Dimensi Tulang Vertikal Tidak Adekuat Yang Ditangani Dengan Bone
-
Upload
taufiqurrahman-abdul-djabbar -
Category
Documents
-
view
24 -
download
3
description
Transcript of Dimensi Tulang Vertikal Tidak Adekuat Yang Ditangani Dengan Bone
Penanganan Dimensi Tulang Vertikal Tidak Yang Tidak Adekuat dengan Bone-added Osteotome Sinus Floor Elevation (BAOSFE): Suatu Tinjauan Pustaka dan Laporan Kasus
Shilpa Kolhatkar, Leyve Cabanila, Manish Bhola
AbstrakTujuan: tujuan laporan ini adalah untuk memberikan uraian literatur singkat mengenai prosedur bone-added osteotome sinus floor elevation (BAOSFE) dan untuk memaparkan suatu kasus yang menggunakan teknik ini.Latar belakang: pemasangan implant pada regio posterior rahang atas sering dipersulit akibat adanya ketebatasan anatomis. Pada situasi klinis dimana terdapat dimensi tulang vertikal yang tidak adekuat, teknik BAOSFE dapat dilakukan untuk meningkatkan tinggi tulang dan memungkinkan pemasangan implant dengan dimensi panjang tunlang yang memadai.Laporan kasus: Dalam makalah ini dipaparkan sebuah kasus seorang perempuan berusia 60 tahun dengan dimensi tulang vertikal yang tidak adekuat pada daerah bekas pencabutan gigi #13. Teknik BAOSFE dilakukan yang memungkinkan pemasangan implan berukuran 3.75 x 13 mm.Ringkasan: keterbatasan-keterbatasan anatomis misalnya dimensi tulang vertikal yang tidak adekuat pada regio posterior rahang atas dapat berimbas pada pemasangan implan yang lebih pendek. Prosedur sinus floor elevation (SFE) dengan menggunakan pendekatn krestal seperti BAOSFE, pada kasus-kasus tertipilih tertentu, secara efektif dan nyata dapat meningkatkan tinggi tulang.Makna klinis: Teknik BAOSFE merupakan suatu prosedur yang hebat yang dapat mengatasi keterbatasan anatomis yang berkaitan dengan regio posterior rahang atas.Kata kunci: implan dental, bone-added osteotome sinus floor elevation, BAOSFE, pengangkatan sinus, teknik osteotome, graf tulang, pengangkatan lantai sinus, SFE.
Pendahuluan
Penggunaan implan secara signifikan telah meningkatkan pilihan prostetik untuk
pasien-pasien edentulous. Meskipun begitu, pemasangan implan pada regio
posterior rahang atas sering sangat dipersulit dengan keterbatasan anatomis seperti
dimensi vertikal yang tidak adekuat, kualitas tulang yang buruk, korteks tulang
yang mengecil atau hilang dan terdapatnya undercut.
Untuk pemasangan implan pada regio posterior rahang atas, sinus maksillaris
merupakan salah satu struktur anatomis yang paling penting. Setelah pencabutan
gigi, periosteum sinus maksilla menunjukkan peningkatan aktivitas osteoklastik.
Akibatnya terjadi pengurangan tinggi tulang akibat pneumatisasi sinus maksilla
sehingga mempengaruhi panjang dan lokasi implan. Sebelumnya, telah banyak
restorasi cekat yang gagal pada gigi premola ke dua akibat tinggi ridge alveolar
yang tidak memadai. Selain itu, juga banyak laporan yang menyimpulkan bahwa
jika dilakukan pemasangan implan yang lebih pendek (< 10 mm), maka implan
tersebut kurang berhasil dibanding dengan implan yang lebih panjang. Oleh
karena itu, prosedur-prosedur seperti pengangkatan lantai sinus (SFE), yang
memungkinkan penempatan implan yang lebih panjang pada posterior rahang
atas, telah mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir.
Tinjauan Pustaka
SFE telah diterjemahkan sebagai pengangkatan sinus, pengangkatan sinus
maksilla, pemasangan graf pada sinus, dan augmentasi subantral. Laporan
pertama mengenai teknik SFE dengan menggunakan pendekatan lateral pertama
kali dilaporkan oleh Boyne dan James pada tahun 1980 meskipun Tatium telah
memaparkan konsep ini pada tahun 1977. Prosedur augmentasi tulang ini telah
dimodifikasi berulang-ulang, tapi kesuksesan jangka panjangnya telah terbukti.
Salah satu modifikasi teknik ini dipaparkan oleh Summer pada tahu 1994. Teknik
ini menggunakan suatu pendekatan krestal dan dianjurkan penggunaan instrumen
analog akar yang spesifik (osteotom)
Teknik osteotome sinus floor elevation (OSFE) dari Summer lebih konservatif
dibanding pendekatan lateral pada sinus yang lebih tradisional. Teknik ini
menawarkan keuntungan morbiditas yang berkurang, waktu operasi yang lebih
pendek, dan mengurangi ketidaknyamanan paska operasi. Tujuan dari prosedur ini
adalah untuk mempertahankan semua tulang yang ada dan memadatkannya ke
arah lateral atau ke arah atas. Lantai antral dipatahkan dengan menggunakan
instrumen analog akar dengan ujung konkaf. Penambahan graf tulang ke dalam
ostetomi disebut sebagai bone-added osteotome sinus floor elevation (BAOSFE)
yang dibuat dengan ujung yang konkaf dari osteotom yang memungkinkan
pemotongan tulang , bersama dengan cairan yang terperangkap, yang membantu
dalam pengangkatan lantai sinus. Graf tulang ini dianggap memberikan suatu
bantalan selama pengangkatan membran dan mengurangi resiko perforasi
membran.
Suatu pemeriksaan pra operasi secara menyeluruh termsuk evaluasi klinis dan
pemeriksaan radiografi perlu dilakukan untuk mengevaluasi jumlah tulang yang
ada. Pemeriksaan radiografi terdiri atas radiografi konvensional (film periapikal
dan panoramik) dan kadang-kadang dibutuhkan teknik pengambilan gambar yang
lebih maju seperti cone beam computed tomography (CBCT). Meskipun Summer
tidak menentukan tinggi tulang residual (RBH) pra pembedahan minimum dalam
artikel aslinya, penulis lain menyarankan tinggi tulang 8-10 sampai 6 mm. suatu
penelitian multisenter oleh Rosen dan kawan-kawan menemukan diperlukan RBH
minimum 4 mmuntuk pemangan implan dengan kesuksesan yang tinggi dengan
menggunakan teknik BAOSFE.
Konferensi konsensus mengenai pengangkatan sinus yang diadakan tahun 1996
menghasilkan benerapa anjuran untuk protokol bedah untuk pemasangan implan
berdasarkan volume RBH. Mereka membagi RBH ke dalam 4 kategori:
1. Kelas A, tinggi tulang lebih dari 10 mm, dimana protokol implan klasik
dapat dilakukan.
2. Kelas B, tinggi tulang 7-9 mm, di mana dapat dilakukan BAOSFE dengan
pemasangan implan secara bersamaan.
3. Kelas C, tinggi tulang 4-6 mm akan membutuhkan pendekatan lateral
dengan pemasangan implan tertunda atau segera.
4. Kelas D, dimana hanya terdapat tinggi tulang 1-3 mm, pendekatan lateral
dan dianjurkan penundaan pemasangan implan.
Pada tahun 2003, Fugazzatto menyarankan penggunaan panjang implan akhir
sebagai penuntun BAOSFE. Jika tinggi tulang yang tersisa sama dengan atau
paling sedikit setenga dari panjang implan akhir dan jika terdapat lebar tulang
buko-lingual yang adekuat, dia menganjurkan BAOSFE dan pemasangan implan
secara bersamaan.
Laporan-laporan yang menggambarkan jumlah pengangkatan yang mungkin
dapat dicapai juga memberikan hasil yang beragam. Pada tahun 2001, Reiser dan
kawan-kawan menggunakan sebuah bur twist berukuran 2 mm untuk
mempreparasi daerah implan sampai kedalaman 1 mm lantai sinus pada kadaver
manusia. Mereka menemukan bahwa lantai sinus yang mungkin dapat dinaikkan
sampai 4-5 mm dan sering 6-8 mm. Nkenke dan para pembantunya melakukan
OSFE dengan menggunakan endoskopi. Mereka menganjurkan pengangkatan 3
mm untuk prosedur yang dilakukan tanpa menggunakan visualisasi endoskopi
untuk perforasi membran. Temuan yang diumumkan oleh Fugazzatto melaporkan
pencapaian tulang dengan rentang yang lebar (1-7 mm) dengan pencapaian tulang
rata-rata menjadi 3,5 mm.
Langkah-langkah berikut merupakan gambaran teknik BAOSFE:
1. Tentukan terlebih dahulu jumlah tulang yang ada secara akurat.
2. Buat insisi crestal pada aspek palatal pada daerah yang direncanakan untuk
osteotomi dan buat flap ketebalan penuh untuk visualisasi yang adekuat.
3. Gunakan bur kecil untuk menandai daerah implan.
4. Gunakan bur twist ukuran 2 mm sampai 1 mm di bawah lantai sinus
(Gambar 1).
5. Pastikan kedalaman pengeboran dengan radiograf
6. Perluas daerah osteotomi dengan bur twist ukuran 3 mm.
7. Pastikan kedalaman yang dicapai dengan radiograf.
8. Masukkan graf tulang pilihan ke dalam daerah osteotomi dengan
menggunakan alat amalgam carrier steril.
9. Gunakan osteotome dengan ukuran yang sesuai (<3mm), perluas 1 mm
dengan masing-masing tarikan mallet sampai dasar sinus rusak (Gambar
2).
10. Periksa integritas membran dengan meminta pasien melakukan Valsava
manuever.
11. Tempatkan beban tambahan graft tulang (sekitar 3 mm) pada osteotomi.
12. Perluas osteotome ke osteotomi hanya sampai kedalaman pra operasi (1
mm di bawah dasar sinus). Dasar sinus terangkat oleh adanya graft tulang.
13. Lanjutkan pemasukan graft tulang dan perluas osteotome dengan
menggunakan mallet sampai diperoleh tinggi tulang yang diinginkan.
Perkiraan jumlah pengangkatan yang telah dicapai dapat didasarkan pada
pengangkatan 1 mm untuk masing-masing beban amalgam carrier dari
graf tulang.
14. Perluas osteotomi sampai diameter akhir dengan menggunakan osteotome
yang lebih besar.
15. Masukkan beban akhir graf tulang sebelum pemasangan implan.
Pemasangan implan dilakukan dalam tahap akhir pada pengangkatan sinus
(Gambar 3).
16. Jahit flap untuk memastikan penutupan yang bebas tegangan.
Terdapat beragam bahan yang digunakan pad teknik BAOSFE. Coatam dan
Krieger menggunakan allograft tulang kering beku yang telah didemineralisasi
dan tulang autogen sementara Deporter dan kwan-kawan menggunakan mineral
tulang bovine anorganik. Penulis yang lain menggunakan tulang autogen dan
spons kolagen, deproteinized bovine bone granules (DBGG), bubuk tulang kering
beku yang telah didemineralisasi (DFBP), dan porous hydroxyapatite (PHA).
BAOSFE juga dapat dilakukan pada daerah tunggal atau banyak. Jika banyak
implan yang akan dipasang, maka lebih mudah dilakukan prosedur pengangkatan
dimulai pada implan anterior dan selanjutnya dilakukan pengangkatan daerah
posterior.
Teknik BAOSFE juga dapat dipersulit dengan adanya komplikasi intra dan paska
operasi. Perforasi membran adalah salah satu perforasi yang bisa terjadi. Apabila
perforasi yang terjadi berukuran kecil dan graft tidak masuk ke sinus, hal ini tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi penyembuhan implan.
Laporan Kasus
Seoarng perempuan Kaukasia datang keluhan rasa sakit dan perih pada kuadran
kiri arahang atas gigi-giginya. Gigi #13 (premolar kedua kiri rahang atas)
menunjukkan pelebaran ruang ligamen periodontal (Gambar 4).
Sebuah konsul endodontik menganjurkan perawatan ulang dari pengisian saluran
akar yang ada. Perawatan endodontik ulang dilakukan dengan pembuangan silver
cone dan obturasi dengan gutta percha. Pada saat obturasi, terlihat garis radiolusen
yang menunjukkan suatu saluran akar tambahan atau fraktur. Satu bulan setelah
perawatan endodontik ulang, pasien kemabli ke klinik dengan keluhan rasa sakit
dan pembengkakan yang dapat sembuh dengan pemakaian antibiotik (amoxicillin
500 mg tid x 7 hari). Bedah eksplorasi dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan
fraktur akar vertikal pada gigi #13. Dari pembedahan diketahui terdapatnya
fraktur akar vertikal pada aspek fasial gigi sehingga gigi tersebut secara
atraumatik (Gambar 5).
Pasien diberikan pilihan perawatan yang berbeda dan menyetujui untuk
pemasangan implan pada daerah ruang edentulous yang baru. Tidak dilakukan
prosedur pemeliharaan soket. Pasien kembali ke klinik untuk pemasangan implan
dengan pengangkatan sinus dengan osteotome 8 bulan setelah pencabutan.
Dimensi tulang yang ada adalah 9 mm bukolingual dan 9 mm apikokoronal
(Gambar 6).
Osteotomi dilakukan dengan menggunakan bur twist ukuran 2.8 mm sampai
kedalaman 8 mm (Gambar 7). Graf tulang kemudian dimasukkan (0.25 cc BIO
OSS) dan osteotome digunakan untuk merusak dasar sinus. Kemudian dilakukan
pemasangan sebuah implan ukuran 3.75 x 13 mm (Nobel Biocare) (Gambar 8).
Pasien diberikan resep Keflex 500 mg (14 tablet, 1 tablet tiap 12 jam x 7 hari).
Penyembuhan paska operasi tidak mengalami hambatan, dan implan di resotrasi 6
bulan setelah pemasangan. Pasien dipantau untuk follow up selama setahun.
Radiograf periapikal yang di ambil saat itu menunjukkan dukungan tulang yang
baik dan peningkatan densitas dasar sinus (Gambar 9).
Pembahasan
Prosedur BAOSFE diperkenalkan pada tahun 1994 oleh Summers dan telah
mengalami beberapa modifikasi. Ketahanan implan yang ditanam dengan
menggunakan teknik BAOSFE cukup baik dibandingkan yang ditanam pada sinus
yang tidak di beri graft. Sebuah analisa kesintasan yang dilakukan oleh Tong dan
para pembantunya melaporkan ketahanan implan setelah pembebanan fungsional
selama 18 bulan atau lebih. Tingkat ketahanannya adalah 90% ketika tulang
autogen digunakan sendiri dan 94% keitiak digunakan kombinasi hidroksiapatit
dan tulang autogen. Tingkat ketahanan meningkat sampai 98% ketika digunakan
kombinasi tulang beku kering terdemineralisasi dan hidroksiapatit. Ketika hanya
hidroksiapatit digunakan, tingkat ketahanannya dalah 87%. Berdasarkan data ini,
penulis menyatakan bahwa tingkat ketahanan implan sama untuk bahan graft yang
berbeda.
Tingkat ketahanan implan yang baik dari implan yang pasang dengan
menggunakan ostetotome dapat disebabkan pada perubahan densitas tulang
alveolar. Kekuatan kompresif dari osteotome pada dinding lateral osteotomi dapat
menimbulkan stabilitas implan yang lebih besar dan mungkin daerah implan
terhadap tulang yang lebih besar.
Ringkasan
Keterbatasan anatomis misalnya dimensi tulang vertikal yang tidak adekuat pada
regio posterior rahang atas dapat berimbas pada pemasangan implan yang lebih
pendek daripada panjang ideal. Prosedur SF dengan menggunakan pendekatan
crestal misalnya BAOSFE, pada kasus-kasus terpilih tertentu, secara efektif dapat
menambah tinggi tulang. Teknik ini, yang mengabfraksi dan mengangkat dasar
sinus dengan menggunakan instrumen analog akar atau osteotome, lebih
konservatif dibanding pendekatan lateral konvensional pada sinus. Penambahan
graft tulang pada osteotomi dianggap mampu memberikan bantalan selama
pengangkatan yang mengurangi resiko terbukanya membran. Teknik BAOSFE
yang bersamaan dengan pemasangan implan dapat dilakukan jika tinggi tulang
residual sedikitnya setengah dari panjang implan. Perolehan tulang rata-rata 3.5
mm melalui pengangkatan sinus osteotom dapat tercapai. Tingkat kesuksesan
yang baik dari implan yang ditanam pada daerah yang diberi graft telah
dibuktikan.
Makna Klinis
Teknik BAOSFE merupakan prosedur yang hebat karena dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan yang berkaitan dengan regio posterior rahang atas.
Keterangan Gambar
Gambar 1. Pengeboran sampai kedalaman 1 mm dibawah dasar sinus
Gambar 2. Osteotome dengan graf tulang untuk mengangkat dasar sinus
Gambar 3. Implan dengan pengangkatan dasar sinus
Gambar 4. Radiograf periapikal dari gigi #13 yang menunjukkan penebalan PDL
Gambar 5. Gigi #13 yang telah dicabut menunjukkan fraktur akar vertikal
Gambar 6. Gambaran radiograf enam bulan setelah pencabutan gigi #13
Gambar 7. Daerah osteotomi dipreparasi sampai kedalam 8 mm ( 1 mm di bawah
dasar sinus).
Gambar 8. Radiograf periapikal dengan dasar sinus yang telah dinaikkan dan
implan 3.75 x 13 mm.
Gambar 9. Radiograf periapikal satu tahun setelah pemasangan restorasi.