DK2P2 Gastro - Lengkap

17
1. A. Proses defekasi Melibatkan berbagai organ seperti kolon desenden, sigmoid, rektum, sfingter ani internus dan eksternus, serta beberapa serabut saraf. Proses defekasi berawal dari adanya mass movement dari kolon desenden yang mendorong feses ke dalam rektum. Mass movement timbul lebih kurang 15 menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali sehari.2 Adanya tinja di dalam rektum menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja ke arah sfingter ani.2-6 Keadaan ini menimbulkan rasa ingin berdefekasi yang selanjutnya terjadi defekasi. Proses defekasi dapat dicegah oleh kontraksi tonik dari sfingter ani internus dan eksternus. Sfingter ani internus merupakan kumpulan otot polos sirkular yang terletak pada anus bagian proksimal, sedangkan sfingter ani eksternus terdiri dari otot lurik yang terletak pada bagian distal. Kerja kedua otot tersebut diatur oleh sistem saraf somatik. B . Organ yang terlibat dalam defekasi ? Kolon desenden Sigmoid , Rectum Sfingter ani internus dan eksternus C. Karakteristik fese normal KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL Karakteristik Normal Abnormal Penyebab Warna Bayi: kekuningan Pekat/ putih Adanya pigmen ampedu, pemeriksaan diagnostic menggunakan barium. Hitam Perdarahan bagian atas GI. Merah Terjadi Hemoroid, pendarahan bagian

description

uguk

Transcript of DK2P2 Gastro - Lengkap

1. A. Proses defekasiMelibatkan berbagai organ seperti kolon desenden, sigmoid, rektum, sfingter ani internus dan eksternus, serta beberapa serabut saraf. Proses defekasi berawal dari adanya mass movement dari kolon desenden yang mendorong feses ke dalam rektum. Mass movement timbul lebih kurang 15 menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali sehari.2 Adanya tinja di dalam rektum menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja ke arah sfingter ani.2-6 Keadaan ini menimbulkan rasa ingin berdefekasi yang selanjutnya terjadi defekasi. Proses defekasi dapat dicegah oleh kontraksi tonik dari sfingter ani internus dan eksternus. Sfingter ani internus merupakan kumpulan otot polos sirkular yang terletak pada anus bagian proksimal, sedangkan sfingter ani eksternus terdiri dari otot lurik yang terletak pada bagian distal. Kerja kedua otot tersebut diatur oleh sistem saraf somatik.B . Organ yang terlibat dalam defekasi ? Kolon desenden Sigmoid , Rectum Sfingter ani internus dan eksternusC. Karakteristik fese normalKARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL

KarakteristikNormalAbnormalPenyebab

WarnaBayi: kekuninganPekat/ putihAdanya pigmen ampedu, pemeriksaan diagnostic menggunakan barium.

Hitam Perdarahan bagian atas GI.

Merah Terjadi Hemoroid, pendarahan bagian bawah GI (spt. Rektum).

Pucat dengan lemakMalabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.

Orange atau hijauInfeksi usus

Lender darahDarah pada feses dan infeksi

KonsistensiBentuk lunak, agak cair / lembekKeras, keringDehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi.

BentukBerbuih/bercampur buihDempul dengan warna putih/putih kekuningan, hitamMengalami kelainan liver/hati. Mengalami pendarahan.

Bau Beraroma khas, bukan bau busukBau sangat busuk, bau asam, dan bau amis.Infeksi bakteri

D. Gladys

2. Interpretasi hasila. Pemeriksaan fisikVital Signs at Various AgesAgeHeart Rate (beats/min)Blood Pressure (mm Hg)Respiratory Rate (breaths/min)

Premature120-170*55-75/35-4540-70

0-3 mo100-150*65-85/45-5535-55

3-6 mo90-12070-90/50-6530-45

6-12 mo80-12080-100/55-6525-40

1-3 yr70-11090-105/55-7020-30

3-6 yr65-11095-110/60-7520-25

6-12 yr60-95100-120/60/7514/22

12>yr55-85110-135/65/8512-18

REFERENCE: Kleigman, R.M., et al.Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011. Suhutubuhnormalberkisar antara 36,5 37,5 C. Biasanyasuhu rektal> oral >aksila, dengan beda ber-kisar 0,5oC Capillary refill time : Sebuah tes klinis yang cepat untuk menilai aliran darah melalui jaringan perifer. Normalnya setelah ujung kuku ditekan biasanya akan kembali ke warna merah muda dalam 2 detik. Jika lebih dari dua detik kemungkinan dehidrasi, hipotermia, penyakit pembuluh darah perifer, shock.Source : http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/capillary+refill+timeB. Data Tambahan Kadar hemoglobinAnak 6 bulan 6 tahun11,0 g/dL

Anak 6 tahun 14 tahun12,0 g/dL

Laki laki dewasa13,0 g/dL

Ibu hamil11,0 g/dL

Perempuan dewasa12,0 g/dL

Pemicu : rendah / menurun

HematokritPria : 40 50%Wanita : 35 45%Pemicu : normal

Leukosit Nilai normal : 3200 10.000 mm3 Pemicu : tinggi / meningkat (leukositosis)

BasofilNilai normal : 0 1%Pemicu : normal

EosinofilNilai normal : 1 3%Pemicu : rendah / menurun

NeutrofilBatang : 2 6%Segmen : 50 -70%Pemicu : neutrofil batang rendah dan neutrofil segmen normal

MonositNormal : 2 8%Pemicu : normal

LimfositNilai normal : 15 45%Pemicu : normal

KeratininNilai normal : 0,6 1,3 mg/dLPemicu : tinggi / meningkat

UreumNilai normal : 20 40%Pemicu : normal

Rotavirus rapid tes (+)Menandakan bahawa pasien positif terinfeksi oleh rotavirusSumber :Ppt kuliah Diagnosis Hematoserologis Pada Infeksi dr. Zelly Dia Rofinda, SpPK bagian patologi klinik FK Unandpedoman interpretasi data klinis kementrian kesehatan republik indonesia 2011Sel Darah Putih Differensial Basofil 0%Normal Eosinofil 0%Tidak normal Neutrofil Batang 0%Tidak normal Neutrofil Segmen 70%Normal Limfosit 28%Normal Monosit 2%Tidak normalNormal :

BasofilEosinofilNetrofil BatangNetrofil SegmenLimfositMonosit

Persentase %0 11 32 650 7020 - 404 8

Jumlah Absolut (/mm3)75%). Berbagai hipotesis mengenai penyebab kembung telah dipublikasikan diantaranya akibat banyaknya jumlah gas intestinal akibat produksi gas berdasarkan metabolisme makanan, relaksasi usus, fungsi otot-otot abdominal, serta malabsorpsi karbohidrat. Namun hipotesis ini masih menjadi kontroversi. Berbagai penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda. 8Secara epidemiologi, kembung tidak memiliki hubungan bermakna dengan usia dan lebih sering terjadi pada wanita. Kembung lebih dirasakan pada siang hari maupun setelah makan dan menjadi lebih baik setelah buang air besar maupun flatus. 75% pasien yang memiliki keluhan kembung juga mengalami distensi. pasien dengan konstipasi dan diare lebih sering mengalami kembung9

PatofisiologiKembung di daerah abdominal merupakan masalah klinikal yang umum dan sangat mengganggu. Terdapat empat faktor yang berhubungan dengan keluhan ini. (1) sensasi subjektif kembung, (2) distensi abdominal, peningkatan volume intra-abdominal, (4) aktivitas otot sekitar abdomen. Keempat faktor ini dapat muncul bersamaan maupun secara terpisah, Penelitian gas transit menunjukkan bahwa pasien kembung memiliki gangguan reflex pengontrolan isi usus. segmental pooling terhadap isi usus, dalam bentuk cairan maupun padat, dapat menimbulkan sensasi kembung. Kembung dapat merupakan kondisi heterogenous yang ditimbulkan akibat kombinasi berbagai mekanisme patofisiologi yang berbeda tiap pasien.9Maldigesti karbohidrat dan turunannya dapat terjadi karena berkurangnya enzim pencernaan yang secara normal terdapat pada lumen usus seperti pada kasus lactose-intolerant. Maldigesti karbohidrat kompleks dan serat, terutama kacang, akibat keberadaan oligosakarida yang tidak dapat dicerna enzim manusia (seperti stachyose, raffinose, dan verbascose) sehingga dicerna oleh bakteri dan menimbulkan penumpukan gas. Keberadaan flora usus yang abnormal di usus halus (>105 colony-forming units per ml a.k.a CFU/ml, dimana kadar normal adalah 103-104 FCU/ml pada yeyunum dan 107-109 CFU/ml pada ileum). Pasien Irritable Bowel Syndrome (IBS) akan mengalami kembung akibat intoleransi karbohidrat, perubahan densitas flora normal pada kolon, pertumbuhan bakteri berlebiham pada usus halus, perubahan transit gas, dan beberapa faktor abdominal yang menyebabkan kembung akibat penumpukan gas dalam lumen.8

Daftar Pustaka1. Medline Plus. Abdominal bloating. 2011 [siunduh pada 20 April 2015 pukul 22.00]/ Diunduh dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/004123.htm 2. Lea R. Expert Commentary Bloating, Distension, and the Irritable Bowel Syndrome. Medical General Medivine.2005;7(1):18 [diunduh tanggal 20 April 2015 pukul 22.35] diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1681432/3. Azpiroz F, Malagelada JR. Abdominal Bloating. Special reports and reviews.2005;129:1060-78

C. PATOFISIOLOGIKekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat dinamis menjaga manusia untuk terhindardari kekurangan banyak cairan. Ketika keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan muncul.Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak banyak. Air yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang hilang saat beraktivitas normal seperti bernapas,berkeringat, buang air kecil, atau buang air besar.Dehidrasi kebanyakan disebabkan kondisi tertentu. Misalnya penyakit macam diare, muntah, dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan tidak segera menggantinya dengan minum.Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air, tapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Kehilangan sekitar 2 persen cairan tubuh. Mulanya adalah rasa haus yang teramat sangat. Mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang. Produksi kencing pun menurun. Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 persen dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual. Ketika cairan yang hilang mencapai 5 persen-6 persen dari berat badan, frekuensinadimeningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin tinggi, napasjadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat. Kehilangan cairan tubuh 10 persen-15 persen dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan kesadaran. Apabila mencapai lebih dari 15 persen akan mengakibatkan kegagalan multi-organ dan mengakibatkan kematian.