Dislokasi

download Dislokasi

of 16

Transcript of Dislokasi

DislokasiDefinisiDislokasi yaitu keadaan cedera pada sendi sehinggga terjadi hilangnya kontak antara kedua permukaan sendi secara menyeluruh dan menetap. Biasanya disebabkan oleh benturan kuat yang terjadi secara tiba-tiba pada lokasi sendi. Ligamentum hampir selalu menjadi rusak akibat dislokasi.

Dislokasi sternoklavikularMekanisme cedera : Cedera yang jarang terjadi ini biasanya disebabkan oleh kompresi lateral pada bahu, contohnya bila seseorang terjepit di tanah setelah kecelakaan lalu lintas saat jatuh di dalam gua bawah tanah. Jarang sekali cedera ini terjadi akibat pukulan langsung pada dada. Dislokasi anterior jauh lebih sering terjadi daripada dislokasi posterior. Gambaran klinis : Dislokasi dapat didiagnosa dengan mudah, ujung medial klavikula yang berdislokasi akan membentuk benjolan yang menonjolkan pada sendi sternoklavikular. Cedera ini nyeri tetapi biasanya tidak terdapat komplikasi kardiotoraks. Dislokasi posterior, jarang terjadi, tetapi jauh lebih berbahaya. Rasa tak enak sangat terasa, mungkin terdapat tekanan pada trakea atau pembuluh besar, tulang rusak dapat mengalami fraktur dan kadan-kadang pasien mengalami syok dan dispnea. Gambaran radiologist : Karena tumpang tindihnya bayangan, hasil sinar-X biasanya sulit ditafsirkan. CT adalah model yang ideal untuk mendiagnosa dislokasi anterior atau posterior tetapi tidak termasuk fraktur pada ujung medial klavikula.

1

Terapi : Dislokasi anterior biasanya dapat direduksi dengan memberikan tekanan pada klavikula dan menarik lengan dengan bahu dalam keadaan abduksi. Tetapi, biasanya sendi itu berdislokasi lagi. Keadaan ini tidak banyak membawa masalah, fungsi akan pulih sepenuhnya, meskipun dapat memakan waktu beberapa bulan. Fiksasi internal tidak diperlukan dan berbahaya karena ada pembuluh darah besar di belakang sternum. Dislokasi posterior harus direduksi secepat mungkin. Biasanya ini dapat dilakukan secara tertutup (kalau perlu dibawah anestesi umum) dengan membaringkan pasien pada karung berisi pasir diantara scapula kemudian menarik lengan dengan bahu dalam keadaan abduksi dan ekstensi. Sendi akan tereduksi dengan mudah dan tetap bereduksi. Kalau maneuver ini gagal, ujung medial klavikula dijepit dengan forcep tulang dan ditarik ke depan. Kalau cara ini juga gagal ( sangat jarang terjadi) reduksi terbuka diperbolehkan, tetapi harus sangat hati-hati jangan sampai merusak struktur mediastinal. Setelah reduksi, bahu diperkuat lagi dengan pembalut yang berbentuk angka delapan, yang dipakai selama 3 minggu.

Dislokasi sendi bahuDiantara sendi-sendi besar, bahu adalah salah satu yang paling sering berdislokasi. Ini akibat beberapa factor yaitu : dangkalnya mangkuk sendi glenoid, besarnya rentang gerakan, keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang longgar atau displasia glenoid dan mudahanya sendi ini terserang selama aktivitas yang penuh tekanan pada tungkai atas. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak-anak. Klasifikasi : 1. Dislokasi anterior Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi prelenoid, subkarakoid dan suklavikuler. Mekanisme trauma : Dislokasi merupakan kelainan yang tersering ditemukan dan biasanya terjadi setelah cedera akut karena lengan dipaksa berabduksi, berotasi luar dan ekstensi atau trauma pada scaula sendiri dan anggota gerak pada posisi rotasi lateral sehingga kaput

2

humerus terdorong ke depan, merobek kapsul anterior sendi atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di bawah glenoid, subkorakoid dan suklavikuler. Gambaran klinis : Didapatkan nyeri yang hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan kalau pasien tidak terlalu berotot, suatu tonjolan apat di raba tepat di bawah klavikula. Gambaran radiologist : Sinar-x pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid, kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada daun scapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk sendi. Kalau sendi pernah berdislokasi, sinar-x dapat memperlihatkan perataan atau cekuangan kontur posterolateral kaput humerus, tempat ini pernah dibuat melesak oleh tepi anterior mangkuk glenoid. Terapi : a. Dengan pembiusan umum : o Metode Hippocrates : penderita dibaringkan dilatai, anggota gerak ditarik ke atas dan kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembalu ke tempatnya o Metoda Kocher : penderita berbaruing di tempat tidur dan ahli bedah berdiri disamping penderita kemudian siku ditekuk 90 dan dipertehankan dekat dengan tubuh, traksi tidak boleh diterapkan. Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 ke lateral, kemudaian ujung siku itu diangkat kedepan dan akhirnya lengan diputar ke medial. b. Tanpa pembiusan umum : Teknik menggantung lengan : penderita diberikan petidin atau diazepam, agar tercapai relaksasi yang maksimum, kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan lengan tergantung di pinggir tempat tidur. Setelah beberapa waktu terjadi reduksi secara spontan.

3

Penanganan setelah reposisi : Lengan diistirahatkan dalam kain gendongan selama satu atau dua minggu dan gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi kombinasi abduksi dan rotasi lateral harus dihindari sekuran-kurnagnya selama tiga minggu, selama periiode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan setiap hari. Komplikasi : a. Kerusakan nervus aksilaris : pasien tidak dapat mengerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot itu. Ini biasanaya suatu neuropraksia yang sembuh spontan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Kadang-kadang korda posterior pleksus braklialis cedera. Ini sedikit mengkwatirkan tetapi untungnya sembuh sejalan dengan waktu. b. Kerusakan pembuluh darah : dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat traksi sewaktu reposisi atau karena tekanan kaput humerus. c. Fraktur dislokasi : kalau juga terjadi fraktur pada bagian proksimal humerus, mungkin diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal. Tuberositas mayor dapat terlepas selama dislokasi. Ini biasanya masuk ke tempatnya selama reduksi, sehingga tidak dibutuhkan terapi khusus. Kalau tuberositas ini tetap bergeser dapat dilaksanakann penempelan kembali dengan operasi. d. Dislokasi yang tak tereduksi : reduksi tertutup diusahakan sampai 6 minggu setelah cedera, manipulasi yang dilakukan setelah masa itu dapat menyebabkan fraktur pada tulang atau robeknya pembuluh darah atau saraf. Reduksi dengan operasi setelah 6 minggu hanya diindikasikan untuk kaum muda, karena sukar, berbahaya dan menyebabkan kekakuan yang lama. e. Kaku sendi : biasanya terjadi pada pasca reposisi akibat imobilisasi yang lama terutama pada pasien yang berumur lebih 40 tahun. Terjadi kehilangan rotasi lateral yang secara otomatis membatasi abduksi. Latihan aktif biasanya akan melonggarkan sendi. Manipulasi dibawah anestesi hanya dianjurkan kalau progesi telah berhenti dan sekurang-kurangnya sudah lewat 6 bulan sejak terjadi cedera. Rotasi lateral harus dipulihkan sebelum abduksi, dan manipulasi harus dilakukan pelan-pelan dan berulang-ulang dan tidak dipaksakan.

4

f. Dislokasi rekuren : dislokasi rekuren anterior terjadi karena pengobatan awal (imobilisas) yang tidak adekuat sehingga terjadi dislokasi. Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah pada selaput sendi di sebelah depan dan terjadi karena trauma yang ringan. Dislokasi rekuren dapat dengan mudah terjadi apabila lengan dalam keadaan abduksi, ekstensi dan rotasi lateral. Kalau dislokasi anterior merobek kapsul bahu, perbaikan terjadi secara spontan dan dislokasi tidak berulang. 2. Dislokasi posterior. Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna serta abduksi yang nyata. Keadaan ini paling sering terjadi selama kejang-kejang atau karena sengatan listrik. Gambaran klinis : Lengan tetap pada rotasi medial dan terkunci pada posisi itu. Bagian depan bahu tampak rata dengan korokoid yang menonjol, tetapi pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini. Tetapi bila dilihat dari atas, pergeseran posterior biasanya terlihat. Gambaran radiologist : Dalam posisi anteroposterior, kaput humerus berotasi ke medial, bentuknya tampak abnormal ( seperti bola lampu) dan agak jauh dari fossa glenoid ( tanda glenoid kosong). Posisi lateral dapat menunjukan subluksasi atau dislokasi posterior dan kadang-kadang menunjukan lekukan pada aspek anterior kaput humerus. Fraktur pada leher humerus kadang-kadang disertai komplikasi dislokasi posterior. Pengobatan : Dislokasi akut diredukasi ( biasanya dibawah anestesi umum) dengan menarik lengan sementara bahu dalam posisi abduksi, biarkan beberapa menit agar kaput humerus lepas dan kemudian lengan dengan pelan-pelan diputar ke lateral sementara kaput humerus didorong ke depan. Kalau reduksi terasa stabil, lengan diimobilisasi dalam kain gendongan, kalau tidak bahu dipertahnakan berabduksi lebar-lebar dan dirotasi ke lateral dalam spika gips selama 3 minggu, gerakan bahu diperoleh kembali melalui latihan aktif. 5

Komplikasi: a. Dislokasi yang tak diredukasi : secara khas pasien mempertahankan lengan berotasi internal, dia tidak dapat mengabduksi lengan lebih dari 70-80 derajat, dan kalau mengkangkat lengan yang terentang ke depan, dia tidak dapat memutar telapak tangan ke atas. Kalau pasien muda, atau tak merasa nyaman dan dislokasi belum terjadi (baru 8 minggu) reduksi terbuka diindikasikan. Melalui pendekatan posterior dilakuakan perbaikan dan pemendekan kapsul. Bila terjadi pada manula, terbaik dibiarkan tetapi dianjurkan melakukan gerakan. b. Dislokasi atau subluksasi berulang : akibat ketidak stabilan posterior yang kronis pada bahu. 3. Dislokasi inferior (luksasi erekta) Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior. Pengobatan : Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berakhir dapat dilakukan reposisi terbuka dengan operasi.

Dislokasi sendi siku (elbow)Dislokasi sendi siku sering ditemukan pada orang dewasa tapi jarang pada anakanak. Cedera biasanya digolongkan berdasarkan arah pergeserannya. Tetapi, pada 90% dislokasi siku, kompleks radioulna bergeser ke posterior atau ke posterolateral, sering bersama-sama dengan fraktur pada prosessus tulang menahun. Mekanisme cedera : Penyebab dislokasi posterior biasanya jatuh pada tangan yang terentang dengan posisi siku dalam ekstensi. Begitu terjadi dislokasi posterior, pergeseran lateral juga dapat terjadi. Banyak terjadi kerusakan jaringan lunak : kapsul anterior dan otot braklialis robek, ligament kolateral terentang atau mengalami rupture, dan saraf dan pembuluh sekelilingnya mungkin rusak.

6

Gambaran klinis : Pasien menyangga lengan bawahnya dengan siku yang sedikit berfleksi. Kalau pembengkakan tidak hebat, deformitas jelas terlihat. Terdapat nyeri spontan, nyeri sumbu dan gerak abnormal sangat terbatas pada posisi kurang lebih 30 derajat. Pada pemeriksaaan dari dorsal siku, didapat perubahan pada segitiga sama kaki yang dibentuk oleh olekranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang normal sama kaki berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki. Olekranon dapat teraba di bagian belakang. Gambaran radiologist : Dengan pemeriksaan radiologist dapat diketahui adanya dislokasi yang mungkin disertai fraktur tulang sekitar sendi siku. Pengobatan : Pasien harus sepenuhnya lemas di bawah anestesi. Ahli bedah menarik lengan bawah semaentara itu siku sedikit difleksikan. Dengan satu tangan, pergeseran ke samping dikoreksi, kemudian siku difleksikan lebih jauh sementara itu prosesus olekranon di dorong ke depan dengan jempol. Kalau fleksi yang hampir penuh belum dapat diperoleh, olekranon belum berada pada alur trokhlea. Setelah reduksi, siku harus diuji dengan berbagai gerakan untuk mengetahui apakah siku itu stabil. Selain itu dilakukan sinatr-x untuk memastikan sendi telah tereduksi dan untuk mengetahui setiap fraktur yang menyertai. Lengan dipertahankan dalam collar dan manset pada posisi siku berfleksi diatas 90. Setelah satu minggu pasien dengan pelan-pelan melakukan latihan pada sikunya,setelah 3 minggu dia dapat melepas collar dan mansetnya. Gerakan siku dibuiarkan agar pulih secara spontan dan jangan dipaksakan. Komplikasi : a. Cedera pembuluh darah : arteri brakialis mungkin rusak. Tiadanya nadi radial merupakan peringatan. Kalau terdapat tanda-tanda iskemia yang lain, keadaaan ini harus diterapi sebagai kedaruratan. Bebat harus dilepas dan siku harus diluruskan

7

sedikit. Kalau tidak ada perbaikan, dilakukan arterigram, arteri brakial mungkin terpaksa dieksplorasi. b. Cedera seraf : saraf medianus atau ulnaris kadan-kadang mengalami cedera. Penyembuhan spontan biasanya terjadi setelah 6-8 minggu. c. Fraktur yang berkaitan dengannya : o Serpihan kecil koroid tidak memerlukan terapi. o Epikondilus medial yang mengalami avulse dapat terjepit pada sendi, frgmen itu biasanya perlu di dapatkan kembalu dengan operasi dan juga memerlukan fiksasi dengan kawat kirschner. o Kaput radius : dislokasi harus direduksi dahulu, 3 minggu kemudian, kecuali kalau fragmen dalam posisi yang memuaskan, terbaik kaput radius dieksisi. o Proses olekranon : fraktur ini disrtai dengan dislokasi siku ke depan yang jarang ditemukan, 2 cm fiksasi internal merupakan terapi terbaik. o Fraktur dislokasi karena hantaman sisi. Secara khas ini terjadi bila siku pengemudi mobil, yang keluar dari jendela, dihantam oleh mobil lain. Akibatnya adalah dislokasi ke depan dengan fraktur pada salah satu atau semua tulang. Cara terbaik adalah mereduksi dislokasi dahulu, kemudian mempertahankannya dengan reduksi dalam gips yang terbelah, dan fraktur diterapi bila sendi telah stabil. d. Miositis osifikans : Pembetukan tulang heterotopik dpat terjadi dalam jaringan lunak yang rusak di depan sendi. Dengan menggunakan sinar-x bias terlihat osifikasi jaringan lunak 4-6 mingggu setelah cedera. Kalau keadaan ini dicurigai, latihan dihentikan dan siku di bebat dalam fleksi yang nyaman hingga nyeri mereda, kemudian gerakan aktif yang pelan-pelan di mulai. e. Perkapuran pada kapsul atau ligament, tidak menimbulkan rasa nyeri tapi sedikit membatasi gerakan. olekranon dibiarkan dibelakang sebagai fragmen terpisah, reduksi terbuka dengan

8

f. Disloksi yang direduksi : Setelah 6 minggu sejak cedera, reduksi manipulatif perlu deiupayakan, tapi hati-hati jangan sampai terjadi fraktur pada salah satu tulang, g. Dislokasi berulang : Setiap bagian yang terlepas pada siku harus disingkirkan dahulu, kemudian ligament dan kapsul lateral diperbaiki atau ditempelkan kembali pada kondilus lateral. Gips dengan posisi siku 90 dipakai selama empat minggu.

Dislokasi pinggul (hip)Cedera digolongkan menurut arah dislokasi : posterior (paling sering ditemukan), anterior dan pusat (fraktur komunitif atau fraktur pergeseran pada asetabulum) 1. Dislokasi posterior Mekanisme cedera : Biasanya fraktur ini terjadi dalam kecelakaan lalu lintas bila seseorang yang duduk dalam truk atau mobil terlempar ke depan, sehingga lutut terbentur pada dashboard. Femur terdorong ke atas dan kaput femoris keluar dari mangkuknya, sering sepotong tulang pada punggung asetabulum terpotong ( fraktur-dislokasi) Gambaran klinik : Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki pendek dan beraduksi, berotasi internal dan sedikit berfleksi. Tetapi kalau salah satu tulang panjang mengalami fraktur ( biasanya femur) cedera pinggul dengan mudah terlewat. Gambaran radiologist : Pada foto anteroposterior kaput femoris terlihat diluar mengkuknya dan di atas acetabulum. Segmen atap acetabulum atau kaput femoris mungkin telah patah dan bergeser, foto oblik berguna untuk menunjukan ukuran

9

fragmen itu. Kalau fraktur ditemukan, fragmen tulang yang lain harus dicurigai. CT scan adalah cara epstain (1973) menganjurkan suatu klasifikasi yang akan membantu perencanaan terapi. Tipe I : dislokasi yang tak lebih dari fraktur serpihan kecil Tipe II : dislokasi dengan fraktur besar pada bibir posterior acetabulum Tipe III : terdapat kominusi pada bibir acetabulum. Tipe IV : disertai dengan fraktur lantai acetabulum Tipe V : fraktur pada kaput femoris

Terapi : Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli bedah memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha ke atas secara vertical. Sinar-x sangat diperlukan uantuk memastikan reduksi dan untuk menyingkirkan fraktur. Reduksi biasanya stabil, tetapi pinggul telah mengalami cedera berat dan perlu diistirahatkan. Cara yang paling sederhana ialah memasang traksi dan mempertahnkannya selama 3 minggu, gerakan dan latihan dimulai segera setelah nyeri mereda. Pada akhir minggu ketiga pasien diperbolehkan berjalan dengan kruk penopang. Kalau pemeriksaan sinar-x atau CT scan pasca reduksi memperlihatkan adanya fragmen intrtartikular, fragmen itu harus dibuang dan sendi dibilas melalui pendekatan posterior. Hal ini biasanya ditunda sampai keadaan pasien telah stabil. Fraktur dislokasi tipe II Epstain sering diterapi dengan reduksi terbuka segera dan fiksasi anatomis pada fragmen yang terlepas. Tetapi, kalau keadaan umum pasien dicurigai, atau tidak tersedia ahli bedah pinggul direduksi secara tertutup. Kecuali kalau sendi tidak stabil, atau fragmen yang besar tetap tak tereduksi, reduksi terbuka dan fiksasi internal diperlukan. Pada kasus tipe II, traksi dipertahnkan selama 6 minggu. Cedera tipe III diterapi secara tertutup, tetapi mungkin terdapt fragmen yang bertahan dan fragmen-fragmen ini harus dibuang dengan operasi terbuka, traksi dipertahnkan selama 6 minggu. Cedera tipe IV dan V pada awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen kaput femoris dapat secara otomatis berada

10

pada tempatnya, dan ini dapat dipastikan dengan CT pasca reduksi. Kalau fragmen tetap tak tereduksi, terapu operasi diindikasikan : fragmen yang kecil dapat dibuang saja, tetapi fragmen yang besar harus diganti, sendi itu dibuka kaput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan sekrup countersunk. Pasca opersi, traki dipertahnkan selama 4 minggu dan pembebanan penuh ditunda salama 12 minggu. Komplikasi : a. Cedera nervus skiatius : Nervus skiatikus kadang-kadang mengalami cedera tapi biasanya membaik lagi. Jika setelah mereduksi dislokasi, lesi nervus skiatikus dan fraktur acetabulum yang tak tereduksi terdiagnosis, maka nervus harus dieksplorasi dan fragmennya dikoreksi ke tempat asalnya ( diskrupkan pada posisinya). Penyembuhan sering membutuhkan waktu beberapa bulan dan sementara itu tungkai harus diahindarkan dari cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki terkulai foot drop b. Cedera pembuluh darah : Kadang kadang arteri gluteal superior terobek dan mungkin terdapat banyak perdarahan. Kalau keadaan ini dicurigai, harus dilakuakn arteiogram. Pembuluh yang robek mungkin perlu diligasi. c. Fraktur femoris yang menyertai Bila ini terjadi bersamaan dengan dislokasi pinggul, dislokasi biasanya terlewatkan. Suatu dislokasi harus dicurigai bila fragmen proksimal pada fraktur melintang pada batang terlihat beradduksi. d. Nekrosis avaskular Persedian darah pada kaput femoris sangat terganggu sekurang kurangnya pada 10% dislokasi pinggul traumatic, kalau reduksi ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya meningkat menjadi 40%. Nekrosis avaskular terlihat pada sinar-x sebagai peningkatan kepadatan kaput femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang kurangnya selama 6 minggu dan kedang keadang jauh lebih lama, tergantung pada kecepatn perbaikan tulang. Dalam minggu-minggu awal, radiosintigrafi dapat memperlihatkan tanda-tanda iskemia tulang. Kalau kaput femoris menunjukan tanda tanda fragmentasi, mungkin diperlukan operasi. Kalau terdapat segmen nekrotik yang kecil, 11

odteotomi penjajaran tulang (realignment) adalah metode terpilih. Pada pasien yang lebih muda, pilihannya adalah penggantian kaput femoris dengan prostesis bipolar atau artrodesis pinggul. Pada pasien berusia diatas 50 tahun penggantian pinggul keseluruhan adalah lebih baik. e. Miositis osifikans Jarang terjadi. Ini berhubungan dengan beratnya cedera. Gerakan tidak boleh dipaksa dan pada cedera yang berat masa istirahat dan pembebanan mungkin perlu diperpanjang. f. Dislokasi yang tak direduksi Setelah beberapa minggu dislokasi yang tidak diterapi jarang dapta direduksi dengan menipulasi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Insidensi kekakuan atau nekrosis avaskular sangat meningkat dan di kemudian hari pasien dapt memrlukan pembedahan rekonstruksi. g. Osteoarthritis Osteoarthritis sekudner sering terjadi dan akibatnya oleh : Kerusakan kartilagi pada saat dislokasi Adanya fragmen yang bertahan dalam sendi Nekrosis iskemik pada kaput femoris

2. Dislokasi anterior Dislokasi anterior jarang dibandingkan dengan posterior. Penyebab yang lazim adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Dislokasi pada satu atau bahkan kedua pinggul dapat terjadi bila buruh tambang atau bangunan kejatuhan benda berat pada punggungnya saat mereka sedang bekerja dengan posisi kaki merentang, lutut lurus, dan punggung membungkuk ke depan. Gambaran klinik : Kaki berada pada rotasi luar, abduksi dan sedikit fleksi. Kaki tidak memendek, karena perleketan rektus femoris mencegah kaput bergeser ke atas. Bila dilihat dari samping, tonjolan anterior pada kaput yang berdislokasi tampak jelas. Kadang-kadang kaki berabduksi hampir mencapai sudut siku-

12

siku. Kaput yang menonjol mudah diraba. Gerakan pinggul tidak dapat dilakukan.

Gambaran radiologist : Pada foto anteroposterior dislokasi biasnya jelas, tetapi kadang-kadang kaput berada di depan posisi normalnya. Untuk itu diambil foto posisi lateral. Terapi dan komplikasi : Maneuver yang digunakan hamper sama dengan yang digunakan untuk mereduksi dislokasi posterior, kecuali bahwa sewaktu paha yang berfleksi itu ditarik ke atas, paha harus diadduksi. Terapi berikutnya mirip dengan dislokasi posterior. Nekrosis avaskular adalah komplikasi satu-satunya.

3. Dislokasi sentral Jatuh pada sisi, atau pukulan pada trokanter mayor, dapat mendorong kaput femoris ke lantai asetabulum dan menyebabkan fraktur pelvis. Gambaran klinis : Paha lecet-lecet atau memar tetapi kaki terletak pada posisi normal. Trokanter dan daerah pinggul terasa nyeri. Sedikit gerakan dapat dilakukan. Gambaran radiologist : Kaput femoris bergeser ke medial dan lantai asetabulum mengalami fraktur. Terapi : Harus selalu dicoba untuk melakukan reduksi terhadap dislokasi dan memulihkan bentuk lazim pinggul. Seklaipun osteoarthritis tidak dapat dielakkan, paling tidak anatomi yang normal akan mempermudah pembedahan rekonstruktif. Dislokasi pusat yang disertai kominusi pada lantai asetabulum kadan-kadang dapat direduksi dengan manipulasi di bawah anestesi umum. Ahli bedah menarik paha dengan manipulasi di bawah anestesi umum. Ahli bedah menarik paha dengan kuat dan mencoba mengungkit keluar kaput 13

dengan mengadduksi paha, menggunakan bantalan yang keras sebagai titik tumpu. Kalau cara ini berhasil, traksi kerangka longitudinal dipertahankan selama 4-6 minggu, dengan pemeriksaan sinar-x untuk memastikan bahwa kaput femoris tetap berada di bawah bagian acetabulum yang menahun beban. Kalau manipulasi gagal, kombinasi traksi kerangka longitudinal dan lateral dapat mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu. Jika cara ini tidak berhasil sebaiknya kita cukup puas dengan reduksi yang sempurna. Pada semua metode ini gerakan perlu dimulai secepat mungkin. Bila traksi dilepas pasien diperbolehkan bangun dengan kruk penopang. Penahanan beban diperbolehkan setelah 8 minggu. Hasilnya terhadap fungsi lebih baik daripada yang ditunjukan pada penampilan sinar-x, tetapi semua gerakan kecuali fleksi dan ekstensi tetap sangat terbatas dan pada akhirnya terjadi arthritis degeneratif, kecuali kalau pergeseran sedikit.

Komplikasi : Pada keadaan dini dapat terjadi cedera visceral dan syok hebat. Kekakuan sendi dengan atau tanpa osteoarthritis. Kalau penggatian pinggul keseluruhan dipertimbangkan, perlu dipastikan bahwa fraktur asetabulum telah menyatu, kalau tidak mangkuk itu pasti akan terlepas. Pada pasien muda lebih baik dilakukan artrodesis.

Dislokasi pada lutut (knee)Lutut hanya dapat berdislokasi karena benturan hebat, sepaerti pada kecelakaan lalu lintas. Ligament krusiatum dan satu atau kedua ligament lateral robek. Gambaran klinik : Terdapat memar yang hebat, pembengkakan dan deformitas yang jelas. Sirkulasi darah pada kaki harus diperiksa karena arteri popliteus dapat robek atau rusak. Gambaran radiologist : Selain dislokasi, foto kadang-kadang memperlihatkan fraktur pada spina tibia (avulse ligament krusiatum)

14

Terapi : Reduksi di bawah anestesi sangat diperlukan, ini biasanya dicapai dengan menarik langsung pada garis kaki, tetapi hiperekstensi harus dihindari karena membahayakan pembuluh popliteus. Kalau reduksi dapat dicapai, tungkai diistirahatkan pada bebat belakang dengan posisi lutut berfleksi 15 dan sirkulasi diperiksa berulang-ulang selama seminggu berikutnya. Akibat adanya pembengkakan, penggunaan gips melingkar akan membahayakn. Reduksi tertutup kadang-kadang gagal karena ligament medial yang robek terletak diantara femur dan kondilus tibia, maka harus dilakukan reduksi terbuka, ligament dijahit kembali ke tempatnya dan kapsul diperbaiki. Demikian juga, kalau terdapat luka terbuka atau kerusakan pembuluh darah yang memerlukan operasi, bila ada peluang, baru memperbaiki ligament dan kapsul. Kalau tidak, struktur ini dibiarkan. Biar pembengkakan telah mereda, gips dipasang dan dipakai selama 12 minggu. Latihan otot kuadriseps dilakukan sejak awal. Penahanan beban dalam gips dapat dilakukan segera setelah pasien dapat mengangkat kakinya. Gerakan lutut diperoleh kembali bila gips di lepas. Komplikasi: Kerusakan arteri popliteus sering terjadi Cedera saraf terutama saraf popliteus bilateral Ketidakstabilan sendi ( meningkatnya pergeseran anteroposterior atau pergoyangan lateral) biasanya tersisi, tetapi asalkan otot kuadriseps cukup kuat, ketidak mampuan biasanya tidak berat.

Dislokasi patellaSewaktu lutut berfleksi dan otot kuadriseps mengendur, patella dapat terdesak ke lateral akibat benturan langsung. Patella untuk sementara waktu dapat naik ke tepi kondilus lateral femur dan kemudian meluncur kembali ke posisinya atau bergeser ke sisi luar, dimana patella terletak dengan permukaan anteriornya menghadap ke lateral. Gambaran klinik : Lutut biasanya mengalami kolaps dan pasien dapat jatuh ke tanah. Terdapat deformitas yang nyata, pergeseran patella tidak mudah diketahui tetapi kondilus medial femur yang terbuka terlalu menonjol dan dapat dikira pergeseran patella.

15

Patella dapat diraba pada sisi luar lutut. Gerakan aktif maupun pasif tak mungkin dilakukan.

Gambaran radiologist : Patella terlihat bergeser dan berotasi ke lateral Terapi : Patella mudah terdorong kembali ke tempatnya dan anestesi tidak selalu diperlukan. Kalau terdapat hanya memar di bagian medial, ekspansi kuadriseps robek dan perbaikan segera lewat operasi dapat mencegah dislokasi berulang di kemudian hari. Backslab gips dipasang dengan posisi lutut lurus. Ini dipakai selama tiga minggu latihan otot kuadriseps dimulai saat itu juga dan di lakukan dengan tekun. Segera setelah pasien dapat mengangkat kakinya, ia diperbolehkan berjalan. Bila backslab telah dilepas, fleksi dengan mudah diperoleh kembali. Operasi mengurangi kemungkinan berulangnys dislokasi. Robekan kapsul medial yang tak dapat dieklakkan diperbaiki dan semua frakmen osteokondral dibuang, kalau retinakulum lateral ketat, ini dilepaskan. Slab gips dipakai selama 3 minggu dan dilakukan latihan kuadriseps. Komplikasi : Dislokasi dapat berulang, baik karena otot kuadriseps belum berkembang kembali atau karena kapsul medial yang robek belum sembuh secara aman.

16