Diagnosis Dan Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan

download Diagnosis Dan Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan

of 7

description

hipertensi

Transcript of Diagnosis Dan Penanganan Hipertensi Dalam Kehamilan

Hipertensi dalam KehamilanHipertensi dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab yang berperan besar dalam angka kesakitan serta kematian ibu selain perdarahan dan infeksi. Sekitar 5-10% penyakit hipertensi ini mempersulit kehamilan. Di negara maju, 16% kematian ibu diesebabkan oleh penyakit hipertensif. Presentase ini lebih besar dari tiga penyebab utama lain : perdarahan 13%, aborsi 8% dan sepsis 2%.

TERMINOLOGI dan KLASIFIKASIHipertensi Gestasional (HG) adalah terminologi untuk menggambarkan adanya hipertensi berkaitan dengan kehamilan yang sifatnyanew-onset.Klasifikasi berdasarkan National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) tahun 2000.1. Hipertensi Gestasional2. Pre Eklampsia dan Eklamsia3. Pre Eklampsia super imposed pada Hipertensi Kronis4. Hipertensi KronisDari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in Williams Obstetrics , 23nded, McGraw-Hill, 2005

A. DIAGNOSISHipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 dan tekanan darah diastolik 90 mmHg.Kriteria edema tidak lagi digunakan sebagai kriteria diagnostik karena terlalu lazim ditemukan pada kehamilan normal. Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan1. Hipertensi Gestasional

TD-Tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg terjadi pertama kali dalam kehamilan. Tidak terdapat Proteinuria, Tekanan darah kembali normal dalam waktu < 12 minggu pasca persalinan. Diagnosa akhir hanya dapat ditegakkan pasca persalinan. Dapat disertai dengan gejala Preeklamsia Berat : nyeri epigastrium atau trombositopenia.

2. Preeklamsia

Kriteria minimum :

TD Tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ pada pemeriksaan dispstick (carik celup) Preeklamsia Berat (disertai dengan satu atau lebih gejala berikut dibawah ini) :1. TD 160/110 mmHg 2. Proteinuria 2.0 g/24 jam 2+ pada pemeriksaan dispstick3. Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )4. Trombosit < 100.0000/uL5. Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )6. Peningkatan ALT atau AST7. Nyeri kepala atau gangguan visual persisten8. Nyeri epigastrium persisten

Eklamsia

Kejang yang tidak diakibatkan oleh sebab lain pada penderita pre eklampsia

3. Superimposed Preeklampsia( pada hipertensi kronik )

Proteinuria new onset 300 mg / 24 jam pada penderita hipertensi yang tidak menunjukan adanya proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu. Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau trombositopenia < 100.000/uL pada penderita hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.

4. Hipertensi Kronis

TD 140 / 90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak terkait dengan penyakit trofoblas gestasional HT terdiagnosa pertama kali setelah kehamilan 20 minggu dan menetap sampai > 12 minggu pasca persalinan.

B. PENATALAKSANAANPrinsip tujuan penatalaksanaan kehamilan dengan PE :1. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu dan anak seminimal mungkin.2. Melahirkan anak yang sehat.3. Pemulihan kesehatan ibu secara sempurna.Pada penderita preeklampsia, khususnya saat atau menjelang aterm, 3 prinsip tujuan diatas dapat tercapai dengan melakukan induksi persalinan. Informasi terpenting bagi obstetrician untuk melakukan penatalakasanaan PE adalah dengan mengetahui secara tepat usia kehamilan.

Deteksi Prenatal DiniPada trimester IIII pasien dengan HT harus diperiksa setiap 2 3 hari.Penderita dengan penyakit yang berat dan persisten harus dirawat di RS dan bila perlu dilakukan terminasi kehamilan.Pasien dengan TD diastolik 81 89 mmHg dan disertai dengan kenaikan berat badan secara mendadak perlu diperiksa ulang 3 hari kemudian, dan bila keadaan masih menetap maka harus dirawat di RS untuk pengamatan selanjutnya.

Pertimbangan untuk melakukan terminasi kehamilan pada PEBerat pada kehamilan 32 34 minggu setelah diberikan glukokortikoid untuk pematangan paru.Pada PEBerat yang terjadi antara minggu ke 23 32 perlu pertimbangan untuk menunda persalinan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.Terapi pada pasien ini adalah :1. Dirawat di RS rujukan utama (perawatan tersier)2. MgSO43. Antihipertensi4. Kortiskosteroid5. Observasi ketat melalui pemeriksaan laboratorium6. mengakhiri kehamilan bila terdapat indikasiTerminasi kehamilan sedapat mungkin pervaginam dengan induksi persalinan yang agresif.Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila persalinan pervaginam dengan induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam, kehamilan sebaiknya diakhiri dengan SC

Pertimbangan untuk Pelahiran Terminasi kehamilan merupakan satu-satunya tata laksana preeklamsia. Nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium merupakan petunjuk bahwa kejang mungkin akan terjadi. Preeklamsia berat memerlukan terapi antikonvulsan dan antihipertensi, dilanjutkan dengan pelahiran. Tujuan utama adalah untuk mencegah kejang, mencegah perdarahan intracranial dan kerusakan berat pada organ vital lainnya, serta untuk melahirkan bayi yang sehat. Apabila bayi masih kurang bulan, cenderung dilakukan penundaan terminasi kehamilan dengan harapan bahwa beberapa minggu tambahan didalam rahim akan mengurangi risiko kematian neonatal atau penyakit berat lainnya. Pada preeklamsia moderat atau berat yang tidak membaik setelah perawatan inap, biasanya dianjurkan terminasi kehamilan untuk kesejahteraan baik ibu maupun janin. Induksi persalinan dilakukan, biasanya dengan pematangan serviks prainduksi menggunakan prostaglandin atau dilator osmotik. Bila induksi tampaknya kurang berhasil, atau usaha induksi gagal maka diindikasikan pelahiran dengan bedah Caesar.

Perawatan antepartum di rumah sakit1. Pemeriksaan teliti : nyeri kepala - gangguan visus - nyeri epigastrium dan kenaikan BB cepat2. Pemeriksaan BB awal dan pada hari-hari berikutnya3. Analisa proteinuria saat MRS dan 2 hari kemudian4. Pemeriksaaan TD dalam posisi duduk5. Pemeriksaan plasma atau serum creatinine dan hematokrit, trombosit, enzym hepar6. Pengukuran besar janin dan volume cairan amnionBila hasil observasi mengarah pada diagnosa PE Berat maka penatalaksanaan sama dengan terhadap kasus eklampsia.Istirahat merupakan bagian terapi yang sangat penting tanpa harus disertai dengan pemberian tranquilizer atau sedatif.Diet harus mengandung kalori dan protein secukupnya.Pemberian cairan dan natrium dalam batas wajar.

Tata Laksana EklamsiaMagnesium Sulfat Magnesium sulfat uyang diberikan secara parenteral merupakan antikonvulsan yang efektif dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf pusat pada ibu maupun janin. Magnesium sulfat dapat diberikan secara intravena melalui infus continu atau secara intramuscular melalui injeksi berkala. Dosis untuk preeklamsia adalah sama dengan dosis untuk eklamsia. Karena persalinan merupakan saat yang paling mungkin untuk terjadinya kejang. Pasien dengan preeklamsia dan eklamsia biasanya diberikan magnesium sulfat selama persalinan dan 24 jam pascapersalinan.

Tatalaksana Hipertensi1. HidralazinePemberian hidralazine i.v bila TD Diastolik > 110 mmHg atau TS Sistolik> 160 mmHg.Dosis: 5 mg i.v selang 20 menit sampai TD Diastolik 90 100 mmHgEfek samping : nyeri kepala, pusing, palpitasi,

2.LabetalolBeta-blocker non selektif dan post-sinaptik -adrenergic blocking agentTersedia preparat oral ataupun parenteralDosis : Pemberian i.v setiap 10 menit .Dosis pertama: 20 mg , dosis kedua 40 mg dan dosis selanjutnya 80 mg dengan dosis maksimum 300 mg.3.NifedipineCalcium channel blocker.Dapat menurunkan tekanan darah dengan cepat.

Terapi Cairan Larutan Ringer Laktat diberikan secara rutin dalam laju 60 mL tidak melebihi 125 mL per jam, kecuali terdapat kehilangan cairan berlebihan akibat muntah, diare atau kehilangan darah dalam jumlah yang berlebihan akibat persalinan. Oliguria umum dijumpai pada preeklamsia berat. Volume darah ibu kemungkinan berkurang dan diperbanyak dengan pemberian cairan intravena dengan terkendali dan konservatif.