perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Peningkatan...konsep bangun ruang dalam mata pelajaran...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Peningkatan...konsep bangun ruang dalam mata pelajaran...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fareastia Septiani
NIM : K7108141
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP BANGUN RUANG DALAM MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI NGANTI 1 TAHUN PELAJARAN
2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Fareastia Septiani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG
DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE
GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGANTI I
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
FAREASTIA SEPTIANI
K7108141
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang beriman.”
(Q.S. Al-Imron: 139)
“Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh
seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri.”
(Robert Collier)
“Kita mungkin akan kecewa jika gagal, tetapi kita telah gagal bila kita tidak
mencoba.”
(Baverly Sillus)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas Rahmad dan Hidayah Allah SWT
serta Sholawat salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW atas selesainya skripsi ini
Seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan banyak dukungan
dan motivasi
Teman-teman, para Dosen dan karyawan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan S1 PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta
Almamaterku Universitas Sebelas Maret serta semua pihak yang ikut serta
dalam terselesainya skripsi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Fareastia Septiani. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN
RUANG DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
NGANTI 1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep bangun ruang dalam mata pelajaran matematika melalui metode guided
discovery pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tiandakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri
Nganti 1 Gemolong Sragen yang berjumlah 20 siswa. Sumber data berasal dari
guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes dan studi
dokumen. Validitas data menggunakan validitas isi. Analisis data menggunakan
teknik analisis interaktif, yang mencakup tiga langkah, yaitu: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode guided
discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata
pelajaran Matematika siswa dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan nilai rata-rata kelas pemahaman konsep bangun ruang, yaitu sebelum
tindakan nilai rata-rata 49 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 61,75, dan
meningkat lagi menjadi 70,38 pada siklus II. Peningkatan presentase ketuntasan
klasikal pemahaman konsep bangun ruang dari pratindakan 30% atau 6 siswa,
kemudian pada siklus I presentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi
55% atau 11 siswa, dan meningkat lagi sebesar 85% atau 17 siswa pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode guided
discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata
pelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 tahun pelajaran
2011/2012.
Kata Kunci: Pemahaman Konsep, metode guided discovery
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Fareastia Septiani. IMPROVING UNDERSTANDING OF GEOMETRY
CONCEPT IN MATHEMATICS USING GUIDED DISCOVERY MODEL
OF GRADE V STUDENTS OF SD NEGERI NGANTI 1 ACADEMIC YEAR
2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret
University Surakarta. June 2012.
The objective of this research is to improve grade V student’s
understanding of geometry concept in Mathematics of SD Negeri Nganti 1
academic year 2011/2012.
This research is a Classroom Action Research (CAR). The research was
handled in two cycles each of which consisted of planning, action, observation
and reflection. The subjects of the research were grade V students of SD Negeri
Nganti 1 Gemolong Sragen which consisted of 20 students. The source of data
came from teachers and students. The techniques of collecting data were
observation, tests and document study. Validity of the data was content validity.
Interactive analysis was used in data analysis which consisted of three steps,
namely (1) data reduction, (2) data display, and (3) conclusion drawing
The result of the research shows that the application of guided discovery
model can improve student’s understanding of geometry concept, from Cycle I
and Cycle II. The score improvement understanding of geometry concept was
shown as follow: the mean score was 49 before action. It improved to 61,75 in
Cycle I and it improved again to 70,38 in Cycle II. The percentage of student’s
passing grade of understanding of geometry concept before action was 30% or 6
students, then it improved to 55% or 11 students in Cycle I, and it improved to
85% or 17 students in Cycle II.
Based on the research, it can be concluded that guided discovery model
can improve grade V student’s understanding of geometry concept in
Mathematics Subject in SD Negeri Nganti 1 academic year 2011/2012.
Key Words: Concept-understanding, guided discovery method
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN
RUANG DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
NGANTI 1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari, terselesainya proposal ini tidak lepas
dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan IIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku dosen Pembimbing I yang telah memberi arahan
dan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Karsono, S. Sn., M.Sn selaku dan dosen pembimbing II yang telah memberi
arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Sumarso, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Nganti I, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di SD Negeri Nganti I, Kecamatan Gemolong,
Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Kimin selaku Guru Kelas V SD Negeri Nganti I Gemolong Sragen, yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
9. Bapak dan Ibu guru, beserta siswa kelas V SD Negeri Nganti I, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen yang telah memberikan bantuan dan motivasi
kepada penulis.
10. Teman–teman mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan kerjasama selama ini. Terimakasih atas
kebersamaannya yang tak terlupakan.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, serta pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
HALAMAN ABTRAK .......................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................... .................... 4
C. Pembatasan Masalah...................................... ....................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7
1.Hakikat Pemahaman Konsep Bangun Ruang .................................... 7
a. Pengertian Pemahaman Konsep ................................................ 7
b. Ruang Lingkup Matematika Sekolah Dasar ............................. 8
c. Bangun Ruang ......................................................................... 10
1) Pengertian Bangun Ruang............................................... .. 10
2) Macam-macam Bangun Ruang............. ............................ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2.Hakikat Metode Guided Discovery .................................................. 16
a. Pengertian Metode Pembelajaran ............................................ 16
b. Pengertian Metode Guided Discovery .................................... 17
c. Karakteristik Metode Guided Discovery ................................. 19
d. Kelebihan Metode Guided Discovery ..................................... 20
e. Kelemahan Metode Guided Discovery ................................... 22
f. Langkah-langkah Metode Guided Discovery
dalam Pembelajaran Matematika ............................................ 24
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27
D. Hipotesis Tindakan.............................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 30
1.Tempat Penelitian............................................................................. 30
2.Waktu Penelitian .............................................................................. 30
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 30
C. Sumber Data ........................................................................................ 31
D. Teknik pengumpulan Data .................................................................. 31
E. Validitas Data ...................................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34
G. Indikator Kerja .................................................................................... 34
H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 34
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 42
A. Deskripsi Pratindakan ......................................................................... 42
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus................................................. 43
1. Siklus I ............................................................................................ 43
a. Tahap Perancanaan Tindakan ................................................. 44
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan .................................................. 47
c. Tahap Observasi ...................................................................... 49
d. Tahap Refleksi ....................................................................... 55
2. Siklus II ........................................................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Tahap Perancanaan Tindakan ................................................. 58
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan .................................................. 60
c. Tahap Observasi ...................................................................... 63
d. Tahap Refleksi ....................................................................... 68
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus .......................................... 69
1. Perbandingan Hasil Tes Pratindakan,
Siklus I, dan Siklus II .................................................................... 69
a. Perbandingan Hasil Nilai terhadap
Jumlah Siswa pada Tiap Siklus ................................................ 68
b. Perbandingan Hasil Tes melalui Nilai Klasikal
pada Tiap Siklus ....................................................................... 70
c. Perbandingan Hasil Tes melalui Perolehan
Ketuntasan Klasikal pada Tiap Siklus ...................................... 71
D. Pembahasan ........................................................................................ 73
1.Pratindakan ....................................................................................... 75
2. Siklus I ............................................................................................ 75
3.Siklus II ............................................................................................ 78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................... 80
A. Simpulan ............................................................................................. 80
B. Implikasi .............................................................................................. 81
C. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Pratindakan Konsep
Bangun Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SD Negeri Nganti 1 ............................................................. 42
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Siklus I Konsep Bangun
Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri
Nganti 1 .............................................................................................. 50
Tabel 4.3. Perkembangan Ketuntasan Hasil Tes Siswa Kelas V SD
Negeri Nganti 1 pada Pratindakan dan Siklus I ................................. 52
Tabel 4.4. Hasil Penilaian Kemampuan Guru Siklus I ....................................... 53
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Siklus II Konsep Bangun
Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Kelas V
SD Negeri Nganti 1...........................................................................63
Tabel 4.6. Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V
pada siklus I dan II ............................................................................ 65
Tabel 4.7. Hasil Observasi Kemampuan Guru Siklus II......................................66
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Nilai terhadap
Jumlah Siswa pada Tiap Siklus .......................................................... 69
Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Tes Melalui Nilai Klasikal Tiap Siklus.............. 70
Tabel 4.10. Perbandingan Nilai Evaluasi Siswa Melalui Ketuntasan
Klasikal Tiap Siklus ........................................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Penampang Kubus ......................................................................... 12
Gambar 2.2. Penampang Balok .......................................................................... 12
Gambar 2.3. Penampang Tabung ....................................................................... 13
Gambar 2.4. Penampang Prisma ........................................................................ 14
Gambar 2.5. Penampang Kerucut....................................................................... 15
Gambar 2.6. Penampang Limas ......................................................................... 16
Gambar 2.7. Penampang Bola ............................................................................ 16
Gambar 2.8. Skema Kerangka Berpikir Penelitian ............................................ 28
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .................................. 35
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pretes Siswa Kelas V SD Negeri Nganti 1 ............... 43
Gambar 4.2. Grafik Hasil Tes Siklus I Siswa Kelas V
SD Negeri Nganti 1 ....................................................................... 51
Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Hasil Tes pada Siswa Kelas V SD
Negeri Nganti 1 pada Saat Pratidakan dan Siklus I.......................51
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ketuntasan Hasil Tes Siswa
Kelas V SD Negeri Nganti pada Pratindakan
dan Siklus I...................................................................................52
Gambar 4.5. Grafik Hasil Tes Siklus II Siswa Kelas V SD
Negeri Nganti 1 ............................................................................. 64
Gambar 4.6. Grafik Perkembangan Hasil Tes pada
Siklus I dan Siklus II......................................................................64
Gambar 4.7. Grafik Perkembangan Ketuntasan Klasikal
Siswa Kelas V pada Siklus I dan II................................................65
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Jumlah Perolehan Hasil Tes
SiswaTiap Siklus......................................................................69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Hasil Tes Siswa Melalui
Nilai Klasikal Tiap Siklus..............................................................70
Gambar 4.10a. Grafik Perolehan Ketuntasan Siswa Secara Klasikal
Pada Tiap Siklus ........................................................................... 71
Gambar 4.10b. Perbandingan Hasil Nilai Evaluasi Siswa
Berdasarkan Ketuntasan Klasikal Setiap Siklus...........................72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ........................................................................... 88
Lampiran 2. Silabus Kelas V ............................................................................. 89
Lampiran 3. Lembar Observasi Guru ............................................................... 91
Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................... 95
Lampiran 5. Pedoman Pengamatan Perilaku Berkarakter ................................. 98
Lampiran 6. Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter.................................. 100
Lampiran 7. Pedoman Pengamatan Keterampilan Sosial ................................ 102
Lampiran 8. Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial .................................. 104
Lampiran 9. Pedoman Pengamatan Aspek Psikomotor ................................... 106
Lampiran 10. Lembar Penilaian Psikomotor ..................................................... 107
Lampiran 11. Pedoman Wawancara Pratindakan untuk
Guru Kelas V SD Negeri Nganti 1 .............................................. 110
Lampiran 12. Kisi-kisi Soal Pretest Pratindakan ............................................... 113
Lampiran 13. Soal Pretest Pratindakan .............................................................. 114
Lampiran 14. Daftar Hadir Siswa Kelas V Pratindakan .................................... 118
Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Pratindakan .................................................................................. 119
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ......... 121
Lampiran 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I .............................. 133
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ........ 136
Lampiran 19. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II ............................. 146
Lampiran 20. Daftar Hadir Siswa Kelas V Siklus I .......................................... 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep
Bangun Ruang Siklus I .............................................................. 151
Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Observasi Guru Siklus I ................................ 152
Lampiran 23. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I ................................. 155
Lampiran 24. Rekapitulasi Nilai Pengamatan
Perilaku Berkarakter Siklus I ....................................................... 157
Lampiran 25. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Sosial Siklus I ......................... 159
Lampiran 26. Rekapitulasi Penilaian Psikomotorik Siklus I ............................. 161
Lampiran 27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan I .................................................................................. 164
Lampiran 28. Kisi-kisi Evaluasi Siklus II Pertemuan I ..................................... 176
Lampiran 29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus II Pertemuan II .................................................................. 183
Lampiran 30. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II ............................ 195
Lampiran 31. Daftar Hadir Siswa Kelas V Siklus II ......................................... 202
Lampiran 32. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep
Bangun Ruang Siklus II............................................................... 203
Lampiran 33. Rekapitulasi Nilai Observasi Guru Siklus II ............................... 204
Lampiran 34. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus II ............................... 208
Lampiran 35. Rekapitulasi Nilai Pengamatan
Perilaku Berkarakter Siklus II ..................................................... 210
Lampiran 36. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Sosial
Siklus II ....................................................................................... 212
Lampiran 37. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Psikomotor Siklus II ............... 214
Lampiran 38. Foto Pelaksanaan Tindakan pada Siswa Kelas V
SD Negeri Nganti 1 ..................................................................... 216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin ilmu Matematika berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Hampir tidak ada kegiatan yang tidak melibatkan Matematika. Mengingat
pentingnya Matematika dalam kehidupan, maka mata pelajaran Matematika wajib
diberikan kepada semua peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Mata
pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan mengelola dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan,
maka diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran
yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna.
Sebagai pengetahuan, Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
abstrak, dedukatif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan
bahwa keabstrakan Matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta,
konsep, operasi dan prinsip (Gatot Muhsetyo, 2007: 1.2). Matematika mempunyai
objek dasar yang abstrak, oleh karena itu penyampaian dalam pembelajaran
haruslah menggunakan metode penyampaian dan media yang tepat. Menurut
Piaget siswa sekolah dasar berada pada fase operasional konkret. Kemampuan
yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam berfikir untuk
mengoprasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang
bersifat konkret (Heruman, 2007: 1).
Pembelajaran Matematika akan berhasil dengan baik, jika pengajar
mampu menyampaikan konsep-konsep Matematika dengan metode yang tepat.
Dengan metode yang tepat siswa akan merasa tertarik, sehingga pembelajaran
akan hidup dengan keaktifan siswa. Pembelajaran juga akan terasa menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sehingga siswa akan semakin terdorong untuk mempelajari materi-materi yang
ada. Jika minat siswa besar untuk mempelajari materi yang ada, maka
kemungkinan keberhasilan kegiatan pembelajaran juga besar. Penyampaian
dengan media yang tepat akan mengurangi terjadinya kesalahan siswa dalam
memandang suatu objek dalam pelajaran.
Berkaitan dengan persoalan di atas, berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SD Negeri Nganti 1, Gemolong, Sragen diketahui bahwa kriteria
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Matematika adalah 60. Berdasarkan
wawancara dengan Kimin wali kelas V (wawancara 19 januari 2012), materi yang
kurang begitu dikuasai siswa adalah materi yang berkaitan dengan konsep bangun
ruang (lihat lampiran 11: 111). Dalam pembelajaran bangun ruang dari tahun ke
tahun guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media
dalam pembelajarannya. Metode ini menyebabkan rendahnya pemahaman siswa
pada materi bangun ruang.
Kurang berhasilnya pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru
SD Negeri Nganti 1 dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: pertama,
dalam kegiatan pembelajaran guru masih banyak menerapkan metode ceramah,
sehingga pembelajaran kurang bermakna. Kedua, kurangnya penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi. Ketiga, model pembelajaran cenderung bersifat
teacher centered, sehingga siswa kurang aktif. Keempat, dalam penyampaian
materi pelajaran guru belum banyak memanfaatkan media pembelajaran yang
sesuai. Kelima, banyak siswa yang beranggapan bahwa Matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit sehingga siswa kurang berminat untuk menguasai
konsep-konsep Matematika.
Masalah tersebut harus segera diatasi, karena jika siswa tidak memahami
konsep bangun ruang, maka akan menimbulkan beberapa dampak di antaranya:
rendahnya prestasi belajar Matematika, siswa akan mengalami kesulitan saat
mempelajari konsep luas dan volume bangun ruang yang akan dipelajari di kelas
VI, siswa akan mengalami kesulitan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan bangun ruang, dan siswa akan mengalami
kebingungan membedakan macam-macam bangun ruang dalam kehidupan sehari-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
hari. Mempertimbangkan dampak-dampak tersebut, masalah yang dialami dalam
pembelajaran bangun ruang harus segera mendapatkan penanganan dengan
metode yang tepat, sehingga pembelajaran dapat tepat sasaran dan berhasil dengan
baik.
Pembelajaran akan bermakna jika siswa terlibat langsung dalam setiap
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, alternatif metode pembelajaran yang
tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran bangun ruang adalah guided discovery
(penemuan terbimbing). Dalam metode ini siswa dituntut terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Guided discovery (penemuan terbimbing)
berorientasi pada keterampilan proses dan menekankan pengalaman belajar secara
langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian
menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Bruner bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi
hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Trianto, 2011: 38).
Melalui penerapan metode guided discovery siswa akan terlibat langsung
dalam penemuan konsep bangun ruang sehingga siswa akan aktif dan dapat
merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka. Dengan terlibat
secara langsung siswa akan merasa tertantang karena materi disajikan bukan
dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Ini berarti guru
banyak berperan sebagai pembimbing dibanding sebagai pemberitahu. Dengan
menemukan sendiri konsep yang dipelajari, siswa tentu saja akan terlibat aktif,
dan mendorong mereka untuk berfikir kritis sehingga materi pelajaran bukan
hanya sekedar hafalan namun dapat bermakna. Hal ini sesuai pernyataan
Ruseffendi (1991) bahwa pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan
menghafalkan apa yang sudah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah
belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan
lain sehingga apa yang dipelajari akan lebih dimengerti (Heruman, 2007: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dengan pembelajaran yang lebih bermakna siswa akan dengan mudah
menerapkan materi-materi yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tindakan kelas ini tertarik
untuk mengkaji mengenai penerapan metode guided discovery dalam
pembelajaran matematika. Untuk itu penelitian ini dirumuskan dalam judul
“Peningkatan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Dalam Mata Pelajaran
Matematika Melalui Metode Guided Discovery Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Nganti 1 Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahannya,
antara lain sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah.
2. Kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.
3. Metode pembelajaran yang digunakan bersifat teacher centered, sehingga
siswa kurang terlibat aktif.
4. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran untuk mendukung penyampaian
materi pelajaran.
5. Siswa banyak yang kurang tertarik dengan mata pelajaran Matematika, karena
beranggapan Matematika sulit.
6. Pemahaman siswa terhadap konsep Matematika tentang bangun ruang rendah.
C. Pembatasan masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka
peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran
Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1.
2. Penerapan metode guided dicovery (penemuan terbimbing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui metode
guided discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam
mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata pelajaran Matematika
melalui metode guided discovery, pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 tahun
pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori terhadap
peningkatan mutu proses belajar mengajar untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya
yang berhubungan dengan topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
1) Meningkatnya pemahaman konsep bangun ruang dalam mata pelajaran
Matematika.
2) Memudahkan peserta didik untuk menyerap materi pelajaran matematika
yang diberikan oleh guru.
b. Bagi guru kelas V
1) Sebagai pertimbangan guru dalam memilih metode pembelajaran yang
akan digunakan dalam memberikan materi pelajaran Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Memperoleh informasi tentang penggunaan metode pembelajaran guided
discovery sebagai salah satu metode pembelajaran alternatif dalam
pembelajaran Matematika.
c. Bagi sekolah
1) Menumbuhkan budaya meneliti di SD Negeri Nganti 1 yang dilakukan
oleh siapapun.
2) Meningkatnya kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran
Matematika.
3) Memberikan sumbangan yang positif khususnya dalam penghilangan
pandangan bahwa mata pelajaran Matematika dianggap sulit.
4) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pemahaman Konsep Bangun Ruang
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Dalam pembelajaran Matematika pemahaman konsep sangat
penting untuk dipelajari karena hal tersebut merupakan dasar untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep Matematika.
Menurut John A Van De Wall (2008: 26) pemahaman dapat didefinisikan
sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang
telah ada. Puncak pemahaman berisi hubungan yang sangat banyak. Ide
yang dipahami dihubungkan dengan banyak ide yang lain oleh jaringan
konsep dan ide yang bermakna.
Dalam ranah kognitif pemahaman berarti memahami atau mengerti
apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang diajarkan, mengetahui apa
yang sedang dikomunikasikan dan dapat dimanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi
tiga, yakni: menterjemahkan, menginterpretasikan, dan mengekstrapolasi.
(Endang Poerwanti, 2008: 1.23)
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: tingkat
terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti
yang sebenarnya. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Tingkat ketiga adalah
pemahaman ekstrapolasi, yakni pada pemahaman ini diharapkan sesorang
mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi,
kasus, ataupun masalahnya.(Nana Sudjana, 1990: 24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Sardjiyo (2008: 2.9) konsep adalah suatu istilah,
pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan
atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu (benda), gagasan atau
peristiwa. Konsep dapat dipelajari dengan efektif jika disertai dengan
sejumlah contoh yang positif.
Menurut Syaiful Bahri (2008: 30) konsep atau pengertian adalah
satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang
sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan
tertentu.
Menurut Nyimas Aisyah (2008: 8.12) konsep adalah pengertian
yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk
mengelompokkan/ menggolongkan suatu objek. Jika seseorang telah
mengetahui konsep dari suatu objek maka akan dapat mengelompokkan
objek tersebut ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
Dari berbagai pendapat tentang pemahaman dan konsep di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah memahami atau
mengerti apa yang sedang dikomunikasikan sehingga dapat
mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari gagasan atau
peristiwa.
b. Ruang Lingkup Matematika Sekolah Dasar
Dalam setiap jenjang pendidikan, Matematika banyak dijadikan
mata pelajaran wajib yang harus diberikan kepada siswa. Matematika sangat
penting bagi kehidupan karena banyak masalah sehari-hari yang berkaitan
dengan Matematika. Menurut Nyimas Aisyah (2007: 1.4) hakikat
pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan
seseorang melaksanakan kegiatan belajar Matematika, dan proses tersebut
berpusat pada guru mengajar Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Cockroft (1982) mengemukakan bahwa Matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena beberapa alasan:
Pertama, Matematika selalu digunakan dalam segala segi
kehidupan. Kedua, semua bidang studi memerlukan keterampilan
Matematika yang sesuai. Ketiga, Matematika merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas. Keempat, Matematika
dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
Kelima, Matematika meningkatkan kemampuan berfikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan. Keenam, Matematika
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang (Mulyono, 2009: 253).
Pembelajaran Matematika dimaksudkan sebagai proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
belajar yang memungkinkan siswa belajar Matematika di sekolah. Menurut
Sumardyono (2004: 30) karakteristik umum Matematika yaitu: memiliki
objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola fikir
deduktif, konsisten dalam sistemnya, memiliki simbol yang kosong dari arti.
Adapun tujuan Matematika sekolah, khususnya di Sekolah Dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan
yaitu: pertama, memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah. Kedua,menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam
membuat generalisasi, meyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan Matematika. Ketiga, memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Keempat,
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Kelima, memiliki sikap
menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian dan minat dalan mempelajarai Matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Nyimas Aisyah, 2008:
1.4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Heruman (2007: 2) konsep-konsep pada kurikulum
Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman
konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan. Dalam pembelajaran Matematika SD dimulai dengan
penanaman konsep secara berkesinambungan untuk memperoleh
keterampilan dalam Matematika.
Menurut Liebeck (1984) ada dua macam hasil belajar Matematika
yang harus dikuasai oleh siswa yaitu perhitungan matematis (mathematics
calculations) dan penalaran matematis (mahematics reasoning) (Mulyono,
2009: 253). Ruang lingkup materi atau bahan kajian Matematika di SD/MI
mencakup: bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan
perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,
tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat.
Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek,
penggunaan satuan ukuran dan pengukuran. Berdasarkan ruang lingkup
Matematika di SD/MI tersebut bangun ruang termasuk dalam cakupan
geometri.
c. Bangun Ruang
1) Pengertian Bangun Ruang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan
benda-benda di sekitar yang termasuk bangun ruang maupun tidak
bangun ruang. Menurut John, dkk (1985: 138) bangun ruang adalah
himpunan titik-titik yang tidak semuanya terletak pada satu bidang yang
sama.
Menurut Clara (2009: 3.24) bangun ruang adalah bangun yang
memiliki tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Cholis Sa’dijah
(1998: 105) menyebut bangun ruang sebagai bangun tiga dimensi yang
mempunyai panjang, lebar, dan tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bangun ruang adalah himpunan titik-titik yang tidak semuanya terletak
pada satu bidang serta memiliki panjang, lebar, dan tinggi.
Unsur-unsur bangun ruang ada enam antara lain: sisi, rusuk, titik
sudut, diagonal sisi, bidang diagonal, dan diagonal ruang. Sisi, yaitu
bidang pembatas bangun ruang. Rusuk, yaitu pertemuan antara dua sisi
bangun ruang. Titik sudut, yaitu titik temu ketiga rusuk bangun ruang.
Diagonal sisi, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik yang
sebidang namun terletak dalam satu rusuk. Bidang diagonal, yaitu bidang
yang dibatasi oleh dua rusuk berhadapan dan dua diagonal sisi yang
berhadapan. Diagonal ruang, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua
titik yang tidak terletak dalam sisi yang sama.
Menurut Cholis Sa’dijah (1998: 112), sisi adalah daerah poligon
(segibanyak) dari polihedron. Polihedron merupakan gabungan dari
daerah-daerah poligon, sebarang dua daerah poligon mempunyai paling
banyak satu sisi persekutuan sedemikian hingga daerah dalam ruang
tersebut tertutup tanpa celah/lubang. Rusuk adalah garis persekutuan dua
sisi. Titik sudut adalah titik potong dua rusuk. Bentuk bangun ruang yang
dipelajari siswa kelas V Sekolah Dasar adalah tabung, prisma, kerucut,
dan limas.
2) Macam-macam Bangun Ruang
a) Kubus
Menurut Clara (2009: 3.24) kubus adalah bangun ruang yang
dibatasi oleh enam bidang datar berbentuk persegi yang kongruen.
Menurut Soenarjo (2008: 233) kubus adalah prisma siku-siku khusus
yang semua sisinya berupa persegi atau bujursangkar yang sama.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kubus adalah
prisma siku-siku khusus yang dibatasi oleh enam bidang datar
berbentuk persegi yang kongruen. Berdasarkan gambar 2.1 kubus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.1. Penampang Kubus
Sisinya ada 6 buah, yaitu ABCD, AEHD, DHGC, CGFB, BFEA,
EFGH.
Rusuknya ada 12 buah, yaitu AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF,
FG, GH, HE.
Titik sudutnya ada 8 buah, yaitu A, B, C, D, E, F, G, H.
b) Balok
Menurut Clara (2009: 3.26) balok adalah bangun ruang yang
dibatasi oleh enam sisi berupa persegi panjang, yang masing-masing
sisi berhadapannya kongruen. Berdasarkan gambar 2.2 balok
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Gambar 2.2. Penampang Balok
sisinya = 6 buah yaitu ABCD, EFGH, ABFE, BCGF, CGHD, DHEA
rusuknya = 12 buah, yaitu: AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF,
FG, GH, HE.
Titik sudut = 8 buah, yaitu A, B, C, D, E, F, G, H.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c) Tabung
Menurut Soenarjo (2008: 235), Tabung adalah bangun
ruang yang bagian atas dan bagian bawahnya berbentuk lingkaran
yang sama. Soewito (1991: 253) berpendapat bahwa tabung
merupakan permukaan tertutup sederhana yang batasnya berupa
bagian daripada tabung dan alasnya berupa lingkaran.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
tabung adalah permukaan tertutup sederhana yang bagian atas dan
alasnya berbentuk lingkaran yang sama. Tabung merupakan bentuk
lain dari prisma dengan alas berbentuk lingkaran. Bedasarkan
gambar 2.3 Tabung menpunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Gambar 2.3. Penampang Tabung
Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah, yaitu sisi atas, sisi alas,
dan selimut tabung, tidak mempunyai titik sudut, bidang atas dan
bidang alas berbentuk lingkaran dengan ukuran yang sama,
memiiki sisi lengkung yang disebut selimut tabung, jarak bidang
atas dan bidang alas disebut tinggi tabung.
d) Prisma
Menurut Clara (2009: 3.28) Prisma adalah bangun ruang
yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang sejajar dan kongruen
dan sisi-sisi lain yang tegak lurus dengan kedua sisi berhadapan
tersebut. Soewito (1991: 249) berpendapat bahwa prisma adalah
bidang banyak yang dibentuk oleh dua daerah poligon kongruen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang terletak pada bidang sejajar, dan tiga atau lebih daerah jajar
genjang yang ditentukan oleh sisi-sisi dua daerah poligon tersebut
sedemikian hingga membentuk permukaan tertutup sederhana.
Prisma dibentuk oleh dua daerah segibanyak yang sama besar dan
terletak pada bidang yang sejajar dan tiga atau lebih jajar genjang.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan
yang sejajar dan kongruen serta tiga atau lebih daerah jajar genjang
yang tegak lurus dengan kedua sisi berhadapan tersebut. Suatu
prisma diberi nama sesuai dengan bentuk alasnya. Pada gambar 2.4
disajikan gambar penampang prisma, sebagai berikut:
Gambar 2.4. Penampang Prisma
Prisma memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Prisma segi empat mempunyai 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut.
Prisma segitiga mempunyai 5 sisi, 9 rusuk, dan 6 titik sudut.
Prisma segi enam mempunyai 8 sisi, 18 rusuk, dan 12 titik sudut.
e) Kerucut
Menurut Clara (2009: 3.30) kerucut adalah bentuk khusus
dari limas dengan alas berbentuk lingkaran. Menurut Soewito
(1991: 254) kerucut terdiri dari suatu lingkaran sebagai alas dan
ruas-ruas garis yang ditentukan oleh titik tertentu (titik puncak) dan
titik-titik pada lingkaran alas. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kerucut adalah bentuk khusus dari limas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
terbentuk dari suatu lingkaran dan ruas-ruas garis yang ditentukan
oleh titik tertentu dan titik-titik pada lingkaran alas. Pada gambar
2.5 disajikan gambar penampang kerucut sebagai berikut:
Gambar 2.5. Penampang Kerucut
Kerucut mempunyai sifat-sifat : Alasnya berbentuk lingkaran,
memiliki sisi lengkung yang disebut selimut kerucut, memiliki
sebuah titik puncak, jarak titik puncak ke alas disebut tinggi
kerucut.
f) Limas
Menurut Clara (2009: 3.29) limas adalah bangun ruang
yang dibatasi oleh sebuah segitiga atau segi banyak sebagai alas
dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga yang bertemu pada
satu titik puncak. Menurut Soewito (1991: 250) limas adalah
bidang banyak yang ditentukan oleh daerah poligon (yang disebut
alas), suatu titik yang tidak terletak pada bidang poligon dan
segitiga-segitiga yang ditentukan oleh titik tersebut dan sisi-sisi
dari poligon. Suatu limas diberi nama sesuai dengan bentuk
alasnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
limas adalah bidang banyak yang ditentukan oleh daerah
poligon(yang disebut alas) dan beberapa buah bidang berbentuk
segitiga yang bertemu pada satu titik puncak. Pada gambar 2.6
disajikan penampang limas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2.6. Penampang Limas
Limas mempunyai sifat-sifat : Sisi-sisi tegak pada limas berbentuk
segitiga, rusuk-rusuk tegak yang ditarik dari sudut-sudut alas
bertemu di satu titik, tinggi limas merupakan jarak dari titik puncak
ke alas limas.
g) Bola
Menurut Soewito (1991: 253) bola adalah himpunan titik-
titik dalam ruang berdimensi tiga yang jaraknya sama terhadap titik
tertentu (titik pusat bola), sebarang ruas garis yang ditentukan titik
pusat dan titik pada bola itu (jari-jari bola). Pada gambar 2.5
disajikan penampang bola sebagai berikut:
Gambar 2.5. Penampang Bola
Berdasarkan gambar 2.5 bola mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut: hanya mempunyai satu bidang sisi dan tidak mempunyai
sudut serta tidak mempunyai rusuk.
2. Hakikat Metode Guided Discovery
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh
cara penyampaian materi oleh pengajar. Walaupun faktor tersebut bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
satu-satunya penentu keberhasilan pembelajaran, namun penggunaan
metode yang tepat sangatlah penting.
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai suatu cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara
sistematis. Menurut Tardif (1989) metode mengajar adalah cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya
kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Muhibbin Syah, 2010:
198)
Menurut Daryanto (2009: 173) metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang akan digunakan oleh pengajar
dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hamdani (2008: 80) berpendapat bahwa metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran.
Ada beberapa macam metode pembelajaran yang banyak
digunakan dalam kelas. Guru perlu mengetahui karakteristik tiap metode,
kebaikan serta kelemahannya, sehingga guru dapat memilih metode mana
yang tepat untuk peserta didik tertentu , tujuan serta materi tertentu pula
(Sri Anitah, 2009: 85)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu cara atau teknik yang berisi sejumlah
prosedur yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Metode Guided Discovery
Dalam pembelajaran Matematika siswa seharusnya menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Dalam proses penemuan
ini tidak terlepas oleh arahan dan petunjuk yang diberikan oleh guru, agar
siswa lebih terarah dalam proses penemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Sund penemuan adalah proses mental dimana siswa
mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip (Roestiyah N.K,
2001: 20). Menurut Anisah Basleman (2011: 199) belajar menemukan
(discovery learning) ialah kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
belajar yang dilakukan tanpa diberikan bahan pelajaran dalam bentuk final,
karena diminta untuk mengorganisasikan sendiri.
Menurut Robert A. Lavine (2005: 4) guided discovery methods, in
which the student solves problems but the teacher gives some coaching and
or feedback (dalam metode penemuan terbimbing, siswa memecahkan
masalah tetapi guru memberikan beberapa pelatihan dan atau ulasan).
Penemuan yang dilakukan siswa disertai pula dengan pelatihan atau
petunjuk dari guru. Petunjuk atau arahan dari guru berguna agar penemuan
lebih terarah, sehingga penemuan yang dilakukan siswa dapat mencapai
tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Wounter Van Joolingen (1999: 386) discovery learning is
a type of learning where learners construct their own knowledge by
experimenting with a domain, and inferring rules from the results of these
experiments (Pembelajaran penemuan adalah tipe pembelajaran dimana
pelajar membangun pengetahuan mereka sendiri dengan melakukan
percobaan sesuai kemampuannya dan kebebasan mengambil kesimpulan
dari hasil percobaan). Pembelajaran penemuan dapat dilakukan dengan
melakukan berbagai percobaan untuk menemukan suatu kesimpulan.
Dengan penemuan kesimpulan tersebut berarti siswa sudah berhasil
membangun sendiri pengetahuan mereka.
Brunner mengemukakan bahwa dalam pembelajaran Matematika,
siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya
(Heruman, 2007: 4). Menemukan di sini terutama adalah menemukan lagi
atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru. Oleh karena itu, kepada
siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan
cara penyelesaianya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut Alkismanto (2003: 4) dalam menggunakan metode
penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan persoalan,
kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari
persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa
mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya
Slavin (2009: 10) berpendapat bahwa metode penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, dengan memotivasi mereka untuk
terus bekerja hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga
mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara
mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
Dalam penemuan terpimpin, guru memainkan peran yang lebih aktif,
dengan memberikan petunjuk, menata bagian-bagian suatu kegiatan, atau
memberika garis besar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
guided discovery adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan
konsep-konsep siswa diberi petunjuk atau arahan oleh guru.
c. Karakteristik Metode Guided Discovery
Dalam menggunakan metode guided discovery guru harus
memahami karakter yang dimiliki metode ini. Dengan memahami
karakteristik metode guided discovery diharapkan guru dapat
menerapkannya dalam pembelajaran dengan tepat. Mengenai metode guided
discovery Slavin (2009: 10) mengungkapkan bahwa:
Dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama
belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa mempunyai
pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.
Dalam pembelajaran penemuan siswa harus terlibat aktif selama
proses pembelajaran berlangsung, guru hanya berperan memfasilitasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dalam proses belajarnya. Siswa melakukan kegiatan eksperimen dan
kegiatan penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep pengetahuan.
Fasilitas yang diberikan guru dapat berupa media-media yang digunakan
siswa dalam melakukan penemuan. Petunjuk guru dalam proses penemuan
memegang peranan penting, namun bukan berarti guru yang menguasai
pembelajaran. Petunjuk atau arahan guru diberikan jika siswa benar-benar
membutuhkannya. Berkaitan dengan hal tersebut Bruner (1966)
mengungkapkan bahwa:
Kita mengajarkan mata pelajaran bukan untuk menghasilkan
perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang mata pelajaran
tersebut, melainkan lebih-lebih untuk mengupayakan siswa berfikir
bagi diri sendiri, mempertimbangkan persoalan sebagaimana
dilakukan sejarawan, mengambil bagian dalam proses perolehan
pengetahuan (Slavin, 2009: 10).
Dalam proses pembelajaran, guru bukan hanya sekedar
memberikan materi-materi yang membuat siswa menghafalkan materi.
Proses pembelajaran adalah suatu proses yang menjadikan siswa mampu
terlibat aktif dalam berfikir dan menemukan sendiri pengetahuan-
pengetahuan yang dipelajarinya.
Menurut Soli Abimanyu (2008: 7.10) metode penemuan
mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Dalam metode guided
discovery siswa mencari dan kemudian menemukan konsep-konsep
pengetahuan yang mereka butuhkan, agar dalam menemukan konsep
tersebut sesuai tujuan pelajaran yang ingin dicapai maka dalam proses
penemuan ini perlu bimbingan dan arahan dari guru. Bimbingan dan arahan
tersebut diperlukan agar hasil dari penemuan tersebut tepat sasaran.
Bimbingan di sini bukan berarti guru mendikte siswa, namun guru dapat
membimbing siswa jika siswa mengalami kesulitan dan agar penemuannya
lebih terarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Kelebihan Metode Guided Discovery
Pembelajaran Matematika di sekolah dasar sangat diperlukan
keterampilan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan mudah dimengerti oleh siswa. Keterampilan guru
tersebut meliputi keterampilan untuk memilih metode, menggunakan media,
mengelola kelas, dll. Dalam pemilihan metode, guru harus benar-benar teliti
dan cermat agar hasil pembelajaran dapat maksimal karena tidak semua
metode pembelajaran cocok diterapkan dalam semua mata pelajaran.
Begitu juga dalam pembelajaran Matematika, hanya metode tertentu yang
dapat diterapkan. Salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan
dalam pembelajaran Matematika adalah metode guided discovery. Metode
guided discovery mempunyai beberapa kelebihan dalam pembelajaran.
Menurut Roestiyah N.K (2001: 21) metode guided discovery
mempunyai kelebihan yang menguntungkan dalam pembelajaran. Metode
ini membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta
penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa. Siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga
dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat
membangkitkan kegairahan belajar siswa. Mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Artinya metode guided discovery mampu memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berusaha dengan kemapuan yang ia miliki,
sehingga siswa akan terus berusaha untuk maju dan mengembangkan
kemampuannya. Mampu mengarahkan siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat. Dengan proses penemuan
sendiri siswa akan lebih tertantang dalam menemukan konsep-konsep
selanjutnya, sehingga memotivasi siswa untuk giat belajar. Membantu siswa
untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri. Kepercayaan diri siswa akan semakin kuat karena
ia telah menemukan konsep-konsep pengetahuan yang dipelajari dengan
kemampuannya sendiri. Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Artinya dalam
pembelajaran siswa sebagai subjek yang menjalankan proses pembelajaran,
bukan sebagai objek yang hanya menerima materi dari guru.
Menurut Soli Abimanyu (2008: 7.10) metode penemuan juga
mempunyai kelebihan-kelebihan. Siswa belajar bagaimana belajar melalui
proses penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat
kokoh. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri. Artinya dalam metode guided discovery
siswa lebih terdorong mempelajari konsep-konsep selanjutnya dengan
kemampuan yang ia miliki. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan
sendiri cara belajarnya, sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi
sendiri untuk belajar. Artinya dalam metode guided discovery siswa benar-
benar terlibat langsung dalam belajar, sehingga siswa akan aktif dan
termotivasi dalam proses pembelajaran. Metode ini berpusat pada anak dan
guru sebagai teman belajar atau fasilitator. Anak lebih aktif dalam proses
pembelajaran, guru hanya berperan sebagai penyedia fasilitas bagi
kebutuhan belajar anak.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
guided discovery mempunyai beberapa kelebihan, yaitu pembelajaran lebih
berpusat kepada siswa, pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna,
membangkitkan semangat berlajar siswa, dan membangkitkan rasa percaya
diri siswa dalam belajar.
e. Kelemahan Metode Guided Discovery
Metode guided discovery disamping mempunyai beberapa
kelebihan yang sangat menguntungkan, juga mempunyai beberapa
kelemahan dalam penerapannya. Menurut Roestiyah N.K (2001: 21) metode
guided discovery mempunyai kelemahan yang timbul saat pembelajaran
berlangsung. Pada diri siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
untuk belajar. Kesiapan dan kematangan mental di sini mempunyai arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kesiapan siswa untuk berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan
sekitarnya dengan baik. Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar.
Dalam penelitian ini kelas yang penulis teliti tidak terlalu besar, karena
hanya terdiri dari 20 siswa. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan
perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila
diganti dengan metode guided discovery. Kecewa di sini dapat diartikan
guru yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional
memerlukan kesiapan yang lebih untuk menerapkan metode guided
discovery, begitu pula dengan siswa. Proses mental yang terjadi terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap keterampilan bagi siswa. Metode guided
discovery menekankan pada penemuan pengetahuan siswa, sehingga aspek
afektif dan psikomotorik kurang tercapai. Kurang memberikan kesempatan
untuk berfikir secara kreatif. Artinya dalam metode guided discovey guru
telah memberikan batasan pengetahuan yang harus ditemukan siswa,
sehingga daya berfikir siswa terbatas hanya pada arahan-arahan yang
diberikan guru.
Soli Abimanyu (2008: 7.11) juga berpendapat bahwa metode
penemuan mempunyai kelemahan-kelemahan. Metode ini mengisyaratkan
kesiapan mental. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar. Dalam
penelitian ini kelas yang penulis teliti tidak terlalu besar, karena hanya
terdiri dari 20 siswa. Dalam pembelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan
untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas. Metode ini terlalu mementingkan
untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan. Metode ini kurang memberi
kesempatan untuk berfikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya di bawah
pembinaannya.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan metode
guided discovery mempunyai kelemahan yaitu dalam belajar dengan metode
ini siswa memerlukan kesiapan mental yang lebih, kurang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kesempatan untuk berfikir kreatif, metode ini terlalu mementingkan
perolehan pengetahuan sehingga terkesan aspek afektif dan psikomotorik
kurang diperhatikan.
f. Langkah-langkah Metode Guided Discovery dalam Pembelajaran
Matematika
Menurut Markaban (2006: 16) penerapan metode penemuan
terbimbing terdiri dari 6 tahapan/langkah. Pertama, merumuskan masalah
yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan
harus jelas, hindarkan pernyataan yang menimbulkan salah tafsir, sehingga
arah yang ditempuh siswa tidak salah. Penerapannya dalam pembelajaran,
guru menyediakan berbagai media bangun ruang yang akan dipelajari. Guru
memberi tugas kepada setiap kelompok untuk mengamati media bangun
ruang yang telah disediakan guru.
Kedua, dari data yang diberikan guru, siswa menyusun,
memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini
bimbingan sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang
hendak dituju melalui pertanyaan-pertanyaan atau Lembar Kerja Siswa.
Penerapannya dalam pembelajaran, dari media yang disediakan guru, siswa
melakukan pengamatan dan penyelidikan. Pengamatan dan penyelidikan
tersebut sesuai Lembar Kerja Siswa yang telah disediakan guru.
Ketiga, siswa menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis
yang dilakukan. Penerapannya dalam pembelajaran, siswa menyusun
perkiraan jawaban atau temuannya dalam Lembar Kerja Siswa.
Keempat, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan perkiraan
siswa, sehingga akan menuju ke arah yang hendak dicapai. Penerapannya
dalam pembelajaran, guru memeriksa hasil penemuan siswa yang ditulis
dalam Lembar Kerja Siswa. Pemeriksaan dilakukan melalui presentasi yang
dilakukan setiap kelompok di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kelima, apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran
konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada
siswa untuk menyusunnya. Penerapannya dalam pembelajaran, guru
meminta siswa untuk menggambar bangun ruang yang telah diberi nama
dengan huruf kemudian menyebutkan sifat-sifat bangun ruang tersebut.
Prisma segitiga ABCDEF mempunyai 5 sisi, yaitu sisi ABDE, sisi
BCEF, sisi ACDF, sisi ABC, dan sisi DEF. Mempunyai 9 rusuk, yaitu
rusuk AB, rusuk BE, rusuk ED, rusuk AD, rusuk AC, rusuk BC, rusuk
CF, rusuk EF, dan rusuk DF. Mempunyai 6 titik sudut, yaitu titik sudut
A, titik sudut B, titik sudut C, titik sudut D, titik sudut E, dan titik sudut
F.
Keenam, sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya
guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa
apakah penemuan itu benar. Penerapannya dalam pembelajaran, guru
memberikan soal evaluasi untuk siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah Sunaryo
(2010) dengan judul: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SD N 01 Pegundan Tahun
2009/2010. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang
pada Siswa Kelas V SD N 01 Pegundan Tahun 2009/2010. Keberhasilan tersebut
dibuktikan dengan pencapaian sebanyak 83,8% siswa memperoleh nilai di atas
KKM pada siklus I dan 94,5% pada siklus II. Keterkaitan dengan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penulis adalah kesamaan pada variabel terikat (Y), yaitu pemahaman konsep
bangun ruang dan perbedaaannya pada variabel bebas (X), yaitu dalam penelitian
Sunaryo menggunakan pendekatan Kontekstual, sedangkan pada penelitian yang
penulis teliti menggunakan metode guided discovery.
Selain penelitian Sunaryo, masih ada penelitian lain yang relevan dengan
penelitian ini yaitu Dwi Rahayuningsih (2010) dengan judul: Peningkatan
Prestasi Belajar Siswa Tentang Konsep Gaya pada Mata Pelajaran IPA Dengan
Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing di Kelas V SD Negeri Somongari
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam
penelitian ini disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V
SD Negeri Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun
Pelajaran 2009/2010. Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan pencapaian
indikator 57,1% oleh siswa pada siklus I dan 78,57% pada siklus II. Keterkaitan
dengan penelitian penulis adalah kesamaan pada variabel bebas (X), yaitu
penggunaan metode penemuan terbimbing (guided discovery) dan perbedaaannya
pada variabel terikat (Y), yaitu dalam penelitian Dwi Rahayuningsih untuk
meningkatkan prestasi belajar tentang gaya pada mata pelajaran IPA, sedangkan
pada penelitian yang penulis teliti meningkatkan pemahaman konsep bangun
ruang dalam mata pelajaran matematika.
Penelitian relevan yang lain yaitu penelitian Yunita Ismiati (2010)
dengan judul: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam Pembelajaran
Matematika Kelas V SD N 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran
2009/2010. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang dalam pembelajaran matematika kelas V SD N 02 Karangsari
Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Keberhasilan tersebut
dibuktikan dengan pencapaian indikator 77,27% oleh siswa pada siklus I dan
90,91% pada siklus II. Keterkaitan dengan penelitian penulis adalah kesamaan
pada variabel terikat (Y), yaitu peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perbedaannya pada variabel bebas (X), yaitu pada penelitian Yunita Ismiarti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedangkan penelitian
yang penulis teliti menggunakan metode guided discovery.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dapat dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Pada kondisi awal sebelum menerapkan metode guided discovery, dalam
pembelajaran Matematika di SD Negeri Nganti 1 guru masih menerapkan
pembelajaran konvensional, yang banyak menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran berpusat kepada guru sehingga siswa hanya berperan sebagai objek
yang menerima informasi yang disampaikan guru. Dalam kegiatan pembelajaran
siswa menjadi pasif, mereka tidak memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam
mengembangkan ide-ide serta gagasan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun sendiri konsep-
konsep matematika yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran banyak tercipta
komunikasi satu arah sehingga interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan siswa kurang sehingga terkesan tidak ada hubungan timbal balik dalam
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan pemahaman konsep bangun ruang
masih rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru menerapkan metode
pembelajaran guided discovery (penemuan terbimbing) yaitu metode yang berisi
pembelajaran yang dirancang dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam prosesnya
siswa tetap mendapatkan petunjuk atau arahan yang diberikan oleh guru.
Penerapan metode guided discovery dapat membangkitkan rasa keingintahuan
siswa dan siswa merasa tertantang untuk menemukan konsep yang dipelajari
sehingga siswa akan terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah guru menerapakan metode guided discovery, siswa lebih aktif
dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Tercipta interaksi antara siswa
dengan guru serta siswa dengan siswa. Pembelajaran menjadi bermakna dan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah tentang konsep bangun
ruang. Pada kondisi akhir pemahaman siswa terhadap konsep bangun ruang
meningkat.
Bertolak dari kerangka berfikir tersebut, penenerapan metode guided
discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata
pelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1, maka dapat
digambarkan kerangka pemikiran seperti gambar 2.6.
Gambar 2.6 . Skema Kerangka Berpikir Penelitian.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Metode yang
digunakan guru dalam
pembelajaran masih
bersifat konvensional
banyak didominasi
metode ceramah
Pemahaman konsep
bangun ruang
rendah
Dalam pembelajaran guru menerapkan metode guided discovery
Melalui metode guided discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang
SIKLUS II
SIKLUS I
perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Penemuan
konsep
bangun
ruang oleh
siswa
Penemuan
konsep
bangun
ruang oleh
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam
mata pelajaran Matematika melalui metode guided discovery pada siswa kelas V
SD Negeri Nganti 1 tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Nganti 1, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen. Peneliti memilih tempat tersebut karena
berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, di SD Negeri Nganti 1 terdapat
permasalahan pembelajaran materi bangun ruang yang perlu segera diatasi.
Alasan lainnya bahwa di SD Negeri Nganti 1 belum pernah adanya penelitian
sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
Lokasinya juga mudah dijangkau oleh peneliti karena jaraknya yang dekat dari
rumah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 selama 7 bulan (lihat lampiran 1: 88), yaitu mulai bulan Januari
sampai Juli 2012. Tahap penyusunan dan pengajuan proposal dilaksanakan
pada minggu ke-4 bulan Januari sampai dengan minggu ke-1 bulan April 2012.
Pengurusan izin penelitian dan persiapan penelitian dilaksanakan pada minggu
ke-2 bulan April 2012. Pelaksanaan Siklus dilaksanakan mulai minggu ke-3
bulan April sampai dengan minggu ke-1 bulan Mei 2012. Pengolahan dan
analisis data dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Mei sampai dengan minggu
ke-4 bulan Mei 2012. Penyusunan laporan dilaksanakan pada minggu ke-1
bulan Juni 2012 sampai dengan minggu ke-2 bulan Juli 2012. Tahap ujian
skripsi dilaksanakan pada minggu ke-3 bulan Juli 2012.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Nganti 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang mayoritas dari keluarga petani. Oleh
karenanya, waktu mendampingi anak untuk belajar di rumah kurang. Tingkat
kecerdasan anak rata-rata sedang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan. Dari 20 siswa ini kesemuanya normal, tidak cacat dalam artian tidak
ada anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
C. Sumber Data
Sumber data yang dimanfaatkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data dari narasumber, yaitu guru kelas V dan siswa kelas V SD
Negeri Nganti 1.
2. Arsip nilai pemahaman konsep bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Nganti
1.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran.
4. Hasil tes pra tindakan, tes siklus I dan tes siklus II siswa untuk mengetahui
peningkatan nilai siswa setelah dilakukan tindakan.
5. Foto dan video proses pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi
pengamatan (observasi), tes, dan studi dokumen yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 127) observasi adalah kegiatan
pengamatan (pengambilan data) untuk melihat seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran. Observasi ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri
Nganti 1 kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dan peneliti dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru difokuskan pada
kegiatan guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran matematika
pemahaman konsep bangun ruang. Observasi terhadap kinerja guru juga
diarahkan pada kegiatan guru (peneliti) sebelum dan sesudah tindakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan,
menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan
balik, serta melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu
observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 kecamatan Gemolong
Kabupaten Sragen difokuskan pada aktifitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan oleh peneliti.
2. Tes
Menurut Purwanto (2010: 63) tes merupakan instrumen alat ukur
untuk pengumpulan data di mana dalam memberikan respons atas pertanyaan
dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan
maksimalnya. Penampilan maksimum yang ditampilkan dalam tes merupakan
gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki. Menurut Mulyasa (2010: 69)
tes adalah instrumen untuk mengumpulkan data prestasi belajar peserta didik,
baik melalui tes lisan, tertulis, maupun perbuatan. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa tes adalah instrument alat ukur yang digunakan
untuk mengukur kemampuan yang dimiliki.
Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir
pembelajaran atau pada saat pemberian tindakan evaluasi. Tes dilakukan
terhadap siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 kecamatan Gemolong Kabupaten
Sragen. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1
kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen berupa soal yang harus diselesaikan
oleh siswa. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
pemahaman konsep siswa ranah kognitif yang diperoleh siswa kelas V SD
Negeri Nganti 1 setelah kegiatan pemberian tindakan. Data yang diperoleh
dari pemberian tes ini berupa nilai tentang pemahaman konsep bangun ruang.
3. Studi Dokumen
Teknik studi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau
arsip yang ada, seperti kurikulum, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat oleh guru, buku atau meteri pelajaran, hasil tulisan atau
karangan siswa dan nilai yang diberikan guru serta rekaman video saat
tindakan berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
E. Validitas data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang dapat
digunakan untuk memeriksa validitas suatu data yaitu Validitas isi.
Menurut Purwanto (2010: 120) validitas isi (content validity) adalah
pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil
belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi
dapat dilakukan menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir
instrumen, meminta pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir soal.
Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan
dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang
dituangkan dalam kisi-kisi. Butir-butir tes hasil belajar dinyatakan valid apabila
setelah mencermati isi butir-butir yang ditulis menunjukkan kesesuaian dengan
kisi-kisi. Menurut Saifuddin Azwar (2010: 45) dikarenakan estimasi validitas isi
tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional
maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai
sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai.
Dalam penelitian ini penggunaan validitas isi dengan cara menguji
Standar Kompetensi yaitu memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
serta hubungan antar bangun, kemudian dari Kompetensi Dasar yaitu
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang . Kompetensi Dasar tersebut dijabarkan
dalam beberapa indikator. Indikator dijabarkan dalam tujuan pembelajaran,
selanjutnya dengan beberapa tujuan pembelajaran tersebut dituangkan dalam
bentuk kisi-kisi. Kisi-kisi soal yang telah dibuat kemudian dijabarkan dalam
bentuk soal.
Pengujian data penelitian dengan validitas isi, yaitu dengan melihat
kesesuaian antara kisi-kisi, indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
telah dibuat dengan soal-soal yang diujikan serta kesesuaian dengan materi ajar
yang rumuskan dalam Kompetensi Dasar.
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis agar
memudahkan penarikan kesimpulan penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data diskriptif komparatif. Menurut
Sarwiji Suwandi (2009: 61) Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data
kualitatif, yaitu dengan cara membandingkan hasil anatar siklus.
Peneliti membandingkan hasil sebelum tindakan dengan hasil akhir
setiap siklus. Data sebelum tindakan dibandingkan dengan data pada siklus I dan
data pada saat siklus I dibandingkan dengan data pada siklus II.
Setelah data hasil tes dianalisis secara deskriptif komparatif, selanjutnnya
data hasil observasi dan studi dokumentasi dianalisis dengan teknik analisis kritis.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja guru dan siswa, serta kendala dan pemecahan masalah yang
terjadi selama proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan
pemahaman konsep bangun ruang yaitu pengertian bangun ruang, unsur-unsur
bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang yang ditunjukkan dengan perolehan
nilai minimum 60 (KKM). Penelitian ini berhasil jika 80% siswa memperoleh
nilai > 60. Jika dalam penelitian ini siswa yang memperoleh nilai > 60 kurang
dari 80%, maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
H. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 16) Tahapan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
penelitian tindakan kelas mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Tahapan dalam
penelitian tindakan kelas dapat digambarkan dalam skema pada gambar 3.2
Gambar 3.2 . Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 16)
Berdasarkan gambar 3.2, dapat dijelaskan bahwa dalam prosedur
penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yang semuanya saling
berurutan dan mempengaruhi. Dalam penelitian tindakan kelas semua tahap dari
tahap pelaksanaan sampai tahap refleksi harus dilaksanakan agar penelitian yang
dilakukan dapat berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini telah
dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Adapun
tahapan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Perencanaan
Refleksi siklus I Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pelaksanaan Refleksi siklus II
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 18 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 19 April 2012.
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan
metode guided discovery (penemuan terbimbing).
2) Menyiapkan sumber belajar.
3) Menyiapkan media, fasilitas dan sarana pendukung.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar observasi guru, observasi aktivitas siswa, lembar
pengamatan perilaku berkarakter dan lembar pengamatan keterampilan
sosial.
6) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menggali kemampuan awal siswa tentang bangun ruang melalui
tanya jawab. Guru menanyakan macam bangun ruang apa saja yang telah
diketahui siswa.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan metode guided discovery.
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode guided
discovery. Dalam pembelajaran pemahaman konsep bangun ruang siswa
belajar dengan metode guided discovery, yaitu melaksanakan proses
penemuan dengan langkah-langkah guided discovery sebagai berikut:
a) Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan
data secukupnya.
b) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c) Siswa menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang
dilakukan.
d) Konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh
guru.
e) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya.
f) guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa
apakah penemuan itu benar.
4) Pada pertemuan pertama siswa melakukan proses penemuan tentang
pengertian bangun ruang, unsur-unsur bangun ruang serta sifat-sifat
tabung dan prisma segitiga. Pertemuan kedua siswa melakukan proses
penemuan tentang sifat-sifat limas segitiga, limas segiempat dan kerucut.
5) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan penemuan yang
telah dilakukan.
6) Guru memberikan evaluasi.
c. Observasi
Kegiatan observasi berupa kegiatan pengamatan dan mencatat
segala sesuatu secara cermat mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan,
maupun dampak dari tindakan tersebut. Observasi pada siklus I dilakukan
analisis peningkatan nilai evaluasi siswa dari kegiatan pratindakan. Kegiatan
observasi juga difokuskan pada kemampuan guru (peneliti) dalam mengajar
dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar. Observasi
kemampuan guru dalam mengajar dan aktivitas siswa diarahkan pada poin-
poin pedoman yang telah disiapkan oleh peneliti. Kegiatan observasi
kemampuan guru dalam mengajar yang dilaksanakan oleh guru kelas V
sebagai observer, sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa
dilaksanakan oleh peneliti sebagai observer. Observasi kemampuan guru
dalam mengajar dan aktivitas siswa dilaksanakan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Data observasi disajikan setiap akhir siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Hasil observasi pada guru yang telah dilaksanakan pada siklus I
pertemuan I dan II ditemukan kelemahan-kelemahan pada guru (lihat
lampiran 22: 152) saat pembelajaran berlangsung. Pada saat kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan awal dan kegiatan inti masih belum maksimal.
Berdasarkan lembar observasi guru pada siklus I pertemuan I
dan II diperoleh skor rata-rata 2,99 yang berarti kategori cukup (lihat
lampiran 22: 152). Sedangkan untuk aktivitas siswa setelah dilakukan
pengamatan juga terdapat kelemahan-kelemahan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung (lihat lampiran 23: 155). Seperti banyak siswa
yang belum terfokus pada kegiatan pembelajaran dan kerjasama kelompok
yang kurang maksimal.
Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan I dan II diperoleh skor rata-rata 2,08 yang berarti keaktifan
siswa dalam pembelajaran cukup (lihat lampiran 23: 155). Berdasarkan
hasil observasi guru maupun aktifitas siswa yang telah dilaksanakan pada
siklus I tersebut, pembelajaran sudah berlangsung cukup baik, namun
pembelajaran tersebut belum maksimal karena masih terdapat beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki agar nilai Matematika siswa dapat
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan siklus
I, nilai Matematika siswa mengalami peningkatan dibandingkan nilai
Matematika siswa pada saat pretes (lihat lampiran 21: 151), yaitu siswa
yang belum tuntas menurun dari 70% atau 14 siswa menjadi 45% atau 9
siswa dan yang tuntas meningkat dari 30% atau 6 siswa menjadi 55% atau
11 siswa.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, dilakukan kegiatan menganalisa tindakan yang
telah dilaksanakan. Mengidentifikasi apa saja masalah dan hambatan yang
muncul dalam siklus I, untuk kemudian dijadikan sebagai dasar perbaikan
tindakan pada siklus II agar hasilnya lebih maksimal. Berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
observasi guru dan aktivitas siswa yang dilakukan guru kelas V dan peneliti,
maka dilakukan refleksi.
Pada pelaksanaan refleksi ditemukan beberapa kelemahan-
kelemahan pada pelaksanaan siklus I. Kelemahan tersebut terdapat pada
kegiatan prapembelajaran, kegiatan awal dan kegiatan inti yang belum
maksimal. Solusinya pada siklus II, guru harus lebih maksimal dan berusaha
sebaik-baiknya untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Keaktifan siswa pada siklus I masih kurang, hal ini ditunjukkan
dengan banyak siswa yang belum terfokus pada kegiatan pembelajaran dan
siswa belum bisa bekerja sama dalam kelompok dengan baik. Solusinya
guru mengubah formasi tempat duduk menyerupai tapal kuda agar perhatian
siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran. Guru membagi kelompok
dengan jumlah anggota lebih kecil lagi yaitu terdiri dari 2 siswa, agar siswa
dapat terlatih untuk melakukan kerjasama mulai dari kelompok kecil. Pada
pelaksanaan siklus I guru sudah melakukan pembelajaran dengan baik,
namun masih ditemukan hambatan-hambatan sehingga hasil evaluasi belum
menunjukkan pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu 80%
memperoleh nilai >60 (KKM). Kelemahan-kelemahan yang ditemukan
dalam siklus I akan diperbaiki dalam siklus II, sehingga pada siklus II
pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih baik dan hasil evaluasi pada
siklus II dapat meningkat.
2. Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 25 April 2012 dan kedua dilaksanakan pada tanggal
26 April 2012.
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Setelah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I, peneliti
berkonsultasi dengan guru kelas V tentang cara mengatasi kelemahan-
kelemahan pada siklus I. Kemudian peneliti mempersiapkan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yang lebih baik agar hasilnya lebih maksimal, yaitu dapat mencapai
indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sebelum melakukan pembelajaran,
peneliti mempersiapkan hal-hal berikut: pertama, membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan metode guided
discovery (penemuan terbimbing) dengan memperhatikan hasil refleksi pada
siklus I. Kedua, Menyiapkan sumber belajar yang lebih bervariasi. Ketiga,
Menyiapkan media, fasilitas dan sarana pendukung. Keempat,
Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Kelima, Menyiapkan
lembar observasi guru, observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan
perilaku berkarakter dan lembar pengamatan keterampilan sosial.
Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
1. Pembelajaran pemahaman konsep bangun ruang, pada pertemuan
pertama siswa melakukan proses guided discovery tentang pengertian
bangun ruang, unsur-unsur bangun ruang serta sifat-sifat tabung dan
prisma segitiga. Pertemuan kedua siswa melakukan proses guided
discovery tentang sifat-sifat limas segitiga, limas segiempat dan kerucut.
2. Tempat duduk siswa diatur dengan formasi tapal kuda.
3. Siswa melakukan penemuan terbimbing dengan diskusi kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 2 siswa.
4. Beberapa kelompok melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas.
5. Guru menjelaskan tentang materi bangun ruang yang telah didiskusikan
disertai gambar contoh-contoh bangun ruang dalam kehidupan sehari-
hari.
6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran yang telah dipelajari.
7. Guru memberikan evaluasi.
8. Memantau peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika.
c. Tahap observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kegiatan observasi berupa kegiatan pengamatan dan mencatat
segala sesuatu secara cermat mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan,
maupun dampak dari tindakan tersebut. Observasi pada siklus II dilakukan
analisis peningkatan nilai evaluasi siswa dari siklus I. Kegiatan observasi
juga difokuskan pada kemampuan guru dalam mengajar dan aktivitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar. Observasi pada siklus II dilaksanakan
setiap pertemuan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi
kemampuan guru dalam mengajar diarahkan pada poin-poin pedoman yang
telah disiapkan oleh peneliti. Kegiatan observasi kemampuan guru dalam
mengajar yang dilaksanakan oleh guru kelas V sebagai observer, sedangkan
observasi terhadap aktivitas siswa dilaksanakan oleh peneliti sebagai
observer.
Berdasarkan hasil observasi kemampuan guru pada siklus II (lihat
lampiran 33: 204), secara umum menunjukkan bahwa kemampuan mengajar
guru pada siklus II sudah lebih baik dibanding siklus I, yaitu meningkat
menjadi 3,70. Secara umum aktivitas siswa selama proses pembelajaran
siklus II (lihat lampiran 34: 208) juga sudah lebih baik bila dibanding siklus
I, yaitu menjadi 3,17.
d. Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi, peneliti kembali menganalisis, merefleksi,
dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan. Pembelajaran yang dilaksanakan
pada siklus II sudah berlangsung dengan baik. Nilai observasi guru dan
aktifitas siswa juga mengalami peningkatan. Nilai evaluasi siswa juga
mengalami peningkatan, yaitu 85% siswa sudah mencapai indikator
ketercapaian yang telah ditetapkan (lihat lampiran 32: 203). Penelitian ini
dikatakan berhasil, jika telah mencapai indikator ketercapaian, yaitu 80%
siswa mendapat nilai diatas KKM (60). Berdasarkan hasil tersebut, maka
penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian diawali dengan melakukan observasi dan wawancara tentang
masalah pembelajaran yang dihadapi guru kelas. Setelah berdiskusi dengan guru
kelas V, peneliti menemukan permasalahan pada pembelajaran konsep bangun
ruang pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1. Siswa kelas V SD Negeri Nganti 1
berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V,
diketahui bahwa siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 mengalami kesulitan dalam
pembelajaran bangun ruang. Hal ini dibuktikan dengan hasil pretes (lihat lampiran
16: 123) yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 April 2012. Berdasarkan
hasil tes tersebut diketahui bahwa 30% atau 6 siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM (> 60) dan yang memperoleh nilai di bawah KKM, 70% atau 14 siswa.
Perolehan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 20. Hasil pretes dapat disajikan
dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pretes Konsep Bangun Ruang dalam
Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri Nganti 1
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Presentase
(%)
20-32 6 26 156 30
33-45 4 39 156 20
46-58 2 52 104 10
59-71 6 65 390 30
72-84 1 78 78 5
85-97 1 91 91 5
Jumlah 20 975 100
Nilai rerata = 49
Ketuntasan klasikal = 6:20 x 100% = 30%
Nilai Tertinggi = 85
Nilai Terendah = 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.1 menunjukkan kemampuan memahami konsep bangun ruang
dalam mata pelajaran matematika sebelum pelaksanaan tindakan. Hasil Pretes
tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pretes Siswa Kelas V SD Negeri Nganti 1
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui hasil pretes
pemahaman konsep bangun ruang dalam mata pelajaran Matematika pada siswa
kelas V SD Negeri Nganti 1 sebelum diterapkannya metode guided discovery
masih sangat rendah. Siswa yang memperoleh nilai di bawah atau sama dengan
KKM masih banyak yaitu 14 siswa (lihat lampiran 15: 119).
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan (observasi), dan 4) refleksi.
Pelaksanaan tindakan setiap siklus, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 18 April 2012, pembelajaran dilakukan selama 2
jam pelajaran atau 70 menit mulai dari pukul 07.00-08.10 WIB. Pertemuan
0
1
2
3
4
5
6
Fre
ku
ensi
Hasil Tes Pretes Siswa Kelas V
20-32 33-45 46-58 59-71 72-84 85-97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kedua dilaksanakan pada tanggal 19 April 2012, pembelajaran dilakukan
selama 2 jam pelajaran atau 70 menit mulai dari pukul 07.00-08.10 WIB.
Tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Tahapan Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
7) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
penerapan metode guided discovery (penemuan terbimbing).
Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai maka sebelum kegiatan pembelajaran
perlu melakukan kegiatan perencanaan terkait dengan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan perencanaan
pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), peneliti menentukan model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan menerapkan metode pembelajaran yang
didominasi dengan metode pembelajaran guided discovery serta
beberapa metode lain yang mendukung. Materi ajar pada
pertemuan pertama adalah pengertian bangun ruang, unsur-unsur
bangun ruang dan sifat-sifat tabung serta prisma segitiga. Materi
ajar pada pertemuan kedua adalah sifat-sifat limas segitiga, limas
segiempat dan kerucut. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ini guru juga harus memperhatikan kelemahan-
kelemahan metode guided discovery sehingga dapat mengatasi
kelemahan tersebut dan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Cara yang disiapkan guru dalam mengatasi kelemahan
metode guided discovery dalam pembelajaran bangun ruang, yaitu:
a) Agar bimbingan yang diberikan guru merata, guru hanya
memberikan bimbingan sesuai kebutuhan setiap kelompok. jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
salah satu anggota kelompok dirasa sudah mengerti, maka guru
meminta bantuan anggota kelompok yang telah mengerti untuk
menjelaskan kepada teman-temannya dalam satu kelompok.
Sehingga waktu guru tidak habis untuk beberapa kelompok saja,
namun dapat merata ke semua kelompok.
b) Dalam melakukan penemuan, siswa memerlukan kesiapan
mental yang lebih karena selama ini pembelajaran masih bersifat
konvensional. Cara untuk mengatasi hambatan ini guru
memberikan pengertian kepada siswa bagaimana caranya
melakukan penemuan secara kelompok.
c) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berfikir kreatif.
Cara untuk mengatasi kelemahan ini bimbingan yang diberikan
guru hanya sesuai kebutuhan siswa, jadi guru tidak melakukan
bimbingan secara terus-menerus.
d) Metode guided discovery terlalu mementingkan perolehan
pengetahuan sehingga aspek afektif dan psikomotorik kurang
diperhatikan. Dalam melakukan pembelajaran bangun ruang ini
guru juga melakukan penilaian dari segi afektif dan
psikomotorik siswa. Pembentukan kelompok diharapkan dapat
melatih afektif siswa dan dengan menggambar bangun ruang
akan mengasah kemampuan psikomotorik siswa.
8) Menyiapkan sumber belajar.
Sumber belajar sangat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru
harus terlebih dahulu menyiapkan berbagai sumber belajar yang
akan digunakan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.
sumber belajar berupa buku-buku referensi yang berkaitan dengan
bangun ruang kelas V Sekolah Dasar. Buku referensi tersebut
berupa buku paket matematika untuk kelas V Sekolah Dasar dari
beberapa penerbit. Sumber belajar bukan hanya berupa buku
referensi, namun lingkungan sekitar juga dapat digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sumber belajar. Guru menggunakan benda-benda di sekitar
sekolahan sebagai sumber belajar bangun ruang.
9) Menyiapkan media, fasilitas dan sarana pendukung.
Dalam pembelajaran, media mempunyai kedudukan yang
sangat penting. Siswa Sekolah Dasar berada pada fase operasional
kongkret, sehingga dalam pembelajaran penggunaan media sangat
penting. Media yang digunakan dalam pembelajaran bangun ruang,
yaitu bangun ruang yang terbuat dari kertas karton.
10) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
Guru mengembangkan format evaluasi pembelajaran
dengan membuat kisi-kisi evaluasi yang sesuai dengan indikator
pembelajaran yang telah dibuat di dalam RPP. Kisi-kisi
pembelajaran kemudian dijabarkan ke dalam bentuk soal-soal
evaluasi. Soal-soal evaluasi yang telah dibuat digunakan untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
11) Menyiapkan lembar observasi guru, observasi aktivitas siswa,
lembar pengamatan perilaku berkarakter dan lembar pengamatan
keterampilan sosial.
Guru mempersiapkan lembar observasi guru untuk menilai
kemampuan guru saat mengajar. Lembar observasi aktivitas siswa
digunakan untuk mengamati aktivitas siswa saat pembelajaran
berlangsung. Lembar pengamatan perilaku berkarakter dan lembar
pengamatan keterampilan sosial, digunakan untuk mengetahui
ketercapaian aspek afektif siswa dalam pembelajaran. Aspek afektif
yang diukur berupa perilaku berkarakter dan keterampilan sosial
siswa.
12) Menyiapkan alat dokumentasi.
Alat dokumentasi yang digunakan berupa kamera untuk
merekam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Rekaman kegiatan pembelajaran dapat digunakan untuk
mengevaluasi jalannya pembelajaran, sehingga pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
akan datang akan lebih baik. Selain kamera untuk merekam video,
juga untuk mendokumentasikan gambar berupa foto.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan
pada siklus I, sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan
pada hari Rabu, 18 April 2012. Pelaksanaan tindakan dimulai pada
pukul 7.00-08.10 WIB. Kegiatan dilaksanakan pada saat jam
pelajaran ke-1 sampai jam pelajaran ke-2. Uraian kegiatan
pembelajaran pada pertemuan I sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan rutin,
yaitu guru memberi salam, berdoa dan presensi. Guru
mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan bentuk bangun ruang yang sudah diketahui siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Setelah mengkondisikan kelas, guru membagi siswa
menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
Setiap kelompok menempatkan diri pada tempat duduk dengan
cara berkelompok. Guru memberikan media bangun datar dan
bangun ruang berbentuk tabung dan prisma segitiga. Siswa
secara berkelompok berdiskusi untuk menemukan konsep-
konsep sesuai Lembar Kerja Siswa yang telah disiapkan guru.
Setelah siswa selesai melakukan penemuan konsep sesuai LKS,
setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
hasil penemuan kelompoknya di depan kelas. Siswa yang lain
menanggapinya dan guru memberikan pembetulan atas
penemuan siswa yang kurang tepat. Setelah dipastikan semua
siswa mengerti akan konsep yang benar, guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kertas sebagai tempat siswa menggambar bangun ruang yang
telah dipelajari. Di samping menggambar bangun ruang yang
telah dipelajari siswa juga memberi nama bangun ruang tersebut
dengan huruf, kemudian menyebutkan sifat-sifat bangun ruang
sesuai huruf tersebut secara individu. Guru memberikan soal
evaluasi secara individu kepada siswa untuk mengetahui
kebenaran penemuan yang telah dilakukan siswa.
c) Kegiatan Akhir
Guru memberikan motivasi untuk belajar lebih giat lagi
di rumah. Guru memberikan pesan untuk pertemuan yang akan
datang lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran
yang akan dilakukan. Guru menutup pelajaran kemudian
mengizinkan siwa untuk beristirahat.
2) Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan
pada hari kamis, 19 April 2012. Pelaksanaan tindakan dimulai pada
pukul 7.00-08.10 WIB. Kegiatan dilaksanakan pada saat jam
pelajaran ke-1 sampai jam pelajaran ke-2. Uraian kegiatan
pembelajaran pada pertemuan I sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan salam, berdoa, menanyakan kabar siswa dan
presensi. Guru mengkondisikan kelas. Guru memberikan
apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b) Kegiatan Inti
Guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan media bangun
limas segitiga, limas segiempat dan kerucut kepada setiap
kelompok. setiap kelompok mengamati dan menganalisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bangun ruang yang diberikan guru untuk melakukan penemuan.
Guru juga membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKS) sebagai
arahan siswa untuk melakukan penemuan. Guru berkeliling
kelas untuk memantau kegiatan penemuan yang dilakukan siswa
dan memberi petunjuk bagi siswa yang mengalami kesulitan.
Setelah semua kelompok selesai, guru menunjuk perwakilan
kelompok untuk maju ke depan kelas melaporkan hasil
penemuan kelompoknya. Kelompok yang lain menanggapi,
guru memberi pembetulan bagi penemuan siswa yang kurang
tepat. Setelah semua siswa mengerti konsep yang benar, guru
membagikan kertas sebagai tempat untuk siswa menggambar
menggambar bangun ruang yang telah dipelajari. Di samping
menggambar bangun ruang yang telah dipelajari siswa juga
memberi nama bangun ruang tersebut dengan huruf, kemudian
menyebutkan sifat-sifat bangun ruang sesuai huruf tersebut
secara individu. Guru memberikan soal evaluasi secara individu
kepada siswa untuk mengetahui kebenaran penemuan yang telah
dilakukan siswa.
c) Kegiatan Akhir
Guru memberikan motivasi untuk belajar lebih giat lagi
di rumah. Guru memberikan pesan untuk pertemuan yang akan
datang lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran
yang akan dilakukan. Guru menutup pelajaran kemudian
mengizinkan siwa untuk beristirahat.
c. Tahap Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, perilaku
berkarakter, keterampilan sosial dan aspek psikomotor. Observasi
terhadap kemampuan guru saat mengajar dilakukan oleh guru kelas V
terhadap peneliti saat mengajar. Observasi terhadap aktivitas siswa,
perilaku berkarakter, keterampilan sosial dan aspek psikomotorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dilakukan oleh peneliti. Pengamatan kemampuan mengajar guru dan
aktivitas siswa digunakan sebagai evaluasi pelaksanaan tindakan jika
hasil evaluasi siswa belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Penilaian observasi dilakukan setiap akhir pertemuan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka diketahui hal-hal
berikut:
1) Hasil Tes Siswa
Hasil tes siswa pada siklus I (lihat lampiran 21: 151)
mengalami peningkatan. Pada siklus I, siswa yang tuntas sebanyak
55% atau 11 siswa. Untuk lebih jelasnya data disajikan ke dalam tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Siklus I Konsep Bangun
Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri
Nganti 1
Tabel 4.2 menunjukkan kemampuan siswa kelas V SD
Negeri Nganti 1 dalam memahami konsep bangun ruang dalam mata
pelajaran matematika pada siklus I. Hasil Tes pada siklus I dapat
disajikan ke dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Presentase
(%)
40-49 2 44,5 89 10
50-59 4 54,5 218 20
60-69 9 64,5 580,5 45
70-79 4 74,5 298 20
80-89 0 84,5 0 0
90-99 1 94,5 94,5 5
Jumlah 20 1280 100
Nilai rerata = 61,75
Ketuntasan klasikal = 11:20 x 100% = 55%
Nilai Tertinggi = 90
Nilai Terendah = 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 4.2. Grafik Hasil Tes Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri
Nganti 1
Berdasarkan Tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa
siswa yang tuntas mengalami peningkatan meskipun kurang
segnifikan. Jumlah siswa yang tuntas atau mendapat nilai di atas
KKM meningkat dari 6 siswa atau 30% menjadi 11 siswa atau 55%.
Jumlah siswa yang tidak tuntas juga mengalami penurunan, yaitu dari
14 atau 70% siswa menjadi 9 atau 45% siswa (lihat lampiran 21: 151).
Perolehan nilai tertinggi dan terendah juga mengalami peningkatan,
yaitu nilai tertinggi 90 dan terendah 40 (lihat lampiran 21: 151).
Perkembangan hasil pretes dan siklus I dapat disajikan dalam
grafik pada gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Hasil Tes pada Siswa Kelas V SD
Negeri Nganti 1 pada Saat Pretes dan Siklus I
0
5
10
Fre
ku
ensi
Nilai Interval
Hasil Nilai Tes Siklus I Kelas V
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
0
20
40
60
80
100
Pratindakan Siklus I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rerata Kelas20
85
49 40
90
61,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil tes siswa kelas V pada
pemahaman konsep bangun ruang dalam mata pelajaran matematika
mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya tindakan siklus I.
Nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dan nilai terendah meningkat
menjadi 40. Jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan
dibanding pada saat pretes. Data disajikan ke dalam tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Perkembangan Ketuntasan Hasil Tes Siswa Kelas V SD
Negeri Nganti 1 pada Pretes dan Siklus I
No Ketuntasan Pratindakan Siklus I
Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 6 30 11 55
2 Tidak Tuntas 14 70 9 15
Data tersebut, dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti
pada Gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ketuntasan Hasil Tes Siswa Kelas
V SD Negeri Nganti 1 pada Pratindakan dan Siklus I
Tabel 4.3 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa ketuntasan
klasikal mengalami peningkatan pada siklus I dibandingkan pada saat
0
2
4
6
8
10
12
14
Tuntas Tidak Tuntas
Pratindakan
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pretes. Pada pretes siswa yang tuntas 6 atau 30%, dan pada siklus I
meningkat menjadi 11 atau 55% siswa. Siswa yang tidak tuntas pada
saat pretes 14 atau 70% siswa dan berkurang pada siklus II menjadi 9
atau 45% siswa. Berdasarkan uraian tersebut nilai pemahaman konsep
bangun ruang siswa telah mengalami peningkatan, namun peningkatan
tersebut belum maksimal karena belum mencapai indikator kinerja
yang telah ditetapkan.
2) Hasil Pengamatan Kemampuan Guru (peneliti)
Setiap pelaksanaan tindakan, saat guru (peneliti) mengajar
dilakukan penilaian terhadap kemampuan guru (peneliti) dalam
mengajar oleh guru kelas V. Berdasarkan Hasil penilaian kemampuan
mengajar guru pada siklus I pertemuan I dan II (lihat lampiran 22:
152), nilai kemampuan guru pada siklus I dapat disajikan dalam tabel
4.4 berikut:
Tabel 4.4. Hasil Penilaian Kemampuan Guru Siklus I
No. Pertemuan ke- Skor/Nilai Rata-rata
1 Pertemuan I 2,86 2,99
2 Pertemuan II 3,12
Data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I peneliti
memperoleh skor 2,99 yang berarti kategori cukup. Walaupun
kategori cukup, namun pembelajaran yang dilakukan guru belum
maksimal. Walaupun guru telah mempersiapkan cara untuk mengatasi
kelemahan metode guided discovery, namun masih ditemukan
kelemahan-kelemahan pada guru dalam melakuka pembelajaran.
Berdasarkan lembar observasi guru pada siklus I (lihat lampiran 22:
152), dapat dikatahui kelemahan-kelemahan selama pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Dalam pembelajaran masih terdapat beberapa
kekurangan yang menghambat siswa dalam memahami konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bangun ruang, sehingga guru perlu mengadakan perbaikan.
Kelemahan-kelemahan yang dialami guru pada siklus I, antara lain:
1) Pada saat kegiatan pra pembelajaran guru tidak memeriksa
kesiapan siswa dan kurang maksimal dalam mengkondisikan siswa
untuk menerima pelajaran yang akan diberikan.
2) Pada saat kegiatan awal, apersepsi yang diberikan guru kurang
mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal tentang
konsep yang dibahas dan guru kurang memotivasi siswa agar
tertarik pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Pada saat kegiatan inti guru tidak mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan dan mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan, kurang menguasai kelas, pembelajaran yang
berlangsung melebihi alokasi waktu yang telah ditentukan, tidak
menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, belum
menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dan kurang
menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.
3) Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Pada tahap perencanaan guru telah memperiapkan cara untuk
mengatasi kelemahan metode guided discovery, namun masih
ditemukan kelemahan pada aktivitas siswa. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung (lihat lampiran 23: 155), skor aktivitas
siswa, yaitu 2,08 yang berarti kategori keaktifan siswa dalam
pembelajaran cukup. Walaupun dalam kategori cukup, namun
pembelajaran belum maksimal. Pada aktivitas siswa ditemukan
kelemahan-kelemahan, antara lain:
1) Respon siswa kurang dalam menanggapi pertanyaan yang
diberikan guru. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang
menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
2) Banyak siswa yang kurang berkonsentrasi saat kegiatan
pembelajaran, banyak yang bercanda sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3) Belum adanya interaksi positif antara siswa dan keaktifan siswa
kurang selama kegiatan pembelajaran.
4) Kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan kerjasama dalam
kelompok. Siswa jarang melakukan kerja kelompok, sehingga tidak
terbiasa bekerja secara kelompok.
5) Keberanian siswa kurang untuk maju ke depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan bertanya jika merasa
kurang jelas. Hal ini ditunjukkan dengan guru membutuhkan waktu
yang lama untuk membujuk siswa maju ke depan kelas.
Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan I dan II diperoleh skor rata-rata 2,08 yang berarti keaktifan
siswa dalam pembelajaran cukup (lihat lampiran 23: 155).
Berdasarkan hasil observasi guru maupun aktifitas siswa yang telah
dilaksanakan pada siklus I tersebut, pembelajaran sudah berlangsung
cukup baik, namun pembelajaran tersebut belum maksimal karena
masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki agar nilai
matematika siswa dapat mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pada pelaksanaan siklus I, nilai matematika siswa
mengalami peningkatan dibandingkan nilai matematika siswa pada
saat pra tindakan, yaitu siswa yang tuntas meningkat dari 6 atau 30%
siswa menjadi 11 atau 55% siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas
juga mengalami penurunan dari 14 atau 70% siswa menjadi 9 atau
45% siswa (lihat lampiran 21: 151) .Guru perlu merumuskan cara
untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penelitian sehingga
pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih baik.
d. Tahap Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sudah dapat
meningkatkan nilai evaluasi siswa kelas V SD Negeri Nganti 1
dibanding hasil evaluasi pada saat pratindakan. Dalam pelaksanaan
siklus I terdapat kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran, sehingga
guru harus menentukan cara untuk mengatasi hambatan tersebut agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik dan nilai evaluasi
siswa dapat meningkat sesuai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Adapun alternatif solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada
siklus I sebagai berikut:
i. Kelemahan guru dalam mengajar
a) Pada kegiatan pra pembelajaran siklus I guru belum memeriksa
kesiapan siswa dan mengkondisikan siswa dengan baik. Pada
siklus II guru harus terlebih dahulu memeriksa kesiapan dan
mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran. Guru harus
terlebih dahulu memerintahkan siswa untuk menyiapkan alat-
alat tulisnya dan membuat kelas nyaman dan tak gaduh.
b) Pada saat kegiatan awal siklus I, apersepsi yang diberikan guru
kurang mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan
awal tentang konsep yang dibahas dan guru kurang memotivasi
siswa agar tertarik pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Solusinya pada siklus II, guru melakukan apersepsi dengan
memberi pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan yang
sering dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari agar
pengetahuan awal siswa tentang konsep bangun ruang lebih
tergali dan guru banyak memberi kata-kata motivasi seperti
pembelajaran kali ini sangat mudah dan menyenangkan kalian
pasti bisa kepada siswa agar siswa tertarik pada pembelajaran.
c) Pada siklus I saat kegiatan inti guru tidak mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan dan mengaitkan materi
dengan realitas kehidupan, kurang menguasai kelas,
pembelajaran yang berlangsung melebihi alokasi waktu yang
telah ditentukan, tidak menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran, belum menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa dan kurang menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam belajar. Solusinya pada siklus II, guru
harus lebih mengaitkan konsep yang dipelajari dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pengetahuan lain yang relevan yaitu konsep bangun ruang
dikaitkan dengan wujud benda pada pelajaran IPA, guru lebih
bersikap tegas dan menarik perhatian siswa agar siswa tidak
gaduh dan siswa dapat berkonsentrasi untuk mengikuti
pembelajaran. Pada siklus II guru harus lebih memperhatikan
alokasi waktu, sehingga pembelajaran tidak melebihi alokasi
waktu yang telah ditetapkan. Guru banyak memberikan
pertanyaan-pertanyaan agar siswa lebih aktif dan guru lebih
bersikap terbuka dan membuat pembelajaran terasa
menyenangkan dengan memberikan pujian bagi siswa yang mau
bertanya atau menjawab pertanyaan agar dapat menumbuhkan
keceriaan dan keantusiasan siswa.
ii. Kelemahan aktivitas siswa
Pada siklus I, juga ditemukan beberapa kelemahan-
kelemahan yang menyebabkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran kurang maksimal. Kelemahan-kelemahan tersebut
diatasi dengan tindakan sebagai berikut:
a) Pada siklus I respon siswa kurang dalam menanggapi
pertanyaan yang diberikan guru. Pada siklus II, Guru banyak
memberikan motivasi agar siswa tidak perlu merasa takut
dalam menjawab pertanyaan guru.
b) Banyak siswa yang kurang berkonsentrasi saat kegiatan
pembelajaran, banyak yang bercanda sendiri. Guru mengubah
formasi tempat duduk menyerupai tapal kuda agar perhatian
siswa lebih terfokus pada kegiatan guided discovery yang
mereka lakukan.
c) Belum adanya interaksi positif antara siswa dan keaktifan
siswa kurang selama kegiatan pembelajaran. Solusinya pada
siklus II, guru memberi pengertian bahwa antara siswa dalam
satu kelompok harus bekerja sama dengan baik dan agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
menumbuhkan keaktifan siswa guru banyak memberi
pertanyaan-pertanyaan.
d) Kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan kerjasama
dalam kelompok. Siswa jarang melakukan kerja kelompok,
sehingga tidak terbiasa bekerja secara kelompok. solusinya
pada siklus II, Guru membagi kelompok dengan jumlah
anggota lebih kecil lagi yaitu terdiri dari 2 siswa, agar siswa
dapat terlatih untuk melakukan kerjasama mulai dari
kelompok kecil sehingga siswa akan lebih mudah bekerja
sama selama proses guided discovery.
e) Keberanian siswa kurang untuk maju ke depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan bertanya jika
merasa kurang jelas. Solusinya, pada siklus II guru
memberikan motivasi-motivasi yang membangun dan
memberikan pujian bagi siswa yang maju ke depan kelas agar
siswa lebih berani dalam mempresentasikan hasil
penemuannya ke depan kelas dan siswa tidak takut untuk
bertanya.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada tanggal 25 April 2012, pembelajaran dilakukan
selama 2 jam pelajaran atau 70 menit mulai dari pukul 07.00-08.10 WIB.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 April 2012, pembelajaran
dilakukan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit mulai dari pukul 07.00-
08.10 WIB.
Tahap pelaksanaan tindakannya sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan metode guided discovery (penemuan terbimbing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sebelum Melaksanakan pembelajaran pada siklus II, guru
terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang merupakan perbaikan dari siklus I. RPP yang dibuat
menggunakan metode guided discovery sebagai metode utama dalam
pembelajaran dan metode lain sebagai pendukung.
2) Menyiapkan sumber belajar.
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus terlebih
dahulu menyiapkan sumber belajar yang relevan dan mendukung
penyampaian materi dalam mengajar. Buku-buku sumber berupa buku
referensi yang berkaitan dengan materi bangun ruang.
3) Menyiapkan media, fasilitas dan sarana pendukung.
Guru harus menyiapkan media agar pembelajaran dapat
maksimal. Media bangun ruang yang telah disiapkan berguna unuk
menunjang proses penemuan siswa. Bangun ruang yang digunakan
pada pertemuan I berupa bangun-bangun datar, tabung, prisma
segitiga dan gambar benda-benda yang berbentuk tabung dan prisma
segitiga.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
Guru mengembangkan format evaluasi pembelajaran dengan
membuat kisi-kisi evaluasi yang sesuai dengan indikator pembelajaran
yang telah dibuat di dalam RPP. Kisi-kisi pembelajaran kemudian
dijabarkan ke dalam bentuk soal-soal evaluasi. Soal-soal evaluasi
yang telah dibuat digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan.
5) Menyiapkan lembar observasi guru, observasi aktivitas siswa, lembar
pengamatan perilaku berkarakter dan lembar pengamatan
keterampilan sosial.
Guru mempersiapkan lembar observasi guru untuk menilai
kemampuan guru saat mengajar. Lembar observasi aktivitas siswa
digunakan untuk mengamati aktivitas siswa saat pembelajaran
berlangsung. Lembar pengamatan perilaku berkarakter dan lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pengamatan keterampilan sosial, digunakan untuk mengetahui
ketercapaian aspek afektif siswa dalam pembelajaran. Aspek afektif
yang diukur berupa perilaku berkarakter dan keterampilan sosial
siswa.
6) Menyiapkan alat dokumentasi.
Alat dokumentasi yang digunakan berupa kamera untuk
merekam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Rekaman
kegiatan pembelajaran dapat digunakan untuk mengevaluasi jalannya
pembelajaran, sehingga pembelajaran yang akan datang akan lebih
baik. Selain kamera untuk merekam video, juga untuk
mendokumentasikan gambar berupa foto.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan I
a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan rutin,
yaitu guru memberi salam, berdoa dan presensi. Guru
mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru
memberikan motivasi agar siswa tertarik pada kegiatan
pembelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan
bentuk bangun ruang yang sudah diketahui siswa. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Setelah mengkondisikan kelas, guru memeriksa kesiapan
siswa dengan meminta siswa untuk mempersiapkan alat-alat tulis
mereka. Guru membentuk siswa menjadi kelompok secara
berpasangan. Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan
penemuan yang akan dilakukan siswa. Guru membagikan bangun
ruang yang akan diamati olah siswa dan Lembar Kerja Siswa
(LKS) sebagai arahan dalam proses penemuan. Guru memantau
kegiatan penemuan yang dilakukan setiap kelompok. Setelah
semua kelompok selesai guru memberi kesempatan kelompok yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
ingin mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru
memberikan motivasi-motivasi, agar siswa berani untuk maju ke
depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan kelompok yang lain menanggapinya. Guru membenarkan
jawaban siswa yang kurang benar. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep bangun ruang yang baru saja dipelajari dengan
menggunakan gambar dan guru juga mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan yaitu wujud benda (IPA) serta
mengaitkan bangun ruang dengan benda-benda yang ditemuai
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru memastikan semua siswa
sudah mengerti tentang konsep yang diajarkan. Guru meminta
siswa untuk menggambar bangun ruang yang telah dipelajari pada
selembar kertas dan memberi nama bangun ruang tersebut dengan
huruf kemudian menuliskan sifat-sifat bangun ruang berdasarkan
hurufnya. Setelah selesai, gambar bangun ruang dikumpulkan.
Guru menanyakan apakah ada yang ditanyakan.
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan motivasi untuk belajar lebih giat lagi di
rumah. Guru memberikan pesan untuk pertemuan yang akan datang
lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran yang
akan dilakukan. Guru menutup pelajaran kemudian mengizinkan
siwa untuk beristirahat.
2) Pertemuan II
a) Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan rutin,
yaitu guru memberi salam, berdoa dan presensi. Guru melakukan
apersepsi dengan menanyakan bentuk bangun ruang yang sudah
diketahui siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Guru mengkondisikan kelas agar pembelajaran
berjalan dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b) Kegiatan inti
Setelah guru mengkondisikan kelas dan memeriksa
kesiapan siswa, guru membagi siswa menjadi kelompok
berpasangan yang terdiri dari 10 kelompok. Guru memberi
penjelasan tentang kegiatan penemuan yang akan dilakukan siswa.
Sebelum memulai kegiatan penemuan guru membagikan media
bangun limas segitiga, limas segiempat dan kerucut kepada semua
kelompok. Setiap kelompok melakukan diskusi tentang penemuan
yang dilakukan. Setelah semua kelompok selesai melakukan
penemuan, guru memberikan kesempatan bagi kelompok yang
ingin melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Guru
memberikan motivasi-motivasi, agar siswa berani untuk maju ke
depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan kelompok yang lain menanggapinya. Guru membenarkan
jawaban siswa yang kurang benar. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep bangun ruang yang baru saja dipelajari dengan
menggunakan gambar dan guru juga mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan yaitu wujud benda (IPA) serta
mengaitkan bangun ruang dengan benda-benda yang ditemuai
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru memastikan semua siswa
sudah mengerti tentang konsep yang diajarkan. Guru meminta
siswa untuk menggambar bangun ruang yang telah dipelajari pada
selembar kertas dan memberi nama bangun ruang tersebut dengan
huruf kemudian menuliskan sifat-sifat bangun ruang berdasarkan
hurufnya. Setelah selesai, gambar bangun ruang dikumpulkan.
Guru menanyakan apakah ada yang ditanyakan.
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan motivasi untuk belajar lebih giat lagi di
rumah. Guru memberikan pesan untuk pertemuan yang akan datang
lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
akan dilakukan. Guru menutup pelajaran kemudian mengizinkan
siwa untuk beristirahat.
c. Tahap Observasi
1) Hasil Tes Siswa
Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus II (lihat lampiran 32:
203), dapat diketahui bahwa hasil tes siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dibanding siklus I. Adapun rinciannya disajikan dalam
tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Siklus II Konsep Bangun
Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri
Nganti 1
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Presentase
(%)
45-54 2 49,5 99 10
55-64 1 59,5 59,5 5
65-74 8 69,5 556 40
75-84 6 79,5 477 30
85-94 3 89,5 268,5 15
Jumlah 20 1460 100
Nilai rerata = 70,38
Ketuntasan klasikal = 17:20 x 100% = 85%
Nilai Tertinggi = 92,5
Nilai Terendah = 45
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil tes
terhadap pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V
mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM meningkat menjadi 17 atau 85% siswa. Data tersebut dapat
disajikan ke dalam grafik pada gambar 4.5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.5 Grafik Hasil Tes Siswa Kelas V SD Negeri Nganti 1
Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam memahami konsep bangun ruang dalam
pembelajaran Matematika mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat melalui perolehan nilai tertinggi siswa yaitu 92,5
dan nilai terendah 45. Selain itu, nilai rata-rata kelas juga mengalami
peningkatan menjadi 70,38. Ketuntasan siswa juga mengalami
peningkatan menjadi 17 atau 85% siswa.
Untuk mengetahui perkembangan hasil tes siswa pada
pemahaman konsep bangun ruang kelas V pada siklus I dan siklus II,
dapat disajikan dalam grafik berikut (gambar 4.6):
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Hasil Tes pada Siklus I dan Siklus II
0
2
4
6
8
Fre
ku
ensi
Nilai Interval
Hasil Nilai Tes Siklus II Kelas V
45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
0
20
40
60
80
100
siklus I Siklus II
NilaiTerendah
NilaiTertinggi
40
90
61,75 45
92,5
70,38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa hasil tes siswa
pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Pada
siklus I, nilai terendah adalah 40 dan pada siklus II meningkat menjadi
45. Demikian juga perolehan nilai tertinggi meningkat dari 90 pada
siklus I menjadi 92,5 pada siklus II. Nilai rata-rata kelas siswa juga
mengalami peningkatan, yaitu 61,75 pada siklus I dan meningkat
menjadi 70,38 pada siklus II.
Selain data hasil tes siswa, ketuntasan siswa mengalami
peningkatan juga menjadi 17 atau 85% siswa (lihat lampiran 32: 203).
Adapun data perkembangan ketuntasan kelas pada siklus I dan siklus
II, sebagai berikut:
Tabel 4.6 Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V pada
siklus I dan II
Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V pada
Siklus I dan II dapat disajikan ke dalam grafik pada gambar 4.7
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V
pada Siklus I dan II
0
5
10
15
20
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I
Siklus II
No Ketuntasan Siklus I Siklus II
Jumlah % jumlah %
1 Tuntas 11 55 17 85
2 Tidak Tuntas 9 45 3 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.7 dan grafik pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM mengalami peningkatan
yang signifikan. Ketuntasan pada siklus I mencapai 11 atau 55% siswa
dan meningkat menjadi 17 atau 85% siswa. Berdasarkan hasil ini,
dapat diketahui bahwa indikator kinerja telah tercapai, maka
penelitian dapat dikatakan berhasil dan tindakan dihentikan.
2) Nilai observasi kemampuan guru
Setelah adanya perbaikan cara mengajar guru pada siklus II.
Kemampuan guru dalam mengajar mengalami peningkatan dan jauh
lebih baik. Pada siklus II, guru sudah melakukan pembelajaran secara
maksimal, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep bangun
ruang. Berdasarkan lembar observasi guru pada siklus II (lihat
lampiran 33: 204), data observasi guru pada siklus II dapat disajikan
dalam tebel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Observasi Kemampuan Guru Siklus II
No. Pertemuan ke- Skor/ Nilai Rata-rata
1 Pertemuan I 3,61 3,70
2 Pertemuan II 3,79
Rata-rata nilai kemampuan mengajar guru pada siklus II
mengalami peningkatan dibanding siklus I yaitu dari 2,99 pada siklus
I menjadi 3,70 pada siklus II. Nilai kemampuan mengajar guru
termasuk kategori baik (lihat lampiran 33: 204). Guru sudah
melakukan pengajaran dengan maksimal. Terlihat bahwa guru sudah
memperbaiki kekurangannya pada siklus I, antara lain:
a) Pada saat kegiatan pra pembelajaran guru sudah memeriksa
kesiapan siswa dan sudah berhasil pmengkondisikan siswa dalam
menerima pelajaran, hal ini ditunjukkan, sebelum pembelajaran
dimulai siswa telah mempersiapkan alat-alat tulis mereka, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
telah mempersiapkan ruang dan media pembelajaran serta kelas
terlihat kondusif.
b) Pada saat kegiatan awal, apersepsi yang diberikan guru sudah
mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal tentang
konsep yang dibahas dan guru sudah memotivasi siswa agar
tertarik pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini terlihat
dengan keantusiasan siswa pada saat menjawab pertanyaan
apersepsi dari guru maupun saat memulai kegiatan guided
discovery.
c) Pada saat kegiatan inti guru sudah mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan dan mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan, guru sudah bersikap lebih tegas dan menarik
perhatian siswa sehingga kelas tidak gaduh. Perubahan formasi
tempat duduk juga membuat siswa lebih dapat terfokus pada
pembelajaran sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi untuk
mengikuti pembelajaran. pada pelaksanaan siklus II, guru udah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
telah ditetapkan, yaitu 70 menit. Pada siklus II, guru sudah
menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dan
sudah menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa serta
sudah menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar. Hal tersebut terlihat dengan meningkatnya aktivitas siswa.
Siswa sudah terlihat lebih antusias baik dalam melakukan kegiatan
penemuan maupun dalam menjawab pertanyaan dari guru.
3) Nilai Aktivitas Siswa
Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus
II (lihat lampiran 34: 208), dapat diketahui bahwa pada tindakan
siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yang cukup baik.
Perolehan skor aktivitas siswa meningkat dari 2,08 yang berarti
keaktifan siswa dalam pembelajaran cukup pada siklus I menjadi 3,17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang berarti keaktifan siswa dalam pembelajaran baik pada siklus II.
Terlihat bahwa terdapat perbaikan pada aktivitas siswa, antara lain:
a) Respon siswa sudah baik dalam menjawab pertanyaan dari guru,
hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang ingin menjawab
pertanyaan dan tidak merasa takut lagi bila jawabannya kurang
benar.
b) Siswa di dalam kelas terlihat tenang dan perhatiannya sudah
terfokus pada kegiatan pembelajaran.
c) Interaksi antara siswa sudah baik, hal ini terlihat dengan tidak
adanya pertengkaran di dalam kelompok. keaktifan siswa juga
sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan banyak siswa yang ingin
menjawab pertanyaan dari guru.
d) Dalam melakukan kerja kelompok, siswa sudah dapat bekerja
dalam kelompok dengan lebih baik. Hal ini terlihat dari keseriusan
dari tiap kelompok dalam berdiskusi.
e) Siswa sudah menunjukkan keberaniannya untuk maju ke depan
kelas. Hal ini ditunjukkan dengan sudah ada kesediaan siswa untuk
maju ke depan kelas tanpa ditunjuk oleh guru.
d. Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi, peneliti kembali menganalisis, merefleksi,
dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan. Pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II sudah berlangsung dengan baik. Nilai
observasi guru dan aktifitas siswa juga mengalami peningkatan. Nilai
evaluasi siswa juga mengalami peningkatan, yaitu 85% siswa sudah
mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan. Penelitian ini
dikatakan berhasil, jika telah mencapai indikator ketercapaian, yaitu 80%
siswa mendapat nilai diatas KKM (60). Berdasarkan hasil tersebut, maka
penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Perbandingan Hasil Nilai Pretes, Siklus I, dan Siklus II
Untuk mengetahui secara jelas peningkatan yang terdapat pada
tindakan setiap siklus, data-data peningkatan hasil evaluasi siswa dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perbandingan Hasil Tes terhadap Jumlah Siswa pada Tiap Siklus
Setiap siklus hasil tes siswa mengalami peningkatan. Jumlah siswa
yang tuntas juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disajikan
dalam tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Tes terhadap Jumlah
Siswa pada Tiap Siklus
Interval Pretes Siklus I Siklus II
Fi % Fi % Fi %
20-34 6 30 0 0 0 0
35-49 4 20 2 10 1 5
50-64 4 20 7 35 2 10
65-79 4 20 10 50 14 70
80-94 2 10 1 5 3 15
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Perbandingan hasil nilai terhadap jumlah siswa pada pratindakan,
siklus I dan siklus II, jika disajikan dalam grafik pada gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Jumlah Perolehan Hasil Tes Siswa Tiap Siklus
0
5
10
15
Pretes
Siklus I
Siklus II
Perbandingan Ketuntasan Siswa Tiap
Siklus
20-34 35-49 50-64 65-79 80-94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.8, dapat diamati bahwa
terdapat perbedaan jumlah siswa yang mendapat nilai tertentu pada setiap
siklus. Perbedaan tersebut menunjukkan peningkatan perolehan nilai
setiap siklus. Pada pretes terdapat 6 siswa yang memperoleh nilai antara
interval nilai 20-34. Pada siklus I dan siklus II, menunjukkan bahwa tidak
ada siswa yang mendapat nilai pada interval nilai 20-34. Siswa yang
mendapat nilai antara interval 35-49, ada 4 siswa saat pretes, 2 siswa
saat siklus I, dan 1 siswa saat siklus II. Kemudian siswa yang mendapat
nilai antara interval nilai 50-64 ada 4 siswa pada saat pretes, 7 siswa saat
siklus I, dan 2 siswa saat siklus II. Siswa yang mendapat nilai antara
interval nilai 65-79 ada 4 siswa pada saat pretes, 10 siswa pada saat
siklus I, dan 14 siswa saat siklus II. Selanjutnya siswa yang memperoleh
nilai antara interval nilai 80-94, ada 2 siswa saat pretes, 1 siswa pada
siklus I dan 3 siswa saat siklus II.
b. Perbandingan Hasil Tes melalui Nilai Klasikal pada Tiap Siklus
Peningkatan hasil evaluasi yang diperoleh siswa dapat diketahui
dengan cara membandingkan nilai evaluasi siswa tiap siklus secara
klasikal. Adapun datanya disajikan ke dalam tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Tes Melalui Nilai Klasikal Tiap Siklus
Pretes Siklus I Siklus II
Nilai Terendah 20 40 45
Nilai Tertinggi 85 90 92,5
Nilai Rerata 49 61,75 70,38
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai klasikal siswa
mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Nilai evaluasi siswa
pada saat siklus I lebih baik daripada pretes dan nilai evaluasi siklus II
lebih baik daripada siklus I. Untuk lebih jelasnya peningkatan yang
terjadi setiap siklus, data disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.9
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Hasil Tes Siswa Melalui Nilai Klasikal
Tiap Siklus
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa peningkatan terjadi setiap
dilakukannya tindakan. Nilai terendah dan tertinggi pada saat pretes
dapat ditingkatkan setelah dilakukannya tindakan siklus I. Nilai terendah
dan tertinggi pada siklus I dapat ditingkatkan melalui tindakan siklus II.
c. Perbandingan Hasil Tes melalui Perolehan Ketuntasan Klasikal pada
Tiap Siklus
Berdasarkan data nilai evaluasi yang diperoleh menunjukkan
bahwa ketuntasan klasikal pada setiap tindakan mengalami peningkatan.
Untuk mengetahui perbandingan perolehan nilai ketuntasan klasikal
setiap tindakan, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Tes Siswa Melalui Ketuntasan Klasikal
Tiap Siklus
Ketuntasan Klasikal
Jumlah Siswa (Fi) Presentase
Pratindakan 6 30
Siklus I 11 55
Siklus II 17 85
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM (60) selalu mengalami peningkatan.
0
20
40
60
80
100
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rerata
Pretes
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Untuk lebih jelasnya, berikut ini grafik perolehan ketuntasan siswa secara
klasikal pada tiap siklus (gambar 4.10a dan gambar 4.10b):
Gambar 4.10a Grafik Perolehan Ketuntasan Siswa Secara Klasikal
pada Tiap Siklus
Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.10b di bawah ini, sehingga dapat dilihat peningkatan perolehan
ketuntasan klasikal siswa tiap siklus. Adapun grafiknya disajikan pada
gambar 4.10b sebagai berikut:
Gambar 4.10b Perbandingan Hasil Tes Siswa Berdasarkan Ketuntasan
Klasikal Setiap Siklus
Berdasarkan tabel 4.10, gambar 4.10a, dan gambar 4.10b dapat
diketahui bahwa hasil nilai evaluasi siswa kelas V SD Negeri Nganti 1
0
20
40
60
80
100
Ketuntasan Klasikal
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Pratindakan Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tentang pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran
Matematika. Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan terjadi
setelah dilaksanakannya tindakan. Pada pretes siswa yang tuntas 6 siswa
atau 30%, kemudian jumlah siswa yang tuntas ditingkatkan dengan
dilakukannya tindakan siklus I. Pada tindakan siklus I jumlah siswa yang
tuntas mengalami peningkatan dari 6 siswa pada saat pratindakan
menjadi 11 siswa pada saat siklus I. Perolehan ketuntasan nilai evaluasi
siswa pada siklus I ditingkatkan dengan pemberian tindakan pada siklus
II. Pada siklus II nilai evaluasi siswa mengalami peningkatan dibanding
siklus I, yaitu dari 11 atau 30% siswa yang tuntas pada siklus I menjadi
17 atau 85 siswa yang tuntas pada siklus II.
Berdasarkan pemaparan mengenai perbandingan hasil tes siswa
pada tiap siklus, dapat dilihat dengan jelas, bahwa hasil tes siswa
mengalami peningkatan setelah adanya perlakuan atau tindakan (siklus I
dan siklus II)
D. Pembahasan
1. Pratindakan
Kegiatan pratindakan dimulai pada bulan Januari dengan
melakukan wawancara, observasi dan diakhiri dengan tes pretes.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Kimin selaku wali kelas V SD
Negeri Nganti 1 pada tanggal 19 januari 2012 (lampiran 11: 111) diketahui
bahwa terdapat permasalahan pemahaman konsep bangun ruang pada
pembelajaran Matematika. Dalam mempelajari bangun ruang banyak siswa
yang kurang paham dan sulit untuk mempelajari materi tersebut.
Dalam pembelajaran Matematika guru harus menggunakan metode
pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi
siswa. Guru juga harus memperhatikan pola pikir siswa, karena kemampuan
siswa berbeda-beda dan tidak semua siswa menyukai Matematika. hal
tersebut juga berlaku untuk pembelajaran Matematika materi bangun ruang.
Dalam pembelajaran materi bangun ruang dibutuhkan usaha guru untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan konsep bangun ruang,
sehingga siswa akan benar-benar memahami konsep bangun ruang secara
utuh. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dan media yang
mendukung akan sangat membantu pembelajaran konsep bangun ruang di
dalam kelas. Padahal pembelajaran yang dilakukan guru selama ini masih
bersifat konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V (lihat lampiran
11: 111) diketahui bahwa terdapat kelemahan dalam pembelajaran yang
dilaksanakan guru selama ini. Kelemahan pembelajaran tersebut antara lain:
pertama, dalam kegiatan pembelajaran guru masih banyak menerapkan
metode ceramah, sehingga pembelajaran kurang bermakna. Kurang
bermaknanya pembelajaran bagi siswa akan menyebabkan siswa mudah
melupakan pembelajaran yang telah dilakukan dan siswa akan mengalami
kesulitan ketika menyelesaikan soal-soal yang bervariasi. Kedua, kurangnya
penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa mudah
bosan dan kurang tertarik terhadap pembelajaran. Kurang tertariknya siswa
dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa kurang berkonsentrasi dalam
pembelajaran Ketiga, model pembelajaran cenderung bersifat teacher
centered, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Kurang aktifnya
siswa dalam pembelajaran akan mengakibatkan kurangnya pengalaman
belajar yang didapatkan siswa dan pengetahuan siswa tidak akan
berkembang karena hanya mendengar penjelasan dari guru. Keempat,
dalam penyampaian materi pelajaran guru belum banyak memanfaatkan
media pembelajaran yang sesuai, sehingga siswa kesulitan untuk memahami
materi. Penggunaan media yang tepat akan membantu siswa untuk lebih
mudah memahami materi ajar, sebaliknya tidak adanya media dalam
pembelajaran akan mengakibatkan siswa kesulitan memahami materi ajar.
Kelima, banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit sehingga siswa kurang berminat untuk menguasai
konsep-konsep matematika. Dalam mempelajari Matematika banyak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang merasa takut pada Matematika sehingga pada saat pembelajaran siswa
kurang antusias.
Beberapa kekurangan Guru dalam melaksanakan pembelajaran
Matematika khususnya materi bangun ruang menyebabkan siswa kesulitan
dalam memahami konsep bangun ruang. Hal tersebut berdampak pada
jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM masih sedikit. Pretes
(lihat lampiran 15: 119) yang dilaksanakan pada hari kamis, 12 April 2012
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM (60). Dari 20 siswa, hanya 6 atau 30% siswa yang memperoleh nilai
di atas KKM. Artinya 14 atau 70% siswa nilainya masih sama atau di bawah
KKM. Oleh karenanya perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami konsep bangun ruang
dengan baik. Dalam mempelajari konsep bangun ruang, baiknya siswa
menemukan sendiri konsepnya dengan begitu pembelajaran akan lebih
bermakna bukan sekedar hafalan. Pembelajaran yang dilakukan guru
haruslah menarik perhatian siswa dan mendorong siswa untuk mempelajari
konsep yang dipelajari.
Metode yang sesuai dengan mata pelajaran matematika materi
bangun ruang salah satunya adalah metode guided discovery (penemuan
terbimbing). Metode ini menekankan pada proses penemuan pengetahuan
oleh siswa sendiri, guru hanya memberi arahan secukupnya. Dengan
menemukan sendiri pengetahuannya, siswa akan termotivasi dan akan
meningkatkan kepercayaan diri siswa, dll. Dengan penerapan metode
guided discovery diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep bangun ruang dalam mata pelajaran Matematika secara maksimal.
2. Siklus I
Berdasarkan pada temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan
pratindakan, perlu adanya tindak lanjut untuk meningkatkan pemahaman
konsep bangun ruang dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V
SD Negeri Nganti 1. Upaya tersebut dilaksanakan dengan melakukan
pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 tentang konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bangun ruang dalam mata pelajaran Matematika dengan menerapkan
metode guided discovery. Tindakan tersebut dilaksanakan secara bersiklus,
yaitu dengan 2 siklus.
Pada pelaksanaan siklus I, terbukti bahwa adanya peningkatan
pemahaman konsep bangun ruang kelas V SD Negeri Nganti 1. Perolehan
ketuntasan klasikal berdasarkan hasil tes pertemuan I dan pertemuan II
(lihat lampiran 21: 151) menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas
meningkat. Pada pratindakan hanya ada 30% atau 6 dari 20 siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM dan pada siklus I meningkat menjadi 55%
atau 11 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Dengan demikian
tindakan pada siklus I berhasil meningkatkan pemahaman konsep bangun
ruang siswa kelas V. Selain itu, kemampuan guru dalam mengajar pada
siklus I (lihat lampiran 22: 152) juga sudah cukup baik, sehingga
memperoleh skor 2,99 yang berarti pembelajaran guru cukup. Kemampuan
guru dalam mengajar tersebut berpengaruh pada aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran sebagian siswa sudah terlihat antusias
walaupun hanya sedikit. Sebagian siswa juga sudah mulai berani
mengemukakan pendapatnya, sehingga penilaian terhadap aktivitas siswa
(lihat lampiran 23: 155) memperoleh skor 2,39 yang berarti keaktifan siswa
dalam pembelajaran cukup.
Kemampuan guru dalam mengajar dalam kategori cukup, sehingga
berpengaruh terhadap keaktifan siswa yang juga berkategori keaktifan siswa
dalam pembelajaran cukup. Karena kemampuan guru dalam mengajar dan
keaktifan siswa yang belum maksimal tersebut menyebabkan belum
tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut
perlu ada perbaikan baik dari segi kemampuan guru dalam mengajar
maupun dari keaktifan siswa. Guru harus memperbaiki kemampuan
mengajarnya agar lebih baik lagi. Perbaikan tersebut bertujuan agar dapat
meningkatkan keaktifan siswa sehingga kemampuan pemahaman konsep
bangun ruang siswa dapat meningkat dan dapat mencapai indikator kinerja
yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Secara umum kemampuan guru dalam mengajar sudah cukup,
namun masih ada kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki. Kelemahan
kemampuan guru dalam mengajar pada siklus I (lihat lampiran 22: 152),
antara lain: Pertama, pada saat kegiatan pra pembelajaran guru tidak
memeriksa kesiapan siswa dan kurang maksimal dalam mengkondisikan
siswa untuk menerima pelajaran yang akan diberikan. Kedua, pada saat
kegiatan awal, apersepsi yang diberikan guru kurang mendorong siswa
untuk mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas dan
guru kurang memotivasi siswa agar tertarik pada pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Ketiga, pada saat kegiatan inti guru tidak mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan dan mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan, kurang menguasai kelas, pembelajaran yang berlangsung
melebihi alokasi waktu yang telah ditentukan, tidak menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, belum menunjukkan sikap
terbuka terhadap respon siswa dan kurang menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam belajar.
Selain itu aktivitas siswa juga terdapat kelemahan (lihat lampiran
23: 155), antara lain: Pertama, respon siswa kurang dalam menanggapi
pertanyaan yang diberikan guru. Respon siswa yang kurang tersebut
disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang
dilakukan guru (peneliti) dan masih banyak siswa yang malu-malu untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Kedua, banyak siswa yang kurang
berkonsentrasi saat kegiatan pembelajaran, banyak yang bercanda sendiri.
Kemampuan guru dalam penguasaan kelas kurang sehingga mengakibatkan
kurang terfokusnya siswa dalam pembelajaran. Ketiga, belum adanya
interaksi positif antara siswa dan keaktifan siswa kurang selama kegiatan
pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa disebabkan guru belum
menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, belum
menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dan kurang
menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Keempat,
kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan kerjasama dalam kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Selama ini guru kelas jarang melakukan pembelajaran secara kelompok,
sehingga pada saat bekerja kelompok masih banyak siswa yang bertengkar
karena perbedaaan pendapat. Kelima, keberanian siswa kurang untuk maju
ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan bertanya jika
merasa kurang jelas.
Kelemahan-kelemahan tersebut membuat hasil pembelajaran
kurang maksimal. Oleh karenanya perlu ada tindak lanjut untuk
memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang siswa dan dapat mencapai indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Tindak lanjut tersebut akan dilaksanakan pada
siklus II dengan memperhatikan upaya perbaikan pembelajaran.
3. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II, terbukti adanya peningkatan
pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa pada siklus II (lihat lampiran 32: 203),
perolehan ketuntasan siswa meningkat dari 55% atau hanya 11 dari 20 siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM pada saat siklus I menjadi 85% atau 17
siswa memperoleh nilai di atas KKM pada saat siklus II. Peningkatan
tersebut cukup signifikan bila dibanding peningkatan dari pratindakan ke
siklus I. Hal tersebut terjadi karena pelaksanaan siklus II lebih matang dan
kelemahan-kelemahan yang masih terdapat pada siklus I sudah diatasi
dengan baik pada siklus II.
Peningkatan nilai evaluasi siswa pada siklus II tidak begitu Saja
terjadi. Peningkatan tersebut karena guru dalam melakukan pembelajaran
sudah lebih baik, sehingga aktivitas siswa mengalami kemajuan.
Peningkatan tersebut juga disebabkan karena kelemahan-kelemahan pada
siklus I telah diatasi dengan baik. Pada pelaksanaan tindakan siklus II, guru
banyak memberikan motivasi-motivasi agar siswa tidak perlu takut untuk
bertanya, menjawab pertanyaan dan maju ke depan kelas. Motivasi-motivasi
yang diberikan guru dapat menumbuhkan keberanian siswa sehingga
banyak siswa yang maju ke depan kelas tanpa ditunjuk oleh guru. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
siklus II, siswa sudah dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
pembelajaran guided discovery yang diterapkan guru, sehingga pelaksanaan
proses guided discovery oleh siswa sudah lebih baik dibanding siklus I.
Pada siklus II kerjasama kelompok siswa sudah lebih baik dibanding siklus
I, siswa yang bertengkar karena perbedaan pendapat sudah berkurang dan
sebagian besar siswa sudah dapat bekerja sama secara kelompok dengan
baik. Perencanaan pembelajaran pada siklus II sudah dilakukan dengan
lebih baik dan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai
kegiatan akhir juga sudah baik.
Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar dan aktivitas
siswa tersebut berdampak pada perolehan nilai evaluasi siswa yang
meningkat. Pada siklus II kemampuan guru dalam mengajar meningkat dari
2,99 pada siklus I menjadi 3,70 pada siklus II (lihat lampiran 33: 204).
Aktivitas siswa meningkat dari 2,08 dengan kategori keaktifan siswa dalam
pembelajaran cukup pada siklus I menjadi 3,17 dengan kategori keaktifan
siswa dalam pembelajaran baik pada siklus II (lihat lampiran 34: 208).
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus II, indikator
kinerja telah tercapai, sehingga tindakan dapat dihentikan dan dinyatakan
berhasil. Data-data yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa metode
guided discovery dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang
dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN, SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode guided discovery dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Nganti
1.
Dengan menerapkan metode guided discovery terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata pelajaran
Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1. Peningkatan tersebut terjadi
pada setiap siklus. Pada saat pratindakan kemampuan siswa kelas V SD Negeri
Nganti 1 masih sangat rendah. Perolehan nilai rata-rata kelas pada saat
pratindakan mencapai 49. Perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 61,75
pada siklus I, kemudian ditingkatkan lagi pada tindakan siklus II dengan capaian
nilai rata-rata kelas sebesar 70,38.
Peningkatan juga terjadi pada pencapaian ketuntasan klasikal siswa. Pada
saat pratindakan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM mencapai 30%.
Artinya dari 20 siswa hanya 6 siswa mencapai ketuntasan. Kondisi tersebut
ditingkatkan pada pelaksanaan siklus I dengan pencapaian ketuntasan klasikal
sebesar 55% atau 11 siswa nilainya sudah mencapai ketuntasan. Kondisi pada
siklus I ditingkatkan lagi sehingga pada siklus II pencapaian nilai ketuntasan
klasikal siswa meningkat menjadi 85%. Artinya dari 20 siswa, ada 17 siswa yang
telah mencapai ketuntasan.
Bila dibandingkan peningkatan presentase ketuntasan klasikal siswa dari
pratindakan ke siklus I, yaitu 25% lebih kecil dibanding peningkatan presentase
ketuntasan klasikal siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 30%. Perbedaan
tersebut dikarenakan pada siklus I, siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok.
siswa masih mengalami kesulitan beradaptasi dengan perbedaan yang terdapat
dalam kelompok. Pada siklus II, peningkatan presentase ketuntasan klasikal siswa
lebih besar, karena pada siklus II siswa bekerjasama dalam kelompok yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
kecil yang terdiri dari 2 siswa, sehingga siswa dapat berlatih bekerjasama dalam
kelompok dengan lebih mudah.
Pembelajaran Matematika dengan penerapan metode guided discovery
membuat siswa lebih terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. siswa terlibat
secara langsung dalam penemuan konsep yang mereka pelajari, sehingga siswa
akan lebih memahami konsep tersebut. Dengan metode guided discovery juga
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa ingin tahu siswa sehingga
mendorong siswa untuk dapat belajar lebih baik.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan,
terdapat implikasi teoritis dan implikasi praktis yang dapat dikemukakan, sebagai
berikut:
1. Implikasi Teoritis
Adanya peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam mata
pelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Nganti 1 melalui metode
guided discovery mengimplikasikan bahwa hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
metode guided discovery. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti lain untuk memberikan wawasan mengenai teori dan penerapan
metode guided discovery dalam pembelajaran Matematika dengan materi ajar
yang berbeda. Selain dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika, guided
discovery juga dapat diterapkan dalam mata pelajaran yang lain.
2. Implikasi Praktis
Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan membuktikan hasil
pembelajaran siswa meningkat setelah diterapkannya metode guided discovery.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka metode guided discovery dapat
digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran untuk diterapkan dalam
pembelajaran di kelas. Metode guided discovery juga dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dalam menemukan konsep-konsep pembelajaran , sehingga pembelajaran lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka saran-
saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri
Nganti 1 pada khususnya sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Hendaknya dalam belajar Matematika siswa memahami dengan sungguh-
sungguh materi yang diajarkan guru, sehingga belajar bukan sekedar
menghafal. Dengan memahami materi mata pelajaran Matematika yang
dipelajari, siswa akan dengan mudah mengerjakan soal-soal yang bervariasi
dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Penerapan metode guided discovery memberikan kesempatan seluas-
luasnya bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan
bimbingan guru. Siswa hendaknya memanfaatkan dengan baik dan terlibat
secara aktif pada setiap tahapan dalam pembelajaran dengan metode guided
discovery.
2. Bagi Guru
a. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran
Matematika guru hendaknya menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik Matematika sekolah dasar sehingga penyampaian materi
kepada siswa lebih efektif dan efisien. Selain itu dalam pemilihan metode
pembelajaran guru harus mengutamakan kebermaknaan pembelajaran bagi
siswa sehingga siswa tidak hanya sekedar menghafal namun siswa dapat
menemukan sendiri konsep-konsep pengetahuan tentang materi pelajaran.
b. Siswa usia sekolah dasar masih berada pada fase operasional kongret
sehingga guru seharusnya banyak menggunakan media yang mendukung
penyampaian materi pembelajaran Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
c. Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam kegiatan
pembelajaran yaitu menerapkan metode guided discovery dalam mata
pelajaran dan materi yang sesuai.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, yaitu dengan menerapkan metode guided discovery dalam
kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaian materi pelajaran,
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan dapat
meningkatkan kompetensi siswa.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama,
hendaknya menghindari kemungkinan-kemungkinan hambatan dalam
pelaksanaan metode guided discovery dan mempersiapkan alternatif untuk
mengatasinya agar hasil yang diperoleh lebih baik dan maksimal. Bagi peneliti
lain yang hendak melakukan penelitian di SD Negeri Nganti 1 pada kelas V
hendaknya juga mencari alternatif pemecahan masalah bagi siswa yang belum
tuntas sampai penelitian ini selesai, sehingga siswa dapat tuntas semua dan
pemahaman tentang konsep bangun ruang siswa dapat menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Depdikbud dan Rineka Cipta.
Abimanyu, S. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Alkismanto. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogjakarta: Departemen Pendidikan Nasional Derektorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan
Penataran Guru Matematika Yogjakarta.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahri, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Basleman, A. (2011). Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT Remaja
Rodaskarya.
Clara, dkk. (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta :
AV Publisher.
Hamdani. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Heruman. (2007). Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ismiarti, Y. (2010). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SD N 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
John, dkk. (1985). Metode Pengajaran Matematika untuk Sekolah Dasar. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama.
Joolingen, W.V. (1999). Cognitive tools for discovery learning 1. International
Journal of Artificial Intelligence in Education (IJAIED) 10 (1998)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
385-397. Diperoleh 10 April 2012, dari http://hal.archives-
ouvertes.fr/docs/00/19/73/49/PDF/vanJoolingen99.pdf
Lavine, R.A. (2005). Commentary Guided Discovery Learning with Vodeotaped
Case Presentation In Neurobiologi. Departement of Pharmalogi &
Psikology The George Washington University School of Mediciane
And Health Sciences. Diperoleh 16 Maret 2012, dari http://www
.iamse.org/member/article/volume15-1/15-1-4-7.pdf
Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Pengembangan dan Penelitian Guru Matematika Yogyakarta.
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Muhsetyo, G. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Mulyasa. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rodaskarya.
Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Poerwanti, E. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahayuningsih, D. (2010). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Konsep
Gaya pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode
Penemuan Terbimbing di Kelas V SD Negeri Somongari Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Roestiyah N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Citra.
Sa’dijah, C. (1998). Pendidikan Matematika II. Malang: Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Sardjiyo. (2008). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Slavin . (2009). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Soenarjo. (2007). Matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Soewito. (1991). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumanto,dkk. (2008). Gemar Matematika Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Aplikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Derektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat
Pengembangan Penataran Guru Matematika Yogyakarta.
Sunaryo. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang
Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SD N 01
Pegundan Tahun 2009/2010. Skripsi Tidak Dipublikasikan. FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Susilana, R. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Van De Wall, J.A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta:
Erlangga.