Diabetes Insipidus
-
Upload
leni-pertiwi-putri -
Category
Documents
-
view
72 -
download
1
Transcript of Diabetes Insipidus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Insipidus (DI) merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan.
Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu
mekanisme neurophypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan
tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui
merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan
umur dan jenis kelamin.
Terdapat 4 jenis diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral,
nefrogenik, dipsogenik, dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral terletak di
hipofisis, sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik kelainan dikarenakan
ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal
terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Diabetes
insipidus bisa merupakan penyakit keturunan Gen yang menyebabkan penyakit
ini bersifat dominan dan dibawa oleh kromosom X.
Wanita yang membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak
laki-lakinya. Penyebab lain dari diabetes insipidus nefrogenik adalah obat-obat
tertentu.
Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan
polidipsia. Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir.
Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami
dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan
kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa terjadi kerusakan
otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering
berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin
dengan Gangguan Diabetes Insipidus.
B. Tujuan Khusus
1
1. Menjelaskan tentang Definisi Diabetes Insipidus.
2. Menjelaskan tentang Klasifikasi Diabetes Insipidus.
3. Menjelaskan tentang Etiologi Diabetes Insipidus.
4. Menjelaskan tentang Manifestasi Klinis Diabetes Insipidus.
5. Menjelaskan tentang Patofisiologi Diabetes Insipidus.
6. Menjelaskan tentang Komplikasi Diabetes Insipidus.
7. Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang Diabetes Insipidus.
8. Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Diabetes Insipidus.
9. Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH
yang ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai
penyebab yang dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-rena reflex
sehingga mengkibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. (Sjaefoellah,
1996)
Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan
produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin, 2000)
Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang tidak
berespon terhadap kerja ADH fisiologis.
Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis
akibat defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti deuretik/ADH.
2.2 Etiologi
Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total maupun
parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior.
Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Diabetes insipidus sentral
Penyebabnya antara lain :
a. Bentuk idiopatik
a) Bentuk non familiar.
b) Bentuk familiar
b. Pasca hipofisektomi
c. Trauma
Fraktur dasar tulang tengkorak
d. Granuloma
a) Sarkoid
b) Tuberkulosis
3
c) Sifilis
d) Infeksi
e) Meningitis
f) Ensefalitis
g) Landry-Guillain-Barre’s syndrome
e. Vascular
a) Trombosis atau perdarahan serebral
b) Aneurisma serebral
c) Post-partum necrosis
f. Histiocytosis
a) Granuloma eosinofilik
b) Penyakit Schuller-Christian
2. Diabetes insipidus nefrogenik
a. Penyakit ginjal kronik
a) Penyakit ginjal polikistik
b) Medullary cystic disease
c) Pielonefritis
d) Obstruksi ureteral
e) Gagal ginajl lanjut
b. Gangguan elektrolit
a) Hipokalemia
b) Hiperkasemia
c. Obat-obatan
a) Litium
b) Demeklosiklin
c) Asetoheksamid
d) Tolazamid
e) Glikurid
f) Propoksifen
g) Amfoarisin
h) Vinblastin
4
i) Kolkisin
d. Penyakit Sickle Cell
e. Gangguan diet
a) Intake air yang berlebihan
b) Penurunan intake NaCl
c) Penurunan intake protein
f. Lain-lain
a) Multipel mieloma
b) Amiloidosis
c) Penyakit Sjogren’s
d) Sarkoidosis
2.3 Manifestasi Klinis
Tanpa kerja vasopressin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi pengeluaran
urine yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1,001 hingga 1,005 dalam
jumlah setiap harinya. Urine tersebut tidak mengandung zat-zat yang biasa
tedapan di dalamnya seperti glukosa dan albumin.
Pada diabetes insipidus herediter,gejala primernya dapat berawal sejak
lahir.kalau keadaan ini terjadi padat usia dewasa ,biasanya gejala poliuria
memiliki awitan yang mendadak atau terhadap (insidious).
Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan
karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun untuk
penggantian cairan.
2.4 Patofisiologi
Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus, termasuk
didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar hipofisis di sela
tursika, trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus.
Gangguan sekresi vasopresin antara lain disebabkan oleh Diabetes
Insipidus dan sindrom gangguan ADH. Pada penderita Diabetes Insipidus,
gangguan ini dapat terjadi sekunder dari destruksi nucleus hipotalamik yaitu
tempat dimana vasopressin disintetis (Diabetes Insipidus Sentral) atau sebagai
5
akibat dari tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin (Diabetes
Insipidus nefrogenik).
Diabetes Insipidus sentral (DIS) disebabkan oeh kegagalan pelepasan
hormone antideuretik (ADH) yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan
sintesis atau penyimpanan, selain itu DIS juga timbul karena gangguan
pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptiko hipofisealis
dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu
dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN) dipakai pada Diabetes
Insipidus yang tidak responsive terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis DIN
dapat disebabkan oleh:
1. kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam
medulla renalis.
2. kegagalan utilisasi gradient pada kegagalan dimana ADH berada
dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal.
Kehilangan cairan yang banyak melalui ginjal ini dapatdikompensasikan
dengan minum banyak air. Penderita yang mengalami dehidrasi, berat
badan menurun, serta kulit dan membrane mukosa jadi kering. Karena
meminum banyak air untuk mempertahankan hidrasi tubuh, penderita
akan mengeluh perut terasa penuh dan anoreksia. Rasa haus dan BAK
akan berlangsung terus pada malam hari sehingga penderita akan merasa
terganggu tidurnya karena harus BAK pada malam hari.
2.5 Komplikasi
a. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila jumah air yang diminum tidak adekuat.
b. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan
dpat terjadi gagal jantung kongesti.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni,
maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang
menyebabkannya. Untuk itu tersedia uji-uji coba berikut :
6
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal
akan menurunkan jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan
menetap atau bertambah.
Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine pada pasien DIS
dan menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.
Kekurangan pada pengujuian ini adalah :
a. Pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam akan
menyebabkan terjadinya diuresis solute yang akan mengaburkan efek
ADH.
b. Interpretasi pengujicobaan ini adalah all or none sehingga tidak dapat
membedakan defect partial atau komplit.
2. Fluid deprivation
a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung
kemihnya kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan berat jenis
atau osmolalitas urine pertama. Pada saat ini diambil sample plasma untuk
mengukur osmolalitasnya.
b. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam.
c. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau
setiap 3 jam sekali bia diuresis kurang dari 300ml/jam.
d. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan
segar atau kalau hal itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus
disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es.
e. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4%
tergantung mana yang lebih dahulu.
Pengujian dilanjutkan dengan:
3. Uji nikotin
a. Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3
batang dalam waktu 15-20 menit.
7
b. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sample
urin sampai osmolalitas/ berat jenis urin menurun bidandingkan dengan
sebelum menghisap nikotin.
Kemudian uji coba dianjutkan dengan :
4. Uji vasopressin
a. Berikan pitresin dalam minyak 5u, intramuskular.
b. Ukur voume, berat jenis dan osmolalitas urin pada diuresis berikutnya atau
satu jam kemudian
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah
1. Untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat
2. Mengganti vasopressin (yang biasanya merupakan program teurapetik jangka
panjang)
3. Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intracranial yang mendasari.
Bentuk terapi yang lain adlah penyuntikan intramuskuler ADH,yaitu vasopressin
tannat dalam minyak ,yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak
dimungkinkan .penyuntikan dilakukan pada malam hari agar hasil yang optimal
dicapai pada saat tidur . kram abdomen merupakan efek samping obat tersebut.
Rotasi lokasi penyuntikan harus dilakukan untuk menghindari lipodistrofi.
Penyebab nefrogenik .jika diabetes insipidus tersebut disebabda,kan oleh
gangguan ginjal ,terapi ini tidak akan efektif. Preparat tiazida,penurunan garam
yang ringan dan penyekat prostaglandin (ibuprosen ,indometasin,serta
aspirin)digunakan untuk mengobati bentuk nefrogenik diabetes insipidus .
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui
riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan
dengan teliti, teratur dan lengkap karena sebagian besar data yang
diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Sistematika yang
lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan riwayat
perjalanan penyakit.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama
tidak harus sejalan dengan diagnosis utama.
c. Riwayat kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : membrane mukosa kering
b. Palpasi : kulit kering, turgor kulit kurang.
c. Auskultasi : kardiovaskuler takikardi
d. Data subyektif
1. Asal idiopatik
2. Poliuria
3. Polidipsia
4. Nocturia
5. Kelelahan
6. Konstipasi
e. Data obyektif
1. Trauma kepala
9
2. Bedah syaraf
3. Tumor hipotaamus
4. Trauma
5. Infeksi
6. Penurunan BB
7. Hipotensi ortostatik
8. Penurunan CVP
9. EKG mungkin terdapat takikardi
10. Penggunaan obat-obatan
Misalnya : litium karbonat, penitoin (dilatin), demeklosiklin,
aminoglikosida.
3.3 Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH1. DS : Pasien menyatakan
sering buang air kecilDO : - Penurunan status mental- Penurunan tekanan darah- Penurunan volume nadi- Penurunan tekanan nadi- Penurunan turgor kulit- Penurunan turgor lidah- Penurunan turgor
haluaran urin- Penurunan pengisian
vena- Kulit kering- Membrane mukosa
kering- Hematokrit meningkat- Suhu tubuh meningkat- Frekuensi nadi
meningkat
Diuresis Osmotic Defisit volume cairan tubuh
2. DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.DO :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya asupan makanan yang
Anoreksia Ketidakseimbangan nutrisi kurang
10
kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi- Kehilangan berat badan
dengan makanan cukup- Keengganan untuk
makan- Kram pada abdomen- Tonus otot jelek- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif- Kurangnya informasi,
misinformasi
3. DS : Paien mengatakan tidak bisa tidur
Nocturia Gangguan pola tidur
11
DO :- Penurunan kemempuan
fungsi- Penurunan proporsi
tidur REM- Penurunan proporsi
pada tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
4. DS : Pasien merasa cemas tentang kondisi yang dialaminyaDO :- Insomnia- Kontak mata kurang- Kurang istirahat- Berfokus pada diri sendiri- Iritabilitas- Takut- Nyeri perut- Penurunan TD dan denyut
nadi- Diare, mual, kelelahan- Gangguan tidur- Gemetar- Anoreksia, mulut kering- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR- Kesulitan bernafas- Bingung- Bloking dalam
pembicaraan- Sulit berkonsentrasi
Perkembangan penyakit Anxietas
5. DS : Paien menyatakan tidak mengetahui tentang informasi.DO :ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
Kurang terpapar informasi
Kurang pengetahuan
12
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi1. Defisit volume cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmoticTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
NOC : Fluid balanceCriteria hasil :
1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal
2. TTV dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Skala penilaian NOC :1. Tidak pernah
menujukan.2. Jarang menunjukan3. Kadang menunjukan4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukan
NIC : Fluid managementIntervensi :1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)3. Monitor Vital sign4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian5. Kolaborasikan pemberian cairan IV6. Dorong masukan oral
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Status nutrisiIndicator :
1. Stamina2. Tenaga3. Tidak ada kelelahan4. Daya tahan tubuh
Skala penilaian NOC :1. Tidak pernah
menujukan2. Jarang menunjukan3. Kadang menunjukan
NIC : Nutrition monitoringIntervensi :
1. BB dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
13
4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukan
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu.
NOC : SleepCriteria hasil :
1. Jam tidur cukup2. Pola tidur baik3. Kualitas tidur baik4. Tidur tidak
terganggu5. Kebiasaan tidur.Skala penilaian NOC :1. Tidak pernah
menujukan2. Jarang menunjukan3. Kadang menunjukan4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukan
NIC : Peningkatan tidurIntervensi :
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.
3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
4 Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakitTujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien dapat berkurang.
NOC : Control cemasIndikator :
1. Monitor intensitas cemas
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Merencanakan strategi koping
4. Menggunakan strategi koping yang efektif
5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Skala penilaian NOC :
NIC : Penurunan kecemasanIntervensi :\
1. Tenangkan klien2. Jelaskan seluruh
prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat dilakukan tindakan.
3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
14
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan
4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)
5. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan pasien menjadi adekuat.
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakitIndicator :
1. Mendeskripsikan proses penyakit
2. Mendeskripsikan factor penyebab
3. Mendeskripsikan factor resiko
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala
5. Mendeskripsikan komplikasi
Skala penilaian NOC :1. Tidak pernah
dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan
NIC : Mengajarka proses penyakitIntervensi :
1. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)
2. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
3. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol proses penyakit.
5. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan
pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes
insipidus dapat timbul secara perlahan maupun secara tiba-tiba pada segala usia.
Seringkali satu-satunya gejala adalah rasa haus dan pengeluaran air kemih yang
berlebihan.
Gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah
produksi urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain
poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain, kecuali bahaya
baru yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan konsentrasi zat-zat
terlarut yang timbul akibat gangguan rangsang haus
4.2 Saran
Jika penderita penyakit neurogenic diabetes insipidus, maka segeralah berobat ke
dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Perawatan pasien diabetes insipidus menggunakan obat sebagai pengganti
hormon. Misal jika pasien mengalami buang air kecil secara berlebihan dan
berlangsung terus menerus, maka diberikan terapi obat desmopressin sebagai
pengganti vasopressin sehingga frekuensi buang air kecil menjadi berkurang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Eizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cotran, Robbin. 1996. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC.
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.
Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
Oswari, E. 1985. Penyakit dan Penangguangannya. Jakarta : PT Gramedia.
Talbot, Laura, dkk.1997. Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Waspadji, Sarwono. 1996. Imu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FK UI
17