Konjungtivitis Dry Eye

27
BAB I I. 1. LAPISAN AIR MATA Air mata merupakan lapisan dan mempunyai struktur yang sangat kompleks sehingga lebih tepat bila disebut lapisan air mata (LAM). LAM adalah garis pertahanan kedua permukaan okular setelah palpebra. LAM adalah tiga lapisan struktur yang terdiri dari atas lapisan lipid, aquos dan mukous dari anterior ke posterior dan menutupi permukaan epitel kornea dan konjungtiva. Ada pendapat yang menyatakan bahwa LAM hanya dua lapisan yaitu lapisan lipid dan aquos. Lapisan mukous berdasarkan anatomi dan fisiologinya dianggap merupakan bagian dari kornea dan epitel konjungtiva tempat melekatnya secara erat. Dengan pemeriksaan laser inferometri pandangan ini berubah karena ternyata musin bisa saja berada pada seluruh lapisan sehingga ketiga lapisan tersebut merupakan suatu kesatuan LAM. Tebal keseluruhan LAM, termasuk lapisan mukous sekitar 7 . 1 LAM mempunyai 4 fungsi utama yaitu fungsi optik, mekanik, nutrisi dan defensif. 1 Fungsi optik : LAM menjadikan permukaan refraksi yang lembut dan reguler, mengisi iregularitas pada permukaan kornea. Fungsi mekanik :

Transcript of Konjungtivitis Dry Eye

Page 1: Konjungtivitis Dry Eye

BAB I

I. 1. LAPISAN AIR MATA

Air mata merupakan lapisan dan mempunyai struktur yang sangat kompleks sehingga

lebih tepat bila disebut lapisan air mata (LAM). LAM adalah garis pertahanan kedua

permukaan okular setelah palpebra. LAM adalah tiga lapisan struktur yang terdiri dari atas

lapisan lipid, aquos dan mukous dari anterior ke posterior dan menutupi permukaan epitel

kornea dan konjungtiva. Ada pendapat yang menyatakan bahwa LAM hanya dua lapisan

yaitu lapisan lipid dan aquos. Lapisan mukous berdasarkan anatomi dan fisiologinya

dianggap merupakan bagian dari kornea dan epitel konjungtiva tempat melekatnya secara

erat. Dengan pemeriksaan laser inferometri pandangan ini berubah karena ternyata musin

bisa saja berada pada seluruh lapisan sehingga ketiga lapisan tersebut merupakan suatu

kesatuan LAM. Tebal keseluruhan LAM, termasuk lapisan mukous sekitar 7 .1

LAM mempunyai 4 fungsi utama yaitu fungsi optik, mekanik, nutrisi dan defensif.1

Fungsi optik :

LAM menjadikan permukaan refraksi yang lembut dan reguler, mengisi iregularitas pada

permukaan kornea.

Fungsi mekanik :

Melekat pada permukaan kornea dan konjungtiva bulbi serta konjungtiva palpebra

menjadikannya permukaan yang basah dan terlubrikasi.

Melalui kedipan, LAM mengeliminir debris dari permukaan okular.

Dengan adanya gradien osmotik, air dapat bergerak antara kornea dan LAM.

Fungsi nutrisi :

Kornea yang avaskular mendapatkan oksigen dari LAM.

LAM membawa nutrien seperti glukosa yang berasal dari pembuluh pembuluh darah di

konjungtiva palpebra menuju kornea.

Fungsi defensif :

LAM menjadi pertahanan pertama terhadap infeksi permukaan okular melalui aksi

antibakterial protein dan enzim yang terkandung di dalamnya, terutama lisozim.

Page 2: Konjungtivitis Dry Eye

Untuk menjada stabilitas LAM maka ada 2 aspek utama yang penting yakni aspek

komposisi LAM dan aspek hidrodinamik LAM. Aspek komposisi LAM adalah lipid, akuos

yang mengandung elektrolit, protein dan lapisan musin, sedangkan aspek hidrodinamik

LAM adalah bagaimana menutup dan membukanya palpebra yang ada hubungannya dengan

evaporasi dan penyebaran LAM yang terjadi pada refleks mengedip. Untuk mendapatkan

permukaan okular yang sehat, Tseng dan kawan-kawan mengemukakan 5 konsep dasar yang

saling berkaitan yakni:1

1. Adanya hubungan yang erat antara epitel permukaan okular dengan LAM preokular.

2. Stabilitas LAM berkaitan dengan terjaganya kelenjar meibom yang menghasilkan lipid.

3. Mekanisme proteksi dikontrol oleh integrasi neuroanatomik yang diperankan oleh saraf

oftalmik dan saraf fasial.

4. Adanya stem sel limbal yang normal.

5. Epitel permukaan okular yang fungsinya dittopang oleh fibroblas stroma dan matriks.

Kelima konsep tersebut merupakan kunci pertahanan permukaan okular yang

mengaturnya dengan LAM berfungsi sebagai suatu unit yang terintegrasi. Dengan

memperhatikan hubungan erat antara LAM dengan permukaan okular, maka kini terdapat

pemahaman yang merupakan cakrawala baru mengenai patogenesis terjadinya dry eye.

Pflugfelder, dkk memperkenalkan lacrimal function unit pada tahun 1998, yang meliputi

permukaan okular ( kornea, konjungtiva, kelenjar meibom), kelenjar lakrimal utama dan

aksesorius, dan jaringan saraf yang menghubungkannya secara keseluruhan sehingga bersatu

menjadi suatu unit yang terintegrasi dan saling berhubungan satu sama lainnya. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa dry eye terjadi akibat disfungsi integrasi unit fungsi lakrimal dengan

permukaan okular, disamping itu adanya inflamasi pada permukaan okular juga berperan

dalam terjadinya dry eye. Jika terjadi disfungsi dari salah satu komponen unit fungsi

lakrimal maka akan berpengaruh terhadap komposisi dan stabilitas dari LAM. Beberapa

penelitian juga mengemukakan bahwa penyakit lakrimal berpengaruh pada permukaan

okular dan sebaliknya gangguan permukaan okular mempengaruhi fungsi lakrimal.1

Page 3: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 1. Unit fungsi lakrimal (kepustakaan 1)

I. 1. 1. Lapisan Lipid

Bagian anterior LAM sangat tipis (0,1 m) dan mengandung lipid polar dan nonpolar

yang disekresikan oleh glandula meibom. Lapisan ini disekresi secara primer oleh glandula

meibom yang terdapat di palpebra superior dan inferior dan mengandung ester, triasil gliserol,

sterol ester dan asam lemak. Terdapat sekitar 30-40 glandula meibom di palpebra superior dan

20-30 di palpebra inferior dengan bentuk yang lebih kecil. Tiap orificium glandula terbuka

kearah kulit pada margin palpebra diantara grey line dan persambungan mukokutan. Fungsi

utama dari lapisan lipid adalah untuk menjada stabilitas lapisan aquos yang ada dibawahnya dan

mencegah penguapan yang berlebihan. Lapisan menjadi berkurang bila permukaan okular dibilas

dengan larutan normal saline atau medikasi sehingga meningkatkan evaporasi menjadi 10x lipat.

Infeksi minor glandula meibom, terutama oleh staphilococcus juga dapat menurunkan stabilitas

LAM oleh karena perubahan kimiawi meibom, produk sekresi dari glandula tersebut. Selain itu

terdapat pula fungsi lain dari lapisan lipid yaitu menjadikan permukaan okular terlubrikasi dan

kontribusi terhadap permukaan optik yang dibentuk oleh LAM keseluruhan.1

I. 1. 2. Lapisan Akuos

Lapisan akuos merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 98-99% air dan juga

komponen lainnya yaitu elektrolit, faktor pertumbuhan, sitokin, imunoglobulin, ion-ion terlarut

serta protein. Ketebalan komponen akuos sekitar 7 m. Lapisan akuos disekresikan oleh

Page 4: Konjungtivitis Dry Eye

glandula lakrimal mayor dan aksesoris Krause dan Wolfring. Elektrolit dan molekul-molekul

kecil berfungsi untuk mengatur aliran-aliran osmotik antara epitel kornea dan LAM, pH buffer

air mata, serta berperan sebagai kofaktor enzim dalam mengontrol permeabilitas membran.

Protein-protein tersebut memegang peranan penting dalam mempertahankan permukaan okular

terhadap agen mikroba melalui sekresi lisozim, beta-lysin, lactoferrin, IgA, IgG, dan protein

serum yang telah tersaring di asinus glandula lakrimal. Protein itu juga berperan pada viskositas

air mata.1

I. 1. 3. Lapisan Mukus

Permukaan epitel kornea adalah hidrofobik sedangkan lapisan adalah hidrofilik. Fungsi

utamanya adalah menutupi permukaan epitel kornea dan mempunyai tebal sekitar 0,05 . Mukus

disekresi oleh sel goblet konjungtiva dan sebagian kecil oleh glandula lakrimal. Jumlah sel

goblet rata-rata pada mata orang normal sekitar 8,8/mm2. Setelah kedipan mata, palpebra

superior menyentuh kornea dan kembali memberi lapisan mukus yang baru. Jumlah mukus yang

cukup merupakan salah satu syarat untuk stabilitas LAM. Lapisan ini mempunyai berat molekul

2000-4000kd dan sebagian besar terdiri atas glikoprotein yang terglikosilasi. Lapisan ini bersifat

larut air dan berbentuk seperti gel sehingga berperan untuk menjadikan permukaan kornea

hidrofilik. Musin juga menurunkan tegangan permukaan LAM. Perlekatan LAM dengan

permukaan okular juga meningkat karena adanya mikrovili dan invaginasi membran epitel yang

dibungkus oleh glikokalis.1

Gambar 2. Lapisan air mata (kepustakaan 1)

BAB II

Page 5: Konjungtivitis Dry Eye

I. 2. 1. PENDAHULUAN

Mata kering adalah kondisi yang sangat umum terjadi, yang mempengaruhi sebagian

besar orang pada tahap tertentu dalam kehidupan mereka. Hal ini juga kondisi mata yang paling

umum yang dilihat oleh ophtalmologis.2

Di masa lalu, pengobatan mata kering selalu paliatif, dalam bentuk pengganti air mata.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mata kering

tampaknya disebabkan oleh peradangan. Konsep ini telah menyebabkan pergeseran dalam

pengobatannya. Meskipun demikian, pengobatan konvensional masih memainkan peranan yang

penting.2

I. 2. 2. DEFINISI

International Dry Eye Workshop 2007 mendefinisikan mata kering sebagai berikut:

“Mata kering adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata, yang

menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan lapisan air mata,

dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Hal ini disertai dengan peningkatan osmolaritas

lapisan air mata, dan peradangan permukaan mata”.2,3

I. 2. 3. EPIDEMIOLOGI

Sub-komite dari International Dry Eye Workshop (2007) memeriksa data dari sejumlah

studi kohort besar dan memberi perhatian khusus pada definisi yang digunakan dan kriteria yang

digunakan, termasuk persyaratan untuk jumlah tertentu, frekuensi, dan intensitas gejala.4

Di Amerika Serikat, dari Salisbury Eye Study menemukan 14,6% dari 2420 memiliki

mata kering, dengan setidaknya 1 dari 6 gejala (kekeringan, berpasir, terbakar, kemerahan, krusta

pada bulu mata, mata sulit dibuka di pagi hari).4

Di Australia, dari Melbourne Visual Study menemukan 5,5% dari 926, dengan kriteria 1

dari 6 gejala yang dianggap berat, berupa ketidaknyamanan, benda asing, gatal, lakrimasi,

kekeringan, fotofobia, tetapi yang tidak berkaitan dengan gejala yang disebabkan oleh hay fever.4

Sementara di Asia, penelitian di Sumatera, Indonesia menemukan 27,5% dari 1058,

memiliki setidaknya 1 dari 6 gejala, (kekeringan, rasa berpasir, terbakar, kemerahan, krusta pada

bulu mata, mata sulit terbuka di pagi hari) yang terjadi sesekali maupun terus menerus.4

I. 2. 4. ETIOLOGI

Page 6: Konjungtivitis Dry Eye

Dekade terakhir telah membawa perbaikan yang signifikan dalam pemahaman tentang

etiologi dan patogenesis KKS. Peran peradangan dalam KKS adalah salah satu faktor yang

paling penting yang membantu dalam pemahaman dan pengobatan KKS. Temuan yang berkaitan

dengan peradangan yang disertai dengan sekresi air mata yang berkurang dapat menyebabkan

kerusakan permukaan okular. Usia yang lebih tua dan jenis kelamin perempuan (usia terutama

perimenopause dan pascamenopause) merupakan faktor risiko terkenal dengan KKS. Studi

menunjukkan bahwa hormon seks mempengaruhi kondisi permukaan okular melalui

pengaruhnya terhadap sekresi air mata, fungsi kelenjar meibom, dan kepadatan sel goblet

konjungtiva. Defisiensi androgen kronis dikaitkan dengan disfungsi kelenjar meibom. Wanita

pasca menopause yang menggunakan terapi penggantian hormon (Hormone Replace Therapy-

HRT) terutama estrogen, memiliki prevalensi lebih tinggi menderita KKS dibandingkan dengan

mereka yang tidak pernah menggunakan HRT.3

Gambar 3. Etiologi dan faktor resiko dry eyes sindrom (kepustakaan 5)

Faktor lain yang memicu atau memperburuk KKS termasuk memakai lensa kontak

jangka panjang, operasi refraktif seperti laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK) atau

keratectomy photorefractive (PRK), merokok, sering menggunakan komputer, menonton televisi

dan membaca lama memprovokasi gejala mata kering. Mata kering dapat diperburuk oleh

kondisi kelembaban yang relatif rendah seperti lingkungan kantor, mobil ber-AC, kabin pesawat

dan cuaca panas atau dingin yang ekstrim, dan obat sistemik tertentu dapat menyebabkan mata

kering. Sering menggunakan tetes mata yang diawetkan > 4-6 kali sehari (termasuk obat-obatan

Page 7: Konjungtivitis Dry Eye

glaukoma dan air mata buatan) dapat berkontribusi untuk KKS karena toksisitas pengawet

seperti benzalkonium klorida.3

I. 2. 5. PATOGENESIS

Telah ada peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis mata kering. Meskipun

istilah "keratokonjunctivitis sicca" (KKS) digunakan selama lebih dari 50 tahun, hanya baru-baru

ini diketahui bahwa peradangan permukaan mata adalah bagian dari patofisiologi mata kering.

Pada pasien KKS, peradangan permukaan mata dapat dievaluasi baik sebagai penyebab dan

akibat dari kerusakan sel. Peradangan mata dan mata kering dapat menjadi lingkaran yang

berkaitan yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam penglihatan.3

Gambar 4. Lingkaran yang berkaitan dengan peradangan permukaan mata (kepustakaan 3)

Peran sitokin inflamasi dan matriks metalloproteinase (MMPs) dalam patogenesis mata

kering tampaknya sangat penting bagi pemahaman lebih mudah pada KKS dan untuk penemuan

agen terapi baru.3

Seperti disebutkan sebelumnya, penyakit atau disfungsi dari setiap komponen unit

fungsional lakrimal mengganggu keseimbangan antara sekresi dan degradasi komponen air mata

pada permukaan mata yang mana terjadi ketidakstabilan lapisan air mata dengan tertundanya

tear clearence yang menyebabkan iritasi mata dan kelainan epitel mengarah ke KKS. Setiap

kondisi yang menyebabkan stimulasi dari unit fungsional lakrimal (misalnya akibat kekeringan)

akan menyebabkan inflamasi neurogenik dalam asinus kelenjar lakrimal menghasilkan presentasi

antigen dan produksi sitokin, akhirnya menyebabkan aktivasi sel T. Biasanya ketika tidak ada

peradangan, limfosit T ini mengalami apoptosis. Tapi dengan adanya peradangan, limfosit T

diaktifkan dan mengeluarkan sitokin proinflamasi yang mengaktivasi lebih banyak sel T. Salah

Page 8: Konjungtivitis Dry Eye

satu penyebab disfungsi lakrimal pada sindrom Sjogren adalah infiltrasi limfosit dari kelenjar

lakrimal dengan kerusakan pada asinus sekretori. Adanya infiltrat limfositik fokal dan

peningkatan produksi sitokin proinflamasi merupakan temuan karakteristik peradangan kelenjar

lakrimal. Pelepasan sitokin inflamasi dengan infiltrasi sel-sel inflamasi dan sel epitel lakrimal

yang sakit lebih lanjut menyebabkan disfungsi sel epitel atau apoptosis.3

Gambar 5. Mekanisme dry eye (kepustakaan 6)

Apoptosis dari epitel permukaan mata bisa digunakan sebagai salah satu kejadian awal

yang lebih diperburuk oleh proses inflamasi dan tingkat penurunan faktor derivat kelenjar

lakrimal. Hal ini terbukti dengan peningkatan ekspresi penanda proapoptic (misalnya Fas, ligan

Fas, CD40, ligan CD40) dengan epitel konjungtiva. Penyakit atau disfungsi unit fungsional

lakrimal menyebabkan perubahan dalam stabilitas dan komposisi lapisan air mata, yang memiliki

konsekuensi yang merugikan untuk permukaan okular. Karakteristik umum unit disfungsional

meningkatkan osmolaritas air mata. Ada beberapa laporan yang menunjukkan penigkatan

osmolaritas yang menyebabkan peradangan. Peran peradangan pada etiopathogenesis KKS

secara singkat diringkas dalam Gambar berikut.3

Page 9: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 3. Etiopatogenesis penyakit mata kering (kepustakaan 3)

Androgen penting untuk memberikan dukungan trofik ke unit fungsional lakrimal serta

menciptakan lingkungan anti - inflamasi umum. Penurunan tingkat androgen dapat menyebabkan

hilangnya lingkungan anti - inflamasi dalam kelenjar lakrimal . Kelenjar meibom juga androgen

organ sasaran. Sebagai tingkat androgen sirkulasi tetes (misalnya dalam menopause), jaringan

lakrimal menjadi rentan terhadap peradangan imunogenik. defisiensi androgen relatif mungkin

menjelaskan prevalensi yang lebih besar dari mata kering pada wanita. Perubahan baik musin

distribusi atau musin glikosilasi pada permukaan sel epitel apikal juga terlibat dalam patogenesis

mata kering.3

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa disfungsi dari setiap komponen unit

fungsional lakrimal dapat menyebabkan film air mata tidak stabil dengan komposisi air mata

film diubah, ketidaknyamanan okular dan penyakit permukaan mata. Hasil akhirnya adalah

peradangan permukaan mata mulai lingkaran setan kekeringan dan peradangan lebih.3

Page 10: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 4. Klasifikasi dry eyes menurut DEWS 2007 (kepustakaan 6)

I. 2. 6. GEJALA KLINIS

Kebanyakan orang mungkin mengeluh mata kering dari waktu ke waktu, dry eyes disease

biasanya berhubungan dengan gejala kronis seperti mengeluh rasa terbakar pada mata, mata

merah, dan air mata berlebih (lakrimasi refleks) dari hanya sedikit penyebab lingkungan seperti

angin, dingin, kelembaban rendah, atau membaca untuk jangka waktu yang lama. Sensasi benda

asing juga dirasakan dan fotofobia. Gejala ini dapat disertai dengan nyeri serta kelelahan pada

mata. Gangguan penglihatan biasanya kurang dikeluhkan jika dibandingkan dengan keluhan

yang lain.2,7

I. 2. 7. PROSEDUR DIAGNOSTIK

Diagnosis penyakit pada permukaan mata didasarkan pada gejala-gejala pasien dan

riwayat medis yang harus mencakup pertanyaan tentang obat topikal dan sistemik yang

digunakan dan kemungkinan faktor paparan yang memperberat. Tes diagnostik saat ini telah

tersedia dan pemeriksaan eksternal juga sangat diperlukan bagi setiap praktisi untuk mencapai

keputusan tentang pengobatan yang paling cocok. Kuesioner dan skor indeks dry eyes dapat

berguna untuk mendeteksi keberadaan mata kering dan untuk mengevaluasi efek dari terapi

pengobatan . Beberapa kuesioner yang tersedia, dengan yang paling umum adalah Ocular

Surface Diesease Index (OSDI). Namun, masih belum ada kuesioner standar dry eyes disease

yang diterima secara universal . Setelah riwayat kesehatan pasien diperoleh dan kuesioner

diberikan , pemeriksaan klinis dari segmen anterior dan tes objektif diperlukan untuk

mengkonfirmasi diagnosis dry eyes.8

TES OBJEKTIF. Tujuan tes objektif untuk mata kering dapat dibagi menjadi tes untuk

memeriksa air mata dan memeriksa keutuhan dari permukaan okular. Untuk lebih lanjut dapat

Page 11: Konjungtivitis Dry Eye

dibagi menjadi tes yang menyelidiki kuantitas, kualitas, atau sifat fungsional air mata.8

KUALITAS AIR MATA. Beberapa penulis menganggap bahwa penentuan osmolaritas

air mata adalah signifikan dalam diagnosis mata kering namun, itu memerlukan dukungan teknis

yang ahli, dan penggunaannya sampai saat ini masih terbatas pada laboratorium khusus.

Munculnya osmometers baru yang lebih terjangkau telah memperluas penggunaannya dalam

praktek sehari-hari. Tes yang paling umum untuk menentukan kualitas film air mata yang

digunakan saat ini adalah tear breakup time (TBUT).8

KUANTITAS AIR MATA. Teknik yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi

kuantitas air mata adalah tes Schirmer 1, dilakukan tanpa anestesi. Dalam tes ini, 5 × 35 mm strip

kertas filter yang dibengkokkan 5 mm dari ujung ditempatkan di bawah kelopak mata bawah di

sisi temporal. Strip disimpan selama 5 menit dan kemudian panjang strip yang basah diukur.

Hasil kurang dari 5 mm menunjukkan defisiensi air mata. Penyisipan strip selama 5 menit dapat

menyebabkan ketidaknyamanan dari relfeks sekresi air mata. Oleh karena itu, sebagai alternatif,

beberapa praktisi menjaga kertas di tempat selama 2 menit atau menerapkan anestesi topikal

sebelum menempatkan strip (Schirmer II). Metode non-invasif lain yang digunakan adalah

pengukuran tinggi meniskus air mata pada kelopak mata bawah, dimana ketinggian kurang dari

0,2 mm dikaitkan dengan defisiensi air mata.8

Page 12: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 5. (A) Tes schirmer dan (B) hasil dari tes schirmer (kepustakaan 9)

PEWARNAAN DARI PERMUKAAN OKULER . Fluorescein berguna dalam menilai

mata kering di mana aplikasinya dapat menentukan keutuhan epitel kornea dan konjungtiva .

Epitel normal tidak berwarna ; Namun, ketika lapisan mukosa tidak ada, pewarna menembus dan

mewarnai epitel . Evaluasi setelah 2 menit dianjurkan karena pemeriksaan yang cepat dapat

mengurangi tingkat kerusakan pada permukaan ocular. Lissamine green adalah pewarna lain

yang digunakan untuk mengevaluasi segmen anterior dan digunakan untuk mewarnai sel-sel mati

atau sel-sel degenaratif dan menghasilkan lebih sedikit iritasi dibandingkan dengan pewarnaan

Rose Bengal. Menentukan tingkat pewarnaan permukaan okular setelah pewarnaan adalah

komponen penting utama dari diagnosis mata kering. Fluorescein juga digunakan untuk tes

stabilitas klasik film air mata. Fluorescein ditempatkan di forniks bawah , dan pasien pertama

diminta untuk berkedip beberapa kali dan kemudian tidak berkedip . Dengan memakai sinar slit-

lamp yang luas disertai dengan cobalt blue filter digunakan untuk memindai film air mata .

Adanya bintik-bintik hitam atau garis mengindikasikan adanya daerah yang kering dalam film air

mata. Tear Breakup Time ( TBUT ) adalah waktu antara berkedip dan munculnya dry spot

pertama kali secara acak. TBUT kurang dari 10 detik dianggap abnormal.8

Gambar 6. Pewarnaan Lissamine green (kepustakaan 10)

TES TAMBAHAN . Pasien dengan keratoconjunctivitis sicca tingkat berkedip kelopak

mata menurun akibat sensitivitas kornea berkurang karena peradangan permukaan mata. Ocular

Protection Index (OPI) dirancang dalam upaya untuk menggabungkan pengukuran dari

ketidakstabilan film air mata dan interval interblink ( IBI ) . Hal ini dihitung dengan membagi

jumlah berkedip dalam 1 menit dimana IBI normal adalah antara 10 dan 12 detik . Nilai OPI

diperoleh dari membagi nilai TBUT dengan IBI. Nilai OPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa

film air mata mendestabilkan antara berkedip sementara nilai OPI 1 atau lebih tinggi tampaknya

berhubungan dengan gejala pasien. Tes tambahan yang berguna termasuk sitologi konjungtiva

(untuk mengevaluasi sel goblet) , sikat sitologi (untuk menganalisis kemungkinan peradangan

Page 13: Konjungtivitis Dry Eye

permukaan mata) , dan mengukur jumlah lisozim dan laktoferin dalam air mata . Penurunan

konsentrasi dua protein lakrimal utama ini disekresikan oleh kelenjar lakrimal dalam film air

mata menunjukkan disfungsi kelenjar lakrimal.8

PERTIMBANGAN DIAGNOSTIK

Diagnosis untuk sindrom mata kering (DES), atau keratoconjunctivitis sicca (KCS), luas.

Kondisi yang perlu dipertimbangkan adalah mereka yang termasuk konjungtivitis (alergi,

bakteri, giant papiler, dan virus, serta keratoconjunctivitis atopik), keratitis filamen, penyakit

menular (klamidia, herpes simplex dan herpes simpleks keratitis, dan herpes zoster), kelainan

kornea (abrasi , erosi, benda asing, dan plak mukosa), dan keratitis lain (interstitial) dan

keratopathies (neurotropik dan pseudofakia bulosa).8

Gambar 7. Temuan karakteristik tes diagnostik dry eyes sindrom (kepustakaan 5)

Page 14: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 8. Skema grading dry eye (kepustakaan 6)

I. 2. 8. PENGOBATAN

Modifikasi perilaku dan lingkungan :2

Istirahat saat membaca, dan ketika bekerja di depan komputer

Humidifikasi lingkungan

Menurunkan tinggi dari monitor komputer untuk mengurangi celah kelopak mata.

Moisture ruang eye-wear. Ini membungkus di sekitar mata, membantu untuk

mempertahankan kelembaban, dan melindungi mata dari iritasi.

INTERVENSI BEDAH

Oklusi punctal dapat dipertimbangkan pada pasien dengan defisiensi air mata, ketika

strategi lain tidak berhasil. Oklusi punctal dapat dilakukan dengan punctal plug sementara, atau

permanen, dengan canaliculoplasty argon laser, thermocautery, atau jarum radio frekuensi.2

Gambar 9. Pungtal plug silikon (kepustakaan 7)

PENGGANTI AIR MATA

Pengganti air mata dianggap pengobatan lini pertama untuk defisiensi air mata ringan

sampai sedang. Sediaan yang tersedia adalah tetes, gel dan salep. Pengganti air mata sebagian

besar mengandung selulosa untuk mempertahankan viskositas, dan agen penyebaran, misalnya

polietilen glikol, atau polivinil alkohol, untuk mencegah evaporasi.2

Sediaan yang lebih kental, misalnya gel dan salep, bisa meringankan gejala untuk jangka

waktu yang lama, tetapi dapat menyebabkan penglihatan kabur sesaat setelah pemberian.

Rekomendasi umum adalah dengan menggunakan sediaan ini sebelum waktu tidur.2

Sediaan yang bebas pengawet lebih disukai, yang mengandung pengawet seperti,

khususnya benzylkonium klorida, yang ditoleransi buruk, dan berpotensi berbahaya dalam kasus

sedang sampai berat dari dry eyes.2

Page 15: Konjungtivitis Dry Eye

TERAPI ANTI-INFLAMASI

SIKLOSPORIN

Siklosporin adalah agen imunosupresif digunakan secara sistemik dalam organ

transplantasi pasien. Pada tahun 1995, siklosporin telah disetujui di Amerika Serikat untuk

mengobati mata kering pada anjing. Pada tahun 2003, pengujian pada manusia menyebabkan

persetujuan US Food and Drug Administration untuk pengobatan dry eyes.2

Mekanisme yang tepat dari pemberian siklosporin dalam pengobatan mata kering tidak

sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan sebagai imunomodulator parsial, dan anti-inflamasi,

yang mana dapat menghentikan aktivasi sel T, sehingga mencegah sel T yang akan melepaskan

sitokin untuk memulai siklus inflamasi pada dry eyes.2

Siklosporin A (Cyclokat) adalah emulsi kationik dari siklosporin A. Emulsi bermuatan

positif elektrostatis melekat pada lapisan epitel bermuatan negatif dari mata, sehingga

meningkatkan penyerapan okular. Siklosporin A adalah obat imunomodulasi yang bertindak

untuk mengurangi peradangan mata yang berhubungan dengan sindrom dry eyes dengan

peningkatan atau pemulihan sekresi kelenjar lakrimal. Cyclokat ditujukan untuk pengobatan

keratoconjunctivitis sicca yang berat. Hal ini diberikan secara topikal pada dosis 1mg/ml sekali

sehari.11

KORTIKOSTEROID

Beberapa studi telah menemukan bahwa kortikosteroid topikal atau sistemik efektif

dalam pengobatan mata kering. Namun, pasien harus secara teratur dipantau terkait komplikasi

steroid , seperti glaukoma, infeksi dan subcapsular cataracts.2

Page 16: Konjungtivitis Dry Eye

Gambar 10. Kategori terapi dry eye (kepustakaan 5)

Gambar 11. Rekomendasi terapi menurut stadium (kepustakaan 5)

I. 2. 9. DIAGNOSIS BANDING

1. Blepharitis12

Dalam blepharitis , kontak yang terlalu lama untuk mediator inflamasi dalam lapisan

air mata saat tidur dapat menyebabkan iritasi mata setelah bangun . Dengan demikian ,

pasien blepharitis cenderung mendapatkan gejala pada pagi hari. Untuk pasien

penyakit mata kering , mata sering terpapar dengan lingkungan akhirnya menimbulkan

ketidaknyamanan sepanjang hari , sehingga gejala mereka biasa puncaknya pada sore

atau malam hari.13

2. Konjungtivitis alergi12

Orang dengan konjungtivitis alergi musiman biasanya memiliki gejala konjungtivitis

alergi akut untuk jangka waktu tertentu , yaitu pada musim semi , ketika alergen udara

Page 17: Konjungtivitis Dry Eye

yang dominan adalah serbuk sari pohon di musim panas, serbuk sari rumput, atau

gulma serbuk sari . Biasanya, orang dengan konjungtivitis alergi musiman adalah

gejalanya hilang selama musim dingin karena penularan melalui udara menurun dari

alergen tersebut. Konjungtivitis alergi musiman dapat memanifestasikan dirinya

melalui ketidakstabilan lapisan air mata dan gejala ketidaknyamanan pada mata

selama musim serbuk sari . Satu studi menemukan bahwa di luar musim serbuk sari,

peradangan alergi tidak menyebabkan ketidakstabilan lapisan air mata permanen.14

I. 2. 10. KOMPLIKASI

Meskipun kebanyakan orang hanya mengalami gejala ringan, kasus yang parah dry eyes

syndrome dapat menyebabkan komplikasi. Dua komplikasi utama yang terkait dengan sindrom

mata kering adalah konjungtivitis dan ulserasi kornea.8

Karena air mata melindungi permukaan mata dari infeksi pada kasus berat sindrom mata

kering tidak diobati, peradangan yang terkait dapat merusak konjungtiva dan kornea dengan

peningkatan risiko infeksi mata. Untungnya, sebagian besar kasus KKS terkait yang ringan dan

tidak memerlukan perawatan khusus. Jika peradangannya menjadi parah atau kronis, harus di

terapi dengan tepat dan tepat waktu sebelum terjadi kerusakan permukaan kornea yang dapat

menyebabkan ulserasi yang tidak dapat diperbaiki atau jaringan parut. Komplikasi ini dapat

menghasilkan gejala yang lebih parah seperti sensitivitas yang ekstrim terhadap cahaya, nyeri,

mata merah, dan kehilangan penglihatan.8

1. KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva (lapisan transparan dari sel-sel yang

menutupi bagian putih bola mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata).

Gejala konjungtivitis mirip dengan sindrom dry eyes termasuk mata merah, perasaan berpasir

pada mata, sensasi terbakar pada mata dan kelopak mata yang melengket ketika bangun.

Sebagian besar kasus konjungtivitis yang disebabkan oleh sindrom dry eyes adalah ringan dan

tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, jika Anda memiliki konjungtivitis yang parah dan

kronis. Anda mungkin akan dirujuk ke dokter spesialis untuk perawatan.15

2. INFEKSI KORNEA

Page 18: Konjungtivitis Dry Eye

Dalam kasus yang parah sindrom dry eyes yang tidak diobati atau kasus-kasus yang tidak

merespon dengan baik terhadap pengobatan, peradangannya dapat merusak permukaan kornea

(lapisan transparan di depan mata). Ini disebut keratitis. Kerusakan ini dapat membuat kornea

rentan terhadap ulserasi dan infeksi, yang dapat berpotensi mengancam penglihatan Anda. Gejala

serius dengan kornea termasuk nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya dan penurunan dalam

penglihatan.15

I. 2. 11. PROGNOSA

Prognosis dari DES bervariasi dengan tingkat kondisi keparahannya. Kebanyakan pasien

memiliki kasus ringan sampai sedang, dan gejalanya dapat diobati dengan pelumas, mengatasi

gejala dengan baik. Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom

dry eyes adalah baik. Pasien dengan SS atau dry eyes yang lama yang tidak diobati merupakan

subkelompok yang memiliki prognosis yang lebih buruk dan membutuhkan waktu yang lebih

lama dalam pengobatan.16

Dry eyes dapat diperparah oleh ulkus kornea steril atau menular, terutama pada pasien

dengan SS. Ulkus biasanya berbentuk oval atau melingkar, diameternya kurang dari 3 mm, dan

terletak di sentral kornea atau parasentral. Kadang-kadang, perforasi kornea dapat terjadi. Dalam

kasus yang jarang terjadi, ulserasi kornea steril atau menular pada sindrom mata kering dapat

menyebabkan kebutaan.16

Defek epitel pungtata (PED) dapat muncul. Epitheliopathy pungtata yang signifikan

dapat menyebabkan erosi kornea, ulserasi kornea (baik steril dan terinfeksi), neovaskularisasi

kornea, jaringan parut pada kornea, kornea menipis, dan bahkan perforasi kornea.16