perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak...

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBANDINGAN PENGARUH KONSELING DAN PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU IBU BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN PONOROGO TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh : HESTI SUKMA WIJAYANTI NIM: S540809110 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBANDINGAN PENGARUH KONSELING DAN PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU IBU BALITA GIZI BURUK

DI KABUPATEN PONOROGO

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :

HESTI SUKMA WIJAYANTI NIM: S540809110

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Dinkes jatim, 2007).

Kegiatan pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia ( SDM ) dan memberikan kesempatan pada

generasi mendatang untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak

merupakan cerminan generasi yang akan datang, yang akan menggambarkan

kualitas SDM di masa depan. Akan tetapi gangguan kesehatan dan gizi pada balita

merupakan faktor utama untuk tercapainya generasi yang berkualitas.

Karena periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita

dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan

berbahasa, berkreatifitas, berkesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya

(Soetjiningsih,1999)

Harapannya setiap anak balita tumbuh normal yang dapat dilihat dari

indikator status gizinya. Secara nasional ditargetkan anak balita status gizi buruk

max 5% dan Bawah Garis Merah (BGM) kurang dari 20% (Dinkes Jatim,2010).

Dari hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2009 di Jawa Timur

terdapat 12,7% balita status gizi Kurang Energi Protein (KEP), terdiri dari 2,7%

gizi buruk dan 10,0% gizi kurang.

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Di Kabupaten Ponorogo tahun 2009 dari 50.124 balita yang menderita gizi buruk

298 balita, sedangkan data terakhir pada bulan juni 2010 yang menderita gizi

buruk 260 balita (0,62%) dan gizi kurang 575 balita(1,32%) (Dinkes

Ponorogo,2010).

Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi

makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan meliputi zat gizi dalam makanan, ada

tidaknya pemberian makanan di luar keluarga, daya beli keluarga dan kebiasaan

makan. Sedangakan faktor kesehatan meliputi pemeliharaan kesehatan,

lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2002).

Sedangkan menurut Persagi (Supariasa,2002) adalah karena asupan makanan

dirumah, kemiskinan, kurang pendidikan, kurang ketrampilan dan krisis ekonomi.

Sedangkan penyakit infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan perawatan

anak dan ibu hamil.

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya

secara dijah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang

disukainya (Djaeni, 2000). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang

perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi seseorang serta

pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu

(Soegeng dan Anna, 1999).

Menurut Suprihatin Guhardja lewat penelitian yang dilakukan di pedesaan

dan perkotraan ditemukan bahwa kepedulian ibu pada gizi anak baik di kota

maupun dipedesaan pada umumnya masih rendah. Bentuk kepedulian pada gizi

anak merupakan salah satu tanggung jawab dari keluarga dalam hal ini ibu rumah

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tangga dan secara tidak langsung merupakan tanggung jawab masyarakat. Dalam

masyarakat kegiatan-kegiatan yang menyangkut poerbaikan gizi banyak

melibatkan kaum ibu, maka ibu merupakan tokoh utama yang harus peduli pada

gizi anak. Keterbatasan-keterbatasan perilaku ibu dapat berbentuk kurangnya

pengetahuan, tidak adanya motivasi kuat untuk menyelenggarakan atau

menyiapkan makanan yang baik bagi anak, dan persepsi yang salah tentang gizi.

Upaya perbaikan gizi ditentukan oleh berbagai faktoir yang saling berkaitan

erat yang mencakup aspek produksi pangan, distribusi dan pemasaran, daya beli,

pendidikan dan perilaku manusia, lingkungan hidup, kesehatan dan sebagainya.

Selain itu status gizi juga dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang

memenuhi kebutuhan dan adanya infeksi penyakit. Konsumsi kalori atau energi

dan protein yang kurang akan dapat mengganggu pertumbuhan anak jadi perlu

adanya perbaikan konsumsi kalori atau energi dan protein.

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-

hari, sehinga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes, 2000).

KEP disebabkan oleh multi factor yang saling terkait, sinergi secara klinis maupun

lingkungan. Faktor resiko langsung adalah asupan makanan yang tidak cukup dan

penyakit yang dikarenakan oleh faktor resiko latar belakang yaitu kekurangan

makanan dalam rumah tangga, perawatan ibu atau pola asuh ibu terhadap anak

yang kurang baik serta pelayanan kesehatan dan keadaan sanitasi yang buruk.

Faktor tersebut adalah merupakan akibat dari timbulnya masalah dasar yaitu krisis

politik, ekonomi dan sosial (Depkes,2000).

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Terdapat tiga faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya

masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tingkat

rumah tangga yaitu kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan yang

berkaitan dengan daya beli keluarga. Kedua, pola asuh gizi keluarga yaitu

kemampuan keluarga untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak,

khususnya menyusui secara eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.

Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, yaitu pemanfaatan fasilitas

kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif seperti

penimbangan balita di posyandu, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan

bayi dan balita, suplementasi vitamin A dan makanan pendamping air sus ibu,

imunisasi, dan sebagainya (Anonim, 2007)

Masalah gizi kurang umumnya banyak diderita oleh kelompok balita

usia 1-5 tahun karena pada masa tersebut mereka balita belum mampu memilih dan

mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh (Soekirman, 2001). Balita gizi

kurang, khususnya gizi buruk rentan terhadap infeksi, pengurusan otot,

pembengkakan hati, dan berbagai gangguan lain seperti peradangan kulit, infeksi,

serta kelainan bentuk dan fungsi organ akibat pengecilan organ. Kondisi gizi

kurang akan mempengaruhi banyak organ dan sistemnya karena sering disertai

dengan defisiensi asupan gizi mikro dan makro yang sangat diperlukan bagi tubuh.

Kondisi kekurangan gizi yang tidak ditangani lebih lanjut akan berdampak buruk

terhadap perkembangan maupun pertumbuhan balita tersebut.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Mengingat dampak jangka panjang yang akan terjadi pada balita gizi

buruk, maka perhatian khusus perlu diberikan untuk menghindari terjadinya loss

generation. Peran Posyandu dan Puskesmas sebagai garda terdepan dalam

perawatan dan pemulihan sangat diperlukan. Sayangnya, sumber daya Posyandu

dan Puskesmas seringkali kurang memadai sehingga pemulihan balita gizi buruk

menjadi sulit dilakukan.

Berbagai langkah yang dilakukan oleh pihak Puskesmas setempat

dalam membantu pemulihan balita gizi buruk selama ini belum menunjukkan hasil

yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: bantuan

hanya sebatas bantuan fisik berupa susu dan makanan tambahan tanpa

memperhatikan aspek pendidikan gizi ibu balita gizi buruk, ketidakberlanjutan

program pemulihan gizi buruk seperti keterbatasan dana, dan kurangnya tenaga

medis dan non-medis di Puskesmas setempat untuk melakukan home care ke

rumah balita.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti ingin

melakukan penelitian tentang : “Perbandingan Pengaruh Konseling dan

Penyuluhan Kelompok terhadap Perubahan Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi

Buruk Di Kabupaten Ponorogo.”

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok

terhadap sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk ?

C. Tujuan Penelitian

Meneliti perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok

terhadap sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik.

Diharapkan memberikan bukti empiris bahwa manfaat konseling dalam

merubah sikap dan perilaku juga dapat diterapkan pada masalah gizi buruk

pada anak balita.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

masyarakat terutama mengenai perbedaan konseling dan penyuluhan

kelompok dalam merubah sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi

petugas kesehatan baik di Dinas Kesehatan maupun puskesmas mengenai

perbandingan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

perubahan sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk

memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan oleh

peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di profesi pendidikan

kesehatan.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metodologi penelitian

beserta aplikasinya sehingga dapat diterapkan di masyarakat.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perilaku Kesehatan

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang

pada dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya

tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non-fisik yang

menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh

yang besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat

(Lubis,1990).

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:

berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai

dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya

yang menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya

yang berhubungan dengan kesehatan.(Lubis,1990)

Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung pada

kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku

sehat. Banyak dokumentasi penelitian yang memperlihatkan rendahnya

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan, imunisasi, serta berbagai

upaya pencegahan penyakit dan banyak pula yang tidak memanfaatkan

pengobatan modern. Karena itu tidaklah mengherankan bila banyak ahli ilmu

perilaku yang mencoba menyampaikan konsep serta mengajukan bukti-bukti

penelitian untuk menggambarkan, menerangkan, dan meramalkan keputusan-

keputusan orang yang berkaitan dengan kesehatan.(Masjkuri,1985)

Becker menuliskan pendapat Kasl dan Cobb yang mengatakan bahwa

biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena 3 alasan pokok , yaitu:

1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala

penyakit belum dirasakan (perilaku sehat);

2) untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika

ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit);

3) untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar

sembuh dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak bertambah

parah (peran sakit).(Masjkuri,1985)

Menurut Notoatmodjo, semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan

status kesehatan mengacu kepada Bloom. Dari hasil penelitiannya di Amerika

Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom menyimpulkan

bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status

kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil

nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling

kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap status kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia

belum ada penelitian. Ahli lain, Lewrence Green dalam Notoatmojo

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga

faktor pokok yakni: faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), factor–

faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat

atau mendorong ( reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan

sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor

pokok tersebut.(Notoatmodjo,1997)

a. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau

seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini

berbentuk dua macam, yakni: (Notoatmodjo,1997)

1). Pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan

atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi

itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak

membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain adalah

seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana

meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut

terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh kedua orang

tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga

berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret

terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih

terselubung (covert behavior) .

2). Aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang pada kasus

kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB.

Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata,

maka disebut “overt behavior.”

b. Domain Perilaku Kesehatan

Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat kompleks dan

mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan.

Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan

ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari:

1). ranah kognitif (cognitive domain)

2). ranah afektif (affective domain)

3). ranah psikomotor (psycomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:

1). pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge)

2). sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

( attitude)

3). praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice)

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada

domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada

subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si

subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang

telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih

jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus

atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima

subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak

atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang

diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari

oleh pengetahuan atau sikap.

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior). Karena itu dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo

mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2). Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap

subjek sudah mulai terbentuk

3). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus

5). Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan

bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Dalam bagian lain Allport, menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap

itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3). Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah

mendengar penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha

supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan

keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan

anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1). Menerima (receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek

2). Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah

berarti orang menerima ide tersebut.

3). Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu

masalah

4). Bertangguang jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat

sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaiamana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden.(Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju)

c. Praktek atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari

suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat

mengimunisasikan anaknya.

Tingkat-tingkat Praktek

1). Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil

2). Respon Terpimpin (guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3). Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4). Adaptasi (adaptation)

Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu

sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya

tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran langsung dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2. Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuranyang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah

gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip

belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apayang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara

kelompok dan meminta pertolongan.

Penyuluhan dalam program promkes terbagi menjadi tiga yaitu:

1). Penyuluhan Masyarakat

Penyuluhan yang diadakan di luar maupun didalam gedung, dengan sasaran

utamanya adalah masyarakat umum.Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan

pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

juga mau dan bisa melakukan suatu anjuranyang ada hubungannya dengan

kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik

kesehatan diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu,

perlu dilakukan penyuluhan kesehatan yang bisa memberikan penjelasan

kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,

dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin

hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan.

2). Penyuluhan Kelompok Khusus.

Penyuluhan yang diadakan didalam gedung, dengan sasaran utamanya adalah

sekelompok masyarakat dengan ruang lingkup tertentu

3). Penyuluhan Remaja

Penyuluhan yang diadakan di luar maupun didalam gedung, dengan asaran

utamanya adalah para remaja dengan kategori pelajar

sekolah.(Budakbangka,2010)

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar penyuluhan kesehatan dapat

mencapai sasaran yaitu :

1). Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima

informasi yang didapatnya.

2). Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

3). Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat

sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4). Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memerhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-

orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat

dengan penyampai informasi.

5). Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan

antara lain :

1). Metode Ceramah

Suatu cara dalam menerangkan suatu ide, pengertian atau pesan secara

lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi

tentang kesehatan.

2). Metode Diskusi Kelompok

Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu

topik dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3). Metode Curah Pendapat

Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan

semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-

masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan

kemudian.

4). Metode Panel

Pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta

tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan

seorang pemimpin.

5). Metode Bermain peran

Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa

diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai

sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

6). Metode Demonstrasi

Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang

sesuatu hal yang telah dipersiapkan untuk memperlihatkan bagaimana

cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat

peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu

besar jumlahnya.

7). Metode Simposium

Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan

topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8). Metode Seminar

Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas

suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai

bidangnya.

Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup

sehat masyarakat tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku

memerlukan kesadaran, dan memerlukan proses panjang. Oleh karena

itu, tenaga kesehatan di lapangan tidak boleh bosan apalagi putus asa

melakukan penyuluhan kesehatan. Dampaknya akan menyadarkan

masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperan-serta

dalam proses pembangunan kesehatan.(Asian Brain,2010)

3. Konseling

Konseling diartikan sebagai pemberi nasihat, pemberian anjuran dan

pembicaraan dengan bertukar pikiran. Namun konseling dapat juga diartikan

sebagai wahana bagi seseorang yang menempuh dan belajar memahami diri

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sendiri dengan apa adanya dan menghayati serta menerima keadaan dirinya

yang sedang mengalami kesulitan. Begitu juga untuk memberikan kesadaran

bagi dirinya tentang kemampuan dan potensi yang dimilikinya. (Enjang AS,

2009)

Enjang (2009) menyatakan berdasarkan pengertian itu, maka istilah

konseling tidak sama dengan memberikan informasi dan nasihat saja meskipun

informasi atau nasihat dapat diberikan jika memang dibutuhkan dalam proses

konseling. Juga tidak sama dengan meyakinkan atau membujuk untuk bersikap

dan bertingkah laku tertentu serta tidak sama pula dengan memperingatkan,

mengancam atau memaksa. Justru sebaliknya dalam konseling seseorang

meminta bantuan karena ingin mendapatkan satu perubahan atas kesadaran

serta kemauan sendiri dengan cara meminta bantuan dari konselor. Antara lain

karena konselor sepenuhnya mengaku hak klien untuk membuat pilihannya dan

tidak ingin menggantungkan diri pada pandangan serta kemampuan konselor.

Untuk itu pertemuan yang terjadi antara klien dengan konselor merupakan tatap

muka yang bersifat pribadi.

Sebagaimana dinyatakan oleh Paterson (1959), bahwa konseling adalah

proses yang melibatkan hubungan antar pribadi atau antara seorang terapis

dengan satu atau lebih klien. Berdasarkan pendapat-pendapat ini, dapat

dikatakan bahwa konseling merupakan proses pemecahan masalah psikologis

klien melalui wawancara antar pribadi yang dilakukan antara klien dan

konselor.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :

1). Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar

memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya

(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,

konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal,

dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan

konstruktif.

2). Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk

senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan

berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui

fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara

menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan

dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,

informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu

diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya

tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman

keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan

bebas (free sex).

3). Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih

proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi

perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya

secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama

merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas

perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah

pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain

storming), home room, dan karyawisata.

4). Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.

Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli

yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,

belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan

remedial teaching.

5). Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli

memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan

memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,

bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan

fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam

maupun di luar lembaga pendidikan.

6). Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala

Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan

program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,

kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang

memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para

guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan

menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses

pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan

kemampuan dan kecepatan konseli.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

7).Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu

konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara

dinamis dan konstruktif.

8). Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli

sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan

bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan

perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat,

rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan

mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

9). Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang

seluruh aspek dalam diri konseli.

10). Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif

yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar

terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan

produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-

program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan

minat konseli

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau

landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-

konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian

pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar

Sekolah/Madrasah.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Prinsip-prinsip itu adalah:

1). Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini

berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik

yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita;

baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang

digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan

dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok

dari pada perseorangan (individual).

2). Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat

unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu

untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini

juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli,

meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

3). Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada

konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena

bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat

berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan

proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena

bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif

terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk

berkembang.

4). Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan

hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.

Mereka bekerja sebagai teamwork.

5). Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan

dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat

melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai

peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu

semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan

konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli

untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan

tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk

membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi

kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah

mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan

mengambil keputusan.

6). Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)

Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di

Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,

lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek

pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat

ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1). Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut

dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh

dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing

berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan

itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2). Kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani

pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan

tersebut.

3). Keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka

dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang

dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi

dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli

(konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas

kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi

sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing

terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4). Kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara

aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal

ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

5). Kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada

tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai

sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-

konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri

dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta

mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu

mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

6). Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan

konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan

dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak

dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat

sekarang.

7). Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama

kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang

serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya

dari waktu ke waktu.

8). Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang

dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,

harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan

pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya.

9). Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan

pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu

nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu

pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau

kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan

apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang

dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli)

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10). Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas

dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan

dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar

ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru

pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis

pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik

bimbingan dan konseling.

11). Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan

pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu

kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih

tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian

pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata

pelajaran/praktik dan lain-lain.(Akhmad,2008)

3. Status Gizi

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita

didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat

irreversible (tidak dapat pulih).

Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia

pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang

gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi

perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat

tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18

bulan.

Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar

acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U).

Klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk.Untuk

acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut

stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

WHO-NCHS (National Center for Health Statistics).

Status gizi pada balita dapat diketahui dngan cara mencocokkan umur anak

(dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat

badannya kurang, maka status gizinyakurang.

Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju

Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak

berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat

badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status

gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.

Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan Indeks

Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI). Nilai IMT

diperoleh dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan

kuadrat (dalam meter persegi). IMT normal bila angkanya antara 18,5 dan 25;

kurus bila kurang dari 18,5; dan gemuk bila lebih dari 25. Sebagai contoh

orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan ideal adalah 48-64 kg.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita

adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering

digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan

otak.Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia

adalah berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di

Posyandu. Menurut Prof. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi

buruk dapat dilakukan dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan

menurut umur yang dihitung menurut Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

buruk bila Skor Z kurang dari -3. Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah

daripada gizi kurang.

Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan

(pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema

(bengkak) atau monkey face (keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila

kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.

Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga

akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare),

ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi

rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak

boleh dikonsumsi anak balita.

Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik

maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-

temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa

berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.

Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga,

praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan

kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi,

tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian

makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan

rakyat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan pangan dan tidak terganggu.

Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami

problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

anaknya. Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). (Khomsan,2008)

Gambar 1. Penyebab kurang gizi.

Gambar 1. Penyebab kurang gizi (Depkes,2000) menunjukkan secara

sistimatis determinan yang berpengaruh pada masalah gizi yang dapat terjadi pada

KURANG GIZI

MakanTidak Seimbang

Penyakit Infeksi

Tidak CukupPersediaan Pangan

Pola Asuh AnakTidak Memadai

Sanitasi dan AirBersih/PelayananKesehatan DasarTidak Memadai

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Kurang pemberdayaan wanitadan keluarga, kurang pemanfaatan

sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Krisis Ekonomi, Politik,dan Sosial

Dampak

Penyebablangsung

Penyebab Tidak langsung

Pokok Masalahdi Masyarakat

Akar Masalah(nasional)

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

masyarakat. Sehingga upaya perbaikan gizi akan lebih efektif dengan selalu

mengkaji faktor penyebab tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya KEP pada Balita. Depkes (2000)

membedakan factor resiko kurang gizi termasuk malnutrisi menjadi tiga bagian

yaitu factor langsung, latar belakang dan dasar. Faktor resiko langsung adalah

asupan makanan yang tidak cukup dan penyakit yang diakibatkan oleh factor

resiko latar belakang yaitu kekurangan makanan dalam rumah tangga, perawatan

ibu atau pola asuh ibu terhadap pelayanan kesehatan yang kurang baik dan

keadaan sanitasi yang buruk.

Faktor tersebut merupakan akibat dari timbulnya masalah dasar yaitu krisis

politik, ekonomi dan sosial.

Pencegahan KEP

KEP disebabkan oleh multi factor yang saling terkait, sinergis secara klinis

maupun lingkungan. Beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya KEP, antara

lain :

1). Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare yaitu dengan

perbaikan sanitasi diri dan lingkungan, pendidikan kesehatan dan program

imunisasi.

2). Memperkecil dampak penyakit infeksi terutama diare yang sanitasi

lingkungannya belum baik.

3). Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan yaitu dengan memonitor tumbuh

kembang dan status gizi balita.

4). Memelihara Status gizi anak.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Menurut Solihin Pudjiadi (2001), bahwa tindakan pencegahan KEP

bertujuan mengurangi insiden KEP dan menurunkan angka kematian. Adapun

tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP adalah memperbaiki

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak.

Penggulangan KEP dibedakan atas penanggulangan makro yang

meliputi perbaikan ekonomi Negara, peningkatan pendidikan umum dan

pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan, peningkatan produksi bahan

makanan, peningkatan upaya pasca panen dan peningkatan hygiene

lingkungan. Sedangkan penanggulangan tahap mikro berkaitan dengan

perbaikan kondisi keluarga dan para anggota keluarga yang meliputi konsumsi

makanan, baik kualitas, perbaikan pendapatan,daya beli, penyakit infeksi,

pendidikan dan pengetahuan gizi. (Jaeni,1999)

B. Penelitian Yang Relavan

Kelurahan Pengasinan merupakan salah satu wilayah kantong gizi buruk yang

terdapat di kota Depok. Sebanyak sembilan balita berstatus gizi buruk terdata di

kelurahan tersebut. Tingkat pendidikan penduduk serta pengetahuan dan kesadaran

masyarakat di bidang kesehatan yang relatif rendah diduga merupakan penyebab

utama timbulnya masalah gizi buruk tersebut. Salah satu langkah yang dapat

dilakukan untuk membantu permasalahan gizi adalah konseling gizi pada ibu balita

gizi buruk. Program ini bertujuan untuk meningkatkan untuk meningkatkan

pengetahuan ibu dari balita gizi buruk. Luaran dari program ini adalah peningkatan

pengetahuan ibu dan peningkatan berat badan balita.(Herviana.dkk,2008)

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

C. Kerangka Berpikir

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2. Kerangka berpikir

Dari kerangka pikir diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan konseling dan penyuluhan kelompok adalah pendidikan ibu,

Konseling dan penyuluhan kelompok

Sikap Ibu balita Gizi Buruk

Perilaku ibu balita Gizi Buruk

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konseling :

- Pendidikan - Pengalaman - Usia - IQ - Media Massa - Sosial Budaya

Faktor yang mempengaruhi Sikap:

1. Pengalaman pribadi 2. Kebudayaan 3. Pengaruh orang lain 4. Media massa 5. Lembaga Pendidikan

dan agama 6. Emosi dalam diri

individu

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku :

1. Pengetahuan 2. Motivasi 3. Media Massa 4. Emosi 5. Sosial Budaya 6. Kebutuhan 7. Harapan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pengalaman, usia, IQ, peran media massa dan sosial budaya yang berlaku di

lingkungannya.

Konseling dan penyuluhan kelompok akan mempengaruhi Sikap ibu

balita penderita gizi buruk terutama sudut pandangnya mengenai penyebab

gizi buruk, cara penanganan gizi buruk, dan akibat dari gizi buruk.

Dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap Perilakunya dalam upaya-upaya

penanganan gizi buruk yang paripurna.

D. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

sikap ibu balita gizi buruk. Ibu yang diberi konseling memiliki sikap yang lebih

baik terhadap gizi dari pada ibu yang diberi penyuluhan kelompok.

2. Terdapat perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

perilaku ibu balita gizi buruk. Ibu yang diberi konseling memiliki perilaku yang

lebih baik terhadap gizi dari pada ibu yang diberi penyuluhan kelompok.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian intervensi terkontrol randomisasi

(randomized control trial).

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Sukorejo dan Kecamatan

Sampung, Kecamatan Mlarak dan Kecamatan Pulung. Kecamatan dipilih

berdasarkan angka penemuan kasus yang paling tinggi.

Waktu penelitian mulai bulan Mei sampai bulan Desember 2010.

C. Populasi dan sampel

Populasi sumber dalam penelitian ini adalah Semua Ibu yang mempunyai

balita gizi buruk di Kabupaten Ponorogo.

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah Semua Ibu yang mempunyai

balita gizi buruk.

Sampel penelitian adalah :

1. Ibu balita gizi buruk di Kecamatan Sukorejo

2. Ibu balita gizi buruk di Kecamatan Sampung

3. Ibu balita gizi buruk di Kecamatan Mlarak

4. Ibu balita gizi buruk di Kecamatan Pulung

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Besaran sampel:

Besaran sampel minimal 30 ibu balita gizi buruk pada kelompok konseling dan 30

ibu balita gizi buruk pada kelompok penyuluhan. Jadi jumlah seluruh responden

sebanyak 60 ibu balita gizi buruk yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Ibu yang mempunyai balita gizi buruk..

2. Bersedia diikutkan dalam penelitian

Kriteria Eklusi:

1. Atas permintaan sendiri ikut dalam penelitian.

Teknik sampling :

1. Exhaustive sampling : 4 Kecamatan yang mempunyai balita gizi buruk yang

semuanya diambil sebagai sampel penelitian.

Dari masing-masng kecamatan dilakukan randomisasi terhadap ibu balita

gizi buruk untuk menentukan kelompok konseling dan kelompok penyuluhan.

D. Identifikasi variabel

1. Variabel Terikat :

Metode Pendidikan Kesehatan:

1. Konseling

2. Penyuluhan kelompok

2. Variabel Bebas ;

- Sikap ibu balita gizi buruk

- Perilaku ibu balita gizi buruk

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

E. Definisi operasional variabel dan pengukuran

1. Metode pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu yang diharapakan

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik sehingga pendidikan tersebut diharapkan dapat

membawa akibat terhadap perubahan sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk.

Dengan cara :

a. Konseling adalah pemberian nasihat, pemberian anjuran dan pembicaraan

dengan bertukar pikiran untuk mendapatkan satu perubahan atas kesadaran

serta kemauan sendiri sehingga orang tersebut bertindak atas prakarsa sendiri

untuk membuat pilihannya dan tidak ingin menggantungkan diri pada

pendapat serta pandangan konselor.

Alat ukur menggunakan check list

b. Penyuluhan kelompok adalah suatu kegiatan penyebarluasan informasi dan

penjelasan yang mampu menciptakan pilihan-pilihan baru untuk

memperbaiki kehidupan.

Alat ukur menggunakan check list

2. Sikap ibu balita gizi buruk adalah respon atau tanggapan ibu terhadap

pernyataan penelitian. Analisis sikap ibu dikategorisasikan menjadi lima

kelompok yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak

setuju.

Alat ukur menggunakan kuesioner.

Data skala; kontinu

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Perilaku Ibu balita gizi buruk adalah tindakan yang dilakukan ibu terhadap

pernyataan penelitian. Analisis perilaku ibu dikategorisasikan menjadi sangat

sering, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah.

Alat Ukur menggunakan kuesioner

Data skala : kontinu

F. Teknik Analisa Data

1) Karakteristik data sampel berskala kontinu dideskripsikan dalam frekuensi,

mean, SD, minimum dan maksimum.

2) Karakteristik data sampel kategorikal di deskripsikan dalam frekuensi dan

persen.

3) Perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan terhadap sikap dan perilaku

yang berskala kontinu diuji dengan uji regresi linier ganda

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB IV

HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo tahun 2009,

Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah sebesar 1.371,78 km² yang

terletak antara 111° 17’ - 111° 15’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang

Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2563 meter di atas

permukaan laut, yang berbatasan dengan, sebelah utara Kabupaten Madiun,

Magetan, Nganjuk, sebelah Timur Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek,

sebelah Selatan Kabupaten Pacitan, serta sebelah Barat Kabupaten Wonogiri.

Adapun jarak dengan ibukota propinsi kurang lebih 200 km ke arah timur laut

dan ke ibukota negara berjarak kurang lebih 800 km kearah barat.

Kabupaten Ponorogo terbagi atas 2 sub area, yaitu dataran tinggi mencakup

kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, Pudak dan Ngebel serta sisanya merupakan

dataran rendah. Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi

menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 26 kelurahan dan 279 desa. Kabupaten

Ponorogo terdiri dari 31 Puskesmas yaitu 15 rawat inap dan 16 puskesmas rawat

jalan. Posyandu aktif berjumlah 1133.

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita gizi buruk , sebanyak 60

ibu balita gizi buruk terdiri dari kelompok penyuluhan 30 ibu balita gizi buruk

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dan kelompok konseling 30 ibu balita gizi buruk. Ibu balita memenuhi kriteria

inklusi yaitu: Ibu balita yang mempunyai balita gizi buruk dan bersedia ikut

dalam penelitian. Dan kriteria eklusi adalah ibu balita gizi buruk yang atas

permintaan sendiri ikut dalam sampel penelitian.

Responden bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Sukorejo,

Puskesmas Sampung, Puskesmas Mlarak dan Puskesmas Pulung.

Data responden diperoleh dari jumlah kasus gizi buruk bulan juli 2010

berdasarkan laporan gizi buruk tiap-tiap puskesmas pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Ponorogo.

Tabel 4.1. Karakteristik sampel (data kontinu)

Variabel n Mean SD Min Maks

Umur (tahun) 60 30,2 6,4 16 45

Sikap gizi 60 33,7 7,4 20 46

Perilaku gizi 60 33,3 8,5 18 50

Sumber : data primer terolah

2. Deskripsi Data Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden tentang tingkat

pendidikan disajikan pada table 4.2. Data tingkat pendidikan responden

diklasifikasikan menjadi lima yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan

Tinggi.

Tabel 4.2. Karakteristik sampel (data kategorikal)

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Sumber : data primer (diolah)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki

latar belakang pendidikan perguruan tinggi adalah sebanyak 3,3% yang

dianggap mempunyai sikap dan perilaku gizi yang baik. Dan secara umum

yang menjadi responden adalah mayoritas mempunyai tingkat pendidikan

SMP keatas.

3. Analisis perbandingan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

sikap dan perlaku ibu balita gizi buruk.

a. Perbandingan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap sikap ibu

balita gizi buruk.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden tentang

pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap sikap ibu balita gizi buruk

di Kabupaten Ponorogo disajikan pada table 4.3. sebagai berikut:

Tabel. 4.3.Tabel hasil analisa regresi linier ganda terhadap pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap sikap ibu balita gizi buruk dengan mengontrol pendidikan, umur dan pekerjaan

Variabel N %

Tidak sekolah 3 5,0

SD 19 31,7 SMP 25 41,7 SMA 11 18,3 PT 2 3,3

Total 60 100.00

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Variabel Koefisien regresi

P CI 95% Batas bawah Batas atas

Konseling 13,4 0,001 11,7 15,2 Umur ≥ 30 th 1,8 0,042 0,1 3,7 Ibu SMP + 0,6 0,504 -1,2 2,4 Ibu bekerja 0,6 0,502 -1,2 2,4 n observasi = 60 Ajusted R² = 81,3 % P = < 0,001

Tabel 4.3 menunjukkan terdapat pengaruh secara statistik setelah

mengontrol pengaruh variabel-variabel umur, pendidikan, dan pekerjaan

(p=0,001). Terdapat perbedaan pengaruh yang secara statistik bermakna tentang

pengaruh konseling terhadap sikap ibu tentang gizi balita. Konseling menghasilkan

sikap sebesar 13 poin (b= 13.4; p<0.001)

Adjusted R2 = 81,3% berarti bahwa variabel-variabel independen yang

dimasukkan di dalam model analisis regresi linier ganda, yakni umur, pendidikan

dan pekerjaan secara bersama mampu menjelaskan sikap ibu tentang gizi balita

sebesar 81,3 persen. Dengan kata lain 18,7 persen dijelaskan oleh variabel-variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Perbandingan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap perilaku ibu

balita gizi buruk.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden tentang

pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap perilaku ibu balita gizi

buruk di Kabupaten Ponorogo disajikan pada table 4.3. sebagai berikut:

Tabel. 4.3.Tabel hasil analisa regresi linier ganda terhadap pengaruh konseling

dan penyuluhan kelompok terhadap perilaku ibu balita gizi buruk dengan mengontrol pendidikan, umur dan pekerjaan

Variabel Koefisien regresi

P CI 95% Batas bawah Batas atas

Konseling 15,2 0,001 13,1 17,3

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Umur ≥ 30 th -7,4 0,512 -2,9 1,5 Ibu SMP + -1,5 0,895 -2,4 2,1 Ibu bekerja 1,3 0,265 -1,0 3,6 n observasi = 60 Ajusted R² = 78,0 % P = < 0,001

Tabel 4.3 menunjukkan terdapat pengaruh secara statistik setelah

mengontrol pengaruh variabel-variabel umur, pendidikan, dan pekerjaan

(p=0,001). Terdapat perbedaan pengaruh yang secara statistik bermakna tentang

pengaruh konseling terhadap sikap ibu tentang gizi balita. Konseling menghasilkan

perilaku sebesar 15 poin (b= 15.2; p<0.001)

Adjusted R2 = 78,0% berarti bahwa variabel-variabel independen yang

dimasukkan di dalam model analisis regresi linier ganda, yakni umur, pendidikan

dan pekerjaan secara bersama mampu menjelaskan sikap ibu tentang gizi balita

sebesar 78,0 persen. Dengan kata lain 22 persen dijelaskan oleh variabel-variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

C. Pembahasan

a. Konseling mempengaruhi sikap ibu balita gizi buruk

Dari hasil diketahui bahwa konseling terdapat pengaruh yang secara

statistik bermakna tentang pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

sikap dan perilaku ibu tentang gizi balita. Konseling menghasilkan sikap sebesar

13 poin (b= 13.4; p<0.001) lebih tinggi daripada penyuluhan kelompok, setelah

mengontrol pengaruh umur, pendidikan dan pekerjaan ibu. Dengan kata lain

terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan konseling dan penyuluhan

kelompok terhadap sikap ibu balita gizi buruk.

b. Konseling mempengaruhi perilaku ibu balita gizi buruk

Dari hasil diketahui bahwa konseling terdapat pengaruh yang secara

statistik bermakna tentang pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sikap dan perilaku ibu tentang gizi balita. Konseling menghasilkan perilaku sebesar

15 poin (b= 15,2; p<0.001) lebih tinggi daripada penyuluhan kelompok, setelah

mengontrol pengaruh umur, pendidikan dan pekerjaan ibu. Dengan kata lain

terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan konseling dan penyuluhan

kelompok terhadap perilaku ibu balita gizi buruk.

Di dukung dengan penilitian Herviana dkk di Kelurahan Pengasinan yang

merupakan salah satu wilayah kantong gizi buruk yang terdapat di kota Depok.

Sebanyak sembilan balita berstatus gizi buruk terdata di kelurahan tersebut.

Tingkat pendidikan penduduk serta pengetahuan dan kesadaran masyarakat di

bidang kesehatan yang relatif rendah diduga merupakan penyebab utama

timbulnya masalah gizi buruk tersebut. Salah satu langkah yang dapat dilakukan

untuk membantu permasalahan gizi adalah konseling gizi pada ibu balita gizi

buruk.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Konseling berpengaruh signifikan terhadap sikap ibu balita gizi buruk. Karena

itu disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa “Terdapat

perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap sikap ibu

balita gizi buruk, ibu yang diberi konseling memiliki sikap yang lebih baik

terhadap gizi daripada ibu yang diberi penyuluhan kelompok.

2. Konseling berpengaruh signifikan terhadap perilaku ibu balita gizi buruk.

Karena itu disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

“Terdapat perbedaan pengaruh konseling dan penyuluhan kelompok terhadap

perilaku ibu balita gizi buruk, ibu yang diberi konseling memiliki perilaku yang

lebih baik terhadap gizi daripada ibu yang diberi penyuluhan kelompok.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diimplikasikan bahwa

konseling merupakan pemberian konsultasi kepada ibu balita gizi buruk untuk

memberikan pemahaman terhadap masalah dan pemecahannya dirinya.

Pemberian konseling bertujuan agar ibu balita gizi buruk memiliki kesadaran

tentang apa yang akan dihadapinya dan mengetahui sudut pandangnya

mengenai penyebab gizi buruk, cara penanganan gizi buruk , dan akibat dari

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN .../Per...Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut ... Secara umum dipengaruhi oleh konsumsi makanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

gizi buruk. Dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap Perilakunya dalam

upaya-upaya penanganan gizi buruk yang paripurna.

C. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo

Disarankan agar dilakukan konseling oleh petugas kesehatan maupun

kader kesehatan kepada ibu-ibu balita lainnya dengan balita bergizi kurang

atau buruk.

2. Kepada Peneliti yang Akan Datang

Kepada peneliti yang akan datang, penelitian ini dapat dijadikan

sebagai inspirasi bagi penelitian sejenis. Selain itu, penelitian dengan topik

yang sama dapat dilakukan di tempat penelitian yang sama atau di tempat

lain. Namun yang perlu dipahami bahwa waktu penelitian dapat dilakukan

lebih lama, Sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik

sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi kesehatan.