BALITA BGM

38
BALITA BGM 13 APRIL 2011 Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan DiBawah Garis Merah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional, Masalah gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta

description

BALITA BGM

Transcript of BALITA BGM

Page 1: BALITA  BGM

BALITA BGM

13 APRIL 2011

Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan DiBawah Garis Merah

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya

masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah

Anemia Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),

Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-

kota besar.

Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional,

Masalah gizi kurang pada  balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.  Penyebab langsung

yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. (Depkes, 2000)

Page 2: BALITA  BGM

Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003

sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6

juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk

(8,3%). Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes,

2004)

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi

indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.  Menurut data

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka

Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka

Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Namun, Nusa

Tenggara Barat masih menduduki urutan kedua tertinggi penyumbang AKB

dan AKABA yaitu 72 per 1000 kelahiran dan 92 per 1000 kelahiran hidup.

(SDKI,2007)

Di Nusa Tenggara Barat (NTB), tercatat jumlah warga yang

mengalami gizi kurang hingga Juli 2010 mencapai 319 orang. Pada

Kabupaten Lombok Barat terdapat  65 kasus gizi kurang. (Rahayu,2010)

Dari data Dikes Kabupaten Lombok Barat diperoleh jumlah kejadian

balita berat badan dibawah garis merah (BGM) dari 15 puskesmas wilayah

Lombok Barat yaitu Puskesmas Meninting didapatkan 110 (3,46%) balita

BGM dari 3188 balita yang ada, Puskesmas Gunung Sari didapatkan 50

(1,77%) balita BGM dari 2802 balita yang ada, Puskesmas Penimbung

didapatkan 38 (1,83%) balita BGM dari 2050 balita yang ada, Puskesmas

Lingsar didapatkan 116 (4,02%) balita BGM dari 2892 balita yang ada,

Page 3: BALITA  BGM

Puskesmas Sigerongan didapatkan 73 (4,24%) balita BGM dari 1721 balita

yang ada, Puskesmas Narmada didapatkan 131 (4,30%) balita BGM dari

3054 balita yang ada, Puskesmas Sedau didapatkan 66 (1,61%) balita BGM

dari 4116 balita yang ada, Puskesmas Kediri didapatkan 32 ( 0,75%) balita

BGM dari 4251 balita yang ada, Puskesmas Kuripan 283 (9,03%) balita

BGM dari 3129 balita yang ada, Puskesmas Labuapi didapatkan 88 (3,19%)

balita BGM dari 2747 balita yang ada, Puskesmas Perampuan didapatkan

124 (4,60%) balita BGM dari 2699 balita yang ada, Puskesmas Jakem

didapatkan 89 (2,50%) balita BGM dari 3555 balita yang ada, Puskesmas

Sekotong 98 (6,20%) balita BGM dari 1583 balita yang ada, Puskesmas

pelangan didapatkan 57 (2,38%) balita BGM dari 2370 balita yang ada dan

Puskesmas Gerung 326 (6,30%) balia BGM dari 5172 balita yang ada.

Sehingga diperoleh jumlah balita di Kabupaten Lombok Barat pada ptahun

2009 sebanyak 45.327 balita dengan jumlah balita berat badan dibawah

garis merah sebanyak 1680 balita, dimana dari data tersebut terlihat

kejadian balita berat badan dibawah garis merah (BGM tertinggi di

Puskesmas Kuripan  yaitu sebanyak 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 total

balita yang ada (Dikes Kabupaten Lobar, 2009).

Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian sederhana tentang “Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat

Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) di wilayah kerja Puskesmas Kuripan

Tahun 2011”

B.   Rumusan Masalah

Page 4: BALITA  BGM

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Karakteristik Keluarga Balita

Dengan Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuripan Tahun 2011?

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah

(BGM) di wilayah kerja Puskesmas Kuripan tahun 2011.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di

bawah garis merah (BGM) berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga.

b.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di

bawah garis merah (BGM) berdasarkan Pendapatan keluarga.

c.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di

bawah garis merah (BGM) berdasarkan pola asuh anak.

d.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di

bawah garis merah (BGM) berdasarkan jumlah anggota keluarga

e.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di

bawah garis merah (BGM) berdasarkan Sanitasi lingkungan keluarga.

D.   Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Untuk Instansi Terkait

Page 5: BALITA  BGM

Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna

menyusun strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden BGM

2.    Manfaat Untuk Masyarakat

a.    Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang gizi balita

b.    Meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga untuk memperbaiki pola asuh

terhadap balita

3.    Manfaat Untuk Penelitian Yang Akan Datang

Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama

penelitian yang berhubungan dengan terjadinya BGM.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   TINAJUAN TEORI

1.      Karakteristik

a.      Pengertian

Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi

seperti jenis-jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat

pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Menurut

Efendi, demografi berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis

kelamin, dan status ekonomi sedangkan data cultural mengangkat tingkat

pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya

(Ayuria,2009).

Page 6: BALITA  BGM

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau

mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

2.  Karakteristik keluarga

     Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi kurang. Menurut

UNICEF (2008) yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari makanan (2) Akibat

terjadinya penyakit infeksi. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya

kasus gizi buruk yaitu: (1) Faktor ketersediaan pangan (2) Perilaku dan

pendidikan dalam pengolahan pangan dan pengasuhan anak; (3)

Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2006), ada 3 faktor penyebab

gizi buruk pada balita, yaitu: (1) Keluarga miskin/ sosial ekonomi (2)

Ketidaktahuan orang tua/ pengetahuan (3) Penyakit bawaan pada anak,

(Hardjoprakoso, 2008)

a.    Tingkat pendidikan keluarga

1)    Pengertian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

Page 7: BALITA  BGM

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP

dan SMA), sampai pendidikan tinggi (perguruan Tinggi). (Wikipedia,2011)

Berdasarkan pengertian pendidikan yang teah dijelaskan sebelumnya

maka dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain :

a)    Pendidikan mengandung tujuan yaitu kemampuan untuk berkembang,

sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.

b)    Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana

dalam memiih isi, strategi dan teknik pendidikan.

c)    Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat (formal dan non formal)

2)    Jalur pendidikan

Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

jalur pendidikan terdiri dari :

a)    Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

b)    Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan dan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

c)    Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Page 8: BALITA  BGM

3)    Jenjang pendidikan

Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a)    Pendidikan dasar

Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI) atau sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsnawiyah (Mts) atau yang sederajat.  

b)    Pendidikan menengah

Merupakan lanjutan pendidikan dasar. Terdiri atas pendidikan menengah

umum dan kejujuran seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliah

Kejujuran (MAK) atau yang sederajat.

c)    Pendidikan tinggi

Meupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Specialis dan

Doktor yang diselenggarakan oleh pergurun tinggi (Hasbullah, 2005)

4)    Pendidikan dan Gizi

Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih

mudah menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga

dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari. (Depkes RI,2003)

Page 9: BALITA  BGM

b.    Pendapatan  keluarga

Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh

seseorang baik berupa barang atau uang sebagai balas jasa yang dihitung

dalam perkapita, perminggu, perbulan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005,  Kriteria atau

batasan keluarga miskin Indonesia  jika pendapatan keluarga kurang dari

Rp. 600.000 per bulan.(Gema,2010)

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam

kualitas dan kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka

berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan

pendapatan yang rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga

tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara

tertentu secara efektif terutama untuk anak mereka. (Notoatmodjo,2007)

c.    Pola Asuh

Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, di

samping harus mengatur pola makan yang benar, juga tak kalah pentingnya

mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh

dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang pada anak,

memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan

seluruh anggota keluarga (Perangin-angin, 2006).

Page 10: BALITA  BGM

Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk

menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat

tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial.

Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa

anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat

membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada

masa ini juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan

pengasuhan ibunya (Sarah, 2008).

Adapun tipe-tipe pola asuh anak :

1)    Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek

terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan

seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,

pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini

diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan

atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak

dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan

terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya

bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak

berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk,

Page 11: BALITA  BGM

kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain

sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2)    Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat

pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai

aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu

perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan

hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak

dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati

orang-tua yang telah membesarkannya.

Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak

bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan

tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain.

Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa

mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan

lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3)    Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang

memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi

berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan

pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang

cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua kepada anak-anaknya.

Page 12: BALITA  BGM

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria,

menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua,

menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi,

berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

(Anonim,2008)

d.    Besar anggota keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat

nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama

mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika

yang harus dilayani jumlahnya sedikit. Besar keluarga mungkin

berpengaruh terhadap distribusi makanan dalam keluarga. Keadaan

demikian juga dapat mengakibatkan perhatian ibu terhadap perawatan

anak menjadi berkurang,karena perhatian ibu dalam merawat dan

membesarkan anak balita dapat terpengaruh bila banyak anak yang

dimiliki. Bila besar keluarga bertambah maka porsi makanan untuk setiap

anak berkurang. (Notoatmodjo,2007)

Menurut BKKBN, jumlah anggota keluarga kecil rata-rata adalah 4

orang. (Daniel,2005)

e.    Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebaginya (Notoadmojo, 2007).

Page 13: BALITA  BGM

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami

perkembangan.

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1)    Bahan bangunan

a)     Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi

ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang

yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai

rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang

penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah

pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak

berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan

dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang

basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.

b)     Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi

tidak cukup. Dinding rumah didarerah tropis khususnya dipedesaan, lebih

baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka

lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan

ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

c)      Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah

tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat

Page 14: BALITA  BGM

dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan

yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun

dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah

pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d)     Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.

Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan

bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk

menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso

tersebut ditutup dengan kayu.

2)    Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal

ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut

tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah

yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi

meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan

kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan

media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab

penyakit.)

Page 15: BALITA  BGM

Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara

ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena

disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa

oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar

ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a)    Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara

ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu

terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak

menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga

lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk

melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.

b)    Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap

udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga

agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di

dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

3)    Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan

rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya

Page 16: BALITA  BGM

bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan

menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat

dibedakan menjadi 2, yakni :

a)    Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting,

karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya

baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan

masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela)

luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang

terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat

jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam

ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini,

disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan

agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka

sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).

Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca.

Genteng kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi

genteng biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan

kaca.

b)    Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,

seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

4)    Luas bangunan rumah

Page 17: BALITA  BGM

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan

jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak

sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila

salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah

apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota

keluarga).

5)    Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a)    Penyediaan air bersih yang cukup

b)    Pembuangan Tinja

c)    Pembuangan air limbah (air bekas)

d)    Pembuangan sampah

e)    Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau

belakang).

Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan

tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

a)    Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan

bagian dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

Page 18: BALITA  BGM

b)    Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian

hidup dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam

rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan

sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus

terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo,

2007).

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan

terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi

saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan,

penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya

kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang

penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk,2001).

3.    Status Gizi Balita

a.    Pengertian

Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara

asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh

kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan,

penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya

di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008).

Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat

badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa

disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks.

Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment

Page 19: BALITA  BGM

Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat

tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk

assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori

yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya

dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM).

Sementara untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan

prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.

Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS

merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi

bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak

yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah

garis merah pada KMS.

b.    Klasifikasi dan Penilaian Status Gizi Balita

Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan menjadi empat

bagian, yaitu :

1)    Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika adanya

keseimbangan jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan

(required) oleh tubuh yang ditandai dengan berat badan.

2)    Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena

tidak cukup makan dan konsumsi energy kurang selama jangka waktu

tertentu. Berat badan yang menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.

3)    Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan

kebanyakan makanan dan konsumsi energi yang lebih banyak dari yang

Page 20: BALITA  BGM

dibutuhkan tubuh untuk  jangka waktu yang panjang. Kegemukan

merupakan tanda awal yang biasa dilihat dari keadaan gizi lebih.

4)    Gizi buruk, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan

nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah

standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat

dan kalori.

Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung

yaitu :

1)    Ststus gizi secara langsung

a)     Antropometri, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan kmposisi tubuh

dari berbagai tingkay umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk

melihat

b)     Klinis, pemeriksaan  klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Hal

ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti

kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c)      Biokimia, pemeriksaan specimen yang di uji secara laboratories yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh digunakan

Page 21: BALITA  BGM

antara lain : darah, urine,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot.

d)     Biofisik, penentuan gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

2)     Status gizi secara tidak langsung

a)    Survey konsumsi makanan, metode enentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

b)    Statistic vital, pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisis data beberapa  statistic kesehatan angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c)    Ekologi, bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Tabel 1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber : Yayah K.

Husaini, Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat.

Medika, No 8 tahun XXIII,1997)

Status GiziIndeks

BB/U TB/U BB/TBGizi Baik >80 % >90 % >90 %Gizi Sedang 71 % - 80

%81 % - 90

%81 % - 90

%Gizi Kurang 61 % - 70

%71 % - 80

%71 % - 80

%

Page 22: BALITA  BGM

Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70 % ≤ 70 %

Tabel  2. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan

Anak Perempuan

Umur (Bulan) Gizi Buruk (kg) Gizi Kurang (kg) Gizi 

(kg)

0 1.7 1.8 - 2.1 2.2 - 3.9

1 2.1 2.2 - 2.7 2.8 - 5.0

2 2.6 2.7 - 3.2 3.3 - 6.0

3 3.1 3.2 - 3.8 3.9 - 6.9

4 3.6 3.7 - 4.4 4.5 - 7.6

5 4.0 4.1 - 4.9 5.0 - 8.3

6 4.5 4.6 - 5.4 5.5 - 8.9

7 4.9 5.0 - 5.8 5.9 - 9.5

8 5.3 5.4 - 6.2 6.3 - 10.0

9 5.6 5.7 - 6.5 6.6 - 10.4

10 5.8 5.9 - 6.8 6.9 - 10.8

11 6.1 6.2 - 7.1 7.2 - 11.2

12 6.3 6.4 - 7.3 7.4 - 11.5

13 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 11.8

14 6.6 6.7 - 7.7 7.8 - 12.1

15 6.8 6.9 - 7.9 8.0 - 12.3

16 6.9 7.0 - 8.1 8.2 - 12.5

17 7.1 7.2 - 8.2 8.3 - 12.8

18 7.2 7.3 - 8.4 8.5 - 13.0

19 7.4 7.5 - 8.5 8.6 - 13.2

20 7.5 7.6 - 8.7 8.8 - 13.4

21 7.6 7.7 - 8.9 9.0 - 13.7

22 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.9

23 8.0 8.1 - 9.2 9.3 - 14.1

24 8.2 8.3 - 9.3 9.4 - 14.5

25 8.3 8.4 - 9.5 9.6 - 14.8

26 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 15.1

Page 23: BALITA  BGM

27 8.6 8.7 - 9.8 9.9 - 15.5

28 8.7 8.8 - 10.0 10.1 - 15.8

29 8.8 8.9 - 10.1 10.2 - 16.0

30 8.9 9.0 - 10.2 10.3 - 16.3

31 9.0 9.1 - 10.4 10.5 - 16.6

32 9.1 9.2 - 10.5 10.6 - 16.9

33 9.3 9.4 - 10.7 10.8 - 17.1

34 9.4 9.5 - 10.8 10.9 - 17.4

35 9.5 9.6 - 10.9 11.0 - 17.7

36 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.9

37 9.7 9.8 - 11.2 11.3 - 18.2

38 9.8 9.9 - 11.3 11.4 - 18.4

39 9.9 10.0 - 11.4 11.5 - 18.6

40 10.0 10.1 - 11.5 11.6 - 18.9

41 10.1 10.2 - 11.7 11.8 - 19.1

42 10.2 10.3 - 11.8 11.9 - 19.3

43 10.3 10.4 - 11.9 12.0 - 19.5

44 10.4 10.5 - 12.0 12.1 - 19.7

45 10.5 10.6 - 12.1 12.2 - 20.0

46 10.6 10.7 - 12.2 12.3 - 20.2

47 10.7 10.8 - 12.4 12.5 - 20.4

48 10.8 10.9 - 12.5 12.6 - 20.6

49 10.8 10.9 - 12.6 12.7 - 20.8

50 10.9 11.0 - 12.7 12.8 - 21.0

51 11.0 11.1 - 12.8 12.9 - 21.2

52 11.1 11.2 - 12.9 13.0 - 21.4

53 11.2 11.3 - 13.0 13.1 - 21.6

54 11.3 11.4 - 13.1 13.2 - 21.8

55 11.4 11.5 - 13.2 13.3 - 22.1

56 11.4 11.5 - 13.3 13.4 - 22.3

57 11.5 11.6 - 13.4 13.5 - 22.5

58 11.6 11.7 - 13.5 13.6 - 22.7

59 11.7 11.8 - 13.6 13.7 - 22.9

Page 24: BALITA  BGM

Tabel 3. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi pada Anak Laki-laki.Anak Laki-laki

Umur Gizi Buruk (kg) Gizi Kurang (kg) Gizi Baik (kg) Gizi Lebih (kg)

0 1.9 2.0 - 2.3 2.4 - 4.2 4.3

1 2.1 2.2 - 2.8 2.9 - 5.5 5.6

2 2.5 2.6 - 3.4 3.5 - 6.7 6.8

3 3.0 3.1 - 4.0 4.1 - 7.6 7.7

4 3.6 3.7 - 4.6 4.7 - 8.4 8.5

5 4.2 4.3 - 5.2 5.3 - 9.1 9.2

6 4.8 4.9 - 5.8 5.9 - 9.7 9.8

7 5.3 5.4 - 6.3 6.4 - 10.2 10.3

8 5.8 5.9 - 6.8 6.9 - 10.7 10.8

9 6.2 6.3 - 7.1 7.2 - 11.2 11.3

10 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 11.6 11.7

11 6.8 6.9 - 7.8 7.9 - 11.9 12.0

12 7.0 7.1 - 8.0 8.1 - 12.3 12.4

13 7.2 7.3 - 8.2 8.3 - 12.6 12.7

14 7.4 7.5 - 8.4 8.5 - 12.9 13.0

15 7.5 7.6 - 8.6 8.7 - 13.1 13.2

16 7.6 7.7 - 8.7 8.8 - 13.4 13.5

17 7.7 7.8 - 8.9 9.0 - 13.6 13.7

18 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.8 13.9

19 7.9 8.0 - 9.1 9.2 - 14.0 14.1

20 8.0 8.1 - 9.3 9.4 - 14.3 14.4

21 8.2 8.3 - 9.4 9.5 - 14.5 14.6

22 8.3 8.4 - 9.6 9.7 - 14.7 14.8

23 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 14.9 15.0

24 8.9 9.0 - 10.0 10.1 - 15.6 15.7

25 8.9 9.0 - 10.1 10.2 - 15.8 15.9

26 9.0 9.1 - 10.2 10.3 - 16.0 16.1

27 9.0 9.1 - 10.3 10.4 - 16.2 16.3

28 9.1 9.2 - 10.4 10.5 - 16.5 16.6

29 9.2 9.3 - 10.5 10.6 - 16.7 16.8

30 9.3 9.4 - 10.6 10.7 - 16.9 17.0

Page 25: BALITA  BGM

31 9.3 9.4 - 10.8 10.9 - 17.1 17.2

32 9.4 9.5 - 10.9 11.0 - 17.3 17.4

33 9.5 9.6 - 11.0 11.1 - 17.5 17.6

34 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.7 17.8

35 9.6 9.7 - 11.2 11.3 - 17.9 18.0

36 9.7 9.8 - 11.3 11.4 - 18.2 18.3

37 9.8 9.9 - 11.4 11.5 - 18.4 18.5

38 9.9 10.0 - 11.6 11.7 - 18.6 18.7

39 10.0 10.1 - 11.7 11.8 - 18.8 18.9

40 10.1 10.2 - 11.8 11.9 - 19.0 19.1

41 10.2 10.3 - 11.9 12.0 - 19.2 19.3

42 10.3 10.4 - 12.0 12.1 - 19.4 19.5

43 10.4 10.5 - 12.2 12.3 - 19.6 19.7

44 10.5 10.6 - 12.3 12.4 - 19.8 19.9

45 10.6 10.7 - 12.4 12.5 - 20.0 20.1

46 10.7 10.8 - 12.5 12.6 - 20.3 20.4

47 10.8 10.9 - 12.7 12.8 - 20.5 20.6

48 10.9 11.0 - 12.8 12.9 - 20.7 20.8

49 11.0 11.1 - 12.9 13.0 - 20.9 21.0

50 11.1 11.2 - 13.00 13.1 - 21.1 21.2

51 11.2 11.3 - 13.2 13.3 - 21.3 21.4

52 11.3 11.4 - 13.3 13.4 - 21.6 21.7

53 11.4 11.5 - 13.4 13.5 - 21.8 21.9

54 11.5 11.6 - 13.6 13.7 - 22.0 22.1

55 11.7 11.8 - 13.7 13.8 - 22.2 22.3

56 11.8 11.9 - 13.8 13.9 - 22.5 22.6

57 11.9 12.0 - 14.0 14.1 - 22.7 22.8

58 12.0 12.1 - 14.1 14.2 - 22.9 23.0

59 12.1 12.2 - 14.2 14.3 - 23.2 23.3              Sumber : Departemen Kesehatan RI,2006

4.    Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum

anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima

Page 26: BALITA  BGM

tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.

(Wikipedia, 2011)

Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat

badan menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS

(Anonim, 2009).

Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu

dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah

gizi.

Gambar 1. Indikator KMS Bila Berat Badan Balita Dibawah Garis

Merah.             

       

Sumber : Referensi kesehatan,2008

Page 27: BALITA  BGM

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPencapaian Indonesia Sehat 2010 program pangan dan gizi memiliki tujuan yaitu meningkatkan ketersediaan pangan dengan jumlah yang cukup serta kualitas yang memadai dan tersedia sepanjang waktu yaitu melalui peningkatan bahan pangan dan penganekaragaman serta pengembangan produksi olahan, meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup sehat (Depkes RI, 2003).Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna meningkatkan keadaan gizinya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan suatu bangsa (Almatsier, 2003).Beragam masalah kekurangan zat gizi yang sebagian mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor penyebab keadaan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk diberbagai negara sedang berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan jumlah produksi pangan belum mampu mengimbangi walaupun diterapkan beragam teknologi mutakhir. Disamping faktor bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan pangan yang memadai, masalah gizi timbul karena berbagai faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya (Suhardjo, 1996).Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak dan perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut (Almatsier, 2003).Masyarakat harus mengerti bahwa anak mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka sehingga anak tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi. Kelompok anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Sediaoetama, 2000).Kondisi gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk berat badan di bawah garis merah kebanyakan disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masih tinggi + 30-40%. Kebanyakan penyakit gizi ditandai dengan berat badan dibawah garis merah pada masa bayi dan anak ditandai 2 sindrom yaitu kwashiorkor dan marasmus (Hardjoprakoso, 1986).Menurut Suhardjo, (1996) Klasifikasi keadaan berat badan balita di bawah garis merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya. khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun, dimana keadaan seperti ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti : Tingkat pendidikan ibu, Tingkat ekonomi keluarga, Latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makan, Paritas, Keadaan fisiologi, Sehingga faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase balita dengan berat badan di bawah garis merah.

Page 28: BALITA  BGM

Menurut Dep.Kes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit, kasus gizi buruk lebih cepat menarik perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata penderitaan anak seperti : sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka mudah dikenal dan dihitung karena dibawa ke rumah sakit. Keluarga dan masyarakat tidak dapat berbuat banyak bagi anak yang gizi buruk (www.bkkbn.go.id).Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Lampung Timur gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini belum memuaskan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia mengalami gizi kurang, 7% diantaranya gizi buruk. Pada tahun 2005 tersebut didapatkan jumlah balita di Kecamatan Labuhan Maringgai yaitu 5905 balita. Dimana didapatkan balita BGM 1,02% yaitu 60 balita.Berdasarkan data Puskesmas Labuhan Maringgai bulan Januari 2006 didapatkan jumlah balita di Desa Muara Gading Mas yaitu 383 balita. Di desa tersebut juga ditemukan bayi dengan berat badan di bawah garis merah 3,7% yaitu 14 balita. Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang “Karakteristik Keluarga Dengan Balita BGM di Desa Muara Gading Mas”.

B. Rumusan MasalahMasalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik keluarga dengan balita BGM di Desa Muara Gading Mas”.

C. Ruang Lingkup PenelitianDalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti adalah sebagai berikut :1. Jenis Penelitian : Deskriptif2. Obyek Penelitian : Karakteristik keluarga dengan balita BGM3. Subyek penelitian : Seluruh Balita BGM4. Lokasi penelitian : Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur5. Waktu Penelitian : Bulan 10 Mei 2006 s.d 14 Mei 2006D. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM di Desa Muara Gading Mas.2. Tujuan KhususTujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :a. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan tingkat pendidikan ibu.b. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan tingkat ekonomi keluarga.c. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makand. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan paritas.e. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan keadaan fisiologi

Page 29: BALITA  BGM

E. Manfaat Penelitian1. Bagi Desa Tempat PenelitianSebagai bahan masukan dalam perencanaan program peningkatan gizi di desa tersebut.2. Bagi PuskesmasHasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program pelayanan kesehatan.3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan MetroSebagai dokumen dan bahan perbandingan peneliti lain untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Selanjutnya klik disini: BERI-BERI.com update to GOCB.blogspot.com: Karakteristik keluarga dengan balita berat badan di bawah garis merah (BGM) di desa dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI