Dosage Forms of Drug

89
DOSAGE FORMS OF DRUG Enny Kusumastuti FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2008

Transcript of Dosage Forms of Drug

Page 1: Dosage Forms of Drug

DOSAGE FORMS OF DRUG

Enny Kusumastuti

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2008

Page 2: Dosage Forms of Drug

PENDAHULUANObat dalam Produk obat

Ekskresi dan metabolisme

Obat dalam jaringan

Pelepasan obat dan pelarutan

absorpsiObat dalam

sirkulasi sistemik

eliminasi

Efek farmakologikklinik

<------------

Page 3: Dosage Forms of Drug

Obat dalam sirkulasi sistemik

Obat dalam urine

Metabolit -aktif

-tidak aktif

Obat dalam jaringan

Bentuk sediaan dan rute Pemberian

obat yang tepat

Efek terapi yang optimal

Page 4: Dosage Forms of Drug

BENTUK SEDIAAN OBAT

Bentuk sediaan padat :pulveres, pulvis, tablet, kapsul, pil dan suppositoria

Bentuk sediaan setengah padat : unguentum, cremores, pasta dan jelly

Bentuk sediaan cair : solutio, mixtura, suspensi, emulsi, eliksir,saturatio, guttae, aerosol dan sediaan injeksi (obat suntik)

Page 5: Dosage Forms of Drug

A. Bentuk sediaan padat

Pulveres (serbuk bagi), campuran homogen dari bahan-bahan berkhasiat yang diserbukkan dan dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum

Page 6: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan padat

Pulvis (serbuk tidak dibagi), bentuk sediaan serbuk yang tidak dibagi-bagi.Dapat diberikan sebagai obat luar dan obat dalam.

Obat luar : serbuk tabur (pulvis adspersorius), contoh :bedak salisil, Caladine powder.

Obat dalam : oralit

Page 7: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan padat Tablet : - compressed tablet

- molded tablet

Compressed tablet :o Tablet biasao Sugar coated tablet (Tablet salut gula)o Film coated tablet (Tablet salut selaput)o Enteric coated tablet (Tablet salut enteric)o Multiple compressed tablet

Page 8: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets

1. Tablet biasa, dibuat dengan cara

ditekan (kempa), contoh : tablet teofilin.

Page 9: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets2.Sugar coated tablet, tablet yang disalut

dengan lapisan yang terdiri dari campuran gula dengan bahan lain yang cocok, contoh : Enervon C tablet, Supra Livron tablet

3.Enteric coated tablet, tablet yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak hancur dalam lambung, tapi hancur dalam usus halus,

contoh : Dulcolax tablet, Voltaren tablet.

Page 10: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets

4.Film coated tablet, tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau film yang dibuat dari bahan sintetik, contoh : Fludilat tablet, Meiact tablet

Page 11: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets

5.Multiple compressed tablets, tablet yang dicetak berganda.

Dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu tekanan, hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet dalam tablet

Page 12: Dosage Forms of Drug

Multiple compressed tablets

Layered tablets (tablet berlapis), tablet yang dibuat dengan mencetak, dengan cara berlapis-lapis, contoh : Decolgen tablet.

Press-coated tablets, mula-mula dicetak tablet kecil, kemudian dicetak lagi dengan menambahkan lapisan granulasi disekeliling tablet kecil,contoh : Mexaform tablet

Page 13: Dosage Forms of Drug

Compressed tablet

6. Prolonged action tablets, tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melepaskan bahan berkhasiat untuk pengobatan dalam periode tertentu. Suatu produk ”prolonged action” dirancang untuk melepaskan bahan berkhasiat secara lambat dan memberi cadangan obat secara terus menerus dalam waktu yang panjang.

Page 14: Dosage Forms of Drug

Prolenged action tablets

Delayed action tablets, tablet yang pelepasan bahan aktifnya dihambat, dimana pelepasan bahan aktif dicegah dalam selang waktu setelah pemberian atau sampai kondisi fisiologis tertentu.

Repeat action tablets, tablet yang pelepasan bahan aktifnya berulang, yang secara periodik melepaskan dosis tertentu dari bahan aktif ke lambung dan usus.

Page 15: Dosage Forms of Drug

Prolenged action tablets Extended release tablets (controlled release, time

relese, slow release), tablet yang pelepasan bahan aktifnya diperpanjang, yang secara kontinu melepaskan bahan aktif ke lambung dan usus.

Sustained release tablets, tablet yang pelepasan bahan aktif berlanjut, dan dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapetik awal obat yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan, contoh : Retaphyl SR tablet, Arelix SR caplet

Page 16: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets

7. Effervescent tablets, berisi zat tambahan natrium bikarbonat dan asam organik seperti asam sitrat atau asam tartrat.

Cara pemakaian:

dengan melarutkan tablet dalam air

CO2 ,

contoh : Calcium D Redoxon.

Page 17: Dosage Forms of Drug

Compressed tablets

8. Buccal dan Sublingual Tablets.

a. Buccal tablets adalah tablet yang

digunakan dengan cara menyisipkan

diantara pipi dan gusi dalam rongga

mulut. Absorpsi terjadi melalui

mukosa masuk ke peredaran darah.

Page 18: Dosage Forms of Drug

Buccal dan Sublingual Tablets

b. Sublingual tablets adalah tablet

yang digunakan dengan cara

meletakkan dibawah lidah, melarut

cepat sehingga zat berkhasiatnya

mudah diserap.

Contoh: Farsorbid tablet

Isosorbide dinitrate tablet

Page 19: Dosage Forms of Drug

Molded tablets

Dispensing tablets, tablet yang menyediakan sejumlah obat yang tepat, yang dapat mudah dicampurkan dalam serbuk atau cairan. Tablet diberikan kepada penderita setelah diracik.

Hypodermic tablets, mudah larut dan digunakan sebagai larutan injeksi.

Page 20: Dosage Forms of Drug

Bentuk lain Lozenges (tablet hisap)

contoh : FG troches Pastiles

Lozenges tetapi zat tambahannya berupa gliserin dan gelatin,

contoh : Valda pastiles Tablet kunyah, contoh : Mylanta tablet

Page 21: Dosage Forms of Drug

Bentuk lain

Pellets, bentuk obat padat kecil, silindris, dan steril, diameter 3,2 mm, panjang 8 mm, dibuat dengan tekanan. Cara pemakaiannya dengan ditanamkan ke dalam jaringan tubuh. Obat yang biasa dibuat dalam bentuk pellet : hormon

Page 22: Dosage Forms of Drug

Capsulae Capsulae, bentuk sediaan obat terbungkus

cangkang kapsul, keras atau lunak, mempunyai ukuran berbeda-beda, dan mengandung bahan obat padat (berbentuk serbuk, granul, pellet) atau cairan yang dikentalkan

Kapsul Keras (bahan obat kering), contoh : tetrasiklin kapsul Kapsul Lunak (bahan obat minyak), contoh : AD kapsul

Page 23: Dosage Forms of Drug

Pilulae

Pil adalah sediaan padat yang berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia. Sekarang sudah jarang digunakan

Page 24: Dosage Forms of Drug

Suppositoria

Suppositoria analia : untuk efek terapi lokal dan sistemik, penggunaan lewat anal. Contoh : Dulcolax suppositoria.

Suppositoria urethralia atau bacilla : sediaan ini dimasukkan ke dalam urethra, bentuk sediaan seperti batang.

Page 25: Dosage Forms of Drug

Suppositoria

Suppositoria vaginalia (ovula) : terutama untuk efek lokal, misalnya pada fluor albus, infeksi pada selaput lendir vagina. Bentuknya bulat telur atau bulat.

Contoh : Flagistatin vaginal tablet.

Page 26: Dosage Forms of Drug

B. Bentuk sediaan setengah padat Unguentum ( salep), sediaan obat dengan

konsistensi setengah padat,lunak, lembut, mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

Contoh : Salep 2.4, Ichtyol salep. Cremores (krim),sediaan obat berupa emulsi

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk obat luar. Contoh : Cold cream, Garamicin cream

Page 27: Dosage Forms of Drug

Sediaan setengah padat

Pasta

Merupakan sediaan berupa massa lunak yang dibuat dari campuran bahan obat berbentuk serbuk dalam jumlah banyak (≥ 50%) dengan vaselin atau parafin cair atau bahan lain yang tidak berlemak. Contoh : Pasta Lassari.

Page 28: Dosage Forms of Drug

Sediaan setengah padat

Jelly (gel), sediaan setengah padat, merupakan suspensi dari bahan organik atau anorganik dan mengandung air. Digunakan pada kulit yang peka/berlendir.

Contoh :

Thrombophob gel

Bioplacenton jelly

Page 29: Dosage Forms of Drug

C. Bentuk sediaan cair

1. Solutio (larutan), sediaan cair yng mengandung bahan berkhasiat yang larut dalam pelarutnya. Pelarut umumnya air. Sediaan obat bentuk larutan, dalam tubuh, bekerja dengan onset of action yang cepat karena setelah diminum obat tidak memerlukan waktu untuk melarut sehingga dapat bekerja dengan segera.

Page 30: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

2. Mixtura, merupakan sediaan cair yang mengandung lebih dari satu macam bahan berkhasiat. Sifat yang hampir sama dengan larutan.

Contoh : Obat Batuk Putih

(Potio Alba contra tussim)

Page 31: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

Page 32: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

3. Suspensiones (suspensi) Sediaan cair yang mengandung bahan obat

padat yang terdispersi dalam suatu cairan. Ditambahkan emulgator atau suspending agent (bahan pensuspensi) untuk menambahkan viskositas cairan sehingga pengendapan obat dapat diperlambat. Contoh : Kaopectate suspensi.

Page 33: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

4. Emulsiones (emulsi)

Sediaan yang mengandung minyak atau lemak yang terdispersi dalam suatu cairan, distabilkan dengan emulgator.

Type emulsi : emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.

Contoh : Scott’s emulsion

Page 34: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

5. Elixira (eliksir), sediaan cair dengan pelarut utama etanol dan dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan bahan berkhasiat.

Contoh : Bisolvon sirup

Mucohexin sirup.

Page 35: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

6. Saturatio, sediaan cair yang mengandung larutan jenuh CO2 yang dibebaskan dari reaksi CO3

-2 dan HCO3 -(reaksi asam organik dengan garam basa karbonat). Biasa diberikan pada pasien dengan gangguan absorpsi saluran pencernaan karena obat dalam bentuk ini dapat mempercepat absorpsi.

Page 36: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

7. Sirupus, sediaan bentuk cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup obat berupa preparat yang sudah distandarisasi dan mengandung bahan obat tunggal atau kombinasi dengan obat lain. Contoh : sirup sebagai ekspektorans,antitusif, antihelmintik, antibiotika dan dry syrup (sirup kering).

Page 37: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair

8. Guttae (obat tetes), sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk obat luar atau obat dalam, digunakan dengan cara meneteskan dengan menggunakan penetes.

Page 38: Dosage Forms of Drug

Guttae

Guttae untuk obat dalam, umumnya digunakan pada bayi, disebut paediatric drops.

Guttae untuk obat luar : guttae ophthalmicae (tetes mata), guttae auriculares (tetes telinga) dan guttae nasales (tetes hidung).

Page 39: Dosage Forms of Drug

Guttae untuk obat luar Guttae auriculares adalah obat tetes yang digunakan

untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam lubang telinga.

Pembawa umumnya bukan air, yang sering digunakan gliserol dan propilenglikol, juga digunakan etanol, heksilenglikol atau minyak lemak nabati, pH antara 5 – 6.

Bahan berkhasiat meliputi:- Antibiotika - Kortikosteroid- Antifungi - Antiseptika- Lokal anestetika

Page 40: Dosage Forms of Drug

Guttae untuk obat luar Guttae nasales adalah obat tetes yang digunakan

untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung bahan pensuspensi, bahan dapar dan bahan pengawet.

Pembawa yang digunakan umumnya air. Apabila digunakan pembawa selain air, maka sedapat

mungkin mempunyai pH antara 5,5 sampai 7,5 dengan kapasitas dapar sedang.

Sebaiknya larutan isotonis/hampir isotonis.

Page 41: Dosage Forms of Drug

Guttae untuk obat luar Guttae ophthalmicae adalah sediaan steril berupa

larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata, mengandung zat pengawet a.l. Tiomersal 0,002%, Garam fenil merkuri 0,002%, dll

Syarat guttae ophthalmicae Sterilitas :Stabil, isotonis, mengandung zat pengawet) dan jernih (filtrasi, bebas bahan melayang)

Page 42: Dosage Forms of Drug

Bentuk sediaan cair Aerosol (obat semprot), sediaan cair sebagai

sistem koloidal yang terdiri dari zat cair / zat padat yang terbagi sangat halus sekali dalam gas. Untuk pemakaian obat ini digunakan wadah khusus yang dilengkapi dengan ventil atau cara khusus lain.

Gas yang digunakan adalah gas yang dapat dicairkan dengan tekanan dan mempunyai kekuatan untuk menyemprotkan obat keluar dari wadah melalui katup.

Page 43: Dosage Forms of Drug

next

Aerosol untuk obat dalam:

pengobatan simptomatis seperti asma bronkhi

Aerosol obat luar (topikal) :

untuk terapi penyakit kulit.

Page 44: Dosage Forms of Drug

Aerosol

Page 45: Dosage Forms of Drug

Sediaan injeksi (obat suntik)

Page 46: Dosage Forms of Drug

Sediaan injeksi Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau

serbuk dilarutkan Syarat : steril (obat & wadah)

isotonis Wadah : ampul (wadah dosis tunggal) vial (wadah dosis berganda) Pelarut :

Air Bukan air: - minyak: ol. Neutralisata ad inj

- bukan minyak: alkohol, gliserol,polietilenglikol

Page 47: Dosage Forms of Drug

Sediaan injeksi

Wadah : Multi dosis tanpa pengawet, pengambilan

secara aseptis, disimpan ditempat sangat dingin, digunakan paling lama 12 jam setelah pengambilan pertama

Multi dosis dengan pengawet, digunakan paling lama 72 jam setelah pengambilan petama.

Page 48: Dosage Forms of Drug

Sediaan injeksi

Suntikan berdasarkan tempat injeksinya : Injeksi intravena, langsung ke vena memberi onset of

action yang paling cepat,pelarut air Injeksi intramuskular,ke dalam jaringan, menghasilkan

efek obat yang cepat dibandingkan i.v. Injeksi intraarterial, ke dalam arteri Injeksi intrathecal, pada selaput otak Injeksi intraperitoneal, ke dalam rongga perut Injeksi subcutan, ke dalam jaringan dibawah kulit, dll

Page 49: Dosage Forms of Drug

CARA DAN WAKTU PEMBERIAN

OBAT

Page 50: Dosage Forms of Drug

next

Disintegrasi : sediaan obat hancur menjadi partikel-partikel kecil, sehingga bahan obat terbebaskan dari bentuk sediaannya (khusus bentuk sediaan padat, suspensi dan emulsi)

Disolusi : melarutnya obat dalam cairan tubuh. Obat per oral larut dalam cairan GIT, obat per rektal larut dalam cairan rektum.

Fase ini untuk : suspensi, pulveres, tablet, kapsul, supositoria,tablet implantasi dan suspensi untuk injeksi i.m.

Page 51: Dosage Forms of Drug

next

Bahan-bahan tambahan untuk pembuatan sediaan obat berpengaruh thd :

- kecepatan disintegrasi

- kecepatan disolusi

- absorpsi obat melalui membran/mukosa

saluran cerna masuk ke peredaran sistemik

Page 52: Dosage Forms of Drug

next

Cara /rute pemberian obat dan bentuk sediaan

obat berpengaruh terhadap : Cepat atau lambatnya obat mulai kerja (onset of

action) Lamanya obat bekerja (duration of action) Intensitas kerja obat Respon farmakologik yang dicapai Bioavailabilitas obat Dosis yang tepat untk memberikan respon tertentu

Page 53: Dosage Forms of Drug

Cara dan waktu pemberian obat

Cara pemberian Waktu pemberian

Saat penggunaan(pagi,siang,malam)

Frekuensi pemberian

Jalur masuknya obat dalam tubuh

Lokal/sistemik Efek terapi optimal

Bentuk sediaan obat

Page 54: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat

Dalam menentukan cara pemberian obat harus dilihattujuan terapi, sifat-sifat obat dan kondisi penderitadengan mempertimbangkan : Efek apa yang dikehendaki : sistemik atau lokal Mulai kerja obat (onset of action) dan lama kerja obat

(duration of action) bagaimana yang diinginkan. Keamanan relatif dari rute pemberian yang bermacam-

macam. Rute yang mana yang paling menyenangkan bagi

penderita. Kondisi penderita, apakah dapat menelan atau tidak,

bentuk sediaan obat yang cocok.

Page 55: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat

Cara pemberian obat melalui oral Cara pemberian obat bentuk sediaan

parenteral Cara pemberian obat bentuk sediaan

inhalasi Cara pemberian obat melalui membran

mukosa Cara pemberian obat melalui kulit

Page 56: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui oral

Cara ini paling banyak diberikan, karena mudah cara pemberiannya dan tidak merusak jaringan.

Keuntungan : Paling aman Murah Jika terjadi kesalahan dapat cepat teratasi,

misalnya dengan cara mengeluarkan isi perut Menghindarkan bahaya pemberian parenteral

Page 57: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui oral next

Kerugian : Kecepatan absorpsi bervariasi,

bergantung pada bioavailabilitas obat Fraksi obat diserap <100% First pass effects Onset lambat Durasi lebih lama

Page 58: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui oral next

Bentuk sediaan obat melalui oral

A. Bentuk Sediaan Cair

B. Bentuk Sediaan Padat

Page 59: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui oral bentuk sediaan cair

Bentuk sediaan cair Solutio : - Obat berupa larutan dalam air, - Obat terdispersi dalam air secara molekuler, absorpsi baik,cepat melalui dinding saluran cerna masuk ke peredaran sistemik - Onset of action relatif cepat. Emulsi : - Kecepatan absorpsi bentuk emulsi kurang dari solutio,kepindahan dari fase minyak ke fase air adalah faktor penghambat - Onset of action lebih lama daripada solutio

Page 60: Dosage Forms of Drug

next

Suspensi :

- Kecepatan absorpsi lebih lambat daripada

bentuk solutio, karena adanya partikel obat

dalam campuran air

- Total obat yang diabsorpsi sama dengan

solutio

- Onset of action lebih lama daripada solutio

Page 61: Dosage Forms of Drug

MELALUI ORAL

SEDIAANCAIR

Solutio

Suspensi

Emulsi

Berupa larutan dalam air, onset of action relatif cepat

Kecepatan absorpsi kurang dari solutio, onset of action lebih lama dari solutio

Kecepatan absorpsi kurang dari solutio, onset of action lebih lama dari solutio

Page 62: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui oral bentuk sediaan padat

Bentuk padat. Pulvis dan pulveres, kecepatan absorpsi

dipengaruhi oleh :

- obat mengalami fase disolusi dalam GIT,

- ada atau tidak adanya zat tambahan,

- besar atau kecilnya ukuran partikel,

- kelarutan bahan obat

Page 63: Dosage Forms of Drug

next

Kapsul :

- kecepatan absorpsi lebih lama daripada

bentuk serbuk (karena adanya cangkang

kapsul yang harus dihancurkan dulu)

- setelah isi kapsul terlepas, selanjutnya faktor

yang mempengaruhi = pulveres

- kapsul enteric coated =tablet enteric coated

Page 64: Dosage Forms of Drug

next

Tablet : - Kecepatan absorpsi lebih lama daripada bentuk serbuk. - Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan tambahan, ukuran partikel, disintegrasi dan disolusi - Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak - Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak mengalami “first pass efect”, tidak mengalamimengalami “first pass efect”, tidak mengalami penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)

Page 65: Dosage Forms of Drug

next

Tablet salut/Dragee

- Kecepatan absorpsi obat sangat tergantung

pada bahan penyalut (penyalut gula lb cepat

melarut dalam saluran cerna)

- Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

absorpsi : bahan penyalut, pembuatan tablet,

kekerasan tablet,bahan tambahan, ukuran

partikel, disintegrasi dan disolusi

Page 66: Dosage Forms of Drug

next

Tablet long acting. Tablet sustained release, prolonged action dan repeat

action : tablet oral yang daya kerjanya lama, bahan obat diabsorpsi sebagian-sebagian

- Absorpsi awal, cukup untuk memberi respons farmakologis, kadar dalam darah di atas kadar minimum efektif - Absorpsi selanjutnya, kecepatan absorpsi sebanding dg kecepatan eliminasi obat - Kadar dalam plasma (efektivitas obat) dapat

dipertahankan selama 12-24 jam

Page 67: Dosage Forms of Drug

MELALUI ORALSEDIAAN PADAT

kapsul

tablet

pulveres

Kecepatan absorpsi dipengaruhi fase disolusi, zat tambahan, ukuran partikel,

kelarutan bahan obat

Kecepatan absorpsi lebih lama daripada bentuk serbuk

Kecepatan absorpsi dipengaruh pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan tambahan,

ukuran partikel, disintegrasi dan dissolusi, dan bahan penyalut

Page 68: Dosage Forms of Drug

Secara parenteral

Bentuk sediaan obat parenteral :

A. Injeksi

B. Tablet implantasi

Page 69: Dosage Forms of Drug

next

A. Bentuk sediaan injeksi

1. Intravena : obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera, tidak ada fase absorpsi, bioavalabilitas 100 %, obat dengan pelarut air.

2. Subkutan : onset of action obat dalam pelarut air lebih cepat daripada dalam sediaan suspensi

Page 70: Dosage Forms of Drug

next

3. Intramuskular : onset of action bervariasi,

obat dengan pelarut air lebih cepat diabsorpsi daripada dengan pelarut minyak atau propilenglikol atau dalam bentuk suspensi (kecepatan penyerapan obat dari sediaan suspensi bergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi).

Page 71: Dosage Forms of Drug

next

B. Tablet implantasi

Implant adalah sistem di mana obat dibebaskan secara terkontrol, ditanam subkutan, efek obat lama karena kecepatan absorpsi kurang dari 1 % sehari, contoh susuk KB.

Page 72: Dosage Forms of Drug

SEDIAAN PARENTERAL

Sediaan injeksi

intravena intramuskular subkutan

onset of action segera, tidak ada fase absorpsi, bioavailabilitas 100%,

obat dengan pelarut air.

onset of action bervariasi, kecep. penyerapan obat dari sediaan suspensi bergantung pada besar kecilnya partikel

yang tersuspensi

onset of action obat dalam pelarut air lebih cepat daripada dalam

sediaan suspensi

Page 73: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian secara inhalasi

1. Pemberian melalui rongga hidung atau

mulut

2. Disemprotkan ke dalam sistem

pernapasan

3. Untuk efek sistemik

4. Ukuran partikel dari suspensi menentukan tingkat penetrasi

Page 74: Dosage Forms of Drug

next

5. Memberikan efek lebih cepat dibandingkan pemberian oral

(tanpa melalui first pass effects)

6. Sediaan yang mengandung obat mudah menguap penggunaannya dengan alat semprot mekanik.

Page 75: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui membran mukosa

1. Di mulut:

Sublingual (dibawah lidah)

Lozenges (tablet hisap)

Bukal (antara pipi dan gusi)

Mula kerja obat lebih cepat dibanding pemberian oral

2. Di urogenital: efek lokal

Sediaan bacilla, bentuk batang

Page 76: Dosage Forms of Drug

next

3. Di mata: Efek lokal, untuk penyakit mata, Bentuk salep, tetes mata, Diserap melalui kornea mata.4. Di telinga: Efek lokal, obat tetes telinga5. Di hidung : efek lokal, obat tetes hidung6. Di vagina: efek lokal, sediaan ovula

Page 77: Dosage Forms of Drug

next

7. Di rektum Efek lokal Bentuk sediaan padat suppositoria (hemorrhoid)

bentuk sediaan cair enema (mengosongkan usus besar atau untuk tes diagnostik dengan bubur Barium Sulfat)

Untuk efek sistemik Bila pemberian oral tidak memungkinkan, misal :

Penderita tidak dapat menelan/ tidak kooperatif Obat rusak karena asam lambung atau enzim

dalam saluran cerna

Page 78: Dosage Forms of Drug

MELALUI MEMBRAN MUKOSA

TABLET BUKAL

TABLETSUBLINGUAL

LOZENGES

Tetes mata

Tetes telinga

Tetes hidung

Onset of action lebih cepat dibanding pemberian oral

Efek lokal

SuppositoriaVaginalia

Suppositoria urethralia

SuppositoriaanaliaEfek sistemik

Page 79: Dosage Forms of Drug

Cara pemberian obat melalui kulit

1.Absorpsi sistemik Sediaan transdermal atau perkutan diberikan secara topikal melalui kulit, jalurnya melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebum,menembus sel stratum corneum Rute pemberian sediaan transdermal : - Memberi pelepasan obat ke sistem tubuh melalui kulit - Dapat melepaskan obat selama beberapa jam tanpa efek samping saluran cerna - Tidak dipengaruhi first pass effects

Page 80: Dosage Forms of Drug

next

2. Absorpsi lokal Pemilihan bentuk sediaan sebagian besar

tergantung pada keadaan luka penderita akut atau khronis.

Contoh : Luka akut dipakai sediaan basah (lotion)

dan krem Sub akut dan khronis dipakai sediaan

salep dan krim

Page 81: Dosage Forms of Drug

Waktu Pemberian Obat

Efek terapetik optimal

Tepat waktu pemberian obat (saat, lama dan frekuensi pemberian) Tepat cara pemberian obat Tepat dosis obat Tepat bentuk sediaan obat Tepat obat

Page 82: Dosage Forms of Drug

next

a. Saat pemberian 1. Pagi hari : mane, pada resep ditulis mane atau disingkat

m., misalnya pada pemberian obat pencahar dengan onset of action cepat, contoh :

R/ Laxadine syr. 60 ml S s dd CC I m 2. Tiap pagi : omni mane, pada resep umumnya disingkat

o.m., misalnya pada pemberian obat TBC, contoh :

R/ Rifampisin mg 300 mf pulv dtd XXX S s dd p I o.m.

Page 83: Dosage Forms of Drug

next

3. Sore / malam hari : vespere, pada resep disingkat v. atau vesp. , contoh :

R/ Dulcolax supp. no. V S s dd supp. I vesp. 4. Malam sebelum tidur : ante nocte, pada

resep disingkat a.n., antara lain untuk obat hipnotika, tranquilizer dan laxans yang bekerja lambat,contoh :

R/ Valium tab. V s s dd tab I a.n.

Page 84: Dosage Forms of Drug

next

5. Sebelum makan : ante coenam, pada resep disingkat a.c., misalnya pada pemberian obat antasida, contoh :

R/ Antasida tab no. X S t dd tab I ½ h.a.c.6. Pada waktu makan/selama makan : durante

coenam, pada resep disingkat d.c. , misalnya untuk obat yang membantu pencernaan, contoh :

R/ Vitazym kap. X S t dd kap I d.c.

Page 85: Dosage Forms of Drug

next

7. Sesudah makan : post coenam, pada resep disingkat p.c., umumnya untuk obat-obat yang mengiritasi lambung, contoh :

R/ Asam mefenamat no. X

S t dd kap I p.c.

Page 86: Dosage Forms of Drug

next

b. Lama pemberian, tergantung dari

- tujuan terapi

- indikasi penyakit

- akibat yang ditimbulkan (resistensi, adiksi).

1. Diminum sepuasnya : ad libitum,disingkat ad lib., umumnya untuk penderita diare yang banyak kehilangan cairan

R/ Pedialyte btl III

s ad lib

Page 87: Dosage Forms of Drug

next

2. Jika perlu : untuk terapi simptomatik digunakan pada saat tertentu dan jangka pendek, ditulis p.r.n = pro renata

R/ Pondex cap no. X

s t dd cap I prn

Page 88: Dosage Forms of Drug

next

3. Dalam satu siklus secara kontinyu untuk

memusnahkan kuman : pemberian

antibiotika (satu kuur, untuk infeksi

tenggorokan selama 5 hari)

R/ Co amoxyclav tab no. X

s b dd tab I 1 h.a.c

Page 89: Dosage Forms of Drug