Program Penimbangan Balita

68
BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan pula. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan sejahtera. 1 Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya, melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak. Pembinaan kesehatan anak usia dini, sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang dapat membawa cacat serta untuk membina, membekali dan memperbesar potensinya untuk menjadi manusia tangguh. 2 Dalam beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi telah mengalami banyak penurunan yang cukup menggembirakan, meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan estimasi susenas tahun 2002 – 2003 Angka Kematian 1

Transcript of Program Penimbangan Balita

Page 1: Program Penimbangan Balita

BAB I

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian interaksi dari

pembangunan nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan pula. Tujuan

pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi

setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal dan sejahtera.1 Pembangunan kesehatan sebagai

bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya, melakukan pembinaan

kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak. Pembinaan

kesehatan anak usia dini, sejak masih dalam kandungan hingga usia balita

ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang

dapat membawa cacat serta untuk membina, membekali dan memperbesar

potensinya untuk menjadi manusia tangguh.2 Dalam beberapa tahun terakhir

Angka Kematian Bayi telah mengalami banyak penurunan yang cukup

menggembirakan, meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai

dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka

Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup,

kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per

1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan estimasi susenas tahun

2002 – 2003 Angka Kematian Bayi berturut – turut pada tahun 2001 sebesar 50

per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran

hidup.3

Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia,

yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Balita

dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 39 per 1000 kelahiran hidup (2007),

namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan

negara ASEAN lainnya, angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah

yang tertinggi. Depkes menargetan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1000

kelahiran hidup.3

Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita,

angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,

1

Page 2: Program Penimbangan Balita

pelaksanaannya tidak saja melalui program – program kesehatan, melainkan

berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat

dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan

masyarakat desa, yang pelaksanaannya secara operasional dibentuklah Pos

Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Posyandu ini merupakan wadah titik temu

antara pelayanan profesional dari petugas kesehatandan peran serta masyarakat

dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya

penurunan Angka Kematian Bayi dan angka kelahiran sosial. Salah satu tujuan

menyelenggarakan Posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian

bayi dan balita serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Pemantauan pertumbuhan

(growth monitoring) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-

menerus (berkesinambungan) dan teratur. Dengan pemantauan pertumbuhan,

setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak akan dapat

diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Dengan

diketahuinya gangguan gizi secara dini maka tindakan penanggulangannya

dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat

dicegah. Bentuk salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam

mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak melalui kegiatan

penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring balita dengan

melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan sebulan sekali dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar penimbangan bulanan

ini dapat diketahui status gizi dan penentuan tindak lanjutnya manakala

dibutuhkan.4

Semua informasi yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan balita

bersumber dari data berat badan hasil penimbangan balita. Bulan yang diisikan

kedalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidak naik (T) pertumbuhan balita.

Ibu yang tidak menimbang balitanya ke Posyandu dapat menyebabkan tidak

terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita yang tidak

ditimbang berturut-turut beresiko keadaan gizinya memburuk sehingga

mengalami gangguan pertumbuhan. Cakupan penimbangan balita (D/S) di

posyandu merupakan indikator tinggi/ rendahnya partisipasi masyarakat di

2

Page 3: Program Penimbangan Balita

posyandu (D/S merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu

dibanding seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang apakah gambaran faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu tidak menimbang balitanya di Posyandu.

I.2. Rumusan Masalah

1. Angka kematian balita pada tahun 2007 mencapai 39 per 1000

kelahiran hidup.

2. Angka kematian balita di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan

Negara ASEAN lainnya.

3. Belum optimalnya kinerja posyandu.

4. Cakupan penimbangan balita masih rendah.

5. Belum diketahuinya keberhasilan program penimbangan balita di

wilayah kerja Puskesmas Jelambar I.

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari

program penimbangan balita serta faktor-faktor yang berhubungan di

wilayah kerja Puskesmas Jelambar I pada bulan Juni 2012.

I.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keberhasilan program penimbangan balita

di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, periode juni

2012.

2. Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,

tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap

ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap program

penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

Jelambar I,pada periode Juni 2012.

3

Page 4: Program Penimbangan Balita

3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis

pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu,

pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita

terhadap program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas

Kelurahan Jelambar I, periode Juni 2012.

I.4. Manfaat

I.4.1. Manfaat bagi Peneliti

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan

membandingkan dengan keadaan sebenarnya didalam masyarakat.

2. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada

umumnya dan pemuka masyarakat pada khususnya.

3. Mengembangkan daya nalar, minat, semangat dan kemampuan,

serta pengalaman dalam bidang penelitian.

I.4.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan

fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat.

2. Mewujudkan UKRIDA sebagai research university dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.

3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara

mahasiswa dan staf pengajar.

4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan keberhasilan program penimbangan balita.

I.4.3. Manfaat bagi Masyarakat

1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat, terutama ibu

yang memiliki balita mengenai pentingnya kegiatan penimbangan

balita di posyandu.

4

Page 5: Program Penimbangan Balita

I.4.4. Manfaat bagi Puskesmas

1. Sebagai data mengenai kegiatan penimbangan balita di posyandu.

2. Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan, terutama

yang berkaitan dengan penimbangan pada balita serta memantau

pertumbuhan balita.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan program pelayanan penimbangan balita.

I.5. Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta

Barat, pada bulan Juni 2012.

5

Page 6: Program Penimbangan Balita

BAB II

Tinjauan Pustaka

II.1. Anak Dibawah Lima Tahun (Balita)

II.1.1. Definisi

Anak balita adalah yang berusia 0 tahun sampai dengan 5 tahun

kurang dari 1 hari. Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan anak

balita, antara lain adanya keterkaitan status gizi dan keadaan fisik

lingkungan. Anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap

berbagai paparan infeksi, karena pada tubuh anak yang kekurangan gizi

terdapat penghancuran jaringan untuk memenuhi kebutuhan energi

tubuh, sehingga homeostatis dalam tubuh terganggu dan akhirnya daya

tahan tubuh balita menurun, hal ini menyebabkan anak mudah terserang

penyakit. Adapun keadaan fisik lingkungan juga mempengaruhi

kesehatan balita, keadaan fisik lingkungan meliputi sarana sanitasi

(tempat pembuangan sampah), ketersediaan air bersih, cuaca,

ketersediaan rumah sehat.5,6

II.1.2. Pertumbuhan Balita4

1. Pengertian

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu

ke waktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi

tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung

jawab.

2. Garis Pertumbuhan

Anak sehat tumbuh mengikuti pola garis pertumbuhan

normal, bertambah umur akan bertambah berat mengikuti grafik

pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS).

3. Perkembangan anak sehat

Anak sehat mempunyai perkembangan kecerdasan,

ketangkasan, dan tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi sesuai

dengan umurnya.

6

Page 7: Program Penimbangan Balita

4. Ciri-ciri pertumbuhan:

a. Merupakan perubahanyang dapat diukur secara kuantitatif

b. Mengikuti perjalanan waktu

c. Setiap balita memiliki jalur pertumbuhan normal (growth

trajectory).

5. Pemantauan pertumbuhan Balita

Tujuan dari Pemantauan Pertumbuhan Balita antara lain:

a. Mencegah memburuknya keadaan gizi

b. Meningkatkan keadaan gizi

c. Mempertahankan keadaan gizi baik

II.1.3. Cakupan Penimbangan Balita

Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang

bertujuan untuk:4

1. Memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan

Kartu Menuju Sehat (KMS).

2. Memberikan konseling gizi.

3. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan

pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita

setiap bulan.

Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan bulan diisikan

dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehinggan membentuk garis

pertumbuhan anak. berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai

apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut:

“Naik” (N) atau “Tidak Naik” (T) dengan cara yang telah ditetapkan

dalam buku Panduan Penggunaan KMS bagi Petugas Kesehatan.4

Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula

jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak

yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali

ditimbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di bawah garis

merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu adalah jumlah seluruh

balita yang ada di wilayah kerja Posyandu (S), dan jumlah balita yang

memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).4

7

Page 8: Program Penimbangan Balita

Data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok

sesuai dengan fungsinya, yaitu:4

1. Kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan

pertumbuhan balita, baik untuk :

a. Penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan

BGM), dan

b. Penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (%

N/D).

2. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolan program/

kegiatan di posyandu (% D/S dan K/S).

II.2. Posyandu

II.2.1. Pengertian

Menurut Depkes RI (2005), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

di suatu wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan di Posyandu antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

KB (Keluarga Berencana), P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare),

dan Gizi (penimbangan Balita). Sedangkan sasaran penduduk Posyandu

ialah ibu hamil, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan Balita.

Program Posyandu merupakan strategi pemerintah dalam

menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate), angka

kelahiran (Birth Rate), dan angka kematian ibu (Maternal Mortality

Rate). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan

standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut.

Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara

nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola

dan memanfaatkan Posyandu, karena Posyandu adalah milik

masyarakat.Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di Posyandu

dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan.4

8

Page 9: Program Penimbangan Balita

II.1.2. Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja)3,4

1. Meja I

Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan

pendaftaran pada ibu dan Balita yang datang ke Posyandu. Alur

pelayanan Posyandu menjadi terarah dan jelas dengan adanya

petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu dan

Balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau

menumpuk di satu meja.

2. Meja II

Layanan meja II merupakan layanan penimbangan

3. Meja III

Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu

dan Balita mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan

mengisikan berat badan Balita ke dalam skala yang di sesuaikan

dengan umur Balita. Di atas meja terdapat tulisan yang menunjukan

pelayanan yang di berikan.

4. Meja IV

Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB,

penyuluhan kesehatan, pelayanan Pemberian Makanan Tambahan

(PMT), oralit, vitamin A, tablet zat besi dilakukan di meja IV

5. Meja V

Pemberian imunisasi dan pelayanan kesehatan kepada Balita yang

datang ke Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa

atau petugas kesehatan lainnya. Imunisasi yang diberikan di

posyandu adalah imunisasi dasar, yaitu: BCG, DPT, Hepatitis,

Polio, Campak.

Kecuali itu ada sebagian posyandu yang memberikan PMT kepada

bayi dan anak balita secara swadaya, PMT ini diberikan setelah meja V

(lima). Disamping itu ada pula Posyandu yang melakukan penyuluhan

kelompok sebelum meja I (satu) ataupun setelah meja V (lima). Dalam

penyelenggaraan posyandu ini sangatlah jelas bahwa yang mempunyai

9

Page 10: Program Penimbangan Balita

peranan besar adalah kader, dalam hal ini tentunya kader yang aktif

dalam setiap kegiatan Posyandu.

II.1.3. Tujuan Posyandu4

1. Tujuan Umum

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui

upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan

penurunan AKI dan AKB.

b. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan

Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan

AKB.

c. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan

dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan

AKB.

II.1.4. Program Kerja Posyandu7

1. KIA

2. KB

3. lmunisasi.

4. Gizi.

5. Penggulangan Diare.

II.1.5. Prinsip Dasar Posyandu4

Prinsip dasar Posyandu terdiri atas:

1. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan

antara pelayanan profesional dan non profesional oleh masyarakat.

2. Adanya kerjasama, lintas program yang baik (KIA, KB, gizi,

imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Depkes

RI, Depdagri/ Bangdes, BKKBN)

10

Page 11: Program Penimbangan Balita

3. Kelembagaan masyarakat

4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi, balita, anak balita,

ibu)

II.1.6. Indikator Kegiatan Posyandu7

Ada beberapa indikator dalam kegiatan Posyandu antara lain:

1. Liputan Program (K/S).

Merupakan indikator mengenai kemampuan program untuk

menjangkau Balita yang ada di masing-masing wilayah kerja

posyandu. Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ada

dan mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan jumlah

keseluruhan Balita dikalikan 100.

2. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D).

Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua

balita untuk menimbang balitanya setiap bulan. Indikator ini dapat

dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan

jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.

3. Hasil Penimbangan (N/D).

Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu waktu (bulan)

di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah

Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang

ditimbang bulan ini (D).

4. Hasil Pencapaian Program (N/S).

Indikator ini di dapat dengaan cara membagi jumlah Balita yang

naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita (S) dikalikan

100.

5. Partisipasi Masyarakat (D/S).

Indikator ini merupakan keberhasilan program Posyandu, karena

menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dan

orang tua Balita pada penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini

di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D)

dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi

11

Page 12: Program Penimbangan Balita

rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan

Balita ditimbangkan tiap bulannya.

II.2.7. Penimbangan8

Penimbangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memonitoring

balita dengan melihat naik atau tidak berat badan dengan menggunakan

alat timbang berupa dacin, yang dilakukan sebulan sekali dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan merupakan

salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam rangka

mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak

II.3. Kartu Menuju Sehat (KMS)9

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk Balita dan Balita adalah alat

yang sederhana dan murah, yang memuat data pertumbuhan serta

beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat

setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. Kartu menuju sehat

adalah suatu kartu yang berisikan rekomendasi tentang standar

pertumbuhan, prototipe grafik pertumbuhan dan petunjuk cara

penggunaan grafik pada pelayanan kesehatan.

Jenis-jenis catatan (informasi) pada KMS adalah:

1. Berat badan anak (pertumbuhan anak)

2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0

sampai 4 atau 6 bulan

3. Imunisasi yang sudah diberikan kepada anak

4. Pemberian vitamin A

5. Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan

Manfaat KMS:

1. Catatan/ informasi pada KMS merupakan ‘alat pemantau’ keadaan

balita yang bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan

kepada ibu dan keluarganya.

12

Page 13: Program Penimbangan Balita

2. Sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan bahan

acuan untuk memberikan rujukan, baik ke meja 5 maupun ke

Puskesmas.

3. Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut

ini:

a. Berat Badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada

KMS.

b. Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik.

II.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (Cakupan

Penimbangan Balita)

Menurut Blum dalam The Force Field and Well Being Paradigma

menjelaskan tentang empat faktor lapangan yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat yaitu:10

1. Faktor lingkungan

Termasuk di dalamnya adalah faktor fisik, sosial, ekonomi,

pendidikan, biologi.

2. Faktor perilaku

Termasuk didalamnya adalah tingkah laku dan kebiasaan.

3. Faktor pelayanan Kesehatan

Termasuk di dalamnya adalah pencegahan, pengobatan dan

rehabilitasi.

4. Faktor herediter atau Kependudukan

Dari konsep Blum diatas, dapat dilihat bahwa peran dokter dalam

menjaga agar seseorang atau masyarakat tetap dalam derajat kesehatan

yang optimum tidak cukup melalui cara mengobati dari orang yang sakit

satu ke orang sakit yang lainnya.

Oleh sebab itu, Leavel & Clark merumuskan Kedokteran

Pencegahan dalam five level of prevention yang meliputi Pencegahan

primer, sekunder, dan tersier yang mengandung arti bagaimana seseorang

tidak menjadi sakit. Promosi kesehatan yang merupakan bagian

pencegahan primer ditujukan kepada orang yang sehat yang belum sakit

13

Page 14: Program Penimbangan Balita

sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit. Salah satu usaha promosi

kesehatan adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan melalui

penyuluhan.10

Pada pencegahan sekunder dimana salah satu isinya adalah

diagnosis awal dan terapi yang adekuat, diharapkan setiap kasus yang

ditemukan dapat segera didiagnosis dan diberikan terapi yang adekuat

agar orang yang sakit tidak menjadi semakin parah. Dalam hal ini

petugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup

terhadap semua perlakuan yang harus diberikan pada setiap kasus yang

ada sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat.10

Pada penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu dan dana maka

kami mengambil 8 faktor dari uraian diatas, yaitu:

1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh terhadap cara

berfikir seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap

lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran

kesehatan terhadap diri sendiri dan keluarganya. Dalam hal ini

adalah kerutinan ibu untuk menimbangkan balitanya di posyandu.11

2. Status Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk

kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja tampak

berpengaruh pada ketidakaktifan ibu datang ke posyandu, karena

mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum

cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita

untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu

untuk mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.

Kondisi kerja merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan

ibu datang ke posyandu. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu

yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu akan

berkurang.11

3. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah hasil perolehan usaha. Jadi yang dimaksud

pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan

14

Page 15: Program Penimbangan Balita

yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari

orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga oleh

suami dan istri rata-rata dalam satu bulan merupakan penghasilan

dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam

bentuk makanan. Tingkat pendapatan keluarga mencerminkan

tingkat ekonomi seseorang dimana secara tidak langsung

berpengaruh dalam usaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini penimbangan balita di posyandu.8

4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan

suatu perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang

tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program Posyandu

khususnya ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke Posyandu.

Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan

ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan

maka para ibu balita akan sulit dalam menanamkan kebiasaan

kunjungan ke Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu akan

berdampak pada sikap terhadap manfaat yang ada dan akan terlihat

dari praktek dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah

kesehatan balitanya.8

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang

penting dalam masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang

percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta

kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam

kehidupan sehari-hari.8

Tingkat pengetahuan seseorang banyak mempengaruhi

perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan

seorang ibu tentang manfaat Posyandu, maka akan semakin tinggi

pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program

Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu yang rendah akan

menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu yang akan

membawa balita untuk berkunjung ke Posyandu.8

15

Page 16: Program Penimbangan Balita

5. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Komponen pokok sikap, Allport

menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku

ibu terhadap status gizi balita di enam Kecamatan di Kabupaten

Sragen tahun 2008, didapatkan bahwa ibu yang pengetahuan dan

sikapnya baik mempunyai kemungkinan 17 kali lebih besar unttuk

mempunyai anak balita dengan status gizi baik bila dibandingkan

dengan ibu yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang buruk.

6. Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan

biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah

tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

bahkan dapat dipelajari.Skinner (1938), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus/ rangsangan dari luar.

Penelitian mengenai hubungan perilaku ibu dengan status gizi

balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten

Langkat tahun 2005, mendapati jumlah ibu yang perilakunya baik

dengan status gizi balita baik sebesar 65,6% sedangkan jumlah ibu

yang perilaku kurang dengan status gizi balita kurang sebesar

16

Page 17: Program Penimbangan Balita

26,1%. Berdasarkan hasil uji statistic dari penelitian tersebut,

diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku

ibu dengan status gizi balita. Artinya status gizi balita sangat

mempengaruhi oleh tindakan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi

balita

7. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh

seorang wanita (primipara = 1, multipara = 2-5, grandemultipara =

lebih dari 5). Jumlah balita dalam suatu keluarga mempengaruhi

perhatian seorang ibu kepada balitanya, dimana semakin banyak

anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada

akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal

membawa balitanya ke Posyandu.11

17

Page 18: Program Penimbangan Balita

SDM

Sarana dan Prasarana

Lokasi

Program Penimbangan Balita

Faktor Ibu

Faktor Lingkungan

Faktor SaranaKinerja Posyandu

Kedatangan ke Posyandu

Pekerjaan

Pendidikan

Pengetahuan

Penghasilan

Sikap

Perilaku

Paritas

II.5. Kerangka Teori

18

Page 19: Program Penimbangan Balita

Program Penimbangan Balita

Pekerjaan

Pendidikan

Pengetahuan

Penghasilan

Sikap

Perilaku

Paritas

II.6. Kerangka Konsep

19

Page 20: Program Penimbangan Balita

BAB III

Metodologi Penelitian

III.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

deskriptif analitik yang dilakukan secara cross sectional mengenai gambaran

keberhasilan program penimbangan balita dan faktor-faktor yang berhubungan

di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat.

III.2. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta

Barat.

III.3. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita yang berumur 0 sampai

5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,

kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, sebanyak 399 balita.

III.3.1. Responden

Seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja di Puskesmas

Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,

yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yang.

III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

III.4.1. Kriteria Inklusi

- Semua ibu yang memiliki balita yang berusia 0 sampai dengan 5

tahun.

- Memiliki KMS balita

20

Page 21: Program Penimbangan Balita

- Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar

1, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

- Bersedia menjadi responden.

III.4.2. Kriteria Eksklusi

- Tidak memiliki KMS

- Tidak datang saat dilakukan penimbangan

- Tidak bersedia menjadi responden.

III.5. Sampel

III.5.1. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel

minimal sebagai berikut:

N1 =(Zα)2 x p x q

L2

N2 = N1 + (10% x N1)

n1 = jumlah sampel minimal

n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10%

(substitusi adalah persen responden yang mungkin drop out)

Zα= nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5%

didapatkan Zα pada kurva normal = 1,96.

P = proporsi keberhasilan program penimbangan balita, berdasarkan

hasil penelitian dari kepustakaan yang ada (59,67% pada tahun

2006).

q = 100% - p = 40,33%

L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.

21

Page 22: Program Penimbangan Balita

N1 =(1,96)2 x 0,5967 x 0,4033

(0,1)2

N1 = 92,45

N2 = 92,45 + 9,245

= 101,695 (dibulatkan menjadi 102 orang)

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 102 orang.

III.5.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan cara Stratified Sampling, dari

masing – masing Rukun Warga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

Jelambar I. Dari 4 Rw yang ada (Rw 02, Rw 03, Rw 04, Rw 11), diambil

sampel secara proporsional yang dianggap mewakili masing-masing Rw

tersebut. Jumlah sampel yang terpilih secara proporsional dari masing-

masing Rw yaitu:

- Rw 02: 24 orang

- Rw 03: 25 orang

- Rw 04: 16 orang

- Rw 11: 40 orang

Sehingga total jumlah sampel terpilih sebanyak 105 orang ibu yang

memiliki balita.

III.6. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel

bebas (independen). Variabel terikat adalah berupa program penimbangan

balita. Variabel bebas antara lain berupa: tingkat pendidikan ibu, jenis

pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap

ibu, dan perilaku ibu.

III.7. Cara kerja

1. Menghubungi kepala Puskesmas Kelurahan Jelambar I untuk mengetahui

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat dan membantu kegiatan penelitian.

22

Page 23: Program Penimbangan Balita

2. Menghubungi kepala Kelurahan Jelambar, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian untuk

melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut, dan

meminta ijin untuk diadakannya penelitian di Kelurahan Jelambar.

3. Menghubungi bidan, dan kader setempat untuk melaporkan tujuan

dilakukannya penelitian di daerah tersebut dan meminta bantuan untuk

dilaksanakannya penelitian dengan membagikan kuesioner pada ibu-ibu

yang mempunyai.

4. Melakukan pengumpulan data-data dengan mengunakan instrumen

penelitian berupa kuesioner di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

5. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.

6. Penulisan laporan penelitian.

7. Pelaporan dan presentasi penelitian

III.8. Manajemen Data

III.8.1. Pengumpulan Data

1. Data primer

Dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner

terhadap ibu-ibu yang memiliki balita yang menjadi responden di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

2. Data sekunder

Diambil dari data laporan kegiatan Posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat, dan jurnal-jurnal hasil penelitian.

III.8.2. Pengolahan Data

Terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan

berupa proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan

dan diolah dengan menggunakan program SPSS (Stastistical Package for

Social Science).

23

Page 24: Program Penimbangan Balita

III.8.3. Penyajian Data

Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.

III.8.4. Analisis Data

Terhadap data yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan

cara uji statistik yang sesuai, dan difokuskan untuk mendapatkan

gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan program penimbangan

balita.

III.8.5. Interpretasi Data

Data diinterpretasi secara deskriptif-korelatif antar variabel-

variabel yang telah ditentukan.

III.8.6. Pelaporan Data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya

akan dipresentasikan dihadapan staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu

Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana.

III.9. Definisi Operasional

III.9.1. Data Umum

1. Responden

Responden adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak balita,

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,

kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni

2012.

2. Keberhasilan program penimbangan balita.

Keberhasilan program posyandu diukur berdasarkan beberapa

indikator, antara lain:

a. Liputan Program (K/S)

K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan

atau liputan program. Indikator ini dihitung dengan cara

24

Page 25: Program Penimbangan Balita

membandingkan jumlah balita yang dapat di posyandu dan

memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah

posyandu tersebut dikalikan 100%.

b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D)

Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan

motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap

bulan. Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita

yang ditimbang (D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan

mempunyai KMS (K) dikalikan 100.

c. Hasil Penimbangan (N/D)

Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu

waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat

dengan membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N)

dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan ini (D).

d. Hasil Pencapaian Program (N/S)

N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat

keberhasilan program di posyandu. Indikator ini

menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya.

Indikator ini di dapat dengan cara membagi jumlah Balita

yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita

(S) dikalikan 100.

e. Partisipasi Masyarakat (D/S)

Indikator ini merupakan keberhasilan program

Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat

partisipasi masyarakat dan orang tua Balita pada

penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini di peroleh

dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D)

dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100.

Tinggi rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif

tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya.

Untuk mengukur keberhasilan program penimbangan balita,

digunakan data SKDN dari masing-masing posyandu.

Alat ukur : KMS (Kartu Menuju Sehat)

25

Page 26: Program Penimbangan Balita

Kala : Ordinal

Hasil ukur : Kategori grafik KMS

- Naik (sesuai garis pertumbuhan)

→ Koding 1

- Tidak naik (tidak sesuai garis pertumbuhan)

→ Koding 2

3. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diterima

oleh responden dari suatu institusi tertentu yang mencakup:

SD/sederajat, SMP/sederajat, SMU/sederajat, Perguruan tinggi.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Pendidikan Rendah (Tidak sekolah - SD/ sederajat)

→ Koding 1

- Pendidikan Sedang (SMP/ sederajat – SMA/ sederajat)

→ Koding 2

- Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi)

→ Koding 3

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-

hari dalam upaya mendapatkan imbalan uang atau materi untuk

pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Tidak bekerja → Koding 1

Termasuk didalamnya sebagai ibu rumah tangga.

- Bekerja tidak tetap → Koding 2

Bila ibu bekerja paruh waktu, yang kegiatan sehari-hari

tidak tetap dengan tujuan memperoleh imbalan uang atau

26

Page 27: Program Penimbangan Balita

materi, baik yang dilakukan di dalam maupun diluar

rumah.

- Bekerja → Koding 3

Bila ibu bekerja penuh waktu, yang kegiatan utama sehari-

hari bertujuan memperoleh imbalan uang atau materi, baik

yang dilakukan di dalam maupun di luar rumah

5. Tingkat pendapatan

Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga

selam satu bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi

tanggungan keluarga. Pengelompokan berdasarkan BPS tahun

2012, Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Jakarta.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Rendah → Koding 1

Bila pendapatan keluarga perbulan < Rp 1.529.150,-

- Sedang → Koding 2

Bila pendapatan keluarga perbulan antara Rp 1.529.150,-

hingga Rp 3.058.300,-

- Tinggi → Koding 3

Bila pendapatan keluarga perbulan > Rp 3.058.300

6. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh

seorang wanita.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Grandemultipara → Koding 1

Bila paritas ibu > 5 anak

- Multipara → Koding 2

Bila paritas ibu 3 - 5 anak

27

Page 28: Program Penimbangan Balita

- Primipara → Koding 3

Bila paritas ibu < 2 anak

III.9.2. Data Khusus

A. Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang posyandu dan kegiatannya yang meliputi

pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan kesehatan

ibu, anak dan gizi, imunisasi dan pengobatan. Serta pemahaman

responden tentang pola pertumbuhan balita normal yaitu

pertambahan umur diikuti pertambahan berat badan mengikuti

grafik pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS).

Penilaian Pengetahuan

1. Menurut ibu, POSYANDU singkatan dari apa?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Pusat Yayasan Terpadu

b. Pos Pelayanan Terpadu

c. Pusat Pelayanan Terpadu

Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1

Bila menjawab A dan C diberi 0

2. Menurut ibu apa saja kegiatan yang dilakukan di POSYANDU?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Pendaftaran, Penimbangan, Imunisasi, Penyuluhan.

b. Pendaftaran, Imunisasi, Pengobatan.

c. Pendaftaran, Penimbangan, Imunisasi, Pengobatan,

Penyuluhan.

Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1

Bila menjawab A dan B diberi 0

3. Siapa yang bertugas di Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Petugas/ kader

b. Ketua RT/ tetangga

c. Dokter/ perawat

28

Page 29: Program Penimbangan Balita

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

4. Balita adalah anak yang berumur…….

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. 5 tahun

b. 0 – 5 tahun

c. 1 – 3 tahun

Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1

Bila menjawab A dan C diberi 0

5. KMS adalah ………

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Kartu Menuju Sehat

b. Kartu Meningkatkan Sehat

c. Kartu Menanggulangi Sakit

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

6. Menurut ibu apa manfaat KMS?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Untuk berobat

b. Untuk pencatatan berat badan balita saja

c. Untuk memantau berat badan dan pertumbuhan bayi

Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

7. Menurut ibu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan balita

yang baik?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Kalau tidak sakit

b. Bila berat badan bertambah

c. Bila usia bertambah maka berat badan balita bertambah

Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1

Bila menjawab A dan B diberi 0

29

Page 30: Program Penimbangan Balita

8. Menurut ibu sampai umur berapa anak perlu ditimbang di

posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Kurang dari 2 tahun

b. Sampai 5 tahun

c. Lebih dari 5 tahun

Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1

Bila menjawab A dan C diberi 0

9. Apa manfaat penimbangan di Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Untuk melihat berat badannya

b. Untuk diisi dibuku KMS

c. Untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya

Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1

Bila menjawab A dan B diberi 0

10.Berat badan balita yang baik pada grafik KMS adalah ……

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Diatas garis merah

b. Pada garis merah

c. Dibawah garis merah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

Kesimpulan Penilaian

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10

Skor terendah : 10 x 0 = 0

Interval : 10 – 0 = 10

- Pengetahuan baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah

= (80% x 10) + 0

= 8

- Pengetahuan cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah

= (60% x 10) + 0

= 6

30

Page 31: Program Penimbangan Balita

- Pengetahuan kurang = 0 - 5

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Pengetahuan kurang → Koding 1

- Pengetahuan sedang → Koding 2

- Pengetahuan baik → Koding 3

B. Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang secara konsisten

terhadap sesuatu berdasarkan pendidikan, pendapat dan keyakinan

individu tersebut.

Penilaian Sikap

1. Berapa kali anda mengikuti penyuluhan di Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. > 3 kali

b. 1-2 kali

c. Tidak pernah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

2. Berapa kali ibu berkunjung ke Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Setiap bulan

b. Setiap 6 bulan

c. Setahun sekali

d. Tidak pernah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B, C dan D diberi 0

3. Menurut ibu, apakah penting untuk menimbang anak di

Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

31

Page 32: Program Penimbangan Balita

a. Sangat penting

b. Kurang penting

c. Tidak penting

d. Tidak tahu

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B, C dan D diberi 0

4. Apakah ibu setuju jika balita hanya diberi susu formula saja?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat setuju

b. Kurang setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1

Bila menjawab A, B dan C diberi 0

5. Apakah ibu setuju jika setiap bayi harus memiliki KMS?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat setuju

b. Kurang setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B, C dan D diberi 0

6. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang setiap bulan?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat setuju

b. Kurang setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B, C dan D diberi 0

7. Apakah ibu setuju jika balita tidak perlu dipantau pertumbuhan

dan perkembangannya?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

32

Page 33: Program Penimbangan Balita

a. Sangat setuju

b. Kurang setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1

Bila menjawab A, B dan C diberi 0

8. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang hingga usia 3

tahun?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat setuju

b. Kurang setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1

Bila menjawab A, B dan C diberi 0

Kesimpulan Penilaian

Skor tertinggi : 8 x 1 = 8

Skor terendah : 8 x 0 = 0

Interval : 8 – 0 = 8

- Sikap baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah

= (80% x 8) + 0

= 6,4

- Sikap cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah

= (60% x 8) + 0

= 4,8

- Sikap kurang = 0 – 4,8

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Sikap kurang → Koding 1

- Sikap sedang → Koding 2

33

Page 34: Program Penimbangan Balita

- Sikap baik → Koding 3

C. Perilaku

Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang

untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan

pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang

bersangkutan.

Penilaian Perilaku

1. Berapa kali ibu membawa anak ke Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Lebih dari 6 kali setahun

b. Kurang dari 6 kali setahun

c. Tidak pernah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

2. Berapa kali ibu membawa anak untuk ditimbang berat badan di

Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Lebih dari 6 kali setahun

b. Kurang dari 6 kali setahun

c. Tidak pernah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

3. Menurut ibu, apakah Posyandu bermanfaat?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat bermanfaat

b. Kurang bermanfaat

c. Tidak bermanfaat

d. Tidak tahu

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B, C dan D diberi 0

4. Saat menimbang anak di posyandu apakah ibu membawa KMS?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

34

Page 35: Program Penimbangan Balita

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

5. Apakah grafik KMS anak ibu dibawah garis merah?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Tidak Pernah

b. Kadang-kadang

c. Selalu

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

6. Apakah ibu menanyakan mengenai keadaan pertumbuhan dan

perkembangan anak pada petugas kesehatan?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Tidak pernah

b. Tidak Selalu

c. Selalu

Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1

Bila menjawab A dan B diberi 0

7. Sampai usia berapa anak ibu ditimbang di posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. 5 tahun

b. 3 tahun

c. 1 tahun

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

8. Apakah ibu mau menjadi kader Posyandu?

(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)

a. Sangat mau

b. Biasa saja

c. Tidak mau

35

Page 36: Program Penimbangan Balita

Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1

Bila menjawab B dan C diberi 0

Kesimpulan Penilaian

Skor tertinggi : 8 x 1 = 8

Skor terendah : 8 x 0 = 0

Interval : 8 – 0 = 8

- Perilaku baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah

= (80% x 8) + 0

= 6,4

- Perilaku cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah

= (60% x 8) + 0

= 4,8

- Perilaku kurang = 0 – 4,8

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Hasil ukur :

- Perilaku rendah → Koding 1

- Perilaku sedang → Koding 2

- Perilaku baik → Koding 3

III.10. Etika Penelitian

Responden yang diwawancara untuk pengisian kuesioner pada penelitian

ini diberikan jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan, mendapat

informed consent yang jelas tentang persetujuan penelitian yang akan

dilakukan, dan berhak menolak apabila tidak bersedia menjadi responden.

36

Page 37: Program Penimbangan Balita

III.11. Sarana

III.11.1.Tenaga

Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu

Kesehatan Masyarakat dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu

dosen IKM

III.11.2.Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi,

lembar kuesioner, komputer beserta printer, program SPSS, internet dan

alat tulis.

37

Page 38: Program Penimbangan Balita

BAB IV

Hasil Penelitian

Selama proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 11 Juni

2012 – 30 Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,

kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dengan sampel sebanyak 105

responden yang dipilih dengan cara stratified sampling, didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

No Indikator Hasil Pencapaian

1 Liputan Program (K/S) 64,16%

2 Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D) 100%

3 Hasil Penimbangan (N/ D) 58,97%

4 Hasil Pencapaian Program (N/S) 23,05%

5 Partisipasi Masyarakat (D/S) 39,06%

Keterangan:

S= Jumlah semua balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jelambar I,

kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat

K= Jumlah semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS

D= Jumlah balita yang ditimbang

N= Jumlah balita yang naik berat badannya

Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Grafik KMSNaik 72 68,6%

Tidak Naik 33 31,4%

38

Page 39: Program Penimbangan Balita

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Tingkat Pendidikan

Rendah 19 18,1%

Sedang 78 74,3%

Tinggi 8 7,6%

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Jenis Pekerjaan

Tidak Bekerja 62 59%

Tidak Rutin Bekerja 4 3,8%

Bekerja 39 37,1%

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga

di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Tingkat Pendapatan

Rendah 75 71,4%

Sedang 24 22,9%

Tinggi 6 5,7%

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Tingkat

Pengetahuan

Kurang 13 12,4%

Sedang 57 54,3%

Baik 35 33,3%

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

39

Page 40: Program Penimbangan Balita

Variabel Frekuensi Persentase

Sikap

Kurang 9 8,6%

Sedang 28 26,7%

Baik 68 64,8%

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Perilaku

Kurang 16 15,2%

Sedang 35 33,3%

Baik 54 51,4%

Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Variabel Frekuensi Persentase

Paritas

GrandeMultipara 11 10,5%

Multipara 41 39,0%

Primipara 53 50,5%

Tabel 10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,

tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan

ibu, sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS

di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

40

Page 41: Program Penimbangan Balita

Variabel

Grafik KMS

Value H0Naik Tidak

Naik

Tingkat

Pendidikan

Rendah 13 6X2 =

1,462

p < 0,05

H0 ditolakSedang 52 26

Tinggi 7 1

Jenis Pekerjaan

Tidak Bekerja 42 20X2 =

0,104

p < 0,05

H0 ditolakBekerja Tidak Rutin 1 3

Bekerja 27 12

Tingkat

Pendapatan

Kurang 51 24X2 =

0,078

p < 0,05

H0 ditolakSedang 17 7

Baik 2 4

Paritas

GrandeMultipara 8 3X2 =

1,804

p < 0,05

H0 ditolakMultipara 16 25

Primipara 39 14

Tingkat

Pengetahuan

Kurang 7 6X2 =

2,597

p < 0,05

H0 ditolakSedang 38 19

Baik 27 8

Sikap

Kurang 2 7X2 =

14,376

p > 0,05

H0 gagal

ditolak

Sedang 16 12

Baik 54 14

Perilaku

Kurang 11 5X2 =

0,214

p < 0,05

H0 ditolakSedang 23 12

Baik 38 16

BAB V

Pembahasan

V.1. Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN,

didapatkan cakupan liputan program penimbangan balita (K/S) sebesar

41

Page 42: Program Penimbangan Balita

64,16%, untuk cakupan tingkat kelangsungan penimbangan (K/D)

sebesar 100%, untuk cakupan hasil penimbangan (N/D) sebesar 58,97%.

Sedangkan untuk cakupan hasil pencapaian program (N/S) 23,05%, dan

untuk cakupan partisipasi masyarakat (D/S) sebesar 39,06%.

V.2. Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Sebaran responden berdasarkan kenaikan grafik KMS di Wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN,

didapatkan grafik KMS yang naik adalah sebesar 68,6% dan untuk grafik

KMS yang tidak naik adalah sebesar 31,4%. Angka ini didapati lebih

besar dari angka Riset Kesehatan Dasar tahun 2006 yakni 59,67%.3

V.3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dari hasil

penelitian kami, didapatkan tingkat pendidikan rendah sebesar 18,1%

dengan keadaan tidak bekerja sebesar 49,2% dan pendapatan keluarga

rendah sebesar 71,4%. Ibu yang tidak bekerja lebih banyak dengan kata

lain ibu yang mempunyai waktu yang banyak terhadap balitanya dalam

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balitanya Dalam hal

mengasuh anak ibu adalah orang yang paling banyak terlibat sehingga

pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan balita dan keluarga.

Meningkatnya kesempatan kerja terutama bagi ibu yang memiliki balita

dapat mengurangi waktu ibu untuk mengasuh dan merawat balitanya.

V.4. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

42

Page 43: Program Penimbangan Balita

Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna

antara pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik

grafik KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana

didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan

keluarga mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu

sibuk berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan

keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga

akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan

keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang

bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi

kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS.

V.5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

V.6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

V.7. Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

V.8. Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

V.9. Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

43

Page 44: Program Penimbangan Balita

V.10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,

tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan ibu,

sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.

Berdasarkan tabel sebaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu, pada

(tabel 4.2) terdapat sebaran responden menunjukan bahwa pengetahuan yang

baik tentang penimbangan balita sebesar 33,3%, sikap ibu yang baik tentang

penimbangan balita sebesar 64,8% dan perilaku ibu yang baik tentang

penimbangan balita sebesar 51,4%. Tingginya tingkat pengetahuan yang baik

tentang penimbangan balita sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu tentang penimbangan balita cukup baik, pengetahuan ibu

tentang penimbangan balita sangat diperlukan untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangan balita. Khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung

jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Pertumbuhan dan

perkembangan anak dapat dipantau melalui Naik atau Tidak Naik Grafik KMS

yang dimiliki oleh ibu Pengetahuan tentang penimbangan balita merupakan

proses untuk mengubah sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk

kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Sedangkan dalam penelitian ini

didapatkan persentase sikap yang baik sebesar 64,8% dan perilaku yang baik

sebesar 51,4%. .Pengetahuan tentang penimbangan balita yang baik akan

mempengaruhi sikap sehingga perilaku yang baik.tentang penimbangan balita

sebesar 51,4%. Berdasarkan uji statistik dari penelitian ini diketahui tidak

terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan antara sikap ibu dengan Naik

atau Tidak Naik grafik pada KMS. Artinya kenaikan atau penurunan grafik

KMS belum tentu dipengaruhi oleh sikap ibu dalam penimbangan balita.

Dalam hal ini ada faktor lain yaitu jarak posyandu dengan rumah yang jauh.

44

Page 45: Program Penimbangan Balita

Dari data hubungan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak

Naik grafik KMS pada (tabel 4.4) terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Pada

penelitian ini, dilakukan analisa hasil dengan menggunakan chi squre antara

Naik atau Tidak Naik grafik KMS dengan pengetahuan dan perilaku ibu

menunjukkan hubungan bermakna (p < 0,05). Hal ini berarti tingkat

pengetahuan dan perilaku ibu akan mempengaruhi Naik atau Tidak Naik grafik

KMS. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang penimbangan balita akan

menyebabkan ibu menyadari pentingnya manfaat dilakukan penimbangan

balita yaitu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini

akan menyebabkan perilaku ibu yang baik karena ibu akan membawa anaknya

ke Posyandu untuk ditimbang berat badannya dan untuk memantau

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Berdasarkan data yang dikumpulkan

tidak ditemukan hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang

hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak

Naik grafik KMS .

Pada sebaran tabel 4.2 didapatkan paritas baik sebesar 50,5 %, hal ini berarti

tingkat paritas ibu dikelurahan Jelambar 1 baik, dengan sedikitnya jumlah anak

maka ibu diharapkan dapat lebih memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan anaknya. Dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan

bermakna antara paritas ibu dengan Naik atau Tdak Naik grafik KMS ( P <

0,05 ) pada tabel 4.4 . Dalam hal ini berarti paritas ibu dapat mempengaruhi

kenaikan dan penurunan grafik KMS, karena bila ibu memiliki banyak anak

maka akan menyebabkan ibu memiliki keterbatasan waktu untuk mengasuh

dan merawat masing masing anaknya.

Pengetahuan ibu ada kaitannya dengan penimbangan balita erat hubungannya

dengan pendidikan ibu. Yang sebenarnya semakin tinggi pendidikan akan ibu

semakin tinggi pula pengetahuan akan penimbangan balita. Dalam penelitian

ini angka persentase pendidikan baik sebesar7,6 % terhadap Naik dan Tidak

naik grafik KMS sebesar 68,6% dan 31,4%. Berdasarkan uji statistik

didapatkan P < 0,05 ( pada tabel 4.4 ), Hal ini dimaksudkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan yang

45

Page 46: Program Penimbangan Balita

baik terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Yang berarti makin tinggi

tingkat pendidikan ibu akan menyebabkan pengetahuan ibu baik..

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan

dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Pendapatan rendah sebagai

penyebab utama gizi kurang yang menduduki posisi pertama dalam hal ini

ditandai dengan terjadinya Penurunan grafik KMS tetapi dalam penelitian ini

didapatkan Tidak Naik grafik KMS sebesar 31,4% dengan pendapatan yang

rendah.

Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna antara

pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik grafik

KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana didapatkan

nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga

mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu sibuk

berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan

keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga

akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan

keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang

bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi

kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS.

Pada tabel 4.5 terdapat gambaran keberhasilan program penimbangan balita di

Wilayah kerja puskesmas Jelambar 1, dimana didapatkan liputan program

penimbangan balita sebesar 64,16 %, tingkat kelangsungan penimbangan

sebesar 100% , hasil penimbangan sebesar 58,97%,Hasil pencapaian program

23,05%, dan partisipasi masyarakat sebesar 39,06%, perbedaan antara hasil

penelitian ini dengan hasil pencapaian program penimbangan balita mungkin

disebabkan banyaknya ibu yang tidak datang untuk menimbang balitanya ke

posyandu.

Penelitian ini dilakukan desain studi analitik dengan pendekatan cross

sectional. Dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1,

Kecamatan Grogol Petamburan , Jakarta Barat bulan Juni 2012. Dengan data

primer didapatkan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden

46

Page 47: Program Penimbangan Balita

yang telah terpilih menjadi sampel, data sekunder didapatkan menggunakan

KMS yang dimiliki oleh responden dan data SKDN Puskesmas kelurahan

Jelambar 1. Dengan jumlah sampel 105 balita serta menggunakan teknik

stratified random sampling. Kelemahan dari desain studi yang dilakukan pada

penelitian ini adalah kurang mencerminkan gambaran keberhasilan program

penimbangan balita yang diteliti karena di ambil data pada satu waktu saja dan

di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1, sehingga hanya dapat

digunakan pada daerah yang diteliti saja.

Kesalahan yang juga dapat terjadi adalah kesalahan dalam mengisi data oleh

pengukur (kader posyandu), kesalahan dalam menggunakan alat ukur atau

teknik dalam mengukur. Kesalahan lain yaitu responden dalam keadaan sibuk

sehingga mengisi kuesioner dengan asal dan terburu – buru atau kuesioner

yang dibagikan diisi oleh orang lain ( keluarga responden) serta kesalahan

dalam menganalisa data

47