Doc
-
Upload
nurul-hikmantiyah -
Category
Documents
-
view
146 -
download
0
Transcript of Doc
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE
POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR
PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 6 PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Casbari
Nim : 4101906174
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PENGESAHAN
SKRIPSI
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Van Hiele Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada Siswa Kelas VIII F
SMP Negeri 6 Pekalongan
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Ujian Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Agustus 2007
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris Drs. Kasnadi Imam S. M.S Drs. Supriyono, M.Si. NIP. 130781011 NIP. 130815345 Pembimbing Utama Ketua Penguji Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Drs. Mashuri, M.Si. NIP. 130604211 NIP. 131993875 Pembimbing Pendamping Anggota Penguji Drs. Mashuri, M.Si. Drs. Amin Suyitno, M.Pd. NIP. 131993875 NIP. 130604211 Anggota Penguji Drs. Moch. Chotim, M.S. NIP. 130781008
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam
skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Semarang, 16 Agustus 2007
Casbari NIM. 4101906174
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
• “Siapa yang tidak pernah mencicipi pahit getirnya belajar walau sesaat maka
ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hayat”
(Imam Syafi’i)
• “Engkau tidak akan mencapai keagungan sebelum engkau menjilat ketabahan”
(Imam Syafi’i)
PERSEMBAHAN
Dengan keikhlasan dan cinta kasih penulis
persembahkan skripsi ini untuk:
• Ayah dan Ibunda tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang dan doa
restunya.
• Istriku tersayang yang setia dan penuh
kasih selalu menemani dalam duka
mapun bahagia.
iv
ABSTRAK
Rata-rata prestasi hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 6 Pekalongan masih tergolong rendah yaitu hasil ulangan akhir semester tahun pelajaran 2005/2006 adalah 5,67. Kenyataan ini menunjukkan ada kendala dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Pekalongan. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh fakta yang menunjukkan kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada materi geometri. Gejala ini sungguh memprihatinkan, padahal tingkat penguasaan matematika sangat penting sebagai ilmu alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diharapkan dengan model pembelajaran Van Hiele akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Penelitian dilakukan dengan mengambil subyek siswa kelas VIII F SMPN 6 Pekalongan sejumlah 40 siswa tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu planing (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan Refleksi (refleksi). Sumber data diambil dari guru dan siswa. Dari guru berupa tes awal dan dari siswa berupa data hasil angket dan tes pada akhir materi. Ada tiga macam metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu; (i) metode survey/observasi, (ii) metode dokumentasi, (iii) metode tes.
Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I intervensi yang digunakan adalah pembelajaran Van Hiele dengan memanfaatkan alat peraga matematika. Hasil akhir pada siklus I menujukkan adanya perkembangan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa. Hal ini didasarkan hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa adalah 70,00, dan 72,50% siswa memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 63. Pada akhir siklus II, rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan perkembangan yang cukup berarti, yaitu mencapai 77,20 dan persentase siswa yang mencapai batas tuntas belajar 90,00%. Hasil akhir pada siklus III menunjukkan perkembangan yang tidak begitu besar dari hasil siklus II, hal ini disebabkan materi yang akan dipahami siswa semakin kompleks, dan bantuan dari guru sudah mulai berkurang, namun demikian antusias dan kemampuan komunikasi mereka cukup baik.
Mengacu hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan penggunaan model Van Hiele dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa dan dalam pembelajaran matematika memberikan suasana belajar mengajar (class atmosphere) yang lebih menyenangkan. Peneliti juga memberikan saran diharapkan ada penelitian yang serupa pada kelas yang lain, sehingga diperoleh rekomendasi yang cukup meyakinkan tentang efektifitas penggunaan model Van Hiele pada pembelajaran Matematika.
v
KATA PENGANTAR
Berkat Limpahan rahmat dan karunia Allah Subkhanallahu Wata’ala, maka
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Van Hiele Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 6 Pekalongan”.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan
hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, akan tetapi berkat bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudjono Sastroatmojo, Msi., Rektor UNNES yang telah membantu
memberikan kemudahan perijinan penelitian.
2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S., Dekan FMIPA UNNES yang telah membantu
memberikan kemudahan perijinan penelitian.
3. Drs. Amin Suyitno, M.Pd., Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Drs. Mashuri, M.Si., Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Drs. Wuryanto, M.Si., Dosen Wali yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan arahan-arahan dalam penyusunan skripsi ini.
vi
6. Drs. Teguh Wibowo Kepala SMP N 6 Pekalongan yang telah memberikan ijin
dan fasilitas kepada penulis.
7. Guru dan Karyawan SMP N 6 Pekalongan yang telah memberikan bantuan
terlaksananya penelitian.
8. Seluruh siswa SMP N 6 Pekalongan yang telah bersedia menjadi obyek
penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu dan terselesainya skripsi ini.
Semoga jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan
yang berlipat ganda dari Allah S.W.T. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Juni 2007
Casbari
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
PENGESAHAN ......................................................................................................... ii
PERNYATAAN......................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Kepustakaan ............................................................................. 5
B. Kerangka Berpikir.................................................................................... 13
C. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian......................................................................................... 16
viii
B. Subjek Penelitian...................................................................................... 16
C. Prosedur Kerja Dalam Penelitian ............................................................. 16
D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data ............................................... 20
E. Tolok Ukur Keberhasilan Penelitian........................................................ 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus I................................................................................. 23
B. Pelaksanaan Siklus II ............................................................................... 37
C. Pelaksanaan Siklus III .............................................................................. 49
D. Pembahasan.............................................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 67
B. Saran......................................................................................................... 67
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Rekap Angket Siswa Siklus I................................................................. 69
2. Lembar Pengamatan Aktiitas Guru Siklus I. .................................................. 70
3. Lembar Soal Siklus I......................................................................................... 72
4. Hasil Prestasi Belajar Siklus I. .......................................................................... 73
5. Daftar Kelompok Belajar Siklus I..................................................................... 75
6. Gambar Kegitan Siklus I................................................................................... 76
7. Datar Rekap Angket Siswa Siklus II................................................................. 77
8. Lembar Pengamatan Aktiitas Guru Siklus II. ................................................. 78
9. Lembar Soal Siklus II. ...................................................................................... 80
10. Hasil Prestasi Belajar Siklus II.......................................................................... 81
11. Daftar Kelompok Belajar Siklus II. .................................................................. 83
12. Gambar Kegitan Siklus II.................................................................................. 84
13. Datar Rekap Angket Siswa Siklus III. .............................................................. 85
14. Lembar Pengamatan Aktiitas Guru Siklus III................................................. 86
15. Lembar Soal Siklus III. ..................................................................................... 88
16. Hasil Prestasi Belajar Siklus III. ....................................................................... 89
17. Daftar Kelompok Belajar Siklus III. ................................................................. 91
18. Gambar Kegitan Siklus III. ............................................................................... 92
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia dalam trend globalisasi menuntut manusia memiliki
keterampilan yang prima untuk memperoleh, memilih, dan mengelola
informasi. Keterampilan ini mensyaratkan kemampuan berpikir kritis, logis
sistematis, kreatif dan kooperatif. Kemampuan ini dapat dikembangkan
melalui pembelajaran matematika. Hal ini selaras dengan ciri matematika
yang memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya
sehingga membangun pola pikir rasional.
Namun pada kenyataannya, rata-rata prestasi hasil belajar matematika
siswa SMP Negeri 6 Pekalongan masih tergolong rendah. Rata-rata hasil
ulangan akhir semester tahun pelajaran 2005/2006 adalah 5,67. Kenyataan
ini menunjukkan ada kendala dalam pembelajaran matematika di SMP
Negeri 6 Pekalongan.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh fakta yang menunjukkan
kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika,
khususnya pada materi geometri. Gejala ini sungguh memprihatinkan,
padahal tingkat penguasaan matematika sangat penting sebagai ilmu alat
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh suatu
bangsa biasanya dipakai sebagai tolok ukur kemajuan bangsa itu. Dengan
1
2
kata lain kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan sumber
daya manusia dalam menguasai IPTEK.
Permasalahan di atas perlu segera dicarikan solusinya, karena apabila
tidak, akan mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi-materi
selanjutnya. Dan hal ini tentu berimbas pada ketuntasan belajar klasikal di
SMP Negeri 6 Pekalongan. Upaya untuk mengatasi hal tersebut, telah
direncanakan dengan menyusun model pembelajaran Van Hiele yang akan
diterapkan pada awal tahun pelajaran 2006/2007 nanti. Diharapkan dengan
model pembelajaran Van Hiele akan meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa.
B. Permasalahan
1. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 6
Pekalongan khususnya kelas VIII F pada materi bangun ruang sisi
datar?
2. Tindakan Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka secara
kolaboratif dan menerapkan model pembelajaran Van Hiele.
Penerapan model pembelajaran Van Hiele dilakukan secara kolaborasi
3
dengan dibantu guru pelajaran matematika yang lain dalam Penelitian
Tindakan Kelas.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 6
Pekalongan.
2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa kelas VIII F SMP
Negeri 6 Pekalongan pada matapelajaran matematika.
3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 6
Pekalongan khususnya dalam memahami materi bangun ruang sisi
datar.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan teori baru
tentang motivasi dan prestasi belajar melalui model pembelajaran Van Hiele.
Sedangkan manfaat praktisnya adalah sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Melalui penelitian ini siswa dapat meningkatkan pemahaman
terhadap materi Bangun Ruang Sisi Datar.
b. Hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 6 Pekalongan pada mata
pelajaran matematika meningkat.
2. Bagi Guru
Melalui penelitian ini guru dapat merintis jalan untuk mengembangkan
dan menerapkan model-model pembelajaran di kelas.
4
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pedoman dalam
menggunakan model pembelajaran Van Hiele pada kelas-kelas
yang lainnya.
b. Diharapkan dapat meningkatkan nilai rata-rata pada mata
pelajaran matematika sehingga dapat mengurangi kemungkinan
adanya siswa SMP N 6 Pekalongan yang tidak lulus pada Ujian
Akhir Nasional.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu pendahuluan, landasan teori dan
hipotesis tindakan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dan
penutup.
Bab 1 Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan menguraikan tinjauan
kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
Bab III Metode Penelitian berisi lokasi penelitian, subyek yang diteliti
dan prosedur kerja dalam penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang pelaksanaan
dan hasil pada sklus 1, pelaksanaan dan hasil pada siklus 2, pelaksanaan dan
hasil pada siklus 3 dan pembahasan.
Bab V Penutup terdiri dari simpulan dan saran
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Kepustakaan
1. Pandangan terhadap Matematika dan Pembelajarannya
Menurut Y. Marpaung (1998) bahwa cara pandang seorang guru
terhadap hakikat matematika akan mempengaruhi cara bagaimana ia
mengelola pembelajarannya. Aliran logisisme (menganut pandangan
Plato tentang matematika) menganggap matematika sebagai bagian
dari pengembangan logika, maka pada proses pembelajarannya akan
lebih menekankan pada aspek-aspek logika (logico–deducto–
mathematics).
Pengikut aliran formalis (diilhami pemikiran Aristoteles)
memandang matematika sebagai bangunan struktur kognitif yang
kompleks, sehingga pembelajaran matematika lebih tertarik pada pada
struktur matematikanya, dalam pandangan ini matematika adalah
produk jadi, ada di luar sana dan perlu ditemukan oleh manusia.
Penganut aliran ini cenderung menggunakan proses internalisasi untuk
mengajarkan matematika, mengisi pikiran kosong dengan sesuatu yang
sudah jadi dalam bentuk ide-ide.
Pengikut aliran intuisionisme memandang matematika sebagai
kreasi mental manusia dan lebih menekankan konstruktivisme sebagai
landasan dalam pembelajaran matematika. Setiap individu
6
mengkontruksi sendiri pengetahuannya di dalam pikiran mereka. Oleh
karena itu siswa harus aktif menggunakan pikirannya melalui berbagai
proses untuk membangun sendiri bangunan kognitif matematika.
Rambu-rambu dalam mengembangkan model pembelajaran
sebagaimana yang direkomendasikan oleh Depdiknas (2003) adalah
sebagai berikut.
a. Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus,
konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru
agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan
sesuatu.
b. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup,
mempunyai solusi tunggal, terbuka atau masalah dengan berbagai
cara penyelesaian.
c. Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah adalah:
1) memahami soal; memahami dan mengidentifikasi fakta
atau informasi yang diberikan, yang diminta untuk dicari
atau dibuktikan,
2) memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah
dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan
pengetahuan yang diketahui dan konsep yang relevan untuk
membentuk model atau kalimat matematika,
7
3) menyelesaikan model, melakukan operasi hitung secara
benar dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan
solusi dari masalah, dan
4) menafsirkan solusi, memperkirakan dan memeriksa
kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah
memberikan pemecahan terhadap masalah semula.
d. Dalam setiap pembelajaran hendaknya guru memperhatikan
penguasaan materi prasyarat yang diperlukan.
e. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya
mulai dengan pengenalan masalah sesuai dengan situasi
(contextual problem). Dengan mengajukan masalah-masalah
yang kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep-konsep matematika.
2. Hakikat Motivasi Keberhasilan
Motivasi orang bergantung pada kekuatan motifnya. Motif yang
dimaksud dalam uraian ini adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau
gerak hati dalam diri individu (Hersey, Blanchard dan Johnson, 1996),
dengan kata lain sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk
bertindak dengan cara tertentu, atau sekurang-kurangnya
mengembangkan tertentu (Hodgetts,1996).
Motivasi keberhasilan ialah kombinasi dari tiga faktor yaitu
keberhasilan pendidikan, keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan
8
pengalaman sukses/gagal dalam pelaksanaan tugas. Dalam motivasi
keberhasilan ada enam kondisi eksperimen yaitu kondisi santai,netral,
orientasi pada keberhasilan, sukses, gagal dan sukses gagal
(McClelland,1976).
Sementara itu, motivasi ekstrinsik dalam dunia pendidikan dapat
dilakukan oleh guru. Guru harus mengambil keputusan tentang apa
yang harus diajarkan, bagaimana menyajikan pelajaran dan bagaimana
menentukan cara pengajaran agar siswa mengerti apa yang diajarkan
dan mampu menerapkan dalam kehidupan nyata (Brohpy,1990).
Dorongan eksternal dari guru sangat penting bagi seseorang untuk
mencapai keberhasilan belajar.
Sedangkan teori motivasi intrinsik menjelaskan kesadaran
tentang keingintahuan, memahami lingkungan, kesadaran eksistensi
diri dan kesadaran tentang merealisasikan kemampuan. Teori
ketidakcocokan kognitif menjelaskan ketegangan yang muncul pada
saat manusia sadar adanya ketidakcocokan antara dua atau beberapa
pengertian seperti persepsi-persepsi, sikap atau keyakinan. Teori
motivasi keberhasilan ini menyelaraskan tentang pencapaian tujuan
yang mengandung tiga faktor yaitu motif keberhasilan, kemungkinan
keberhasilan dan nilai keberhasilan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi keberhasilan
adalah dorongan untuk memenuhi keinginan yang mempengaruhi
perilaku individu untuk melakukan aktivitas dengan cara lebih baik
untuk mencapai tujuan.
9
Dengan pemahaman tersebut maka dapat dikemukakan aspek-
aspek yang terkandung dalam motivasi keberhasilan sebagai berikut :
(1) cenderung bertanggung jawab, (2) senang membahas kasus yang
menantang, (3) menginginkan prestasi belajar yang lebih baik, (4) suka
memecahkan masalah, (5) senang menerima umpan balik atas hasil
karyannya, (6) senang berkompetisi untuk mencapai hasil belajar
terbaik (7) senang membahas kasus-kasus sulit, dan (8) melakukan
segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan
temannya.
Upaya untuk meningkatkan motivasi dapat dilakukan dengan
cara:
a. Menumbuhkan motivasi yang muncul dari dalam diri siswa.
1) meningkatkan dorongan internal dan dorongan eksternal.
Dorongan internal berupa hati nurani, keinginan, keyakinan
dan upaya keras. Sedangkan dorongan eksternal berupa
pengaruh lingkungan luar dan ekspektasi,
2) membangkitkan hati nurani untuk membangkitkan dorongan
untuk belajar,
3) meningkatkan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar
dengan cara guru menjelaskan bahwa melalui belajar yang
sungguh-sungguh merupakan salah satu sarana menuju
pemahaman yang total mengenai materi bahasan dan,
4) meningkatkan keyakinan siswa tentang manfaat belajar.
b. Menjelaskan tujuan dan proses belajar kepada siswa, sehingga
10
siswa menyadari bahwa belajar sungguh-sungguh tersebut sesuai
dengan kebutuhannya dan akan memberikan manfaat.
c. Materi belajar perlu disempurnakan dan diselaraskan dengan
perkembangan ilmu yang dibahas yang selalu berkembang dan
bervariasi.
d. Metode belajar perlu disempurnakan dengan memberikan ruang
gerak lebih luas bagi siswaagar dapat melakukan sesuatu dengan
lebih baik dan tepat. Metode belajar yang tepat untuk keperluan
tersebut adalah metode partisipatif. Siswa diberikan kesempatan
untuk berperan serta secara aktif dalam belajar. Hal tersebut
merupakan pemberdayaan siswa, menghilangkan sifat
ketergantungan, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
e. Memperkenalkan teknologi terapan yang sesuai dengan
kebutuhan lapangan dan secara bertahap ditingkatkan.
f. Memberikan tantangan lebih besar untuk meningkatkan daya
usaha dan kinerja siswa sehingga terdorong dan teransang untuk
menghadapi tantangan tersebut. Dengan demikian dapat memacu
motivasinya dalam mengatasi masalah/tantangan dengan lebih
baik.
g. Memberikan beban tanggung jawab kepada siswa sehingga akan
memaksa siswa untuk berbuat sebaik mungkin yang bisa
dilakukan.
11
h. Menghilangkan ketergantungan kepada guru. Siswa harus dilatih
untuk mampu mandiri dengan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang telah diberikan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalahnya sendiri,
sekaligus mendorong motivasinya.
i. Menghidupkan suasana kompetitif yang sehat di antara para
siswa, sehingga mereka bersaing untuk mendapatkan prestasi
terbaik dan meningkatkan kompetensinya.
j. Memberikan penghargaan dan rangsangan kepada mereka yang
berhasil, agar orang mau berusaha lebih keras lagi. Kepada
mereka yang motivasi dan kinerjanya rendah perlu didorong
untuk mengejar ketertinggalannya.
3. Model Pembelajaran Van Hiele
Susilo Bekti (2000) mengungkapkan pendapat dari Piaget dan
Hiele, dalam pembelajaran guru hanya sekedar membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan
mulus. Di samping itu Vygotsky berpendapat bahwa pembelajaran
dapat terjadi bila siswa bekerja pada zona proximal developmentnya
dan dalam belajar siswa harus berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, baik dengan teman maupun orang yang lebih dewasa. Zona
proximal development adalah tingkat perkembangan sedikit di atas
tingkat perkembangan seseorang anak saat ini.
12
Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang
lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5
fase (langkah), yaitu ; informasi (information), orientasi langsung
(directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free
orientation), dan integrasi (integration).
Fase 1 : Informasi (information)
Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan
kegiatan tentang obyek-obyek yang dipelajari pada tahap berpikir yang
bersangkutan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil
melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a. Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa
mengenai topik yang dibahas.
b. Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka
menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
Fase 2 : Orientasi langsung (directed orientation)
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan
cermat disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur
menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri untuk
tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun bahan dirancang menjadi tugas
pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.
Fase 3 : Penjelasan (explication)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan
yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu
13
untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat,
guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung
sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata.
Fase 4 : Orientasi bebas (free orientation)
Siswa mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang
memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan
banyak cara, dan tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh
pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para siswa
dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang
dipelajari menjadi jelas.
Fase 5 : Integrasi (Integration)
Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan
temuan baru siswa yang mendukung atau menyimpang dari
kesepakatan sementara. Guru membimbing siswa untuk melakukan
koreksi terhadap kesepakatan sementara. Dengan bimbingan guru,
siswa memberikan definisi/pengertian kemudian menyimpulkan.
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru
dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi
survey secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal
ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang
baru.
14
B. Kerangka Berpikir
Motivasi memegang peranan penting pada kesuksesan belajar siswa.
Dengan motivasi yang kuat, kesulitan yang dihadapi siswa tak lagi
dipandang sebagai hambatan. Oleh sebab itu perlu kiranya guru dalam
mengajar di kelas memberikan motivasi-motivasi kepada siswa dan
berupaya menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Timbulnya motivasi
dalam diri siswa terhadap pelajaran matematika khususnya materi geometri
akan dapat meningkatkan hasil belajar.
Tahapan-tahapan belajar dari teori belajar Van Hiele, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri. Bimbingan yang cermat dan tepat dapat mendorong kepercayaan diri
siswa yang pada akhirnya akan dapat menumbuhkan motivasi intrisik. Jika
kepercayaan telah tumbuh, maka akan mudah bagi siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya. Tahapan-tahapan belajar Van Hiele juga memberikan
belajar yang terstruktur, di mana pengalaman belajar yang diperoleh siswa
akan lebih tahan lama dalam memori karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Dengan demikian akan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi
datar.
C. Hipotesis Tindakan
Dengan melihat hubungan pada kerangka berpikir, maka dapat
ditarik hipotesis tindakan, yaitu bahwa melalui implementasi model
pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F
15
SMP Negeri 6 Pekalongan dalam mempelajari materi bangun ruang sisi
datar.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di kelas VIII F SMP Negeri 6 Pekalongan, Jl. R.A.
Kartini 36 Pekalongan.
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil subyek siswa kelas VIII F
SMPN 6 Pekalongan sejumlah 40 siswa tahun pelajaran 2006/2007.
C. Prosedur Kerja dalam Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahap, yaitu planing (perencanaan), acting (tindakan), observing
(pengamatan), dan Refleksi (refleksi).
1. Siklus I
a) Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi
masalah, (ii) menyusun rencana pembelajaran disertai lembar
kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang digunakan pada
siklus pertama adalah model pembelajaran Van Hiele dengan
memanfaatkan alat peraga matematika.
17
b) Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele dengan
memanfaatkan alat peraga matematika.
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dan setelah pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan
untuk mengumpulkan data (data collecting), data yang
dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di
kelas (clasroom observer form dan learning logs), (ii) data
tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (iii) data
kemajuan hasil belajar siswa, (iv) data tentang kinerja guru,
berupa classroom observer form, dan learning logs guru.
d) Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik
triangulasi, kegiatan refleksi ini antara lain :
1) Mengetahui perkembangan hasil belajar siswa
2) Mengetahui perubahan suasana pembelajaran (classroom
atmosphere).
3) Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran
2. Siklus II
a) Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi, (i) identifikasi
18
masalah, (ii) menyusun rencana pembelajaran disertai lembar
kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang digunakan pada
siklus kedua adalah pembelajaran model Van Hiele dengan
penemuan dan presentasi kelompok, (iii) menyiapkan
pembentukan kelompok siswa yang heterogen dan memilih salah
satu siswa sebagai ketua kelompok.
b) Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele dengan
metode penemuan dan presentasi kelompok.
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dan setelah pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan
untuk mengumpulkan data (data collecting), data yang
dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di
kelas (clasroom observer form dan learning logs), (ii) data
tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (iii) data
kemajuan kinerja ilmiah siswa, (iv) data tentang kinerja guru,
berupa classroom observer form, dan learning logs guru.
d) Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan
teknik triangulasi, kegiatan Refleksi ini antara lain:
1) Mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.
2) Mengetahui perubahan suasana pembelajaran (classroom
19
atmosphere).
3) Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran.
3. Siklus III
a) Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi
masalah, (ii) menyusun rencana pembelajaran disertai lembar
kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang digunakan pada
siklus ketiga adalah pembelajaran model Van Hiele dengan
metode proyek dan presentasi kelompok.
b) Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele dengan
metode proyek dan presentasi kelompok.
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dan setelah pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan
untuk mengumpulkan data (data collecting), data yang
dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di
kelas (clasroom observer form dan learning logs), (ii) data
tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (iii) data
kemajuan kinerja ilmiah siswa, (iv) data tentang kinerja guru,
berupa classroom observer form, dan learning logs guru.
20
d) Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan
teknik triangulasi, kegiatan refleksi ini antara lain:
1) Mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.
2) Mengetahui perubahan suasana pembelajaran (classroom
atmosphere).
3) Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran.
D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data
Sumber data diambil dari guru dan siswa. Dari guru berupa tes
awal dan dari siswa berupa data hasil angket dan tes pada akhir materi.
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Ada tiga macam metode yang digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini, yaitu :
a) Metode survey/observasi, metode ini digunakan untuk
mendapatkan perubahan suasana belajar mengajar, dan
perubahan kinerja guru.
b) Metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk mendapatkan ;
karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga
berdampak pada belum tercapainya prestasi belajar siswa secara
perorangan. Daftar ini diperoleh dari nilai ulangan harian dan
nilai ulangan semester.
21
c) Metode tes, metode ini digunakan untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika.
Untuk pengumpulan data diperlukan instrumen pengambilan
data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. angket untuk mengidentifikasi masalah;
b. pedoman wawancara untuk mengetahui dampak tindakan;
c. lembar pengamatan untuk melihat perubahan suasana belajar;
d. lembar respon siswa terhadap KBM;
e. catatan lapangan untuk bahan refleksi.
3. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis diskriptif :
Hasil belajar dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu
membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator
kinerja. Sedangkan Observasi maupun wawancara dengan analisis
diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
E. Tolok Ukur Keberhasilan Penelitian
Berdasarkan pengalaman sebelumnya perihal ketuntasan belajar siswa,
maka ditetapkan indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut.
Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika :
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa telah melampaui standar ketuntasan.
22
2. Sekurang-kurangnya 75% siswa memiliki minat dan motivasi belajar
matematika yang tinggi.
3. Terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa sekurang-kurangnya
75% yang ditandai dengan kreativitas siswa dalam menemukan dan
merumuskan materi pembelajaran.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
Langkah pertama yang dilakukan pada siklus I adalah identifikasi
masalah, teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik
dokumenter (daftar nilai matematika pada semester I kelas VIII), angket,
dan wawancara. Proses identifikasi masalah mendapatkan kenyataan
sebagai berikut :
a. sebagian besar siswa (72%) .kurang suka terhadap pelajaran
matematika
b. sebagian besar siswa (72%) menyatakan bahwa pelajaran
matematika sulit dipahami karena rumus-rumusnya sulit dihafal.
Dari identifikasi masalah diatas dapat ditarik benang merah, bahwa
siswa mengalami kendala pada pelajaran matematika, karena kurangnya
motivasi. Rendahnya motivasi belajar ini disebabkan karena kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan dan munculnya gejala
verbalisme (kesulitan menghafal rumus). Hambatan ini dapat diatasi jika
siswa belajar menemukan sendiri konsep-konsep matematika, dan
memformulasi sendiri rumus-rumus matematika menggunakan
pengamatan, interaksi langsung dengan obyek matematika yang
dikonkretkan menggunakan alat peraga.. Hal ini sangat sesuai dengan
24
pendekatan konstruktivisme, sehingga untuk mengatasi hambatan
tersebut, maka diambil tindakan berupa implementasi model
pembelajaran Van Hiele. Model ini merupakan salah satu bentuk model
yang menggunakan pendekatan kontruktivisme, yang memiliki 5
langkah pembelajaran, yaitu informasi, orientasi langsung, penjelasan,
orientasi bebas, dan integrasi.
Langkah kedua adalah menyusun rencana pembelajaran dengan
Kompetensi Dasar 5.1. mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma,
limas, dan bagian-bagiannya. disertai lembar kerja siswa dan lembar
observasi,
2. Tindakan
Siklus I dimulai hari Senin, tanggal 5 Februari 2007. Proses
pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 5 Februari 2007 di
kelas VIII F jam pelajaran pertama dan kedua, dimulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan 08.20 WIB. Sesuai dengan rencana pembelajaran (RP).
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele dengan
memanfaatkan alat peraga matematika. Gambaran ringkas model
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Fase 1. Informasi (07.00 – 07.10) WIB
• Menggali konsep yang telah dipahami siswa mengenai kubus, balok, prisma dan limas.
Fase 2. Orientasi Langsung (07.10 – 07.40)WIB
• Siswa dibagi dalam 8 kelompok, masing-masing beranggotakan 5 anak. Masing-masing kelompok diberikan paket alat peraga berupa kerangka kubus, balok, prisma dan
25
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran limas, model pejal kubus, balok, prisma dan limas.
• Guru memandu siswa untuk mengamati alat peraga yang tersedia, yaitu kerangka balok. Dengan menggunakan metode tanya jawab guru memperkenalkan unsur-unsur balok berupa rusuk balok, ukuran rusuk, pengertian diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.
• Guru memandu siswa untuk
mengamati alat peraga yang tersedia, yaitu balok pejal. Dengan menggunakan metode tanya jawab guru memperkenalkan unsur-unsur balok berupa sisi balok
Fase 3. Penjelasan (07.40-07.50) WIB
• Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi memberikan definisi/pengertian tentang balok dan unsur-unsurnya
• Guru bersama-sama siswa menginventarisasi definisi/pengertian yang ditemukan.
• Guru menuliskan alternatif definisi/pengertian tentang balok dan unsur-unsurnya di papan tulis, dan menyatakan bahwa hasil temuan tersebut sebagai kesepakatan sementara.
Fase 4. Orientasi Bebas (07.50 – 08.00) WIB
• Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan menguji kesepakatan sementara, dengan mengamati alat peraga yang lain (kubus, prisma, dan limas).
• Dengan menggunakan alat peraga dan diskusi kelompok siswa mengamati bentuk bangun ruang lainnya, yaitu kubus, prisma dan limas.
• Dengan diskusi kelompok, siswa mengkategorikan unsur-unsur
26
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran kubus, prisma, dan limas sesuai dengan kesepakatan sementara, dan menuliskan catatan-catatan mengenai ciri khusus atau penyimpangan temuan dengan kesepakatan sementara.
• Kelompok mempersiapkan presentasi kelompok mengenai hasil temuannya
Fase 5. Integrasi (08.00 – 08.20) WIB
• Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru siswa yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara.
• Guru membimbing siswa untuk melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara
• Dengan bimbingan guru, siswa memberikan definisi/pengertian tentang balok, kubus, dan prisma beserta unsur-unsurnya.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
setelah pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan untuk
mengumpulkan data (data collecting), data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang prestasi belajar siswa. Data ini diperoleh menggunakan
teknik tes, yang disusun untuk memotret seberapa banyak materi
yang dapat diserap oleh siswa dan seberapa besar tingkat ketuntasan
belajar siswa.
Pada hari Selasa jam pelajaran keempat dan kelima, dari pukul 09.15
27
– 10.35 WIB. dibagikan kepada siswa soal uji kompetensi sebanyak
5 butir soal. Dari pelaksanaan uji kompetensi ini diperoleh hasil:
Tabel 1. Hasil Uji Kompetensi
Banyaknya siswa No. Soal
% Keter capaian Menjawab
sempurna
Menjawab kurang
sempurna
Menjawab salah
1. 91,00% 23 17 0
2. 85,00% 18 22 0
3. 60,00% 4 33 3
4. 71,50% 9 30 1
5. 42,50% 4 26 10
Dari 40 siswa diperoleh hasil:
Nilai terendah : 32
Nilai tertinggi : 100
Rata-rata : 70,00
Jumlah siswa yang tuntas : 29 siswa
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 11 siswa
Jumlah soal yang ketuntasannyanya kurang dari 85 ada 3 butir soal
yaitu soal nomor 3, 4 dan 5 masing-masing 60, 71,5 dan 42,5. Pada
soal nomor 3 banyak kesalahan dalam mencari luas alas berbentuk
trapesium, soal nomor 4 kurang cermat siswa dalam membayangkan
bangun ruang prisma guna menghitung jumlah sisi dan rusuknya,
sedangkan soal nomor 5 kesalahan terjadi dalam menghitung rusuk
tegak. Berikut adalah contoh jawaban siswa yang salah:
28
1) Soal nomor 3
Diketahui prisma dengan alas berbentuk trapesium seperti
gambar berikut :
KN = 30 cm
LP = 10 cm
LM = 20 cm
TS = 12 cm
Penyelesaian:
Sebelum mencari panjang kerangka terlebih dahulu mencari
panjang KL.
KL2 = [(½ (30 – 20))2 + 122] cm
= (52 + 144) cm
= (25 + 144) cm
= 169 cm
KL = 13 cm.
Jadi panjang kerangka = 2(LM + KN + KL + LP)cm
= 2(20 +30 + 13 +10) cm
= (2 x 73)cm
= 146 cm
Kesalahannya terletak dalam mencari panjang kerangka yaitu KL
dan LP seharusnya dikalikan 4 tetapi di sini hanya dikalikan 2.
2) Soal nomor 4
Diketahui prisma segi lima dan segi enam beraturan.
Penyelesaian:
29
a. Jumlah sisi prisma segi lima = 3n
= 3x5
= 15 buah sisi.
Jumlah rusuk prisma segi lima = 5n
= 5 x 5
= 25 buah rusuk.
b. Jumlah sisi limas segi enam = 2n
= 2x6
= 12 buah sisi.
Jumlah rusuk limas segi enam = 3n
= 3 x 6
= 18 buah rusuk.
Letak kesalahannya mencari jumlah sisi prisma seharusnya n + 2
bukan 2n dan jumlah sisi limas seharusnya n+1
3) Soal nomor 5
Diketahui limas persegi dengan panjang rusuk alas 10 cm , tinggi
sisi tegak 12 cm.
Penyelesaian:
Panjang kerangka limas = Keliling alas + panjang seluruh
rusuk tegak
= (4 x 10) + (4 x 12 ) cm
= (40 + 48 ) cm
= 88 cm
30
Kesalahannya karena siswa tidak mencari panjang rusuk tegak
sedangkan yang diketahui adalah tinggi sisi tegak.
Dari kelima soal jawaban yang benar adalah :
1) Diketahui balok dengan ukuran p=8cm, l=6cm dan t=4cm
Penyelesaian:
Panjang kerangka balok = 4 ( p + l + t ) cm
= 4 ( 8 + 6 + 4 ) cm
= 4 x 18 cm
= 72 cm
2) Diketahui panjang kawat 2m.
Penyelesaian:
Panjang kerangka kubus = 12 x s
= 12 x 5 cm
= 60 cm.
a. Jumlah kerangka kubus yang terbuat = 60200
= 3,33
= 3.
Karena yang ditanyakan jumlah kerangka maka dibulatkan
kebawah. Jadi jumlah kerangka kubus yang dapat dibuat
sebanyak 3 buah.
b. Sisa kawat yang tidak terpakai = (200cm – 180)cm
= 20 cm.
31
3) Diketahui prisma dengan alas berbentuk trapesium seperti
gambar berikut :
KN = 30 cm
LP = 10 cm
LM = 20 cm
TS = 12 cm
Penyelesaian:
Sebelum mencari panjang kerangka terlebih dahulu mencari
panjang KL.
KL2 = [(½ (30 – 20))2 + 122] cm
= (52 + 144) cm
= (25 + 144) cm
= 169 cm
KL = 13 cm.
Jadi panjang kerangka = [2(LM + KN) + 4(KL + LP)]cm
= [2(20 +30) + 4(13 +10)] cm
= [(2 x 50) + (4 x 23) ]cm
= (100 + 92) cm
= 192 cm
4) Diketahui prisma segi lima dan segi enam beraturan.
Penyelesaian:
a) Jumlah sisi prisma segi lima = n + 2
= 5 + 2
32
= 7 buah sisi.
Jumlah rusuk prisma segi lima = 3n
= 3 x 5
= 15 buah rusuk.
b) Jumlah sisi limas segi enam = n + 1
= 6 + 1
= 7 buah sisi.
Jumlah rusuk limas segi enam = 2n
= 2 x 6
= 12 buah rusuk.
5) Diketahui limas persegi dengan panjang rusuk alas 10 cm , tinggi
sisi tegak 12 cm.
Penyelesaian:
Sebelum mencari panjang kerangka terlebih dahulu menghitung
panjang rusuk tegak:
Panjang rusuk tegak = 22 125 + cm
= 14425 + cm
= 169 cm
= 13 cm.
Panjang kerangka limas = Keliling alas + panjang seluruh
rusuk tegak
= (4 x 10) + (4 x 13 ) cm
33
= (40 + 52 ) cm
= 92 cm.
Data tentang suasana belajar mengajar (classroom atmosphere).
Data ini diperoleh menggunakan learning logs yang dibagikan pada
4 siswa secara acak, lembar pengamatan kolaborator, dan catatan
lapangan guru. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Angket Sikap Siswa Siklus 1
Jawaban Jawaban dalam % No Komponen
Ya Tidak Ya Tidak1 Pembelajaran
matematika, adalah pembelajaran yang menyenangkan
10 30 25% 75%
2 Pembelajaran matematika dengan alat peraga menarik
20 20 50% 50%
3 Pembelajaran matematika dengan alat peraga mudah dipahami
15 25 38% 63%
4 Pembelajaran matematika dengan alat peraga membosankan
10 30 25% 75%
5 Pembelajaran matematika dengan berkelompok menyenangkan
12 28 30% 70%
6 Pembelajaran matematika dengan berkelompok mempermudah memahami materi
14 26 35% 65%
7 Pembelajaran matematika dengan berkelompok tidak menyenangkan
11 29 28% 73%
8 Ingin membuat alat peraga sendiri 5 35 13% 88%
34
Jawaban Jawaban dalam % No Komponen
Ya Tidak Ya Tidak9 Belajar matematika ingin
selalu berkelompok 10 30 25% 75%
10 Dengan mengamati dan memperagakan bersama kelompok mempermudah pemahaman
12 28 30% 70%
11 Lebih aktif dan menyenangkan dalam melaksanakan kerja kelompok
8 32 20% 80%
b. Data tentang perkembangan kinerja guru. Data ini diperoleh
menggunakan lembar pengamatan kolaborator, catatan lapangan
guru, dan learning logs siswa. Dari kolabolator diperoleh fakta :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
Pendahuluan
1 Guru menyampaikan materi yang akan dikembangkan
V
2 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
V
3 Guru melakukan apersepsi V 4 Guru menggunakan alat peraga V 5 Guru memotivasi siswa V
Kegiatan inti
6 Guru meminta siswa bekerja kelompok
V
7 Guru memberi petunjuk dengan jelas kegiatan yang harus dlilakukan siswa
V
8 Guru memanfaatkan alat peraga yang sesuai
V
35
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
9 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntuk siswa kearah tujuan pembelajaran
V
10 Guru memanfaatkan LKS V 11 Guru memotivasi siswa V 12 Guru memberi umpan balik
terhadap respon siswa V
13 Guru antusias dalam melakukan pembelajaran
V
14 Guru memberikan penguatan kepada siswa
V
15 Guru menyajikan soal-soal V 16 Dengan pertanyaan guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan ke penemuan konsep
V
17 Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyampaikan pendapat.
V
18 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi siswa lain
V
Kegiatan Penutup 19 Guru bersama siswa membuat
kesimpulan V
20 Guru melakukan evaluasi V 21 Guru memberikan tugas rumah V 22 Guru memotivasi siswa V 23 Guru menjelaskan soal
evaluasi V
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik
triangulasi, tujuan kegiatan Refleksi ini antara lain :
a. Mengetahui perkembangan prestasi belajar yang telah dicapai siswa.
36
Dari hasil tes untuk kompetensi dasar 5.1. mengidentifikasi sifat-sifat
kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya diperoleh data
bahwa rata-rata hasil belajar siswa mencapai 70,00 dan banyaknya
siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
sebesar 72,50%. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk
essay sebanyak 5 butir soal. Adapun ringkasan prosentase
ketercapaian sebagai berikut:
No soal Prosentase Ketuntasan
1 91,00
2 85,00
3 60,00
4 71,50
5 42,50
b. Mengetahui perubahan suasana pembelajaran.
Suasana pembelajaran mengalami perubahan yang cukup berarti,
siswa mampu bekerja kelompok dengan baik, kegiatan pembelajaran
berjalan dengan lancar, meskipun keberanian siswa untuk bertanya
dan mengemukakan hasil temuannya masih kurang.
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menunjukkan
perkembangan positif. Hampir 50% siswa menyatakan
ketertarikannya menggunakan alat peraga matematika.. Guna
meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar matematika perlu
37
adanya berbagai variasi mode-model alat peraga sehingga
menimbulkan motivasi bahwa belajar matematika sangat
menyenangkan.
c. Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran
Kinerja guru mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari; (i)
kemampuan adminstratif, guru mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Van Hiele, guru mampu menyusun instrumen penilaian untuk kerja
ilmiah, yaitu berupa lembar observasi, (ii) kemampuan pengelolaan
kelas, guru memiliki kemampuan membuat setting kelas yang
interaktif, dan mampu membangun komunikasi yang baik
B. Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan Ulang
Setelah dilaksanakan Refleksi pada siklus I, melalui diskusi dengan
kolaborator, diperoleh kenyataan sebagai berikut :
a. sebagian besar siswa dapat melampaui KKM (kriteria ketuntasan
minimal)
b. sebagian besar siswa mulai menunjukkan minat terhadap
pembelajaran matematika.
c. Suasana pembelajaran menyenangkan dan kerjasama tim mulai
terbangun.
38
Dari kenyataan diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran model Van
Hiele memberikan dampak yang cukup baik untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, namun kemampuan komunikasi siswa secara
lesan, kemampuan penalaran dan keterampilan matematika (hands on)
akan lebih dalam diungkap pada penelitian siklus II, oleh karena itu
intervensi yang akan dilakukan pada siklus II adalah pembelajaran
model Van Hiele dengan penemuan dan presentasi kelompok.
Langkah kedua adalah menyusun rencana pembelajaran dengan
Kompetensi Dasar 5.2. membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan
limas. disertai lembar kerja siswa dan lembar observasi.
2. Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele pada hari Senin,
tanggal 12 Februari 2007 di Kelas VIII F pada jam pelajaran pertama
dan kedua dengan penemuan dan presentasi kelompok. Gambaran
ringkas model pembalajarannya adalah sebagai berikut:
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Fase 1. Informasi (07.00 – 07.15) WIB
• Guru memperlihatkan dua buah rangkaian persegi. Guru menanyakan kepada siswa bagaimana cara membuat sebuah kubus dari rangkaian persegi tersebut?
• Guru memerintahkan dua orang siswa untuk maju kedepan mendemonstrasikan cara membuat sebuah kubus dari rangkaian persegi.
• Siswa dipandu untuk berkomentar, mengapa satu siswa dapat membentuk kubus, sedangkan siswa yang lain tidak dapat.
• Guru mengenalkan nama rangkaian persegi yang dapat membentuk kubus sebagai jaring-jaring kubus.
39
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Fase 2. Orientasi Langsung (07.15 – 07.25) WIB
• Siswa dibagi dalam 8 kelompok, masing-masing beranggotakan 5 anak. Masing-masing kelompok diberikan paket alat peraga berupa 3 buah kubus yang dapat dilepas menjadi jaring-jaring kubus
• Guru memandu siswa untuk mengamati alat peraga yang tersedia, yaitu model jaring kubus, dan menggambar rangkaian persegi pada kertas yang tersedia.
Fase 3. Penjelasan (07.25 – 07.40) WIB
• Dengan menggunakan chart, guru menampilkan 6 macam rangkaian persegi.
• Dalam kelompok siswa diminta menentukan mana yang dapat membentuk sebuah kubus.
• Guru bersama-sama siswa menginventarisasi alternatif bentuk jaring-jaring kubus yang lain.
• Guru menuliskan alternatif jaring-jaring kubus, dan menyatakan bahwa hasil temuan tersebut sebagai kesepakatan sementara.
Fase 4. Orientasi Bebas (07.40 – 08.00) WIB
• Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan menguji kesepakatan sementara, dengan mengamati alat peraga yang lain (balok, prisma, dan limas).
• Dengan diskusi kelompok siswa menyusun jaring-jaring untuk balok, prisma dan limas dan menuliskan catatan-catatan mengenai ciri khusus atau penyimpangan temuan dengan kesepakatan sementara.
• Kelompok mempersiapkan presentasi kelompok mengenai hasil temuannya
Fase 5. Integrasi (08.00 – 08.20) WIB
• Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru siswa yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara.
• Guru membimbing siswa untuk
40
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara
• Dengan bimbingan guru, siswa memberikan definisi/pengertian tentang jaring-jaring, kubus, balok dan prisma.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu
pada hari Senin dan Selasa tanggal 12 - 13 Februari 2007 dan setelah
pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan untuk
mengumpulkan data (data collecting), data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang prestasi belajar siswa. Data ini diperoleh menggunakan
teknik tes, yang disusun untuk memotret seberapa banyak materi
yang dapat diserap oleh siswa dan seberapa besar tingkat ketuntasan
belajar siswa. Dari hasil uji kompetensi di siklus 2 diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Kompetensi Siklus 2
Banyaknya siswa No. Soal
% Keter capaian Menjawab
sempurna
Menjawab kurang
sempurna
Menjawab salah
1. 97,50% 35 5 0
2. 92,50% 28 12 0
3. 75,50% 9 31 0
4. 67,00% 8 31 1
5. 53,50% 6 27 7
Terjadi banyak kesalahan pada soal nomor 4 , yaitu dalam mencari
luas segitiga sama sisi dan nomor 5 menjumlahkan keseluruan luas
41
banyak mengalami kekeliruan. Untuk mengatasi persoalan ini siswa
perlu dilatih bagaimana cara menghitung luas atau sebaliknya
mencari panjang sisi atau tinggi pada bangun datar segitiga, persegi,
persegi panjang, jajargenjang, layang-layang, belah ketupat dan
trapesium. Berikut adalah contoh jawaban siswa yang salah :
1) Soal nomor 4
Diketahui Limas segitiga beraturan dengan panjang rusuk alas 10
cm dan panjang rusuk tegak 13 cm.
Penyelesaian:
Luas sisi limas = Luas alas + luas seluruh sisi tegak
= ( ½ a x t alas) + 3 x ( ½ a x t sisi tegak)
= ( ½ x10 x 10 ) + 3 x ( ½ x 10 x 13 )
= 50 + 195
= 245 cm2.
Kesalahannya karena siswa tidak menghitung tinggi sisi alas,
sedangkan alas limas berbentuk segitiga.
2) Soal nomor 5
Diketahui sebuah model rumah seperti gambar berikut:
AB=15cm
BC=8cm
CG=4cm
FJ=JG=5cm.
42
Penyelesaian: Luas permukaan = 2x(luas ABCD + luas BCGF + luas ABFE+
Luas EFJI)
= [2 x [(15x10) + (10x4) + (15x4) + (15x5)]cm2
= [2 x (150 + 40 + 60 + 75) ]cm2
= (2 x 325)cm2
= 650 cm2
Kesalahan terjadi karena luas ABCD dihitung dua kali sedangkan
sisi yang luasnya sama dengan bidang alas hanya satu.
Jawaban yang seharusnya adalah:
1) Diketahui panjang rusuk kubus 7cm.
Penyelesaian:
Luas sisi kubus = 6s2
= 6 x 72 cm2
= 6 x 49 cm2
= 248 cm2.
2) Diketahu balok berukuran 10cm x 6cm x 4cm
Penyelesaian:
Luas permukaan balok = 2(pl +pt + lt)
= 2(10x6 + 10x4 + 6x4) cm2
= 2(60 + 40 + 24) cm2
= 2x 124 cm2
= 248 cm2.
43
3) Diketahui: Sebuah prisma segi tiga siku-siku, AC=3cm, BC=4cm
dan AD= 8cm . Ditanyakan luas permukaan ABC DEF.
Penyelesaian:
Luas permukaan prisma = 2 x luas alas + luas seluruh sisi
tegak
= 2x luas al2as + keliling alas x
tinggi prisma
= [2(½ x 3 x 4) + (3 + 4 + 5) x 8 ]cm2
= [12 + (12 x 8 )] cm2
= (12 + 96 )cm2
=108 cm2.
4) Diketahui Limas segitiga beraturan dengan panjang rusuk alas 10
cm dan panjang rusuk tegak 13 cm.
Penyelesaian:
Sebelum mencari luas permukaan, hitung terlebih dahulu :
a) tinggi sisi alas = 22 510 − cm
= 25100 − cm
44
= 75 cm
= 5 3 cm
b) tinggi sisi tegak = 22 513 − cm
= 25169 − cm
= 144 cm
= 12 cm
Jadi luas sisi limas = Luas alas + luas seluruh sisi tegak
= ( ½ a x t alas) + 3 x ( ½ a x t sisi tegak)
= ( ½ 10 x 5 3 ) + 3 x ( ½ x 10 x 12 )
= 25 3 + 180
= (180 +25 3 ) cm2.
5) Diketahui sebuah model rumah seperti gambar berikut:
AB=15cm
BC=8cm
CG=4cm
FJ=JG=5cm.
Penyelesaian:
Luas permukaan = 2x(luas ABFE + luas BCGF + luas EFJI+
luas FJG) + luas ABCD
= [2 x [(15x4) + (8x4) + (15x5) + (½ x3x8)] +
45
(15x8) ]cm2
= [2 x (60 + 32 + 75 + 12) + 120 ]cm2
= [(2 x 179) + 120 ]cm2
= (358 + 120) cm2
= 478 cm2.
b. Data tentang suasana belajar mengajar. Data ini diperoleh
menggunakan learning logs yang dibagikan pada 4 siswa secara
acak, lembar pengamatan kolaborator, dan catatan lapangan guru.
Dari pengamatan diperoleh data :
Tabel 5. Hasil Angket Sikap Siswa Siklus 2
Jawaban Jawaban dalam %
No Komponen Ya Tidak Ya Tidak
1
Pembelajaran matematika, adalah pembelajaran yang menyenangkan
18 22 45% 55%
2 Pembelajaran matematika dengan alat peraga menarik
25 15 63% 38%
3 Pembelajaran matematika dengan alat peraga mudah dipahami
24 16 60% 40%
4 Pembelajaran matematika dengan alat peraga membosankan
8 32 20% 80%
5
Pembelajaran matematika dengan berkelompok menyenangkan
20 20 50% 50%
6
Pembelajaran matematika dengan berkelompok mempermudah memahami materi
22 18 55% 45%
46
Jawaban Jawaban dalam % No Komponen
Ya Tidak Ya Tidak 7 Pembelajaran
matematika dengan berkelompok tidak menyenangkan
8 32 20% 80%
8 Ingin membuat alat peraga sendiri 14 26 35% 65%
9 Belajar matematika ingin selalu berkelompok 20 20 50% 50%
10 Dengan mengamati dan memperagakan bersama kelompok mempermudah pemahaman
22 18 55% 45%
11 Lebih aktif dan menyenangkan dalam melaksanakan kerja kelompok
18 22 45% 55%
c. Data tentang perkembangan kinerja guru. Data ini diperoleh
menggunakan lembar pengamatan kolaborator, catatan lapangan
guru, dan learning logs siswa. Hasil pengamatannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 2
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
Pendahuluan
1 Guru menyampaikan materi yang akan dikembangkan
V
2 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
V
3 Guru melakukan apersepsi V
47
4 Guru menggunakan alat peraga V 5 Guru memotivasi siswa
V
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
Kegiatan inti 6 Guru meminta siswa bekerja
kelompok V
7 Guru memberi petunjuk dengan jelas kegiatan yang harus dlilakukan siswa
V
8 Guru memanfaatkan alat peraga yang sesuai
V
9 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntuk siswa kearah tujuan pembelajaran
V
10 Guru memanfaatkan LKS V 11 Guru memotivasi siswa V 12 Guru memberi umpan balik
terhadap respon siswa V
13 Guru antusias dalam melakukan pembelajaran
V
14 Guru memberikan penguatan kepada siswa
V
15 Guru menyajikan soal-soal V 16 Dengan pertanyaan guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan ke penemuan konsep
V
17 Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyampaikan pendapat.
V
18 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi siswa lain
V
Kegiatan Penutup 19 Guru bersama siswa membuat
kesimpulan V
20 Guru melakukan evaluasi V 21 Guru memberikan tugas rumah V
48
22 Guru memotivasi siswa V 23 Guru menjelaskan soal evaluasi V
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik
triangulasi, tujuan kegiatan Refleksi ini antara lain :
a. Mengetahui perkembangan prestasi belajar yang telah dicapai siswa.
Dari hasil tes untuk kompetensi dasar 5.2. membuat jaring-jaring
kubus, balok, prisma, dan limas. diperoleh data bahwa rata-rata hasil
belajar siswa mencapai 77,20 dan banyaknya siswa yang telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) berkembang
menjadi 90,00%. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk
essay sebanyak 5 butir soal. Adapun ringkasan prosentase
ketercapaian sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Kompetensi Siklus 2
Banyaknya siswa No. Soal
% Keter capaian Menjawab
sempurna
Menjawab kurang
sempurna
Menjawab salah
1. 97,50% 35 5 0
2. 92,50% 28 12 0
3. 75,50% 9 31 0
4. 67,00% 8 31 1
5. 53,50% 6 27 7
b. Mengetahui perubahan suasana pembelajaran.
49
Suasana pembelajaran mengalami perubahan yang cukup berarti,
siswa mampu bekerja kelompok dengan baik, kegiatan pembelajaran
berjalan dengan lancar, keberanian siswa untuk bertanya dan
mengemukakan hasil temuannya mengalami perkembangan.
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menunjukkan
perkembangan positif. Hampir 60% siswa menyatakan bahwa
penggunaan alat peraga matematika membantu mereka memahami
materi dan 50% menyatakan menyenangi bekerja secara kelompok.
Ringkasan hasil angket siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
c. Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran
Kinerja guru mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari; (i)
kemampuan adminstratif, guru mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Van Hiele, guru mampu menyusun instrumen penilaian untuk kerja
ilmiah, yaitu berupa lembar observasi, (ii) kemampuan pengelolaan
kelas, guru memiliki kemampuan membuat setting kelas yang
interaktif, dan mampu membangun komunikasi yang baik.
C. Pelaksanaan Siklus III
1. Perencanaan Ulang
Setelah dilaksanakan Refleksi pada siklus II, melalui diskusi dengan
kolaborator, diperoleh kenyataan sebagai berikut :
50
a. sebagian besar siswa dapat melampaui KKM
b. sebagian besar siswa mulai menunjukkan minat terhadap
pembelajaran matematika.
c. Suasana pembelajaran menyenangkan, kerjasama tim semakin bagus,
dan kemampuan komunikasi siswa semakin berkembang.
Dari kenyataan diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran model Van
Hiele memberikan dampak yang cukup baik untuk meningkatkan
prestasi belajar dan motivasi belajar siswa, namun kemampuan siswa
untuk memformulasikan rumus dari hasil pengamatan akan lebih dalam
diungkap pada penelitian siklus III, oleh karena itu intervensi yang akan
dilakukan pada siklus III adalah pembelajaran model Van Hiele dengan
metode proyek dan presentasi kelompok.
Langkah kedua adalah menyusun rencana pembelajaran dengan
Kompetensi Dasar 5.3. menghitung luas permukaan kubus, balok,
prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya,
disertai lembar tugas proyek dan lembar observasi.
2. Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran model Van Hiele dengan metode
proyek dan presentasi kelompok.. Gambaran ringkas model
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Fase 1. Informasi 07.00 – 07.10 WIB
• menggali konsep yang telah dipahami siswa mengenai jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
Fase 2. • Siswa dibagi dalam 8 kelompok,
51
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Orientasi Langsung 07.10 – 07.30 WIB
masing-masing beranggotakan 5 anak. Masing-masing kelompok diberikan paket alat peraga berupa kubus, balok, prisma dan limas,
• Guru memandu siswa untuk menyalin seluruh permukaan balok pada kertas yang tersedia, dan meminta masing-masing kelompok menghitung luas hasil salinan seluruh permukaan balok
• Guru memandu siswa untuk membongkar alat peraga balok menjadi jaring-jaring balok yang terdiri rangkaian persegi panjang. Dengan menggunakan metode tanya jawab guru mengingatkan kembali tentang cara mencari luas persegipanjang
• Guru memandu siswa untuk menemukan hubungan luas permukaan balok dengan luas jaring-jaring balok.
• Dengan diskusi kelompok siswa menemukan luas permukaan balok.
Fase 3. Penjelasan 07.30 – 07.45 WIB
• Guru memandu siswa untuk mengamati alat peraga yang tersedia, yaitu jaring-jaring balok. Dengan menggunakan metode tanya jawab guru menunjukkan bahwa luas permukaan balok sama dengan luas jaring-jaring balok.
• Guru bersama-sama siswa menginventarisasi definisi/pengertian yang ditemukan tentang luas permukaan balok.
• Guru menuliskan alternatif definisi/pengertian tentang luas permukaan balok dan menuliskan rumus yang telah ditemukan di papan tulis, dan menyatakan bahwa hasil temuan tersebut sebagai kesepakatan sementara.
Fase 4. Orientasi Bebas 07.45 – 08.00
• Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan menguji kesepakatan sementara, dengan mengamati alat peraga yang lain
52
Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
(kubus, prisma, dan limas). • Dengan menggunakan alat peraga dan
diskusi kelompok siswa mengamati bentuk bangun ruang lainnya, yaitu kubus, prisma dan limas.
• Dengan diskusi kelompok, siswa menemukan luas permukaan kubus, prisma, dan limas sesuai dengan kesepakatan sementara, dan menuliskan catatan-catatan mengenai ciri khusus atau penyimpangan temuan dengan kesepakatan sementara.
• Kelompok mempersiapkan presentasi kelompok mengenai hasil temuannya
Fase 5. Integrasi 08.00 – 08.20
• Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru siswa yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara.
• Guru membimbing siswa untuk melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara
• Dengan bimbingan guru, siswa memberikan definisi/pengertian tentang luas permukaan balok, kubus, dan prisma beserta rumusnya.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
setelah pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan untuk
mengumpulkan data, data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang prestasi belajar siswa. Data ini diperoleh menggunakan
teknik tes, yang disusun untuk memotret seberapa banyak materi
yang dapat diserap oleh siswa dan seberapa besar tingkat ketuntasan
belajar siswa. Dari hasil uji kompetensi pada siklus 3 ini adalah:
53
Tabel 7. Hasil Uji Kompetensi Siklus 3
Banyaknya siswa No. Soal
% Keter capaian Menjawab
sempurna
Menjawab kurang
sempurna
Menjawab salah
1. 94,00% 28 12 0
2. 71,00% 9 28 3
3. 82,00% 22 18 0
4. 85,50% 13 27 0
5. 56,00% 10 21 9
Terdapat kesalahan pada soal nomor 5 yaitu dalam menghitung
perbandingan tidak dimisalkan terlebih dahulu. Untuk mengatasi
masalah ini siswa diingatkan kembali tentang perbandingan. Berikut
adalah jawaban salah satu siswa yang tidak benar:
1) Soal nomor 5
Diketahui p:l:t = 4:3:2
Penyelesaian:
Jadi ukuran balok adalah:
panjang = 40 cm
lebar = 30
tinggi = 20
Kesalahan terjadi karena siswa langsung mengalikan bilangan
perbandingan dengan 10 tidak dimisalkan terlebih dahulu.
54
Dari semua soal jawaban yang benar adalah :
1) Diketahui balok dengan ukuran alas 10cm x 8cm dan luas
permukaan 376 cm2
Penyelesaian:
Sebelum mencari volum balok terlkebih dahulu menghitung
tinggi balok:
Luas permukaan balok = 2(pl +pt + lt)= 376
⇔ 2x[(8x10) + (10xt) + (8xt)]= 376
⇔ (8x10) + (10xt) + (8xt)= 188
⇔ 80 + 10t + 8t= 188
⇔ 18t = 100
⇔ t = 6 cm
Jadi volum balok = p x l x t
= 10 x 8 x 6 cm3
= 480 cm3
2) Diketahui luas alas prisma segi empat beraturan 64 cm2 dan
panjang kerangka prisma 104 cm.
Penyelesaian:
Sebelum mencari luas prisma terlebih dahulu menghitung :
a) 1) panjang rusuk alas = luasalas
= 64
55
= 8 cm
b) tinggi prisma
panjang kerangka prisma = 2 x keliling alas + 4 x t
⇔ 104= 2 x ( 4x8) + 4t
⇔ 104= (2 x 32) + 4t
⇔ 104= 64 + 4t
⇔ 4t = 40
⇔ t = 10 cm
Jadi volum prisma = luas alas x tinggi
= 64 x 10
= 640 cm3
3) Diketahui luas alas limas 100 cm2 dan tinggi sisi tegak 13 cm
Penyelesaian:
Sebelum mencari mencari volum limas terlebih dahulu
menghitung:
a) panjang rusuk alas = 100
= 10 cm
b) tinggi limas = 22 513 −
= 25169 −
= 144
= 12 cm
Jadi volum limas = 31 luas alas x tinggi
56
= 31 x 100 x 12
= 400 cm3
4) Diketahui volum kubus sama dengan volum balok dengan ukuran
30cm x 15cm x 7,5cm
Penyelesaian:
volum kubus = volum balok
= 30 x 15 x 7,5 cm3
= 3375 cm3
Jadi panjang rusuk kubus = 3 3375
= 15 cm
5) Diketahui volum balok 3000 cm3 dan perbandingan ukurannya
p:l:t = 4:3:2
Penyelesaian:
misalkan p = 4s, l=3s, dan t=2s
Volum balok = 4s x 3s x 2s = 3000 cm3
⇔ 24s3 = 3000 cm3
⇔ s3 = 125
⇔ s = 5
Jadi ukuran balok adalah:
panjang = 4s
= 4 x 4
= 20 cm.
57
lebar = 3s
= 3 x 5
= 15 cm.
tinggi = 2s
= 2 x 5
= 10 cm
b. Data tentang suasana belajar mengajar. Data ini diperoleh
menggunakan learning logs yang dibagikan pada 4 siswa secara
acak, lembar pengamatan kolaborator, dan catatan lapangan guru.
c. Data tentang perkembangan kinerja guru. Data ini diperoleh
menggunakan lembar pengamatan kolaborator, catatan lapangan
guru, dan learning logs siswa.
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik
triangulasi, tujuan kegiatan Refleksi ini antara lain :
a. Mengetahui perkembangan prestasi belajar yang telah dicapai siswa.
Dari hasil tes untuk kompetensi dasar 5.3. menghitung luas
permukaan kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya, diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar
siswa mencapai 77,70 dan banyaknya siswa yang telah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 85,00%. Tes yang
digunakan adalah tes tertulis berbentuk essay sebanyak 5 butir soal.
Adapun ringkasan prosentase ketercapaian sebagai berikut:
58
Tabel 8. Hasil Uji Kompetensi Siklus 3
Banyaknya siswa No. Soal
% Keter capaian Menjawab
sempurna
Menjawab kurang
sempurna
Menjawab salah
1. 94,00% 28 12 0
2. 71,00% 9 28 3
3. 82,00% 22 18 0
4. 85,50% 13 27 0
5. 56,00% 10 21 9
b. Mengetahui perubahan suasana pembelajaran.
Suasana pembelajaran mengalami perubahan yang cukup berarti,
Aktivitas siswa untuk melakukan penemuan dan mengkonstruksi
pengetahuan semakin terlihat nyata.
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menunjukkan
perkembangan positif. Sebagian besar siswa menyatakan
pembelajaran matematika menyenangkan (75%) dan 85% siswa
menyatakan bahwa bekerja secara kelompok mempermudah
pemahaman. Ringkasan hasil angket siswa dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 9. Hasil Angket Sikap Siswa Siklus 3
Jawaban Jawaban dalam % No Komponen
Ya Tidak Ya Tidak 1 Pembelajaran matematika,
adalah pembelajaran yang menyenangkan
30 10 75% 25%
2 Pembelajaran matematika dengan alat peraga menarik 32 8 80
% 20%
59
Jawaban Jawaban dalam % No Komponen
Ya Tidak Ya Tidak 3 Pembelajaran matematika
dengan alat peraga mudah dipahami
34 6 85% 15%
4 Pembelajaran matematika dengan alat peraga membosankan
4 36 10% 90%
5 Pembelajaran matematika dengan berkelompok menyenangkan
31 9 78% 23%
6 Pembelajaran matematika dengan berkelompok mempermudah memahami materi
30 10 75% 25%
7 Pembelajaran matematika dengan berkelompok tidak menyenangkan
6 34 15% 85%
8 Ingin membuat alat peraga sendiri 20 20 50
% 50%
9 Belajar matematika ingin selalu berkelompok 30 10 75
% 25%
10 Dengan mengamati dan memperagakan bersama kelompok mempermudah pemahaman
34 6 85% 15%
11 Lebih aktif dan menyenangkan dalam melaksanakan kerja kelompok
28 12 70% 30%
c. Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Hasil Pengamatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Angket Aktivitas Guru Siklus 3
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
Pendahuluan
1 Guru menyampaikan materi yang akan dikembangkan
V
60
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
2 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
V
3 Guru melakukan apersepsi V 4 Guru menggunakan alat peraga V 5 Guru memotivasi siswa V
Kegiatan inti
6 Guru meminta siswa bekerja kelompok
V
7 Guru memberi petunjuk dengan jelas kegiatan yang harus dlilakukan siswa
V
8 Guru memanfaatkan alat peraga yang sesuai
V
9 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntuk siswa kearah tujuan pembelajaran
V
10 Guru memanfaatkan LKS V 11 Guru memotivasi siswa V 12 Guru memberi umpan balik
terhadap respon siswa V
13 Guru antusias dalam melakukan pembelajaran
V
14 Guru memberikan penguatan kepada siswa
V
15 Guru menyajikan soal-soal V 16 Dengan pertanyaan guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan ke penemuan konsep
V
17 Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyampaikan pendapat.
V
18 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi siswa lain
V
61
Muncul No Aktivitas Guru Ya Tidak
Kegiatan Penutup
19 Guru bersama siswa membuat kesimpulan
V
20 Guru melakukan evaluasi V 21 Guru memberikan tugas rumah V 22 Guru memotivasi siswa V 23 Guru menjelaskan soal evaluasi V
Kinerja guru mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari; (i)
kemampuan adminstratif, guru mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Van Hiele, guru mampu menyusun instrumen penilaian untuk kerja
ilmiah, yaitu berupa lembar observasi, (ii) kemampuan pengelolaan
kelas, guru memiliki kemampuan membuat setting kelas yang
interaktif, dan mampu membangun komunikasi yang baik.
D. Pembahasan
1. Perkembangan prestasi belajar siswa
Pada akhir semester I rata-rata prestasi belajar yang diperoleh siswa
belum menggembirakan, yaitu hal inilah yang menjadi akar permasalahan
sehingga muncul gagasan untuk mengembangkan model pembelajaran
Van Hiele.
Model pembelajaran Van Hiele merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan dari pendekatan konstruktivis, sehingga proses
62
mendapatkan sebuah pengetahuan menjadi lebih penting dibandingkan
dengan pengetahuannya itu sendiri. Hal ini sejalan dengan hakikat
matematika yang dikembangkan berdasarkan logika deduktif.
Pada siklus I intervensi yang digunakan adalah pembelajaran Van Hiele
dengan memanfaatkan alat peraga matematika. Hasil akhir pada siklus I
menujukkan adanya perkembangan prestasi belajar dan motivasi belajar
siswa. Hal ini didasarkan hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa adalah 70,00, dan 72,50% siswa memiliki nilai lebih dari
atau sama dengan 63.
Pada siklus II, keterampilan komunikasi siswa, baik secara tulisan
maupun lisan akan dilihat sejauhmana perkembangannya. Intervensi yang
dilakukan pada siklus II, yaitu model pembelajaran Van Hiele dengan
metode penemuan dan presentasi kelompok. Keterampilan komunikasi
merupakan tingkatan keterampilan yang kompleks, karena membutuhkan
beberapa keterampilan sekaligus, semisal keterampilan mengorganisasikan
data, kemampuan menarik simpulan, kemampuan menyajikan data, dan
kemampuan mental lainnya. Di samping itu keterampilan komunikasi akan
menumbuhkan dan menguatkan sikap ilmiah, yaitu sikap percaya diri,
menghargai diri sendiri, menghargai gagasan orang lain, berbicara hanya
berdasarkan data dan fakta yang akurat, teliti, dan sebagainya. Pada akhir
siklus II, rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan perkembangan yang
cukup berarti, yaitu mencapai 77,20 dan persentase siswa yang mencapai
batas tuntas belajar 90,00%.
63
Pada akhir siklus II, kerja sama tim telah terbentuk dan sebagian
besar siswa telah memiliki kemampuan bekerja kelompok dan
memperagakan jaring-jaring bangun ruang. Pada siklus III intervensi yang
akan digunakan adalah model pembelajaran Van Hielle dengan metode
proyek dan presentasi kelompok. Pada tahap ini peran guru sebagai
fasilitator menjadi lebih berkurang, sesuai dengan ciri pembelajaran Van
Hiele, maka pada tahap ini bantuan guru sudah berangsur-angsur
dikurangi. Siswa diberikan masalah, mereka mencoba merancang
eksperimennya sendiri, dan menemukan apa yang mereka peroleh dari
hasil eksperimen tersebut. Hasil akhir pada siklus III menunjukkan
perkembangan yang tidak begitu besar dari hasil siklus II, hal ini
disebabkan materi yang akan dipahami siswa semakin kompleks, dan
bantuan dari guru sudah mulai berkurang, namun demikian antusias dan
kemampuan komunikasi mereka cukup baik.
Berikut ini disajikan grafik perkembangan rata-rata nilai prestasi
belajar siswa dari awal semester II, sampai akhir siklus III.
5.67
7.007.72 7.77
0
2
4
6
8
Nilai UUS1 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
PERKEMBANGAN NILAI PRESTASI BELAJAR SISWA
64
Dari grafik diatas menunjukkan kecenderungan (trend) prestasi
belajas siswa berkembang cukup berarti. Pada siklus 2 dan siklus 3, rata-
rata prestasi belajar siswa cenderung tetap, hal ini dikarenakan tingkat
kompleksitas materi pada siklus 3 lebih tinggi dibanding dengan materi
pada siklus 2. Demikian pula dengan perkembangan persentase ketuntasan
belajar siswa, sebagaimana disajikan pada grafik berikut ini.
72.50%
90.00% 85.00%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
PERKEMBANGAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA
Hal ini menujukkan bahwa pembelajaran model Van Hiele
memberikan dampak yang cukup berarti untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2. Suasana Pembelajaran
Suasana pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
menujang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Suasana pembelajaran
yang menyenangkan akan sangat mendukung proses pemahaman siswa
65
terhadap suatu konsep. Pembelajaran model Van Hiele berkaitan erat
dengan pemagangan kognitif (Cognitive Apprenticeship), yaitu interaksi
siswa dengan orang dewasa atau teman sebaya yang memiliki pengetahuan
kognitif yang lebih tinggi. Pembelajaran model Van Hiele pada penelitian
ini pemagangan kognitif terjadi antara guru dengan dengan siswa, dan
siswa dengan siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok.
Bentuk komunikasi antara guru dengan siswa dibangun dengan
semangat guru memberikan bantuan kepada siswa dan berangsur-angsur
mengurangi bantuan tersebut, dan siswa belajar mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri melalui kerja kelompok. Di sinilah bentuk
masyarakat belajar (learning community) dikembangkan. Secara garis
besar selama pelaksanaan penilitian tindakan kelas, siswa memberikan
respon yang positif selama proses pembelajaran.
3. Perkembangan kinerja guru
Model pembelajaran Van Hiele menuntut guru mengembangkan
kemampuan adminstratif, kemampuan mengelola kelas, dan kemampuan
melakukan evaluasi. Guru harus mampu menyusun rencana pelaksanaan
pengajaran, menyusun instrumen penilaian, dan merancang kegiatan
pembelajaran. Tahap ini sangat penting karena akan mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Kemampuan menyetting pembelajaran, juga sangat mendukung
keberhasilan pelaksanaan program. Setting pembelajaran yang
66
menumbuhkan minat dan motivasi bagi siswa. Dan tak kalah pentingnya
guru juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
67
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penggunaan model Van Hiele dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 6 Pekalongan
khususnya dalam memahami materi bangun ruang sisi datar.
2. Penggunaan model Van Hiele dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar matematika.
3. Penggunaan model Van Hiele dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 6
Pekalongan khususnya dalam memahami materi bangun ruang sisi datar.
B. Saran
Diharapkan ada penelitian yang serupa pada kelas yang lain, sehingga
diperoleh rekomendasi yang cukup meyakinkan tentang efektifitas
penggunaan model Van Hiele pada pembelajaran Matematika.
68
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas Dirjend Dikdasmen, 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran Pengetahuan Alam, Jakarta : Direktorat PLP
_______________, 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian
Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran Sains, Jakarta : Direktorat PLP
_______________, 2005, Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam
buku 3, Jakarta : Direktorat PLP Mohamad Nur, Prima Retno Wikandari, 2000, Pengajaran Berpusat Kepada
Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran, Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA
Paul Suparno, 1997, Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta :
Kanisius. Sumaji, dkk, 1998, Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta : Kanisius. Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah.
Van Hiele, 1999, Developing Geometric Thingking through Activities that Begin
with Play: Children Mathematics
68