Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

20
Tinjauan Pustaka PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA Definisi Perdarahan subkonjunctiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah dibawah lapisan konjunctiva. Etiologi Hematom Subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan- keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragic, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung maupun tidak langsung, yang kadang–kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis cranii akan terlihat hematom kaca mata karna berbentuk kacamata biru pada kedua mata. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian depan. Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata. Hal ini akan berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. 1

Transcript of Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Page 1: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Tinjauan Pustaka

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

Definisi

Perdarahan subkonjunctiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah

dibawah lapisan konjunctiva.

Etiologi

Hematom Subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan-keadaan dimana pembuluh

darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragic, anemia,

pemakaian antikoagulan dan batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi

akibat trauma langsung maupun tidak langsung, yang kadang–kadang menutupi perforasi

jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis cranii akan terlihat hematom kaca

mata karna berbentuk kacamata biru pada kedua mata.

Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena trauma mayor, minor, atau sebab

yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian depan. Secara klinis, perdarahan

subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna merah, di bawah

konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik kantung

darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata. Hal ini akan berlangsung lebih

dari 2 sampai 3 minggu.

Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang mudah

pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara konjungtiva

dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya pembuluh darah

konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan penyebabnya

(perdarahan subkonjungtiva idiopatik). Manuver Valsava sebelumnya (misalnya, batuk,

tegang, muntah-muntah, mengejan) juga bisa menjadi penyebab perdarahan

subkonjungtiva. Penyebab lain meliputi hipertensi dan gangguan fungsi koagulasi,

misalnya karena obat antikoagulan atau penyakit leukemia. Selain itu, infeksi umum yang

berhubungan dengan demam, defisiensi vitamin C (scurvy), trauma mata tumpul atau

tajam, benda asing, pembedahan pada mata, dan konjungtivitis juga dapat menjadi

1

Page 2: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

kemungkinan penyebabnya. Berbagai macam obat-obatan seperti obat antiinflamasi

nonsteroid, aspirin, kontrasepsi, vitamin A dan D juga berhubungan dengan terjadinya

perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva juga telah dilaporkan sebagai

akibat emboli dari patah tulang panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi

jantung, dan operasi-operasi lain.

Klasifikasi 

Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan

Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba – tiba

(spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel

sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat

menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh adalah umur,

hipertensi,arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian

antikoagulan dan batuk rejan. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini

biasanya terjadi unilateral. Namun pada keadaan tertentu dapat menjadi bilateral

atau kambuh kembali; untuk kasus seperti ini kemungkinan diskrasia darah

(gangguan hemolitik) harus disingkirkanterlebih dahulu. (vaughan, 124)

2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata

langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita.

Perdarahanyang terjadi kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bola mata

yang terjadi. Pada fraktur basis kranii akan terlihat hematoma kaca mata karena

berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua mata (racoon eyes). Trauma

tumpul yang mengenai konjungtiva dapat menyebabkan dua hal, yaitu :

a) Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik

padasetiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak

terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat

mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema konjungtiva.

2

Page 3: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Kemosis adalah nama yang diberikan untuk edema atau pembengkakan

pada konjungtiva. Pembuluh darah konjungtiva membesar karena kompresi

venaorbital dan dalam kasus yang parah konjungtiva dapat menjadi edema

sehingga terbentuk sebuah kantong berisi cairan menggantung di bawah

kelopak mata. Hal ini terjadi terutama dengan peradangan tetapi juga dapat

terjadi secara terpisah, misalnya karena abnormalitas aliran orbita atau obat-

obatan tertentu. Selain itu kemosis konjungtiva mungkin terjadi karena alergi,

meskipun agen penyebabnya seringkali tidak dapat ditemukan. Pengeringan

(xerosis) darikonjungtiva ditandai oleh permukaan konjungtiva yang tumpul

yang sedikit bersinar atau tidak sama sekali. Selanjutnya keratinisasi dari sel

epitel dapat terjadi. Xerosis biasanya berkembang sebagai akibat dari paparan

jangka panjang (lagoftalmos) atau defisisensi air mata mayor. Kekurangan

vitamin A jarang terjadi, tetapi biasanya khas untuk xerosis, yang sering

ditekankan diregio fisura palpebra atau Bitot’s spot.

Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak

menutupsehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. Pada

edemakonjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah

pembendungancairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Sedangkan jika

telah terjadikemotik konjungtiva berat dapat dilakukan diinsisi sehingga

cairankonjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.(Sidarta ilyas,

261)Selain karena trauma tumpul kemosis konjungtiva juga dapat diakibatkan

olehkonjungtivitis alergika. (Vaughan, Oftalmologi umum 102)

Penyebab kemosis konjungtiva adalah sebagai berikut:

• Gangguan infeksi: Mukormikosis, rhinocerebral/phycomyco's,

gonokok ataumeningokok dan terutama konjungtivitis adenovirus

• Peradangan: iritasi, benda asing

• Alergi, gangguan autoimun: conjunctival contact allergy,

skleritis/episkleritis,konjungtivitis alergi, konjungtivitis vernal

• Gangguan vaskuler dan vena, arteriosklerosis: trombosis sinus

kavernosus,angioedema

3

Page 4: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

• Gangguan vegetatif, autonomik, endokrin: peningkatan tekanan

intrakranial,oftalmopati tirotoksis

• Trauma: trauma kimia, trauma tumpul

Obat-obatan: antibiotik, ACE inhibitor, analgetik

b) Hematoma subkonjungtiva

Bila perdarahan ini timbul sebagai akibat trauma tumpul maka perlu

dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di di bawah jaringan konjungtiva

atau sklera.Kadang – kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan

mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata. Pemeriksaan funduskopi

adalah perlu padasetiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat

trauma.Apabila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam

penglihatanmenurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya

dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur

bulbus okuli.

Manifestasi klinis

Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan perdarahan

subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera.

Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva pada permulaan.

Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa penuh dibawahkonjungtiva palpebre.

Ketika hematoma menjadi larut akan mengalami iritasi mata sedang.

• Perdarahan subkonjungtiva sendiri akan jelas terlihat, permukaannya berwarnamerah

terang dan halus disekitar sklera bahkan seluruh permukaan sklera dapatterisi darah.

• Pada perdarahan subkonjungtiva spontan (idiopatik), tidak ada darah yang akan

keluar dari mata. Jika mengusapkan tisu ke bola mata maka tidak akandidapati darah

di tisu tersebut.

• Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudianakan

berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi.Karena struktur konjungtiva yang

halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan

4

Page 5: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas yang sama dan

menyembunyikan pembuluh darah.

 

Pada pasien tertentu, harus segera dikonsulkan ke dokter spesialis mata, misalnya jika

pasien merasa nyeri pada matanya, terjadi perubahan visus (misalnya, penglihatan kabur,

penglihatan ganda, kesulitan melihat), terdapat riwayat cedera atau trauma baru-baru ini,

terdapat riwayat gangguan perdarahan, atau riwayat tekanan darah tinggi.

Diagnosis

Diagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu

penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. Ketika ditemukan adanya trauma, trauma

dari bola mata atau orbita harus disingkirkan. Apabila perdarahan subkonjungtiva

idiopatik terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya

tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi arteri dan kelainan koagulasi

harus disingkirkan.

Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan memberi tetes mata proparacaine

(topikal anestesi) jika pasien tidak dapat membuka mata karena sakit; dan curiga etiologi

lain jika nyeri terasa berat atau terdapat fotofobia. Memeriksa ketajaman visual juga

diperlukan. Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil,

bila perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai ruptur bola mata jika

perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki riwayat

perdarahan subkonjungtiva berulang, pertimbangkan untuk memeriksa waktu

pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan

jumlah trombosit, serta protein C dan S.

Pasien dengan pendarahan berulang, tes laboratorium seperti Prothrombin Time

(PT), Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dan hitung darah lengkap harus

diperiksa untuk menyingkirkan penyakit sistemik. Tes laboratorium ini juga penting

untuk pasien yang menggunakan obat antikoagulan seperti heparin dan warfarin, penyakit

von Willebrand's, hemofili, dan defisiensi vitamin K. Tes laboratorium PT adalah untuk

protrombin, yang merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan yang produksinya

5

Page 6: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

tergantung pada vitamin K. PT mengevaluasi mekanisme pembekuan ekstrinsik,

termasuk faktor I, II, V, VII dan X.

Terapi

Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan. Pada bentuk-

bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan sayatan dari

konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.

Pemberian air mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi

dilakukan sesuai dengan penyebabnya. 

Medikamentosa

1. ASAM TRANEKSAMAT

Farmakologi :

Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam

karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih

poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari

aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan

menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam

traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis

yang berlebihan.

Indikasi :

Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic hyphaemia, neoplasma

tertentu, komplikasi

pada persalinan (obstetric complications) dan berbagai prosedur operasi

termasuk operasi kandung kemih, prostatektomi atau konisasi serviks.

Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema

herediter.

6

Page 7: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Kontraindikasi :

Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.

Penderita perdarahan subarakhnoid.

Penderita dengan riwayat tromboembolik.

Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.

Penderita buta warna.

Dosis :

Fibrinolisis lokal : angioneuritik edema herediter; 1-1 gram (oral) 2-3 x

sehari.

Perdarahan abdominal setelah operasi : 1 gram 3 x sehari (injeksi IV

pelan-pelan) pada 3 hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram 3-4 x

sehari (mulai pada hari ke-4 setelah operasi sampai tidak tampak

hematuria secara makroskopis). Untuk mencegah perdarahan ulang dapat

diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari.

Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemophilia

Efek samping :

Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan

hilang bila dosis dikurangi.

Hipotensi jarang terjadi.

Peringatan dan perhatian :

Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal karena

risiko akumulasi.

Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria.

Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi trombosis.

Hati-hati pemberian pada anak-anak.

7

Page 8: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Komplikasi

Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam

waktu 1 – 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun

adanya perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata

jika ditemui berbagai hal seperti yang telah disebutkan diatas.

Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang

(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Hicks

D dan Mick Amengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau

mengalami kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan

subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari limfoma adneksa

okuler.

8

Page 9: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Laporan Kasus

I. Status Penderita

Identitas Pasien

Nama : Sdr. SI

Umur : 17 thn

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kelito

No CM : 178.338

II. Anamnesis

Anamnesis secara : Autoanamnesis pada tanggal 3 Agustus 2012 pada pasien dan alloanamnesis pada catatan medik.

Keluhan : mata kanan merah

Riwayat penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Kudus pada tanggal 3 Agustus 2012

dengan keluhan mata sebelah kanan merah sejak 1 minggu ini. Pasien tidak merasa nyeri pada

mata, tidak kabur, tidak gatal, tidak ada rasa mengganjal di mata, tidak nerocos. Riwayat terjatuh

dari motor 1 minggu lalu & mondok di RS ± 5 hari. Pasien belum pernah memeriksakan matanya

ke dokter mata.

Riwayat Penyakit Dahulu

o Riwayat trauma (+)

o Riwayat batuk lama (-)

o Sebelumnya tidak pernah seperti ini

9

Page 10: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keadaan serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pengobatan ditanggung ASKES, kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK A. STATUS GENERALIS- Tensi (T) : 120/80 mmHg

- Nadi (N) : 86x/ menit

- Suhu (T) : tidak diukur

- Respiration Rate : 24x / menit

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Compos mentis

- Status Gizi : Cukup

B. STATUS OPTHALMOLOGI OD OS

PEMERIKSAAN OCULI DEXTRA(OD) OCULI SINISTRA(OS)

10

Perdarahan di konjungtiva

Page 11: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

Visus 6 / 6 6 / 6

Koreksi Tidak dikoreksi Tidak dikoresi

Bulbus okuli Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Palpebra Edema (-), hiperemis (-), nyeri

tekan(-),

blefarospasme (-)

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

tekan (-),

blefarospasme (-)

lagoftalmus(-)

ektropion (-),

entropion (-)

Konjungtiva Edema (-),

injeksi konjungtiva (-)

infiltrat (-)

laserasi (-)

perdarahan (+)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-)

infiltrat (-)

laserasi (-)

perdarahan (-)

Sklera Merah (arah temporal)

injeksi siliar (-)

ruptur (-)

laserasi (-)

Putih

injeksi siliar (-)

ruptur (-)

laserasi (-)

Kornea Bulat, edema (-)

keratik presipitat (-)

infiltrat (-)

sikatriks (-)

Bulat, edema (-)

keratik presipitat (-)

infiltrat (-)

sikatriks (-)

Camera Oculi

Anterior

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-),

hifema (-),

jernih , kedalaman cukup

hipopion (-),

hifema (-),

Iris Kripta (-)

synekia (-)

Kripta (-)

synekia (-)

Pupil bulat, diameter ± 3mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

bulat, 2 diameter ± 3mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

11

Page 12: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

refleks pupil tak langsung (+) refleks pupil tak langsung (+)

Lensa Jernih

Luksasi (-)

Gambaran stelata (-)

Jernih

Luksasi (-)

Gambaran stelata (-)

Vitreus Jernih Jernih

Retina Papil N II bulat, batas tegas

CDR ± 0,3

Perdarahan (-)

Papil N II bulat, batas tegas

CDR ± 0,3

Perdarahan (-)

Fundus Refleks Cemerlang Cemerlang

TIO Secara digital normal Secara digital normal

Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-) Epifora (-), lakrimasi (-)

IV. RESUMESUBJEKTIF

Pasien mengeluh mata sebelah kanan merah sejak 1 minggu ini.

Pasien tidak merasa nyeri pada mata, tidak kabur, tidak gatal, tidak ada rasa

mengganjal di mata, tidak mengeluarkan sekret.

Riwayat terjatuh dari motor 1 minggu lalu.

OBJEKTIF

Pemeriks

aan

Oculi dextra(od) Oculi sinistra(os)

Visus 6/6 6/6

Palpebra Edema (-), hiperemis (-)

nyeri tekan(-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus (-)

Edema (-), hiperemis (-)

nyeri tekan (-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus (-)

Sklera Merah (arah temporal)

injeksi siliar (-)

ruptur (-)

laserasi (-)

Merah (arah temporal)

injeksi siliar (-)

ruptur (-)

laserasi (-)

Konjungtiva Edema (-), Edema (-),

12

Page 13: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

injeksi konjungtiva (-)

infiltrat (-)

laserasi (-)

perdarahan (+)

injeksi konjungtiva (-)

infiltrat (-)

laserasi (-)

perdarahan (+)

Pupil Bulat, diameter ± 3mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

Refleks pupil tak langsung (+)

Bulat, diameter ± 3mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

Refleks pupil tak langsung (+)

Lensa Jernih

Luksasi (-)

Gambaran stelata (-)

Jernih

Luksasi (-)

Gambaran stelata (-)

Retina Papil N II bulat, batas tegas

CDR ± 0,3

Perdarahan (-)

Papil N II bulat, batas tegas

CDR ± 0,3

Perdarahan (-)

TIO Secara digital normal Secara digital normal

V. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. OD Perdarahan Sub-konjungtiva et causa trauma

2. OD Perdarahan Sub konjungtiva et cause penyakit sistemik

3. OD Konjungtivitis

4. OD Skleritis

VI. DIAGNOSIS KERJA

OD Perdarahan Sub-konjungtiva et causa trauma

VII. DASAR DIAGNOSA- Pada anamnesis

Mata kanan merah tanpa keluhan pada penglihatan

Riwayat jatuh dari motor 1 minggu lalu

Pada pemeriksaan objektif:

Pada konjungtiva didapatkan perdarahan dengan batas tegas

13

Page 14: Dr Rosa Lapkas Sub Konjungtiva Bleeding

VIII. TERAPI

Medikamentosa:

Inmatrol 1 tetes / hari OD (Dexamethason sodium phospate, neomycinsulfate & Polimycin B Sulfate)

Kalnex 500 mg 2 x 1 tablet / hari selama 15 hari (Tranexamic acid)

Suportif:

Pengobatan dini kompres hangat

IX. PROGNOSISOKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)

Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Functionam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Sanam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Kosmetikam Ad bonam Ad bonam

X. PEMBAHASAN

Pasien didiagonosa OD perdarahan sub – konjungtiva berdasarkan anamnesa pasien mengalami riwayat trauma terjatuh dari motor, dimana pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva mata sebelah kanan terdapat perdarahan, batas tegas. Dari pemeriksaan visus didapatkan visus ODS 6/6, menandakan pada mata tidak ada gangguan penglihatan.

Terapi yang diberikan adalah inmatrol yang merupakan kombinasi antibiotik & kortikosteroid, juga diberi asam traneksamat untuk mengatasi perdarahan pada mata.

Prognosa pasien untuk quo ad vitam dinyatakan bonam karena tidak mengancam jiwa pasien, quo ad functionam dinyatakan bonam karena tidak mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan, quo ad sanam juga dinyatakan bonam karena perdarahan sub konjungtiva akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Quo ad kosmetikam juga dinyatakan bonam karena perdarahan tidak akan meninggalkan bekas.

14