PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

16
PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 SUNGAI RAYA MATERI LAJU REAKSI ARTIKEL PENELITIAN OLEH: TASRIFUDDIN NIM F17112030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2016

Transcript of PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

Page 1: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMAN 2 SUNGAI RAYA MATERI LAJU REAKSI

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

TASRIFUDDIN

NIM F17112030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016

Page 2: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...
Page 3: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMAN 2 SUNGAI RAYA MATERI LAJU REAKSI

Tasrifuddin, Hairida, Ira Lestari

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Pontianak

Email : [email protected]

Abstrak : Penelitian ini berujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas

dan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model guided discovery

learning dengan siswa yang diajar menggunakan model konvensional, dan

menentukan besarnya pengaruh model guided discovery learning terhadap

hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya pada materi laju

reaksi. Bentuk penelitian yang digunakan adalah quasy experiment design

dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control

group design. Sampel dipilih berdasarkan teknik sampling jenuh. Alat

pengumpul data penelitian adalah tes hasil belajar, lembar observasi

aktivitas belajar siswa, dan pedoman wawancara. Hasil analisis data

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara aktivitas dan hasil belajar

siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan

siswa yang diajar menggunakan model konvensional. Penggunaan model

guided discovery learning pada materi laju reaksi memberikan pengaruh

sebesar 24,54% terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Guided Discovery Learning, Aktivitas, Hasil Belajar,

Laju Reaksi

Abstract : The purpose of this research is to determine the differences of

activity and learning outcomes of students who are taught using a model

of guided discovery learning compared with the students taught using the

conventional model, and determine the influence of guided discovery

learning model of the learning outcomes 11th grade students of SMAN 2

Sungai Raya in the material reaction rate. Design of research is Quasy

Experiment with Nonequivalent Control Group Design. Samples were

selected based on saturated sampling technique. Tools of data collection

were test, observation sheet, and guidelines for interview. The result of

data analysis showed that there was difference of activity and learning

outcomes between students who were taught using guided discovery

learning model compared with students who were taught using

conventional models. The use of guided discovery learning model to the

material of reaction rate, influence of 24.54% toward improving student

learning outcomes.

Keywords: Guided Discovery Learning, Activities, Learning Outcomes,

Reaction Rate

Page 4: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

1

roses pembelajaran ditentukan oleh standar proses pendidikan. Menurut Wina

Sanjaya (2009) standar proses pendidikan adalah standar nasional yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi. Standar proses dapat dijadikan pedoman oleh setiap

guru dalam pengelolaan proses pembelajaran serta menentukan komponen-

komponen yang dapat mempengaruhi pendidikan. Dalam standar proses

pendidikan juga bisa diterapkan pada ilmu sains.

Salah satu bidang studi yang ada pada sains adalah kimia. Kimia merupakan

pelajaran yang dianggap sulit, karena beberapa materi yang dipelajari bersifat

abstrak. Oleh karena itu, bidang studi kimia di SMA/MA mempelajari segala

sesuatu tentang zat yang meliputi tentang komposisi, sifat, struktur, transformasi,

dinamika dan energetika zat yang melibatkan penalaran dan keterampilan bahkan

melakukan suatu proses penemuan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh

guru untuk mengarahkan siswa dalam proses penemuan yaitu pembelajaran

berbasis praktikum. Dalam proses praktikum, siswa dibimbing untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan langsung dengan konsep

sehingga siswa diharapkan dapat membuat suatu kesimpulan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2015 diperoleh informasi

bahwa salah satu permasalahan yang ditemukan pada mata pelajaran kimia di

SMAN 2 Sungai Raya bahwa guru tidak pernah memanfaatkan laboratorium

sebagai tempat untuk melaksanakan proses praktikum, hal ini dikarenakan

laboratorium digunakan untuk proses pembelajaran secara konvensional. Hal ini

sesuai dengan hasil observasi penggunaan laboratorium pada tanggal 11

November 2015 yaitu alat dan bahan yang terdapat di laboratorium sebagian besar

masih utuh dan belum pernah digunakan. Padahal dengan adanya praktikum dapat

mengurangi tingkat kesulitan pada pelajaran kimia yang bersifat abstrak. Menurut

Ashadi (2009), penggunaan media laboratorium dapat mengurangi tingkat

keabstrakkan konsep kimia karena siswa mengalami sendiri, mengamati,

menafsirkan, meramalkan, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama

praktikum berlangsung. Selain itu, guru juga masih menggunakan metode

ceramah dalam proses pembelajaran.

Muhibbin Syah (2000), ada beberapa kelemahan motode ceramah yaitu

ceramah dapat membuat siswa pasif, mengandung unsur paksaan kepada siswa,

kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) dan bila terlalu

lama akan membosankan. Seringnya guru menggunakan metode ceramah dalam

proses pembelajarn akan membuat aktivitas siswa rendah. Rendahnya aktivitas

siswa ini akan berakibat pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2013) mengungkapkan bahwa

P

Page 5: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

2

Aktivitas belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini berarti

semakin tinggi aktivitas belajar siswa maka hasil belajar akan meningkatkan.

Berdasarkan persentase ketuntasan hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA pada

materi laju reaksi yaitu lebih dari 50% siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan hasil

observasi dan data hasil belajar yang telah diuraikan maka dari itu pembelajaran

kimia harus dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan aktivits belajar

siswa. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran, mengarahkan siswa mengonstruksikan pengetahuannya untuk

memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan laboratorium adalah

pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning).

Menurut Mayer (2004), guided discovery learning merupakan salah satu

model pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan

konsep secara mandiri. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan

menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan dan memecahkan persoalan untuk

menemukan suatu konsep dimana sebagian atau seluruh pengetahuan ditemukan

sendiri dengan bimbingan guru. Menurut David (dalam Widhiyantoro, 2012)

pada saat menerapkan model guided discovery learning, guru lebih sedikit

menjelaskan dan lebih banyak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga

siswa cenderung aktif dan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Model

guided discovery learning menghadapkan siswa kepada situasi dimana ia bebas

menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial

and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia

membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah

mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Guru

sebagai instruktur memberikan suatu pernyataan atau permasalahan kemudian

mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan

permasalahan tersebut. Model guided discovery learning dapat disimpulkan

sebagai pembelajaran yang menempatkan guru sebagai instruktur dan fasilitator

untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menemukan konsep dan

prinsip sendiri dengan cara pemecahannya ditentukan oleh guru seperti dengan

melakukan eksperimen, diskusi, dan lain-lain.

Bruner berpendapat bahwa model discovery learning adalah teori belajar

yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak

disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

mengorganisasi sendiri (Kurikulum, 2014). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari

Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Menurut Azhar (1993) tujuan dari metode penemuan (discovery) dalam proses

belajar mengajar adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan sikap,

keterampilan, kepercayaan peserta didik dalam memutuskan sesuatu secara tepat

dan objektif; (2) Mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik agar lebih

Page 6: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

3

tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analis dan logis); (3) Membina dan

mengembangkan sikap rasa ingin tahu; (4) Menggunakan aspek kognitif, afektif

dan psikomotor dalam belajar.

Menurut Syah (dalam Kemendikbud, 2014) dalam mengaplikasikan metode

Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan

dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: (a) Stimulation

(Stimulasi/Pemberian Rangsangan) yaitu pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.;

(b) Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) yaitu guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya

dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah); (c) Data Collection (Pengumpulan Data) yaitu guru

memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis; (d) Data Processing (Pengolahan Data) yaitu guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengolah data dan informasi yang telah

diperoleh para siswa baik melalui percobaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya, lalu ditafsirkan; (e) Verification (Pembuktian) yaitu siswa melakukan

pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data

processing; dan (f) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) yaitu

siswa diarahkan untuk menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip

umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

Suryosubroto (2002) menyatakan, bahwa model pembelajaran induktif

memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (1) Membantu siswa dalam mengembangkan

atau memperbanyak penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. Proses

penemuan diperoleh dari usaha untuk menemukan, sehingga siswa belajar

bagaimana belajar itu; (2) Membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa

merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-

kadang kegagalan; (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju

sesuai dengan kemampuannya sendiri; (4) Siswa mengarahkan sendiri cara

belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar,

paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus; (5) Membantu memperkuat

pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-

proses penemuan; (6) Berpusat pada siswa; dan (7) Membantu perkembangan

siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan

mutlak.

Page 7: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

4

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang

diajarkan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, baik proses pembelajaran

aktivitas siswa, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran maupun terhadap

hasil belajarnya. Pelajaran kimia yang menarik untuk dibuat model guided

discovery learning adalah laju reaksi. Karena pelajaran kimia khususnya pada

konsep laju reaksi merupakan pelajaran yang memerlukan tingkat pemahaman

yang tinggi sehingga akan lebih baik dipelajari apabila menggunakan model

pembelajaran guided discovery learning. Penelitian yang dilakukan siti mutoharoh

(2011) menunjukkan bahwa penggunaan model guided discovery learning

memberikan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada

konsep laju reaksi.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan, fakta-fakta dan teori-teori diatas,

maka perlu dilakukan penelitian berjudul pengaruh model guided discovery

learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2

Sungai Raya.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen dengan model β€œquasy experimental design” atau eksperimen semu.

Rancangan desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalen control group design. Pola desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Pola Rancangan Nonequivalent Control Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest dan Lembar

Observasi

E O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen

K : Kelas Kontrol

Q1 & Q3 : pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontol

X : Perlakuan kelas eksperimen dengan menggunakan model guided

discovery learning

Q2 & Q4 : Posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(Sugiyono, 2014)

Page 8: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

5

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 1 dan XI

IPA 2 SMA Negeri 2 Sungai Raya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik sampling jenuh. Hal ini dikarenakan kelas yang diajar oleh guru

yang sama sebanyak dua kelas, sehingga seluruh anggota populasi dijadikan

sampel. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan rata-rata nilai.

Rata-rata nilai terendah untuk kelas eksperimen ( XI IPA 1) dan rata-rata nilai

tertinggi untuk kelas kontrol (XI IPA 2), dimana kelas XI IPA 1 memiliki rata-rata

67,93, sdeangkan kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata 70,47. Pemilihan nilai

terendah untuk kelas eksperimen dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar sehingga keberhasilan model guided discovery learning terlihat jelas.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan,

2) tahap pelaksanaan, 3) tahap akhir.

Tahap persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain:

(1) Melakukan prariset; (2) Perumusan masalah penelitian yang didapat dari hasil

Pra-riset; (3) Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS); (4) membuat instrumen

penelitian berupa lembar observasi aktivitas, pedoman wawancara dan tes hasil

belajar yang meliputi soal pretest dan posttest; (5) Melakukan validasi instrumen

dan perangkat pembelajaran; (6) Merevisi instrumen dan perangkat pembelajaran

berdasarkan hasil validasi; (7) Melakukan uji coba instrumen penelitian berupa tes

hasil belajar yang telah divalidasi; (8) Melakukan analisis data hasil uji coba tes.

Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan antara lain:

(1) Menentukan kelas eksperimen dan kelas control; (2) Memberikan pretest; (3)

Memberikan perlakuan model guided discovery learning untuk kelas eksperimen

dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol; (4) Memberikan

lembar observasi aktivitas; (5) Memberikan posttest; (6) Melakukan wawancara

tidak terstruktur menggunakan pedoman wawancara.

Tahap akhir

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan antara lain:

(1) Melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian; (2) Menarik

kesimpulan; (3) Menyusun laporan penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan

langkah: (1) Memberi skor pada jawaban siswa; (2) Menguji normalitas; (3)

Melakukan uji U Mann-Whitney karena data tidak terdistribusi normal; (4)

Menghitung effect size.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes. Instrumen penelitian

divalidasi oleh satu orang dosen Kimia UNTAN dan satu orang guru Kimia

SMAN 2 Sungai Raya dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan

Page 9: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

6

valid. Berdasarkan hasil uji coba soal tes diperoleh keterangan bahwa tingkat

reliabilitas soal tes tergolong tinggi dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,725.

Hasil pretest dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut: pemberian skor

sesuai dengan pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

diperoleh kedua data tidak berdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji U-

Mann Whitney diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan kemampuan awal

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan hasil posttest dianalisis

menggunakan rumus sebagai berikut: pemberian skor sesuai dengan pedoman

penskoran, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh kedua data

tidak berdistribusi normal dan uji U-Mann Whitney diperoleh kesimpulan terdapat

perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga

dilanjutkan dengan menghitung Effect Size.

Seberapa besar pengaruh penggunaan model guided discovery learning

terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sungai Raya dilakukan

analisis dengan menggunakan rumus effect size:

𝐸𝑆 =𝑋𝑒 βˆ’ 𝑋𝑐

𝑆𝑑𝑐

Keterangan:

ES = effect size

Xe = rata-rata skor post-test kelas eksperimen

Xc = rata-rata skor post-test kelas kontrol

Sdc = standar deviasi rata-rata skor post-test kelas kontrol

Kriteria besarnya effect size menurut Glass G. V (dalam Sutrisno, 2011)

dapat diklasifikasikan pada tabel 2.

Tabel 2

Persentase Rata-rata Hasil Belajar Siswa dan Kriteria Interpretasi

Besar Effect Size Kriteria

ES ≀ 0,2 Rendah

0,2 < ES ≀ 0,8 Sedang

ES > 0,8 Tinggi

Untuk mencari besar persentase peningkatan hasil belajar siswa karena

model guided discovery learning, maka hasil dari perhitungan Effect Size

dimasukkan ke dalam tabel luas di bawah lengkung kurva normal standar 0 ke Z

kemudian dikalikan 100% (Glass dalam Sutrisno, 2011).

Page 10: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

7

Aktivitas siswa dianalisis dengan mengolah skor aktivitas yang diperoleh

setiap siswa ditentukan dengan cara menghitung jumlah turus total yang diperoleh

setiap siswa pada lembar pengamatan. Menghitung persentase aktivitas siswa

secara klasikal dengan rumus:

Persentase visual activity= βˆ‘π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘£π‘–π‘ π‘’π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž

βˆ‘ π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™ π‘£π‘–π‘ π‘’π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Žx100 %

Persentase oral activity = βˆ‘π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž

βˆ‘ π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™ π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž x 100 %

Persentase mental activity=βˆ‘π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž

βˆ‘ π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™ π‘šπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘¦ π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Žx100 %

Menurut Riduwan (dalam Bambang, 2014) persentase yang diperoleh dari

perhitungan kemungkinan dikategorikan sesuai kriteria yang telah ditentukan pada

tabel 3.

Tabel 3

Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa dan Kriteria Interpretasi

Persentase Rata-rata Motivasi Kriteria Interpretasi

0% - 20% Sangat kurang aktif

21% - 40% Kurang aktif

41% - 60% Cukup aktif

61% - 80% Aktif

81% - 100% Sangat aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sungai Raya adalah penelitian

eksperimen yang melibatkan dua kelas penelitian yaitu kelas XI IPA 1 terdiri dari

30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 terdiri dari 30 siswa

sebagai kelas kontrol. Kedua kelas penelitian tersebut diberi materi yang sama

yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan perlakuan yang

berbeda. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 24 agustus 2016 sampai

dengan 27 agustus 2016 pada kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sungai Raya.

Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran yang

menggunakan model guided discovery learning, sedangkan perlakuan yang

diberikan kepada kelas kontrol yaitu pembelajaran yang menggunakan model

konvensional. Pengolahan hasil penelitian dari lembar observasi aktivitas dan tes

hasil belajar siswa berupa posttest sebagai berikut:

Page 11: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

8

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA

Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi yang

dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran. Rata-rata skor aktivitas yang

diperoleh setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4

Rata-Rata Skor Aktivitas yang diperoleh Setiap Siswa

Kelas Rata-rata Skor Aktivitas

Eksperimen 24,80

Kontrol 13,93

Hasil uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan

bantuan program SPSS 22 for windows. Hasil olahan data menunjukkan

bahwa data skor aktivitas siswa pada kelas kontrol berdistribusi normal (0,176

> 0,05), sedangkan data skor aktivitas siswa pada kelas eksperimen tidak

berdistribusi normal (0,049 < 0,05), karena salah satu kelas tidak berdistribusi

normal, maka pengolahan data berikutnya menggunakan uji statistik

nonparametrik yaitu uji U-Mann Whitney. uji U-Mann Whitney bertujuan

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pengujian nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,000, dimana nilai Asymp. Sig. (2-tailed) tersebut <0,05

maka hipotesis pengujian Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat

perbedaan aktivitas belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol pada materi laju reaksi. Perbedaan rata-rata skor aktivitas belajar

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1

Perbedaan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

0

10

20

30

Eksperimen KontrolKelas

Rata

-Rata

Sk

or

24,80

13,93

Page 12: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

9

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa model guided discovery

learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan

model konvensional. Perbedaan aktivitas belajar pada kedua kelas tersebut

disebabkan karena perlakuan yang diberikan guru berbeda dalam proses

pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen

menggunakan model guided discovery learning dimana pada model ini siswa

dituntut untuk mencari konsep atau prinsip secara mandiri, sedangkan proses

pembelajaran pada siswa kelas kontrol menggunakan model konvensional.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini

akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal

mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula

terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada

peningkatan prestasi. Menurut Nasution (2000) aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran,

kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan

berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir.

Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus

diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA

Data hasil belajar siswa pengumpulan datanya menggunakan instrumen

tes pengetahuan berbentuk essay. Hasil analisis posttest disajikan pada Tabel

5.

Tabel 5

Rata-rata Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol

Hasil uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan

bantuan program SPSS 22 for windows. Hasil olahan data menunjukkan

bahwa data hasil belajar siswa memiliki variansi yang tidak berdistribusi

normal, sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji statistik nonparametrik

yaitu uji U-Mann Whitney. uji U-Mann Whitney bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Berdasarkan pengujian nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

Kelas Rata-rata Nilai Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas

Eksperimen 73,33 19 11

Kontrol 59,17 11 19

Page 13: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

10

0,015, dimana nilai Asymp. Sig. (2-tailed) tersebut <0,05, maka hipotesis

pengujian Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan antara hasil

belajar siswa yang diajar menggunakan model guided discovery learning

dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model konvensional pada

materi laju reaksi. Perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dan siswa

kelas eksperimen disajikan Gambar 2.

Gambar 2

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes hasil belajar

menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

model pembelajaran yang berdampak pada tes hasil belajar.

Perhitungan Effect Size dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas

XI SMA Negeri 2 Sungai Raya pada materi laju reaksi. Untuk menghitung

Effect Size menggunakan data rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol serta standar deviasi data posttest pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan Effect Size diperoleh nilai ES sebesar 0,66.

Karena ES ≀ 0,8 yaitu 0,66 ≀0,8 maka digolongkan sedang. Berdasarkan tabel

Z diperoleh luas di bawah lengkung normal standar dar 0 ke Z sebesar 0,2454,

hal ini menunjukkan penggunaan model guided discovery learning pada laju

reaksi memberikan pengaruh sebesar 24,54% terhadap hasil belajar siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sungai Raya.

Besarnya pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil

belajar siswa pada materi laju reaksi dikarenakan siswa di kelas eksperimen

yang menggunakan model guided discovery learning lebih berperan aktif

dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung karena siswa diberikan

kesempatan untuk berdiskusi bersama kelompoknya dan menemukan sendiri

pengetahuan dengan bimbingan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat

Aunurrahman dalam Mariani Natalia, Yustina Yusuf dan Desi Rahmayani

(2010) bahwa bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, maka

0

20

40

60

80

Eksperimen Kontrol

Kelas

Per

sen

tase

73,3359,17

Page 14: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

11

siswa akan lebih mudah memahami materi yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Siswa pada kelas eksperimen dibimbing dalam membangun

pengetahuan dan menemukan konsep sendiri, sehingga siswa tersebut dapat

memahami materi dengan baik yang akan mempengaruhi hasil belajar. Fase

data collection siswa diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi atau

data-data yang diperlukan untuk membuktikan hipotesis dengan cara

membaca dari berbagai sumber belajar lainnya. Dengan mengumpulkan

berbagai informasi maka siswa akan lebih banyak mendapatkan suatu konsep,

sehingga hasil belajar siswa akan semakin tinggi. Menurut Mayer (2004),

model pembelajaran guided discovery learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan konsep secara

mandiri.

Proses pembelajaran siswa kelas kontrol menggunakan model

konvensional di mana siswa diberikan materi melalui metode ceramah tanpa

diberikan kesempatan siswa untuk menemukan suatu konsep secara sendiri.

Menurut Bermawy Munthe (2009), strategi ceramah yang mengandalkan

indera pendengaran sebagai alat belajar mempunyai kelemahan yakni mudah

terganggu oleh hal-hal visual dan rentan terhadap kebisingan sehingga sulit

menjaga konsentrasi yang menyebabkan siswa tidak tertarik, cepat bosan dan

menjadi pasif.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar siswa

dapat ditarik kesimpulan: (1) Terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kelas

XI IPA di SMA Negeri 2 Sungai Raya yang diajar menggunakan model guided

discovery learning dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi yang diperoleh dari uji U-

Mann Whitney yang menghasilkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,015; (2)

Terdapat perbedaan antara aktivitas belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2

Sungai Raya yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan

aktivitas belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

konvensional pada materi laju reaksi yang diperoleh dari uji U-Mann Whitney

yang menghasilkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000; (3) Pembelajaran

menggunakan model guided discovery learning pada materi laju reaksi

memberikan pengaruh sebesar 24,54% terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 2 Sungai Raya.

Page 15: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

12

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang

dijadikan saran dalam rangka pengembangan pengajaran kimia. Adapun saran-

saran dalam penelitian ini adalah: (1) Diharapkan kepada guru maupun peneliti

selanjutnya dapat menggunakan model guided discovery learning dengan materi

yang lain pada pelajaran kimia di sekolah; (2) Apabila ingin menerapkan model

guided discovery learning, fase data collection dan fase data processing

membutuhkan waktu yang lebih lama dikarenakan siswa mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya kemudian diolah dan dianalisis. Berdasarkan

kendala yang ada, sebaiknya penelitian selanjutnya diberikan alokasi waktu yang

lebih lama pada fase data collection dan fase data processing.

DAFTAR RUJUKAN

Ashadi. 2009. Kesulitan Belajar Kimia bagi Siswa Sekolah Menengah.

(Online). (http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_pdf.php?nid=198. Di akses

10 April 2016).

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA.

Surabaya: Usaha Nasional.

Bambang, I. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa

Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Ambawang pada Materi Koloid.

Skripsi. FKIP. UNTAN: Pontianak.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Mariani, N. dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture And

Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1

UKUL Tahun Ajaran 2009/2010. Jurnal PMIPA Volume 1 Nomor 2.

Mayer, R. E. 2004. Should There Be A Three-Strikes Rule Againts Pure

Discovery Learning?. The American Psychological Association.

American Psychologist Journal. 59 (1): 1 4-19.

Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan

Madani.

Mutoharoh, Siti. 2011. Pengaruh Model Guided Discovery Learning terhadap

Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi Program

Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah.

Nasution, S. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 16: PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP ...

13

Sanjaya, Wina. 2009. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Susanti, Yunita. 2013. Pengaruh Aktivitas dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil

Belajar Dalam Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi

FMIPA UNP.

Sutrisno, L. 2011. Validasi Penelitian dan Rancangan Percobaan. Pontianak:

FKIP Untan.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Widhiyantoro, Taufik. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Guided

Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X SMA

Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran2011/2012. Jurnal Pendidikan

Biologi Volume 4, Nomor 3. (Online). (http//:www.fkip-uns.ac.id. di

akses 12 April 2016).