DIARE

11
DIARE (Gastroenteritis Akut) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANGASTROENTRITIS AKUT 1.KONSEP TEORI 1.1 Definisi Gastroenteritis (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak, dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat disertai frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000:501). Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hr) dan konsistensi feces cair (Smeltzer, 2001:1093). 1.2 Etiologi Penyebab diare dapat dibagi yaitu: 1) Faktor infeksi a) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,

description

dbdb

Transcript of DIARE

Page 1: DIARE

DIARE (Gastroenteritis Akut)LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANGASTROENTRITIS AKUT

1.KONSEP TEORI1.1  Definisi

Gastroenteritis  (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak, dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat disertai frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000:501).Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hr) dan konsistensi feces cair (Smeltzer, 2001:1093).

 

1.2  EtiologiPenyebab diare dapat dibagi yaitu:

1)   Faktor infeksia)    Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Astrovirus), Protozoa (E.hystolytica, G.lamblia, T.hominis) dan jamur (C.albicans).

b)   Infeksi parenteral: infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Diare disebabkan karena kuman penyebab infeksi masuk ke dalam sistem pencernaan secara hematogen.

Page 2: DIARE

2)   Faktor MalabsorbsiMalabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3)   Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.4)   Faktor psikologis: rasa takut, cemas.

1.3    Klasifikasi (Kapita Selekta Kedokteran, 2000: 501).1)   Diare Akut.

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

2)   Diare Kronis.Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (padaorang dewasa)

sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu.Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi adalah sebagai berikut:

Ringan Sedang BeratBB( % kehilangan )

4-5 6-8 9-10

Keadaan Umum Haus, sadar Haus, gelisah, letargi

Mengantuk, dingin, berkeringat

Air mata Ada Tidak ada Tidak adaTurgor jaringan Normal Tidak ada Tidak adaMembran mukosa Basah Kering Sangat keringTekanan darah Normal Normal /

rendah< 90mmHg, mungkin tidak dapat diukur

BAK Normal Menurun / keruh

Oliguria

Nadi Normal Cepat Cepat, lemah, mungkin tidak teraba

Mata Normal Cekung Sangat cekungFontanela anterior Normal Cekung Sangat cekungDefisit cairan ( ml/ kg ) 40-50 60-90 >100

-       Dehidrasi ringan : turgor kulit menurun, takhikardi, haus  Defisit cairan 5 % dari berat badan.-       Derajat sedang   : turgor kulit jelas turun,hipotensi,takikardi,nadi lemah,sangat

haus defisit

10 % berat badan. 

-       Derajat berat  : turgor kulit sangat menurun, hipotensi, stupor sampai koma, mata

cowong,nadi lemah atau hilang tak teraba,sianosis ujung

ektermitas, renjatan/shock defisit cairan > 10 %.

Page 3: DIARE

1.4    Tanda dan gejala (Mansjoer, 2000:501).Pasien dengan diare sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut,

demam dan diare. Diare dibagi menjadi 2 golongan, pertama koleriform adalah diare yang terdiri dari cairan saja, kedua disentriform adalah diare yang didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.

Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh, pasien akan merasa haus, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan meningkat dan dalam (Kusmaul). Bila terjadi rejatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat >120 x/mnt, TD menurun, pasien gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, dan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan nekrosis tubular akut.

1.5    Diagnostic test (Mansjoer, 2000:501).1)   Anamnese

Diare >3 x/hr, feses cair, ada lendir, ada darah, perut mules, demam, badan terasa lemas, nafsu makan berkurang.

2)   Pemeriksaan fisikPada pasien dengan diare biasanya didapatkan ku lemah, nyeri perut atau sampai kram

abdomen, feses cair, terkadang ada lendir dan darah, nadi cepat, suhu tubuh meningkat, mual, muntah, akral hangat, mukosa kering. Bila terjadi syok hipovolemik maka pasien akan gelisah, nadi cepat >120 x/mnt, TD menurun, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis, anuria.

3)   Pemeriksaan penunjanga)    Pemeriksaan tinja-       Makroskopis: memeriksa bakteri atau kuman penyebab diare tanpa pewarnaan-       Mikroskopis: memeriksa kuman penyebab diare dengan pewarnaan dan dengan menggunakan

mikroskop mikro.Contoh: diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa.

b)   Berat jenis plasma untuk menentukkan deficit cairan akibat diare.c)    Pemeriksaan kadar elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dalam serum (terutama

pada penderita diare yang disertai kejang).d)   Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah (Analisa Gas Darah) mendeteksi

adanya asidosis metabolik.e)    Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

1.6    Penatalaksanaan (Mansjoer, 2000:501).1)   Rehidrasi

Page 4: DIARE

      Oral: bisa dengan pemberian oralit, minum banyak ± 25-40 ml/kgBB/hr      Parenteral:a)    Jenis cairan

Diberikan cairan Ringer Laktat, bila RL tidak tersedia diberikancairan NaCl isotonik (0,9%) ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml.

b)   Jumlah cairanJumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Defisit cairan tubuh dapat dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025---------------------- x BB x 4 ml           0,001

Metode Pierce yang berdasarkan keadaan klinis:Derajat dehidrasi:

-          Ringan = kekurangan (5%)  kebutuhan cairan x kg BB-          Sedang = kekurangan (8%)  kebutuhan cairan x kg BB-          Berat = kekurangan (10%)  kebutuhan cairan x kg BB2)   Pemberian obat antibiotik jika bakteri penyebabnya sudah diketahui.3)   Terapi simptomatik.

2.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN2.1    Pengkajian

1)   IdentitasUsia: lebih sering dialami oleh anak dibawah 5 tahun, terutama yang berusia 6-11 bulan

karena pada usia ini mulai diberikan makanan pendamping.2)   Keluhan utama

BAB feses cair, terkadang ada lendir atau darah, frekuensi BABmeningkat, perut mules, demam.

3)   Riwayat Penyakit Sekarang

Page 5: DIARE

Pasien mengeluh perut mules, BAB cair >3 x/hr, mungkin ada lendir atau darah, badan lemas, mual, muntah, malas makan, demam, bila terjadidehidrasi akan didapatkan pasien merasa haus, berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering, kulit kering.

4)   Riwayat Penyakit DahuluPasien melakukan kontak dengan orang lain yang sebelumnya atau sedang mengalami

penyakit diare. Pasien mengkonsumsi makanan yang kurang matang, makanan pedas, keracunan makanan (tidak tahan terhadap makanan tertenu).

5)   LingkunganSanitasi lingkungan yang buruk, pemukiman yang kumuh dan padat penduduk, kurangnya

sumber air bersih, pengolahan makanan yang tidak higienis.6)   Psikososial spiritual

Pasien mengalami kecemasan karena kurangnya pengetahuan tentangpenyakit, penyebab penyakit dan pengobatannya.

7)   Pemeriksaan fisika)    Keadaan umum: pasien tampak lemah.b)   Sistem pernafasan

Pernafasan  lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan  ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.

c)    Sistem kardiovaskulerNadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).

d)   Sistem neurologiPenurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi penumpukan natrium dalam serum.

e)    Sistem perkemihanProduksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat(jika terjadi syok hipovolemik).

f)    Sistem pencernaanMual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram abdomen).

g)   Sistem integumenTurgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal merah, lecet,

h)   Sistem musculoskeletalKelemahan pada ekstremitas.

2.2    Diagnosa keperawatan

Page 6: DIARE

1)      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan ditandai dengan nadi meningkat, RR meningkat, terdapat retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan.

2)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses ditandai dengan mukosa kering, turgor kulit menurun, jumlah urine menurun.

3)      Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.

4)      PK: Syok Hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh berlebihan akibat diare.

5)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  penurunan nafsu makan akibat diare yang ditandai dengan BB menurun, lemas,pasien mengungkapkan kurang nafsu makan.

6)      Kerusakan integritas kulit  perianal berhubungan dengan  paparan feces yang asam, encer dan sering yang ditandai dengan ruam daerah perianal, kulit sekitar tampak kemerahan.

7)   Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai dengan lemah, dispneu, RR ↑

2.3    Intervensi keperawatan1.    PK: Syok hipovolemik berhubungan dengan pengeluaran abnormal berlebihan (diare)

Tujuan : Pasien tidak mengalami syok hipovolemik setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:

-       Produksi  urine 1cc/kgBB/jam.-       Nadi teraba kuat dan jelas, rate 60-100x/mnt-       Tekanan darah 110/70 – 140/90 mmHG-       Akral hangat-       Perfusi baik, CRT < 2 detik-       Kesadaran komposmentis-       Na dalam batas normal (135-145).

Intervensi:1)   Berikan pasien minum sesuai kebutuhan tubuh

R/ Membantu menggantikan kehilangan cairan akibat diare.2)   Beri oksigen sesuai kebutuhan pasien

R/ Mempertahankan nafas dan sirkulasi pasien tetap adekuat.3)   Tinggikan kaki pasien (posisi syok)

R/ Untuk memperbaiki sirkulasi serebral yang lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung.

4)   Kolaborasi Berikan larutan RL atau PZ ( normal saline 0,9%)R/ Cairan Ringer Laktat atau  PZ merupakan cairan kristaloid yang mempunyai komposisi menyerupai komponen cairan fisiologis tubuh.

Page 7: DIARE

5)   Observasi produksi urine/jam, BAB pasien, dan balans cairan.R/ Pasien yang mengalami shock hipovolemi produksi urine < 1cc/kgBB/jam.BAB cair akan meningkatkan pengeluaran cairan dan elektrolit yang mempengaruhi balans cairan.Balance cairan merupakan indikator untuk menentukan defisit cairan tubuh dan jumlah rehidrasi yang dibutuhkan.

6)   Observasi nadi, tensi, suhu, pernafasan,perfusi jaringan, CRT, kesadaran pasien.R/TTV, perfusi jaringan, CRT, kesadaran pasien merupakan indikator untuk mengetahui adanya syok hipovolemik.

2.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui feses ditandai dengan: dengan  mukosa bibir kering, mata cowong, turgor kulit tidak elastis, produksi urine menurun, nadimeningkat.Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan volume cairan secara adekuatsetelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:

-       Mukosa bibir lembab-       Mata tidak cowong,-       Turgor kulit baik (elastis),-       Produksi urine 1 cc/kg BB/jam,-       Nadi 60-100x/mnt-       Akral hangat

Intervensi:1)   Jelaskan tentang penyebab kekurangan cairan, dampak kekurangan cairan, dan tindakan yang

akan dilakukan untuk mengatasi kekurangan cairan. R/ Informasi/ penjelasan yang diberikan akan meningkatkan pnegetahuan pasien sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.

2)   Berikan larutan rehidrasi oral (LRO) yang adekuat sesuai kebutuhan tubuhuntuk rehidrasi dan penggantian kehilangan melalui fesesR/ Masukan oral yang adekuat berguna untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.

3)   Motivasi untuk minum sedikit-sedikit tetapi sering.R/ Masukan oral sedikit tetapi sering dapat membantu mengganti kehilangan cairan akibat diare.

4)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai dengan derajat  dehidrasi.R/ Mengganti cairan yang hilang karena diare

5)   Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian obat anti diare, antibiotika, anti emetic sesuai tertentuanR/ Anti diare mengurangi peristaltic usus, antibiotika membunuh kuman penyebab infeksi, anti emetic mengurangi mual & muntah

Page 8: DIARE

6)   Observasi  balance cairan,  mukosa bibir, kecowongan kelopak mata , nadi, tensi, produksi urine, dan turgor kulit.R/ Deteksi   tingkat dehidrasi dan menentukan tindakan selanjutnya.

3.    Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: pasien panasnya turun (36,5-37,5oC), kulit tidak tampak kemerahan, akral hangat, nadi normal (60-100x/menit).Intervensi:      

1)      Jelaskan kepada pasien penyebab demam.R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk dalam tubuh

2)      Berikan kompres air hangatR/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan panas dengan cara konduksi

3)      Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.

4)      Anjurkan pasien untuk banyak minum (± 25-40 ml/kgBB/hr)R/ Panas mengeluarkan banyak cairan, sehingga untuk mengatasi kehilangan cairan tersebut dibutuhkan cairan sesuai dengan berat badannya

5)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian rehidrasi parenteralR/ Cairan infuse berfungsi untuk menambah intake cairan tubuh yang hilang karena evaporasi tubuh

6)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretikR/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan panas

7)      Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak panas, nadi normalR/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan

Page 9: DIARE

DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku  Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa: Brahm U.Edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 1997. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.