LAPORAN BGM

9
5 I. Pendahuluan Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik. Pada masa balita juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan modal serta dasar- dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting tetang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau. Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi kurus, pertumbuhan terhambat. Hal ini terjadi karena kurang protein (zat pembangun) dan kurang tenaga yang diperoleh dari makanan anak. Tenaga anak diperlukan dalam membangun badannya yang tumbuh secara pesat. Alasan mengapa mengatasi dan mencegah gizi kurang pada anak merupakan masalah besar yang perlu diperhatikan adalah gizi kurang pada anak mempengaruhi pertumbuhan otak anak yang dapat menjadi hambatan dalam proses

Transcript of LAPORAN BGM

Page 1: LAPORAN BGM

5

I. Pendahuluan

Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan

tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan hanya suka pada

jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik.

Pada masa balita juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak

mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar

yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada

masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya. Perkembangan modal serta dasar-dasar kepribadian juga

dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak

ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak

kemudian hari.

Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting tetang

keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau. Gizi kurang

pada anak dapat membuat anak menjadi kurus, pertumbuhan terhambat. Hal ini

terjadi karena kurang protein (zat pembangun) dan kurang tenaga yang diperoleh dari

makanan anak. Tenaga anak diperlukan dalam membangun badannya yang tumbuh

secara pesat.

Alasan mengapa mengatasi dan mencegah gizi kurang pada anak merupakan

masalah besar yang perlu diperhatikan adalah gizi kurang pada anak mempengaruhi

pertumbuhan otak anak yang dapat menjadi hambatan dalam proses belajar. Anak

yang terkena kwasiokor kelihatan gemuk tapi kurang sehat, mukanya gemuk seperti

bulan, kaki bengkak karena odema, perut buncit tapi bahu dan lengan atas kurus.

Kulit mudah terkelupas, rambut pucat anak terlihat muram. Sedangkan marasmus

yang berarti kelaparan adalah dimana anak tidak mendapatkan makanan yang cukup

dari jenis pangan manapun, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Anak yang

sangat kurus itu sering hanya separuhnya saja dari berat sehat sesuai umur. Anak

memiliki wajah seperti orang tua, kepala tampak besar karena badan kurus dan kecil,

tangan dan kakinya kurus dan tulang rusuk anak terlihat nyata.

Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penyebab

langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI, faktor

penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta

kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor

Page 2: LAPORAN BGM

5

penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi,

pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola

konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan.

II. Tujuan kegiatan

1. Mengetahui status gizi bayi dan balita di wilayah Besusu Tengah.

2. Mengetahui penyebab terjadinya masalah gizi di wilayah Besusu Tengah

III.Tempat dan tanggal pelaksanaan

1. Posyandu Murni (9 September 2013)

2. Posyandu Ikan Mas (11 September 2013)

3. Posyandu Pratiwi (14 September 2013)

4. Posyandu Aisyifa (14 September 2013)

5. Posyandu Kamboja (16 September 2013)

6. Posyandu Polres (20 September 2013)

Pelaksana kegiatan Posyandu di Kelurahan Besusu Tengah:

- Bidan kelurahan yaitu Bidan Fatimah

- Bidan puskesmas, yaitu: Ibu Dian F, Ibu Dian L, dan Ibu Amila

- Ahli gizi, yaitu Ibu Magrid dan Ibu Ian

- Dokter internship: dr.Karunia

- Kader posyandu setempat

- Mahasiswa keperawatan dan farmasi

IV. Hasil kegiatan

Kegiatan penimbangan bayi dan balita merupakan satu rangkaian dalam

kegiatan posyandu yang dilaksanakan setiap bulan. Kegiatan ini adalah salah satu

bentuk pelayanan gizi di posyandu. Adapun proses teknis dari kegiatan ini dimulai

dari pendaftaran, kemudian dilakukan penimbangan berat badan oleh kader yang

dibantu oleh mahasiswa kebidanan. Setelah itu berat badan bayi dan balita dicatat

dan diplot ke dalam KMS.

Pengisian KMS setiap kali bayi dan balita datang ke posyandu sangat

bermanfaat sebagai alat deteksi dini adanya bayi dan balita yang mengalami

masalah gizi. Jika ditemukan adanya bayi atau balita yang berada di bawah garis

Page 3: LAPORAN BGM

5

merah (BGM), maka akan dilakukan intervensi awal berupa pemberian

multivitamin. Jika dalam pemantauan selanjutnya tidak terjadi kenaikan berat

badan, akan dilakukan penanganan sesuai dengan derajat kekurangan gizinya.

Pada anak yang menderita gizi kurang akan ditangani dengan pemberian

makanan dan pengaturan pola makan di Lagarutu. Sedangkan pada anak yang

menderita gizi buruk akan ditangani secara khusus oleh ahli gizi dari puskesmas

dengan diberikan penyuluhan mengenai pemberian dan pola makan yang benar

dan juga diberikan pemberian makanan tambahan setiap bulannya.

Kegiatan penimbangan badan ini juga ditujukan untuk mengetahui

perkembangan pada anak dengan gizi kurang atau gizi buruk yang telah mendapat

penanganan, apakah sudah terjadi kenaikan berat badan atau belum.

Pada wilayah Besusu Tengah terdapat 2 kasus anak gizi buruk dan 9 kasus

anak dengan gizi kurang. Pada anak dengan gizi buruk dilakukan penanganan

dengan diberikan penyuluhan dan bantuan makanan langsung ke rumah. Makanan

yang diberikan berupa biskuit susu, susu bubuk, telur, dan multivitamin. Selain itu

juga diberikan edukasi kepada sang ibu tentang bagaimana cara mengatur menu

yang bergizi untuk anaknya.

Sedangkan pada anak dengan gizi kurang dilakukan penanganan di CFC

(Community Feeding Center) yang berlokasi di Lagarutu. Di CFC ini anak-anak

akan diberikan makanan bergizi. Sedangkan sang Ibu yang mendampingi akan

diberi edukasi mengenai bagaimana cara memasak dan memberi makan kepada

buah hatinya dengan baik dan benar. Di CFC, orangtua tidak hanya diberikan

penyuluhan tentang apa saja asupan gizi yang baik untuk balita, melainkan juga

untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai pola asuh orang tua kepada

anaknya sehingga diharapkan selepas dari pendampingan, si anak tidak kembali

jatuh ke keadaan gizi buruk. Rata-rata anak yang telah menjalani penanganan di

Lagarutu selama 2 minggu, terjadi peningkatan berat badan sebanyak 5 ons.

Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor

penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI,

faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi

serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor

penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi,

pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola

konsumsi, tingkat pendidikan ibu, pola asuh serta akses ke fasilitas pelayanan.

Page 4: LAPORAN BGM

5

Untuk wilayah Besusu Tengah, faktor ekonomi merupakan penyebab

tersering anak mengalami masalah gizi. Penyebab lainnya antara lain: pengetahuan

ibu tentang kesehatan, tingkat pendidikan ibu, dan pola asuh.

V. Kesimpulan

Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak.

Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Pada

masa balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak mudah sakit dan

terjadi kekurangan gizi. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting

tetang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau.

Kegiatan penimbangan bayi dan balita dan pengisian KMS merupakan

perwujudan dari dilaksanakannya penilaian status gizi di wilayah kerja Puskesmas

Singgani. Kegiatan ini dilakukan dalam kegiatan posyandu yang dilaksanakan

setiap bulan.

Pada wilayah Besusu Tengah terdapat 2 kasus anak gizi buruk dan 9 kasus

anak dengan gizi kurang. Pada anak dengan gizi buruk dilakukan penanganan

dengan diberikan penyuluhan dan bantuan makanan langsung ke rumah.

Sedangkan pada anak dengan gizi kurang dilakukan penanganan di CFC

(Community Feeding Center) yang berlokasi di Lagarutu.

Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Untuk

wilayah Besusu Tengah, faktor ekonomi merupakan penyebab tersering anak

mengalami masalah gizi. Penyebab lainnya antara lain: pengetahuan ibu tentang

kesehatan, tingkat pendidikan ibu, dan pola asuh.

Page 5: LAPORAN BGM

5

LAMPIRAN

Page 6: LAPORAN BGM

5