Konjungtivitis Dry Eye
Embed Size (px)
Transcript of Konjungtivitis Dry Eye

BAB I
I. 1. LAPISAN AIR MATA
Air mata merupakan lapisan dan mempunyai struktur yang sangat kompleks sehingga
lebih tepat bila disebut lapisan air mata (LAM). LAM adalah garis pertahanan kedua
permukaan okular setelah palpebra. LAM adalah tiga lapisan struktur yang terdiri dari atas
lapisan lipid, aquos dan mukous dari anterior ke posterior dan menutupi permukaan epitel
kornea dan konjungtiva. Ada pendapat yang menyatakan bahwa LAM hanya dua lapisan
yaitu lapisan lipid dan aquos. Lapisan mukous berdasarkan anatomi dan fisiologinya
dianggap merupakan bagian dari kornea dan epitel konjungtiva tempat melekatnya secara
erat. Dengan pemeriksaan laser inferometri pandangan ini berubah karena ternyata musin
bisa saja berada pada seluruh lapisan sehingga ketiga lapisan tersebut merupakan suatu
kesatuan LAM. Tebal keseluruhan LAM, termasuk lapisan mukous sekitar 7 .1
LAM mempunyai 4 fungsi utama yaitu fungsi optik, mekanik, nutrisi dan defensif.1
Fungsi optik :
LAM menjadikan permukaan refraksi yang lembut dan reguler, mengisi iregularitas pada
permukaan kornea.
Fungsi mekanik :
Melekat pada permukaan kornea dan konjungtiva bulbi serta konjungtiva palpebra
menjadikannya permukaan yang basah dan terlubrikasi.
Melalui kedipan, LAM mengeliminir debris dari permukaan okular.
Dengan adanya gradien osmotik, air dapat bergerak antara kornea dan LAM.
Fungsi nutrisi :
Kornea yang avaskular mendapatkan oksigen dari LAM.
LAM membawa nutrien seperti glukosa yang berasal dari pembuluh pembuluh darah di
konjungtiva palpebra menuju kornea.
Fungsi defensif :
LAM menjadi pertahanan pertama terhadap infeksi permukaan okular melalui aksi
antibakterial protein dan enzim yang terkandung di dalamnya, terutama lisozim.

Untuk menjada stabilitas LAM maka ada 2 aspek utama yang penting yakni aspek
komposisi LAM dan aspek hidrodinamik LAM. Aspek komposisi LAM adalah lipid, akuos
yang mengandung elektrolit, protein dan lapisan musin, sedangkan aspek hidrodinamik
LAM adalah bagaimana menutup dan membukanya palpebra yang ada hubungannya dengan
evaporasi dan penyebaran LAM yang terjadi pada refleks mengedip. Untuk mendapatkan
permukaan okular yang sehat, Tseng dan kawan-kawan mengemukakan 5 konsep dasar yang
saling berkaitan yakni:1
1. Adanya hubungan yang erat antara epitel permukaan okular dengan LAM preokular.
2. Stabilitas LAM berkaitan dengan terjaganya kelenjar meibom yang menghasilkan lipid.
3. Mekanisme proteksi dikontrol oleh integrasi neuroanatomik yang diperankan oleh saraf
oftalmik dan saraf fasial.
4. Adanya stem sel limbal yang normal.
5. Epitel permukaan okular yang fungsinya dittopang oleh fibroblas stroma dan matriks.
Kelima konsep tersebut merupakan kunci pertahanan permukaan okular yang
mengaturnya dengan LAM berfungsi sebagai suatu unit yang terintegrasi. Dengan
memperhatikan hubungan erat antara LAM dengan permukaan okular, maka kini terdapat
pemahaman yang merupakan cakrawala baru mengenai patogenesis terjadinya dry eye.
Pflugfelder, dkk memperkenalkan lacrimal function unit pada tahun 1998, yang meliputi
permukaan okular ( kornea, konjungtiva, kelenjar meibom), kelenjar lakrimal utama dan
aksesorius, dan jaringan saraf yang menghubungkannya secara keseluruhan sehingga bersatu
menjadi suatu unit yang terintegrasi dan saling berhubungan satu sama lainnya. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa dry eye terjadi akibat disfungsi integrasi unit fungsi lakrimal dengan
permukaan okular, disamping itu adanya inflamasi pada permukaan okular juga berperan
dalam terjadinya dry eye. Jika terjadi disfungsi dari salah satu komponen unit fungsi
lakrimal maka akan berpengaruh terhadap komposisi dan stabilitas dari LAM. Beberapa
penelitian juga mengemukakan bahwa penyakit lakrimal berpengaruh pada permukaan
okular dan sebaliknya gangguan permukaan okular mempengaruhi fungsi lakrimal.1

Gambar 1. Unit fungsi lakrimal (kepustakaan 1)
I. 1. 1. Lapisan Lipid
Bagian anterior LAM sangat tipis (0,1 m) dan mengandung lipid polar dan nonpolar
yang disekresikan oleh glandula meibom. Lapisan ini disekresi secara primer oleh glandula
meibom yang terdapat di palpebra superior dan inferior dan mengandung ester, triasil gliserol,
sterol ester dan asam lemak. Terdapat sekitar 30-40 glandula meibom di palpebra superior dan
20-30 di palpebra inferior dengan bentuk yang lebih kecil. Tiap orificium glandula terbuka
kearah kulit pada margin palpebra diantara grey line dan persambungan mukokutan. Fungsi
utama dari lapisan lipid adalah untuk menjada stabilitas lapisan aquos yang ada dibawahnya dan
mencegah penguapan yang berlebihan. Lapisan menjadi berkurang bila permukaan okular dibilas
dengan larutan normal saline atau medikasi sehingga meningkatkan evaporasi menjadi 10x lipat.
Infeksi minor glandula meibom, terutama oleh staphilococcus juga dapat menurunkan stabilitas
LAM oleh karena perubahan kimiawi meibom, produk sekresi dari glandula tersebut. Selain itu
terdapat pula fungsi lain dari lapisan lipid yaitu menjadikan permukaan okular terlubrikasi dan
kontribusi terhadap permukaan optik yang dibentuk oleh LAM keseluruhan.1
I. 1. 2. Lapisan Akuos
Lapisan akuos merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 98-99% air dan juga
komponen lainnya yaitu elektrolit, faktor pertumbuhan, sitokin, imunoglobulin, ion-ion terlarut
serta protein. Ketebalan komponen akuos sekitar 7 m. Lapisan akuos disekresikan oleh

glandula lakrimal mayor dan aksesoris Krause dan Wolfring. Elektrolit dan molekul-molekul
kecil berfungsi untuk mengatur aliran-aliran osmotik antara epitel kornea dan LAM, pH buffer
air mata, serta berperan sebagai kofaktor enzim dalam mengontrol permeabilitas membran.
Protein-protein tersebut memegang peranan penting dalam mempertahankan permukaan okular
terhadap agen mikroba melalui sekresi lisozim, beta-lysin, lactoferrin, IgA, IgG, dan protein
serum yang telah tersaring di asinus glandula lakrimal. Protein itu juga berperan pada viskositas
air mata.1
I. 1. 3. Lapisan Mukus
Permukaan epitel kornea adalah hidrofobik sedangkan lapisan adalah hidrofilik. Fungsi
utamanya adalah menutupi permukaan epitel kornea dan mempunyai tebal sekitar 0,05 . Mukus
disekresi oleh sel goblet konjungtiva dan sebagian kecil oleh glandula lakrimal. Jumlah sel
goblet rata-rata pada mata orang normal sekitar 8,8/mm2. Setelah kedipan mata, palpebra
superior menyentuh kornea dan kembali memberi lapisan mukus yang baru. Jumlah mukus yang
cukup merupakan salah satu syarat untuk stabilitas LAM. Lapisan ini mempunyai berat molekul
2000-4000kd dan sebagian besar terdiri atas glikoprotein yang terglikosilasi. Lapisan ini bersifat
larut air dan berbentuk seperti gel sehingga berperan untuk menjadikan permukaan kornea
hidrofilik. Musin juga menurunkan tegangan permukaan LAM. Perlekatan LAM dengan
permukaan okular juga meningkat karena adanya mikrovili dan invaginasi membran epitel yang
dibungkus oleh glikokalis.1
Gambar 2. Lapisan air mata (kepustakaan 1)
BAB II

I. 2. 1. PENDAHULUAN
Mata kering adalah kondisi yang sangat umum terjadi, yang mempengaruhi sebagian
besar orang pada tahap tertentu dalam kehidupan mereka. Hal ini juga kondisi mata yang paling
umum yang dilihat oleh ophtalmologis.2
Di masa lalu, pengobatan mata kering selalu paliatif, dalam bentuk pengganti air mata.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mata kering
tampaknya disebabkan oleh peradangan. Konsep ini telah menyebabkan pergeseran dalam
pengobatannya. Meskipun demikian, pengobatan konvensional masih memainkan peranan yang
penting.2
I. 2. 2. DEFINISI
International Dry Eye Workshop 2007 mendefinisikan mata kering sebagai berikut:
“Mata kering adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata, yang
menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan lapisan air mata,
dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Hal ini disertai dengan peningkatan osmolaritas
lapisan air mata, dan peradangan permukaan mata”.2,3
I. 2. 3. EPIDEMIOLOGI
Sub-komite dari International Dry Eye Workshop (2007) memeriksa data dari sejumlah
studi kohort besar dan memberi perhatian khusus pada definisi yang digunakan dan kriteria yang
digunakan, termasuk persyaratan untuk jumlah tertentu, frekuensi, dan intensitas gejala.4
Di Amerika Serikat, dari Salisbury Eye Study menemukan 14,6% dari 2420 memiliki
mata kering, dengan setidaknya 1 dari 6 gejala (kekeringan, berpasir, terbakar, kemerahan, krusta
pada bulu mata, mata sulit dibuka di pagi hari).4
Di Australia, dari Melbourne Visual Study menemukan 5,5% dari 926, dengan kriteria 1
dari 6 gejala yang dianggap berat, berupa ketidaknyamanan, benda asing, gatal, lakrimasi,
kekeringan, fotofobia, tetapi yang tidak berkaitan dengan gejala yang disebabkan oleh hay fever.4
Sementara di Asia, penelitian di Sumatera, Indonesia menemukan 27,5% dari 1058,
memiliki setidaknya 1 dari 6 gejala, (kekeringan, rasa berpasir, terbakar, kemerahan, krusta pada
bulu mata, mata sulit terbuka di pagi hari) yang terjadi sesekali maupun terus menerus.4
I. 2. 4. ETIOLOGI

Dekade terakhir telah membawa perbaikan yang signifikan dalam pemahaman tentang
etiologi dan patogenesis KKS. Peran peradangan dalam KKS adalah salah satu faktor yang
paling penting yang membantu dalam pemahaman dan pengobatan KKS. Temuan yang berkaitan
dengan peradangan yang disertai dengan sekresi air mata yang berkurang dapat menyebabkan
kerusakan permukaan okular. Usia yang lebih tua dan jenis kelamin perempuan (usia terutama
perimenopause dan pascamenopause) merupakan faktor risiko terkenal dengan KKS. Studi
menunjukkan bahwa hormon seks mempengaruhi kondisi permukaan okular melalui
pengaruhnya terhadap sekresi air mata, fungsi kelenjar meibom, dan kepadatan sel goblet
konjungtiva. Defisiensi androgen kronis dikaitkan dengan disfungsi kelenjar meibom. Wanita
pasca menopause yang menggunakan terapi penggantian hormon (Hormone Replace Therapy-
HRT) terutama estrogen, memiliki prevalensi lebih tinggi menderita KKS dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah menggunakan HRT.3
Gambar 3. Etiologi dan faktor resiko dry eyes sindrom (kepustakaan 5)
Faktor lain yang memicu atau memperburuk KKS termasuk memakai lensa kontak
jangka panjang, operasi refraktif seperti laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK) atau
keratectomy photorefractive (PRK), merokok, sering menggunakan komputer, menonton televisi
dan membaca lama memprovokasi gejala mata kering. Mata kering dapat diperburuk oleh
kondisi kelembaban yang relatif rendah seperti lingkungan kantor, mobil ber-AC, kabin pesawat
dan cuaca panas atau dingin yang ekstrim, dan obat sistemik tertentu dapat menyebabkan mata
kering. Sering menggunakan tetes mata yang diawetkan > 4-6 kali sehari (termasuk obat-obatan

glaukoma dan air mata buatan) dapat berkontribusi untuk KKS karena toksisitas pengawet
seperti benzalkonium klorida.3
I. 2. 5. PATOGENESIS
Telah ada peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis mata kering. Meskipun
istilah "keratokonjunctivitis sicca" (KKS) digunakan selama lebih dari 50 tahun, hanya baru-baru
ini diketahui bahwa peradangan permukaan mata adalah bagian dari patofisiologi mata kering.
Pada pasien KKS, peradangan permukaan mata dapat dievaluasi baik sebagai penyebab dan
akibat dari kerusakan sel. Peradangan mata dan mata kering dapat menjadi lingkaran yang
berkaitan yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam penglihatan.3
Gambar 4. Lingkaran yang berkaitan dengan peradangan permukaan mata (kepustakaan 3)
Peran sitokin inflamasi dan matriks metalloproteinase (MMPs) dalam patogenesis mata
kering tampaknya sangat penting bagi pemahaman lebih mudah pada KKS dan untuk penemuan
agen terapi baru.3
Seperti disebutkan sebelumnya, penyakit atau disfungsi dari setiap komponen unit
fungsional lakrimal mengganggu keseimbangan antara sekresi dan degradasi komponen air mata
pada permukaan mata yang mana terjadi ketidakstabilan lapisan air mata dengan tertundanya
tear clearence yang menyebabkan iritasi mata dan kelainan epitel mengarah ke KKS. Setiap
kondisi yang menyebabkan stimulasi dari unit fungsional lakrimal (misalnya akibat kekeringan)
akan menyebabkan inflamasi neurogenik dalam asinus kelenjar lakrimal menghasilkan presentasi
antigen dan produksi sitokin, akhirnya menyebabkan aktivasi sel T. Biasanya ketika tidak ada
peradangan, limfosit T ini mengalami apoptosis. Tapi dengan adanya peradangan, limfosit T
diaktifkan dan mengeluarkan sitokin proinflamasi yang mengaktivasi lebih banyak sel T. Salah

satu penyebab disfungsi lakrimal pada sindrom Sjogren adalah infiltrasi limfosit dari kelenjar
lakrimal dengan kerusakan pada asinus sekretori. Adanya infiltrat limfositik fokal dan
peningkatan produksi sitokin proinflamasi merupakan temuan karakteristik peradangan kelenjar
lakrimal. Pelepasan sitokin inflamasi dengan infiltrasi sel-sel inflamasi dan sel epitel lakrimal
yang sakit lebih lanjut menyebabkan disfungsi sel epitel atau apoptosis.3
Gambar 5. Mekanisme dry eye (kepustakaan 6)
Apoptosis dari epitel permukaan mata bisa digunakan sebagai salah satu kejadian awal
yang lebih diperburuk oleh proses inflamasi dan tingkat penurunan faktor derivat kelenjar
lakrimal. Hal ini terbukti dengan peningkatan ekspresi penanda proapoptic (misalnya Fas, ligan
Fas, CD40, ligan CD40) dengan epitel konjungtiva. Penyakit atau disfungsi unit fungsional
lakrimal menyebabkan perubahan dalam stabilitas dan komposisi lapisan air mata, yang memiliki
konsekuensi yang merugikan untuk permukaan okular. Karakteristik umum unit disfungsional
meningkatkan osmolaritas air mata. Ada beberapa laporan yang menunjukkan penigkatan
osmolaritas yang menyebabkan peradangan. Peran peradangan pada etiopathogenesis KKS
secara singkat diringkas dalam Gambar berikut.3

Gambar 3. Etiopatogenesis penyakit mata kering (kepustakaan 3)
Androgen penting untuk memberikan dukungan trofik ke unit fungsional lakrimal serta
menciptakan lingkungan anti - inflamasi umum. Penurunan tingkat androgen dapat menyebabkan
hilangnya lingkungan anti - inflamasi dalam kelenjar lakrimal . Kelenjar meibom juga androgen
organ sasaran. Sebagai tingkat androgen sirkulasi tetes (misalnya dalam menopause), jaringan
lakrimal menjadi rentan terhadap peradangan imunogenik. defisiensi androgen relatif mungkin
menjelaskan prevalensi yang lebih besar dari mata kering pada wanita. Perubahan baik musin
distribusi atau musin glikosilasi pada permukaan sel epitel apikal juga terlibat dalam patogenesis
mata kering.3
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa disfungsi dari setiap komponen unit
fungsional lakrimal dapat menyebabkan film air mata tidak stabil dengan komposisi air mata
film diubah, ketidaknyamanan okular dan penyakit permukaan mata. Hasil akhirnya adalah
peradangan permukaan mata mulai lingkaran setan kekeringan dan peradangan lebih.3

Gambar 4. Klasifikasi dry eyes menurut DEWS 2007 (kepustakaan 6)
I. 2. 6. GEJALA KLINIS
Kebanyakan orang mungkin mengeluh mata kering dari waktu ke waktu, dry eyes disease
biasanya berhubungan dengan gejala kronis seperti mengeluh rasa terbakar pada mata, mata
merah, dan air mata berlebih (lakrimasi refleks) dari hanya sedikit penyebab lingkungan seperti
angin, dingin, kelembaban rendah, atau membaca untuk jangka waktu yang lama. Sensasi benda
asing juga dirasakan dan fotofobia. Gejala ini dapat disertai dengan nyeri serta kelelahan pada
mata. Gangguan penglihatan biasanya kurang dikeluhkan jika dibandingkan dengan keluhan
yang lain.2,7
I. 2. 7. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Diagnosis penyakit pada permukaan mata didasarkan pada gejala-gejala pasien dan
riwayat medis yang harus mencakup pertanyaan tentang obat topikal dan sistemik yang
digunakan dan kemungkinan faktor paparan yang memperberat. Tes diagnostik saat ini telah
tersedia dan pemeriksaan eksternal juga sangat diperlukan bagi setiap praktisi untuk mencapai
keputusan tentang pengobatan yang paling cocok. Kuesioner dan skor indeks dry eyes dapat
berguna untuk mendeteksi keberadaan mata kering dan untuk mengevaluasi efek dari terapi
pengobatan . Beberapa kuesioner yang tersedia, dengan yang paling umum adalah Ocular
Surface Diesease Index (OSDI). Namun, masih belum ada kuesioner standar dry eyes disease
yang diterima secara universal . Setelah riwayat kesehatan pasien diperoleh dan kuesioner
diberikan , pemeriksaan klinis dari segmen anterior dan tes objektif diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis dry eyes.8
TES OBJEKTIF. Tujuan tes objektif untuk mata kering dapat dibagi menjadi tes untuk
memeriksa air mata dan memeriksa keutuhan dari permukaan okular. Untuk lebih lanjut dapat

dibagi menjadi tes yang menyelidiki kuantitas, kualitas, atau sifat fungsional air mata.8
KUALITAS AIR MATA. Beberapa penulis menganggap bahwa penentuan osmolaritas
air mata adalah signifikan dalam diagnosis mata kering namun, itu memerlukan dukungan teknis
yang ahli, dan penggunaannya sampai saat ini masih terbatas pada laboratorium khusus.
Munculnya osmometers baru yang lebih terjangkau telah memperluas penggunaannya dalam
praktek sehari-hari. Tes yang paling umum untuk menentukan kualitas film air mata yang
digunakan saat ini adalah tear breakup time (TBUT).8
KUANTITAS AIR MATA. Teknik yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi
kuantitas air mata adalah tes Schirmer 1, dilakukan tanpa anestesi. Dalam tes ini, 5 × 35 mm strip
kertas filter yang dibengkokkan 5 mm dari ujung ditempatkan di bawah kelopak mata bawah di
sisi temporal. Strip disimpan selama 5 menit dan kemudian panjang strip yang basah diukur.
Hasil kurang dari 5 mm menunjukkan defisiensi air mata. Penyisipan strip selama 5 menit dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dari relfeks sekresi air mata. Oleh karena itu, sebagai alternatif,
beberapa praktisi menjaga kertas di tempat selama 2 menit atau menerapkan anestesi topikal
sebelum menempatkan strip (Schirmer II). Metode non-invasif lain yang digunakan adalah
pengukuran tinggi meniskus air mata pada kelopak mata bawah, dimana ketinggian kurang dari
0,2 mm dikaitkan dengan defisiensi air mata.8

Gambar 5. (A) Tes schirmer dan (B) hasil dari tes schirmer (kepustakaan 9)
PEWARNAAN DARI PERMUKAAN OKULER . Fluorescein berguna dalam menilai
mata kering di mana aplikasinya dapat menentukan keutuhan epitel kornea dan konjungtiva .
Epitel normal tidak berwarna ; Namun, ketika lapisan mukosa tidak ada, pewarna menembus dan
mewarnai epitel . Evaluasi setelah 2 menit dianjurkan karena pemeriksaan yang cepat dapat
mengurangi tingkat kerusakan pada permukaan ocular. Lissamine green adalah pewarna lain
yang digunakan untuk mengevaluasi segmen anterior dan digunakan untuk mewarnai sel-sel mati
atau sel-sel degenaratif dan menghasilkan lebih sedikit iritasi dibandingkan dengan pewarnaan
Rose Bengal. Menentukan tingkat pewarnaan permukaan okular setelah pewarnaan adalah
komponen penting utama dari diagnosis mata kering. Fluorescein juga digunakan untuk tes
stabilitas klasik film air mata. Fluorescein ditempatkan di forniks bawah , dan pasien pertama
diminta untuk berkedip beberapa kali dan kemudian tidak berkedip . Dengan memakai sinar slit-
lamp yang luas disertai dengan cobalt blue filter digunakan untuk memindai film air mata .
Adanya bintik-bintik hitam atau garis mengindikasikan adanya daerah yang kering dalam film air
mata. Tear Breakup Time ( TBUT ) adalah waktu antara berkedip dan munculnya dry spot
pertama kali secara acak. TBUT kurang dari 10 detik dianggap abnormal.8
Gambar 6. Pewarnaan Lissamine green (kepustakaan 10)
TES TAMBAHAN . Pasien dengan keratoconjunctivitis sicca tingkat berkedip kelopak
mata menurun akibat sensitivitas kornea berkurang karena peradangan permukaan mata. Ocular
Protection Index (OPI) dirancang dalam upaya untuk menggabungkan pengukuran dari
ketidakstabilan film air mata dan interval interblink ( IBI ) . Hal ini dihitung dengan membagi
jumlah berkedip dalam 1 menit dimana IBI normal adalah antara 10 dan 12 detik . Nilai OPI
diperoleh dari membagi nilai TBUT dengan IBI. Nilai OPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa
film air mata mendestabilkan antara berkedip sementara nilai OPI 1 atau lebih tinggi tampaknya
berhubungan dengan gejala pasien. Tes tambahan yang berguna termasuk sitologi konjungtiva
(untuk mengevaluasi sel goblet) , sikat sitologi (untuk menganalisis kemungkinan peradangan

permukaan mata) , dan mengukur jumlah lisozim dan laktoferin dalam air mata . Penurunan
konsentrasi dua protein lakrimal utama ini disekresikan oleh kelenjar lakrimal dalam film air
mata menunjukkan disfungsi kelenjar lakrimal.8
PERTIMBANGAN DIAGNOSTIK
Diagnosis untuk sindrom mata kering (DES), atau keratoconjunctivitis sicca (KCS), luas.
Kondisi yang perlu dipertimbangkan adalah mereka yang termasuk konjungtivitis (alergi,
bakteri, giant papiler, dan virus, serta keratoconjunctivitis atopik), keratitis filamen, penyakit
menular (klamidia, herpes simplex dan herpes simpleks keratitis, dan herpes zoster), kelainan
kornea (abrasi , erosi, benda asing, dan plak mukosa), dan keratitis lain (interstitial) dan
keratopathies (neurotropik dan pseudofakia bulosa).8
Gambar 7. Temuan karakteristik tes diagnostik dry eyes sindrom (kepustakaan 5)

Gambar 8. Skema grading dry eye (kepustakaan 6)
I. 2. 8. PENGOBATAN
Modifikasi perilaku dan lingkungan :2
Istirahat saat membaca, dan ketika bekerja di depan komputer
Humidifikasi lingkungan
Menurunkan tinggi dari monitor komputer untuk mengurangi celah kelopak mata.
Moisture ruang eye-wear. Ini membungkus di sekitar mata, membantu untuk
mempertahankan kelembaban, dan melindungi mata dari iritasi.
INTERVENSI BEDAH
Oklusi punctal dapat dipertimbangkan pada pasien dengan defisiensi air mata, ketika
strategi lain tidak berhasil. Oklusi punctal dapat dilakukan dengan punctal plug sementara, atau
permanen, dengan canaliculoplasty argon laser, thermocautery, atau jarum radio frekuensi.2
Gambar 9. Pungtal plug silikon (kepustakaan 7)
PENGGANTI AIR MATA
Pengganti air mata dianggap pengobatan lini pertama untuk defisiensi air mata ringan
sampai sedang. Sediaan yang tersedia adalah tetes, gel dan salep. Pengganti air mata sebagian
besar mengandung selulosa untuk mempertahankan viskositas, dan agen penyebaran, misalnya
polietilen glikol, atau polivinil alkohol, untuk mencegah evaporasi.2
Sediaan yang lebih kental, misalnya gel dan salep, bisa meringankan gejala untuk jangka
waktu yang lama, tetapi dapat menyebabkan penglihatan kabur sesaat setelah pemberian.
Rekomendasi umum adalah dengan menggunakan sediaan ini sebelum waktu tidur.2
Sediaan yang bebas pengawet lebih disukai, yang mengandung pengawet seperti,
khususnya benzylkonium klorida, yang ditoleransi buruk, dan berpotensi berbahaya dalam kasus
sedang sampai berat dari dry eyes.2

TERAPI ANTI-INFLAMASI
SIKLOSPORIN
Siklosporin adalah agen imunosupresif digunakan secara sistemik dalam organ
transplantasi pasien. Pada tahun 1995, siklosporin telah disetujui di Amerika Serikat untuk
mengobati mata kering pada anjing. Pada tahun 2003, pengujian pada manusia menyebabkan
persetujuan US Food and Drug Administration untuk pengobatan dry eyes.2
Mekanisme yang tepat dari pemberian siklosporin dalam pengobatan mata kering tidak
sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan sebagai imunomodulator parsial, dan anti-inflamasi,
yang mana dapat menghentikan aktivasi sel T, sehingga mencegah sel T yang akan melepaskan
sitokin untuk memulai siklus inflamasi pada dry eyes.2
Siklosporin A (Cyclokat) adalah emulsi kationik dari siklosporin A. Emulsi bermuatan
positif elektrostatis melekat pada lapisan epitel bermuatan negatif dari mata, sehingga
meningkatkan penyerapan okular. Siklosporin A adalah obat imunomodulasi yang bertindak
untuk mengurangi peradangan mata yang berhubungan dengan sindrom dry eyes dengan
peningkatan atau pemulihan sekresi kelenjar lakrimal. Cyclokat ditujukan untuk pengobatan
keratoconjunctivitis sicca yang berat. Hal ini diberikan secara topikal pada dosis 1mg/ml sekali
sehari.11
KORTIKOSTEROID
Beberapa studi telah menemukan bahwa kortikosteroid topikal atau sistemik efektif
dalam pengobatan mata kering. Namun, pasien harus secara teratur dipantau terkait komplikasi
steroid , seperti glaukoma, infeksi dan subcapsular cataracts.2

Gambar 10. Kategori terapi dry eye (kepustakaan 5)
Gambar 11. Rekomendasi terapi menurut stadium (kepustakaan 5)
I. 2. 9. DIAGNOSIS BANDING
1. Blepharitis12
Dalam blepharitis , kontak yang terlalu lama untuk mediator inflamasi dalam lapisan
air mata saat tidur dapat menyebabkan iritasi mata setelah bangun . Dengan demikian ,
pasien blepharitis cenderung mendapatkan gejala pada pagi hari. Untuk pasien
penyakit mata kering , mata sering terpapar dengan lingkungan akhirnya menimbulkan
ketidaknyamanan sepanjang hari , sehingga gejala mereka biasa puncaknya pada sore
atau malam hari.13
2. Konjungtivitis alergi12
Orang dengan konjungtivitis alergi musiman biasanya memiliki gejala konjungtivitis
alergi akut untuk jangka waktu tertentu , yaitu pada musim semi , ketika alergen udara

yang dominan adalah serbuk sari pohon di musim panas, serbuk sari rumput, atau
gulma serbuk sari . Biasanya, orang dengan konjungtivitis alergi musiman adalah
gejalanya hilang selama musim dingin karena penularan melalui udara menurun dari
alergen tersebut. Konjungtivitis alergi musiman dapat memanifestasikan dirinya
melalui ketidakstabilan lapisan air mata dan gejala ketidaknyamanan pada mata
selama musim serbuk sari . Satu studi menemukan bahwa di luar musim serbuk sari,
peradangan alergi tidak menyebabkan ketidakstabilan lapisan air mata permanen.14
I. 2. 10. KOMPLIKASI
Meskipun kebanyakan orang hanya mengalami gejala ringan, kasus yang parah dry eyes
syndrome dapat menyebabkan komplikasi. Dua komplikasi utama yang terkait dengan sindrom
mata kering adalah konjungtivitis dan ulserasi kornea.8
Karena air mata melindungi permukaan mata dari infeksi pada kasus berat sindrom mata
kering tidak diobati, peradangan yang terkait dapat merusak konjungtiva dan kornea dengan
peningkatan risiko infeksi mata. Untungnya, sebagian besar kasus KKS terkait yang ringan dan
tidak memerlukan perawatan khusus. Jika peradangannya menjadi parah atau kronis, harus di
terapi dengan tepat dan tepat waktu sebelum terjadi kerusakan permukaan kornea yang dapat
menyebabkan ulserasi yang tidak dapat diperbaiki atau jaringan parut. Komplikasi ini dapat
menghasilkan gejala yang lebih parah seperti sensitivitas yang ekstrim terhadap cahaya, nyeri,
mata merah, dan kehilangan penglihatan.8
1. KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva (lapisan transparan dari sel-sel yang
menutupi bagian putih bola mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata).
Gejala konjungtivitis mirip dengan sindrom dry eyes termasuk mata merah, perasaan berpasir
pada mata, sensasi terbakar pada mata dan kelopak mata yang melengket ketika bangun.
Sebagian besar kasus konjungtivitis yang disebabkan oleh sindrom dry eyes adalah ringan dan
tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, jika Anda memiliki konjungtivitis yang parah dan
kronis. Anda mungkin akan dirujuk ke dokter spesialis untuk perawatan.15
2. INFEKSI KORNEA

Dalam kasus yang parah sindrom dry eyes yang tidak diobati atau kasus-kasus yang tidak
merespon dengan baik terhadap pengobatan, peradangannya dapat merusak permukaan kornea
(lapisan transparan di depan mata). Ini disebut keratitis. Kerusakan ini dapat membuat kornea
rentan terhadap ulserasi dan infeksi, yang dapat berpotensi mengancam penglihatan Anda. Gejala
serius dengan kornea termasuk nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya dan penurunan dalam
penglihatan.15
I. 2. 11. PROGNOSA
Prognosis dari DES bervariasi dengan tingkat kondisi keparahannya. Kebanyakan pasien
memiliki kasus ringan sampai sedang, dan gejalanya dapat diobati dengan pelumas, mengatasi
gejala dengan baik. Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom
dry eyes adalah baik. Pasien dengan SS atau dry eyes yang lama yang tidak diobati merupakan
subkelompok yang memiliki prognosis yang lebih buruk dan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam pengobatan.16
Dry eyes dapat diperparah oleh ulkus kornea steril atau menular, terutama pada pasien
dengan SS. Ulkus biasanya berbentuk oval atau melingkar, diameternya kurang dari 3 mm, dan
terletak di sentral kornea atau parasentral. Kadang-kadang, perforasi kornea dapat terjadi. Dalam
kasus yang jarang terjadi, ulserasi kornea steril atau menular pada sindrom mata kering dapat
menyebabkan kebutaan.16
Defek epitel pungtata (PED) dapat muncul. Epitheliopathy pungtata yang signifikan
dapat menyebabkan erosi kornea, ulserasi kornea (baik steril dan terinfeksi), neovaskularisasi
kornea, jaringan parut pada kornea, kornea menipis, dan bahkan perforasi kornea.16