Diare Mini Pro
-
Upload
savina-hasbiani -
Category
Documents
-
view
322 -
download
14
Transcript of Diare Mini Pro
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 1/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 40
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIPUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT
Novie E. Mauliku dan Eka Wulansari
ABSTRAK
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian terbesar di dunia terutama pada balita. Di Indonesiapada tahun 2005 jumlah penderita diare sebanyak 5.051 dengan 127 orang meninggal (Case FatalityRate = 2,51%). Pada tahun 2006 meningkat menjadi 10.980 kasus dengan 277 orang meninggal (CFR =2,52%). Sedangkan di Puskesmas Batujajar Proporsi kasus diare pada periode Januari sampai denganJuli 2008 sebanyak 14%. Penyebab utama tingginya kasus diare, dipengaruhi oleh beberapa faktor. yaitufaktor infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan dan immunodefisiensi, faktor perilaku dan lingkungan.Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor perilaku ibu yang meliputipengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas BatujajarKabupaten Bandung Barat Tahun 2008. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional . Populasidalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berjumlah 669 orang, dengan sampelsebanyak 87 orang yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling .Data dikumpulkan dengan wawancara terhadap responden dan analisis yang digunakan melalui duatahap yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, dan bivariat untuk melihat hubungan antaravariabel dengan uji Chi Square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan terjadinya diare p=0,006(p<0,05), Sikap ibu berhubungan dengan terjadinya diare p=0,019 (p<0,05), dan tindakan ibuberhubungan dengan terjadinya diare p=0,002 (p<0,05).Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku ibu yang meliputi pengetahuan, sikapdan tindakan mempunyai peranan penting dalam menentukan status kesehatan balitanya. Disarankankepada pihak Puskesmas untuk meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan diare, dan PHBSKesling. Selain itu juga meningkatkan program pencegahan diare secara optimal.
Kata Kunci : cross sectional study , pengetahuan, sikap dan tindakan, diare
Kepustakaan : 38, 1985 – 2008
A. PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian terbesar di dunia terutama pada balita.
Menurut catatan UNICEF, dari hasil survei Badan Anak Dunia tahun 2001 menunjukkan bahwa setiap
detik satu balita meninggal karena diare dan hampir membunuh dua juta anak di dunia untuk setiap
tahunnya (Amirudin, 2007, Curren Issue Kematian Anak Karena Penyakit Diare, ¶ 2,
http://ridwanamiruddin.wordpress.com, diperoleh pada tanggal 6 Juni 2008).
Angka kematian akibat diare di Indonesia masih cukup tinggi. Data Depkes RI (2007)menunjukan kasus diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun pada
tahun 2005 jumlah penderita diare sebanyak 5.051 orang dan meninggal 127 orang dengan Case
Fatality Rate (CFR) = 2,51%. Pada tahun 2006, meningkat menjadi 10.980 kasus dengan 277 orang
meninggal (CFR = 2,52%). Penyebab utama tingginya kasus ini yaitu kurangnya perilaku hidup bersih
masyarakat dan sanitasi yang buruk. Menurut Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 2/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 41
Widaya untuk menurunkan penyakit diare tersebut pihaknya telah memfokuskan strategi
penanganan penatalaksanaan diare pada tingkat rumah tangga, sarana kesehatan dan KLB diare
(Profil Kesehatan Indonesia, 2007).
Berdasarkan data statistik kesehatan Jawa Barat periode Januari sampai dengan Desember
tahun 2006, angka kasus diare yang dilaporkan dari sarana kesehatan dan kader sebanyak
1.093.941 kasus dengan 51 orang meninggal (CFR=0,005%). Sedangkan pada periode Januari
sampai dengan Desember tahun 2007 sebanyak 1.239.433 kasus dengan 56 orang meninggal
(CFR=0,005%). Sedangkan periode Januari sampai dengan Juli tahun 2008 sebanyak 360.674 orang
dengan 6 orang meninggal (CFR=0,002%). Kejadian Diare pada balita yang dilaporkan dari sarana
kesehatan lebih tinggi yaitu 95.825 orang sedangkan oleh kader sebanyak 22.716 orang dengan 1
orang meninggal (CFR=0,004%). Data diatas menunjukkan bahwa kasus diare di Jawa Barat masih
mengalami fluktuasi (DinKes Jabar, 2008).
Kasus diare pada balita di Kabupaten Bandung Barat yang dilaporkan dari sarana kesehatan,
periode Januari sampai dengan Desember tahun 2006 sebanyak 6.871 orang dan meningkat 8.371
orang dengan periode Januari sampai Desember 2007. Sedangkan periode Januari sampai Juli
tahun 2008 sebanyak 2.386 orang (Data Dinkes Kabupaten Bandung Barat, 2006-2008).
Sementara itu tidak jauh dari kondisi data diatas, kasus diare pada balita di Puskesmas
Batujajar pada tahun 2006 adalah sebanyak 358 orang dan meningkat menjadi 478 orang pada
tahun 2007. Sedangkan untuk bulan Januari sampai dengan Juli 2008 sebanyak 262 kasus (Proporsi
14%) (Data Puskesmas Batujajar, 2006-2008).
Tingginya angka kematian akibat diare akan berdampak negatif pada kualitas pelayanan
kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah satu indikator untuk menilai derajat
kesehatan yang optimal, kurang berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah
satu faktor yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi dengan baik,
maka peningkatan penyakit diare pada anak akan semakin meningkat. Dan Diare merupakan 10
besar penyakit yang dilaporkan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini tetap ada di
masyarakat dengan kejadian yang hampir terjadi setiap tahunnya (Ngastiyah, 1997).
Penyebab utama tingginya kasus diare, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Depkes RI (2002) yaitu faktor infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan dan
immunodefisiensi, faktor perilaku dan lingkungan. Perilaku sehat pada dasarnya adalah respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan lingkungan, sedangkan perilaku terhadap lingkungan merupakan respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia yang mencakup perilaku yang
berhubungan dengan air bersih, limbah, kebersihan diri, rumah sehat, sampah, dan pemberantasan
vektor (Notoatmodjo, 2003).
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 3/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 42
Seperti diketahui, seseorang dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku
yang dilakukannya. Dalam hal ini, kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang terjadinya penyakit,
sedangkan kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit (Soemirat, 2004).
Berdasarkan hal diatas, bahwa kondisi penyebab penyakit berada dilingkungan keluarga kita.
Keluarga merupakan komponen terpenting dalam pembentukan derajat kesehatan anggota
keluarganya. Peranan ibu dalam keluarga sangat besar terhadap pembentukan perilaku, khususnya
dalam hal kesehatan. Perilaku ibu yang baik akan cenderung membentuk perilaku yang baik pula
terhadap anggotanya. Begitu juga pada balita dimana balita merupakan sasaran yang sangat mudah
terkena penyakit, yang apabila perilaku ibu tidak mendukung kesehatan balita tersebut maka besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Soemirat, 2004).
Menurut teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku terbentuk oleh 3 faktor yaitu :
faktor Predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai), faktor pendukung (fasilitas atau
sarana kesehatan), dan faktor pendorong (sikap petugas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif.
Dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya
sehinggga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni
objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan tindakan terhadap
stimulus atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Seseorang mengabsorpsi perilaku (berperilaku baru), pada awalnya ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Selanjutnya dari pengetahuan
tersebut menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu.
Menurut Beckler dan Wiggins yang dikutip oleh Azwar (2005) sikap yang diperoleh lewat pengalaman
akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Rangsangan yakni objek yang
telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan tindakan terhadap stimulus atau
objek tersebut sehingga terbentuk suatu perilaku hidup individu (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan melakukan wawancara pada bulan Juli 2008,
dapat diketahui bahwa dari 10 ibu yang membawa anak balitanya ke Puskesmas Batujajar yang
pernah mengalami diare dan yang sedang mengalami diare. Dari 10 ibu didapatkan 6 ibu dapat
menyebutkan pengertian diare dan pencegahannya, 4 orang ibu dapat menyebutkan cara penularan
diare, cara memelihara sarana air bersih dan jamban, sedangkan 4 orang ibu lainnya mengatakan
cukup mencuci tangan dengan air saja sebelum menyiapkan makanan untuk anaknya, 3 orang ibu
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 4/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 43
kurang memperhatikan kebersihan saluran pembuangan air limbah sekitar sarana air bersih dan
memiliki kebiasaan membersihkan jamban seminggu sekali.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan antara Perilaku
Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat tahun
2008“.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross
sectional atau potong lintang dimana pengukuran variabel dependen dan variabel independen
dilakukan pada saat yang sama, faktor risiko serta efek diukur sekali dalam waktu yang bersamaan
serta tanpa memberikan perlakuan pada masing-masing sampel yang diambil (Sastroasmoro, 1995).
Sistematika kerangka konsep penelitian menurut teori Gordon dan Le Richt (dalam Azwar,
1999) dan Green, 1980 (dalam Notoatmodjo, 2003) yang telah dimodifikasi digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependen variabel ), yaitu
kejadian diare pada balita di Puskesmas Batujajar Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2008, sedangkan variabel bebas (independen variabel), adalah faktor perilaku ibu yang
memiliki balita (pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mencuci tangan, pemeliharaan sarana air
bersih, pemeliharaan jamban). Adapun definisi opersional variable tersebut dapat dilihat pada table
berikut :
Predisposing Factors1. Pengetahuan ibu
mengenai penyakitdiare dan PHBSkesling (mencucitangan,pemeliharaan SAB& jamban).
2. Sikap ibu dalam
PHBS kesling(mencuci tangan,pemeliharaan SAB& jamban).
3. Tindakan ibu dalamPHBS kesling(mencuci tangan,pemeliharaan SAB& jamban).
Perilaku Diare
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 5/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 44
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Sub Variabel Definisi Operarional Hasil Ukur Skala
Diare Frekuensi buang air besar yangbertambah atau lebih dari 3 kalisehari dan bentuk feses lebih
lembek dari biasanya yangterjadi pada balita dalam 3bulan terkahir yang didapat dariwawancara dan statuskesehatan balita di Puskesmas.
1 = ya2 = tidak
Nominal
PerilakuIbu
Semua kegiatan manusia baikyang meliputi pengetahu-an,sikap dan tindakan yangberhubungan dengan penyakitDiare dan PHBS kesehatanlingkungan.
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui
ibu tentang penyakit Diare danPHBS kesehatan lingkungan.
1 = Kurang,
< 75%2 = Baik, ≥
75%
Ordinal
Sikap Sikap adalah penilaian ibuterhadap hidup sehat ibudalam mencuci tangan,pemeliharaan sarana air bersih& jamban.
1 = Negatif, <median
2 = Positif, ≥median
Ordinal
Tindakan Tindakan ibu dalam hidup sehatibu dalam mencuci tangan,pemeliharaan sarana air bersih,& jamban berdasarkan padainspeksi sarana air bersih dan jamban serta indikator PHBS.
1 = Buruk, <median
2 = Baik, ≥median
Ordinal
Populasi dalam penelitian ini terbatas karena mempunyai karakteristik tertentu yaitu
semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Batujajar Kabupaten
Bandung Barat yaitu sebanyak 669 orang. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian ibu yang mempunyai balita di Puskesmas Batujajar sebanyak 87 sampel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental sampling
yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden yang
kebetulan berkunjung ke Puskesmas (Notoatmodjo, 2003). Dengan pengambilan data diperoleh
melalui kuesioner terstruktur dan wawancara.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara analisis univariat, yaitu dengan
menggambarkan distribusi frekuensi. Dan analisis bivariat, untuk melihat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, apakah kedua variabel tersebut mempunyai
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 6/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 45
hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan, dengan menggunakan uji
hipotesa antara dua variabel tersebut maka digunakan uji Chi-square.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kejadian Diare dan Karakteristik Ibu
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare pada Balita danKarakteristik Ibu di Puskesmas Batujajar Kab. Bandung Barat Tahun 2008
Variabel Jumlah Persentase (%)
1. Diarea. Ya 49 56,3b. Tidak 38 43,7
Total 87 100.0
2. Pengetahuana. Kurang 52 59,8b. Baik 35 20,2
Total 87 100.0
3. Sikapa. Negatif 41 47,1
b. Positif 46 52,9
Total 87 100,0
4. Tindakana. Buruk 43 49,4
b. Baik 44 50,6
Total 87 100,0
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 87 responden yang
diteliti, diperoleh data bahwa responden yang mempunyai balita menderita diare sebanyak 49
orang (56,3%). Dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 52 orang
(59,8%), dengan sikap positif sebanyak 46 orang (52,9%).
2. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas BatujajarKabupaten Bandung Barat Tahun 2008
Pengetahuan Diare Total p ValueYa Tidak
N % N % N %
1. Kurang 36 69,2 16 30,8 52 100
0,0062. Baik 13 37,1 22 62,9 35 100
Total 49 56,3 38 43,7 87 100
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 7/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 46
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare
pada balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat didapatkan hasil penelitian bahwa
dari 52 ibu yang pengetahuannya kurang, terdapat sebanyak 69,2% ibu yang balitanya menderita
diare, sedangkan dari 35 ibu yang pengetahuannya baik, ada 37,1% ibu yang balitanya
menderita diare. Hasil uji statistik didapatkan p Value=0,006 (p<0,05), berarti HO ditolak yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita
di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhyar (2006) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan
kejadian Diare pada balita.. Salah satu kejadian kesakitan yang sangat di pengaruhi oleh perilaku
hidup dalam keluarga adalah diare, dan yang sangat rentan terhadap diare adalah anak balita
(Depkes RI, 1993).
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan faktor predisposisi dalam perilaku seseorang. Sebelum seseorang mengadopsi
perilaku (perilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi
dirinya. Seorang ibu akan melakukan berperilaku sehat apabila ia tahu apa bahaya dan kerugian
yang akan terjadi bila dia tidak melakukan hal tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek. Penginderaan disini yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan ibu tentang penyakit diare dan perilaku hidup sehat di puskesmas Batujajar
sebagian besar masih kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi atau penyuluhan.
Karena penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas masih bersifat insidentil, yaitu puskesmas
baru melakukan penyuluhan ketika ada suatu kejadian atau kasus penyakit di masyarakat.
Sehingga informasi atau pengetahuan yang mereka dapatkan hanya sebatas dari lingkungan
keluarga atau tetangga yang tidak diketahui dari mana asal atau sumbernya.
Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan oleh Puskesmas Batujajar dengan lebih
meningkatkan frekuensi penyuluhan khususnya diare dan perilaku hidup bersih dan sehat oleh
petugas promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan secara intensif dan kontinue dan
diharapkan dengan upaya tersebut masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita mau, dan
mampu berperilaku hidup sehat guna menghindari terjadinya penyakit diare.
3. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita
Tabel 4. Hubungan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada balita di Puskesmas BatujajarKabupaten Bandung Barat Tahun 2008
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 8/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 47
Sikap
DiareTotal
p ValueYa Tidak
N % N % N %
1. Negatif 29 70,7 12 29,3 28 100
0,0192. Positif 20 43,5 26 56,5 63 100
Total 49 56,3 38 43,7 87 100
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 hubungan sikap ibu dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat didapatkan hasil penelitian bahwa dari
28 ibu yang memiliki sikap negatif, terdapat sebanyak 70,7% ibu yang balitanya menderita diare,
sedangkan diantara 63 ibu yang sikapnya positif, ada 43,5% ibu yang balitanya menderita diare.
Hasil uji statistik didapatkan p value=0,019 (p<0,05), berarti HO ditolak yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Batujajar Kabupaten Bandung Barat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (1991) yangmenyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare
pada balita. Menurut Azwar (1998), sikap merupakan faktor predisposisi dalam perilaku
seseorang. Hal ini sesuai dengan tiga postulat hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat
konsistensi, postulat variasi independen dan postulat konsistensi tergantung, walaupun masing-
masing postulat mempunyai pandangan yang berbeda antara pengaruh sikap dengan perilaku
dalam hal intensitas pengaruhnya, akan tetapi secara keseluruhan ketiga postulat
mengungkapkan adanya hubungan dan kesesuaian sikap dengan perilaku seseorang.
Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2003) bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan, dan lain-lain. Sedangkan menurut Purwanto
(1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap terhadap objek tertentu. Maka sikap ibu yang negatif terhadap perilaku
hidup sehat, besar kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kesakitan diare.
Terbentuknya sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan itu sendiri dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Oleh karena itu untuk meningkatkan sikap positif
ibu terhadap PHBS, dapat melalui pendekatan terhadap tokoh masyarakat, organisasi
keagamaan (pengajian, Majelis Taklim, dll), dan lain sebagainya. Pendekatan kepada tokoh
masyarakat ini perlu dilakukan karena merekalah panutan masyarakat dan segala keputusan
mereka adalah jalan bagi kelancaran program P2 Diare. Diharapkan setelah dilakukan
pendekatan ini, masyarakat lebih mudah memahami maksud dan tujuan penyuluhan, dan ibu
menjadi sadar dan bersikap positif terhadap perilaku hidup sehat baik itu dalam mencuci tangan
dengan sabun maupun dalam pemeliharaan sarana air bersih dan jamban serta dapat
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 9/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 48
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga kasus diare di Puskesmas Batujajar
menurun.
4. Hubungan Tindakan Ibu dengan kejadian Diare Pada Balita
Tabel 5. Hubungan Tindakan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada balita di Puskesmas BatujajarKabupaten Bandung Barat Tahun 2008
Tindakan
DiareTotal
p ValueYa Tidak
N % N % N %
1. Buruk 32 74,4 11 25,6 43 100
0,0022. Baik 17 38,6 27 61,4 44 100
Total 49 56,3 38 43,7 87 100
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5 hubungan tindakan ibu dengan kejadian diarepada balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat didapatkan hasil penelitian bahwa
dari 43 ibu dengan tindakan buruk, terdapat sebanyak 74,4% ibu yang balitanya menderita diare,
sedangkan diantara 44 ibu yang tindakannya baik, ada 38,6% ibu yang balitanya menderita diare.
Hasil uji statistik didapatkan p value=0,002 (p<0,05), berarti HO ditolak yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Batujajar Kabupaten Bandung Barat
Berbagai teori kesehatan masyarakat menggambarkan betapa pentingnya keseimbangan
antara penyebab penyakit, manusia dan lingkungan. Menurut teori Gordon dan Le Richt (dalam
Azwar, 1999) pada manusia itu sendiri ada suatu hal yang sangat berpengaruh yaitu perilaku.
Perilaku manusia dapat mempengaruhi dua faktor yang lainnya yaitu lingkungan dan penyebab
penyakit. Perilaku manusia yang positif akan dapat menjadikan lingkungan yang baik, serta
memperkecil kemampuan kuman dan penyebab penyakit lainnya.
Salah satu kejadian kesakitan yang sangat di pengaruhi oleh perilaku dalam keluarga
adalah diare, yang sangat rentan terhadap diare adalah anak balita (Depkes RI, 1993).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riwidikdo (2000) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara tindakan ibu dengan kejadian diare pada balita.
Menurut teori Green (1980), bahwa perilaku itu di latar belakangi atau di pengaruhi oleh tiga
faktor pokok, yakni : faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan tindakan), faktor pendukung
(kepemilikan sarana atau kesehatan) dan faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan.
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain
kognitif. Dalam hal ini ibu terlebih dahulu tahu apa itu diare, penyebab diare, gejala, cara
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 10/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 49
penularan serta pentingnya mencuci tangan pakai sabun, bahaya yang akan timbul jika tidak
berperilaku hidup bersih bagi dirinya atau keluarganya. dan Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap
objek yang diketahui itu Dalam hal ini Setelah ibu mengetahui tujuan dan manfaat dari perilaku
hidup sehat bagi dirinya atau keluarganya serta bahaya yang akan terjadi bila tidak berperilaku
hidup sehat, maka Ibu tersebut akan menilai atau menyikapi perilaku tersebut. Akhirnya
rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan tindakan terhadap stimulus atau objek, disini ibu diharapkan akan melaksanakan
tindakan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan ataupun setelah buang
air besar, serta memelihara sarana air bersih dan jamban sebagai upaya pencegahan terhadap
penyakit Diare. Adapun proses pembentukan perilaku ini harus selalu dipantau oleh pihak
puskesmas misalnya dengan meningkatkan frekuensi inspeksi sanitasi lingkungan oleh petugas
kesehatan lingkungan untuk mengetahui apakah ibu-ibu yang telah diberi penyuluhan mengerti
dan sadar serta telah berperilaku hidup sehat yang bisa dilihat dari kondisi sarana air bersih dan
jamban yang dimilikinya. Sehingga jika ibu sudah bisa berperilaku hidup sehat bahkan
menanamkannya pada semua anggota keluarga diharapkan penyakit diare di Puskesmas
Batujajar bisa menurun (Notoatmodjo, 2003).
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Hasil analisis dari 87 responden yang diteliti, diperoleh data bahwa ibu
yang mempunyai balita dan menderita diare sebanyak 49 orang (56,3%),
ibu yang pengetahuannya kurang sebanyak 52 orang (59,8%), ibu yang
mempunyai sikap positif sebanyak 46 orang (52,9%) dan ibu yang
mempunyai tindakan baik sebanyak 44 orang (50,6%).
b. Pengetahuan ibu berhubungan dengan terjadinya diare pada anak balita
dengan p Value = 0,006 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita
c. Sikap ibu berhubungan dengan terjadinya diare pada anak balitad engan p
value = 0,019 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
d. Tindakan ibu berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita dengan
p Value = 0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara tindakan ibu dengan kejadian diare pada balita.
2. Saran
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 11/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 50
a. Pengetahuan masyarakat dapat ditingkatkan melaui pendekatan yang
intensif dalam masalah penyakit diare oleh pihak puskesmas yaitu dengan
tetap memberikan penyuluhan khususnya diare dan perilaku hidup bersih
dan sehat oleh petugas promkes dan kesehatan lingkungan secara intensif
dan kontinue guna meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat sehingga
menjadi lebih baik.
b. Untuk meningkatkan sikap positif ibu terhadap PHBS, dapat melalui
pendekatan terhadap tokoh masyarakat, organisasi keagamaan (pengajian,
Majelis Taklim, dll), dan lain sebagainya. Pendekatan kepada tokoh
masyarakat ini perlu dilakukan karena merekalah panutan masyarakat
karena segala keputusan mereka adalah jalan bagi kelancaran program P2
Diare.
c. Tindakan ibu dalam PHBS kesehatan lingkungan dapat ditingkatkan denganmemberikan penyuluhan selain itu meningkatkan frekuensi inspeksi sanitasi
lingkungan oleh petugas kesehatan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar. 2006. Hubungan Faktor Lingkungan, Ekonomi dan Pengetahuan Ibu denganKejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan
Kota Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2006 . Tersediahttp://Yayanakhyar.wordpress.com, 6 September 2008.
Amirudin. 2007. Curren Issue Kematian Anak Karena Penyakit Diare. Tersediahttp://ridwanamiruddin.wordpress.com, 6 Juni, 2008.
Agus. 2008. Mewaspadai diare: hidup sehat dengan air bersih. Tersediahttp://komunikasiair.org/artikel/art1206002.htm, 5 Juni, 2008.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
Depkes RI. 1990. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta : Bakti Husada.
__________ .2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :1216 / MENKES/ SK/ XI/ 2001 Tentang Pedoman PemberantasanPenyakit Diare. Jakarta : Dirjen P2MPL.
__________ . 2004. Pedoman Kabupaten atau Kota Sehat (Bidang Kesehatan). Jakarta : Bakti Husada.
7/24/2019 Diare Mini Pro
http://slidepdf.com/reader/full/diare-mini-pro 12/12
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 51
__________ . 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta: Bakti Husada.
Hastono, S.P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FK UI
Notoatmodjo, S 2002. Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
____________ . 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
UNICEF. 1997. Proyek percontohan sarana kesehatan lingkungan daerah rawan penyakit dan desa tertinggal Strategi dan Penatalaksanaan Promosi Hygienedan Sanitasi (Gerakan Jumat Bersih).
Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
Rahmah. 1991. Perilaku "Sakit" Ibu Terhadap Penyakit Diare Pada Anak Usia DibawahLima Tahun Di Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen Tahun1991. Tersedia http://www.fkm-undip.or.id, 9 September 2008.
Ramaiah, S. 2000. All You Wanted To Know About Diarrhea. Jakarta : PT Bhuana IlmuPopuler.
Soemarji. 1985. Pembuangan Kotoran dan Air limbah. Jakarta : Depkes RI
Soemirat. 2004. Informasi dan Latihan Unuk Penyediaan Air dan Sanitasi BiayaRendah.
Suharyono, dkk. 1999. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta : Balai Penerbit.
Widjaja, M.C. 2003. Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita.Jakarta : KawanPustaka.
Yunita, D. 2008.
Jangan Anggap Sepele Soal Diare. Tersedia http://digilib.ampl.or.id, 8September 2008.