done meningitis bakterialis.docx

download done meningitis bakterialis.docx

of 27

Transcript of done meningitis bakterialis.docx

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    1/27

    1

    BAB 1

    INTRODUKSI

    Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala

    perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, disertai peningkatan jumlah

    leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai

    radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam

    derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis bagian superfisial.1

    Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

    cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai

    dengan jumlah sel dan protein yang meningkat disertai warna cairan serebrospinal yang

    jernih.2,4

    Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.

    Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan

    menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.

    Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

    Di luar periode neonatal, yang 3 organisme yang paling umum yang menyebabkan

    meningitis bakteri akut adalah Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,

    danHaemophilus influenzae tipe b (Hib).3,4 Karena penggunaan rutin vaksinHaemophilus

    influenzae tipe B (HIB), pneumokokus konjugasi, dan konjugat vaksin meningokokus di

    Amerika Serikat, kejadian meningitis telah menurun secara drastis.Umumnya penderita

    berusia di bawah 5 tahun dan pada 70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2 tahun.

    Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri ini

    ditularkan melalui udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara

    hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri

    didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan jaringan otak. Faktor

    predisposisi mencakup infeksi pernapasan, otitis media , mastoiditis , trauma kepala,

    hemoglobinopati, human immunodeficiency virus (HIV), dan lainnya menyatakan defisiensi

    imun.3,4 Meningitis bakterialis merupakan penyakit yang mengancam jiwa disebabkan oleh

    infeksi lapisan meningen oleh bakteri.Perhatian perawatan yang tepat, pemantauan pasien

    untuk terapi antibiotik, pemberian cairan yang memadai dan dukungan sangat diperlukan.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5w
  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    2/27

    2

    BAB 2

    ISI

    DEFINISI

    Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla

    spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen.1,2 Peradangan tersebut mengenai araknoid,

    piamater dan cairan serebrospinalis. Peradangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid

    sekitar otak, medulla spinalis dan ventrikel. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang

    cukup tinggi(5-10%). Hampir 40% di antara pasien meningitis mengalami gejala sisa berupa

    gangguan peradangan pendengaran dan defisit neurologis. Meningitis harus ditangani sebagai

    keadaan emergensi. Kecurigaan klinis meningtis sangat dibutuhkan untuk diagnosis karena

    bila tidak terdeteksi dan tidak diobati dapat mengakibatkan kematian.

    1

    Peradangan meningen yang disertai adanya bukti terdapat bakteri dalam likuor

    serebrospinal (LSS). Meningitis purulenta atau dikenali juga sebagai meningitis bakterialis

    adalah peradangan meningen yang ditandai dengan LSS yang keruh dengan jumlah leukosit

    >1.000mm3 dengan predominasi PMN meningitis purulenta hampir selalu disebabkan oleh

    bakteri.2 Meningitis bakterialis bentuk atipik adalah meningits bakterialis dengan kelainan

    pada LSS yang minimal sehingga sulit dibedakan dari meningitis aseptik, bentuk ini dapat

    ditemukan pada meningtis bakterialis yang timbul pada saat anak sedang mendapat terapi

    antibiotik (meningitis during antibiotic therapy/meningitis bacterialis partial treatment),

    stadium awal meningitis bakterialis atau karena adanya proteksi partial dari imunisasi

    Haemophilus influenzae type B.2

    Meningitis bakterialis rekrudesens adalah munculnya kembali tanda atau gejala klinis

    meningitis bakterialis dalam masa pengobatan yang sebelumnya memberikan respons yang

    baik. Meningitis bakterialis relaps adalah munculnya kembali tanda dan gejala meningtitis

    bakterialis dalam waktu 3 minggu setelah penghentian pengobatan.2 Kedua bentuk meningitis

    ini pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang sama dengan meningitis bakterialis

    sebelumnya, biasanya disebabkan adanya bakteri yang persisten di dalam LSS. Meningitis

    bakterialis rekurens/berulang adalah episode baru dari meningitis bakterialis yang terjadi

    setelah melewati masa penyembuhan dari suatu meningitis bakterialis sebelumnya, pada

    keadaan ini bakteri penyebab bisa sama atau berbeda dari bakteri penyebab meningitis

    bakterialis sebelumnya. Pada umumnya meningitis bakterialis rekurens lebih sering

    disebabkan oleh adanya reinfeksi dibanding dengan adanya infeksi yang persisten.2

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    3/27

    3

    EPIDEMIOLOGI

    Sebelum ditemukannya antimikroba, mortalitas akibat meningitis bakterial cukup

    tinggi. Dengan adanya terapi antimikroba, mortalitas menurun tetapi masih tetap

    dikhawatirkan tinggi. 19-26% mortalitas diakibatkan karena meningitis oleh Sterptococcus

    pneumoniae, 3-6% olehHaemophilus influenzae, 3-13% oleh Neisseria meningitidis. Rata-

    rata mortalitas paling tinggi pada tahun pertama kehidupan, menurun pada usia muda, dan

    kembali meninggi pada usia tua.

    Munculnya vaksin telah mengubah kejadian meningitis bakteri anak. Sebelum

    penggunaan rutin vaksin pneumococcal conjugate, kejadian meningitis bakteri di Amerika

    Serikat adalah sekitar 6000 kasus per tahun, kira-kira setengah daripada mereka pada pasien

    anak ( 18 tahun). N meningitidis menyebabkan sekitar 4 kasus per 100.000 anak (usia 1-23

    bulan). Tingkat S pneumoniae meningitis adalah 6,5 kasus per 100.000 anak (usia 1-23

    bulan). Saat ini, penyakit yang disebabkan olehH influenzae, S pneumoniae, dan N

    meningitidis jauh kurang umum.3

    Munculnya vaksinasi Hib universal dalam negara maju telah menyebabkan

    penghapusan lebih dari 99% dari penyakit invasif. Perlindungan berlanjut bahkan ketika Hib

    yang dipakai bersamaan dengan vaksin lainnya. Sama pentingnya, vaksin terus memberikan

    kekebalan ke anak nanti.3

    Efek yang sama terjadi dengan vaksin pneumokokus. Diberikan pada usia 2, 4, dan 6

    bulan, vaksin ini telah mengurangi penyakit invasif oleh lebih dari 90%. Kelompok usia yang

    paling terkena dampak adalah mereka yang lebih muda dari 2 tahun dan mereka yang berusia

    2-5 tahun. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitiansurveilans di Louisville, Kentucky. Hampir

    setengah dari kasus penyakit pneumokokus disebabkan oleh serotipe non vaksin. 3

    Vaksin untukNeisseria, bagaimanapun, belum manjur dalam anak-anak muda. Hal ini

    disebabkan respon imunogenik yang rendah. Saat ini rekomendasi sasaran imunisasi untuk

    anak-anak dari umur 2 tahun. Di seluruh dunia, penggunaan jenisH influenzae B dan vaksin

    pneumokokus meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada yang diamati dengan

    penggunaan vaksin hepatitis B.3

    .

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    4/27

    4

    FAKTOR RESIKO

    Raso Insidensi rata-rata lebih tinggi pada populasi kulit hitam,Afro-Amerika dan Indian

    dibandingkan pada populasi Kaukasia dan Hispanik.3

    Jenis kelamino Bayi laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi terkena meningitis oleh gram negatif

    dibanding bayi perempuan.3

    o Bayi perempuan lebih rentan terhadap meningitis olehListeria monocytogenes.o Sedangkan insidensi meningitis oleh Streptococcus pneumoniae adalah sama untuk

    bayi perempuan maupun laki-laki.

    Usiao Kebanyakan penderita adalah anak dengan usia kurang dari 5 tahun.o 70% kasus terjadi pada anak dengan usia kurang dari 2 tahun.o Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena imun tubuh

    yang belum terbentuk sempurna.

    oMeningitis bakteri anak paling sering terjadi pada anak-anak muda dari 4 tahun,dengan puncak insidensi pada mereka 3-8 bulan usia.3

    Lingkungano Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah.o Lingkungan kumuho Lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah hajio

    Lingkungan tidak mendapat imunisasio Lingkungsn dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita ISPA.o Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang

    dibandingkan pada negara maju.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    5/27

    5

    ETIOLOGI

    Penyebab meningitis bakterialis pada periode neonatus (0-28 hari) umumnya berbeda dengan

    yang pada bayi dan anak-anak.

    o Bakteria penyebab meningitis pada bayi baru lahir mencerminkan floragastrointestinal dan genitourinary ibu dan lingkungan yang telah terdedah kepada bayi

    tersebut. Patogen yang sering adalah streptococci grup B dan D (enterococcus), gram

    negative enteric basil (E. coli, Klebsiella), danListeria monocytogenes. 1,4

    o Streptococcus grup B dan E. coli, adalah 2 penyebab utama meningitis neonatal.Streptococci Grup B & D dan Listeria tetap sebagai patogen sistem saraf pusat yang

    penting sehingga bulan ke-3.

    o Dalam rentang waktu sama, infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan olehStreptococcus Pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenza tipe B

    semakin meningkat.4

    Penyebab tersering meningitis bakterialis pada anak usia 2 bulan hingga 12 tahun.

    o Penyebab paling sering di USA adalahNeisseria meningitidis.o Meningitis bakterialis yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan

    Haemophilus influenza tipe B semakin berkurang di negara-negara maju sejak

    diperkenalkan proses immunisasi universalterhadap patogen-patogen ini mulai usia 2

    bulan.1,4

    o Infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae atau Haemophilus influenzatipe Bperlu diperkirakan pada individu dengan riwayat imunisasi tidak lengkap dan di

    negara-negara berkembang. Individu dengan kelainan immunologi (infeksi HIV,

    defisiensi subclass igG), atau anatomi (disfungsi limpa, defek cochlear atau implan)

    juga mungkin berisiko tinggi terkena infeksi oleh bakteria-bakteria ini.4

    Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh disebakan defek anatomi atau defisit imun juga

    meningkatkan risiko terinfeksi dengan meningitis dari bakteri yang kurang patogen seperti :-4

    o Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci,Salmonella spp.dan Listeria monocytogenes.

    PATOFISIOLOGI

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    6/27

    6

    Eksudat purulen meningeal dengan berbagai ketebalan bisa didistribusi ke pembuluh

    vena otak, sinus venosus, konveksitas otak, dan cerebellum dan di dalam sulkus, sylvian

    fissures, basal cisterns, dan saraf pusat. Ventrikulitis dengan bakteria dan sel inflamasi di

    dalam cairan ventrikular mungkin ada (lebih sering pada neonatus), begitu juga dengan effusi

    subdural , dan empiema (jarang). Infiltrat inflamasi perivaskular juga mungkin ditemui, dan

    membran ependymal mungkin terganggu. 4

    Perubahan pembuluh darah dan parenkim otak ditandai dengan infiltrat

    polimorfonuklear meluas ke bagian subintimal dari arteri dan vena kecil, vaskulitis, trombosis

    vena kortikal kecil, oklusi sinus vena major, necrotizing arteritis menyebabkan pendarahan

    subarachnoid, dan kadang dapat ditemukan nekrosis korteks serebral tanpa ditemukan

    trombosis pada otopsi. Infark cerebral, akibat dari oklusi pembuluh darah disebabkan

    inflamasi, vasospasme, dan trombosis adalah kondisi yang sering terjadi. Saiz infark bisa dari

    mikroskopik hingga melibatkan keseluruhan hemisfera.

    Inflamasi saraf spinal dan saraf pusat menimbulkan tanda rangsang meningeal, dan

    inflamasi saraf kranial menimbulkan kelainan neuropati cranial pada saraf optik,

    okulomotorius, wajah, dan saraf pendengaran. Peningkatan tekanan intrakranial turut

    mengakibatkan kelumpuhan saraf okulomotorius karena adanya kompresi lobus temporal dari

    saraf selama herniasi tentorial. Kelumpuhan saraf abducens mungkin menjadi tanda

    peningkatan tekanan intrakranial..4

    Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan kematian sel (edema cerebral sitotoksik),

    peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah diinduksi sitokin (edema cerebral

    vasogenik), dan mungkin, peningkatan tekanan hidrostatik (edema cerebral interstisial) akibat

    reabsorpsi cairan cerebrospinal di dalam villus arachnoid terhalang atau obstruksi pengaliran

    cairan dari ventrikel. Tekanan intrakranialdapat melebihi 300 mm H2O, perfusi serebral akan

    dapat lebih terkontrol jika tekanan perfusi serebral (min tekanan arteri minus tekanan

    intrakranial) adalah

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    7/27

    7

    dan ada sedikit perpindahan struktur. Selain itu, jika fontanel masih paten, peningkatan TIK

    selalunya tidak hilang.

    Hidrocephalus dapat terjadi sebagai komplikasi akut meningitis bakteri.

    Communicating hydrocephalus adalah bentuk tersering akibat dari penebalan adhesi dari vili

    arakhnoid sekitar basal cisterns dari otak. Jadi, ada gangguan dengan resorpsi normal dari

    LSS. Kadang dapat terjadi hidrosefalus obstruktif yang berkembang setelah fibrosis dan

    gliosis dari aqueduct of Sylvius atau foramen Magendie dan Luschka.

    Peningkatan protein CSS disebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dari

    barier darah otak dan hilangnya cairan kaya albumin dari kapiler dan vena melintasi ruang

    subdural. Transudasi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efusi subdural, biasa

    ditemukan pada fase akhir meningitis bakteri akut. Hypoglycorrhachia (pengurangan kadar

    glukosa CSS) adalah karena transportasi glukosa oleh jaringan otak yang berkurang.4

    Kerusakan pada korteks serebral mungkin karena efek fokal atau efek difus dari oklusi

    vascular (infark, nekrosis, asidosis laktat), hipoksia, invasi bakteri (cerebritis), ensefalopati

    toksik (toksin bakteri), peningkatan TIK, ventriculitis, dan transudasi (efusi subdural). Semua

    faktor patologis ini akan menyebabkan manifestasi klinis seperti gangguan kesadaran, kejang,

    defisit saraf kranial, defisit motorik dan sensorik, dan akhirnya retardasi psikomotor.

    PATOGENESIS

    Meningitis bakterialis sering terjadi akibat disseminasi hematogen mikroorganisma

    yang jauh dari lokasi infeksi; bakteremia biasa terjadi sebelum meningitis atau terjadi

    bersamaan dengannya. Kolonisasi bakteria di nasofaring oleh mikroorganisma potensial

    patogen adalah sumber tersering bakteremia. Mungkin juga akan terjadi pembawaan

    berkepanjangan dari organisme kolonial tanpa menyebabkan penyakit atau lebih sering

    terjadi invasi dengan cepat setelah kolonisasi baru. Infeksi virus pada saluran pernafasan atas

    sebelumnya atau yang sedang terjadi akan meningkatkan patogenisitas bakteria penyebab

    meningitis.4

    N. meningitidis dan H. influenza type B melekat pada reseptor mukosal sel epitel

    dengan pili. Setelah perlekatan pada sel epitel, bakteria menembusi mukosa dan memasuki

    sirkulasi. N. meningitidis mungkin ditransportasi melintasi permukaan mukosa di dalam

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    8/27

    8

    vakuol fagositik setelah dikonsumsi oleh sel epitel. Kelangsungan hidup bakteria di dalam

    aliran darah ditingkatkan oleh kapsul bakteria yang besar yang mengganggu fagositosis

    opsonik dan berhubungan dengan peningkatan virulensi. Defek perkembangan terkait host di

    dalam fagositosis opsonik bakterial juga berkontribusi terhadap bakteremia. Pada host yang

    muda, tidak imun, defek tersebut mungkin disebabkan ketiadaan antikapsular antibodi lgM

    dan lgG yang terbentuk dari awal, sedangkan pada pasien imunodefisiensi, kekurangan

    berbagai komponen komplemen atau sistem properdin dapat mengganggu efektifitas

    fagositosis opsonic. Disfungsi limpa juga akan mengurangi fagositosis opsonik lewat system

    retikuloendothelial.

    Bakteria dapat masuk ke cairan serebrospinal melalui pleksus koroideus dari ventrikel

    lateral dan meninges dan kemudian beredar ke cairan serebrospinal ekstraserebral dan ruang

    subarachnoid. Bakteria akan berkembang dengan cepat disebabkan konsentrasi komplemen

    dan antibodi cairan serebrospinal tidak cukup untuk menghalang proliferasi bakterial. Faktor

    kemotaktik kemudian merangsang respons inflamasi lokal dikarakterisasi oleh infiltrasi sel

    polimorfonuklear. Keberadaan lipopolisaccharida dinding sel bakteria (endotoxin) dari

    bakteria gram negative (H. influenza type B, N. meningitidis) dan komponen dinding sel

    pneumococcal (asid teichoic,peptidoglycan) menstimulasi respons inflamasi yang ditanda,

    bersama dengan produksi local tumor necrosis factor, interleukin 1, prostaglandin E, danmediator inflamasi lain. Respons inflamasi selanjutnya ditandai dengan infiltrasi neutrofilik,

    peningkatan permeabilitas pembuluh darah, alterasi sawar darah otak, dan trombosis vaskular.

    Cedera otak terkait meningitis tidak sewenangnya disebabkan oleh bakteria yang tersedia

    tetapi terjadi akibat reaksi host terhadap inflamasi diinisiasi oleh komponen-komponen

    bakteria.4

    Meningitis berkemungkinan terjadi setelah invasi bakteria dari titik fokus infeksi yang

    berdekatan seperti sinusitis paranasal, otitis media, mastoiditis, sellulitis orbital, atau kranial

    atau osteomyelitis vertebral atau mungkin juga terjadi setelah bakteria masuk lewat trauma

    kranial yang menembus, saluran dermal sinus,atau meningomyelocele.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    9/27

    9

    MANIFESTASI KLINIS

    Onset meningitis akut mempunyai dua pola predominan.

    o Pola yang lebih parah dan untungnya kurang sering adalah onset mendadak denganmanifestasi syok dengan progres yang cepat, purpura, koagulasi intravascular

    disseminata, dan penurunan kesedaran yang seringkali berakibat koma atau kematian

    dalam tempoh 24 jam.4

    o Lebih sering, meningitis didahului oleh demam beberapa hari beserta simptom-simptom saluran pernafasan atas atau gastrointestinal, diikuti dengan tanda-tanda

    tidak spesifik infeksi sistem saraf pusat seperti lethargi yang meningkat dan

    iritabilitas.

    Tanda-tanda dan gejala meningitis terkait dengan temuan nonspesifik berkaitan dengan

    infeksi sistemik dan manifestasi dari iritasi meningeal.

    o Temuan nonspesifik termasuk demam, anoreksia, dan penurunan nafsu makan, sakitkepala, gejala infeksi saluran pernapasan atas, mialgia, artralgia, takikardia, hipotensi,

    dan tanda-tanda pada kulit yang bervariasi, seperti petechiae, purpura, dan atau ruam

    makula eritematosa.4

    o Manifestasi dari iritasi meningeal adalah kaku kuduk, nyeri punggung, tanda Kernig(fleksi pinggul 90 dengan tambahan nyeri dengan ekstensi kaki), dan tanda

    Brudzinski (fleksi involunter dari lutut dan pinggul setelah fleksi pasif leher dalam

    posisi terlentang) . Pada beberapa anak, terutama pada usia lebih muda dari 12-18

    bulan, tanda-tanda Kernig dan Brudzinski tidak semestinya ada.

    Peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala, muntah, fontanel menonjol

    atau diastasis (pelebaran) dari sutura, kelumpuhan saraf oculomotor (anisocoria, ptosis) atau

    saraf abducens, hipertensi dengan bradikardia, apnea atau hiperventilasi, postur dekortikasi

    atau deserebrasi, stupor, koma, atau tanda-tanda herniasi. Papil edema jarang didapat pada

    meningitis tanpa komplikasi dan menandakan proses lebih kronis seperti adanya abses

    intrakranial, empyema subdural, atau oklusi dari sinus venosus duralis.

    Tanda neurologi fokal biasanya karena sumbatan pembuluh darah. Neuropati kranial dari

    saraf okular, oculomotor, abducens, wajah, dan saraf pendengaran mungkin juga akibat

    inflamasi fokal. Secara keseluruhan, sekitar 10-20% dari anak-anak dengan meningitis bakterimemiliki tanda-tanda neurologis fokal.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    10/27

    10

    Kejang (fokal atau umum) karena cerebritis, infark, atau gangguan elektrolit terjadi pada

    20-30% dari pasien dengan meningitis. Kejang yang terjadi pada presentasi atau dalam 4 hari

    pertama dari onset biasanya tidak ada makna prognostik. Kejang yang bertahan sehingga lebih

    dari 4 hari sakit dan individu yang sulit untuk diobati dapat dikaitkan dengan prognosis

    buruk.4

    Perubahan status mental sering terjadi di antara pasien dengan meningitis dan mungkin

    karena peningkatan tekanan intrakranial, cerebritis, atau hipotensi; manifestasi meliputi

    iritabilitas, letargi, stupor, obtundation, dan koma. Pasien koma memiliki prognosis buruk.

    Manifestasi tambahan meningitis termasuk fotofobia dan tache crbrale, yang ditimbulkan

    dengan menggores kulit dengan benda tumpul dan mengobservasi garis merah yang timbul

    jelas dalam waktu 30-60 detik.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pada pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti pemeriksaan suhu

    tubuh untuk mengukur derajat demam, dilakukan juga pemeriksaan fisik generalis untuk

    melihat ada atau tidaknya ubun-ubun menonjol, serta dilakukan pemeriksaan rangsang

    meningeal samada positif ataupun tidak.

    Tanda rangsang meningeal

    Terdapatnya rangsang meningeal dapat diperiksa dengan beberapa perasat, antara lainpemeriksaan kaku kuduk, tanda Brudzinki I, Brudzinki II dan Kernig. Jangan

    dikacaukan perasat-perasat tersebut dengan refleks patologis yang menunjukkan

    terdapatnya lesi upper motor neuron.

    Kaku kuduk (nuchal rigidity)

    Pasien dalam posisi telentang, bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan,sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka dikatakan kaku kuduk positif.

    Tahanan juga dapat terasa bila leher dibuat hiperekstensi, diputar, atau digerakkan ke

    samping. Kadang-kadang kaku kuduk disertai hiperekstensi tulang belakang yang juga

    disebut opistotonus. Disamping menunjukkan adanya rangsang meningeal

    (meningitis), kaku kuduk juga terdapat pada tetanus, abses retrofaring, abses

    peritonsilar, ensefalitis, virus, keracunan timbal dan artritis reumatoid.5

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    11/27

    11

    Gambar 1. Kaku Kuduk

    Perasat Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)

    Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang telentang, dan tanganlain diletakkan di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian

    kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif (jangan dipaksa). Bila terdapat rangsang

    meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.5

    Gambar 2. Perasat Brudzinki I

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    12/27

    12

    Perasat Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)

    Pada pasien yang telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggung akan diikutioleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut. Hasil lebih jelas bila

    waktu fleksi ke panggul sendi lutut dalam keadaan ekstensi.5

    Perasat Kerning

    Pemeriksaan Kerning ini ada bermacam-macam cara, yang biasa dipergunakan ialahpasien dalam posisi telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian

    dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam keadaan normal tungkai

    bawah dapat membentuk sudut lebih dari 1350 terhadap tungkai atas. Pada iritasi

    meningeal ekstensi lutut secara pasif tersebut akan menyebabkan rasa sakit dan

    terdapat hambatan. Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi di bawah umur 6

    bulan.5

    Gambar 3. Perasat Kernig

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    13/27

    13

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan laboratorium

    Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit jika ada indikasi.

    Pungsi Lumbal

    Pungsi lumbal sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi:o Didapatkan cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy

    (+)/(++)

    o Jumlah sel 100-10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear,protein 200-500 mg/dl, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi. Pada

    stadium dini, jumlah sel dapat normal dengan predominan limfosit.1,2,4

    o Apabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran LCS dapat tidakspesifik.

    Pungsi lumbal pada sela antara vertebra lumbal 3-4 atau vertebra lumbal 4-5.4,6 Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap dimulai pemberian

    antibiotik empirik (penundaan 2-3 hari tidak mengubah nilai diagnostik kecuali untuk

    identifikasi kuman, itu pun jika antibiotiknya sensitif).1,6

    Jika memang kuat dugaan ke arah meningitis, meskipun terdapat tanda-tandapeningkatan tekanan intrakranial, pungsi lumbal masih dapat dilakukan asalkan

    berhati-hati. Pemakaian jarum spinal dapat meminimalkan komplikasi terjadinya

    herniasi.1

    Kontraindikasi pungsi lumbal adalah infeksi pada daerah kulit tempat suntikan dantekanan intrakranial meningkat seperti pupil yang tidak isokor, tubuh kaku atau

    paralisis salah satu ekstremitas atau napas yang tidak teratur.

    4,6

    Kontraindikasi mutlak pungsi lumbal hanya jika ditemukan tanda dan gejala

    peningkatan tekanan intrakranial oleh karena lesi desak ruang.1

    Pungsi lumbal ulang tidak diindikasikan secara rutin untuk menilai keberhasilanterapi, tetapi dilakukan pada:2

    o Neonatuso Respon obat terhadap pengobatan dalam 24jam pertama buruko Penyebab infeksi tidak diketahuio Masih ada kecurigaan bakteri spesifik sebagai penyebab meningitis

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    14/27

    14

    Gambar 4. Pungsi Lumbal

    Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan computed tomography (CT Scan) dengan kontras atau magneticresonance imaging (MRI) kepala dilakukan pada kasus berat atau ketika curiga ada

    komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus dan abses otak.1,2,4

    Padea pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan umum.

    DIAGNOSIS

    Diagnosis meningitis bakterialis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis yang mendalam,

    gejala kliniks yang ditemukan, pemeriksaan fisik yang didapatkan, rangsang meningeal yang

    positif, manakala diagnosis pasti ditegakkan apabila dilakukan pungsi lumbal dengan analisis

    cairan serebrospinal yang menemukan bakteri, peningkatan leukosit, peningkatan protein dan

    penurunan glukosa.

    Anamnesis

    Ditanyakan apakah ada infeksi saluran napas atas seperti batuk, pilek. Ditanyakan apakah ada infeksi saluran cerna seperti diare atau muntah.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    15/27

    15

    Ditanyakan tentang gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, meningismus, bisadengan atau tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang; merupakan hal yang

    sangat sugestif pada meningitis tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas.1

    Pada anak umur kurang 3 tahun, jarang ditanyakan apakah nyeri kepala. Pada bayi, sering ditanyakan apakah demam, iritabel, letargi, malas minum atau high

    pitched-cry.

    Gejala kliniks

    Bervariasi tergantung dari usia, lama sakit sebelum berobat dan daya tahan penderita. Pada neonatus, gejala mungkin minimal, menyerupai sepsis dapat berupa malas

    minum, letargi, distress pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada

    40% kasus), ubun-ubun besar menonjol (pada 33.3% kasus).2

    Pada anak yang lebih besar, dapat timbul secara akut atau secara insidious, dapatberupa demam, kejang, mual-muntah, sakit kepala, fotofobia, ubun-ubun membesar,

    tanda gangguan status mental seperti gelisah, letargi dan penurunan kesadaran.2,4,6

    Pemeriksaan fisik

    Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas. Ubun-ubun besar yang menonjol, kaku kuduk, atau tanda rangsang meningeal lain

    seperti Bruzinski dan Kerning, kejang dan defisit neurologis fokal. Tanda rangsang

    meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 1 tahun.1

    Manifetasi kliniks lain bisa berupa edema otak, syok septik atau septik artritis.2 Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti pusing, mual, muntah, gangguan

    penglihatan.1,6

    Tanda-tanda infeksi di tempat lain seperti infeksi THT, sepsis atau pneumonia.Pemeriksaan penunjang

    Diagnosis meningitis bakterialis terutama ditegakkan atas dasar analisis LSS yangwarnanya keruh, manakala pada bentuk atipik didapatkan ground glass appearence.2

    Terjadi pleositosis, dimana jumlah sel leukosit >1.000/mm3 dan pada hitung jenispredominansi polimorfonuklear. Pada bentuk atipik, pleositosis biasanya 1, hal ini sangat mendukung kemungkinan meningitis bakterialis.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    16/27

    16

    Terjadi hipoglikorazania, kadar gula LSS rendah, dengan rasio kadar gula LSS dengangula darah < 0,40 memberi nilai sensitivitas 80% dan spesifisitas 90% di dalam

    menapis kasus meningitis bakterialis.

    Terjadi peningkatan kadar protein > 200mg/mm3. Pada preparat langsung pewarnaan Gram, bila dilakukan dengan baik, hasil

    pemeriksaan konsisten dengan hasil biakan LSS pada meningitis bakterialis.

    Biakan LSS harus dibiak pada media agar, agar darah, agar coklat, media Fildes ataumedia Leventhal untuk mendapatkan hasil yang optimum.

    Rapid Diagnostic test bisa dilakukan untuk menilai adanya infeksi bakteri secaracepat, contohnya dengan cara counter current immunoelectrophoresis (CIE), uji

    aglutinasi lateks atau ELISA, tetapi hal ini sering dilakukan di negara maju.2

    PENATALAKSANAAN

    Pendekatan terapi untuk pasien suspek meningitis bakteri tergantung pada sifat dari

    manifestasi awal dari penyakit. Seorang anak dengan perkembangan penyakit cepat kurang

    dari 24 jam, tanpa peningkatan tekanan intrakranial, harus mendapat antibiotik sesegera

    mungkin setelah pungsi lumbal dilakukan. Jika ada tanda-tanda peningkatan tekanan

    intrakranial atau tanda neurologis fokal, antibiotik harus diberikan tanpa melakukan pungsi

    lumbal dan sebelum memjalani CT scan. 4

    Peningkatan tekanan intrakranial harus ditangani secara berterusan. Pengobatan segera

    dari suspek kegagalan sistem organ multiple, syok, dan sindrom distres pernapasan akut juga

    diindikasikan.

    Pasien dengan keadaan subakut berkepanjangan dan menjadi sakit selama 4-7 hari

    juga harus dievaluasi untuk tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dan defisit

    neurologis fokal. Sakit kepala unilateral, papilledema, dan tanda-tanda lain dari peningkatan

    tekanan intrakranial menandakan lesi fokal seperti abses otak atau epidural, atau empiema

    subdural. Dalam keadaan ini, terapi antibiotik harus dimulai sebelum pungsi lumbal dan CT

    scan. Jika tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang jelas, pungsi lumbal

    harus dilakukan.4

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    17/27

    17

    Terapi Antibiotik Awal

    Pilihan terapi awal (empiris) untuk meningitis pada bayi dan anak-anak

    imunokompeten terutama dipengaruhi oleh kerentanan antibiotik (Tabel 1) dari S.

    pneumoniae. Antibiotik yang dipilih harus mencapai tingkat bakterisida dalam CSS.

    Meskipun ada perbedaan geografis substansial dalam frekuensi resistensi S. pneumoniae

    terhadap antibiotik, persentasenya meningkat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, 25-50%

    dari strain S. pneumoniae saat ini resisten terhadap penisilin, resistensi relatif (MIC = 0,1-1,0

    mg / mL) lebih sering daripada resistensi tingkat tinggi (MIC = 2,0 mg / mL).4

    Resistensi terhadap cefotaxime dan ceftriaxone juga terlihat pada sampai dengan 25%

    dari isolat. Sebaliknya, sebagian besar strain N. meningitidis sensitif terhadap penisilin dan

    sefalosporin, meskipun ada isolat langka resisten dilaporkan. Sekitar 30-40% dari isolat H.

    influenzae tipe bmemproduksi -laktamase dan, karena itu, resisten terhadap ampisilin. Strain

    penghasil--laktamase ini sensitif terhadap sefalosporin spektrum-luas.

    Berdasarkan tingkat resistensi substansial S. pneumoniae terhadap obat -laktam,

    vankomisin (60 mg/kg/24 jam, diberikan setiap 6 jam) direkomendasikan sebagai bagian dari

    terapi empiris awal. Karena kemanjuran generasi ke-3 cephalosporin dalam terapi meningitis

    yang disebabkan oleh S. pneumoniae sensitif, N. meningitidis, dan H. influenzae tipe b,

    cefotaxime (200 mg/kg/24 jam, diberikan setiap 6 jam) atau ceftriaxone (100 mg/kg/24 jam

    diberikan sekali per hari atau 50 mg / kg / dosis, diberikan setiap 12 jam) juga harus

    digunakan dalam terapi empiris awal.4

    Pasien alergi terhadap -laktam antibiotik dan usia > 1 bulan dapat diobati dengan

    kloramfenikol, 100 mg/kg/24 jam, diberikan setiap jam 6. Bagaimanapun, pasien bisa hilang

    kesensitifan terhadap antibiotik.

    Jika infeksi L. monocytogenes dicurigai, seperti pada bayi muda atau orang-orang

    dengan kekurangan T -limfosit, ampisilin (200 mg/kg/24 jam, diberikan setiap jam 6) juga

    juga harus diberikan karena sefalosporin tidak aktif terhadap L. monocytogenes. Intravena

    trimetoprim-sulfametoksazol adalah pengobatan alternatif untuk monocytogenes L..

    Jika seorang pasien immunocompromised dan dicurigai meningitis bakteri gram

    negatif, terapi awal mungkin termasuk ceftazidime dan aminoglikosida.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    18/27

    18

    TABEL 1 Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan Meningitis bakteri [*][*]

    neonatus

    OBAT 07 Hari 828 Hari BAYI & ANAK-ANAK

    Amikacin 15-20 dibagi q12h 20-30 dibagi q8h 20-30 dibagi q8h

    Ampicillin 200-300 dibagi q8h 300 dibagi q4h atau q6h 300 dibagi q4-6h

    Cefotaxime 100 dibagi q12h 150-200 dibagi q8h atau

    q6h

    200-300 dibagi q8h atau q6h

    Ceftriaxone - - 100 dibagi q12h atau q24h

    Ceftazidime 150 dibagi q12h 150 dibagi q8h 150 dibagi q8h

    Gentamicin 5 dibagi q12h 7,5 dibagi q8h 7,5 dibagi q8h

    Meropenem - - 120 dibagi q8h

    Nafcillin 100-150 dibagi q8h atau

    q12h

    150-200 dibagi q8h atau

    q6h

    150-200 dibagi q4h atau q6h

    Penicillin G 250,000-450,000 dibagi q8h 450.000 dibagi q6h 450.000 dibagi q4h atau q6h

    Rifampin - - 20 dibagi q12h

    Tobramycin 5 dibagi q12h 7,5 dibagi q8h 7,5 dibagi q8h

    Vancomycin 30 dibagi q12h 30-45 dibagi q8h 60 dibagi q6h

    Dimodifikasi dari Klein JO: pengobatan antimikroba dan pencegahan meningitis. Pediatr

    Ann 1994, 23:76, dan dari RM Kliegman, Greenbaum LA, Lye PS: Strategi Praktis di

    Pediatric Diagnosis dan Terapi, ed 2. Philadelphia, Elsevier, 2004, p 963.

    * Dosis dalam mg / kg (U / kg untuk penisilin G) per hari.

    Dosis yang lebih kecil dan interval dosis lebih lama, terutama untuk aminoglikosida dan

    vankomisin. untuk neonatus berat lahir sangat rendah, mungkin disarankan.

    Pemantauan kadar serum dianjurkan untuk memastikan nilai-nilai aman dan terapi

    Penggunaan pada neonatus tidak dianjurkan karena kurang pengalaman dalam meningitis

    neonatal.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    19/27

    19

    Durasi Terapi Antibiotika

    Terapi untuk S.pneumoniae meningitis tidak rumit penisilin-sensitif harus dilengkapi

    dalam 10 sampai 14 hari dengan generasi ke-3 penisilin sefalosporin atau intravena (400.000

    U/kg/24 jam, diberikan setiap 4-6 jam). Jika mengisolasi tahan terhadap penisilin dan

    sefalosporin generasi ke-3, terapi harus dilengkapi dengan vankomisin. Intravenous penisilin

    (400.000 U/kg/24 jam) selama 5-7 hari adalah pengobatan pilihan untuk N.meningitidis

    meningitis tanpa komplikasi.

    Meningitis H. influenzae tipe b tanpa komplikasi harus dirawat selama 7-10 hari.

    Pasien yang menerima antibiotik intravena atau oral sebelum LP dan yang tidak memiliki

    patogen diidentifikasi tetapi memiliki bukti infeksi bakteri akut berdasarkan profil CSS

    mereka harus terus menerima terapi dengan ceftriaxone atau cefotaxime selama 7-10 hari.

    Jika tanda-tanda fokal hadir atau anak tidak menanggapi pengobatan, fokus parameningeal

    mungkin hadir dan CT scan atau MRI harus dilakukan.4

    Pungsi lumbal ulang rutin tidak diindikasikan pada pasien dengan meningitis tanpa

    komplikasi antibiotik-sensitif S. pneumoniae, N. meningitidis, atau H. influenzae tipe b.

    Mengulangi pemeriksaan CSS diindikasikan dalam beberapa neonatus, pada pasien dengan

    meningitis basilaris gram negatif, atau infeksi yang disebabkan oleh S. pneumoniae tahan--

    laktam. CSS harus steril dalam waktu 24-48 jam dari inisiasi terapi antibiotik yang tepat.

    Meningitis akibat bakteri Escherichia coli atau P. aeruginosa memerlukan terapi

    dengan generasi ke-3 sefalosporin aktif terhadap isolat in vitro. Sebagian besar isolat E. coli

    sensitif terhadap cefotaxim atau ceftriaxone, dan sebagian besar isolat P. aeruginosa sensitif

    terhadap ceftazidime. Meningitis basilaris gram-negatif harus dirawat selama 3 minggu atau

    minimal 2 minggu setelah sterilisasi CSS, yang mungkin terjadi setelah 2-10 hari pengobatan.

    Efek samping dari terapi antibiotik meningitis termasuk flebitis, obat demam, ruam,

    emesis, kandidiasis oral, dan diare. Ceftriaxone dapat menyebabkan pseudolithiasis kandung

    empedu reversibel, terdeteksi oleh ultrasonografi perut. Ini biasanya tanpa gejala tetapi

    mungkin berhubungan dengan emesis dan nyeri kuadran kanan atas.4

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    20/27

    20

    Kortikosteroid

    Pembunuhan bakteri secara cepat dalam CSS dengan efektif mensterilkan infeksi

    meningeal tetapi merilis produk sel beracun setelah lisis sel (sel dinding endotoksin) yang

    mempresipitat kaskade inflamasi sitokin.4 Pembentukan edema resultan dan infiltrasi

    neutrophilic dapat menghasilkan cedera neurologis tambahan dengan memburuknya tanda dan

    gejala SSP. Oleh karena itu, agen yang membatasi produksi mediator inflamasi dapat

    bermanfaat bagi pasien dengan meningitis bakteri.

    Data mendukung penggunaan deksametason intravena, 0,15 mg / kg / dosis diberikan

    setiap jam 6 selama 2 hari, dalam pengobatan anak-anak yang lebih tua dari 6 minggu dengan

    meningitis bakteri akut yang disebabkan oleh H. influenzae tipe b. Di antara anak-anak

    dengan meningitis karena H. influenzae tipe b, penerima kortikosteroid memiliki durasi

    demam yang lebih singkat, rendah protein CSS dan tingkat laktat, dan penurunan gangguan

    pendengaran sensorineural. 4

    Data pada anak-anak tentang manfaat, jika ada, kortikosteroid dalam pengobatan

    meningitis yang disebabkan oleh bakteri lainnya tidak dapat disimpulkan. Pengobatan dini

    orang dewasa dengan meningitis bakteri, terutama mereka dengan meningitis pneumokokus,

    bagaimanapun, membawa hasil lebih baik.

    Kortikosteroid tampaknya memiliki manfaat maksimal jika diberikan 1-2 jam sebelum

    antibiotik dimulai. Mereka juga mungkin efektif jika diberikan bersamaan dengan atau segera

    setelah dosis 1 antibiotik. Komplikasi dari kortikosteroid termasuk perdarahan

    gastrointestinal, hipertensi, hiperglikemia, leukositosis, dan demam rebound setelah dosis

    terakhir.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    21/27

    21

    Suportif

    o Periode kritis pengobatan meningitis bakerialis adalah hari ke-3 dan ke-4. Tanda vitaldan evaluasi neurologis harus dilakukan secara teratur. Untuk mencegah muntah dan

    aspirasi, sebaiknya pasien dipuasakan lebih dahulu pada awal sakit.

    o Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan ubun-ubun besar yangmasih terbuka.1

    o Peningkatan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone(SIADH), kejang dan demam harus dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau posisi

    kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak dengan meningitis

    bakterialis.

    o Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH ditegakkan jika terdapatkadar natrium serum yang < 135 mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270

    mOsm/kg, osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin > 30 mEq/L

    (30mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemia. Beberapa ahli

    merekomendasikan pembatasan jumlah cairan dengan memakai cairan isotoni,

    terutama jika atrium serum

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    22/27

    22

    KOMPLIKASI

    Selama pengobatan meningitis, komplikasi Sistem Saraf Pusat akut dapat mencakup

    kejang, peningkatan TIK, kelumpuhan saraf kranial, stroke, herniasi otak atau serebelar, dan

    trombosis pada dural sinus vena.

    Koleksi cairan dalam ruang subdural berkembang dalam 10-30% dari pasien dengan

    meningitis dan tidak menunjukkan gejala pada 85-90% pasien. Efusi subdural terutama sering

    terjadi pada bayi. Efusi subdural dengan gejala dapat menyebabkan diastasis, ubun-ubun

    menonjol dari jahitan, memperbesar lingkar kepala, emesis, kejang, demam, dan hasil

    abnormal transiluminasi tengkorak. CT atau MRI scan menegaskan adanya efusi subdural.

    Dengan adanya peningkatan TIK atau tingkat kesadaran menurun, efusi subdural simptomatik

    harus ditangani dengan aspirasi melalui ubun-ubun terbuka. Demam sendiri bukan merupakan

    indikasi untuk aspirasi.4

    SIADH terjadi pada beberapa pasien dengan meningitis, menyebabkan hiponatremia

    dan osmolalitas serum berkurang. Hal ini dapat memperburuk edema otak atau

    mengakibatkan kejang hyponatremic.

    Demam yang berhubungan dengan meningitis bakteri biasanya sembuh dalam waktu

    5-7 hari dari onset terapi. Demam berkepanjangan (> 10 hari) dicatat pada sekitar 10% pasien.

    Demam berkepanjangan biasanya karena infeksi kambuhan virus, infeksi bakteri nosokomial

    atau sekunder, tromboflebitis, atau reaksi obat. Demam sekunder mengacu pada luapan dari

    suhu tinggi setelah selang afebris. Infeksi nosokomial sangat penting untuk dipertimbangkan

    dalam evaluasi pasien. Perikarditis atau arthritis dapat terjadi pada pasien yang sedang dirawat

    karena meningitis, terutama yang disebabkan oleh N. meningitidis. Keterlibatan situs-situs

    tersebut dapat disebabkan baik dari penyebaran bakteri atau dari deposisi kompleks imun.

    Secara umum, perikarditis menular atau arthritis terjadi sebelumnya dalam pengobatan

    daripada kekebalan-dimediasi penyakit.4

    Trombositosis, eosinofilia, dan anemia dapat berkembang selama terapi untuk

    meningitis. Anemia mungkin karena hemolisis atau penekanan sumsum tulang. KID yang

    paling sering dikaitkan dengan pola cepat progresif presentasi dan tercatat paling sering pada

    pasien dengan syok dan purpura. Kombinasi endotoksemia dan hipotensi berat memulai

    kaskade koagulasi, koeksistensi trombosis berkelanjutan dapat menghasilkan gangren perifer

    simetris.

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    23/27

    23

    PROGNOSIS.

    Terapi antibiotik yang tepat dan perawatan suportif telah mengurangi angka kematian

    dari meningitis bakteri setelah periode neonatal kepada

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    24/27

    24

    PENCEGAHAN

    Vaksinasi dan antibiotik profilaksis untuk orang yang beresiko kontak mewakili dua cara

    yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan meningitis bakteri.4 Ketersediaan dan

    penerapan masing-masing pendekatan tergantung pada bakteri menginfeksi spesifik.

    Neisseria meningitidis.

    Kemoprofilaksis direkomendasikan untuk semua kontak dekat pasien dengan

    meningitis meningokokus tanpa memandang usia atau status imunisasi. Orang yang dekat

    harus diobati dengan rifampisin 10 mg / kg / dosis setiap 12 jam (dosis maksimum 600 mg)

    selama 2 hari sesegera mungkin setelah mengidentifikasi kasus meningitis meningokokus

    yang dicurigai atau sepsis. Kontak dekat termasuk rumah tangga, pusat penitipan anak, dan

    kontak sekolah pembibitan dan pekerja perawatan kesehatan yang memiliki kontak langsung

    dengan sekresi oral (mulut ke mulut resusitasi, penyedotan, intubasi). Kontak yang telah

    terdedah harus segera diobati karena dicurigai infeksi pada indeks pasien, konfirmasi

    bakteriologis infeksi tidak perlu ditunggu. Selain itu, semua kontak harus dididik tentang

    tanda-tanda awal penyakit meningokokus dan kebutuhan untuk mencari perhatian medis

    segera jika tanda-tanda berkembang.

    Sebuah quadrivalent (A, C, Y, W-135), vaksin terkonjugasi (MCV-4; Menactra)

    dilisensikan oleh US Food and Drug Administration. Komite Penasehat Praktek Imunisasi

    (ACIP) kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan

    administrasi rutin vaksin ini untuk remaja 11-12 tahun. Vaksin meningokokus juga

    direkomendasikan untuk anak berisiko tinggi yang lebih tua dari 2 tahun. Pasien berisiko

    tinggi termasuk mereka dengan asplenia anatomi atau fungsional atau kekurangan protein

    komplemen terminal. Penggunaan vaksin meningokokus harus dipertimbangkan untuk

    mahasiswa baru, terutama mereka yang tinggal di asrama, karena peningkatan risiko infeksi

    meningokokus diamati invasif dibandingkan dengan risiko mereka yang tidak mengikuti

    kuliah, usia-kontrol cocok. Risiko untuk penyakit meningokokus di kalangan mahasiswa yang

    bukan baru masuk adalah serupa dengan populasi umum usia yang sama. Vaksin ini juga

    dapat digunakan sebagai tambahan dengan kemoprofilaksis untuk kontak yang terdedah dan

    selama wabah penyakit meningokokus.4

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    25/27

    25

    Haemophilus influenzae tipe B.

    Rifampisin profilaksis harus diberikan kepada semua kontak rumah tangga pasien

    dengan penyakit invasif yang disebabkan oleh H. influenzae tipe b, jika ada anggota keluarga

    dekat yang lebih muda dari 48 bulan yang belum diimunisasi lengkap atau jika orang yang

    immunocompromised, dari segala usia, berada dalam rumah tangga . Kontak serumah adalah

    mereka yang tinggal di kediaman kasus indeks atau yang telah menghabiskan minimal 4 jam

    dengan kasus indeks untuk setidaknya 5 dari 7 hari sebelum rawat inap pasien. Anggota

    keluarga harus menerima profilaksis rifampisin segera setelah diagnosis dicurigai dalam kasus

    indeks karena> 50% dari kasus sekunder keluarga terjadi dalam 1 minggu setelah pasien

    indeks telah dirawat di rumah sakit.4

    Dosis rifampisin adalah 20 mg/kg/24 jam (dosis maksimum 600 mg) diberikan sekali

    setiap hari selama 4 hari. Rifampisin menyebabkan warna urin dan keringat berubah kepada

    merah-oranye, mengotorkan lensa kontak, dan mengurangi konsentrasi serum dari beberapa

    obat, termasuk kontrasepsi oral. Rifampisin merupakan kontraindikasi selama kehamilan.

    Kemajuan paling mencolok dalam pencegahan meningitis bakteri anak mengikut

    pengembangan dan lisensi vaksin konjugasi terhadap H. influenzae tipe b. Empat vaksin

    konjugasi dilisensikan di Amerika Serikat. Meskipun tiap vaksin memunculkan profil yang

    berbeda dari respon antibodi pada bayi diimunisasi pada usia 2-6 bulan, semua menghasilkan

    tingkat antibodi pelindung dengan tingkat efikasi terhadap infeksi invasif berkisar dari 70

    sampai 100%. Khasiat ini tidak konsisten dalam populasi Native Amerika, sebuah kelompok

    yang memiliki insiden penyakit yang sangat tinggi. Semua anak harus diimunisasi dengan H.

    influenzae tipe b konjugat vaksin bermula pada usia 2 bulan.

    Streptococcus pneumoniae.

    Administrasi rutin vaksin konjugasi heptavalent terhadap S. pneumoniae dianjurkan

    untuk anak-anak lebih muda dari usia 2 tahun. Dosis awal diberikan pada usia 2 bulan.

    Anak-anak yang beresiko tinggi infeksi pneumokokus invasif, termasuk mereka yang asplenia

    fungsional atau anatomis dan orang-orang yang dengan imunodefisiensi (seperti infeksi HIV,

    immunodeficiency primer, dan mereka yang menerima terapi imunosupresif) juga harus

    menerima vaksin.

    4

  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    26/27

    26

    BAB 3

    PENUTUP

    Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla

    spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai araknoid,

    piamater dan cairan serebrospinalis. Peradangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid

    sekitar otak, medulla spinalis dan ventrikel. Peradangan meningen yang disertai adanya bukti

    terdapat bakteri dalam likuor serebrospinal (LSS). Meningitis purulenta atau dikenali juga

    sebagai meningitis bakterialis adalah peradangan meningen yang ditandai dengan LSS yang

    keruh dengan jumlah leukosit >1.000mm3 dengan predominasi PMN meningitis purulenta

    hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Faktor predisposisi mencakup infeksi

    pernapasan, otitis media , mastoiditis , trauma kepala, hemoglobinopati, human

    immunodeficiency virus (HIV), dan lainnya menyatakan defisiensi imun. Diagnosis

    meningitis bakterialis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis yang mendalam, gejala kliniks

    yang ditemukan seperti demam, muntah, penurunan kesadaran, pemeriksaan fisik yang

    didapatkan seperti ubun-ubun mencembung, kejang, letargis, rangsang meningeal yang

    positif, manakala diagnosis pasti ditegakkan apabila dilakukan pungsi lumbal dengan analisis

    cairan serebrospinal yang menemukan bakteri, peningkatan leukosit, peningkatan protein dan

    penurunan glukosa. Meningitis bakterialis merupakan penyakit yang mengancam jiwa danharus ditangani sebagai keadaan emergensi. Perhatian perawatan yang tepat, dengan

    pemberian antibiotik, kortikosteroid, terapi suportif serta pemantauan tumbuh kembang sangat

    penting bagi mengurangi angka kematian dari meningitis bakteri serta mengelakkan

    terjadinya komplikasi. Sebagai langkah pencegahan, dapat diberikan vaksinasi dan antibiotik

    profilaksis untuk orang yang beresiko kontak agar dapat mengurangi kemungkinan

    terjadinyameningitis bakteri.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5w
  • 7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1) Antonius HP, Hegar B, Handyastuti S, Salamiah I. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid I.Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010.

    2) Garna.H, Nataprawira .H.M, Meningitis bakterialis. Pedoman Diagnosis dan TerapiIlmu Kesehatan Anak. Edisi 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

    Universitas Padjajaran RS Dr.Hasan Sadikin. Bandung. 2005. 221-9.

    3) Meningitis bakterialis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview. Di unduh pada tanggal 1 Desember 2012.

    4) Kliegman, Stanton, Geme ST, Schor, Behrman. Acute Bacterial Meningitis Beyondthe Neonatal Period.Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Elsevier Saunder. USA.

    2011. 2515-

    5) Matondang.C.S, Wahidiyat.I, Sastroasmoro.S. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. CVSagung Seto. Jakarta. 2003.131-137.

    6) WHO. Meningitis. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. DepartemenKesehatan RI. 2008. 175-79.

    http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview