Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

7
3.1.1. Definisi 3.1.2. Etiologi 3.1.3. Klasifikasi 3.1.4. Pemeriksaan dan Diagnosis Pasien dengan cedera dental sebaiknya diperiksa secepat mungkin setelah trauma terjadi. Pemeriksaan mencakup beberapa hal, yaitu anamnesa mengenai keluhan utama, riwayat trauma, dan riwayat medis terkait, pemeriksaan klinis pada jaringan lunak, tulang wajah, dan gigi, serta pemeriksaan radiologi. 1. Riwayat Riwayat dental klinis adalah pernyataan subjektif secara langsung dari pasien. Hal ini termasuk keluhan utama, riwayat sakit yang sedang diderita, dan riwayat medis yang berkaitan. 1) Keluhan Utama Pasien harus memberikan keterangan tentang sakit yang dirasakan dan gejala-gejala yang muncul setelah trauma. Informasi tentang durasi setiap gejala juga penting untuk ditanyakan. 2) Riwayat Sakit yang sedang Diderita

description

Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

Transcript of Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

Page 1: Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

3.1.1. Definisi

3.1.2. Etiologi

3.1.3. Klasifikasi

3.1.4. Pemeriksaan dan Diagnosis

Pasien dengan cedera dental sebaiknya diperiksa secepat mungkin setelah trauma

terjadi. Pemeriksaan mencakup beberapa hal, yaitu anamnesa mengenai keluhan utama,

riwayat trauma, dan riwayat medis terkait, pemeriksaan klinis pada jaringan lunak, tulang

wajah, dan gigi, serta pemeriksaan radiologi.

1. Riwayat

Riwayat dental klinis adalah pernyataan subjektif secara langsung dari pasien. Hal ini

termasuk keluhan utama, riwayat sakit yang sedang diderita, dan riwayat medis yang

berkaitan.

1) Keluhan Utama

Pasien harus memberikan keterangan tentang sakit yang dirasakan dan gejala-gejala yang

muncul setelah trauma. Informasi tentang durasi setiap gejala juga penting untuk

ditanyakan.

2) Riwayat Sakit yang sedang Diderita

Klinisi juga perlu mengetahui apakah trauma pernah terjadi pada area yang sama

sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan seperti :

(1) Kapan dan dimana terjadi trauma?

(2) Bagaimana trauma tersebut terjadi?

(3) Sebelum dating ke klinik ini apakah sudah pernah dilakukan penanganan?

(4) Apakah pernah mengalami luka trauma sebelumnya?

Page 2: Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

(5) Apakah ada gejala lain yang muncul?

3) Riwayat Medis Terkait

Berikut ini beberapa aspek riwayat medis yang ditekankan untuk kasus-kasus trauma :

(1) Reaksi alergi terhadap obat-obatan. Analgesik dan antibiotik biasanya diresepkan

untuk pasien trauma, sehingga penting untuk mengetahui apakah pasien dapat

mentoleransi obat yang diresepkan.

(2) Kelainan tertentu seperti kelainan perdarahan, diabetes, dan epilepsi. Terdapat

beberapa kondisi fisik dan medis yang dapat mempengaruhi manajemen trauma

(3) Pengobatan yang sedang digunakan. Dokter gigi harus mengetahui obat apa yang

sedang pasien gunakan untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.

(4) Status imunisasi tetanus. Tidak perlu dosis penguat jika tidak lebih dari 10 tahun

sejak dosis terakhir untuk luka bersih. Dosis penguat harus diberikan jika lebih dari

5 tahun sejak dosis terakhir untuk luka terkontaminasi.

2. Pemeriksaan Klinis

1) Jaringan Lunak

Pemeriksaan dilakukan pada beberapa area seperti bibir, pipi, dan lidah dengan cara

palpasi.

2) Tulang Wajah

Maksila, mandibula, dan sendi temporomandibula perlu dipalpasi dan diperiksa apakah

terdapat distorsi, perubahan posisi atau indikasi fraktur. Untuk indikasi fraktur perlu

dilakukan rontgen foto.

3) Gigi

Page 3: Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

Gigi harus diperiksa dalam hal fraktur, mobilitas, perpindahan tempat, kerusakan

ligament periodontal dan tulang, serta trauma pada pulpa.

(1) Fraktur gigi

Mahkota gigi harus dibersihkan dan diperiksa untuk tingkat dan jenis cedera. Fraktur

enamel dapat dideteksi dengan mengubah berkas cahaya dari sisi ke sisi, penyinaran

cahaya serat optik melalui mahkota, atau menggunakan disclosing solution. Jika

struktur gigi telah hilang, perhatikan tingkat kehilangan: enamel saja, enamel dan

dentin, atau enamel dan dentin dengan terbukanya pulpa. Dokter gigi selanjutnya

harus mengetahui lokasi tepat di mahkota, seperti "sudut distal-insisal" atau

"isepertiga horizontal insisal." Informasi tersebut dapat berguna jika klinisi dipanggil

kemudian untuk menggambarkan cedera. Jika fraktur mahkota meluas ke

subgingiva, bagian yang fraktur sering tetap terpasang tapi longgar. Lakukan juga

pemeriksaan apakah terdapat diskolorisasi mahkota atau perubahan tranlusensi

terhadap cahaya serat optik karena keduanya mungkin merupakan indikasi

perubahan pulpa.

(2) Mobilitas

Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi

sebelahnya ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.

(3) Perpindahan Tempat (Displacement)

Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau

lingual), dan avulsi secara keseluruhan. Dokter gigi menanyakan kepada pasien

apakah ada kontak prematur ataupun sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan

oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur rahang atau akar gigi ataupun

ekstrusi gigi.

(4) Kerusakan Ligament Periodontal dan Tulang Alveolar

Page 4: Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

Tes perkusi pada gigi dilakukan untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan

periodontal. Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan

posisi pemeriksaan ini cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada

neurovascular bundle yang masuk ke dalam gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan

menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi pulpa. Kerusakan ini

biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.

(5) Trauma Pulpa

Kondisi pulpa gigi harus dievaluasi baik pada awal trauma maupun beberapa kali

setelah trauma. Respon pulpa sangat menentukan pengobatan dan prognosis untuk

gigi yang cedera. Seringkali pengobatan awal mungkin tidak ada pengobatan

melainkan pemantauan respon pulpa. Pulpa dapat memburuk dan menjadi nekrotik

dalam beberapa bulan atau tahun setelah trauma, sehingga evaluasi ulang secara

periodik penting dalam pengelolaan gigi cedera.

3. Pemeriksaan Radiografi

Radiografi sangat penting dalam pemeriksaan trauma dental untuk

mendeteksi dislokasi, fraktur akar, dan fraktur rahang. Melalui radiografi

ekstraoral dapat diketahui adanya fraktur condilus dan rahang, sedangkan pada

radiografi intraoral dapat diketahui ukuran kamar pulpa, saluran akar,

perkembangan apeks akar, dan ruang ligament periodontal

Page 5: Diagnosis Dan Pemeriksaan fraktur gigi

DAFTAR PUSTAKA

Bakland LK. Endodontic Considerations in Dental Trauma, in Ingle, J. I., and Bakland, L. K.,

(ed). Endodontics, 5th ed., BC Deckle, London, h. 796-799.