DKI blok 15

20
Dermatitis Kontak Iritan dan Penanganannya Vennaya Masyeba 102013423 / C2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 [email protected] Abstrak Kulit merupakan suatu organ pelindung tubuh yang penting, karena kulit dapat melindung tubuh dari lingkungan luar. Berbagai reaksi dapat timbul apabila kulit terpapar sesuatu, namun kelainan kulit yang paling sering terjadi adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak mencapai 4-7% dari seluruh penyakit kulit yang terpapar diseluruh dunia, insiden yang terjadi sangat tergantung pada paparan. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan sesuatu bahan pada kulit. Kelainan kulit uang terjadi bergantung pada paparannya, bila terpapar allergen akan timbul dermatitis kontak alergi sedangkan iritan akan menimbulkan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergen adalah dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan dari luar pada kulit yang terlah tersensitisasi. Sedangkan dermatitis kontak iritan adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan suatu bahan yang menimbulkan kerusakan pada kulit tanpa melalui proses imunologi. Kata kunci: dermatitis kontak iritan, alergi. Abstract The skin is an important organ of the body armor, because the skin can protect the body from the outside environment. Various reactions can occur when skin is exposed to something, but the most common skin disorder that occurs is contact dermatitis. Contact dermatitis reach 4-7 % of all exposed skin disease worldwide, the incident happened very dependent on exposure. Dermatitis contact dermatitis is caused by exposure to something material to the skin. Skin disorders money occurs depends on presentation, when exposed to the allergen will arise whereas irritant dermatitis, allergic contact will cause irritant contact dermatitis. Allergen contact dermatitis is dermatitis caused by contact with material from outside the superbly sensitized skin. Irritant contact dermatitis is caused by exposure to a substance that causes damage to the skin without going through the immunological process. Keywords: Irritant contact dermatitis, allergic. 1

description

DERMATITIS

Transcript of DKI blok 15

Dermatitis Kontak Iritan dan Penanganannya Vennaya Masyeba102013423 / C2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510

[email protected]

Kulit merupakan suatu organ pelindung tubuh yang penting, karena kulit dapat melindung tubuh dari lingkungan luar. Berbagai reaksi dapat timbul apabila kulit terpapar sesuatu, namun kelainan kulit yang paling sering terjadi adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak mencapai 4-7% dari seluruh penyakit kulit yang terpapar diseluruh dunia, insiden yang terjadi sangat tergantung pada paparan. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan sesuatu bahan pada kulit. Kelainan kulit uang terjadi bergantung pada paparannya, bila terpapar allergen akan timbul dermatitis kontak alergi sedangkan iritan akan menimbulkan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergen adalah dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan dari luar pada kulit yang terlah tersensitisasi. Sedangkan dermatitis kontak iritan adalah dermatitis yang terjadi akibat paparan suatu bahan yang menimbulkan kerusakan pada kulit tanpa melalui proses imunologi.Kata kunci: dermatitis kontak iritan, alergi.Abstract

The skin is an important organ of the body armor, because the skin can protect the body from the outside environment. Various reactions can occur when skin is exposed to something, but the most common skin disorder that occurs is contact dermatitis. Contact dermatitis reach 4-7 % of all exposed skin disease worldwide, the incident happened very dependent on exposure. Dermatitis contact dermatitis is caused by exposure to something material to the skin. Skin disorders money occurs depends on presentation, when exposed to the allergen will arise whereas irritant dermatitis, allergic contact will cause irritant contact dermatitis. Allergen contact dermatitis is dermatitis caused by contact with material from outside the superbly sensitized skin. Irritant contact dermatitis is caused by exposure to a substance that causes damage to the skin without going through the immunological process.

Keywords: Irritant contact dermatitis, allergic.SkenarioSeorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan kedua tangan gatal sejak 2 minggu lalu. Makin lama gatal semakin parah, disertai perih dan kemerahan. Kulit tangan juga menjadi kering. Paseian merupakan seorang ibu rumah tangga yang pembantunya pulang. AnamnesisAnamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala hal yang diceritakan oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh seorang dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-anamnesis).1Riwayat pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa penting pasien dimulai dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan, riwayat pendidikan dan masalah keluarga. Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan riwayat sosial.2Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita merasakan keluhan itu.Pemeriksaan FisikTujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien saat pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan aktivitasnya baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.2Pemeriksaan fisik biasanya dimulai dengan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran, serta pemeriksaan tanda-tanda vital dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Namun pada kasus ini cukup dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi saja.2Pemeriksaan dapat dibantu dengan menggunakan kaca pembesar, harus dilakukan di tempat yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Misalnya penderita menderita kelainan di tangannya, perlu juga ditanyakan ada tidaknya kelainan di tempat lain. Dalam hal ini juga perlu dilakukan inspeksi seluruh tubuh penderita. Pada inspeksi, diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan efloresensi yang khusus.2,3Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi sehingga dapat menentukan bentuk; besar; tepi; permukaan; konsistensi organ; adanya tanda-tanda radang akut atau tidak misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional maupun generalisata. Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol-benjol; konsistensi lunak, keras, kenyal, kistik atau berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan dengan tumpul atau tajam.4,5Dalam kasus kelainan kulit, seorang dokter harus melihat bagaimana kelainan kulit yang ditemukan. Kelainan kulit bisa berupa ruam, ulkus, benjolan, dan sebagainya:5a. Makula: Daerah perubahan warna kulit yang berbatas jelas dengan kulit normal tanpa tonjolan atau lekukan kulit disekitarnya.

b. Papula: Lesi menonjol padat dengan diameter 0,5cm.

d. Tumor: Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.

e. Plak: Penonjolan di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2cm atau lebih.

f. Indurasi: Papula atau plak berbentuk lingkaran atau memiliki puncak yang datar, berwarna merah pucat yang menghilang dalam beberapa jam.

g. Pustula: Penonjolan kulit berbatas tegas yang berisi eksudat purulen atau vesikel yang berisi nanah.

h. Vesikula/bulla: Lesi menonjol berbatas tegas yang berisi cairan. Vesikula memiliki diameter 0,5 cm.

i. Ulkus: Lesi yang menunjukkan kerusakan epidermis dan dermis.

j. Kista : Rongga tertutup yang berisi cairan atau bahan semi-padat.

Selain itu, perlu juga diperiksa apakah terdapat perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari proses primer misalnya:2

Skuama: Lapisan deskuamasi dari stratum korneum.

Krusta: Serum, darah, atau eksudat purulen yang mengering.

Erosi: Daerah lekukan berbatas tegas akibat hilangnya epidermis, suatu kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan tidak melampaui stratum basal.

Likenifikasi: Penebalan kulit akibat sering digosok atau digaruk yang menyebabkan semakin jelasnya garis-garis kulit normal.

Atrofi: Atrofi epidermal disebabkan karena berkurangnya lapisan sel epidermal. Atrofi dermal terjadi akibat berkurangnya jaringan ikat dermal.

Parut: Lesi yang terbentuk akibat kerusakan dermal.

Ekskoriasi: Ekskavasi superfisial epidermis akibat garukan. Bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. Ekskoriasi merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai stratum papilare.

Fisura: Celah kulit berupa garis yang terasa nyeri.

Pada pemeriksaan fisik juga perlu ditentukan apakah ada perluasan ataupun pola distribusi (simetris atau asimetris, daerah pajanan, tempat tekanan, lipatan kulit), serta bagaimana warna dan bentuk lesi).5Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit tangan menjadi kering dan ditemukan kemerahan pada tangan.

Diagnosis Kerja : Dermatitis Kontak Iritan Komulatif Dermatitis adalah peradangan kulit terjadi pada epidermis dan dermis secara sekaligus sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, dermatitis menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan likenifikasi). Dan keluhan gatal. Tanda-tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.Penyebab penyakit dermatitis bisa dari luar (eksogen) yaitu bahan kimia (misalnya detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (misalnya sinar dan suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic.

Pada umumnya penderita dermatitis merasa gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkrumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat, generalisata dan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasim sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mongering lalu menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atu ekskoriasi karena garukan.4Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Ada 2 jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergen. Keduanya dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitifitas. Sebaliknya dermatitis kontak allergen terjadi pada seseorang yang telah mengalami sesitifitas terhadap suatu bahan allergen. 4Dermatitis Kontak Iritan Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainna kulit yang terjadi ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut dan vehikulum, juga dipengaruhi faktor-faktor lain contohnya lama kontak, intensitas, adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeable, demikian pula gesekan dan trauma fisis, suhu dan kelembapan juga ikut berpengaruh. 4Faktor individu juga berpengaruh pada penderita dengan dermatitiskonta iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas : usia (anak dibawah 8 tahundan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dengan bahan iritan dibandingkan dengan kulit putih); jenis kelamin ( insiden dermatitis kontak iritan lebih sering terjadi kepada perempuan dibandingkan dengan laki-laki); penyakirtt kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalkan dermatitis atopic. 4Pathogenesis

Keadaan kulit yang timbul akibat dari kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air pada kulit. Kebanyakan bahan iritan atau toksin merusak membrane lemak (lipid bilayer) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti. Kerusakanmembran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidona, diasligliserida, platelet activating factor, dan inositida. Asam arakidonat akan dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Lalu prostaglandin dan leukotrien akan menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vascular sehingga mempermudahkan transudasi komplemen dan kinin. Prostaglandin dan leukotrien juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan nautrofil serta mengaktifasi sel mast yang akan menyebabkan sel mast akan melepaskan histamine, leukotrien dan prostaglandin lain dan platelet activating factor sehingga memperkuat perubahan vascular. 4Diasilgliserida dan second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein misalnya interleukin-1 (IL-1), dan granulocytemacrophage colony stimulatunf factor (GACSF). IL-1 akan mengaktifkan sel-T helper sehingga akan mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1. Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga akan melepaskan TNF-alfa, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. 4Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik ditempat terjadinya kontak dikulit beru eritema, edema, panas, nyeri. Gejala-gejala yang terjadi juga dapat dipengaruhi oleh faktor bahan iritan yangterkena oleh kulit, bila bahan iritan lemahakan menimbulkankelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum olehkarena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh bahan-bahan iritan. 4Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis konta iritan diperkirakan cukup banyak, terutama berhubungan dengan pekerjaan. Namun angka tetapi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapatkan secara pasti. Ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang didapati dermatitis konta iritan ringan tidak datang berobat dan bahkan tidak mengeluh4Gejala klinis

Kelainan kulit yang terjadi sangan beragam, tergantung pada sifat iritannya. Iritan kuat biasanya akan member gejala akut, sedang iritan lemah akan memberikan gejala kronis. Selain itu juga banyak faktor yang dapat mempengaruhi antara lain faktor individu (ras, usia, lokasi), faktor lingkungan (suhu, kelembapan udara dll). Berdasarkan faktor tersebut dermatitis kontak iritan dibagi menjadi 8 macam.1,5-6 Dermatitis kontak iritan akut

Gambaran iritasi klasik yang akan terlihat dengan cepat dalam beberapa menit atau jam, bila terpapar bahan iritan yang poten. Kelainan yang timbul pada semua orang tidak bergantung pada tingkat kepekaan seseorang berupa eritema, edema dengan vesikel atau bulla, bahkan dapat terjadi nekrosis, biasanya akan disertairasa terbakar, umumnya kelainan hanya akan timbul pada daerah paparan. Keadaan ini juga sering terjadi akibat kecelakaan, dermatitis cepat timbul dan akan menghilang dengan cepat pula, walaupun terjadi nekrosis.

Dermatitis kontak iritan akut lambat

Beberapa bahan iritan yang menimbulkan iritasi akut yang terlambat, inflamasi baru akan terlihat 12-24 jam setelah paparan. Gambaran klinis menyerupai dermatitis iritan akut. Iritasi akibat tretinoin dapat timbul setelah beberapa hari, ditandai dengan eritema diikut dengan pengelupasan stratum korneum berupa skuama yang kasar disertai dengan keluhan rasa terbakar. Kulit menjadi sensitive terhadap air dan perabaan.

Dermatitis kontak iritan reaksi iritan

Reaksi iritan merupakan dermatitis kontak iritan yang subklinis pada orang-orang yang terpapar cairan misalkan piata rambut. Gambaran klinis biasanya monomorfisberupa eritem, skuama vesikel, pustule atau erosi. Sering kali kelainan kulit tersebut sembuh spontan dan menimbulkan penebalan, namun kadang-kadang berlanjut menjadi dermatitis iritan komulatif.

Dermatitis kontak iritan komulatif

Dermatitis kontak iritan tipe ini paling sering dijumpai, disebut juga traumiterative dermatitis. Kelainan kulit timbul dikarenakan paparan yang berulang-ulang. Selain iritasi bahan kimia, iritasi dapat berupa gesekan, mikrotrauma, kelembapan rendah, panas, dingin, bedak, tanah dan air. Paparan berlangsung dalambeberapa hari, minggu atau bahkan bertahun-tahun, oleh berbagai macam iritan dan tidak disadari penderita. Gambaran klinisnya bervariasi tergantung pada tingkat kepekaan seseorang, berupa kulit yang kering, eritema dan skuama yang timbul perlahan-lahan, pnderita tisak menyaari adanya kelainan kulit. Dermatitis kontak iritan traumateratif

Kelainan kulit yang timbul karena trauma, misalnya luka bakar, luka lecet atau dermatitis kontak iritan akut. Harus ditanyakan kepada penderita apakah luka dicuci menggunaka sabun atau detergen. Luka tidak sembuh seperti apa yang diharapkan, tetapi akan timbul eritema, papula, papulovesikel, vesikel dan skuama. Perjalanan penyakit akhirnya menyerupai dermatitis numularis, dapat terjadi komplikasi berupa infeksi dan penyembuhan membutuhkan waktu yang lama.

Dermatitis kontak iritan noneritematosa

Pada stadium awal, kulit sudah terpapar bahan iritan belum terlihat tanda-tanda inflamasi, walaupun tidak ditemukan kelainan kulit

Dermatitis kontak iritan subyektif

Pada beberaoa orang yang terpapar bahan kimia misalnya asam laktat, mengeluh rasa gatal, rasa terbakar atau rasa panas, walaupun tidak ditemukan kelainan kulit.

Dermatitis kontak iritan pustular dan akneiformis

Kelainan kulit yangtimbul setelah terpapar metal, oli dan minyak. Gambaran klinisnya berupa lesi akneiformis, pustule atau akne yang timbul bersifat steril dan timbul diluar usia akne vulgaris. Pada umumnya terjadi pada penderita dermatitis seboroik, orang-orang yang mempunyai lubang pori-pori yang besar dan lebar, sebelumnya menderita akne vulgaris atau orang atopi.

Gambar 1. Gambaran Dermatitis Kontak Iritan6

Diagnosis Banding1. Dermatitis kontak allergen

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak allergen (DKA) lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Berbagai faktor timbulnya DKA misalnya potensi sensitisasi aergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum dan ph. Juga dapat dipengaruhi oleh faktor individu, misalnya keadaan kulit pada tempat yang terpapar (ketebalan epidermis, keadaan stratum corneum), status imunoligik penderita. Gejala klinis penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokasinya. DKA akut terjadi ditempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema, dan edema ebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Jarang sekali ditemukan DKA pada telapak tangan dan telapak kaki. Jika terjadi pada tangan hal ini mungkin terjadi karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. 42. Dermatitis Venenata

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.7Pemeriksaan PenunjangTidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontakiritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efekyang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan. Dermatitiskontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efekberbagai iritans.

1. Patch Test

Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasiyang digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasi lnegatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dapat kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI, Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis,dengan dermatitis kontak yang rekuren. 42. Kultur Bakteri

Kultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi karena adanya infeksi sekunder oleh bakteri.13. Pemeriksaan KOH

Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikologi pada infeksi jamur superfisial seperti infeksi candida, pemeriksaan ini bergantung dari tempat dan morfologi dari lesi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil kerukan kulit lalu dilarut dengan KOH 10-20% lalu spora jamur akan terlihat dibawah mikroskop.1Penatalaksanaan

Upaya pengonatan dermatitis kontak iritan yang penting adalah menghindarkan pajanan dari bahan-bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna dan tidak terjadi komplikasi makan dermatitiskontak iritan ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topical, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.1,4

Apa bila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosterois topikan atau hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat yaitu pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg. Selain itu pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai suatu upaya pencegan kejadian dengan rekurensi.4Pemberian antibiotic dianjurkan agar menghindarkan komplikasi lanjut yaitu infeksi sekunder pada dermatitis iritan, Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis kontak iritan. Perlu diketahui bahwa pemberian obat topikal merupakan lini pertama pada penyakit kulit apapun. Bila gejala menunjukan adanya penyebaran secara sistemik pemberian obat oral atau parental dapat diindikasikan.5Komplikasi

Dermatitis kontak iritan dapat meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical. Lesi yang terjadi pada kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus. Selain itu dapat terjadi neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) terutama pada pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik. Gejala berupa peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenaio pruritus berhubungan dengan adanya penyakit yang mendasari dan salah satunya ialah dermatitis kontak alergi.6,7Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan secara sempurna maka prognosisnya akan menjadi kurang baik. Keadaan ini sering terjadi dengan dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya bisa dikarenakan multi faktor.7Kesimpulan

Dermatitis adalah penyakit kulit dimana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis terbagi menjadi dermatitis eksogen dan dermatitis endogen. Dermatitis eksogen sendiri dibedakan menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik dimana keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis kontak sering terjadi akibat pekerjaan misalnya pada tukang cuci, tukang kebun, dan sebagainya. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen. Kedua dermatitis ini memiliki prognosis yang baik apabila diobati dengan baik dan benar serta bahan kontak atau iritasi penyebabnya dapat disingkirkan dengan sempurna.

Daftar Pustaka1. Sadikin H. Materi symposium penanganan terbaru dermatitis dan psoriasis. Bandung: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2001.

2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h.1-4,6,13-5,20,98.

3. Burnside JW, Mcglynn TJ. Diagnosis fisik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2000. h. 87-97

4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2013.h.34,40, 129-161.

5. James WD., Berger TG., Elston DM., Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology, 10th ed, Canada: Elsevier Inc., 2006.pg 421-427.6. Dermatitis kontak iritan, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview, 18 April 2015.7. Abdullah B., Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit, Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., 2009, hal 94-96.11