LP Dry Eye

28
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFENISI Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata Mata kering adalah penyakit multifaktorial pada air mata dan permukaan mata yang menghasilkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan tidak stabilnya film air mata yang berpotensi mengalami kerusakan pada permukaan mata. Mata kering juga disertai dengan peningkatan osmolaritas film air mata dan peradangan pada permukaan mata. B. ETIOLOGI Sangat banyak faktor penyebab sindroma mata kering, diantaranya kuantitas dan kualitas air mata yang kurang baik, neuro atonic control,serta integritas sel induk pada cornea (stem cell), namun selain faktor-faktor tersebut ada juga: 1) Usia lanjut 2) Faktor hormonal, seorang perempuan yang mengalami perubahan hormon, seperti menopause, kehamilan, pubertas.

description

Laporan Pendahuluan Dry Eye

Transcript of LP Dry Eye

Page 1: LP Dry Eye

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada

permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi

dari lapisan air mata

Mata kering adalah penyakit multifaktorial pada air mata dan

permukaan mata yang menghasilkan gejala tidak nyaman, gangguan

penglihatan, dan tidak stabilnya film air mata yang berpotensi mengalami

kerusakan pada permukaan mata. Mata kering juga disertai dengan

peningkatan osmolaritas film air mata dan peradangan pada permukaan mata.

B. ETIOLOGI

Sangat banyak faktor penyebab sindroma mata kering, diantaranya

kuantitas dan kualitas air mata yang kurang baik, neuro atonic control,serta

integritas sel induk pada cornea (stem cell), namun selain faktor-faktor

tersebut ada juga:

1) Usia lanjut

2) Faktor hormonal, seorang perempuan yang mengalami perubahan

hormon, seperti menopause, kehamilan, pubertas.

3) Penyakit yang sering dihubungkan dengan sindrom mata keringadalah

penyakit DM, kelainan tiroid, asma, lupus, syndroma steven johnson,

artritis rematik.

4) Pemakai lensa kontak

5) Obat-obatan, beberapa jenis obat dapat menurunkan produksi air mata

seperti antidepresan, dekongestan, antihistamin, anti hipertensi,

kontrasepsi oral, diuretik, obat-obat tukak lambung, beta bloockers dan

obat anastesi umum

6) Faktor lingkungan, diantaranya udara panas dan kering, pplusi udara,

asap, angin, berada di ruang AC terus menerus.

Page 2: LP Dry Eye

7) Lupa mengedip, mata yang menatapa terus menerus seperti waktu

membaca, menjahit,m melihat TV, menatap monitor komputer dan layar

ponsel.

8) Pasien post operasi mata, seperti pasien post lasik.

C. PATOFISIOLOGI

Predisposisi genetik di SS yang terkait KCS terbukti dipengaruhi oleh

tingginya prevalensi antigen leukosit B8 (HLA-B8) haplotype pada pasien

ini. Kondisi ini menyebabkan peradangan kronis, dengan memproduksi

autoantibodies, termasuk antibodi antinuclear (ANA), faktor rematik, fodrin

(protein cytoskeletal), reseptor M3 muscarinic, atau antibodi SS-spesifik

(misalnya, anti-RO [SS -A], anti-LA [SS-B]), pelepasan sitokin inflamasi,

dan infiltrasi limfositik fokal (misalnya, terutama CD4+ sel T tetapi juga sel

B) dari kelenjar lakrimal dan saliva, dengan degenerasi kelenjar dan induksi

apoptosis dalam konjungtiva dan kelenjar lakrimal. Hal ini menyebabkan

disfungsi dari kelenjar lakrimal, dengan mengurangi produksi air mata, dan

hilangnya respon terhadap rangsangan refleks saraf dan berkurangnya reflek

airmata.. Infiltrasi limfositik T aktif di konjungtiva juga telah dilaporkan pada

non-SS berhubungan KCS.

Kedua reseptor androgen dan estrogen terletak di kelenjar lakrimal dan

meibomi. SS lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause. Pada

menopause, terjadi penurunan hormon seks (yaitu, estrogen, androgen),

mungkin mempengaruhi aspek fungsional dan sekresi dari kelenjar lakrimal.

Empat puluh tahun yang lalu, terjadinya defisiensi estrogen dan/atau

progesterone untuk menjelaskan hubungan antara KCS dan menopause.

Namun, penelitian baru-baru ini telah difokuskan pada androgen, khususnya

testosteron, dan / atau metabolism androgen.

Telah terbukti bahwa pada disfungsi kelenjar meibom, kekurangan

androgen mengakibatkan hilangnya lapisan lemak, khususnya trigliserida,

kolesterol, asam lemak esensial tak jenuh tunggal (misalnya, asam oleat), dan

lipid polar (misalnya, phosphatidylethanolamine, sphingomyelin). Hilangnya

lipid polar (terdapat pada hubungan antara aqueous dengan film-air mata)

Page 3: LP Dry Eye

memperburuk penguapan air mata, dan penurunan asam lemak tak jenuh

meningkatkan titik melarutkan pada kelenjar meibum, sehingga menyebabkan

lebih tebal, lebih kental yang menghambat ductules dan menyebabkan

stagnasi sekresi. Pasien pada terapi antiandrogenic untuk penyakit prostat

juga mengalami peningkatan viskositas meibum, penurunan air mata, dan

meningkatkan debris pada film airmata, semua indikasi tersebut merupakan

abnormal film airmata.

Berbagai properadangan sitokin yang dapat menyebabkan kerusakan

seluler, termasuk interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), interleukin 8 (IL-

8), TGF-beta, TNF-alfa, dan RANTES, yang diubah pada pasien dengan

KCS. IL-1 beta dan TNF-alpha, yang terdapat pada airmata pasien dengan

KCS, menyebabkan pelepasan opioid yang mengikat reseptor opioid pada

selaput saraf dan menghambat pelepasan neurotransmiter melalui produksi

NF-K b. IL-2 juga berikatan dengan reseptor opioid delta dan menghambat

produksi cAMP dan fungsi saraf. Hilangnya fungsi saraf mengakibatkan

berkurangnya tone saraf normal, sehingga terjadi isolasi sensoris dari kelenjar

lakrimal dan akhirnya atrofi.

Neurotransmitter proinflamasi, seperti substansi P dan peptida terkait

gen kalsitonin (CGRP), yang dilepaskan, dan mengaktifkan limfosit lokal.

Substansi P juga bertindak melalui jalur NF-AT dan NF-K b menuju ICAM-1

dan VCAM-1, molekul adhesi yang mengakibatkan limfosit dan chemotaxis

menuju ke tempat peradangan. Siklosporin A adalah reseptor inhibitor NK-1

dan NK-2 yang dapat meregulasi sinyal molekul-molekul dan merupakan

tambahan terapi armamentarium untuk mata kering, yang digunakan untuk

mengobati Aqueous Tear Deficiency dan disfungsi kelenjar meibomi. Hal ini

telah ditunjukkan untuk meningkatkan jumlah sel goblet dan mengurangi

jumlah sel inflamasi dan sitokin dalam konjungtiva.

Sitokin ini, selain menghambat fungsi saraf, juga dapat mengkonversi

androgen ke estrogen, yang mengakibatkan disfungsi kelenjar meibom,

seperti yang dibahas di atas. Terjadinya peningkatan apoptosis juga terlihat

pada konjungtiva dan sel-sel asinar lakrimal, mungkin ini terjadi karena

Page 4: LP Dry Eye

kaskade sitokin. Peningkatan jaringan dan menurunnya tingkat enzim disebut

matriks metalloproteinases (MMPs) yang juga terdapat dalam sel epitel.

Sintesi Gen musin, ditandai oleh MUC1-MUC17, yang mewakili

transmembran dan sekresi sel goblet, soluble mucins, telah diisolasi, dan

peran mereka dalam hidrasi dan stabilitas film air mata sedang diselidiki pada

pasien dengan sindrom mata kering. Terutama yang penting adalah

MUC5AC, dinyatakan oleh sel skuamosa berlapis pada konjungtiva dan

produk yang merupakan komponen utama dari lapisan lendir air mata. Dalam

hal ini terjadinya defek dan gen musin lainnya dapat menjadi faktor dalam

perkembangan sindrom mata kering. Selain mata kering, kondisi lain, seperti

pemfigoid cicatricial okular, sindrom Stevens-Johnson, dan defisiensi vitamin

A, yang menyebabkan pengeringan atau keratinisasi dari epitel mata, pada

akhirnya menyebabkan hilangnya sel goblet. Berkurangnya musin pada

penyakit ini dan pada tingkat molekular, ekspresi gen musin, terjemahan, dan

pengolahan posttranslational berubah. Produksi air mata normal protein,

seperti lisozim, laktoferin, lipocalin, dan A2 fosfolipase, menurun pada KCS.

D. TANDA DAN GEJALA

a. Gejala

1) Sensasi kering, terbakar, gatal, nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,

dan penglihatan kabur    merupakan gejala yang sering terjadi pada

pasien dengan mata kering. Gejala-gejala ini sering diperburuk di

lingkungan berasap atau kering, dengan pemanasan ruangan, dengan

membaca atau menggunakan computer secara berlebihan. Gejala-

gejala ini dihitung secara objektif dengan kuesioner Ocular Surface

Disease Index (OSDI), yang berisi 12 gejala dan masing-masing

dinilai dengan skala 1-4.

2) Dalam KCS, gejala cenderung lebih buruk menjelang akhir hari,

dengan penggunaan mata dalam waktu yang lama, atau terpapar

terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. Pasien dengan disfungsi

kelenjar meibom mungkin mengeluhkan kemerahan pada kelopak

Page 5: LP Dry Eye

mata dan konjungtiva, namun, pada pasien ini, gejala yang buruk

adalah saat bangun di pagi hari.

3) Anehnya, beberapa pasien dengan sindrom mata kering mengeluh

banyaknya airmata. Ketika terjadi sindrom mata kering, gejala ini

sering dijelaskan dengan refleks berlebihan dari airmata akibat

penyakit yang parah pada permukaan kornea.

4) Obat sistemik tertentu juga mengakibatkan penurunan produksi air

mata, seperti antihistamin, beta-blocker, dan kontrasepsi oral.

b. Tanda Klinis

1) Tanda dari mata kering adalah sebagai berikut: 

a) Dilatasi vaskular konjungtiva bulbar

b) Penurunan meniskus air mata

c) Permukaan kornea tidak teratur

d) Penurunan air mata waktu break-up

e) Keratopati epitel punktata

f) Filamen kornea

g) Meningkatnya debris pada film air mata

h) konjungtiva pleating

i) Superficial punktata keratitis, dengan pewarnaan positif fluorescein

j) Mucous discharge

k) Ulkus kornea pada kasus yang berat

2) Gejala sering tidak berkorelasi dengan tanda-tanda.

3) Pada kasus yang berat, mungkin ada defek epitel atau infiltrat kornea atau

ulkus. Infeksi keratitis sekunder juga dapat berkembang

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti

memakai cara diagnostik berikut ini :

1) Tes Schirmer : tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan

memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No.41) ke dalam

cul-de-sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal

dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit

Page 6: LP Dry Eye

setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa

anastesi dianggap abnormal. Bila dilakukan tanpa anastesi, tes ini

mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya

dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan

setelah anastesi topical (tetracaine 0,5 %) mengukur fungsi kelenjar

lakrimal tambahan. Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.

Dijumpai hasil “false-positive” dan “false-negatife”. Hasil rendah

kadang-kadang dijumpai pada orang normal, dan tes normal dijumpai

pada mata kering, terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.

2) Tear Film Break-up Time : Pengukuran “tear film break-up time”

kadang-kadang berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam

cairan mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi tes

Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film airmata. Ini yang

menyebabkan lapisan itu cepat pecah. “Bintik-bintik kering” terbentuk

dalam film airmata, sehingga memaparkan epitel kornea atau

konjungtiva. Prose ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat

dipulas bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan dari kornea,

meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan

kornea dibasahi flurescein. “Tear film break-up time” dapat diukur

dengan meletakkan secarik kertas berflurescein pada konjungtiva bulbi

dan meminta pasien berkedip. Film airmata kemudian diperiksa dengan

bantuan saringan cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agar

tidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama

dalam lapis flurescein kornea adalah “tera film break-up time”. Biasanya

waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh

anastetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar

tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi

aqueous pada airmata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata

dengan defisiensi musin.

Page 7: LP Dry Eye

3) Tes Ferning Mata : Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti

mucus konjungtiva dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva

di atas kaca objek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada

mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggalkan parut

(pempigoid mata, sindrom Stevens Johnson, parut konjungtiva difus),

arborisasi mucus berkurang atau hilang.

4) Sitologi Impresi : Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel

goblet pada permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel

goblet paling tinggi di daerah infra-nasal. Hilangnya sel goblet

ditemukan pada kasus keratokonjungtivitis sicca, trachoma, pemphigoid

mata cicatrik, sindrom Stevens Johnson, dan avitaminosis A.

5) Pemulasan Flurescein : Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas

kering berflurescein adalah indicator baik untuk derajat basahnya mata,

dan meniscus airmata mudah terlihat. Flurescein akan memulas daerah-

daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea.

6) Pemulasan Bengal Rose : Bengal rose lebih sensitive dari flurescein.

Pewarna itu akan memulas semua sel epitel non-vital yang mongering

dari kornea dan konjungtiva.

7) Pengujian Kadar Lisozim Air Mata : Penurunan konsentrasi lisozim air

mata umumnya terjadi pada awal perjalanan sindrom sjogren dan

berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada

kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian

secara spektrofometri.

8) Osmolalitas Air Mata : Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada

keratokonjungtivitis sicca dan pemakai lensa kontak dan diduga sebagai

akibat berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan menyebutkan

bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi

keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada

pasien dengan tes Schirmer normal dan pemulasan Bengal rose normal.

9) Lactoferin : Lactoferin dalam cairan airmata akan rendah pada pasien

dengan hiposekresi kelenjar lakrimal.

Page 8: LP Dry Eye

10) Meibography / meiboscopy: morfologi dan densitas kelenjar meibom

dapat dianalisis dengan menggunakan meibography / meiboscopy untuk

membantu mendiagnosis disfungsi kelenjar meibom. Meiboscopy adalah

visualisasi dari kelenjar meibomian oleh transilluminasi kelopak mata.

Meibography menyiratkan dokumentasi fotografi.

11) Meibometry: disfungsi kelenjar meibom dapat didiagnosis dengan

meibometry. Lipid pada daerah bawah central lid margin diletakkan

diatas plastik, dan jumlah yang diambil dibaca oleh densitometri optik.

Ini memberikan ukuran tidak langsung dari tingkat steady state dari lipid

meibomian.

12) Meniscometry (radius meniskus air mata, tinggi, dan area cross-

sectional): Meniscometry digunakan untuk membantu mendiagnosis

kekurangan air air mata. Sebuah sistem proyeksi rotatable dengan target

terdiri dari garis-garis hitam dan putih diproyeksikan ke bawah air mata

meniskus pusat film. Gambar dicatat dan kemudian ditransfer ke

komputer untuk menghitung kelengkungan jari-jari.

13) Temuan Histologis

Histopatologis, metaplasia skuamosa dengan hilangnya sel goblet,

pembesaran selular, dan peningkatan sitoplasma / rasio nuklir dari

permukaan sel epitel konjungtiva terdapat pada pasien dengan KCS.

Kelenjar lakrimal dan konjungtiva juga banyak disusupi oleh sel T CD4 +  (dan sel  B) limfosit.

F. KOMPLIKASI

Pada awal perjalanan sindrom mata kering, penglihatan sedikit terganggu.

Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan yang sangat mengganggu.

Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus pada kornea, penipisan kornea, dan

perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut

dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan dan

bahkan sampai menimbulkan kebutaan.

Page 9: LP Dry Eye

G. PENATALAKSANAAN

1. Self-Care at Home

Untuk membantu meringankan gejala dari sindrom mata kering, ada

beberapa tips yang bisa dilakukan sendiri di rumah:

a. Humidifier memberikan lebih banyak kelembaban di udara. Dengan lebih

banyak kelembaban udara, air mata akan menguap lebih lambat dan

menjaga mata lebih nyaman. Pemanas di musim dingin dan AC di musim

panas akan mengurangi kelembaban di udara.

b. Gerakan udara berlebihan dapat mengeringkan mata. Menghindari

gerakan udara berlebihan dengan mengurangi kecepatan kipas langit-

langit.

c. Sejumlah besar debu atau partikulat di udara dapat memperburuk gejala

mata kering. Dalam situasi itu, penyaring udara dapat membantu.

d. Hot compresses dan scrub kelopak mata / pijat dengan bantuan shampo

bayi dengan memberikan lapisan lemak tebal yang lebih stabil. Hal ini

sangat membantu jika memiliki disfungsi kelenjar meibom, rosacea, atau

blepharitis. Panas tersebut dapat menghangatkan minyak dalam kelenjar

minyak, sehingga alirannya lebih mudah; tindakan memijat membantu

mengeluarkan minyak dari kelenjar. Tindakan pembersihan menurunkan

jumlah bakteri yang dapat memecah minyak.

e. Jika kita melihat mata kita kering terutama ketika kita sedang membaca

atau menonton TV, beristirahatlah untuk membuat mata istirahat dan

menjadi lembab kembali. Tutup mata selama 10 detik setiap lima sampai

10 menit akan meningkatkan kenyamanan mata, dan harus lebih sering

berkedip.

2. Medical Treatment

Meskipun tidak ada obat untuk sindrom mata kering, banyak

pengobatan yang tersedia. Pengobatan tergantung pada beratnya sindrom

mata kering, mungkin kita hanya memerlukan obat tetes mata, atau

mungkin membutuhkan pembedahan untuk membantu mengobati sindrom

mata kering.

Page 10: LP Dry Eye

Obat tetes mata pelumas Over-the-counter, biasanya disebut sebagai

air mata buatan, dapat membantu meringankan mata kering. Beberapa

contoh dari produk ini termasuk Tear 20/20, Celluvisc, Comfort Tear, Dry

Eye, Murine, Refresh, and Tears Naturale.

The International Dry Eye WorkShop (DEWS) Subcommittee

members reviewed the Delphi Panel (the Dry Eye Preferred Practice

Patterns of the American Academy of Ophthalmology and the

International Task Force Delphi Panel on Dry Eye) melakukan pendekatan

terhadap pengobatan mata kering.

Rekomendasi pengobatan didasarkan pada keparahan penyakit :

a.       Level 1

                                                        i.            Edukasi dan modifikasi lingkungan hidup

                                                      ii.            Eliminasi penggunaan obat sistemik

                                                    iii.            Menggunakan air mata buatan, gel, dan salep

                                                    iv.            Eyelid  terapi

b.      Level 2 – Jika pada level 1 pengobatan tidak mencukupi, dilakukan

tambahan sebagai berikut:

                                                        i.            Nonpreserved air mata buatan

                                                      ii.            Anti-inflamasi agen

         Topical corticosteroids

         Topical siklosporin A

         Topikal / sistemik omega-3 asam lemak

                                                    iii.            Tetrasiklin (untuk meibomianitis, rosacea)

                                                    iv.            Punctal plugs (setelah kontrol peradangan)

                                                      v.            Secretagogues

                                                    vi.             Moisture chamber spectacles

c.       Level 3 - Jika pengobatan level 2 tingkat tidak mencukupi:

                                                        i.            autologus serum, umbilical cord serum

                                                      ii.            Kontak lensa

                                                    iii.             punctal oklusi permanen

Page 11: LP Dry Eye

d.      Level 4 - Jika pengobatan level 3 tidak memadai,:

1) Obat anti-inflamasi sistemik

2) Surgery

H. PROGNOSIS

Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan

sindrom mata kering adalah baik.

Page 12: LP Dry Eye

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Anamnesa

1. Identitas klien

2. Keluhan Utama

a) Mata terasa sakit ( nyeri )

b) Gangguan penglihatan ( visus menurun )

c) Sensasi kering

3. Keluhan Penyakit Sekarang

1) Mata terasa gatal

2) Mata merah bengkak

3) Merasa kelilipan

4) Gangguan penglihatan ( visus menurun )

5) Mata sakit ( nyeri )

6) Fotofobia

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

a) Apakah pasien menderita konjungtifitis sebelumnya / herpes

b) Adanya trauma pada mata.

5. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

a) Kesimetrisan mata

b) Hiperemi pada konjungtiva

c) Adanya flikten/infiltrat pada kornea

d) Adanya lakrimasi,blefarospasme

e) Mata tampak merah dan bengkak

6. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan tajam penglihatanPemeriksaan tajam penglihatan

dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap mata secara

Page 13: LP Dry Eye

terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kartu

snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari tangan.

b) Pemulasan fluorescein

c) Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram

maupun giemsa.

d) Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea

e) Pemeriksaan schirmer

Apabila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10mm

dalam 5 menit maka dianggap tidak normal.

f) Pemeriksaan Kultur

Menentukan jenis bakteri, jamur atau virus yang menyerang untuk

penanganan lebih lanjut.

g) Uji dry eye

Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu

pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang

dari 15 detik menunjukkan film air mata tidak stabil.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman

penglihatan

3. Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan

dengan kurang pengetahuan.

4. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita

5. Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya)

berhubungan dengan kurang paparan informasi

C. Rencana/Intervensi Kepeawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

NOC:

Pain Level,

pain control,

comfort level

Page 14: LP Dry Eye

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak

mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

1) Rasa sakit berkurang

2) Ekspresi wajah tampak tenang

3) Bengkak berkurang

NIC:

1. Observasi karakteristik nyeri klien

Rasional: Mengetahui karakteristik nyeri memudahan intervensi

selanjutnya

2. Anjurkan klien mengompres daerah mata dengan air hangat

Rasional: Kompres menggunakan air hangat dapat mengurangi rasa

nyeri

3. Ajarkan klien teknik relaksasi atau teknik distraksi

Rasional: Teknik relaksasi akan membantu mengurangi nyeri yang

dirasakan klien dan teknik distraksi akan membantu mengalihkan

perhatian sehingga nyeri berkurang.

4. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional: Analgetik dapat menghilangkan nyeri

5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman

penglihatan.

NOC :

Risk Kontrol

Immune status

Safety Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak

mengalami injury dengan kriterian hasil:

1) Visus kembali normal

2) Tidak tampak luka cidera pada tubuh

NIC:

1. Kaji tingkat ketajaman penglihatan

Page 15: LP Dry Eye

R/ kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab

kehilangan penglihatan terjadi lamban dan progresif.

2. Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi dan

bel samping tempat tidur.

R/ memberikan kenyamanan pasien saat membutuhkan bantuan dan

mengurangi resiko cidera.

3. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan cidera ( pisau

buah )

R/ memberikan perlidungan terhadap resiko cidera.

4. Beritahu pasien untuk tidak menggaruk mata

R/ mencegah terjadinya cidera mata.

6. Resiko infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan

kurang pengetahuan.

NOC:

Immune Status

Knowledge : Infection control

Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak

mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya

NIC:

1. Kaji pemberian antibiotik setian 30 menit/1jam/2jam dan kaji efek

sampingnya setelah pemberian obat.

R/ mencegah komplikasi dan penyebaran infeksi ke mata yang tidak

terinfeksi.

2. Lakukan tehnik steril saat pemberian obat.

R/ mencegah infeksi silang

3. Lakukan HE tentang pencegahan dan penularan penyakit

R/ memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.

Page 16: LP Dry Eye

7. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita.

NOC:

- Kontrol kecemasan

- Koping

Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi

dgn kriteria hasil:

1) Melaporkan cemas berkurang sampai hilang

2) Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya

3) Klien menerima penyakit yang dialami

NIC:

1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas

Rasional: Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang

dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan

panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk

berbicara dan bergerak.

2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang.

Mengakui atau menjawab kekhawatirannya.

Rasional: Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa

walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman

3. Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beri

tahu bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah gangguan

penglihatan

Rasional: Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan

kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas.

4. Dorong klien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan

perasaannya.

Rasional: Dengan bercerita dan mengekspresikan perasaanya klien

akan merasa lebih tenang

Page 17: LP Dry Eye

8. Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya)

berhubungan dengan kurang paparan informasi.

NOC:

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan

pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:

1) Mengetahui dan mampu menyebutkan kembali tindakan yang harus

dilakukan untuk meningkatkan keadaan umum

NIC:

1. Tekankan dan beri tahu klien tetang penting nya perbaikan keadaan

umum, meliputi kebersihan perorangan terutama mata dan

peningkatan gizi.

Rasional: Dry eyes dapat timbul karena penurunan status kesehatan

dan malnutrisi.

2. Anjurkan klien untuk tidak mengerjakan pekerjaan dekat terlalu lama

atau mengucek mata.

Rasional: Akomodasi mata yang berlebihan akan memperberat

kondisi penyakitnya dan mengucek mata akan memperberat keadaan

penyakitnya.

3. Anjurkan klien untuk tidak merokok.

Rasional: Pemajanan asap pada mata akan memperhebat iritasi pada

mata.

4. Beri tahu klien bahwa pengobatan harus dilakukan secara teratur dan

tuntas.

Rasional: Pengobatan yang tidak memadai akan membuat

vaskularisasi dan menjadi menahun serta menimbulkan berbagai

macam komplikasi dan kerusakan kornea karena timbulnya kebutaan.

Page 18: LP Dry Eye

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun 2002.

Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun 2000.

Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000, Jakarta.

Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta

Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta

Persify. 2014. http://www.surabaya-eye-clinic.com/content/view/38/28/ last up

date 15-05-2014

Rumah sakit mitra keluarga surabaya. 2011. http://www.mitrakeluarga.com/

surabaya/sindroma-mata-kering/ Last up date 15-05-2014