Dosage Forms of Drug
-
Upload
deviamufidazahara -
Category
Documents
-
view
174 -
download
3
Transcript of Dosage Forms of Drug
DOSAGE FORMS OF DRUG
Enny Kusumastuti
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008
PENDAHULUANObat dalam Produk obat
Ekskresi dan metabolisme
Obat dalam jaringan
Pelepasan obat dan pelarutan
absorpsiObat dalam
sirkulasi sistemik
eliminasi
Efek farmakologikklinik
<------------
Obat dalam sirkulasi sistemik
Obat dalam urine
Metabolit -aktif
-tidak aktif
Obat dalam jaringan
Bentuk sediaan dan rute Pemberian
obat yang tepat
Efek terapi yang optimal
BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk sediaan padat :pulveres, pulvis, tablet, kapsul, pil dan suppositoria
Bentuk sediaan setengah padat : unguentum, cremores, pasta dan jelly
Bentuk sediaan cair : solutio, mixtura, suspensi, emulsi, eliksir,saturatio, guttae, aerosol dan sediaan injeksi (obat suntik)
A. Bentuk sediaan padat
Pulveres (serbuk bagi), campuran homogen dari bahan-bahan berkhasiat yang diserbukkan dan dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum
Bentuk sediaan padat
Pulvis (serbuk tidak dibagi), bentuk sediaan serbuk yang tidak dibagi-bagi.Dapat diberikan sebagai obat luar dan obat dalam.
Obat luar : serbuk tabur (pulvis adspersorius), contoh :bedak salisil, Caladine powder.
Obat dalam : oralit
Bentuk sediaan padat Tablet : - compressed tablet
- molded tablet
Compressed tablet :o Tablet biasao Sugar coated tablet (Tablet salut gula)o Film coated tablet (Tablet salut selaput)o Enteric coated tablet (Tablet salut enteric)o Multiple compressed tablet
Compressed tablets
1. Tablet biasa, dibuat dengan cara
ditekan (kempa), contoh : tablet teofilin.
Compressed tablets2.Sugar coated tablet, tablet yang disalut
dengan lapisan yang terdiri dari campuran gula dengan bahan lain yang cocok, contoh : Enervon C tablet, Supra Livron tablet
3.Enteric coated tablet, tablet yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak hancur dalam lambung, tapi hancur dalam usus halus,
contoh : Dulcolax tablet, Voltaren tablet.
Compressed tablets
4.Film coated tablet, tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau film yang dibuat dari bahan sintetik, contoh : Fludilat tablet, Meiact tablet
Compressed tablets
5.Multiple compressed tablets, tablet yang dicetak berganda.
Dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu tekanan, hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet dalam tablet
Multiple compressed tablets
Layered tablets (tablet berlapis), tablet yang dibuat dengan mencetak, dengan cara berlapis-lapis, contoh : Decolgen tablet.
Press-coated tablets, mula-mula dicetak tablet kecil, kemudian dicetak lagi dengan menambahkan lapisan granulasi disekeliling tablet kecil,contoh : Mexaform tablet
Compressed tablet
6. Prolonged action tablets, tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melepaskan bahan berkhasiat untuk pengobatan dalam periode tertentu. Suatu produk ”prolonged action” dirancang untuk melepaskan bahan berkhasiat secara lambat dan memberi cadangan obat secara terus menerus dalam waktu yang panjang.
Prolenged action tablets
Delayed action tablets, tablet yang pelepasan bahan aktifnya dihambat, dimana pelepasan bahan aktif dicegah dalam selang waktu setelah pemberian atau sampai kondisi fisiologis tertentu.
Repeat action tablets, tablet yang pelepasan bahan aktifnya berulang, yang secara periodik melepaskan dosis tertentu dari bahan aktif ke lambung dan usus.
Prolenged action tablets Extended release tablets (controlled release, time
relese, slow release), tablet yang pelepasan bahan aktifnya diperpanjang, yang secara kontinu melepaskan bahan aktif ke lambung dan usus.
Sustained release tablets, tablet yang pelepasan bahan aktif berlanjut, dan dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapetik awal obat yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan, contoh : Retaphyl SR tablet, Arelix SR caplet
Compressed tablets
7. Effervescent tablets, berisi zat tambahan natrium bikarbonat dan asam organik seperti asam sitrat atau asam tartrat.
Cara pemakaian:
dengan melarutkan tablet dalam air
CO2 ,
contoh : Calcium D Redoxon.
Compressed tablets
8. Buccal dan Sublingual Tablets.
a. Buccal tablets adalah tablet yang
digunakan dengan cara menyisipkan
diantara pipi dan gusi dalam rongga
mulut. Absorpsi terjadi melalui
mukosa masuk ke peredaran darah.
Buccal dan Sublingual Tablets
b. Sublingual tablets adalah tablet
yang digunakan dengan cara
meletakkan dibawah lidah, melarut
cepat sehingga zat berkhasiatnya
mudah diserap.
Contoh: Farsorbid tablet
Isosorbide dinitrate tablet
Molded tablets
Dispensing tablets, tablet yang menyediakan sejumlah obat yang tepat, yang dapat mudah dicampurkan dalam serbuk atau cairan. Tablet diberikan kepada penderita setelah diracik.
Hypodermic tablets, mudah larut dan digunakan sebagai larutan injeksi.
Bentuk lain Lozenges (tablet hisap)
contoh : FG troches Pastiles
Lozenges tetapi zat tambahannya berupa gliserin dan gelatin,
contoh : Valda pastiles Tablet kunyah, contoh : Mylanta tablet
Bentuk lain
Pellets, bentuk obat padat kecil, silindris, dan steril, diameter 3,2 mm, panjang 8 mm, dibuat dengan tekanan. Cara pemakaiannya dengan ditanamkan ke dalam jaringan tubuh. Obat yang biasa dibuat dalam bentuk pellet : hormon
Capsulae Capsulae, bentuk sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul, keras atau lunak, mempunyai ukuran berbeda-beda, dan mengandung bahan obat padat (berbentuk serbuk, granul, pellet) atau cairan yang dikentalkan
Kapsul Keras (bahan obat kering), contoh : tetrasiklin kapsul Kapsul Lunak (bahan obat minyak), contoh : AD kapsul
Pilulae
Pil adalah sediaan padat yang berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia. Sekarang sudah jarang digunakan
Suppositoria
Suppositoria analia : untuk efek terapi lokal dan sistemik, penggunaan lewat anal. Contoh : Dulcolax suppositoria.
Suppositoria urethralia atau bacilla : sediaan ini dimasukkan ke dalam urethra, bentuk sediaan seperti batang.
Suppositoria
Suppositoria vaginalia (ovula) : terutama untuk efek lokal, misalnya pada fluor albus, infeksi pada selaput lendir vagina. Bentuknya bulat telur atau bulat.
Contoh : Flagistatin vaginal tablet.
B. Bentuk sediaan setengah padat Unguentum ( salep), sediaan obat dengan
konsistensi setengah padat,lunak, lembut, mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Contoh : Salep 2.4, Ichtyol salep. Cremores (krim),sediaan obat berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk obat luar. Contoh : Cold cream, Garamicin cream
Sediaan setengah padat
Pasta
Merupakan sediaan berupa massa lunak yang dibuat dari campuran bahan obat berbentuk serbuk dalam jumlah banyak (≥ 50%) dengan vaselin atau parafin cair atau bahan lain yang tidak berlemak. Contoh : Pasta Lassari.
Sediaan setengah padat
Jelly (gel), sediaan setengah padat, merupakan suspensi dari bahan organik atau anorganik dan mengandung air. Digunakan pada kulit yang peka/berlendir.
Contoh :
Thrombophob gel
Bioplacenton jelly
C. Bentuk sediaan cair
1. Solutio (larutan), sediaan cair yng mengandung bahan berkhasiat yang larut dalam pelarutnya. Pelarut umumnya air. Sediaan obat bentuk larutan, dalam tubuh, bekerja dengan onset of action yang cepat karena setelah diminum obat tidak memerlukan waktu untuk melarut sehingga dapat bekerja dengan segera.
Bentuk sediaan cair
2. Mixtura, merupakan sediaan cair yang mengandung lebih dari satu macam bahan berkhasiat. Sifat yang hampir sama dengan larutan.
Contoh : Obat Batuk Putih
(Potio Alba contra tussim)
Bentuk sediaan cair
Bentuk sediaan cair
3. Suspensiones (suspensi) Sediaan cair yang mengandung bahan obat
padat yang terdispersi dalam suatu cairan. Ditambahkan emulgator atau suspending agent (bahan pensuspensi) untuk menambahkan viskositas cairan sehingga pengendapan obat dapat diperlambat. Contoh : Kaopectate suspensi.
Bentuk sediaan cair
4. Emulsiones (emulsi)
Sediaan yang mengandung minyak atau lemak yang terdispersi dalam suatu cairan, distabilkan dengan emulgator.
Type emulsi : emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.
Contoh : Scott’s emulsion
Bentuk sediaan cair
5. Elixira (eliksir), sediaan cair dengan pelarut utama etanol dan dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan bahan berkhasiat.
Contoh : Bisolvon sirup
Mucohexin sirup.
Bentuk sediaan cair
6. Saturatio, sediaan cair yang mengandung larutan jenuh CO2 yang dibebaskan dari reaksi CO3
-2 dan HCO3 -(reaksi asam organik dengan garam basa karbonat). Biasa diberikan pada pasien dengan gangguan absorpsi saluran pencernaan karena obat dalam bentuk ini dapat mempercepat absorpsi.
Bentuk sediaan cair
7. Sirupus, sediaan bentuk cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup obat berupa preparat yang sudah distandarisasi dan mengandung bahan obat tunggal atau kombinasi dengan obat lain. Contoh : sirup sebagai ekspektorans,antitusif, antihelmintik, antibiotika dan dry syrup (sirup kering).
Bentuk sediaan cair
8. Guttae (obat tetes), sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk obat luar atau obat dalam, digunakan dengan cara meneteskan dengan menggunakan penetes.
Guttae
Guttae untuk obat dalam, umumnya digunakan pada bayi, disebut paediatric drops.
Guttae untuk obat luar : guttae ophthalmicae (tetes mata), guttae auriculares (tetes telinga) dan guttae nasales (tetes hidung).
Guttae untuk obat luar Guttae auriculares adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam lubang telinga.
Pembawa umumnya bukan air, yang sering digunakan gliserol dan propilenglikol, juga digunakan etanol, heksilenglikol atau minyak lemak nabati, pH antara 5 – 6.
Bahan berkhasiat meliputi:- Antibiotika - Kortikosteroid- Antifungi - Antiseptika- Lokal anestetika
Guttae untuk obat luar Guttae nasales adalah obat tetes yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung bahan pensuspensi, bahan dapar dan bahan pengawet.
Pembawa yang digunakan umumnya air. Apabila digunakan pembawa selain air, maka sedapat
mungkin mempunyai pH antara 5,5 sampai 7,5 dengan kapasitas dapar sedang.
Sebaiknya larutan isotonis/hampir isotonis.
Guttae untuk obat luar Guttae ophthalmicae adalah sediaan steril berupa
larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata, mengandung zat pengawet a.l. Tiomersal 0,002%, Garam fenil merkuri 0,002%, dll
Syarat guttae ophthalmicae Sterilitas :Stabil, isotonis, mengandung zat pengawet) dan jernih (filtrasi, bebas bahan melayang)
Bentuk sediaan cair Aerosol (obat semprot), sediaan cair sebagai
sistem koloidal yang terdiri dari zat cair / zat padat yang terbagi sangat halus sekali dalam gas. Untuk pemakaian obat ini digunakan wadah khusus yang dilengkapi dengan ventil atau cara khusus lain.
Gas yang digunakan adalah gas yang dapat dicairkan dengan tekanan dan mempunyai kekuatan untuk menyemprotkan obat keluar dari wadah melalui katup.
next
Aerosol untuk obat dalam:
pengobatan simptomatis seperti asma bronkhi
Aerosol obat luar (topikal) :
untuk terapi penyakit kulit.
Aerosol
Sediaan injeksi (obat suntik)
Sediaan injeksi Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk dilarutkan Syarat : steril (obat & wadah)
isotonis Wadah : ampul (wadah dosis tunggal) vial (wadah dosis berganda) Pelarut :
Air Bukan air: - minyak: ol. Neutralisata ad inj
- bukan minyak: alkohol, gliserol,polietilenglikol
Sediaan injeksi
Wadah : Multi dosis tanpa pengawet, pengambilan
secara aseptis, disimpan ditempat sangat dingin, digunakan paling lama 12 jam setelah pengambilan pertama
Multi dosis dengan pengawet, digunakan paling lama 72 jam setelah pengambilan petama.
Sediaan injeksi
Suntikan berdasarkan tempat injeksinya : Injeksi intravena, langsung ke vena memberi onset of
action yang paling cepat,pelarut air Injeksi intramuskular,ke dalam jaringan, menghasilkan
efek obat yang cepat dibandingkan i.v. Injeksi intraarterial, ke dalam arteri Injeksi intrathecal, pada selaput otak Injeksi intraperitoneal, ke dalam rongga perut Injeksi subcutan, ke dalam jaringan dibawah kulit, dll
CARA DAN WAKTU PEMBERIAN
OBAT
next
Disintegrasi : sediaan obat hancur menjadi partikel-partikel kecil, sehingga bahan obat terbebaskan dari bentuk sediaannya (khusus bentuk sediaan padat, suspensi dan emulsi)
Disolusi : melarutnya obat dalam cairan tubuh. Obat per oral larut dalam cairan GIT, obat per rektal larut dalam cairan rektum.
Fase ini untuk : suspensi, pulveres, tablet, kapsul, supositoria,tablet implantasi dan suspensi untuk injeksi i.m.
next
Bahan-bahan tambahan untuk pembuatan sediaan obat berpengaruh thd :
- kecepatan disintegrasi
- kecepatan disolusi
- absorpsi obat melalui membran/mukosa
saluran cerna masuk ke peredaran sistemik
next
Cara /rute pemberian obat dan bentuk sediaan
obat berpengaruh terhadap : Cepat atau lambatnya obat mulai kerja (onset of
action) Lamanya obat bekerja (duration of action) Intensitas kerja obat Respon farmakologik yang dicapai Bioavailabilitas obat Dosis yang tepat untk memberikan respon tertentu
Cara dan waktu pemberian obat
Cara pemberian Waktu pemberian
Saat penggunaan(pagi,siang,malam)
Frekuensi pemberian
Jalur masuknya obat dalam tubuh
Lokal/sistemik Efek terapi optimal
Bentuk sediaan obat
Cara pemberian obat
Dalam menentukan cara pemberian obat harus dilihattujuan terapi, sifat-sifat obat dan kondisi penderitadengan mempertimbangkan : Efek apa yang dikehendaki : sistemik atau lokal Mulai kerja obat (onset of action) dan lama kerja obat
(duration of action) bagaimana yang diinginkan. Keamanan relatif dari rute pemberian yang bermacam-
macam. Rute yang mana yang paling menyenangkan bagi
penderita. Kondisi penderita, apakah dapat menelan atau tidak,
bentuk sediaan obat yang cocok.
Cara pemberian obat
Cara pemberian obat melalui oral Cara pemberian obat bentuk sediaan
parenteral Cara pemberian obat bentuk sediaan
inhalasi Cara pemberian obat melalui membran
mukosa Cara pemberian obat melalui kulit
Cara pemberian obat melalui oral
Cara ini paling banyak diberikan, karena mudah cara pemberiannya dan tidak merusak jaringan.
Keuntungan : Paling aman Murah Jika terjadi kesalahan dapat cepat teratasi,
misalnya dengan cara mengeluarkan isi perut Menghindarkan bahaya pemberian parenteral
Cara pemberian obat melalui oral next
Kerugian : Kecepatan absorpsi bervariasi,
bergantung pada bioavailabilitas obat Fraksi obat diserap <100% First pass effects Onset lambat Durasi lebih lama
Cara pemberian obat melalui oral next
Bentuk sediaan obat melalui oral
A. Bentuk Sediaan Cair
B. Bentuk Sediaan Padat
Cara pemberian obat melalui oral bentuk sediaan cair
Bentuk sediaan cair Solutio : - Obat berupa larutan dalam air, - Obat terdispersi dalam air secara molekuler, absorpsi baik,cepat melalui dinding saluran cerna masuk ke peredaran sistemik - Onset of action relatif cepat. Emulsi : - Kecepatan absorpsi bentuk emulsi kurang dari solutio,kepindahan dari fase minyak ke fase air adalah faktor penghambat - Onset of action lebih lama daripada solutio
next
Suspensi :
- Kecepatan absorpsi lebih lambat daripada
bentuk solutio, karena adanya partikel obat
dalam campuran air
- Total obat yang diabsorpsi sama dengan
solutio
- Onset of action lebih lama daripada solutio
MELALUI ORAL
SEDIAANCAIR
Solutio
Suspensi
Emulsi
Berupa larutan dalam air, onset of action relatif cepat
Kecepatan absorpsi kurang dari solutio, onset of action lebih lama dari solutio
Kecepatan absorpsi kurang dari solutio, onset of action lebih lama dari solutio
Cara pemberian obat melalui oral bentuk sediaan padat
Bentuk padat. Pulvis dan pulveres, kecepatan absorpsi
dipengaruhi oleh :
- obat mengalami fase disolusi dalam GIT,
- ada atau tidak adanya zat tambahan,
- besar atau kecilnya ukuran partikel,
- kelarutan bahan obat
next
Kapsul :
- kecepatan absorpsi lebih lama daripada
bentuk serbuk (karena adanya cangkang
kapsul yang harus dihancurkan dulu)
- setelah isi kapsul terlepas, selanjutnya faktor
yang mempengaruhi = pulveres
- kapsul enteric coated =tablet enteric coated
next
Tablet : - Kecepatan absorpsi lebih lama daripada bentuk serbuk. - Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan tambahan, ukuran partikel, disintegrasi dan disolusi - Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak - Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak mengalami “first pass efect”, tidak mengalamimengalami “first pass efect”, tidak mengalami penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)
next
Tablet salut/Dragee
- Kecepatan absorpsi obat sangat tergantung
pada bahan penyalut (penyalut gula lb cepat
melarut dalam saluran cerna)
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
absorpsi : bahan penyalut, pembuatan tablet,
kekerasan tablet,bahan tambahan, ukuran
partikel, disintegrasi dan disolusi
next
Tablet long acting. Tablet sustained release, prolonged action dan repeat
action : tablet oral yang daya kerjanya lama, bahan obat diabsorpsi sebagian-sebagian
- Absorpsi awal, cukup untuk memberi respons farmakologis, kadar dalam darah di atas kadar minimum efektif - Absorpsi selanjutnya, kecepatan absorpsi sebanding dg kecepatan eliminasi obat - Kadar dalam plasma (efektivitas obat) dapat
dipertahankan selama 12-24 jam
MELALUI ORALSEDIAAN PADAT
kapsul
tablet
pulveres
Kecepatan absorpsi dipengaruhi fase disolusi, zat tambahan, ukuran partikel,
kelarutan bahan obat
Kecepatan absorpsi lebih lama daripada bentuk serbuk
Kecepatan absorpsi dipengaruh pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan tambahan,
ukuran partikel, disintegrasi dan dissolusi, dan bahan penyalut
Secara parenteral
Bentuk sediaan obat parenteral :
A. Injeksi
B. Tablet implantasi
next
A. Bentuk sediaan injeksi
1. Intravena : obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera, tidak ada fase absorpsi, bioavalabilitas 100 %, obat dengan pelarut air.
2. Subkutan : onset of action obat dalam pelarut air lebih cepat daripada dalam sediaan suspensi
next
3. Intramuskular : onset of action bervariasi,
obat dengan pelarut air lebih cepat diabsorpsi daripada dengan pelarut minyak atau propilenglikol atau dalam bentuk suspensi (kecepatan penyerapan obat dari sediaan suspensi bergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi).
next
B. Tablet implantasi
Implant adalah sistem di mana obat dibebaskan secara terkontrol, ditanam subkutan, efek obat lama karena kecepatan absorpsi kurang dari 1 % sehari, contoh susuk KB.
SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan injeksi
intravena intramuskular subkutan
onset of action segera, tidak ada fase absorpsi, bioavailabilitas 100%,
obat dengan pelarut air.
onset of action bervariasi, kecep. penyerapan obat dari sediaan suspensi bergantung pada besar kecilnya partikel
yang tersuspensi
onset of action obat dalam pelarut air lebih cepat daripada dalam
sediaan suspensi
Cara pemberian secara inhalasi
1. Pemberian melalui rongga hidung atau
mulut
2. Disemprotkan ke dalam sistem
pernapasan
3. Untuk efek sistemik
4. Ukuran partikel dari suspensi menentukan tingkat penetrasi
next
5. Memberikan efek lebih cepat dibandingkan pemberian oral
(tanpa melalui first pass effects)
6. Sediaan yang mengandung obat mudah menguap penggunaannya dengan alat semprot mekanik.
Cara pemberian obat melalui membran mukosa
1. Di mulut:
Sublingual (dibawah lidah)
Lozenges (tablet hisap)
Bukal (antara pipi dan gusi)
Mula kerja obat lebih cepat dibanding pemberian oral
2. Di urogenital: efek lokal
Sediaan bacilla, bentuk batang
next
3. Di mata: Efek lokal, untuk penyakit mata, Bentuk salep, tetes mata, Diserap melalui kornea mata.4. Di telinga: Efek lokal, obat tetes telinga5. Di hidung : efek lokal, obat tetes hidung6. Di vagina: efek lokal, sediaan ovula
next
7. Di rektum Efek lokal Bentuk sediaan padat suppositoria (hemorrhoid)
bentuk sediaan cair enema (mengosongkan usus besar atau untuk tes diagnostik dengan bubur Barium Sulfat)
Untuk efek sistemik Bila pemberian oral tidak memungkinkan, misal :
Penderita tidak dapat menelan/ tidak kooperatif Obat rusak karena asam lambung atau enzim
dalam saluran cerna
MELALUI MEMBRAN MUKOSA
TABLET BUKAL
TABLETSUBLINGUAL
LOZENGES
Tetes mata
Tetes telinga
Tetes hidung
Onset of action lebih cepat dibanding pemberian oral
Efek lokal
SuppositoriaVaginalia
Suppositoria urethralia
SuppositoriaanaliaEfek sistemik
Cara pemberian obat melalui kulit
1.Absorpsi sistemik Sediaan transdermal atau perkutan diberikan secara topikal melalui kulit, jalurnya melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebum,menembus sel stratum corneum Rute pemberian sediaan transdermal : - Memberi pelepasan obat ke sistem tubuh melalui kulit - Dapat melepaskan obat selama beberapa jam tanpa efek samping saluran cerna - Tidak dipengaruhi first pass effects
next
2. Absorpsi lokal Pemilihan bentuk sediaan sebagian besar
tergantung pada keadaan luka penderita akut atau khronis.
Contoh : Luka akut dipakai sediaan basah (lotion)
dan krem Sub akut dan khronis dipakai sediaan
salep dan krim
Waktu Pemberian Obat
Efek terapetik optimal
Tepat waktu pemberian obat (saat, lama dan frekuensi pemberian) Tepat cara pemberian obat Tepat dosis obat Tepat bentuk sediaan obat Tepat obat
next
a. Saat pemberian 1. Pagi hari : mane, pada resep ditulis mane atau disingkat
m., misalnya pada pemberian obat pencahar dengan onset of action cepat, contoh :
R/ Laxadine syr. 60 ml S s dd CC I m 2. Tiap pagi : omni mane, pada resep umumnya disingkat
o.m., misalnya pada pemberian obat TBC, contoh :
R/ Rifampisin mg 300 mf pulv dtd XXX S s dd p I o.m.
next
3. Sore / malam hari : vespere, pada resep disingkat v. atau vesp. , contoh :
R/ Dulcolax supp. no. V S s dd supp. I vesp. 4. Malam sebelum tidur : ante nocte, pada
resep disingkat a.n., antara lain untuk obat hipnotika, tranquilizer dan laxans yang bekerja lambat,contoh :
R/ Valium tab. V s s dd tab I a.n.
next
5. Sebelum makan : ante coenam, pada resep disingkat a.c., misalnya pada pemberian obat antasida, contoh :
R/ Antasida tab no. X S t dd tab I ½ h.a.c.6. Pada waktu makan/selama makan : durante
coenam, pada resep disingkat d.c. , misalnya untuk obat yang membantu pencernaan, contoh :
R/ Vitazym kap. X S t dd kap I d.c.
next
7. Sesudah makan : post coenam, pada resep disingkat p.c., umumnya untuk obat-obat yang mengiritasi lambung, contoh :
R/ Asam mefenamat no. X
S t dd kap I p.c.
next
b. Lama pemberian, tergantung dari
- tujuan terapi
- indikasi penyakit
- akibat yang ditimbulkan (resistensi, adiksi).
1. Diminum sepuasnya : ad libitum,disingkat ad lib., umumnya untuk penderita diare yang banyak kehilangan cairan
R/ Pedialyte btl III
s ad lib
next
2. Jika perlu : untuk terapi simptomatik digunakan pada saat tertentu dan jangka pendek, ditulis p.r.n = pro renata
R/ Pondex cap no. X
s t dd cap I prn
next
3. Dalam satu siklus secara kontinyu untuk
memusnahkan kuman : pemberian
antibiotika (satu kuur, untuk infeksi
tenggorokan selama 5 hari)
R/ Co amoxyclav tab no. X
s b dd tab I 1 h.a.c