DKI blok 15

19
Hematemesis Melena et causa Gastritis Erosif 102013251 / C4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makan prosikmal dari ligamentum Treitz untuk keperluan klinik dibedakan pendarahan varises eoseofagus dan non – varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya. Manifestasi klinik pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) bisa bergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan tergantungan berlangsung terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan 1) Anemia defesiensi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama 2) Hematemesis atau Melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik: derajat hipovolemi meningkatkan kegawatan pasien. Penyebab pendarahan SCBA yang sering dilaporkan adalah pecahannya varises oesophagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, Mallory-Weiss Syndrome dan Ca. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hematemesis melena penyebab, komplikasi, penanganan, dan tindakan preventif. Anamnesis 1

description

dundunsjjssijso

Transcript of DKI blok 15

Page 1: DKI blok 15

Hematemesis Melena et causa Gastritis Erosif102013251 / C4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510

[email protected]

Pendahuluan

Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makan

prosikmal dari ligamentum Treitz untuk keperluan klinik dibedakan pendarahan varises

eoseofagus dan non – varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam

pengelolaan dan prognosisnya. Manifestasi klinik pendarahan saluran cerna bagian atas

(SCBA) bisa bergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan

tergantungan berlangsung terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan 1)

Anemia defesiensi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama 2) Hematemesis

atau Melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik: derajat

hipovolemi meningkatkan kegawatan pasien. Penyebab pendarahan SCBA yang sering

dilaporkan adalah pecahannya varises oesophagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati

kongestif, Mallory-Weiss Syndrome dan Ca.

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

hematemesis melena penyebab, komplikasi, penanganan, dan tindakan preventif.

Anamnesis

Keluhan Utama: Muntah Cairan seperti kopi disertai BAB warna hitam, keluhan

penyerta berupa nyeri ulu hati, mual dan muntah, dan bilamana makan terasa cepat kenyang.

Riwayat pengobatan mengonsumsi obat obatan anti-rematik selama dua tahun.

Riwayat penyakit sekarang berupa dapat ditanyakan sejak kapan keluhan – keluhan

tersebut berlangsung, lokalisasi, frekuensi, dan intensitas nyeri ulu ati, rasa nyeri ulu hati

timbul sebelum atau sesudah makan, konsistensi tinja

1

Page 2: DKI blok 15

Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien saat

pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan aktivitasnya

baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.2

Pemeriksaan fisik biasanya dimulai dengan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut

nadi, pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran, serta pemeriksaan tanda-tanda vital dengan

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Namun pada kasus ini cukup dengan pemeriksaan

inspeksi dan palpasi saja.2

Pemeriksaan dapat dibantu dengan menggunakan kaca pembesar, harus dilakukan di tempat

yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan

inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Misalnya penderita menderita kelainan di

tangannya, perlu juga ditanyakan ada tidaknya kelainan di tempat lain. Dalam hal ini juga

perlu dilakukan inspeksi seluruh tubuh penderita. Pada inspeksi, diperhatikan lokalisasi,

warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan efloresensi yang khusus.2,3

Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi sehingga dapat menentukan bentuk;

besar; tepi; permukaan; konsistensi organ; adanya tanda-tanda radang akut atau tidak

misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi,

fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional maupun generalisata. Permukaan organ

dinyatakan apakah rata atau berbenjol-benjol; konsistensi lunak, keras, kenyal, kistik atau

berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan dengan tumpul atau tajam.4,5

Dalam kasus kelainan kulit, seorang dokter harus melihat bagaimana kelainan kulit yang

ditemukan. Kelainan kulit bisa berupa ruam, ulkus, benjolan, dan sebagainya:5

a. Makula: Daerah perubahan warna kulit yang berbatas jelas dengan kulit normal tanpa

tonjolan atau lekukan kulit disekitarnya.

b. Papula: Lesi menonjol padat dengan diameter <0.5cm.

2

Page 3: DKI blok 15

c. Nodul: Massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol,

diameter >0,5cm.

d. Tumor: Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.

e. Plak: Penonjolan di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat

(biasanya infiltrat), diameternya 2cm atau lebih.

f. Indurasi: Papula atau plak berbentuk lingkaran atau memiliki puncak yang datar, berwarna

merah pucat yang menghilang dalam beberapa jam.

g. Pustula: Penonjolan kulit berbatas tegas yang berisi eksudat purulen atau vesikel yang

berisi nanah.

h. Vesikula/bulla: Lesi menonjol berbatas tegas yang berisi cairan. Vesikula memiliki

diameter <0,5cm sedangkan bulla memiliki diameter >0,5 cm.

i. Ulkus: Lesi yang menunjukkan kerusakan epidermis dan dermis.

j. Kista : Rongga tertutup yang berisi cairan atau bahan semi-padat.

Selain itu, perlu juga diperiksa apakah terdapat perubahan kulit sekunder yang memperberat

atau merupakan akibat dari proses primer misalnya:2

Skuama: Lapisan deskuamasi dari stratum korneum.

Krusta: Serum, darah, atau eksudat purulen yang mengering.

Erosi: Daerah lekukan berbatas tegas akibat hilangnya epidermis, suatu kelainan kulit

yang disebabkan kehilangan jaringan tidak melampaui stratum basal.

Likenifikasi: Penebalan kulit akibat sering digosok atau digaruk yang menyebabkan

semakin jelasnya garis-garis kulit normal.

Atrofi: Atrofi epidermal disebabkan karena berkurangnya lapisan sel epidermal. Atrofi

dermal terjadi akibat berkurangnya jaringan ikat dermal.

Parut: Lesi yang terbentuk akibat kerusakan dermal.

Ekskoriasi: Ekskavasi superfisial epidermis akibat garukan. Bila garukan lebih dalam lagi

sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum.

Ekskoriasi merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai

stratum papilare.

Fisura: Celah kulit berupa garis yang terasa nyeri.

Pada pemeriksaan fisik juga perlu ditentukan apakah ada perluasan ataupun pola distribusi

(simetris atau asimetris, daerah pajanan, tempat tekanan, lipatan kulit), serta bagaimana warna

dan bentuk lesi).5

3

Page 4: DKI blok 15

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit tangan menjadi kering dan ditemukan kemerahan

pada tangan.

Diagnosis Kerja : Dermatitis Kontak Iritan Komulatif

Dermatitis adalah peradangan kulit terjadi pada epidermis dan dermis secara sekaligus sebagai

respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, dermatitis menimbulkan

gejala klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan

likenifikasi). Dan keluhan gatal. Tanda-tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,

bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi

kronis.Penyebab penyakit dermatitis bisa dari luar (eksogen) yaitu bahan kimia (misalnya

detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (misalnya sinar dan suhu), mikroorganisme (bakteri,

jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic.

Pada umumnya penderita dermatitis merasa gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium

penyakit, batasnya sirkrumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat,

generalisata dan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel

atau bula, erosi dan eksudasim sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema

dan edema berkurang, eksudat mongering lalu menjadi krusta. Sedangkan pada stadium

kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga

terdapat erosi atu ekskoriasi karena garukan.4

Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Ada 2

jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergen. Keduanya

dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan nonimunologik,

jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitifitas. Sebaliknya dermatitis

kontak allergen terjadi pada seseorang yang telah mengalami sesitifitas terhadap suatu bahan

allergen. 4

Dermatitis Kontak Iritan

Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya

bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainna kulit

yang terjadi ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut dan

vehikulum, juga dipengaruhi faktor-faktor lain contohnya lama kontak, intensitas, adanya

4

Page 5: DKI blok 15

oklusi menyebabkan kulit lebih permeable, demikian pula gesekan dan trauma fisis, suhu

dan kelembapan juga ikut berpengaruh. 4

Faktor individu juga berpengaruh pada penderita dengan dermatitiskonta iritan, misalnya

perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas : usia

(anak dibawah 8 tahundan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan

dengan bahan iritan dibandingkan dengan kulit putih); jenis kelamin ( insiden dermatitis

kontak iritan lebih sering terjadi kepada perempuan dibandingkan dengan laki-laki);

penyakirtt kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan

menurun), misalkan dermatitis atopic. 4

Pathogenesis

Keadaan kulit yang timbul akibat dari kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan

melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,

menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air pada kulit. Kebanyakan

bahan iritan atau toksin merusak membrane lemak (lipid bilayer) keratinosit, tetapi

sebagian dapat menembus membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria atau

komponen inti. Kerusakanmembran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam

arakidona, diasligliserida, platelet activating factor, dan inositida. Asam arakidonat akan

dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Lalu prostaglandin dan leukotrien akan

menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vascular sehingga

mempermudahkan transudasi komplemen dan kinin. Prostaglandin dan leukotrien juga

bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan nautrofil serta mengaktifasi sel

mast yang akan menyebabkan sel mast akan melepaskan histamine, leukotrien dan

prostaglandin lain dan platelet activating factor sehingga memperkuat perubahan

vascular. 4

Diasilgliserida dan second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein

misalnya interleukin-1 (IL-1), dan granulocytemacrophage colony stimulatunf factor

(GACSF). IL-1 akan mengaktifkan sel-T helper sehingga akan mengeluarkan IL-2 dan

mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel

tersebut.

Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1. Pada kontak

dengan iritan, keratinosit juga akan melepaskan TNF-alfa, suatu sitokin proinflamasi yang

5

Page 6: DKI blok 15

dapat mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi

sel dan pelepasan sitokin. 4

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya

kontak dikulit beru eritema, edema, panas, nyeri. Gejala-gejala yang terjadi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor bahan iritan yangterkena oleh kulit, bila bahan iritan lemahakan

menimbulkankelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan

stratum korneum olehkarena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi

sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh bahan-bahan iritan. 4

Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai umur, ras dan jenis

kelamin. Jumlah penderita dermatitis konta iritan diperkirakan cukup banyak, terutama

berhubungan dengan pekerjaan. Namun angka tetapi penderita dermatitis kontak iritan

sulit didapatkan secara pasti. Ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang

didapati dermatitis konta iritan ringan tidak datang berobat dan bahkan tidak mengeluh4

Gejala klinis

Kelainan kulit yang terjadi sangan beragam, tergantung pada sifat iritannya. Iritan kuat

biasanya akan member gejala akut, sedang iritan lemah akan memberikan gejala kronis.

Selain itu juga banyak faktor yang dapat mempengaruhi antara lain faktor individu (ras,

usia, lokasi), faktor lingkungan (suhu, kelembapan udara dll). Berdasarkan faktor tersebut

dermatitis kontak iritan dibagi menjadi 8 macam.1,5-6

Dermatitis kontak iritan akut

Gambaran iritasi klasik yang akan terlihat dengan cepat dalam beberapa menit atau

jam, bila terpapar bahan iritan yang poten. Kelainan yang timbul pada semua orang

tidak bergantung pada tingkat kepekaan seseorang berupa eritema, edema dengan

vesikel atau bulla, bahkan dapat terjadi nekrosis, biasanya akan disertairasa terbakar,

umumnya kelainan hanya akan timbul pada daerah paparan. Keadaan ini juga sering

terjadi akibat kecelakaan, dermatitis cepat timbul dan akan menghilang dengan cepat

pula, walaupun terjadi nekrosis.

Dermatitis kontak iritan akut lambat

6

Page 7: DKI blok 15

Beberapa bahan iritan yang menimbulkan iritasi akut yang terlambat, inflamasi baru

akan terlihat 12-24 jam setelah paparan. Gambaran klinis menyerupai dermatitis iritan

akut. Iritasi akibat tretinoin dapat timbul setelah beberapa hari, ditandai dengan

eritema diikut dengan pengelupasan stratum korneum berupa skuama yang kasar

disertai dengan keluhan rasa terbakar. Kulit menjadi sensitive terhadap air dan

perabaan.

Dermatitis kontak iritan reaksi iritan

Reaksi iritan merupakan dermatitis kontak iritan yang subklinis pada orang-orang

yang terpapar cairan misalkan piñata rambut. Gambaran klinis biasanya

monomorfisberupa eritem, skuama vesikel, pustule atau erosi. Sering kali kelainan

kulit tersebut sembuh spontan dan menimbulkan penebalan, namun kadang-kadang

berlanjut menjadi dermatitis iritan komulatif.

Dermatitis kontak iritan komulatif

Dermatitis kontak iritan tipe ini paling sering dijumpai, disebut juga traumiterative

dermatitis. Kelainan kulit timbul dikarenakan paparan yang berulang-ulang. Selain

iritasi bahan kimia, iritasi dapat berupa gesekan, mikrotrauma, kelembapan rendah,

panas, dingin, bedak, tanah dan air. Paparan berlangsung dalambeberapa hari, minggu

atau bahkan bertahun-tahun, oleh berbagai macam iritan dan tidak disadari penderita.

Gambaran klinisnya bervariasi tergantung pada tingkat kepekaan seseorang, berupa

kulit yang kering, eritema dan skuama yang timbul perlahan-lahan, pnderita tisak

menyaari adanya kelainan kulit.

Dermatitis kontak iritan traumateratif

Kelainan kulit yang timbul karena trauma, misalnya luka bakar, luka lecet atau

dermatitis kontak iritan akut. Harus ditanyakan kepada penderita apakah luka dicuci

menggunaka sabun atau detergen. Luka tidak sembuh seperti apa yang diharapkan,

tetapi akan timbul eritema, papula, papulovesikel, vesikel dan skuama. Perjalanan

penyakit akhirnya menyerupai dermatitis numularis, dapat terjadi komplikasi berupa

infeksi dan penyembuhan membutuhkan waktu yang lama.

Dermatitis kontak iritan noneritematosa

Pada stadium awal, kulit sudah terpapar bahan iritan belum terlihat tanda-tanda

inflamasi, walaupun tidak ditemukan kelainan kulit

Dermatitis kontak iritan subyektif

7

Page 8: DKI blok 15

Pada beberaoa orang yang terpapar bahan kimia misalnya asam laktat, mengeluh rasa

gatal, rasa terbakar atau rasa panas, walaupun tidak ditemukan kelainan kulit.

Dermatitis kontak iritan pustular dan akneiformis

Kelainan kulit yangtimbul setelah terpapar metal, oli dan minyak. Gambaran klinisnya

berupa lesi akneiformis, pustule atau akne yang timbul bersifat steril dan timbul diluar

usia akne vulgaris. Pada umumnya terjadi pada penderita dermatitis seboroik, orang-

orang yang mempunyai lubang pori-pori yang besar dan lebar, sebelumnya menderita

akne vulgaris atau orang atopi.

Gambar 1. Gambaran Dermatitis Kontak Iritan6

8

Page 9: DKI blok 15

Diagnosis Banding

1. Dermatitis kontak allergen

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak

allergen (DKA) lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya

sangat peka (hipersensitif). Berbagai faktor timbulnya DKA misalnya potensi

sensitisasi aergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi,

suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum dan ph. Juga dapat dipengaruhi oleh

faktor individu, misalnya keadaan kulit pada tempat yang terpapar (ketebalan

epidermis, keadaan stratum corneum), status imunoligik penderita. Gejala klinis

penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan

dermatitis dan lokasinya. DKA akut terjadi ditempat tertentu, misalnya kelopak mata,

penis, skrotum, eritema, dan edema ebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis

terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya

tidak jelas. Jarang sekali ditemukan DKA pada telapak tangan dan telapak kaki. Jika

terjadi pada tangan hal ini mungkin terjadi karena tangan merupakan organ tubuh yang

paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. 4

2. Dermatitis Venenata

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh

terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni,

kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari

serangga juga dapat menjadi penyebab.7

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan. Ruam kulit

biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Tidak ada spesifik tes yang dapat

memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan.

Dermatitiskontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efek berbagai

iritans.

1. Patch Test

Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis

dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasiyang digunakan harus tepat. Jika

terlalu sedikit, dapat memberikan hasi lnegatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan

9

Page 10: DKI blok 15

jika terlalu tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas

setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut,

dapat kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan

ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI, Pemeriksaan patch tes

digunakan untuk pasien kronis,dengan dermatitis kontak yang rekuren. 4

2. Kultur Bakteri

Kultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi karena adanya infeksi

sekunder oleh bakteri.1

3. Pemeriksaan KOH

Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikologi pada infeksi jamur

superfisial seperti infeksi candida, pemeriksaan ini bergantung dari tempat dan morfologi

dari lesi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil kerukan kulit lalu dilarut dengan

KOH 10-20% lalu spora jamur akan terlihat dibawah mikroskop.1

Penatalaksanaan

Upaya pengonatan dermatitis kontak iritan yang penting adalah menghindarkan pajanan dari

bahan-bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi serta menyingkirkan

faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna dan tidak terjadi

komplikasi makan dermatitiskontak iritan ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa

pengobatan topical, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.1,4

Apa bila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosterois topikan atau

hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang

lebih kuat yaitu pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di

tappering 10mg. Selain itu pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi

mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai suatu upaya pencegan kejadian dengan

rekurensi.4

Pemberian antibiotic dianjurkan agar menghindarkan komplikasi lanjut yaitu infeksi sekunder

pada dermatitis iritan, Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang

disebabkan oleh dermatitis kontak iritan. Perlu diketahui bahwa pemberian obat topikal

merupakan lini pertama pada penyakit kulit apapun. Bila gejala menunjukan adanya

penyebaran secara sistemik pemberian obat oral atau parental dapat diindikasikan.5

Komplikasi

10

Page 11: DKI blok 15

Dermatitis kontak iritan dapat meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical. Lesi yang

terjadi pada kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus.

Selain itu dapat terjadi neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) terutama pada

pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik . Gejala berupa

peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak

lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang

berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral

dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis

mengenaio pruritus berhubungan dengan adanya penyakit yang mendasari dan salah satunya

ialah dermatitis kontak alergi.6,7

Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan secara sempurna maka

prognosisnya akan menjadi kurang baik. Keadaan ini sering terjadi dengan dermatitis kontak

iritan kronis yang penyebabnya bisa dikarenakan multi faktor.7

Kesimpulan

Dermatitis adalah penyakit kulit dimana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis terbagi

menjadi dermatitis eksogen dan dermatitis endogen. Dermatitis eksogen sendiri dibedakan

menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik dimana keduanya dapat bersifat

akut maupun kronik. Dermatitis kontak sering terjadi akibat pekerjaan misalnya pada tukang

cuci, tukang kebun, dan sebagainya. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-

imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi.

Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi

terhadap suatu alergen. Kedua dermatitis ini memiliki prognosis yang baik apabila diobati

dengan baik dan benar serta bahan kontak atau iritasi penyebabnya dapat disingkirkan dengan

sempurna.

11

Page 12: DKI blok 15

Daftar Pustaka

1. Sadikin H. Materi symposium penanganan terbaru dermatitis dan psoriasis. Bandung:

Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran;

2001.

2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes

Indonesia; 2004.h.1-4,6,13-5,20,98.

3. Burnside JW, Mcglynn TJ. Diagnosis fisik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;

2000. h. 87-97

4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2013.h.34,40, 129-161.

5. James WD., Berger TG., Elston DM., Andrews’ Diseases of The Skin: Clinical

Dermatology, 10th ed, Canada: Elsevier Inc., 2006.pg 421-427.

6. Dermatitis kontak iritan, diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview, 18 April 2015.

7. Abdullah B., Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit, Indonesia:

Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., 2009, hal 94-96.

12

Page 13: DKI blok 15

13