diagnosis TB

5
Diagnosis Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/ jasmani, pemeriksaan bakteriologi. Dengan ditemukannya basil tuberkulosis, dapat dipastikan bahwa proses masih aktif dan perlu diberikan pengobatan yang sesuai. 1. Pemeriksaan Jasmani Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. 2. Pemeriksaan Bakteriologi Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan biakan. a. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA yang

description

macam macam dignosa untuk penyakit TBC

Transcript of diagnosis TB

Page 1: diagnosis TB

Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/ jasmani,

pemeriksaan bakteriologi. Dengan ditemukannya basil tuberkulosis, dapat dipastikan bahwa

proses masih aktif dan perlu diberikan pengobatan yang sesuai.

1. Pemeriksaan Jasmani

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada

awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada

umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior,

serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain

suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

2. Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang

sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan

pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar,

urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara

pemeriksaan mikroskopis dan biakan.

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang

merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA

yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB Paru. Selain tidak memerlukan

biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat, pemeriksaan mikroskopis merupakan

teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan derajat penularan,

risiko kematian serta prioritas pengobatan.

b. Pemeriksaan biakan kuman

Melakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi mikobakterium tuberkulosis dan juga Mycobacterium Other Than

Tuberculosis (MOTT).

3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top

lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi

gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).

Page 2: diagnosis TB

4. Pemeriksaan BACTEC

Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman

tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode radiometrik. M.

Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan

dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif

pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji

kepekaan.

5. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.

Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan

kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan standar

internasional. Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen,

sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya bila sampel

yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru,

masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai

sarana diagnosis tuberkulosis paru.

6. Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:

a. Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA) Teknik ini merupakan salah satu uji

serologi yang dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen antibodi yang

terjadi.3 Kelemahan utama dari teknik ELISA ini adalah pengenceran serum yang

tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan nonspesifik dari imunoglobulin

manusia pada plastik.

b. ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis) Uji ICT adalah uji serologi untuk

mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis dalam serum. Uji ini merupakan uji diagnostik

tuberkulosis yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran

sitoplasma M. Tuberculosis.

c. Mycodot Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini

menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang berbentuk

sisir plastik.

Page 3: diagnosis TB

d. Uji peroksidase anti peroksidase Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi

reaksi serologi yang terjadi.

e. Uji serologi yang baru/ IgG TB Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan

cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk mikobakterium

tuberkulosis. Di luar negeri metode ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB

ekstraparu, tetapi kurang baik untuk diagnosa TB pada anak.

7. Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis.

8. Pemeriksaan histopatologi jaringan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis. Bahan

jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi

9. Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk

tuberkulosis. Laju Endap Darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai

indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang

normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfosit juga kurang spesifik.

10. Uji tuberculin

Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan

prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit

kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan berfungsi bila didapatkan konversi, hasil uji

positif yang didapat besar. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan

hasil negatif.