Dry eyes
description
Transcript of Dry eyes
PRESENTASI REFERATDRY EYE
KARTIKA
07120080013
Anatomi sistem lakrimal Sistem produksi : glandula lakrimal
Glandula lakrimal utama Glandula lakrimal asesoris : wolfring dan krause
Sistem ekskresi
- Pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus lakrimal
AIR MATAAir mata membentuk lapisan tipis setebal 7 – 10 mikrometer yang melapisi
epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi dari lapisan tipis ini adalah
- untuk membasahi dan melindungi lapisan epitel kornea dan konjungtiva,
- mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara “flushing”
- dan untuk menyediakan nutrisi bagi kornea.
Lapisan air mata Lapisan lemak ( 0.11 mikrometer) , dihasilkan oleh kelenjar Meibom
Lapisan akuos (7 mikrometer), dihasilkan oleh glandula lakrimal
Lapisan musin (0.02-0.05 mikrometer), dihasilkan oleh sel goblet
Vol air mata pada tiap mata 5 – 9 mikroliter
Protein airmata mengandung 60% albumin, 20% globulin dan 20% lysozyme
Pada airmata terdapat IgA, IgG, dan igE
Airmata Na : 132 mMol/L
K : 24 mMol/L
HCO : 32.8 mMol/L
Cl : 0.8 mMol/L
Mg : 0.61 mMol/L
Glukosa : 5 mg/dL
Urea : 0.04 mg/dL
Ph : 5.2 – 8.35
Osmolaritas : 295 – 309 mosm/liter
DRY EYE
Definisi Berdasarkan Internasional Dry Eye Workshop, 2007
Suatu penyakit multifaktorial dari airmata dan permukaan mata (kornea dan konjungtiva) yang menuebabkan gejala tidak nyaman pada mata, gangguan penglihatan, dan instabilitas airmata yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan permukaan mata
Epidemiologi Dry eye lebih sering terjadi pada wanita 86% dibandingkan pria
Sering terjadi pada daerah dengan tingkat polusi yang tinggi
Presentasi insiden terjadinya dry eye 20 – 30% terutama pada pasien berusia diatas 40 tahun
Frekuensi terjadi dry eye lebih tinggi pada ras hispanik dan asia dibandingkan ras kaukasius
Patofisiologi Dua mekanisme utama penyebab terjadinya dry eye adalah
Hiperosmolaritas air mata
Instabilitas film air mata
Hiperosmolaritas air mata Terjadi karena rendahnya aliran akuos atau tingginya penguapan air mata
Rendahnya aliran akuos terjadi karena disfungsi glandula lakrimal dan berkurangnya reflex kornea/mengedip
Tinggi nya penguapan terjadi karena gangguan kelopak mata dan disfungsi kelenjar Meibom
Airmata yang hiperosmolar dapat merusak epitel kornea dan konjungtiva dengan mengaktivasi sel radang dan mengeluarkan mediator sel radang ke dalam airmata
Instabilitas film airmata Defisiensi dari salah satu komponen dari film air mata (lemak, akuos, musin)
menyebabkan airmata yang cepat rusak hingga menimbulkan dry spot -> tereksposnya kornea dan konjungtiva sehingga terjadi kerusakan epitel kornea dan konjungtiva
Dapat terjadi secara langsung karena kelainan lapisan lemak pada disfungsi kelenjar Meibom
Atau secara tidak langsung karena menyebabkan peningkatan penguapan yang pada akhirnya menyebabkan hiperosmolaritas airmata
Dry spot
Etiologi A. defisiensi akuos
1. Sjogren
a. primer : penyakit autoimun pada glandula lakrimal dan saliva
b. sekunder : berhubungan dengan penyakit autoimun ( arthritis rhematoid dan SLE )
2. non-Sjogren
a. insufisiensi glandula lakrimal
- primer : alakrima congenital, disautonomia familial, berhubungan dengan umur/ degenerasi
- sekunder :
infiltrasi glandula lakrimal : sakroidosis, limfoma, AIDSablasi glandula lakrimaldenervasi glandula lakrimal
b. obstruksi duktus lakrimal : dapat disebabkan oleh konjungtivitis sikatrik ( trakoma, pempigoid sikatrik, eritema multiform, luka bakar )
c. hiposekresi reflex blok sensorik : dapat disebabkan karena terjadinya penurunan sensasi kornea
diakibatkan oleh operasi kornea/ LASIK, diabetes (kemungkinan karena neuropati sensori), kontak lens, infeksi (keratitis herpes simplex, herpes zoster opthamika)
blok motorik : karena kerusakan pada saraf cranial VII, neuromatosis multiple, obat antikolinergik
B. Evaporasi
1. gangguan pada kelenjar Meibom karenaa. disfungsi glandula meibom karena dermatitis acne rosacea, seborroic
dermatitis, keracunan obat isotretinoinb. aplasia congenitalc. distikiasis
2. gangguan pada kelopak mata
a. eksoftalmos
b. deformitas kelopak mata
b. gangguan posisi kelopak
3. gangguan berkedip : pada penyakit Parkinson
4. gangguan permukaan mata : konjungtivitis alergi
Faktor resiko Usia tua
Wanita
Keadaan lingkungan
Faktor pekerjaan
Faktor nutrisi
Status hormonal
Pengobatan sistemik
Obat mata tetes berpengawet
Penggunaan lensa kontak
Operasi LASIK
Parkinson
Diabetes mellitus
Gejala Mata terasa kering, gatal, seperti berpasir
Seperti ada benda asing
Nyeri
Panas atau menyengat
Meningkatnya mata mengedip
Mata cepat leleh
Fotofobia
Pandangan kabur
Tidak bisa memakai lensa kontak
Diagnosis Saat ini tidak ada kriteria uniform untuk diagnosis dry eye
Diagnosis dibuat berdasarkan Anamnesis Pemeriksaan fisik Tes pemeriksaan Kuisioner
Kuisioner
Anamnesis Didapatkan gejala seperti mata merah, mata terasa mengganjal seperti ada
benda asing, mata seperti berpasir,gatal, nyeri atau menyengat, mata cepat lelah, pandangan kabur, fotofobia
Pemeriksaan fisik dan tes Pemeriksaan
1. Schirmer test
2. Tear breakup time (TBUT)
3. Pewarnaan fluoresein
4. Pewarnaan rose bengal
5. Pewarnaan lissamine green
6. Osmolaritas airmata
7. Ocular ferning test
8. Impression cytology
Schirmer test Menentukan produksi airmata
Negatif pada defisiensi musin
Tanpa anestesi Mengukur kemampuan glandula lakrimal utama Abnormal bila dalam 5 menit kertas yang basah < 10 mm
Dengan anestesi Mengukur kemampuan glandula krauss & wolfing Abnormal bila dalam 5 menit kertas yg basah < 5mm
Tear Film Breakup Time Tes ini dilakukan untuk mengestimasi komponen musin pada air mata.
Defisiensi musin akan menyebabkan instabilitas air mata sehingga menyebabkan air mata rusak dalam waktu cepat. Pada air mata akan muncul “dry spot” dengan disusul tereksposnya epitel kornea dan kongjungtiva, hal ini akan merusak sel epitel sehingga epitel yang rusak akan terlihat dengan pewarnaan. Epitel yang rusak menyebabkan munculnya titik-titik pewarnaan saat kornea diberi pewarnaan dengan fluoresein.
Tear film break up time dapat diukur dengan menempelkan kertas fluoresein pada konjungtiva bulbar dan meminta pasien untuk mengedip tiga kali lalu pasien diminta untuk menahan agar tidak mengedip dan melihat lurus ke depan sambil mata pasien diperiksa dengan menggunakan slitlamp. Lampu slitlamp yang digunakan adalah lampu filter cobalt-blue. Waktu sampai terlihatnya “dry spot” pertama merupakan waktu perusakan air mata atau tear film breakup time. “Dry spot” akan terlihat berwarna gelap diantara warna konjungtiva normal yang kebiruan dengan lampu slitlamp. Normalnya adalah lebih dari 10 detik. namun penelitian terkini menunjukan batas < 5 detik dinyatakan abnormal dengan kemungkinan tinggi terdapatnya dry eye.
Pewarnaan Fluoresein
Mewarnai epitel kornea yang rusak
Rose Bengal Mewarnai epitel kornea dan konjungtiva yang rusak atau degenerasi
Lissamine Green Mewarnai epitel kornea dan konjungtiva yang rusak atau degenerasi
Osmolaritas air mata Tolak ukur dry eye
Osmolaritas >= 316 mOsm/L
Dapat diukur dengan
- tearLab
- Tear osmometer
tearLab Mengukur osmolaritas dengen mengukur aktivitas elektrik melalui
kandungan garam pada air mata
Tear osmometer Mengukur osmolaritas air mata berdasarkan titik beku nya
Ocular Ferning test Melihat hasil ferning mukus pada kerokan konjungtiva
Mukus akan berkurang pada keadaan dry eye defisiensi mukus
a. ferning mukus uniform dan bercabang banyakb. ferning mukus lebih kecil dengan cabang lebih sedikitc. ferning mukus kecil dengan hampir tanpa cabangd. tidak ada ferning
Impression Cytology Mengukur jumlah sel goblet pada permukaan konjungtiva
Sel goblet berkurang pada keadaan dry eye, trakoma, defisiensi vitamin A, sindrom Steven Johnson
a. Sel goblet yang berkurang pada dry eye
b. Jumlah sel goblet normal
Manajemen & Terapi
Anggota The International Dry Eye WorkShop (DEWS) Subcommittee melakukan review terhadap the Delphi Panel (the Dry Eye Preferred Practice Patterns of the American Academy of Ophthalmology and the International Task Force Delphi Panel on Dry Eye) untuk penanganan dry eye dan melakukan modifikasi. Penanganan yang dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit
level 1 Edukasi dan modifikasi lingkungan atau makanan Eliminasi pengobatan sistemik yang menyebabkan dry eye Air mata buatan dengan pengawet (gel dan tetes mata), 4 kali sehari atau lebih Perbaikan pada kelainan kelopak mata
level 2 – dilakukan bila level 1 tidak cukup, ditambah dengan Air mata buatan tanpa pengawet Anti radang
Kortikosteroid tetes Cyclosporine A tetes Omega 3 fatty acid tetes atau sistemik
Punctal plugs atau oklusi pungtum (setelah mengontrol peradangan)
Tetrasiklin (untuk meibomanitis dan rosacea)
Secretagogues
Moisture chamber spectacles atau kacamata untuk menjaga kelembaban
Moisture chamber spectacles
level 3 – dilakukan bila level 2 tidak cukup, ditambah dengan :
Serum autologous, serum umbilical cord
Lensa kontak
Punctal plug atau oklusi pungtal permanen
level 4 – dilakukan bila level 3 tidak cukup, ditambah dengan:
Anti radang sistemik
Operasi Operasi kelopak mata Tarsorrhaphy Grafting membran mukus Transposisi duktus glandula saliva Transplantasi membran amniotic
Komplikasi Penurunan visus yang parah bila terjadi skaring dan neovaskularisasi di
kornea
Ulkus kornea
Komplikasi
- Keratitis filamentosa