evapro balita

28
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN “BALITA DITIMBANG” PADA PROGRAM “GIZI” DI PUSKESMAS JATILAWANG Disusun Oleh: Rica Anriz G1A210108 Amma F. Muiza G1A212023 Hamidatul Ulfah G1A212025 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS- ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Transcript of evapro balita

Page 1: evapro balita

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN “BALITA DITIMBANG” PADA PROGRAM “GIZI”

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:

Rica Anriz G1A210108

Amma F. Muiza G1A212023

Hamidatul Ulfah G1A212025

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: evapro balita

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN “BALITA DITIMBANG” PADA PROGRAM “GIZI”

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:

Rica Anriz G1A210108

Amma F. Muiza G1A212023

Hamidatul Ulfah G1A212025

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal ……………….

Preseptor Lapangan

dr. Anwar Hudiono

NIP. 19821224.201001.1.022

Page 3: evapro balita

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………….. ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………….....……………………………… 1

B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 2

C. Manfaat Penulisan……………………………………………... 3

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Input…………………………………………………………… 7

B. Proses………………………………………………………….. 8

C. Output…………………………………………………………. 9

D. Effect…………………………………………………………... 9

E. Outcome (Impact)……………………………………………... 9

III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Analisis SWOT……………………………………………………... 11

IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAH

A. Pembahasan Isu…………………………………………………. 14

B. Alternatif Pemecahan Masalah…………………………………. 16

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………..…… 19

B. Saran……………………………………………….…………... 19

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Page 4: evapro balita

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan baik fisik,

mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat juga dapat diukur dari

produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur

dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan

Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup

produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Untuk mencapai tujuan kesehatan di atas, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan

secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab

penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Berdasarkan Kepmenkes

no.128 tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja.

Sebagai pendorong aktivitasnya, puskesmas berpegang pada visi dan misi yang telah

dirumuskan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat, sedangkan misi

pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya misi pembanguan kesehatan nasional, yaitu; menggerakan pembangunan

berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya; mendorong kemandirian hidup sehat bagi

keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; memelihara dan meningkatkan mutu,

pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas;

memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

Salah satu komponen Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar adalah Program Upaya

Gizi Masyarakat. Gizi masyarakat dapat dinilai jika terdapat pencatatan yang kontinu dan

menyeluruh mengenai kondisi dan permasalahannya di masyarakat. Kegiatan yang dapat

dilakukan agar masalah gizi di masyarakat dapat dinilai adalah dengan adanya balita yang

mau datang ke pelayanan kesehatan/ posyandu untuk menimbang. Dengan adanya balita

yang mau ditimbang maka banyak permasalahan gizi yang dapat diamati, dinilai, hingga

dilakukan rencana penanganannya.

Page 5: evapro balita

Balita yang rutin ditimbang bisa diketahui status gizinya dari kartu KMS yang selalu

rutin diisi. Dengan adanya penimbangan maka status gizi dapat diketahui karena pada

dasarnya keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan

tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan

kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya

di dalam tubuh.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009 jumlah angka kunjungan balita yang

ditimbang belum memenuhi target yang diharapkan sebesar 80%. Target yang tercapai

hanya 69,8 % jauh dari SPM sebesar 80%.

Untuk mewujudkan visi dan misi puskesmas supaya tepat pada sasaran umum

pembangunan, maka perlu dilakukan pemecahan masalah gizi salah satunya adalah balita

yang mau datang ke pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan prioritas masalah

dari 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah Kecamatan

Jatilawang.

b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Jatilawang sebagai pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama.

c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas Jatilawang.

d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan di

Puskesmas Jatilawang.

e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-program

Puskesmas Jatilawang.

f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada program-

program kesehatan di Puskesmas Jatilawang.

Page 6: evapro balita

C. MANFAAT

a. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin

masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi dalam kinerja

Puskesmas.

c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat

Page 7: evapro balita

BAB II

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten

Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada ketinggian

18 – 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.272 mm/tahun dengan batas

wilayah sebagai berikut:

A. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati

B. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon

C. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap

D. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo

Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323 RT. Desa

terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit adalah Margasana

dengan luas 1,82 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa Gunungwetan adalah desa

terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan desa Tunjung merupakan

desa terdekat dengan jarak 0,15 km.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 adalah 57.286 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 28.461 jiwa (49,66%) dan perempuan 28.938 jiwa (50,34%)

dengan jumlah kepala keluarga 17.437 KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah

penduduk terbanyak ada di desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9294 jiwa atau sebesar

16,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa

Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2100 atau hanya

sebesar 3,82%.

Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang dibagi

menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar. Penduduk

terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.851 jiwa (10,18%) dan

sebagian besar penduduk berada pada usia produktif, hal ini merupakan aset sumber

daya manusia yang besar.

Page 8: evapro balita

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 2897 2771 5650

5 – 9 2913 2815 5728

10 – 14 3002 2849 5851

15 – 19 2736 2369 5105

20 – 24 1943 1921 3864

25 – 29 1922 2213 4135

30 – 34 1993 2320 4313

35 – 39 1994 2335 4329

40 – 44 1999 2095 4090

45 – 49 1663 1584 3267

50 – 54 1337 1302 2539

55 – 59 1052 1127 2179

60 – 64 1086 1135 2221

65 – 69 821 892 1713

70 – 74 636 654 1290

> 75 550 556 1106

Jumlah 28.564 28.938 57.485

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011

Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 sebesar

14.278 jiwa/km2. Desa terdapat adalah desa Gentawangi (1912 jiwa/km2) dan desa

Karanglewas merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah (577 jiwa/km2).

Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah pemeluk Agama Islam yaitu

sebesar 62.627 orang ( 99,467%), sisanya adalah pemeluk agama Katolik, Protestan<

Budha dan Hindu.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang adalah

petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 33.367

orang (58,04%). Mata pencaharian yang lain adalah sebagai pengusaha, buruh

industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS dan ABRI. Mata

pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai nelayan yaitu 10 orang.

Pendidikan penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak adalah tamat

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21.986 orang. Penduduk Kecamatan Jatilawang yang

Page 9: evapro balita

melanjutkan pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah 6752 orang, SLTA berjumlah

7432 orang, dan Universitas berjumlah 605 orang. Penduduk yang tidak atau belum

tamat SD sebesar 12.635 orang. Penduduk yang tidak pernah menjalani pendidikan

berjumlah 1411 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa keinginan atau kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang.

Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi,

Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan.

b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik

sanitasi)

c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

B. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Angka kematian bayi baru lahir, berdasarkan laporan kegiatan program KIA

selama tahun 2011 tercatat tidak ada dari 1.050 kelahiran hidup. Bila dibandingkan

dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung masih rendah ( IIS 2010 = 40 per 1.000

kelahiran hidup ). Pada tahun 2011 tidak terdapat kematian ibu nifas. Angka kematian

ibu ( AKI ) adalah 86,65 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan IIS

2010 ( AKI = 150/100.000 kelahiran hidup ), AKI di Kecamatan Jatilawang di bawah

IIS.

Berdasarkan data laboratorium pada tahun 2011 tidak terdapat kasus malaria

klinis dan malaria dengan klarifikasi pemeriksaan mikroskopik atau sebesar 0% kasus

per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 juga tidak terdapat kasus malaria klinis. Kasus

TB Paru Positip pada tahun 2011 tercatat 28 kasus CDR sebesar 42,5%. Bila

dibandingkan dengan tahun 2010 ( 13 kasus CDR= 19,66%) berarti terjadi kenaikan

CDR namun dibawah target SPM 2010 yaitu CDR sebesar 70%.

Kasus diare pada tahun 2011 tercatat 555 kasus dengan angka kesakitan

sebesar 9,68 per 1.000 penduduk. Angka ini sebenarnya jauh sekali dari kenyataan

karena angka ini diambil dari kasus yang berobat di puskesmas dan jaringannya

( pustu, polindes / PKD, posyandu ) saja. Sedangkan kasus diare yang berobat di

paramedis, bidan, atau dokter praktek swasta tidak terlaporkan.

Di tahun 2011 terdapat 4 kasus DBD dengan Incidence Rate 0,69% yang

terjadi di desa Tunjung. Hal ini terjadi karena mobilitas masyarakat yang cukup

tinggi,higiene sanitasi masyarakat yang masih kurang dan kegiatan PSN yang tidak

Page 10: evapro balita

rutin dilaksanakan. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ( 1 kasus Incidence Rate

0,17% ), berarti terjadi kenaikan kasus sebesar 300 %. Pada tahun 2011 di Kecamatan

Jatilawang tidak ditemukan kasus AFP, Campak, HIV dan Hepatitis (angka kesakitan

sebesar 0 per 1.000 penduduk). Lain halnya dengan Tetanus dan Diphteri ditemukan 1

kasus pada penderita dewasa.

Untuk penyakit tidak menular yang diamati dan dicatat selama tahun 2011

terdiri dari Ca Servik 2 kasus, Ca Mammae 2 kasus, Ca Hepar 1 kasus, Ca Colon 1

kasus, Non Insulin Dependent DM 210 kasus, Angina Pektoris 7 kasus, Decomp

Cordis 81 kasus, Hipertensi Essensial 720 kasus, Stroke Hemoragik 12 kasus, Stroke

Non Hemoragik 18 kasus, Asthma Bronchial 87 kasus, PPOK 36 kasus, KLL 144

kasus dan Psikosis 89 kasus. Kasus – kasus penyakit tidak menular ini di dapatkan

dari register Rawat Jalan dan Laboratorium Tahun 2011.

Berdasarkan hasil kegiatan program gizi, pada tahun 2011 tercatat 68 bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dari 1.050 bayi lahir hidup atau sebesar 6,47

%. Desa dengan BBLR tertinggi adalah desa Tinggarjaya 1,7% dan Bantar yaitu 1,3%

dari seluruh BBLR di Kecamatan Jatilawang. Pada tahun 2011 tercatat ada 4.667

balita, yang ditimbang sebanyak 3.257 balita atau sebesar 69,8%. Ini berarti masih di

bawah target SPM Kabupaten Banyumas 2011 yaitu sebesar 80 %. Untuk balita yang

ditimbang dan naik berat badannya sebanyak 2.119 atau sebesar 65,1 %, berarti masih

di bawah target SPM 2010 yang sebesar 80 %. Untuk balita bawah garis merah

( BGM ) ditemukan kasus sebanyak 48 balita atau sebesar 1,5 % dari seluruh balita

yang ditimbang, berarti sudah sesuai dengan target SPM tahun 2011 yaitu sebesar

<5%.

Dari penyelenggaraan program puskesmas serta kesesuaian dengan SPM tahun

2011, akan dipilih beberapa permasalahan yang dapat dijadikan alternatif prioritas di

Puskesmas Jatilawang dengan alasan karena masih terdapat gapantara data primer

dengan target SPM Puskesmas tahun 2011.

BAB III

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

Page 11: evapro balita

A. Input

Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem sehingga dilihat

apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami masalah atau tidak.

Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan

proses kegiatan tersebut.

Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber dana),

method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan), minute (waktu) dan

market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator

yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan

penilaian).

Man

Jumlah tenaga puskesmas jatilawang yang ada menurut data tahun 2011 berjumlah 53

orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2011

No Jenis Tenaga PNS PTT Honor

Daerah

Honor

Puskesmas

Jml Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Dokter Umum

Dokter Gigi

Perawat Umum

Perawat Gigi

Bidan

Apoteker

Pelaksana Gizi

Pelaksana

kesling

Analis

Pekarya Kes.

Juru Imunisasi

TU

Juru masak

Cleaning

2

1

5

1

10

1

1

1

-

-

-

9

-

-

-

-

-

-

14

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

4

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

1

2

1

9

1

24

1

1

1

-

-

-

10

1

1

2 S1

-

2 SPK, 7

AKPER

DIII

7 DI, 15 DIII,

2DIV

DIII

DIII

SPPH

-

-

-

3 SI, 6 SMA, 2

SD

SD

SMP

Page 12: evapro balita

15. service

Sopir

- - - 1 1 SMA

Jumlah 31 14 - 7 53

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di puksesmas

Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 2 orang, dokter gigi 1

orang, perawat umum 9 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 24 orang, apoteker 1

orang, pelaksan gizi 1 orang, pelaksana kesling 1 orang, bagian tata usaha 10 orang,

juru masak 1 orang, cleaning service 1 orang, dan sopir 1 orang. Puskesmas

Jatilawang tidak memiliki analis, pekarya kesehatan, dan juru imunisasi.

Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi,

Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan.

b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik

sanitasi)

c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP).

Money

Sumber dana untuk kegiatan program posyandu berasal dari dana swadaya

masyarakat, sehingga dana tersebut dirasa masih kurang untuk membiayai seluruh

kegiatan operasional puskemas.

Material

Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II dan

BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan

yang telah diajukan oleh Puskesmas. Alat-alat kedokteran : 1 unit mobil ambulans, 1 unit

kulkas penyimpan, 7 termos penyimpan vaksin, dan alat laboratorium sederhana.

Metode

Metode kegiatan posyandu adalah 5 meja yaitu Pendaftaran, Penimbangan,

Pencatatan, Penyuluhan, dan Pelayanan. Metode kegiatan minimal terdapat 3 meja.

Kegiatan 5 meja tersebut sudah dilakukan secara berkesinambungan pada setiap kegiatan

puskemas.

Minute

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan besarnya kasus dan

demografi/wilayah terdapatnya kasus.

Minute

Page 13: evapro balita

Sasaran masyarakat pada program Gizi berupa penimbangan berat badan balita

ditujukan kepada seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

B. Proses

Perencanaan (P1) :

Arah : Terwujudnya KECAMATAN JATILAWANG SEHAT 2011. Untuk

mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standard Pelayanan

Minimal (SPM) untuk program Kesehatan Lingkungan yang sudah ditetapkan di tingkat

Provinsi.

Pengorganisasian (P2)

1. Penggalangan kerjasama dalam Tim Promosi Kesehatan

2. Penggalangan kerjasama lintas sektoral

3. Penggalangan kerjasama dengan bidan desa Kecamatan Jatilawang

4. Penggalangan Desa Siaga

Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana Penggerakan dan

pelaksanaan program. Tim Puskesmas Jatilawang bekerjasama dengan masyarakat

khususnya bagian KIA dan kader untuk menindaklanjuti masalah pemberian tablet Fe

pada ibu hamil trimester III sehingga angka pemberian tablet Fe minimal mencapai target

SPM.

Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas

2. Puskesmas Jatilawang khususnya bagian Promosi Kesehatan

3. Bidan Desa Kecamatan Jatilawang

4. PWS = Pemantauan wilayah setempat

5. Kader atau perangkat desa setempat

C. Output

Sebagian besar masyarakat di wilayah Puskesmas Jatilawang kurang peduli terhadap

pentingnya Program Upaya Gizi Masyarakat dalam bentuk penimbangan balita setiap

bulan.

D. Effect

Page 14: evapro balita

Jumlah balita yang ditimbang setiap bulan belum mencapai taget SPM

E. Outcome

Balita yang tidak ditimbang tidak dapat diketahui status gizinya sehingga tidak dapat

diambil pencegahan jika terdapat balita BGM dengan gizi buruk.

BAB IV

IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

A. SWOT

1. Strength

Page 15: evapro balita

a. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai

b. Memiliki tenaga kesehatan yang cukup memadai dan kompeten dalam bidangnya.

2. Weakness

Kurangnya promosi kesehatan dari pihak puskesmas sehingga ketertarikan

masyarakat untuk melakukan penimbangan di pelayanan kesehatan/posyandu masih

rendah

3. Opportunity

a. Banyak warga Jatilawang yang mudah dijadikan kader kesehatan, saat ini sudah

terbentuk kader kesehatan di bidang Imunisasi, KB, dan Posyandu, baik balita

maupun lansia.

b. Memiliki kader posyandu yang berdedikasi tinggi

4. Threat

a. Wilayah di Jatilawang tidak semua mudah dijangkau.

b. Tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dan keluarga yang beragam sehingga

terdapat perbedaan perlakuan ibu terhadap balita.

c. Warga Jatilawang masih sulit diajak kerjasama dalam masalah kesehatan, tampak

dari mereka yang tidak mudah dikumpulkan dalam acara kesehatan, seperti

penyuluhan dan posyandu.

d. Peran serta tokoh masyarakat yang kurang.

BAB V

PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul pada Program

Gizi Masyarakat adalah masih rendahnya jumlah balita yang ditimbang di posyandu pada

wilayah kerja Puskesmas Jatilawang. Hal ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan

Page 16: evapro balita

memaksimalkan Strength dan Opportunity serta mengubah Weakness dan Threat menjadi

peluang untuk meningkatkan target balita ditimbang.

Puskesmas Jatilawang memiliki tenaga kesehatan dan kader posyandu yang sangat

memadai. Jika tenaga kesehatan dan kader posyandu dimaksimalkan untuk dapat

memberikan promosi dan pengertian kepada warga mengenai pentingnya balita ditimbang

tiap bulannya. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang efisien, seperti

pembuatan poster atau penyuluhan di tempat perkumpulan warga. Promosi yang berhasil

akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat meningkatkan jumlah

angka kunjungan balita ditimbang.

Masyarakat Kecamatan juga memiliki banyak potensi yang dapat dimaksimalkan.

Tokoh masyarakat dapat diajak kerjasama mempromosikan balita ditimbang. Promosi

kesehatan yang dapat disampaikan kepada masyarakat dapat berupa outcome yang timbul

dari kurangnya pemantauan status gizi. Status gizi balita dapat terpantau dari KMS yang

diisi setiap dilakukan penimbangan.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) kurva pertumbuhan pada

KMS dapat mengikuti tiga arah, yaitu pertumbuhan baik yang ditunjukkan dengan

pergerakan kurva pertumbuhan secara horizontal pada jalur pita hijau. Pertumbuhan

membaik akan tampak bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut

menunjukkan adanya pengejaran (catch-up) pada jalur pertumbuhan normal dengan

gerakan ke arah pita hijau (Depkes, 2005).

Selain pertumbuhan yang baik, pertumbuhan yang memburuk dan gizi kurang juga

dapat terdeteksi dari KMS. Pertumbuhan bayi memburuk bila berat badan hasil

penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan

normalnya. Kurva pertumbuhan akan tampak menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan

normalnya, baik ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM) (Depkes, 2005).

Status gizi yang rendah dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan balita. Menurut

Supariasa (2007) dampak gizi kurang pada balita dapat menyebabkan:

1. Perkembangan motorik terganggu.

2. Penyakit malnutrisi berat meliputi marasmus, kwashiorkor, dan marasmus

kwashiorkor.

3. Gangguan tingkat kecerdasan (Supariasa, 2007)

A. Isu Strategis

Page 17: evapro balita

Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber

daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun pertama merupakan masa

emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Gambaran keadaan gizi

balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Setiap tahun, diperkirakan ada 350.000 bayi dengan BBLR sebagai salah satu penyebab

utama tingginya kurang gizi pada balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita

sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar

37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10% (Susenas, 2003). Sedangkan data yang

didapatkan dari WHO (2012) menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-25

negara dengan tingkat gizi yang cenderung buruk yaitu sebesar 18.6% (WHO, 2012).

Meskipun sampai tahun 2000 penurunan gizi kurang cukup berarti, akan tetapi setelah

tahun 2000 gizi kurang meningkat kembali. Status gizi kurang pada balita dapat

menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berpikir. Balita hidup yang

menderita gizi kurang atau gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan hingga 10

% (Samsul, 2011).

Balita yang mengalami gizi kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk

merehabilitasi kemampuan kognitifnya daripada rehabilitasi keadaan gizinya. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan kognitif pada balita tidak akan segera membaik

meskipun status gizi berhasil diperbaiki. Perkembangan sel otak dan sel-sel saraf akan

berhenti ketika anak berusia 3 tahun sehingga pada periode umur tersebut anak

memerlukan makanan yang cukup mengandung zat gizi makromaupun mikro. Apabila

anak kekurangan gizi maka perkembangan fisik dan kemampuan menyerap rangsangan

ankan terhambat. Akibatnya anak akan lebih lambat beraktivitas dan bereaksi dibanding

anak usia sebaya yang cukup gizi (Latifah, 2008)

B. Alternatif Penyelesaian Masalah

Balita yang ditimbang akan diketahui status gizinya, sebaliknya, pada balita yang tidak

ditimbang, pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi tidak terpantau. Tidak

terpantaunya perkembangan status gizi, akan membuat ibu tidak dapat mengambil

langkah awal. Hal ini akan mendorong pentingnya penimbangan secara teratur di

Page 18: evapro balita

posyandu bagi balita. Upaya peningkatan program Balita Timbang di posyandu dapat

dilakukan dengan cara:

1. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk dapat

menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita

Timbang di Posyandu

2. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga kesehatan

sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan.

3. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita timbang

melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat.

4. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga

akibat jika penimbangan tidak dilakukan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Page 19: evapro balita

1. Kekuatan internal yang paling mendukung program Gizi di Puskesmas Jatilawang

adalah sarana, prasarana, serta tenaga kesehatan yang kompeten. Sedangkan kekuatan

eksternal yang mendukung program Gizi adalah para kader kesehatan yang aktif dan

berdedikasi.

2. Permasalahan yang muncul adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu di wilayah

Jatilawang yang beragam, kurangnya antusiasme masyarakat, dan kurangnya peran

serta tokoh masyarakat terhadap program kesehatan.

3. Upaya pemecahan masalah dapat berupa:

a. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk

dapat menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita

Timbang di Posyandu

b. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga

kesehatan sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan.

c. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita

timbang melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat.

d. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga

akibat jika penimbangan tidak dilakukan.

B. SARAN

1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan melaksanakan

sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral.

2. Monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin untuk dapat diketahui perkembangan

kegiatan yang telah dilaksanakan dan segera mengetahui permasalahan yang

ditemukan dalam bentuk laporan.

3. Adapun kegiatan yang perlu disusun dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL) dalam

kegiatan Penyusunan Profil Kesehatan antara lain: validasi data, koordinasi lintas

program dan sektoral dan penguasaan data bagi masing-masing pemegang program,

sehingga dalam pemecahan masalah dan penyusunan rencana kegiatan bisa sesuai

dengan kebutuhan yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Latifah, M. 2008. Mengenal Gizi dan Tumbuh Kembang Anak. Accessed on 9 Oktober 2012.

Page 20: evapro balita

Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Samsul, 2011. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20Dirjen-Sahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012.

Supariasa. 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Susenas. 2003. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20Dirjen-Sahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012.

WHO. 2012 available at: http://www.who.int/gho/publication/world_health_statistics/2012/en/index.html. Accessed on 9 Oktober 2012.