Diklat Hukum Perdata e

78

Click here to load reader

Transcript of Diklat Hukum Perdata e

Page 1: Diklat Hukum Perdata e

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH-LUBUK SIKAPING)

Page 2: Diklat Hukum Perdata e

HUKUM PERDATA HUKUM PERDATA MATERIL :

Hukum yg memuat segala peraturan yg mengatur hubungan antar perorangan didalam masyarakat dan kepentingan dari masing-masing org yng bersangkutan.

HUKUM PERDATA FORMIL :

hukum yg memuat segala peraturan yg mengatur bagaimana caranya melaksanakan, mempertahankan dan memelihara hukum Perdata Materiel didalam praktek (dilingkungan Pengadilan perdata).

HUKUM ACARA PERDATA

Menurut para ahli :

1. WIRYONO PROJODIKORO : rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana org hrs bertindak thd dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain utk melaksanakan berjalannya peraturan2 Hukum Perdata.

Page 3: Diklat Hukum Perdata e

2. C.St.KANSIL, S.H

Rangkaian peraturan hkm yg menentukan bagaimana cara-cara mengajukan kedepan pengadilan perkara2 keperdataan dlm arti luas (meliputi hkm dagang), dan cara2 melaksanakan putusan (Vonnis) hukum juga diambil berdasarkan peraturan2 tsb, dapat juga disebut rangkaian peraturan2 hukum tentang ttg cara2 memelihara dan mempertahankan Hukum Perdata Materil.

3. Dr. SUDIKMO MERTOKUSUMO.

Mengatur ttg bagaimana cara mengajukan tuntutan hak memeriksa serta mengurusnya dan pelaksanaan putusan.

Atau :

peraturan hukum yg mengatur bagimana caranya menjamin ditaatinya Hukum Perdata Materiel dengan perantaraan hakim.

Page 4: Diklat Hukum Perdata e

SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA (PSL 5 UU NO.1/1951)

1. HIR (Het Herzine Indonesich Reglemen)

2. RBG (Rechtslement Buiten Gewesten)

3. Yurisprudensi.

4. Doktrin.

5. RV (Reglementy op de Burgelijke Recht Vordering)

6. RO (Reglement op de rechtelijke in het belied ver yustitie Indonesie)

7. Buku IV BW dan selebihnya tersebar dalam BW, WVK dan peraturan kepailitan.

8. UU no. 14 Th. 1970 (LN 74) ttg ketentuan2 pokok kekuasaan kehakiman.

BANDING :

1. Jawa dan Madura, UU No. 20 Th 1947

2. Luar Jawa dan madura, dalam RBG (psl 199-205)

Page 5: Diklat Hukum Perdata e

KOMPETENSI PERADILAN

1. Competensi Absolute

adalah wewenang Badan Peradilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yg secara mutlak tdk dapat diperiksa oleh badan peraduilan lain yg sama (PN, PT) maupun dlm lingkungan lain PN dan PA. (psl 160 RBg/psl 134 HIR.

Tugas pokok dr Pengadilan yg melaksanakan atau menyelenggarakan kekuasaan kehakiman adalah untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yg diajukan kepadanya.

Kewenangan absolute PN dlm perkara perdata meliputi semua sengketa ttg hak milik atau hak-hak yg timbul karenanya atau hak keperdataan lain (psl 2 ayat 1 R.O), kecuali dlm UU ditetapkan lain (T.L.N 81).

contoh : perkara perceraian adalah wewenang PA bagi yg beragama islam.

2. Competensi Relatif

Wewenang badan peradilan dalam wilayah hukum tertentu dimana surat gugatan dimasukan dimana si tergugat bertempat tinggal (psl 159 RBg/psl 133 HIR).

Page 6: Diklat Hukum Perdata e

1. Pemeriksaan ulang perkara perdata, pidana sepanjang dimungkinkan utk dimintakan banding, psl 3 (1) UU darurat Th 1951, psl 37 UU no. 13/1965.

2. Memutus dlm Tk. I dan terakhir sengketa wewenang mengadili antara PN didalam wilayahnya (psl 3 (1) UU darurat no.1/1951, psl 38 (1) UU no. 13/1965).

3. Psl 3 (1) UU darurat no.1/1951, psl 128 (2) R.O, psl 85 RBg:

MA wewenangnya memutus tingkat terakhir ttg perubahan Kasasi.

PENGADILAN TK. PERTAMA DAN TERAKHIR, memutus :

1. Semua sengketa mengadili antara Pengadilan dr suatu lingkungan dgn lingkungan pengadilan lainnya.

2. Semua sengketa ttg wewenang mengadili antara PN dgn PN yg tdk terletak dlm daerah hukum suatu PT.

WEWENANG MUTLAK PENGADILAN TINGGI, Meliputi :

Page 7: Diklat Hukum Perdata e

COMPETENSI RELATIF(wewenang Relatif).

Dalam perdata dikenal Azas Aktor Sequitar Forum Rei (psl 118 HIR/psl 142 (1) RBg), yaitu yg berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak adalah PN ditempat tinggal (alamat/domisili) tergugat.

Pengecualian Azas Aktor Sequitar Forum Rei (psl 118 HIR), antara lain :

1. Gugatan diajukan pada PN ditempat kediaman tergugat bila tempat tinggal tergugat diketahui.

2. Gugatan diajukan pada PN ditempat kediaman Penggugat bila tempat tinggal tergugat tdk diketahui.

3. Apabila tergugat lebih dari satu org maka gugatan diajukan ke PN tempat tinggal salah satu tergugat, terserah pilihan penggugat dimana dia akan mengajukan gugatan.

4. Akan tetapi apabila pihak tergugat 2 orng, yg satu adalah yg berhutang dan yg lain penjaminnya, maka gugatan diajukan ke PN ditempat tinggal org yg berhutang. Analognya bila ada tergugat dan turut tergugat, maka gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat.

4.

Page 8: Diklat Hukum Perdata e

5. Bila gugatan mengenai barang tetap diajukan ke PN dimana barang tetap itu terletak.

6. TUN menyangkut kepentingan umum maupun kepentingan perseorangan, dgn permasalahan sah tdknya penggunaan kewenangan pemerintahan badan/jabatan TUN.

PENGECUALIAN –lainnya adalah :

1. Apabila tergugat tdk cakap menghadap di muka Pengadilan, gugatan diajukan ke pengadilan tempat tinggal ortunya atau walinya atau pengampunya (Psl 21 BW).

2. Yang menyangkut Pegawai Negeri yg berwenang mengadili adalah PN yang didaerah mana dia bekerja (Psl 20 BW).

3. Buruh yg menginap ditempat majikannya, yg berwenang mengadili adalah PN tempat tinggal majikannya (Psl 22 BW).

4. Tentang kepailitan yg berwenang mengadili adalah PN yg menyatakan tergugat pailiy (Psl 99 ayat (15) R.V).

Page 9: Diklat Hukum Perdata e

5. Tentang Penjaminan (vrijwaring), yg berwenang mengadili adalah PN yg pertama dimana pemeriksaan dilakukan (Psl 99 ayat (14) RV).

6. Untuk permohonan pembatalan perkawinan diajukan ke PN tempat perkawinan dilansungkan atau ke PN tempat tinggal kedua suami istri, suami atau istri (Psl 25 jo Psl 63 (1.b) UU No.1/1974 Psl 38 (1) dan ayat (2) PP No.9/1975.

7. Gugatan perceraian dpt diajukan kpd PN ditempat kediaman penggugat. Dalam hal tergugat bertempat diluar negeri gugatan diajukan ke PN ditempat tinggal penggugat kemudian Kt. PN menyampaikan permohonan tsb kpd tergugat melalui perwakilan RI setempat (psl 40 jo psl 63 ayat (1) UU No.1 th 1974, Psl 20 (2) dan ayat 3 PP No.9 th 1975.

Page 10: Diklat Hukum Perdata e

FUNGSI PN

1. JURISDICH VOLUNTARIA.

Suatu peradilan dimana kedudukannya hanya sebagai Administrator, karena hanya menyidangkan permohonan yg tidak mengandung sengketa.

Ciri-ciri permohonan (Voluntaria)

1. Hanya ada satu pihak yg berkepentingan.

2. Hakim boleh memutus lebih dari apa yg dimohon oleh Pemohon sebab mgkin saja pemohon terlupa.

3. Hakim senantiasa memiliki kebebasan menggunakan kebijakan yg dipandang perlu utk mengatur sesuatu hal.

4. keputusan hakim mengikat bagi semua orng.

Page 11: Diklat Hukum Perdata e

Adalah :Suatu Peradilan yang sebenarnya memang ada sengketa antara 2 pihak yg mana satu pihak sbg tergugat dan pihak lain sebagai penggugat.

Ciri-ciri Gugatan (Contentiosa)

1. Ter dapat 2 pihak atau lebih yg berperkara.

2. Dlm memeriksa perkara aktivitas hakim terbatas “ YUDEX NON ULTRA PETITA” (hakim tdk boleh memutus lebih dari apa yg diminta para pihak).

3. Hakim menerapkan apa yg diterapkan oleh UU.

4. Putusan mengikat para pihak yg berperkara.

2. JURISDICH CONTENSIOSE

Page 12: Diklat Hukum Perdata e

AZAS-AZAS OBJEKTIVITAS DARI PENGADILAN

Azas Objektivitas : tdk memihaknya pengadilan (Psl 5 ayat (1) UU No. 14 th 1970).

Maksudnya didlm memeriksa dan memutus perkara hakim harus objektive atau tdk boleh memihak. Untuk menjamin azas ini maka bagi pihak yg diadili diberikan “HAK INGKAR”.

HAK INGKAR, yaitu : hak para pihak yg diadili utk mengajukan keberatan thd hakim yg akan mengadili perkaranya dengan alasan-alasan menurut (Psl 28 ayat (1) UU No. 14/1970 : Rescusatie :Warking).

Adapun alasan-alasan tsb adalah sbb:

1.Hubungan kelurga sedarah sampai derjat ketiga atau semenda antara seorang hakim dan ketua, jaksa, penasehat hukum atau panitera.

2.Hubungan keluarga sedarah smapai derjat ketiga atau semenda yang diadili.

Page 13: Diklat Hukum Perdata e

Alasan lainnya menurut Psl 374 ayat (1) HIR (psl 702 ayat 1 Rbg, 34-44 RV) adalah :

Bila perkara yg diperiksa menyangkut kepentingan hakim itu sendiri, baik secara lansung maupun tidak.

Atau dalam perkara tsb tersangkut istri hakim itu sendiri, atau salah seorang keluarganya sedarah atau keluarga semenda, dlm keturunan lurus atau kesamping sampai derjat keempat.

Hal ini berdasarkan Azas “ Nemo Judex Indoneus In Propria cause” yg berarti “tdk seorang pun dapat menjadi hakim yg baik dalam perkaranya sendiri”.

Page 14: Diklat Hukum Perdata e

AZAS-AZAS HUKUM ACARA PERDATA

Hakim bersifat menunggu

Inisiatif mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yg berkepentingan (para pihak), tidak ada tuntutan hak/penuntutan maka tidak ada hakim (NEMO YUDEX SINE ACTORE).

Hakim bersifat Pasif.

Ruang lingkup atau luas pokok sengketa ditentukan oleh para pihak yg berperkara bukan oleh hakim. Dan para pihak bebas mengakhiri sengketa yg telah diajukan ke pengadilan (perdamaian dan pencabutan tuntutan psl 130 HIR, 154 RBg).

Sifat terbukanya persidangan (Terbuka untuk umum).

sidang pemeriksaan pengadilan pada azasnya terbuka untuk umum, bila putusan dibacakan dlm sidang yg tdk dinyatakan terbuka untuk umum maka putusan tsb tdk sah menurut hukum.

Dengan tujuan memberikan perlindungan HAM, menjamin objektivitas, pemeriksaan yg fair dan kepts tdk memihak.

Page 15: Diklat Hukum Perdata e

Mendengar Kedua belah Pihak

Didalam Hkm Acara Perdata kedua pihak harus diperlakukan sama dan sama-sama didengar (masing2 hrs diberi ksmptn untuk memberikan pendapatnya. Azas kedua pihak harus sama-sama didengar disebut juga dgn “AZAS AUDI ET ALTERM PARTEM”

Putusan harus disertai dgn alasan-alasan.

semua putusan hakim hrs memuat alasan-alasan yg menjadi dasar utk mengadili (psl 23 UU no. 14/1970, 184 ayat 1, 319 HIR, 195, 618 RBg)

Beracara dikenakan biaya.

Biaya perkara ini meliputi biaya panitera, biaya utk panggilan dan pemberitahuan pada para pihak dan biaya materai. Untuk mrk yg tdk mampu dapat mengajukan permohonan perkara dgn Cuma-Cuma (PRODEO), permohonan harus dilampirkan surat keterangan tdk mampu yg dikeluarkan camat/lurah/wali nagari.

Tidak ada keharusan mewakilkan.

para pihak dapat diwakili oleh kuasa hukum jika dikehendaki, namun tdk diwajibkan untuk itu (Psl 123 HIR, 147 RBg).

Page 16: Diklat Hukum Perdata e

KUASA UMUM DAN KUASA KHUSUS

KUASA UMUM

Yaitu : suatu kuasa yg dibuat dihadapan notaris bukan di panitera PN, dimana sipemberi kuasa memberikan kuasa kepada penerima kuasa thd suatu objek tidak terbatas, artinya dpt bertindak sebagai pemilik barang yg dikuasakan.

KUASA KHUSUS

Yaitu : kuasa yang menunjuk kepada macam perkara tertentu dengan perincian materi kuasa yg diberikan, kuasa ini dpt dibuat :

1. Dengan akta notaris

2. Dibuat panitera PN dlm daerah hkm tempat tinggal pemberi kuasa.

3. Akta dibawah tangan yang ditanda tangani . (Ordonantie Stb 1916-46).

bila penerima kuasa melampaui apa yg telah dikuasakan kepadanya maka pemberi kuasa dapat menuntut (Action On Desaveu).

Page 17: Diklat Hukum Perdata e

Hak Subtitusi (kuasa pengganti) hanya dapat dilakukan bila dicantumkan dalam Surat Kuasa Khusus.

Yang Dimuat Dlm Kuasa Khusus:

1.Identitas pemberi dan penerima kuasa.

2.Apa yg menjadi pokok perkara.

3.Pertelaan isi dari kuasa yg dikuasakan (Tingkatan-tingkatan pada setiap Pengadilan yg dikuasakan kepadanya).

4.Memuat hak Subtitusi (perlu bila penerima kuasa berhalangan).

Penerima Kuasa di pengadilan dapat digolongkan :

1.Pengacara resmi (Advokat dan procureur); diangkat &diberhentikan oleh menteri Kehakiman dgn persetujuan MA).

2.Pengacara setengah resmi (pembela umum publik defender) ex. LBH

3.Pengacara tidak resmi; tdk diangkat oleh pemerintah dan tdk pula bernaung dibawah suatu lembaga.

Page 18: Diklat Hukum Perdata e

PROSEDUR DAN TATA CARA MENGAJUKAN GUGATAN

A. SYARAT-SYARAT ISI GUGATAN.

1. Identitas para pihak, memuat : nama, umur, pekerjaan, suku alamat.

2. Posita Fundamentum petendi); adalah dasar serta alasan daripada tuntutan.

Posita terdiri dari :

a. Bagian yg menguraikan ttg kejadian-kejadian (peristiwa) atau duduk perkara.

b. Bagian yang menguraikan ttg hukum, adanya hak atau hubungan hukum yng menjadi dasar yuridis dari tuntutan

Perincian ttg peristiwa yg menjadi dasar tuntutan, ada 2 teori :

1). SUBSTANTIERINGS THEORI, menurut teori ini Pengugat harus menyebutkan dasar hukum dari haknya atau dgn kata lain sejarah terjadinya hak dan hubungan hukum.

Page 19: Diklat Hukum Perdata e

2). INDIVIDUALI BERING THEORI

perumusan kejadian materil secara singkat sudah memenuhi syarat.

3. Petitum (Tuntutan)

yaitu :apa yg diharapkan /diminta oleh penggugat agar diputuskan oleh Hakim.

Petitum harus dirumuskan dgn jelas dan tegas (Psl 8 RV), Gugatan yg tdk jelas sehingga tdk dpat dijawab dgn mudah oleh tergugat akan mengakibatkan ditolaknya gugatan (obscuur Libel).

Disamping tuntutan pokok (petitum), dijumpai juga tuntutan tambahan/plengkap tuntutan pokok (Subsidair) ;

a. Tuntutan agar tergugat dihukum membayar biaya perkara.

b. Tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu(Uit Voerbaarbij). Pelaksanaan lebih dahulu dari putusan harus memenuhi syarat Psl 180 HIR, Psl 191 RBg); yaitu :

Page 20: Diklat Hukum Perdata e

1). Apabila ada surat yang sah (Autentike Titel)

2). Apabila ada tulisan yg mempunyai kekuatan pembuktian.

3). Apabila ada putusan hakim yg telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4). Apabila dikabulkan suatu tuntutan Provisionil.

5). Dalam perselisihan ttg hak milik.

c. Tuntutan agar tergugat dihukum membayar bunga (Morator)

bila tuntutan berupa pembayaran sejumlah uang maka besar bunga 6% setahun (Stb.1848 No.22).

d. Tuntutan untuk membayar uang paksa (asterinte, dwangson)

Pihak yg kalah dihukum membayar ongkos perkara sejumlah uang paksa selama ia tdk memenuhi isi putusan.

e. Dalam hal gugat cerai sering disertai juga dengan tuntutan akan nafkah istri Psl 59 (2) 62,65 HOCL, pembagian harta harta (Psl 66 HOCL, 213, 229 BW)

Page 21: Diklat Hukum Perdata e

Fungsi dari tuntutan Subsidaier ini adalah menggantikan petitum primer sekiranya ditolak oleh pengadilan.

B. PENDAFTARAN GUGATAN.

Gugatan diajukan ke Panitera PN, kemudian penggugat membayar ongkos perkara kepada kepaniteraan dan diberi kwitansi dan No. perkara. Surat gugatan ditujukan kepada Ketua PN, Ketua PN menentukan Hari Sidang dan memerintahkan kepada juru sita untuk memanggil kedua belah pihak dgn melampirkan surat gugatan.

macam-macam gugatan;

1). Gugatan biasa (gugatan yg diajukan sebelum ada sengketa sebelumnya).

2). Gugatan Balik (Rekovensi); tergugat diberi hak oleh undang-undang untuk mengajukan gugatan balik yg disampaikan pada saat jawaban tergugat, tujuannya adalah utk menghemat ongkos perkara, keputusan hakim yg mgkin saling bertentangan.

Page 22: Diklat Hukum Perdata e

Dalam rekovensi ada hal-hal yg tid dibenarkan yaitu :

a). Dalam hal kwalitas pihak-pihak saling berbeda. Ex. Pada konvensi kwalitas penggugat sbg direktur suatu PT, dalam rekovensi kwalitasnya sebagai pribadi.

b). Pengadilan yg akan memeriksa gugatan semula dan gugat balik akan menjadi berlainan jenisnya.

c). Dalam perselisihan eksekusi atau pelaksanaan putusan pengadilan.

INTERVENTIE

Interventie ;masuknya pihak ketiga dalam suatu proses perkara yang sedang berjalan.

Macam-macam Interventie, ada 3, yaitu :

1.Tussemkomst, masuknya pihak ketiga (penggugat Interventie) adalah utk membela kepentingannya sendiri/tdk memihak penggugat atau tergugat.

2. Voeging, penggugat interventie memihak kepada salah satu pihak penggugat atau pihak tergugat.

Page 23: Diklat Hukum Perdata e

3. Vrijwaring, Pihak tergugat menarik pihak ketiga untuk ikut dalam perkara guna membela kepentingan tergugat.

UPAYA MENJAMIN HAK DENGAN PENYITAAN

Penyitaan: Suatu tindakan persiapan untuk melaksanakan suatu putusan hakim yg dilaksanakan oleh pengadilan melalui juru sita.

Tujuannya utk mengindari pihak tergugat mengalihkan harta kekayaannya kepada orang lain sehingga nanti bila gugatan penggugat dikabulkan PN tergugat tdk lagi mempunyai harta kekayaan, untuk menjamin hak maka dilakukan penyitaan.

Macam-macam penyitaan (beslaag)

1. Conservatur Beslaag (Sita Jaminan), Beslaag ini dimohonkan oleh penggugat agar barang2 yg terperkara dan brg2 milik tergugat disita sebagai jaminan tuntutan penggugat.

2. Beslaag Revindikator (Sita Benda Bergerak), beslaag ini dimohonkan oleh penggugat atas benda bergerak yg merupakan harta milik sendiri yang dikuasai oleh pihak lain.

Page 24: Diklat Hukum Perdata e

3. Beslaag Executoir (Sita Eksekusi), sita yang dilaksanakan untuk keperluan eksekusi suatu putusan Pengadilan yg telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Prof. Soedikno Mertokusumo, membedakan Sita jaminan atas :

1). Sita jaminan atas barang miliknya sendiri (pemohon) yg dibedakan atas :

a). Sita Revindicator.

b). Sita Maritaal.

2). Sita jaminan thd barang milik debitur, yg dibedakan pula atas :

a). Sita conservatuir atas brg bergerak milik milik debitur (Psl 227 jo HIR 197 HIR, 208 RBg).

Tujuannya agar barang sbg jaminan tdk dipindah tangankan. Brg bergerak yg telah disita utk perkara lain, maka tdk usah disita lagi krn secara2 diam-diam telah dilakukan penyitaan, atau disita saja barang yg lain (Psl 202 HIR/RBg 220). Bila penjualan brg jaminan tdk mencukupi hutang maka boleh ditambah dgn barang kepunyaannya yg lain (Psl 201 HIR/RBG 219). Bila ada 2 permohonan utk brg yg akan disita maka dibuat sita rangkap, dengan membuat satu BA-nya (psl204 HIR/RBg.222)

Page 25: Diklat Hukum Perdata e

b). Sita Conservatur atas barang tetap milik Debitur (psl 198, 199, 227 HIR/RBg 261, 208, 214).

sita ini harus diberitahukan kepada kepala desa dan batas-batasnya ditentukan oleh pamong desa dan salinan penyitaan dikirim kepada kantor pencatatan pendaftaran pertanahan (Psl . 30 PP10/1961 jo Psl 198 ayat (1) HIR/RBg 213 ayat (1).

Terhitung hari Berita Acara penyitaan maka dilarang untuk memindahkan barang tersebut dan tdk boleh disewakan (Psl 199 HIR/RBg 214).

Penyitaan termasuk juga tanam-tanaman diatasnya, dlm penyitaan ini tdk terdapat sita rangkap (Psl 515 Rv).

c). Sita Conservatoir thd barang bergerak yg ada pada pihak ketiga (Psl 728 Rv, 197a 8 HIR/RBg 211).

brg yg ada pada pihak ketiga kepunyaan debitur dilakukan penyitaan atas dasar akta autentik dan akta dibawah tangan dan dibolehkan sita rangkap (Psl 747 Rv). Surat berharga yg ada pada pihak ketiga boleh disita, namun thd Hewan/benda yg dipergunakan sbg mata pencarian tdk boleh disita.

Page 26: Diklat Hukum Perdata e

d). Sita conservatur thd Kriditur (Psl 750a Rv).

Ada kemungkinan bahwa debitur ada berpiutang kepada kriditur. Jadi ada hubungan timbal bail, maka hutang ini bisa dikonpensasikan.

e). Sita Gadai (Psl 751, 756 Rv).

Hanya dapat diajukan berdasarkan tuntutan yg disebut dlm Psl 1139 sub 2 BW dan dijalankan atas benda-benda tersebut dlm Psl 1140 BW.

f). Sita Conservatur atas barang2 debetur yg tdk mempunyai tmpat tinggal yg dikenal di Indonesia atau org asing bukan penduduk Indonesia. Ratio Sita ini disebut : SAISIE FORAINE IULAH”; untk melindungi penduduk Indonesia thd org asing diberlakukan acara perdata di PN Indonesia.

g). Sita Conservatur atas pesawat terbang (Psl 763h, 763k Rv).

pd azasnya sita dapat dilaksanakan atas semua benda bergerak (Ps 1131 BW) dan pengecualiannya adalah hak perorangan (Psl 823, 827 BW). Sdgkan yg dibebaskan penyitaan adalah hak utk mendapatkan ganti rugi dlm hubungan perburuhan (Psl 451, 452, 479 Rv).

Page 27: Diklat Hukum Perdata e

C. PEMERIKSAAN PERKARA PERSIDANGAN.

1. Pemanggilan Para Pihak.

2. Kewajiban Hakim Untuk mendamaikan para pihak.

3. Gugatan dibacakan

4.Jawaban tergugat

5. Replik, Duplik

6. Hal beban pembuktian, alat bukti, kekuatan hukum alat bukti.

Ad1. Pemanggilan Para Pihak (PERSONA STANDING IN JUDICIO).

Gugatan Gugur.

Psl (149 RBG/124 HIR), bila pada hari yg telah ditentukan penggugat tdk hadir dan tdk pula menyuruh orla utk hadir sebagai wakilnya pdahal ia telah dipanggil secara patut maka gugatannya dinyatakan gugur dan ia dihukum membayar biaya perkara, tapi dia berhak mengajukan gugatan sekali lagi, setelah 1a lebih dulu membayar biaya tersebut.

Page 28: Diklat Hukum Perdata e

Psl 149 RBg / 125 HIR.

1.Apabila pd hari yg telah ditentukan, tergugat tdk hadir dan tdk pula menyuruh orla utk hadir sbg wakilnya, pdhl ia telah dipanggil secara patut maka gugatan itu diterima dgn putusan tdk hadir (verstek) kecuali kalau ternayata bagi PN gugatan tsb melawan hukum.

2.Kalau tergugat menyatakan Pengadilan itu tdk berwenang mengadili perkara itu dan ia tdk hadir dlm persidangan maka Pengadilan wajib memberikan putusan tangkisan itu tdk dibenarkan maka baru akan memutus perkara pokok.

3.Jika gugatan diterima maka atas perintah ketua diberitaqhukan putusan itu kepada pihak yg dikalahkan serta diterangkan kepadanya bahwa ia berhak mengajukan perlawan dlm 14 setelah pemberitahuan.

Psl 150 RBg/126 HIR.

Sbl menyatakan putusan pengdilan dpt memerintahkan supaya pihak yg tdk hadir dipanggil sekali lagi supaya hadir pada hari sidang yg lain.

Putusan Verstek

Page 29: Diklat Hukum Perdata e

Putusan verstek dijalankan setelah 14 dipemberitahuan (152 RBG/128 HIR). Kalau sangat perlu dpt dijalankan seblm tempo diatas atas permintaan penggugat lisan/tulisan.

Perlawan thd putusan vesrstek (Verzet) Psl 153 RBg / 129 HIR.

1.Tergugat dng putusan verstek yg telah dikalahkan dpt mengajukan perlawanan thd putusan itu.

2.Perlawanan itu diterima dlm waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan.jika putusan tdk diberitahukan kepada tergugat sendiri maka perlawanan masih dapat diterima 8 hari setelah peneguran (krn tergugat tdk mau menjalankan putusan).

3.Perlawanan diajukan sama dengan gugatan perkara perdata.

4.Kalau perlawanan diajukan maka ditundalah menjalankan putusan verzet kecuali tlh diperintahkan bhwa putusan itu dpt dijalankan walapun ada perlawanan.

5.Jika telah dijatuhkan putusan verstek utk yg kedua kalinya maka perlawanan yg diajukan tergugat tdk dpt diterima.

Page 30: Diklat Hukum Perdata e

Ad2. Kewajiban Hakim Untuk Mendamaikan Para Pihak.

Kalau pada hari sidang yg telah ditetapkan kedua belah pihak hadir maka hakim harus berusaha mendamaikan mereka (Psl 130 HIR/154 RBg).

Untuk keperluan perdamaian itu sidang lalu diundur untuk memberikan kesempatan mengadakan perdamaian. Pada hari sidang berikutnya apabila mereka berhasil mengadakan perdamaian disampaikan kpd hakim dipersidangkan hasil perdamainnya, yg lazim dibuat Surat Perjanjian dibawah tangan diatas kertas bermatrai. Selanjutnya hakim akan dibuatkan Akta Perdamaian yg isinya kedua belah pihak dihukum untuk memenuhi isi perdamaian. Dan putusan perdamaian itu sama dengan putusan biasa dan untuk ini tdk ada upaya hukum.

Ad3.Gugatan dibacakan.

Psl 155 RBG/13 HIR : Jika kedua belah pihak tdk dpt didamaikan maka surat gugatan dibacakan, jika salah satu pihak tdk mengerti dgn bahasa yg dipakai maka Ketua Pengadilan negeri menunjuk juru bahasa yg bisa dimengerti oleh para pihak.

Page 31: Diklat Hukum Perdata e

.

.

Ad4. Jawaban Tergugat yaitu Dapat berupa :1. Pengakuan, membenarkan isi gugatan baik sebagian /seluruh. Berbeda

dengan Referte tidak membantah juga tidak membenarkan.2. Bantahan (Verwer) dibagi 2:

a. Exceptif Verwer; bantahan tidak langsung terhadap pokok perkarab. Verwer ten principle; sanggahan yang berhubungan pokok perkara.

Ad5. Ekseptie dan Ten Principle, Replik dan Duplik.Ekseptie ( Psl 162 RBg/136 HIR ) yaitu sanggahan atau bantahan tergugat terhadap hal diluar pokok perkara

Menurut Hukum acara Perdata Ekseptie dapat dibagi 3:

1) Ekseptie tolak ( Deklinatoir Ekseptie, Declinatori Exeption ) yaitu Ekseptie yang bersifat menolak supaya pemeriksaan perkara jangan diteruskan termasuk Ekseptie ini: Ekseptie tidak berwenang memeriksa gugatan, Ekseptie batalnya gugatan, Ekseptie perkara telah pernah diputus, Ekseptie penggugat tidak berhak mengajukan gugatan, Ekseptie tidak mungkin naik Banding.

Page 32: Diklat Hukum Perdata e

2). Eksepsi Tunda (Dilatoir Exeptie, Dilatori Exeption),

Yaitu Ekseptie yang bersifat menunda diteruskannya perkara termasuk jenis ini adalah: Ekseptie adanya penundaan bayaran dari penggugat sehingga tuntutan tidak dapat dikabulkan.

3). Eksepsi Halang ( Peremtoir ekseptie, Peremtory exception)Yaitu eksepsi yang bersifat menghalangi dikabulkannya gugatan, tetapi seolah mendekati pokok perkara termasuk eksepsi ini yaitu tentang lampau waktu, eksepsi tentang penghapusan utang.

Pendapat Bapak Ismed ada 5 jenis eksepsi yaitu :1. Ekseptie OnbevuogHeid Vande Rechter bahwa suatu tangkisan pengadilan tidak

berwenang.2. Ekseptie Obscoruum Libellum/Osscuur Libel yaitu bahwa gugatan penggugat adalah

kabur.3. Ekseptio Non Ademplenti Conkraktus, dlm Wan Prestasi kelalaian tdk hanya

disebabkan debitur tetapi juga atas kelalaian kriditur, maka Debitur dapat mengajukan Eksepsi.

4. Exeptio Flurium Utis Consortum.suatu esepsi yg mengatakan bahwa tdk semua tergugat dipanggil dipersidangan.,

1

Page 33: Diklat Hukum Perdata e

5). Exeptio Ree Judikate,esepsi yg menyatakan dlm Perdata ini sudah mempunyai kekuatan hukum pasti , maka perkara itu tdk dapat diajukan lagi.

TEN PRINCIPLE (VERWER TEN PRINCIPLE)Adalah : sanggahan atau bantahan yang berhubungan dengan pokok

perkara.

Ada 3 pendapat tentang jawaban tergugat :1. Jawaban tergugat harus diberikan sekaligus dng akibat gugurnya

jawaban/ sangkalan apabila tdk diajukan seklaigus (EVANTUAK MAXIME).

2. Jawaban diberikan dgn kelompok2, prinsip ini menghambat jalannya persidangan/pemeriksaan.

3. Demi kepentingan kedua belah pihak yg berpekara, maka sepanjang pemeriksaan boleh diajukan jawab-jawaban, akan tetapi hakim dapat mengesampingkan demi lancarnya jalan persidngan/pemeriksaan.

Page 34: Diklat Hukum Perdata e

Relik : jawaban penggugat thd jawaban tergugat.

Duplik : Jawaban tergugat terhadap replik.

Ad.6. Hal, beban pembuktian (bewijs Last), Alat bukti Bewisj Meddle) dan Kekuatan hukum alat bukti (Bewisj Kracht).

Pembuktian.

Yg hrs diketahui oleh hakim adalah : peristiwa apa yg menjadi pokok perkara atau apa yg sesungguhnya dinyatakan para pihak.

Yg dimaksud dengan membuktikan :

a. Dalam arti Logis, memberikan kepastian yg bersifat mutlak.

b. Dalam arti Konvensionil, memberikan kepastian nisbi atau relatif yg sifatnya didasarkan atas pertimbangan akal dan perasaan belaka.

c. Dlm arti hukum acara perdata, arti yuridis memberikan alasan2 yg cukup kepada hakim yg memeriksa perkara ybs guna memberikan kepastian ttg peristiwa yg diajukan.

Page 35: Diklat Hukum Perdata e

Tujuan pembuktian : untuk memberikan kepastian kepada hakim ttg peristiwa-peristiwa tertentu.

Apa yg harus dibuktikan :

Peristiwa tsb harus dibuktikan kebenarannya dan relevan dgn gugatan.

Siapa yg harus membuktikan: Penggugat harus membuktikan gugatannya dan tergugat harus membuktikan bantahannya.

Teori Pembuktian oleh Hakim ada 3, macam :

1.Teori pembuktian bebas, penilaian pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada hakim.

2.Teori Pembuktian Negatif, adanya ketentuan yg mengikat hakim berupata batasan/larangan utk melkaukan sesuatu yg berhubungan dgn pembuktian.

3.Teori pembuktian Positif, disamping adanya larangan teori ini menghendaki adanya perintah kepada hakim utk melakukan sesuatu yg berhubungan dengan pembuktian.

Page 36: Diklat Hukum Perdata e

Beban pembuktian (psl 163 HIR/283 RBg dan 1865 BW).

Hakimlah yg berhak membebankan pembuktian kepada para pihak, bila beban pembuktian dibebankan kepada kedua belah pihak, maka penggugat harus membuktikan gugatannya dan tergugat harus membuktikan bantahannya. Pihak yg tdk dapat membuktikan harus dikalhkan.

Menurut Psl 533 BW :

Org yg menguasai barang tdk perlu membuktikan etiket baiknya, siapa yg mengemukan etiket buruk harus membuktikan.

TEORI TTG PEMBEBANAN PEMBUKTIAN, yg menjadi pedoman bagi Hakim :

1. Teori yg bersifat menguatkan belaka.

yaitu siapa yg mengemukakan sesuatu harus membuktikannya.

3. Teori Hukum subjektif.

proses perdata bertujuan untuk mempertahankan hukum Subjektif dan siapa yg mengaku mempunyai hak hrs membuktikannya.

Alat-alat bukti.

Kekuatan hukum pembuktian.

Page 37: Diklat Hukum Perdata e

3. Teori Hukum Objektif, mengajukan tuntutan hak berarti penggugat meminta kepada hakim utk menetapkan ketentuan-ketentuan yg objektif thd peristiwa yg diajukan.

4. Teori Hukum Publik, mencari kenaran peristiwa didlm peradilan merupakan kepentingan publik, oleh karena itu hakim hrs diberi wewenang yg lebih besar utk mencari kebenaran.

5. Teori Hukum Acara, hakim harus memberikan beban pembuktian berdasarkan kesamaan kedudukan para pihak.

Alat-alat Bukti

Dlm hukum perdata, hakim terikat pd alat bukti yg sah, yg berarti hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan alat2 bukti yg ditentukan oleh UU.

Macam-macam alat bukti :

1. Alat Bukti tertulis. (138, 165, 167 HIR, 164, 285, 305 RBg, 1866 BW.

Alat bukti tertulis atau surat : segala sesuatu yg memuat tanda-tanda bacaan yg dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah fikiran seseorang dan dipergunakan sbg pembuktian.

Page 38: Diklat Hukum Perdata e

Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi 2 yaitu :

1. Surat yg merupakan akta.

2. Surat yg bukan merupakan akta.

Akta : surat yg diberi tanda tangan yg memuat peristiwa yg menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yg dibuat sejak semula utk pembuktian.

Selanjutnya akta dibagi menjadi :

1. Akta autentik; akta yg dibuat oleh pejabat yg diberi wewenang untuk itu. Pejabat yg dimaksud dlm akta autentik tsb antara lain : Notaris, Panitera, Jurusita, Pegawai Pencatat Sipil, Hakim dsb.

2. Akta dibawah tangan;Akta yg sengaja dibuat dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat. (Stb. 1867-29 utk jawa dan madura, Pasal 286 s/d 305 RBG untuk luar Jawa dan Madura.

Fungsi Akta :

Mempunyai fungsi formil, yg berarti bhw untuk lengkap/sempurnnya suatu perbuatan hukum. Disamping fungsi formil juga mempunyai fungsi sbg alat bukti.

Page 39: Diklat Hukum Perdata e

Kekuatan Pembuktian Akta

Kekuatan pembuktian dari akta dibedakan :

1. Kekuatan pembuktian lahir, kekuatan pembuktian yd didasarkan keadaan lahirnya.

2. Kekuatan Pembuktian Formil, kekuatan pembuktian yg didasarkan benar tidaknya ada pernyataan oleh yg bertanda tangan dibawah itu.

3. Kekuatan Pembuktian Materil, memberi kepastian ttg materi suatu akta atau memberi kepastian ttg peristiwa bahwa pejabat atau pihak yg menyatakan dan melakukan spt yg dimuat dalam akta.

Kekuatan pembuktian akta autentik

1. Kekuatan pembuktian lahir, suatu akta yg lahirnya sudah tampak autentik shg dapat dianggap sbg akta autentik sampai terbukti.

2. Kekutan pembuktian Formil, membuktikan kebenaran dari keterangan pejabat ttg apa yg sebenarnya dilakukan dan dilihat nya.

3. Kekuatan pembuktian Materil, membuktikan kebenaran apa yg dilihat dan dilakukan pejabat bila pejabat mendengar keterangn ybs, maka pasti bahwa ybs memberikan keterangan demikian, lepas dr kebenaran isi ket tsb.

Page 40: Diklat Hukum Perdata e

Kekuatan Pembuktian Akta dibawah tangan :

1. Kekuatan pembuktian lahir, tdk mempunyai kekuatan lahir karena bila tanda tangan dlm akta tsb disangkal oleh salah satu pihak maka akta tersebut akan diperiksa. Jadi dia punya kekuatan pembuktian lahir sepanjang diakui oleh para pihak yg membuat/menandatangi akta tsb.

2. Kekuatan pembuktian formil, bila tanda tangan diakui oleh ybs maka kekuatan pembuktiannya sama dgn pembuktian formil akta autentik.

3. Kekuatan pembuktian materil, bila akta ini diakui oleh para pihak yg menandatangani maka isi akta tersebut berlaku thd yg membuatnya.

2. Alat Bukti Saksi (Psl 139-152, 168-172 HIR, Psl 165-179 RBg, 1895 dan 1902-1912 BW).

Kesaksian : kepastiannyg diberikan hakim dlm persidangan ttg peristiwa yg disengketakan dgn jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh org yg bukan salah satu pihak dlm perkara yg dipanggil dlm persidangan.

Saksi : Kesaksian yg diberikan dimuka persidangan utk memberikan tambahan keterangan utk menjelaskan peristiwanya.

Page 41: Diklat Hukum Perdata e

Saksi ahli : seorang ahli utk menilai suatu peristiwa utk membantu hakim.

Yg dpt didengar sbg saksi adalah pihak ketiga bukan salah satu pihak yg berperkara (Psl 139 HIR ayat (1), 165 ayat (1) RBg).

Pihak-pihak yg tdk dapat didengar jadi saksi :

a.Keluarga sedarah dan kelurga semenda menurut keturunan yg lurus dari salah satu pihak (Psl 145-1 sub 1 HIR, 172 ayat (1) sub 1 RBg, 1910 alinia 1 BW).

b.Suami istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai (Psl 145-1 Sub 2 HIR, 172-1 sub 3 RBg, 1910 Alinia 1 BW).

c.Mereka yg tdk ampu secara Nisbi (relatif), mereka ini adalah :

1). Anak yg belum berumur 15 th (Psl 145-1 sub 3 jo ayat 4 HIR, 172-1 sub 4 jo 173 RBg).

2). Org gila (Psl 145-1 sub 4 HIR, 172 ayat (1) sub 5 RBg 1912 BW.

Kedua org ini penjelasannya hanya dianggap keterangan belaka tidak perlu disumpah (Psl 145-4 HIR, 173 RBg)

Page 42: Diklat Hukum Perdata e

Mereka yg dapat mengundurkan diri sebagai saksi :

a. Saudara laki-laki dan perempuan serta ipar laki-laki dan perempuan dari salah satu pihak.

b. Keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus dan saudara laki-laki dan perempuan dari pada suami atau istri salah satu pihak.

c. Semua org yg krn martabat, jabatan atau hubungan kerja yg sah diwajibkan mempunyai rahasia (dokter, advokat, notris dan polisi).

d. Kewajiban Seorang Saksi

e. a. Untuk menghadap (Psl 140 dan 141 HIR, 166, 167 RBg).Saksi yg tdk hadir setelah dipanggil beberapa kali, maka hakim dpt memerintahkan kepada polisi utk dibawa ke PN (Psl 141/167 RBg).

Bila saksi berada diluar hukum tdk wajib datang, tapi wajib memberikan kesaksian pada PN setempat. (143 HIR/170 RBg).

b.Kewajiban Untuk bersumpah

Saksi harus disumpah menurut agamanya masing-masing (147 HIR, 175 RBg).

Sebagai pengganti sumpah seorang saksi dapat mengucapkan janji apabila agama melarangnya untuk mengucapkan sumpah.

f.

Page 43: Diklat Hukum Perdata e

Apabila saksi melkaukan sumpah palsu ia dikenakan pidana (Psl 242 KUHP).

c)Kewajiban untuk memberikan Keterangan.

Kewajiban saksi setelah disumpah enggan memberi keterangan maka atas permintaan dan biaya pihak ybs (penggugat) hakim dpt memerintahkan menyandera saksi.

Kekuatan alat bukti saksi (psl 172 HIR, Psl 309 RBg, 1908 BW):

Hakim tdk wajib dan tdk dipaksa untuk mempercayai saksi. Dengan demikian kesaksian sebagai alat bukti, berlainan dgn alat bukti tertulis tdk bersifat memaksa.

3. Bukti Persangkaan (psl 164 HIR, 284 RBg, 1866 BW).

pembuktian secara yuridis persangkaan yg meyakinkan merupakan pembuktian sementara.sedangkan pada hakikatnya persangkaan adalah pembuktian yg bersifat lansung.

Page 44: Diklat Hukum Perdata e

Menurut Ilmu pengetahuan persangkaan bukti yg tdk lansung (Psl 1915 BW) dan dpt dibedakan sbb:

1.Persangkaan berdasarkan kenyataan (Presumtion Takn).

Hakim dpt memutuskan atau menganggap peristiwa A terbukti dgn terbuktinya Peristiwa B. Kekuatan pembuktiannya diserahkan kpd “Pertimbangan Hakim”.

2.Persangkaan berdasarkan hukum / UU(Prasumtion Puris).

UU lah yg mengatur peristiwa yg diajukan dan hrs dibuktikan dgn peristiwa yg tdk diajukan. Kekuatan pembuktiannya bersifat “memaksa” Persangkaan ini dpt dibagi lagi :

a.Praisumtion juris tantum, persangkaan berdasarkan hkm yg memungkinkan adanya pembuktian lawan.

b. Praesumtiones juris et de jure yaitu persangkaan berdasarkan hkm yg tdk memungkinkan pembuktian lawan,

Psl 1915 BW : persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yg oleh UU atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yg terang nyata kearah peristiwa lain yg belum terang kenyataannya.

Page 45: Diklat Hukum Perdata e

4. Bukti Pengakuan (BEKENTENIS, CONVENTION), Psl 174-176 HIR, Psl 311-313 RBg.

Pengakuan : keterangan sepihak baik tertulis, maupun lisan dlm perkara persidangan yg membenarkan baik seluruh maupun sebagian dari suatu peristiwa, hak atau hubungan hkm yg diajukan oleh lawannya, sehingga tdk perlu lagi pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim. Pengakuan merupakan persetujuan sepihak krn tdk memerlukan persetujuan dari pihak lawan.

Pembagian Pengakuan:

1. Pengakuan dimuka hakim /pengakuan yg tdk boleh dipisah-pisahkan (ONSPLIKTSBARE AVEU).

Tiap pengakuan hrs diterima keseluruhan dan hakim tdk bebas utk menerima sebahagian dan menolak selebihnya, sehingga merugikan yg memberi pengakuan. Kekuatan pembuktiannya sempurna dan bersifat mengikat.

pengakuan dimuka hakim terbagi, 3 :

a. Pegakuan murni, pengakuan yg sesuai dgn tuntutan lawan.

b. Pengakuan dgn kwalifikasi, pengakuan disertai dgn sangkalan thd sebagian tuntutan.

Page 46: Diklat Hukum Perdata e

c. Pengakuan dgn klasula (geclausuleerd, aveukompleke), pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg bersifat membebaskan.

2. Pengakuan diluar persidangan (Psl 175 HIR, 312 RBg, 1927-1928 BW);

yaitu keterangan yg diberikan oleh salah satu pihak dalam suatu perkara perdata diluar persidangan untuk membenarkan pernyataan yg diberikan lawannya.

Kekuatan Pembuktiannya: diserahkan kepada pertimbangan hakim (psl 1928 BW), pengakuan diluar persidangan hrs dibuktikan didalam persidangan, dan pengakuan ini dpt dicabut kembal

5. Bukti Sumpah.

adalah suatu pernyataan yg hikmat yg diucapkan pd waktu perjanjian atau keterangan dgn mengingat akan sifat mahakuasa dari tuhan dan siapa yg memberikan keterangan tdk benar akan ada sanksinya.

Pembagian sumpah :

1.)Sumpah promissoir yaitu: sumpah berjanji melakukan/tdk melakukan sesuatu (contoh:sumpah saksi/saksi ahli sblm memberikan keterangan).

Page 47: Diklat Hukum Perdata e

2). Sumpah Assertoie atau Confirmatoir, yaitu : sumpah yg berguna untuk meneguhkan keterangan itu adalah benar, termasuk sumpah ini adalah sumpah sbg alat bukti.

Alat bukti sumpah diatur dlm Psl 155, 158, 157 HIR/RBg 182, 185, 314) dan Pasal 1920-1945 BW).

Dalam HIR ada 3 macam Sumpah :

a). Sumpah Desisoir, (Psl 155HIR, 182 RBg, 1940 BW)

sumpah yg dibebankan atas permintaan salah satu pihak kepada lawan(Psl 155 HIR, 182 RBg, 1940 BW). Org yg menyuruh sumpah dis: Deferen, org yg harus bersumpah dis: Delaat. Sumpah ini dpt siuruhkan kepada sipa saja yg menjadi pihak dlm perkara (psl 157 HIR, 184 RBg, 1930BW). Yg membuktikann sumpah adalah hak jaksa (Psl 242 KUHP), sumpah dapat dilakukan dlm persidangan atau diluar persidangan spt : dimesjid, gereja, dll).

b). Sumpah Penaksir (Psl 155 HIR/RBg 182, 1940 BW)

sumpah yg diperintahkan oleh hakim kepada penggugat untk menentukan ganti kerugian, sumpah ini baru dibebankan kepd penggugat apabila penggugat sudah dpt membuktikan haknya atas ganti rugi, dan jmlhnya belum pasti maka dilakukan sumpah penaksir.

Page 48: Diklat Hukum Perdata e

c). Sumpah Supletoir (Psl 155 HIR, 182 RBg, 1940 BW).

Yaitu sumpah yg diminta oleh hakim kepada salah satu pihak sebagai putusan. hakim berwenang untuk meminta salah satu pihak melakukan sumpah ini bila hanya didukung oleh bukti.

Putusan MA tgl 18 April 1956 dn 3 Jnauari 1924 dlm putusan HIR menyatakan “ tidak diisyaratkan sebagai hal dlm penyumpahan pemutus hrs berkenaan dgn perbuatan hukum”.

KETERANGAN AHLI : (Expertise).

Dasar Psl 154 HIR/181 RBg, 215 Rv. Apabila pengadilan berpendapat supaya perkaranya dibantu dgn saksi ahli, maka saksi ahli dpt dimintakan oleh hakim dan diangkat oleh hakim sebagai wewenanganya atau diminta oleh salah satu pihak selama dlm sidang berlansung.

Org yg ditunjuk oleh hakim sbg saksi ahli tdk wajib menerimanya, dan pihak2 dpt meminta saksi lain sbg penggantinya (Psl 222Rv). Laporan saksi ahli dpt secara lisan /tertulis, yg sblmnya harus diawali dgn sumpah. Bila diberikan sumpah palu maka dituntut ganti ruginya (225 Rv).

Page 49: Diklat Hukum Perdata e

PERBEDAAN SAKSI DGN SAKSI AHLI

No.

SAKSI SAKSI AHLI

1. Kedudukan Saksi tdk dpt digantikan orla. Dpt digantikan dgn orng lain

2. Satu saksi tdk cukup utk didengar dlm satuperistiwa

Satu ahli cukup utk di dngr dalam satu peristiwa.

3. Tdk punya keahlian tertentu Punya keahlian dlm bid. tertentu

4. Memberikan ketrngan yg dialaminya. Memberikan pendapat/kesimpulan dr suatu peristiwa.

5. Ket saksi, baik lisan atau tertulis menjadi alat bukti tertulis.

Ket. Ahli tertulis tdk termasuk alat bukti tertulis.

6. Hakim terikat utk mendegrkan ket saksi yg relevan.

Hakim bebas utk mendgrkan atu tidak ket. Ahli.

Page 50: Diklat Hukum Perdata e

D. PEMERIKSAAN SETEMPAT (Descente)

Yaitu: Pemeriksaan yg dilakukan diluar sidang yg gunanya utk membuktikan secara nyata oleh hakim, yg lansung dipimpin oleh Hakim Ketua. Pemeriksaan hrs dilakukan dlm wilayah hukum setempat klu pemeriksaan diluar daerah hukum maka pemeriksaan harus dilimpahkan (pendelegasian), Psl 90 RO, 213 Rv.

Untuk pemeriksaan barang tdk bergerak, hakim tdk boleh percaya dan tdk percaya dng kesaksian saksi atau surat, maka hruslah dipindhakan pemeriksaan ditempat brg tdk bergerak tersebut (Ps 90 RO).

E. PUTUSAN

Yaitu : suatu pernyataan yg oleh Hakim, sbg pejabat negara yg diberi wewenang utk itu diucapkan dipersidangan dan bertujuan utk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara pihak.

Thd putusan hakim yg salah dalm melaksanakan tugas peradilan tdk dapat dituntut. (SEMA 9/1976, Pasal 1365 tdk dapat diterapkan kepada Hakim)

Page 51: Diklat Hukum Perdata e

DASAR HUKUM PUTUSAN

A. Putusan Akhir .

(Psl 190 RBg/179 HIR) :

1. Setelah putusan dibuat kedua belah pihak dipanggil dan putusan dibacakan oleh Ketua dihadapan umum.

2. Jika kedua atau salah satu pihak tdk hadir ketika putusan diumumkan maka atas perintah Ketua isi putusan diberitahukan kepadanya oleh pegawai yg ditugaskan utk itu.

Psl 30 R.O, berbunyi :

Semua putusan hrs memuat dasar-dasar yg dijadikan alasannya dan dlm putusan perkara pidana menyebutkan jenis tindakannya.

Psl 134 HIR, berbunyi :

Putusan Pengadilan hrs memuat suatu uraian yg singkat tapi jelas ttg tuntutan penggugat dan jawaban tergugat, beserta alasan2 yg menjadi dasar putusan dan akhirnya (amar/diktum) begitu pula ttg biaya perkara dan menyebutkan apakah para pihak hadir atau tdk pd waktu putusan diucapkan.

Page 52: Diklat Hukum Perdata e

Psl 18 UU Pokok Perkawainan : putusan diucapkan dlm sidang terbuka.

Pasal 187 ayat 1 HIR :

Putusan ditanda tangani oleh ketua sidang dan panitera. Bila ketua berhalangan maka ditanda-tangani oleh Anggota tertua.

Pasal 187 ayat 2 HIR :

Bila Panitera berhalangan maka hrs dicatat saja dlm BA.

B. Putusan Sela (Interlocutoir)

Putusan hakim ttg penggugat yg mengajukan permohonan agar pihak ketiga diikutsertakan dlm perkara yg akan diperiksa atau satu pihak ketiga mengajukan permohonan utk menggabungkan diri pd salah satu pihak yag berperkara (Intervensi ).

Psl 136 HIR : esepsi yg mengenai keputusan hakim hrs diputus terlebih dahulu (sebelum pemeriksaan pokok perkara diteruskan)

Psl 135 HIR : putusan sela harus diucapkan sebagaimana halnya suatu putusan akhir dimuka sidang, namun tdk dibuat sendiri tetapi dicatat didalam BA.

Page 53: Diklat Hukum Perdata e

SUSUNAN DAN ISI PUTUSAN :1. Kepala Putusan.

Setiap putusan pengadilan hrs mempunyai kepala pd bagian atas putusan yg berbunyi : “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan yg Maha Esa (Psl 435 RV).

Kepala putusan memberikan kekuatan eksekutorial pada putusan. Apabila kepala putusan ini tdk dibubuhkan pada suatu putusan Pengadilan, maka hakim tdk dpt melaksanakan putusan tsb (psl 224 HIR/258 RBg).

2. Identitas Para Pihak

didalam putusan harus dimuat identitas para pihak: nama, umur, alamat dan kuasa hukumnya kalau ada.

3. Pertimbangan (Considerans), merupakan dasar dari putusan.

yaitu: alasan-alasan hakim sebgai pertanggungan jawab kepada masyarakat mengapa ia sampai mengambil keputusan demikian, sehingga putusan tsb bernilai objektif. Alasan dan dasar dari pd putusan harus dlm pertimbangan putusan (Psl 184 HIR/195 RBg, Psl 23 UU No. 14/1970).

Page 54: Diklat Hukum Perdata e

Pertimbangan dlm putusan perdata terbagi 2 :1). Pertimbangan ttg duduk perkara

2). Pertimbangan ttg hukumnya.

4. Amar Putusan

Jawaban/tanggapan terhadap petitum (tuntutan) penggugat, Disebut Diktum atau Amar putusan .Hakim wajib mengadili semua petitum dan dilarang menjatuhkan putusan lebih dari yg dituntut (Psl 173 ayat 2 dan 3 HIR, 139 ayat 2 dan 3 RBg).

Amar/diktum suatu putusan dpt dibagi 2 :

a. Deklaratif, yaitu berupa penetapan dari hubungan hukum yg menjadi sengketa.

b. Dispositif, yaitu amar yg sifatnya memberikan hukuman, sehingga bentuk putusannya mengabulkan atau menolak gugatan.

Setiap putusan pengadilan hrs ditandatangani oleh Ketua, hakim Anggota dan Panitera (Psl 134 ayat 3 HIR/195 ayat 3 RBg, Psl 23 UU No. 14/1970).

Page 55: Diklat Hukum Perdata e

Klu kt. Sidang tdk dpt menandatangani, maka dilakukan oleh hakim yg ikut memeriksa yg pangkatnya setingkat dibawah Ketua (psl 187 ayat 1 HIR/Psl 193 ayat 1 RBg), sedangkan klu Panitera yg berhalangan utk menandatangani putusan, hal ini harus dinyatakan dgn tegas dlm BA.

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN

1.Kekuatan hukum mengikat, putusan hakim mempuntai kekuatan mengikat kedua belah pihak (psl 1917 BW). Untuk itu putusan dibuat berupa akta otentik untuk menetapkan hak paksa thd pelaksanaan suatu putusan.

terikatnya para pihak kepada putusan menimbulkan, 3 teori yaitu:

a. Teori hkm materil, putusan dpt menimbulkan atau meniadakan hubungan hukum, jd putusan merupakan sumber hukum materil.

b. Teori hkm acara, yaitu diciptakannya atau hapusnya wewenang dan kewajiban prosesuil. Jadi putusan bukanlah sumber materil melainkan sumber dari pada wewenang prosessuil.

c. Teori Hukum Pembuktian, pembuktian lawan thd isi putusan yg telah mempunyai kekuatan hukum pasti tdk diperkenankan. Karena menurut teori ini putusan harus ada bukti ttg hal yg ditetapkan didlamnya.

Page 56: Diklat Hukum Perdata e

2. Kekuatan Eksekutorial

Putusan yg memuat “Demi Keadilan berdasarkan ketuhan yang maha esa”, maka mengandung kekuatan eksekutorial. Karena peradilan di Indonesia dilaksanakan “demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Psl 4 ayat 1 UU No. 14/1970).

3. Kekuatan Pembuktian dari Akta Otentik

Keputusan dituangkan dlm bentuk tertulis berupa akta otentik, dgn tujuan digunakan sbg alat bukti bagi kedua pihak, yg mgkin diperkukan untuk mengajukan banding, kasasi dan pelaksanaannya. Meskipin putusan tdk punya kekuatan mengikat kepada pihak ketiga tetapi mempunyai kekuatan pembuktian thd pihak ketiga. Kekuatan pembuktian putusan pada putusan perdata diserahkan kepada pertimbangan hakim.

Page 57: Diklat Hukum Perdata e

Isi putusan menurut Para ahli :

1).Menurut : Abdul Kadir :

a.Ringkasan tuntutan

b.Jawaban para pihak dlm pemeriksaan

c.Alasan-alasan dan dasar hukum

d.Tuntutan ttg pokok perkara

e.Banyaknya ongkos perkara

f.Hadir tdk hadirnya kedua belah pihak

g.Tandatangan hakim/panitera.

2) Menurut Sudikno :

a.Kepala putusan

b.Identitas para pihak

c.Ttg duduk perkara

d.Ttg hukum

e.Amar putusan

Page 58: Diklat Hukum Perdata e

JENIS-JENIS PUTUSAN :Menurut Psl 185 HIR putusan dpt dibedakan 2 macam :

1.Putusan Sela/Putusan antara/Tussen Vonis.

Putusan yg diadakan terlebih dahulu utnk memperlancar/mempermudah kelanjutan perkara seterusnya.

yang termasuk putusan sela :

a). Putusan Praeparatoir; putusan yg diambil untk memrpsiapkan dan mengatur pemeriksaan perkara. Putusan ini tdk mempengaruhi putusan akhir.

b). Putusan Interlacuroir; putusan yg pd pokoknya memerintahkan pembuktian, dpt mempengaruhi putusan akhir.

c). Putusan Provisionil; putusan yg ada hubungannya dgn pokok perkara, atas permintaan dan guna kepentingan salah satu pihak yg berperkara, sblm putusan akhir ditentukan.

d). Putusan Insidentil; putusan mengani hak yg pd hakikatnya tdk mempunyai hubungan erat dgn pokok perkara.

Page 59: Diklat Hukum Perdata e

2. Putusan Akhir (End Vonis)

Putusan yg mengakhiri sngketa atau perkara dlm suatu tingkatan tertentu, putusan tsb mempunyai sifat :

1).Menciptakan (Constitutif); putusan yg menghapus suatu keadaan hukum dgn menciptakan suatu hukum baru.

2).Menerangkan (Declaratoir); semata-mata menetapkan sesuatu keadaan hukum yg menerangkan apa yg sah.

3).Menghukum (Comdemnatoir); putusan yg menjatuhkan paksaan thd pihak yg dikalahkan utk memenuhi prestasi.

3. Putusan Contradicatoir, putusan yg diambil dlm hal tergugat tdk pernah dtg menghadap menghadap meskipun telah dipanggil dengan patut utk menghadap persidangan.

Page 60: Diklat Hukum Perdata e

Contoh-contoh putusan :

a.Putusan Constitutif :

Putusan perkawinan, pengangkatan wali, pernyataan pailit, pemberian pengampuan, putusan perjanjian (Psl 1266-1267 BW)

b. Putusan Declaratoir:

bhw anak yg menjadi sengketa adalah ank yg dilahirkan dari perkawinan yg sah.

c. Putusan Praeparatoir:

putusan utk menggabungkan dua perkara, atau menolak diundurnya pemeriksaan kasasi.

d. Putusan Interlocutoir:

pemeriksaan utk pemeriksaan saksi, atau pemeriksaan setempat

e. Putusan Insidentil:

Putusan yg membolehkan seseorang ikut serta dlm perkara (Vrijwaring, voeging atau Tussenkomt).

Page 61: Diklat Hukum Perdata e

F. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi).

a). Yg berwenang melaksanakan putusan.

Putusan yg bersifat menghukum (condemnatoir) memerlukan pelkasanaan, bila pihak yg kalah tdk mau melaksanakna putusan maka pihak yg menang dpt mengjukan permohonan baik secara lisan/tertulis kepada Hakim Ketua yng memutus perkara, maka Hakim Ketua akan memanggil pihak yg kalah utk melaksanakan putusan dlm 8 hari (psl 196 HIR/Psl 207 RBg).

Bila dlm 8 hari pihak yg kalah tdk datang ke PN, maka Ketua dpt memerintahkan utk menyita benda bergerak seharga putusan, bila tdk ada benda bergerak maka diambil benda bergerak (psl 197 ayat 1 HIR/Psl 208 RBg). Sita ini disebut “Sita Pelaksanaan”.

b). Pengertian Eksekusi.

Pelaksanaan putusan hakim atau eksekusi adalah realisasi dari kewajiban pihak ybs utk memenuhi prestasi yg tercantum dalam putusan yg bersifat Condemnatoir.

Page 62: Diklat Hukum Perdata e

Jenis-jenis pelaksanaan putusan (Eksekusi) adalah :

1.Eksekusi putusan yg menghukum pihak yg kalah utk membayar sejumlah uang, jd prestasi yg diwajibkan membayar sejumlah uang diatur dalam Psl 196 HIR/203 RBg.

2.Eksekusi putusan yng menghukum org utk melakukan suatu perbuatan (Psl 225 HIR/259 RBg. Org tdk dpt dipaksa memenuhi prestasi yg berupa perbuatan, namun pihak yg dimenangkan dpt minta kepd hakim agar kepentingan yg akan diperolehnya dinilai dengan uang.

3.Eksekusi Riil. Dlm penjualiatur dlm 1033 Rv, yaitu pelaksanaan putusan hakim untk mengosongkan benda tetap. Bila pihak yg kalah tdk mau mengosongkan benda tetap tsb maka hakim akan memerintahkan juru sita supaya minta bantuan panitera pengadilan, jika perlu meminta bantuan alat kekuasaan negara untuk mengosongkan benda tetap tsb. HIR hanya mengenal eksekusi Riil dalam penjualan lelang (Psl 200 ayat 11 HIR/psl 18 ayat 2 RBg).

Page 63: Diklat Hukum Perdata e

Hubungan Penyitaan dengan Eksekusi/pelaksanaan putusan.

Bila sebelum penjatuhan putusan telah dilaksanakan Sita jaminan, maka sita jaminan itu telah dinyatakan sah dan berharga menjadi Sita Eksekutorial. Dlm hukum acara perdata dikenal 2 macam sita Eksekutorial yaitu :

1). Sita Eksekutorial sebagai kelanjutan dari sita jaminan.

2). Sita Eksekutorial yg dilakukan sehubungan dgn eksekusi krn sebelumnya belum ada dilakukan Sita jaminan.

Benda-benda yg dapat disita.

Yg dpt disita secara eksekutorial terutama adalah barang bergerak milik pihak yg dikalahkan (psl 197 ayat 1 HIR/psl 209 RBg).

Brg bergerak yg ada ditangan orla dpt juga disita, tapi tdk boleh dijalankan atas hewan dan alat yg digunakan utk mata pencaharian (psl 197 ayat 3 HIR, 211 RBg).

Dlm psl 229 RBg dimungkinkan utk menyita piutang dari pihak yg dihukum yg dpt ditagih dari pihak ketiga.

Psl 231 KUHP, mengancam dgn pidana barang siapa yg menjauhkan atau menyembunyikan barang yg disita.

Page 64: Diklat Hukum Perdata e

Dalam penyitaan barang tetap maka BA penyitaan diberitahukan kepada lurah/walinagari utk diumumkan. Pemberitahuan ini bertujuan agar brg yg disita tdk diperjual belikan (psl 198 HIR/213 RBg).

Psl 30 PP 10/1961 mewajibkan Panitera PN utk mendaftarkan penyitaan atas tanah kepada Kantor pendaftaran Tanah.

Sejak berita acara penyitaan diumumkan, pihak yg terkena sita tdk boleh memindahkan, membebani dan menyewakan brg tetap tsb (psl 199 HIR/114 RBg).

Yang dapat dilaksanakan

Salinan putusan hakim yg dijatuhkan di Indonesia 9psl 435 Rv, 224 HIR, 258 RBg). Putusan Hakim Asing tdk dpt dilaksanakan di Indonesia (psl 436 Rv).

Putusan PA, dapat dilaksanakan setelah memperoleh Exequatur (dinyatakan dpt dijalankan) dari PN setempat (psl 2 ayat 4 S.1332 No. 152, Psl 3 ayat 4 S.1937 No. 638). Jd yg melaksanakan putusan bukanlah PA tetapi PN.

Putusan dari P4P dpt dimintakan pelaksanaannya kepada PN setempat setelah memperoleh exequatur dari PN ybs. Dan pelaksanaannya dilakukan oleh PN setempat (psl 10, 16 UU. 22/1957).

Page 65: Diklat Hukum Perdata e

Perlawanan thd Sita Eksekutorial.

Thd sita eksekutorial yg mengenai brg tetap mupun bergerak bagi pihak yg kalah dpt mengajukan perlawanan (psl 207HIR/225 Rbg). Perlawan dpt diajukan tertulis atau lisan kepada Ktua PN, namun tdk akan menghambat pelaksaan putusan kecuali ketua PN memerintahkan penangguhan pelaksanaan putusan dimaksud.

Psl 208HIR/223 Rbg : seorg yg mengaku sbg pemilik brg yg disita secara eksekutorial dpt mengajukan perlawanan thd sita eksekutorial ats brng tsb.

Dlam yurisprudensi : diartikan dlm lebih luas termasuk Hak Rente.

Instansi2 yg terkait dgn pelaksanaan putusan:

- Ketua PN, mengawasi jlnnya pelaksanaan putusan.

- Juru Sita, pelaksana eksekusi berdasarkan surat penetapan hakim

- Kantor lelang, melakukan pelelangan thd benda bergerak dan tdk bergerak.

- Koramil, bila pelaksanaan putusan thd pengosongan rumah.

- Kep desa/lurah/Wali Nagari, menunjukan tempat /batas-batas benda tdk bergerak (Tanah).

Page 66: Diklat Hukum Perdata e

G. UPAYA HUKUM

Yaitu : upaya yg dipakai oleh para pihak yg merasa dirugikan oleh Putusan Pengadilan, baik ditingkat PN, PT, MA.

Upaya Hukum dibedakan atas :

1.Upaya Hukum Biasa, terdiri dari :

a. Perlawan (verzet), yaitu upaya hukum thd putusan yg dijatuhkan secara verstek (putusan yg dijatuhkan sepihak, krn tergugat tdk hadir 3x berturut2 pdhl telah dipanggil secara resmi dan patut).

Tenggang waktu mengajukan verzet 14 hari setelah ia diberitahu bunyi putusan (psl 129 (2) HIR/153 (2). Bila tergugat mangjukan verzet maka pelaksanaan putusan tertunda kecuali , dlm putusan verstek “ dinyatakan dpt dilaksanakan terlebih dahulu”.

Bila verzet ditolak, maka tidak dapat lg diajukan untuk kedua kalinya, namun putusan hakim thd penolakan verzet dpt diajukan banding.

Page 67: Diklat Hukum Perdata e

b. Banding : upaya hukum yg dilakukan oleh salah satu pihak yg merasa dirugikan / menganggap putusan krg benar, kepada Pengandilan Tinggi.

PT (Pengadilan Tinggi) akan melakukan pemeriksaan ulang putusan PN, atas permohon pihak yg berkepentingan.

ttg hal banding diatur dlm UU No. 20/1947 utk Jawa dan Madura, utk luar jawa dan madura, psl 199 s/d 205 Rbg, berlaku pluralitas.

c. Kasasi (UU No. 13/1965).

kasasi berarti pembatalan putusan, yg merupakan salah satu tindakan MA, selaku Peradilan tertinggi yg melakukan pengawasan thd putusan2 pengadilan lain, tetapi bukan dilakukan pemeriksaan tingkat tiga, melainkan hanya masalah hukum dan penerapa hukumannya (formal nya).

Page 68: Diklat Hukum Perdata e

Cara mengajukan kasasi :

1.Kasasi hrs diajukan dlm tenggang waktu 3 minggu bagi mereka yg diam di Jawa dan Madura, 6 Minggu utk luar Jawa dan Madura. Yg dihitung sejak putusan diberitahukan kepd ybs (Psl 113 ayat (1) UU No. 1/19500. sewaktu mengajukan kasasi pemohon harus mengajukan alasan2 (memori kasasi) selambat2 lambatnya 2 minggu dan sekiranya tdk dilakukan, pemohon kasasi dianggap tdk ada (Psl 115 ayat 1 dan 2 UU No. 1/1950).

2.Permohonan dan memori Kasasi diajukan ke Panitera PN yg memutus perkara tsb pd tkt pertama.

3.Permohonan kasasi hrs disampaikan secara lisan atau tertulis oleh pemohon atau wakil yg diberi kuasa untuk itu ke Panitera PN atau kepada hakim yg memutus perkara tsb.

4.Pemohon kasasi yg diajukan secara lisan Panitera wajib menanyakan alasannya mengajukan kasasi secara lisan.

5.Sekiranya pemohon tdk dpt menulis alasan2 tsb maka Panitera PN harus mencatat dan dibuat sbg memori kasasi.

Page 69: Diklat Hukum Perdata e

Selanjutnya paling lambat 1 bulan sejak diajukan permohonan kasasi kpd Panitera, panitera hrs mengirimkan turunan surat putusan, surat penetapan, dan berkas perkara kepada MA (Psl 116 UU No. 1/1950).

Memori Kasasi harus dimasukan 14 hari setelah permohonan kasasi diajukan Psl 47 ayat (1) UU No. 1/1950.

Selanjutnya MA akan melakukan pemeriksaan tkt. kasasi, MA bersidang sekurang2nya 3 org Hakim, seorang bertindak sbg hakim ketua, yg lainya sbg hakim anggota dan dibantu oleh seorang panitera /panitera pengganti.

Setelah pemeriksaan kasasi selesai MA akan mengeluarkan penetapan putusannya yaitu antara lain :

a). Permohonan kasasi tdk dpt diterima.

Putusan ini dikelurkan dgn alasan :

* Tenggang waktu mengajukan kasasi telah lewat.

* Memori kasasi terlambat/tdk dimasukan.

* Pemohon kasasi blm menggunakan haknya yg lain (ex. Perlawan/verzet, banding)

Page 70: Diklat Hukum Perdata e

b. Permohonan kasasi ditolak.

Putusan ini dikeluarkan dengan alasan :

•Permohonan kasasi yg diajukanOleh pemohon kasasi thd putusan hakim yg lebih rendah semata2 mengenai kejadian atau peristiwa yg tdk termasuk wewenang hakim kasasi.

•Penarapan hukum yg diterapkan oleh Yudex Pacte sudah benar.

•Kasasi yg diajukan tdk ada sangkut pautnya dgn hukum yg menguasai pokok perkara.

2. Upaya Hukum Luar Biasa

A. Peninjauan Kembali (PK)

Keputusan MA adalah Final atau akhir dan lansung mempunyai kekuatan Eksekutorial, berbeda dengan Keptusan PN dan PT yg dapat dimudakan kembali oleh Upaya Hukum Biasa.

Putusan MA hanya dpt ditinjau dan diperiksa kembali dgn upaya hukum luar biasa, bila ada alasan utk itu.

Page 71: Diklat Hukum Perdata e

Dsr hukum Peninjauan Kembali :

Psl 21 UU No. 14/1970 jo Psl 31 UU No. 13/1965:

Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yg ditentukan dgn UU, thd putusan pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hkm yg tetap dpt dimintakan Tinjauan Kembali kepada MA dlm perkara perdata dan pidana oleh pihak2 yg berkepentingan.

Psl 31 UU No. 13/1985 ditentukan :

Terhadap PN yg telah mempunyai kekuatan hukum tetap dpt dimintakan PK kepada MA sesuai dgn ketentuan yg diatur UU.

Dari dua Psl tsb diatas dpt disimpulkan :

1). Putusan Pengadilan (semua jenis yg diatur UU, termasuk PN, PT) yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap dpt dilakukan Peninjauan kembali.

2). Peninjauan Kembali dpt dilakukan apabila ada alasan2 dan menurut prosedur yg diatur UU.

3). Peninjauan Kembali dpt dimintakan oleh yg berkepentingan (dlm perkara perdata penggugat atau tergugat) termasuk ahli waris mereka, ke MA.

Page 72: Diklat Hukum Perdata e

Menurut ketentuan psl 8 Rv dan juga juga jurisprudensi, hal-hal yg dpt dijadikan alasan utk melakukan Peninjauan Kembali dng Request Civil adalah :

1.Apabila ada penipuan dlm proses perkara dipengadilan.

2.Apabila ada kekeliruan atau kesalahan dlm pemeriksaan.

3.Apabila ada pemalsuan alat bukti yg dipergunakan.

4.Apabila da hal yg luarbisa yg tdk diketahui oleh hakim waktu ia memutus perkara itu.

Menurut PERMA No. 1/1982 memuat ketentuan bagaimana memohon PK :

•PK ditujukan ke MA melalui PN yg memutus perkara dahulu.

•MA adalah instansi pertama dan terakhir bagi PK.

•Ketentuan yg paling penting bahwa PK tdk menangguhkan pelaksanaan eksekusi.

Page 73: Diklat Hukum Perdata e

Perbedaan Request Civil Dengan Herzening adalah :

No. REQUEST CIVIL HERZENING

1. Apabila putusan didasrkan atas penipuan / tipu muslihat yg dilakukan oleh pihak lawan sewaktu beracara di Pengadilan, yg diketahui sesudah putusan dijatuhkan /apabila sumpah yg dibebankan pada pihak lawan kemudian dinyatakan palsu oleh hakim pidana kecuali sumpah yg bersifat (Deccesir eed).

Apabila putusan didsrkan pd suatu kebohongan/tipu muslihat dr pihak lawan yg diketahui setelah perkara diputuskan/ada ket dari saksi/surat-surat bukti yg kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.

2. Apabila dijatuhkan putusan thd hal-hal yg tdk dituntut.

Apabila setelah perkara diputus diketahui surat-surat bukti yg bersifat menetukan pada waktu perkara diperiksa tdk dpt ditemukan.

3. Apabila dikabulkan lebih dari yg dituntut Apabila dikabulkan suatu hal yg tdk dituntut atau lebih dari yg dituntut.

4. Apabila ada dari bahagian yg tdk dituntut. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa diperhatikan/dipertimbangkan sebabnya.

Page 74: Diklat Hukum Perdata e

No. REQUEST CIVIL HERZENING

5. Apabila diantara pihak-pihak yg sama atas dasar yg sama dan oleh hakim yg sama pula ditingkat terakhir dijatuhkan putusan yg bertentangan satu sama lain.

Apabila antara pihak-pihak yg sama mengani suatu hal yg sama oleh pengadilan yg sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yg saling bertentangan.

6. Apabila dalam putusan trdpt penetapan-penatapan yg bertentangan satu sama lain

Apabila dalam suatu putusan terdpt ketentuna2 yg bertentangan satu dengan yg lain.

7. Apabila putusan itu didasrkan atas surat setelah putusan tsb dijatuhkan dinyatakan atau diakui sebagai palsu.

8. Apabila sesudah putusan dijatuhkan diperoleh surat2 yg bersifat menentukan yg dismbunyikan oleh pihak lawan

9. Permohonan Request Civil harus diajukan dlm waktu 3 bulan dihitung mulai dari putusan diucapkan dan utk Luar Jawa & Madura 6 bulan.

Page 75: Diklat Hukum Perdata e

B. DERDEN VERZET

Yaitu : perlawan dari pihak ketiga yang hak-haknya dirugikan oleh suatu putusan, dgn jalan mengajukan perlawanan kepada hakim yg menjatuhkan putusan yg dilawan dengan menggugat para pihak ybs.

Dlm perlawanan thd penyitaan baik thd sita Eksekutprial maupun sita jamainan, maka :

pihak Ketiga disebut sbg “Pelawan”

Penggugat semula disebut “terlawan Penyita”

Tergugat Semula disebut “Terlwan Tersita”

Psl 206 RBg/195 (6 dan 7) HIR menjelaskan :

Perlawanan thd putusan juga dri orng yg menyatakan barang yg disita itu miliknya serta diadili spt semua perselisihan ttg upaya paksa yg diperintahkan PN yg dlm daerah hukumnya terjadi pelksanaan putusan.

Perselisihan yg timbul dan putusan ttg perselisihan itu Ketua PN memberitahukan dgn surat tiap-tiap kali dlm tempo 2x24 jam kepada Ketua PN yg semula memeriksa perkara itu.

Page 76: Diklat Hukum Perdata e

Berdasarkan Psl diatas dpt disimpulkan :

1. Perlawan thd Sita Eksekutorial.

2. Yang diajukan oleh pelawan/tersita.

3. Yang diajukan oleh Pihak ke 3 atas dasar hak milik.

4. Perlawanan diajukan kepada Ketua PN yg melakukan perintah eksekusi.

5. Adanya kewajiban dari Ketua PN memeriksa/menutup perlawanan utk melepaskan pemeriksaan atau putusan perkara perlawanan kepada Ketua PN utk memerintahkan eksekusi.

Psl 225 RBg dan 226 RBg/208 HIR mengatur :

1. Cara prosedur mengajukan perlawanan.

2. Kepada siapa ketua PN yg mana perlawanan itu diajukan.

3. Adanya azas bahwa perlawanan tdk menangguhkan eksekusi.

4. Pengecualian thd azas tersebut.

5. Adanya kemungkinan mengajukan permohonan banding.

Page 77: Diklat Hukum Perdata e

Jadi diatur dlm psl diatas bahwa perlawanan dilakukan thd Sita Eksekutorial pada saat Hak milik masih dlm pensitaan atau belum diserahkan kepada pihak yg menang atupun hak tersebut belum dilelang.

Bila ternyata hakmilik/brng telah diserahkan kepd pihak yg menang atupun sudah dilelang, maka perlawan diajukan sudah terlambat. Dan sipelawan dapat melakukan mengajukan gugatan kepada tergugat semula atau pihak yg dinyatakan kalah dlm perkara, utk mendapatkan ganti rugi.

Pada dsrnya yg dimohonkan oleh pelawan dalam perlawanannya, antara lain :

a. Agar dinyatakan bahwa perlawanan tsb adalah tepat dan beralasan.

b. Agar dinyatakan bahwa pelawan itu adalah pelawan yg benar.

c. Agar sita jaminan/sita ekskutorial ybs diperintahkan utk diangkat.

d. Agar para terlawan dihukum utk membayar biaya perkara yg timbul.

Page 78: Diklat Hukum Perdata e

Bila sipelawan dpt membuktikan brg/hak milik yg disita merupakan miliknya, maka ke 4 unsur yg dimohonkan oleh pelawan akan dikabulkan.

Bila ternyata sipelawan tdk dpt membuktikan hak milik/brg yg disita adalah miliknya,dan putusan Pn menyatakan perlawan itu tidak beralasan dan dinyatakan sbg pelawan yg tdk benar, maka pensitaan tetap dipertahanan dan sipelawan dibebankan biaya perkara.

Thd putusan yg menyatakan Pelawan adalah benar, maka terlawan dpt melakukan upaya hukum mengajukan banding ke PT atau kasasi ke MA. Dan perlawanan yg diajukan oleh Pelawan Tersita ini merupakan upaya hukum luar bisa, krn pada azasnya tdk menangguhkan eksekusi.

ACTION EN DE SAVEAU

yaitu perbuatan menggugat thd suatu pengakuan yg diberikan oleh wakil yg merugikan org lain.