    SMP 17 26.6 SMA 13 20.3

    D3-D4 2 3.1 Tidak Sekolah 5 7.8

    Total 64 100.0

    Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang pendidikan SD 27 orang (42,2%), pendidikan SMP 17 orang (26.6%), pendidikan SMA 13 orang (20.3%), dan pendidikan D3-D4 2 orang (3.1%), sedangkan yang Tidak Sekolah 5 orang (7.8%).

    Tabel 5.3 Data Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Jenis Kelamin n % Laki-laki 64 100.0

    Total 64 100.0

    Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki yaitu 64 orang (100.0%).

    Tabel 5.4. Data Demografi Responden Berdasarkan agama Responden di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Agama n % Islam 62 96.9

    Kristen 2 3.1 Total 64 100.0

    Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa

    responden yang beragama Islam 62 orang (96.9%) dan responden yang beragama Kristen 2 orang (3.1%).

    Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Halusinasi Pendengaran di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Halusinasi Pendengaran n %

    Nampak 36 56.2 Tidak Nampak 28 43.8

    Total 64 100.0

    Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 36 responden (56.2%) yang Nampak mengalami halusinasi pendengaran, sedangkan responden yang tidak Nampak mengalami halusinasi pendengaran sebanyak 28 responden (43.8%).

    Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Perilaku Kekerasan di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

    Perilaku Kekerasan n % Terjadi 40 62.5

    Tidak Terjadi 24 37.5 Total 64 100.0

    Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa

    sebanyak 40 responden (62.5%) yang mengalami perilaku kekerasan, sedangkan responden yang tidak mengalami perilaku kekerasan sebanyak 24 responden (37.5%).

    2. Analisa Bivariat

    Tabel 5.7. Hubungan antara halusinasi pendengaran terhadap perilaku kekerasan di ruang kenari RS.khusus daerah Provinsi Sul-Sel

    Halusinasi pendengaran

    Perilaku kekerasan Total Terjadi Tidak terjadi

    n % n % n %

    Nampak 32 50.0 4 6.2 36 56.2

    Tidak Nampak 8 12.5 20 31.2 28 43.8

    Total 40 62.5 24 37.5 64 100.0 p= 0.000

    Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa

    dari 64 responden, ada 36 responden (56.2%) yang mengalami halusinasi pendengaran dan dari 36 responden tersebut ada 32 responden (50%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan dan 4 responden (6.2%) yang tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan.

    Sedangkan ada 28 responden (43.8%) yang tidak mengalami halusinasi, dan dari 28 responden tersebut 8 responden ( 12.5%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan. dan 20 responden (31.2%) yang tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan.

    Berdasarkan uji statistic chi-square di peroleh nilai p= 0,000. Dengan demikian p (0,05) sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan interpretasi Ditemukan adanya Hubungan antara pasien halusinasi pendegaran terhadap perilaku kekerasan di ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

    PEMBAHASAN

    Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar. Halausinasi merupakan

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    474

    distorsi persepsi yang muncul dari berbagai indera (Trimelia, 2011).

    Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III ) halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik).

    Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana sesorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Nita Fitria Cit Stuart dan Sundeen,2009:139).

    Hal ini berarti kondisi emosional atau perilaku kekerasan pasien dipengaruhi oleh kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya.

    Halusinasi bersifat menaklukan. Halusinasi menjadi lebih rumit dan klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya. Pengalaman sensorinya menjadi terganggu, halusinasi berubah mengancam, memerintah, memarahi, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya, sehingga klien mulai terasa mengancam.

    Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jukarnain (2011) di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, sebanyak 7.897 klien gangguan jiwa dan sebanyak 1.467 orang atau 65% halusinasi,dan yang perawatan dirinya kurang sebanyak 2.257 orang atau 18.6%.

    Hasil dari penelitian ini ditemukan kebanyakan dari responden berumur 31-40 tahun sebanyak 34 orang (53.1%) dan umur 20-30 tahun sebanyak 30 orang (46.9%). Sedangkan untuk pendidikan responden dari pendidikan tingkat SD ada 27 orang (42.2%), SMP 17 orang (26.6%), sedangkan SMA 13 orang (20.3%), D3-D4 2 orang (3.1%), dan Tidak sekolah 5 orang (7.8%). Sebanyak 64 orang (100.0%) adalah laki-laki, agama islam sebanyak 62 orang (96.9%) dan Kristen 2 orang (3.1%).

    Dari 64 sampel, di temukan sebanyak 36 orang (56.2%) yang mengalami halusinasi pendengaran dan 28 orang (43.8%) yang tidak mengalami halusinasi. Sedangkan dari 64 sampel di temukan sebanyak 40 orang (62.5%) yang melakukan perilaku kekerasan,

    dan sebanyak 24 orang (37.5%) yang tidak melakukan perilaku kekerasan.

    Berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p=0,000. Dengan demikian p (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan interpretasi Ditemukan Adanya Hubungan Antara Pasien Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

    KESIMPULAN 1. Ditemukan adanya hubungan antara pasien

    halusinasi pendengaran terhadap resiko perilaku kekerasan dimana pasien yang mengalami halusinasi pendengaran maka akan rentan untuk melakukan perilaku kekerasan.

    2. Kondisi emosional atau perilaku kekerasan pasien dipengaruhi oleh kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Halusinasi bersifat menaklukan. Halusinasi menjadi lebih rumit dan klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya. Pengalaman sensorinya menjadi terganggu, halusinasi berubah mengancam, memerintah, memarahi, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya, sehingga klien mulai terasa mengancam.

    SARAN Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Diharapkan dapat menjadi masukan pada

    pelayanan keperawtan tentang hubungan halusinasi terhadap resiko perilaku kekerasan agar lebih meningkatkan pelayanan keperawatan baik kepada klien,keluarga dan lingkungan dimana kita berada.

    2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan dan sebagai wadah latihan dan pengembangan keilmuan yang diperoleh serta mengaplikasikannya dalam mengidentifikasi pengaruh kejadian halusinasi terhadap perilaku kekerasan bila sudah terjadi.

    3. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga akan pentingnya menjauhkan klien terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan dan dapat langsung mengaplikasikannya.

    DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. A. A. 2008. Riset keperawatan dan teknik penulisa ilmiah.Salemba Medika: Jakarta Keliat & Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Professional jiwa. EGC:Jakarta

  • Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

    475

    Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:Jakarta Maramis. 2004. Ilmu Kedoteran Jiwa. Airlangga Universitas Pres:Surabaya Riyadi & Purwanto. 2009. Asuhan Keperawata Jiwa. Graha Ilmu:Yogyakarta Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Trans Info Media:Jakarta Yosep iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama:Bandung Videbeck,Sheila.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, hal 3.EGC:Jakarta) (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam http : // fatamot ganapio. blogspot. Com / 2011 / 12 / askep-halusinasi. html). (Stuart dan Sundeen, 2002, dalam http://trullyen.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-jiwa.com). (Intansari, 2008 dalam http://fatamotganapio.blogspot.com/2011/12/kti-perilaku-kekerasan-bab-1.html). (http://www.trullyen.blogspot.com/.../asuhankeperawatan-jiwa.)