Mini Project Diare Winda

72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. (IDAI 2008) Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008). Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang 1

description

diare

Transcript of Mini Project Diare Winda

BAB IPENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. (IDAI 2008)Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008).Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. (Hiswani 2003).Pada anakanak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguhsungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak. (Hiswani 2003)

Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka memuasakan anak saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian. (Hiswani 2003)

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat. (Notoatmodjo S 2007).

Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare. (IDAI 2008)1.2PERNYATAAN MASALAH

Angka kejadian diare di Kecamatan Minggir pada pengambilan data tahun 2011 untuk usia balita (5 tahun sebanyak 1178 kasus. Pada tahun 2012 angka kejadian diare pada anak usia 5 tahun sebesar 1065 kasus. Untuk tahun 2013 data yang kami dapatkan sampai minggu ke 14 sebesar 52 kasus untuk anak 5 tahun. Walaupun angka kejadian diare pada balita cenderung lebih rendah dibandingkan angka kejadian diare pada usia >5 tahun, kejadian kematian dalam kasus diare dapat lebih besar terjadi pada balita. Disini peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare sangat dibutuhkan dikarenakan bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. Diharapkan dengan mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap tatalaksana awal diare pada balita, dapat menjadi evaluasi tersendiri bagi petugas kesehatan untuk dapat lebih memberikan informasi tambahan mengenai diare bagi para ibu, sehingga para ibu dapat melakukan tatalaksana awal yang tepat bagi balitanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Minggir pada bulan Mei tahun 2013? 1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Minggir pada bulan Mei 2013

1.3.2Tujuan Khusus Mengetahui bagaimana pemahaman ibu terhadap diare serta bagaimana cara penanganan diare pada balita

Mengetahui bagaimana sikap ibu dalam penanganan awal diare pada balitanya

Mengetahui penanganan diare yang dilakukan oleh para ibu pada balitanya1.4MANFAAT PENELITIAN Subyek mendapat informasi bagaimana cara menangani anak diare dengan baik dan benar.

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai penanganan awal diare pada balita

Puskesmas dapat melakukan pendekatan secara menyeluruh pada masyarakat berupa pemberian informasi mengenai tatalaksana awal diare sehingga angka kematian diare pada balita dapat ditekan Peneliti dapat mengamalkan ilmunya mengenai bagaimana cara penanganan awal diare yang baik dan benar pada respondenBAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1DIARE

2.1.1 Definisi Diare

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa. (Amirudin 2008). Diare ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari. (Subijanto, Ranuh, Djupri, dan Soeparto, 2005).

Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 x, sedangkan untuk bayi berumur > 1 bulan dan anak, bila frekuensinya > dari 3 x dalam 24 jam (Hassan, 1985).Diare ada dua macam akut dan kronik. Dalam pembahasan ini peneliti hanya memfokuskan pada penangan diare akut yang dapat ibu lakukan di rumah.

2.1.2 Diare AkutPenyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Penyebab utama oleh virus, yang paling sering ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,dan Minirotavirus. (Satriya 2008) Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, Eschericia coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan Trichuris trichiura. (Satriya 2008)

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. (Satriya 2008)

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, Eschericia coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin Shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. (Satriya 2008)

Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah inflamasi dan non inflamasi. Diare non Inflamasi atau Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal, Proses diare adalah akibat adanya Enterotoksin yang dihasilkan oleh Enteropatogen yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut dengan Watery diarrhea. Enteropatogen menimbulkan diare non inflamasi melalui produksi enterotoksin dengan beberapa bakteri, penghancuran sel (permukaan) vili oleh virus, perlekatan, dan atau translokasi oleh bakteri. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme penyebab seperti, V.cholerae, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella.Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus bagian kolon secara langsung atau menghasilkan sitotoksin dengan manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Beberapa enteropatogen memiliki lebih dari salah satu sifat virulen ini. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, secara mikroskopis didapati leukosit polimorfonuklear. Mikroorganisme penyebab seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC),V.parahaemolitycus, C.difficile, dan C.jejuni (Subijanto, Ranuh, Djupri, dan Soeparto, 2005).Diare Penetrasi atau Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikrooragnisme penyebab biasanya S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteritidis, S.cholerasuis, Y.enterocolitidea, dan C.fetus.Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit. Diare sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. (Satriya 2008) Karena itu, pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare pada anak, penanganan awal yang sangat penting adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare. (IDAI 2008)Manifestasi klinis diare dapat berupa mula-mula bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak keringTabel. 1

Karakteristik Pada Tipe Diare Akut

KarakteristikNon inflamatoryInflammatoryPenetrating

TempatUsus halus bagian proksimalKolonUsus halus bagian distal

Gambaran tinjaWatery

Volume >>

Leukosit (-)Bloody,mucus

Volume sedang

Leukosit PMNMucus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam(-)(+)(+)

Nyeri perut(-)(+)(+)/(-)

Dehidrasi(+++)(+)(+)/(-)

Tenesmus(-)(+)(-)

KomplikasiHipovolemikToksikSepsis

2.1.3 Prinsip Penanganan Diare

Mencegah Terjadinya Dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, atau air sup (Depkes.RI). Macam cairan yang dapat digunakan tergantung pada : Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

Tersedianya cairan sari makanan yang cocok Jangkauan pelayananan kesehatan

Tersedianya oralit

Menangani Dehidrasi

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut. (Hiswani 2003) WHO mengatur pemberian rehidrasi oral harus mengandung natrium 90 mEq/L, kalium klorida 20 mEq/L, dan glukosa 111 mEq/L. (Kliegman, Marcdante, Jenson, dan Behrman, 2007) Gula dapat digunakan sebagai sumber kalori dan juga sebagai bagian dari cairan rehidrasi. Akan tetapi ukuran gula yang digunakan haruslah tepat, yaitu 5 gram per 200 ml air. Jika terlalu banyak gula diberikan akan terjadi diare osmosis. Glukosa diperlukan dengan absorbsi 1 molekul NaCl memerlukan 1 mol glukosa, sehingga perbandingan antara gula dan garam adalah 1 gram garam dan 5 gram gula dalam 200 cc air masak. (Depkes.RI) Sebelum melakukan rehidrasi oral, hal yang harus dilakukan adalah menentukan derajat dehidrasi, agar penanganannya sesuai dengan keadaan klinis anak. (WHO 2000)Tabel 2. Derajat Dehidrasi

Diare tanpa Dehidrasi

Anak dengan diare tanpa dehidrasi dapat diberikan cairan lebih banyak untuk mencegah dehidrasi. Anak harus tetap diberikan makanan sesuai dengan umurnya dan menerima ASI. (WHO 2000). Terapi diare ini dapat diberikan dirumah. Perawatan anak di rumah dengan diare tanpa dehidasi :

Berikan cairan tambahan

a. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti lautan oralit, makanan yang cair (seperti sup,air tajin) dan kalau tidak ada cairan tersebut, dapat diberikan hanya air matang.b. Jika anak masih menyusu ASI, maka harus tetap diberikan

c. Jika anak mendapatkan/diberikan ASI eksklusif, berikan cairan rehidrasi oral (CRO) atau air minum tambahan pada ASI. Setelah diare berhenti, ASI eksklusif dapat diteruskan.d. Jika sudah melewati masa ASI eksklusif maka dapat diberikan

Cairan rehidrasi oral :

1. Makanan yang banyak mengandung air (bubur, sup)

2. Air matang

e. Aturan untuk memberikan cairan tambahan untuk mencegah dehidrasi

Anak < 2 tahun ( 50 100 ml setiap setelah buang air besar

Anak 2 tahun ( 100 200 ml setiap setelah buang air besar. (Depkes dan Sandhu 2001) Berikan suplemen Zink

a. Dosis zinc yang harus diberikan :

6 bulan ( tablet (10 mg) per hari > 6 bulan ( 1 tablet (20 mg) per harib. Cara memberikan suplement zink Pada bayi, larutkan tablet dalam sedikit air lalu campurkan pada susu atau CRO

Pada anak yang lebih besa, tablet dapat langsung diminum atau dilarutkan

c. Suplemen zink diberikan selama 10-14 hari (Depkes dan Sandhu 2001) Anak harus tetap diberi makan

Kebiasaan penderita diare dipuasakan dapat memperburuk keadaan penderita. Oleh karena itu, pemberian makanan pada penderita diare harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selama anak menderita diare menunjukkan bahwa 80% makanan masih dapat diserap oleh dinding usus. Karana itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan walaupun ini berarti memperbanyak feses anak. Selain dapat mempertahankan tingkat gizi anak, juga anak dapat sembuh lebih cepat. (Hiswani 2003)

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mendapatkan ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak. (Depkes).

Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :

Buang air besar cair lebih sering

Muntah berulang

Rasa haus yang nyata

Makan / minum sedikit

Demam

Tinja berdarah (depkes)

Diare dengan dehidasi ringan-sedang

Pada umumnya anak dengan dehidrasi ringan diberikan CRO.

Untuk 4 jam pertama CRO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan anak.

Menentukan jumlah CRO yang diberika pada 4 jam pertama

Tabel. 3. Jumlah CRO yang diberikan berdasarkan umur dan berat badan pada 4 jam pertama*menggunakan umur anak hanya jika tidak mengetahui berat badan bayi

Jika anak kehausan dan ingin minum maka berikan minum lebih

Memberikan CRO dengan cara yang baik dan benar. Untuk anak dibawah 2 tahun berikan 1 sendok teh setiap 1-2 menit dan beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih besar Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan pemberian CRO perlahan-lahan ( satu sendok makan tiap 2-3 menit)

Jika kelopak mata membengkak, hentikan CRO dan segera berikan air minum atau ASI Beri ASI jika anak menginginkannya. Memberikan suplemen zink dengan dosis sebagai berikut dan diberikan selama 10-14 hari: 6 bulan ( tablet (10 mg) per hari > 6 bulan ( 1 tablet (20 mg) per hari Lanjutkan pemberian makanan, karena nutrisi sangat penting dalam tata laksana diare : Dalam 4 jam pertama, jangan memberikan makanan kecuali ASI. Menyusui ASI diberikan setiap selesai diare. Setelah 4 jam, jika anak tetap dehidrasi ringan dan tetap berikan CRO, berikan makanan setiap 3-4 jam. Setiap anak antara 4-6 bulan seharusnya diberikan sedikit makanan. Anak dianjurkan makan sebanyak 6 kali per hari. Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan ekstra sehari dalam 2 minggu. (Satriya 2008) Diare dengan dehidrasi beratPenderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. (Depkes)

Gambar 2.1 Bagan Alur Tatalaksana Pada Diare Dengan Dehidrasi BeratWorld Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children2.1.4 Pemilihan jenis cairan parenteralCairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. (Satriya 2008).

Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. (Satriya 2008)

Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolalitas 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera. (Satriya 2008)Tabel. 4 Komposisi Cairan Parenteral dan Oral

2.1.5 Mengobati Kausa DiareSebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri self limiting. Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya Cholera, Shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi ke dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsis. (Subijanto, Ranuh, Djupri, dan Soeparto, 2005)Tabel.4. Antimikroba Yang Sering Digunakan Untuk Mengatasi Diare

Kerangka Konsep

Hipotesis

Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Minggir pada bulan Mei tahun 2013 adalah baikBAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita.3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Minggir. Waktu penelitian adalah bulan Mei 2013.

3.3

Populasi dan Sample

Populasi target adalah semua ibu yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Minggir.

Populasi terjangkau adalah ibu yang memiliki balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Minggir.

Sampel adalah ibu yang memiliki balita berumur dibawah 5 tahun yang pernah mengalami diare yang sedang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Minggir. 3.4Kriteria Penelitian3.4.1 Kriteria Inklusi Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun yang pernah mengalami diare. Anak balita yang pernah mengalami diare akut dengan atau tanpa dehidrasi. Ibu dengan jenjang pendidikan apa pun. 3.4.2Kriteria Eksklusi

Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun yang belum pernah mengalami diare.

Ibu menolak dilakukan wawancara 3.5 Besar Sample

Besar sampel yang dipakai untuk penelitian ini adalah 40 sample3.6Cara Kerja

3.6.1Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel terikat :

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Variabel tergantung :

Usia ibu

Tingkat pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Adat kebiasaan setempat

Sumber informasi tentang penanganan awal diare

3.6.2Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.6.3Pengolahan dan Penyajian Data

Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel pengetahuan diberi skor sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan pengolahan data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun salah, maka dapat ditanyakan lagi kepada responden CodingMengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasi data memberi kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapan.

ScoringPertanyaan yang diberi skor hanya pertanyaan tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua terhadap penanangan awal diare. Tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan.

EntryData yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer adapun program yang digunakan adalah microsoft excel 2007 CleaningMerupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

Tabulating Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan kedalam tabel dengan rumus distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat.

3.6.4Analisis Data

Adapun data dianalisis secara univariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel variabel yang diamati. Data yang diperoleh dikumpulkan, pertanyaan yang dijawab dengan akan diberikan skor sedangkan yang tidak. Kemudian dituangkan kedalam bentuk tabel dengan perhitungan analisis.

3.6.5Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif

3.6.6Pelaporan Hasil Penelitian

Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk makalah mini project3.7Batasan Operasional

3.7.1Responden

Responden adalah ibu-ibu yang memiliki balita umur 1 5 tahun dengan anak yang pernah mengalami diare akut di wilayah Kecamatan Minggir

3.7.2Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah fakta atau ide yang didapat melalui proses observasi, belajar, atau penelitian. Yang ingin diteliti adalah pengetahuan responden mengenai penanganan awal diare. Total skor untuk penilain terhadap pengetahuan adalah 21 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:

Baik ( apabila jawaban yang benar > 80% (total skor > 17)

Sedang ( apabila jawaban yang benar antara 60% - 80% (total skor 13 17)

Kurang ( apabila jawaban yang benar < 60% (total skor < 13) 3.7.3Sikap

Yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk bertingkah laku secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang, suatu objek. Yang ingin diteliti adalah sikap responden dalam penanganan awal diare. Total skor untuk penilain terhadap sikap adalah 12 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:

Baik ( apabila jawaban yang benar > 80% (total skor > 9) Sedang (apabila jawaban yang benar antara 60% - 80% (total skor 7 9) Kurang ( apabila jawaban yang benar < 60% (total skor < 7) 3.7.4Perilaku

Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang telah dilakukan responden berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat. Total skor untuk penilain terhadap perilaku adalah 14 dan dilakukan penilaian sebagai berikut :

Baik ( apabila jawaban yang benar > 80% (total skor > 11)

Sedang (apabila jawaban yang benar antara 60% - 80% (total skor 8 11)

Kurang (apabila jawaban yang benar < 60% (total skor < 8) 3.7.5Usia

Usia atau umur adalah yang sesuai dengan KTP dengan faktor bulan atau tahun. Dibagi dalam 6 golongan umur, yaitu : Kurang dari 20 tahun Antara 20 25 tahun Antara 26 30 tahun Antara 31 35 tahun Antara 36 - 40 tahun Lebih dari 40 tahun 3.7.6Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang mencakup tingkat SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi. Pendidikan dibagi berdasarkan pendidikan formal, yaitu:

Tidak pernah sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMU

Tamat Perguruan Tinggi

3.7.7Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Jenis-jenis pekerjaan tersebut dikelompokkan dalam :

Ibu rumah tangga

Karyawan

Guru

Bidan atau petugas kesehatan

Wiraswasta

Lain-lain. 3.7.8Adat Kebiasaan

Adat kebiasaan adalah etika keseharian yang dilakukan sekelompok masyarakat secara turun temurun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Biasanya akan menjadi streotipe kelompok masyarakat tersebut

3.7.9Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala media yang menjadi sumber pengetahuan bagi penerima informasi. Dalam penelitian ini, sumber informasi dikelompokkan menjadi :

Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/perawat, kader Posyandu, dan lai-lain.

Media cetak yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-lain

Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet

Orang tua

Tetangga

Baru tahu

Lain-lain

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1Profil Komunitas UmumPembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional menuju Indonesia Sehat 2011, untuk tujuan tersebut Puskesmas Minggir mempunyai Visi dan Misi serta kiat dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. VISI, MISI SERTA KIAT

VISI:

Mewujudkan Minggir sehat dengan membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat.

MISI:

Memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat secara cepat, tepat dan akurat serta mengutamakan mutu pelayanan.

KIAT:

1. Cepat dalam memberikan pelayanan terhadap pasien/ pengunjung.

2. Tepat dalam menentukan diagnosa terhadap penderita/ pasien yang diperiksa.

3. Akurat dalam pemberian/ menyampaikan informasi.Masyarakat kecamatan Minggir merupakan komunitas masyarakat Jawa yang mayoritas masih menjunjung tinggi adat dan budaya Jawa. Kecamatan Minggir terdiri dari 5 Desa, 68 Dusun, 70 Posyandu dengan jumlah penduduk 10.697 jiwa (Sumber data bagian pemerintahan Kecamatan Minggir tahun 2012). Kebanyakan dari penduduk kecamatan Minggir memiliki mata pencaharian sebagai peternak. Dan menurut tingkat pendidikan, masyarakat kecamatan Minggir sebagian besar tidak tamat sekolah.

IV.2Data Geografis

Gambar 1. Peta wilayah Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, YogyakartaKecamatan Minggir merupakan salah satu diantara 17 Kecamatan yang ada di kabupaten Sleman, dengan batas wilayah:

Sebelah Utara: Wilayah Kecamatan Tempel

Sebelah Selatan:Wilayah Kecamatan Moyudan

Sebelah Barat: Wilayah Kabupaten Dati II Kulon Progo

Sebelah Timur: Wilayah Kecamatan Seyegan, Kecamatan Godean dan Kecamatan MoyudanKeadaan tanah berjenis Grumusal yang kaya akan humus, subur dengan letak ketinggian 165 m di atas permukaan laut. Keadaan tanah relatif datar, kemiringan 1-2 ke arah selatan. Luas wilayah Kecamatan Minggir : 27,27 KmIV.3Data Demografika. Jumlah Penduduk

Kecamatan Minggir terdiri dari 5 Desa, 68 Dusun, 70 Posyandu dengan jumlah penduduk sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi PendudukNODESALAKI-LAKIPEREMPUANJUMLAHJML KK

1.Sendang Arum205727654822

2.Sendang Mulyo349535147009

3.Sendang Agung436846318999

4.Sendang Sari282030705890

5.Sendang Rejo415645438699

JUMLAH16.89618.55035.41910.697

*Sumber data bagian pemerintahan Kecamatan Minggir tahun 2012b. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan minggir 1 : 210 Jiwa/ km dengan penyebaran penduduk yang meratac. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian 1. Petani pemilik tanah: 1.615 orang

2. Petani penggarap tanah: 2310 orang

3. Petani penggarap /penyekap: 311 orang

4. Petani buruh: 1718 orang

5. Pengusaha sedang/besar: 113 orang

6. Pengrajin/ industri kecil: 798 orang

7. Buruh industri: 370 orang

8. Buruh bangunan: 60 orang

9. Pedagang : 1120 orang

10. Pengangkutan: 48 orang

11. Pegawai Negeri Sipil (PNS): 892 orang

12. ABRI: 557 orang

13. Pensiunan: 340 orang

14. Peternak: 3.610 orang

d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 1. Belum Sekolah: 11.338 orang

2. Tidak Tamat Sekolah: 8.323 orang

3. Tamat SD/ Sederajat: 4.263 orang

4. Tamat SLTP/ Sederajat: 5783 orang

5. Tamat SLTA/ Sederajat: 1.963 orang

6. Tamat D1: 350 orang

D2: 220 orang

7. Tamat Akademi (D3): 768 orang

8. Tamat Perguruan Tinggi: 112 orang

S1: 468 orang

S2: 259 orang

S3: 5 orang

9. Buta huruf: 1237 orange. Piramida Penduduk

Tabel 2. Piramida PendudukNOGOLONGAN UMURJUMLAH

10 5 tahun6.220 orang

25 9 tahun2.867 orang

310 14 tahun3.797 orang

415 19 tahun3.998 orang

520 24 tahun3.140 orang

625 55 tahun4.657 orang

756 - 79 tahun4.803 orang

8 80 tahun ke atas5.753 orang

*Sumber data bagian pemerintahan Kecamatan Minggir tahun 2012IV.4Sumber Daya Kesehatan Yang Ada

Puskesmas Minggir terdiri dari Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu. Puskesmas Induk terletak di desa Sendang Agung, sedangkan Puskesmas Pembantu terletak di Desa Sendang Rejo, Sendang Mulyo, Sendang Sari dan Sendang Arum. Khusus untuk BP Sendang Rejo sudah dilengkapi BP Gigi. Untuk kegiatan kesehatan rutin masyarakat, diadakan posyandu balita dan lansia setiap bulan, bertempat di rumah salah satu warga yang bertindak sebagai kader kesehatan. Puskesmas Minggir sebagai pengayom kegiatan posyandu masyarakat juga rutin mengadakan pusling atau puskesmas keliling.IV.5Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada Mobil Pusling

: 2 buah

Sepeda Motor

: 3 buah

Lemari es/Coolcin

: 5 buah

Vaccinasi KIT

: 2 buah

IUD KIT

: 1 buah

Dukun KIT

: 6 buah

Tensi Meter

: 19 buah

Stetoskop

: 18 buah

BP set

: 5 buah

Dental Unit

: 3 buah

Timbangan

: 11 buah

Timbangan Bayi

: 3 buah

Pemeriksaan sedimen urine: 1 buah

Mesin ketik

: 1 buah

USG

: 0 buah

Mikroskop

: 3 buah

Komputer

: 11 buah

Net Book

: 1 buah Mini Lab KIT

: 1 buah

Meja Genekologi

: 1 buah

Meja Operasi

: 2 buah Termometer

: 7 buah Tabung oxygen

: 11 buah Kompresor

: 2 buah Nebulezer

: 3 buah Kursi roda

: 3 buah

Sterilisator

: 7 buah

Inkubator

: 4 buah

EKG

: 2 buah

Genset

: 1 buah

Larygoscope

: 1 buah

Mesin cuci

: 1 buah

Paket R. Bersalin

: 1 unit

Tempat perawatan BD: 1 unit

Pel set

: 2 unit

Lampu operasi

: 7 buah

Ging bed

: 4 buah

Bed periksa

: 4 buah Bed beroda

: 2 buah Bed ekonomi

: 14 buah Bok bayi

: 3 buah THT set

: 3 set

Partus set

: 4 set

Hematokrit (sentrifuger): 3 buah

PHN Kit

: 1 set

SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN

Perlindungan mata air

: 17 buah

Sumur pompa dangkal

: 189 buah

Sumur gali

: 6.288 buah

Sarana air bersih

: 6.789 buah

Sarana air limbah

: 5313 buah

Jamban keluarga

: 6468 buah

TENAGA KESAHATAN

Kepala Puskesmas: 1 orang

Kasubag. TU

: 1 orang

Dokter Umum

: 8 orang ( 4 orang aktif, 4 orang sekolah )

Dokter Gigi

: 2 orang

Bidan DIII / PTT

: 12 orang / 3 orang

Perawat DIII

: 8 orang

Perawat

: 3 orang

Perawat Gigi

: 3 orang

Petugas Sanitasi DIII: 2 orang

Petugas Analis

: 1 orang

Petugas Analis DIII: 1 orang

Petugas Analis DIV: 1 orang

Petugas Gizi DIII

: 2 orang

Psikolog

: 1 orang

Petugas Administrasi: 11 orang

Pengemudi

: 1 orang

Satpam

: 3 orang

Tenaga Honorer

: 4 orang /1 Fisiotherapi/ 2 TU /1 Sanitasi

RM DIII

: 2 orang

Cleaning servis

: 2 orang

Apoteker : 1 orang

A.Apoteker

: 2 orang

SDM MENURUT PENDIDIKAN TERAKHIR

Jumlah tenaga kesehatan menurut jenjang pendidikan terakhir cukup bervariasi, terbanyak dari kelompok pendidikan D III. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3. Jumlah Menurut Pendidikan TerakhirNoJenjang PendidikanJumlah (orang)

1.S-21

2.S-113

3.D-41

4.D-III32

5.D-II0

6.D-I0

7.SLTA18

8.SLTP4

TENAGA NON MEDIS

PLKB

: 3 orang

PPKBD

: 5 orang

Sub. PPKBD

: 136 buah

Kader

: 340 orang

Kader Aktif

: 210 orang

Dukun terlatih

: 6 orang

SARANA PRASARANA

Jumlah sarana fisik yang ada di Puskesmas Minggir adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Sarana dan Prasarana

NoJenis bangunanJumlah (buah)Keterangan

1Puskesmas induk dengan Rawat Inap1

2Puskesmas pembantu4

3Rumah Dinas Dokter-

4Rumah dinas paramedis2di Pustu

POSYANDU

Jumlah pos pelayanan terpadu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Minggir sebanyak 70 posyandu, terbagi menjadi:

a. Pratama tidak ada

b. Madya 5 posyandu

c. Purnama ada 47 posyandu

d. Mandiri 18 posyandu

Grafik 1. Jumlah Posyandu Menurut Stratifikasi

JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN YANG LAIN

Rumah sakit umum

: 1 buah

Polindes

: 1 buah

Balai pengobatan

: 1 buah

Apotek

: 3 buah

Toko obat

: 2 buah

Dokter umum praktek swasta: 3 orang

Dokter gigi praktek swasta: 1 orang

Bidan

: 12 orang

IV.6Pendataan Penyakit

Penyakit menular berbasis lingkungan potensial Wabah masih terjadi di wilayah Puskesmas Minggir. Data surveilens tahun 2012 masih menunjukkan angka kejadian penyakit menular yang perlu diwaspadai, walaupun ada beberapa penyakit yang secara epidemiologi mengalami penurunan, bahkan sampai 0 kasus. Hasil Surveilans ini merupakan komponen penting dalam sistem kesehatan, data yang terkumpul dari surveilans berguna untuk memprediksi dan mendeteksi epidemi, memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah Puskesmas Minggir. Salah satu contoh penyakit menular berbasis lingkungan potensial wabah adalah diare.

Jumlah kasus diare th 2012 mengalami penurunan, data tahun 2008 : 1072 penderita, tahun 2009 : 845 penderita, th 2010 : 795 penderita th 2011 sebanyak: 1178, dan tahun 2012 sebanyak 1065 penderita. Tahun 2012 terjadi peningkatan kasus pada bulan Juli dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun 2011. Gambaran yang bisa dilihat pada grafik mingguan th 2012, ada beberapa minggu yang jumlahnya mengalami peningkatan, namun total sampai akhir tahun masih dibawah angka th 2011. Distribusi kasus diare per desa selama th 2012, kasus tertinggi terjadi di desa Sendangrejo: 334 penderita, kemudian tertinggi selanjutnya desa Sendangagung 258 penderita, desa Sendang sari 187 penderita, desa Sendangmulyo 131, dan desa Sendangarum sebayak 101. Sedangkan 54 penderita lainnya adalah dari luar wilayah. Tahun 2012 terjadi kasus KLB diare yang disebabkan oleh keracunan makanan di acara hajatan pernikahan di dusun Sumber Sendangmulyo. Jumlah kasus penderitanya mencapai 32 penderita. Untuk distribusi kasus menurut umur pada th 2012 untuk umur 5th sebanyak : 804 penderita atau 75%. Kematian akibat diare di wilayah Puskesmas Minggir 0 kasus. Kesadaran masyarakat akan keberadaan rawat inap sebagai pelayanan kesehatan sangat tinggi, Ini dibuktikan juga dengan adaya penderita yang dirawat di rawat inap Puskesmas minggir sebanyak 83 penderita diare termasuk amubiasis selama tahun 2012. Berikut ini gambaran dalam bentuk grafik.

Grafik 2. Trend Kasus Diare

di wilayah Puskesmas Minggir tahun 2008 s/d 2012

Grafik 3.Grafik mingguan Diare tahun 2011 dan tahun 2012

Grafik 4. Distribusi kasus Diare per desa

Grafik 5. Distribusi Kasus Diare Menurut Umur

Grafik 6. Jumlah Penderita Diare yang rawat di Puskesmas minggir tahun 2012

Target angka penemuan diare tahun 2012, dengan jumlah penduduk 35.908 jiwa sebanyak 1.475 penderita. Sedangkan penemuan diare tahun 2012 sebanyak 1065 penderita, dan kematian 0 kasus. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat dalam mewaspadai penyakit diare, dengan membawa penderita ke puskesmas dan pelayana kesehatan lain mulai tinggi. Didukung dengan adanya pelayanan rawat inap yang sangat membantu masyarakat. Pemberian zink, oralit dan infus dapat mengatasi dehidrasi sehingga kematia akibat diare 0 kasus. Tahun 2012 terjadi 1 kali KLB. Kasus KLB diare terjadi di dusun sumber, dan telah di lakukan penangan kasus dengan pemberian kaporitisasi, klorin diffuser dan penyuluhan. Saran : Meningkatkan kegiatan promotif dengan melakukan penyuluhan di posyandu tentang PHBS dan Diare serta perbaikan SAB.Sedangkan laporan untuk angka kejadian diare sampai pada bulan Maret 2013 ialah sekitar 52 untuk angka kejadian balita dan 192 untuk usia >5 tahun. Jumlan angka kejadian diare terhitung sampai bulan Maret 2013 adalah sekitar 244 orang. Untuk angka kematian karena diare sampai saat ini belum kami temukan.IV.7Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan kuesioner diperoleh gambaran karakteristik sampel di Puskesmas Kecamatan Minggir, kabupaten Sleman, provinsi DI Yogyakarta. Responden berjumlah 40 orang. Responden adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita berusia kurang dari 5 tahun memiliki kisaran umur 20 tahun terendah dan 40 tahun tertinggi. Adapun distribusi usia responden, tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita, dan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Minggir dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.Tabel.5 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Usia di Puskesmas MinggirUsia IbuFrekuensi (%)

< 20 tahun00

20 - 25 tahun37,5

26 - 30 tahun 1435

31 - 35 tahun1332,5

36 - 40 tahun1025

> 40 tahun00

Total40100

Tabel 5 memperlihatkan distribusi usia responden dari 40 subyek yang diteliti. Responden terbanyak yang menjadi subyek penelitian adalah kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 14 responden (35%) dan usia termuda 20-25 tahun sebanyak 3 subyek (7,5%).

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin bagus. Pada usia pertengahan, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. (Notoatmodjo S 2005)Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pendidikan di Puskesmas Minggir

Pendidikan IbuFrekuensi(%)

Tidak Pernah Sekolah00

Tidak Tamat SD12,5

Tamat SD25

Tamat SMP820

Tamat SMU2665

Tamat Perguruan Tinggi37,5

Total40100

Tabel 6 mempelihatkan distribusi pendidikan responden yang paling banyak adalah tamatan SMU sebanyak 26 responden (65 %) dan yang paling sedikit yaitu tidak tamat SD sebanyak 1 responden (2,5%). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan seseorang dengan pendidikan formalnya yang tinggi, biasanya akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. (Widayatun 2004)Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pekerjaan Responden di Puskesmas MinggirPekerjaanFrekuensi(%)

Ibu Rumah Tangga3587,5

Karyawan25

Guru00

Wiraswasta25

Lain-lain12,5

Total40100

Tabel 7 menggambarkan distribusi pekerjaan responden dan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 35 responden (87,5%).Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial, seperti lingkungan pekerjaan. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo S 2005)

Pada penelitian ini didapatkan hasil pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan sampel dilakukan pada jam kerja Puskesmas Kecamatan Minggir yaitu mulai dari jam 08.00-12.00 WIB. Bagi ibu yang bekerja, jam buka puskesmas sama dengan jam kerja mereka. Oleh karena pengunjung puskesmas kebanyakan adalah ibu rumah tangga. Namun ada pula responden yang bekerja sebagai karyawan, guru, dan wiraswasta yang saat ditanyakan mereka izin atau tidak dalam jam kerja saat itu.IV.7.1 Tingkat Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :Tabel 8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Penanganan Awal Diare di Puskesmas MinggirTingkat Pengetahuan IbuFrekuensi%

Baik (skor >17)1947,5

Cukup (skor 13-17)1537,5

Kurang (skor 40 tahun00000000

Total6151537,51947,540100

Tabel 10 memperlihatkan distribusi tingkat pengetahuan ibu berdasarkan kelompok usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia menengah, individu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. (Notoatmodjo S 2005) Pada penelitian ini, kelompok umur 26 30 tahun dengan jumlah responden terbanyak yaitu 15 responden (37,5%), didapatkan yang berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (22.5%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 responden (2,5%)

Tabel 11. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Diare

Jawaban RespondenFrekuensi %

Benar3382,5

Kurang Tepat717,5

Tidak Tahu00

Total40100

Tabel 11 memperlihatkan distribusi jawaban responden mengenai pertanyaan pengertian diare. Jawaban dikatakan benar jika responden memilih jawaban buang air besar dalam bentuk cair, lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih, responden yang menjawab benar sebanyak 33 responden (82,5%). Jawaban kurang tepat jika responden memilih buang air besar dalam bentuk cair atau peningkatan frekuensi buang air besar, 7 reponden (17,5%) menjawab kurang tepat. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang pengertian diare sudah cukup baik, karena sebagian besar ibu sudah menjawab dengan benar. Akan tetapi masih ada ibu yang menjawab dengan jawaban yang kurang tepat. Hal ini dapat dikarenakan pengetahuan ibu yang kurang atau memang ibu kurang mendapatkan informasi.Tabel 12. Distribusi Pengetahuan Spesifik dalam Penanganan Awal Diare

Pengetahuan RepondenYa%Tidak%Total%

Tanda-Tanda Anak Dehidrasi2870123040100

Minum Air38952540100

Oralit3997,512,540100

Suplemen Zink2562,51537,540100

Tabel 12 memperlihatkan jawaban responden mengenai penanganan awal diare. Pengetahuan ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi itu sangat penting agar ibu mengetahui apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Apakah tetap ditangani di rumah atau harus segera dibawa ke rumah sakit. Responden yang menjawab Ya sebanyak 28 responden (70%) dan responden yang menjawab Tidak sebanyak 12 responden (30%). Masih banyak ibu yang belum mengetahui apa saja tanda-tanda dehidrasi pada anak.

Banyak ibu yang sudah mengetahui bahwa memberikan minum lebih banyak saat anak diare merupakan salah satu penanganan awal diare. Hal ini dapat dilihat dengan jumlah responden yang menjawab Ya sebanyak 38 responden (95%) dan responden yang menjawab Tidak sebanyak 2 responden (5%) dari 40 sampel yang diambil oleh peneliti.

Begitu pula dengan penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare sudah banyak diketahui oleh responden yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Minggir. Dengan responden yang menjawab Ya sebanyak 39 responden (97,5%) dan responden yang menjawab Tidak sebanyak 1 responden (2,5%).Pengetahuan ibu tentang pemberian suplemen zink pada anak yang sedang mengalami diare sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner, ibu yang menjawab Ya sebanyak 25 responden (62,5%) dan yang menjawab Tidak sebanyak 15 responden (37,5%).

Akan tetapi masih banyak juga yang belum mengetahui informasi tentang suplemen zink ini. Responden yang sudah mengetahui bahwa suplemen zink diberikan saat anak sedang diare adalah ibu yang balitanya pernah mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang atau diare dengan dehidrasi berat sampai dirawat di rumah sakit. Pengetahuan meraka didapat dari pengalaman yang pernah mereka alami.

Tabel 13. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Bahan Membuat Oralit

Bahan Membuat OralitFrekuensi%

Air, Gula, dan Garam 2460

Air dan Garam615

Tidak tahu1025

Total40100

Tabel 13 memperlihatkan jawaban ibu terhadap pertanyaan pengetahuan ibu tentang apa saja bahan-bahan untuk membuat oralit sendiri di rumah. Rata-rata responden menjawab benar yaitu air, gula, dan garam sebanyak 24 responden (60%). Namun masih banyak pula ibu yang mengetahui hanya air dan garam saja bahan untuk membuat oralit yaitu sebanyak 6 responden (15%). Ibu yang tidak tahu atau tidak dapat membuat oralit sendiri juga masih tergolong banyak yaitu 10 responden atau sekitar 25%. Berdasarkan wawancara saat pengisian kuesioner dapat disebabkan oleh ibu membeli oralit kemasan yang tinggal diseduh dengan air atau memang ibu itu belum pernah menggunakan oralit sebagai penanganan awal ketika anak sedang diare.IV.7.2Tingkat Sikap Ibu

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :Tabel 14. Distribusi Tingkat Sikap Ibu dalam Penanganan Awal DiareTingkat Sikap IbuFrekuensi%

Baik (Skor >9)2972,5

Cukup (Skor 7-9)1127,5

Kurang (Skor 11)00

Cukup (Skor 8-11)1537,5

Kurang (Skor