Makalah Diabetes Insipidus Kmb

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin. Dalam suatu sistem tidak ada sistem yang bekerja tanpa gangguan. Kerja sistem endokrin juga dapat terganggu. Dan ganguan fungsi sistem endokrin dapat menyebabkan kelainan atau dapat berpengaruh besar terhadap tubuh. Salah satu contoh kelainan sistem endokrin adalah diabetes mellitus dan diabetes insipidus. Diabetes mellitus dan diabetes insipidus ini merupakan kedua penyakit yang sama sekali berbeda. Jika diabetes mellitus timbul karna adanya kelainan pada pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh. Sedangkan diabetes insipidus merupakan kelaian kelenjar pituitari yang tidak dapat mengontrol Antidiuretik Hormone (ADH). Orang dengan diabetes insipidus cenderung tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam darahnya. 1

description

keperawatan

Transcript of Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Page 1: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi

organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran

darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan"

tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin

seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran

gastroinstestin.

Dalam suatu sistem tidak ada sistem yang bekerja tanpa gangguan. Kerja sistem

endokrin juga dapat terganggu. Dan ganguan fungsi sistem endokrin dapat menyebabkan

kelainan atau dapat berpengaruh besar terhadap tubuh.

Salah satu contoh kelainan sistem endokrin adalah diabetes mellitus dan diabetes

insipidus. Diabetes mellitus dan diabetes insipidus ini merupakan kedua penyakit yang

sama sekali berbeda. Jika diabetes mellitus timbul karna adanya kelainan pada pankreas

yang tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh. Sedangkan diabetes

insipidus merupakan kelaian kelenjar pituitari yang tidak dapat mengontrol Antidiuretik

Hormone (ADH).

Orang dengan diabetes insipidus cenderung tidak dapat mempertahankan

keseimbangan cairan dalam darahnya.

Jumlah pasien diabetes insipidus dalam kurun waktu 20 – 30 tahun kedepan akan

mengalami kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan. Dalam rangka

mengantisipasi ledakan jumlah penderita diabetes insipidus, maka upaya yang paling

tepat adalah melakukan pencegahan salah satunya dengan mengatur pola makan dan gaya

hidup dengan yang lebih baik. Dalam hal ini peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi

sangat ditantang untuk menekan jumlah penderita diabetes melitus baik yang sudah

terdiagnosis maupun yang belum. Selain itu dalam hal ini peran perawat sangat penting

yaitu harus selalu mengkaji setiap respon klinis yang ditimbulkan oleh penderita diabetes

insipidus untuk menentukan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk penderita Diabetes

Insipidus.

1

Page 2: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Dari latar belakang diatas kelompok kami tertarik untuk membuat sebuah makalah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Insipidus”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas untuk membtasi pembahasan mengenai diabetes

insipidus pada bab selanjutnya kami membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaiman konsep dasar dari Diabetes Insipidus?

2. Bagaimana proses atau patofisiologi terjadinya diabetes insipidus?

3. Pengkajian apa saja yang dialukan pada pasien dengan diabetes insipidus?

4. Diagnosa keperawatan apa yang mungkin muncul pada penderita diabetes inspidus?

5. Intervensi apa yang mungkin dilakukan pada penderita diabetes insipidus?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mampu memahami bagaiman

konsep dasar dan asuhan keperawatan pada diabetes insipidus.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dari diabetes insipidus.

b. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari diabetes insipidus.

c. Mahasiswa mampu memahami bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan

diabetes insipidus.

d. Mahasiswa mampu memahami diagnosa keperawatan apa yang mungkin muncul

pada diabetes insipidus.

e. Mahasiswa mampu memahami intervensi apa yang mungkin dilakukan pada

pasien dengan diagnosa diabetes insipidus.

2

Page 3: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR DIABETES INSIPIDUS

1. Definisi

Diabetes insipudus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi,

sekresi, atau fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus berhubungan dengan kualitas dan

kuantitas urine: penyakit ini berkaitan dengan jumlah urine yang banyak, keruh, atau

tawar. Tanpa ADH, tubulus koligen ginjal tidak dapat merabsorbsi air dan tidak dapat

memekatkan urine. Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi

ADH secara total atau parsial oleh hipotalamus, atau penurunan pelepasan ADH dari

hipofisis posterior. Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera

kepala. Diabetes insipidus juga dapat disebabkan oleh ginjal yang tidak dapat

berespon terhadap ADH yang bersirkulasi karena berkurangnya reseptor atau second

massenger. Jenis diabetes insipidus ini disebut nefrogenik, yaitu berasal di ginjal,

penyabab diabetes insipidus nefrogenik meliputi, sifat resesif terkait-X dan genetik,

penyakit ginjal, hipokalemia, dan hiperkalsemia.

Diabetes insipidus adalah kegagalan tubuh untuk menyimpan air karena

kekurangan hormon antidiuretik (ADH, vasopresin ), yang disekresikan oleh ginjal,

atau karena ketidakmampuan ginjal untuk berespon pada ADH. Diabetes insipidus

ditandai oleh polidipsi dan poliuria . ( Nettina M. Sandra. 2001)

Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan

produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin,2000)

Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang

disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone anti diuretic (ADH).

Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat tinggi ( polidipsia ) dan pengeluaran

urin yang encer dengan jumlah yang besar. (Suzanne C, 2001).

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Hormon

3

Page 4: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Hormon adalah zat kimia yang membawa pesan dari satu sel ke sel yang

lain. Hormone di produksi di satu daerah di dalam tubuh dan dibawa melalui

aliran darah, setiap area yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda.

Suatu bagian diotak yang disebut Hipotalamus mengontrol banyaknya

kadar hormone dalam darah yang memungkinkan kelenjar pituitari memproduksi

hormon. Rendah atau tingginya kadar hormon dalam darah dapat menimbulkan

masalah dihipotalamus, pituitari atau atau hubungan antar hormon.

b. Kelenjar Pituitari

Pituitari adalah kelenjar yang berukuran kecil yang berlokasi di tengah,

dibawah otak, tepat dibawah hipotalamus. Pituitari menerima sinyal dari

4

Page 5: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

hipotalamus untuk menstimulus hormon yang memberikan pengaruh bagi fungsi

tubuh.

Pituitary terbagi dalam dua bagian. Yaitu lobus anterior dan lobus posterior.

Membentuk vasopresin (disebut juga Anti Diuretik Hormon atau ADH) dari lobus

posterior mengontrol konsentrasi, dan jumlah cairan dalam darah. Hormon oxytoc

dilepaskan dari lobus posterior, pemicu kontraksi rahim pada ibu hamil.

Hormon yang di bentuk dari lobus enterior adalah Growth Hormone (GH),

gonadotropin (Luteinsing Homemone (LH) dan Folicel Stimulating Hormone

(FSH)), thyroid stimulating hormone (TSH), adrenocorticotrophic (ACTH) dan

prolaktin.

3. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Insipidus menurut Buku Ajar Patofisiologi Kedokteran, 2007.

Jakarta:EGC

a. Diabetes insipidus sentral

Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya berakibat

fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari kerusakan hipofisis

yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH. Hal ini bisa

disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis

hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, diabetes insipidus sentral (DIS)

juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson

traktus supraoptiko hipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH

disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.

Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik

ADH (desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray, maupun pil.

Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum hanya jika haus.

Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air sehingga ginjal

mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap perubahan keseimbangan

cairan dalam tubuh.

b. Diabetes insipidus nefrogenik

Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal ini dapat di

sebabkan oleh konsumsi obat seperti lithium, atau proses kronik ginjal seperti

penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok parsial ureter, sickle cell disease, dan

kelainan genetik, maupun idiopatik. Pada keadaan ini, terapi desmopressin tidak

5

Page 6: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

akan berpengaruh. Penderita diterapi dengan hydrochlorothiazide (HCTZ) atau

indomethacin. HCTZ kadang dikombinasikan dengan amiloride. Saat

mengkonsumsi obat ini, pasien hanya boleh minum jika haus untuk mengatasi

terjadinya volume overload.

c. Diabetes insipidus dipsogenik

Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus di

hipotalamus. Defek ini mengakibatkan peningkatan rasa haus yang abnormal

sehingga terjadi supresi sekresi ADH dan peningkatan output urin. Desmopressin

tidak boleh digunakan untuk penanganan diabetes insipidus dipsogenik karena

akan menurunkan output urin tetapi tidak menekan rasa haus. Akibatnya, input air

akan terus bertambah sehingga terjadi volume overload yang berakibat intoksikasi

air (suatu kondisi dimana konsentrasi Na dalam darah rendah/hiponatremia) dan

dapat berefek fatal pada otak. Belum ditemukan pengobatan yang tepat untuk

diabetes insipidus dipsogenik.

d. Diabetes insipidus gestasional

Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang

dibuat plasenta merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada

kehamilan membaik diterapi dengan desmopressin. Pada kasus dimana terdapat

abnormalitas dari mekanisme haus, desmopresin tidak boleh digunakan sebagai

terapi.

4. Etiologi

Penyebab diabetus insipidus mungkin :

a. Sekunder yang berhubungan dengan trauma kepala, tumor otak, atau pembedahan

ablasi atau iradiasi kelenjar hipofisis juga infeksi sistem saraf pusat atau tumor

metastasis (payudara, paru)

b. Nefrologis yang berhubungan dengan kegagalan tubulus renalis untuk berespons

terhadap ADH

c. Nefrogenik yang berhubungan dengan obat yang disebabkan oleh berbagai

pengobatan (mis : litium, demeklosiklin)

d. Primer, hereditas dengan gejala-gejala kemungknan saat lahir (kelainan pada

kelenjar hipofisis)

6

Page 7: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Penyakit ini tidak dapat dikontrol dengan membatasi masukan cairan, karena

kehilangan volume urine dalam jumlah yang besar berlanjut terus bahkan tanpa

penggantian cairan sekalipun. Upaya membatasi cairan menyebabkan pasien

mengalami suatu kebutuhan akan cairan yang tiada henti-hentinya dan mengalami

hipernatrimia serta dehidrasi berat.

5. Patofisiologi

Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes

insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik.

a. Diabetes Insipidus Sentral

Diabetes insipidus sentral (DIS) disebabkan oleh kegagalan pelepasan

hormone antideuretik (ADH) yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan

sintesis atau penyimpanan. Secara anatomis kelainan ini terjadi akibat kerusakan

nucleus supraoptic, paraventrikuler dan filiformis hipotalamus yang mensintesis

ADH. Selain itu DIS juga disebabkan oleh gangguan pengankutan ADH akibat

kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealisdan aksoan hipofisis

posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam

sirkulasi jika dibutuhkan.

Secara biokimiawi, DIS terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau

sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, yang tidak dapat

berfungsi sebagai mana ADH yang normal. Sintesis neurofisin suatu binding

protein yang abnormal juga dapat mengganggu pelepasan ADH. Karena pada

pengukuran kadar ADH dalam serum secara radioimmunoassay, yang menjadi

marker bagi ADH adalah neurofisin yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka

kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat memastikan bahwa fungsi

ADH itu adalah normal atau meningkat.

Termasuk dalam klasifikasi DIS adalah diabetes insipidus yang diakibatkan

oleh kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan disebut

Verney’s osmoreceptor cells yang berada di luar sawar darah otak.

b. Diabetes Insipidus Nefrogenik

7

Page 8: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Istilah diabetes insipidus nefrogenik (DIN) dipakai pada diabetes insipidus

yang tidak responsive terhadap ADH aksogen. Secara fisiologis DIN dapat

disebabkan oleh:

1) Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam medulla

renalis.

2) Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan dimana ADH berada dalam jumlah

yang cukup dan berfungsi normal.

PATHWAYS

8

Page 9: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

6. Manifestasi Klinis

a. Poluria : Urine yang dikeluarkan setiap hari bisa sampai atau lebih dari 20L. urine

sangat encer dengan berat jenis antara 1,001-1,005 dan 50-200 mOsmol kgBB.

b. Polidipsia karena rasa haus yang berlebihan

c. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.

d. Penggantian air yang tidak cukup bisa mengakibatkan :

1) Hiperosmolalitas dan gangguan SSP (cepat marah, disorientasi, koma, dan

hipertermia)

2) Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit buruk.

e. Dehidrasi

Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasi dari

dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan

kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan

7. Penatalaksanaan

Tujuan dari dilakukannya pentalaksanaan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat.

b. Mengganti vasopressin (yang biasanya merupakan program terapiutik jangka

panjang).

c. Untuk meneliti dan mengkoreksi kondisi patologis intracranial yang mendasari.

Sedangakn secara umum, penatalaksanaan pada diabetes insipidus adalah sebagai

berikut:

a. Mempertahankan cairan:

1) Klofibrat, yang merupakan preparat hipolipidemik ternyata memiliki efek

antideuretik pada penderita diabetes insipidus yang masih sedikit mengalami

vasopressin hipotalamik.

2) Klorpropaamid dan preparat tiazida, digunakan untuk penyakit ringan

(keduanya menguatkan kerja vasopressin). Pasien yang menerima

klorpropamid harus diingatkan tentang kemungkinan reaksi hipoglikemik.

b. Penggantian dengan vasopressin:

1) Desmopresin: diberikan secara intranasal dengan menyemprotkan larutan obat

ke dalam hidung melalui pipa plastic fleksibel yang sudah dikalibrasi.

9

Page 10: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Berfungsi mengendalikan gejala diabetes insipidus (pemberian 2-3 kali per

hari).

2) Preparat Lypresin (Diapid): diabsorbsi lewat mukosa nasal ke dalam darah.

c. Bentuk terapi lainnya:

Penyuntikan ADH secara IM, yaitu vasopressin tanat dalam minyak. Hal ini

dilakukan bila pemberian intranasal tidak mungkin. Diberikan 24 hingga 96 jam.

Kram abdomen merupakan efek samping dari obat ini.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data dasar pemerinksaan pada pasien

1) Aktifitas / istirahat:

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, tonus otot menurun, dan

gangguan istirahat / tidur.

Tanda : Disorientasi, koma, Penurunan kekuatan otot.

2) Sirkulasi:

Gejala : adanya riwayat penyakit dahulu, trauma, operasi, radiasi.

Tanda : takikardia, perubahan tekanan daerah postural, dan hipotensi

ortostatik.

3) Integritas ego:

Gejala : stress, ketergantungan terhadap orang lain, dan perubahan status

kejiwaan.

Tanda : perasaan takut terhadap lingkungannya.

4) Eliminasi:

Gejala : perubahan pada berkemih (poliuria) nokturia.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi

oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat).

5) Hormone:

Dengan cara pemeriksaan laboratorium, didapatkan temuan kekurangan kadar

hormone ADH.

6) Makanan / cairan

Gejala : - hilangnya nafsu makan, dehidrasi, polidipsi.

- penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu.

10

Page 11: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

- haus (minum 4 sampai 40 liter/hari).

- penggunaan deuretik (tiazid).

Tanda : kulit kering / bersisik, turgor kulit jelek.

7) Neurosensori:

Gejala : pusing / pening.

Tanda : disorientasi, letargie.

8) Nyeri / Kenyamanan:

Gejala : terjadi peningkatan stimulasi adregenik termasuk rasa nyeri.

9) Pernafasan:

Gejala : merasa kekurangan oksigen (hipoksia), payah jantung.

10) Integumen:

Gejala : membrane dan mukosa kulit kering.

Tanda : menurunnya kekuatan umum/rentang gerak.

d. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah :

(Talbot, Laura, dkk.1997)

1) Hickey-Hare atau Carter-Robbins test.

Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal

akan menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan

menetap atau bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya

jumlah urin pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.

2) Fluid deprivation menurut Martin Golberg.

a) Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung

kencingnya kemudian ditimbah berat badannya, diperiksa volum dan berat

jenis atau osmolalitas urin pertama. Pada saat ini diambil sampel plasma

untuk diukur osmolalitasnya.

b) Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam

c) Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap

3 jam bila dieresis kurang dari 300 ml/jam.

11

Page 12: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

d) Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan

segar atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus

disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es.

e) Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4 %

tergantung mana yang terjadi lebih dahulu. Pengujian ini dilanjutkan

dengan.

3) Uji nikotin

a) Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3

batang dalam waktu 15-20 menit.

b) Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sampel

urine sampai osmolalitas/berat jenis urin menurun dibandingkan dengan

sebelum diberikan nikotin.

4) Uji Vasopresin :

a) Berikan pitresin dalam minyak 5 m, intramuscular.

b) Ukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urin pada dieresis berikutnya

atau 1 jam kemudian.

5) Laboraturium: darah, urinalisis fisis dan kimia.

Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat jenis bervariasi

dari 1,001-1,005 dengan urin yang encer. Pada keadaan normal, osmolalitas

plasma kurang dari 290 mOsml/l dan osmolalitas urin osmolalitas urin 300-

450 mOsmol/l. pada keadaan dehidrasi, berat jenis urin bisa mencapai 1,010,

osmolalitas plasma lebih dari 295 mOsmol/l dan osmolalitas urin 50-150

mOsmol/l. urin pucat atau jernih dan kadar natrium urin rendah. Pemeriksaan

laboraturium menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah. Fungsi

ginjal lainnya tampak normal.

6) Tes deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan

defisiensi ADH parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus dengan

polidipsia primer pada anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari. Hitung

berat badan anak dan periksa kadar osmolalitas plasma urin setiap 2 jam. Pada

keadaan normal, osmolalitas akan naik (<300) namun output urin akan

berkurang dengan berat jenis yang baik (800-1200).

7) Radioimunoassay untuk vasopressin

12

Page 13: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

Kadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL menunjukkan diabetes

insipidus neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada hiperosmolalitas

yang menyertai menunjukkan diabetes insipidus neurogenik parsial.

Pemeriksaan ini berguna dalam membedakan diabetes insipidus parsial dengan

polidipsia primer.

8) Rontgen cranium

Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium seperti

kalsifikasi, pembesaran slla tursunika, erosi prosesus klinoid, atau makin

melebarnya sutura.

9) MRI

MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus.

Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pitutaria anterior dan

posterior dengan isyarat hiperintense atau disebut titik terang atau isyarat

terang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

d. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Intervensi

a. Dx 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan

pasien terpenuhi.

NOC : Fluid balance

Criteria hasil :

1) Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal

2) TTV dalam batas normal.

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

13

Page 14: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

NIC : Fluid management

Intervensi :

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD

ortostatik)

3) Monitor Vital sign

4) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori haria

5) Kolaborasikan pemberian cairan IV

6) Dorong masukan oral

b. Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi.

NOC : Status nutrisi

Indicator :

1) Stamina

2) Tenaga

3) Tidak ada kelelahan

4) Daya tahan tubuh

NIC : Nutrition monitoring

Intervensi :

1) BB dalam batas normal

2) Monitor adanya penurunan BB

3) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

4) Monitor turgor kulit

5) Monitor kalori dan intake nutrisi

6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

c. Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak

terganggu.

14

Page 15: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

NOC : Sleep

Criteria hasil :

1) Jam tidur cukup

2) Pola tidur baik

3) Kualitas tidur baik

4) Tidur tidak terganggu

5) Kebiasaan tidur.

NIC : Peningkatan tidur

Intervensi :

1) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.

2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.

3) Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.

4) Anjurkan pasien untuk tidur siang.

5) Ciptakan lingkungan yang nyaman.

d. Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien

dapat berkurang.

NOC : Control cemas

Indikator :

1) Monitor intensitas cemas

2) Menyingkirkan tanda kecemasan

3) Merencanakan strategi koping

4) Menggunakan strategi koping yang efektif

5) Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

NIC : Penurunan kecemasan

Intervensi :

1) Tenangkan klien

2) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang mungkin

muncul pada saat dilakukan tindakan.

15

Page 16: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

3) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.

4) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,

takipneu, ekspresi cemas non verbal)

5) Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

e. Dx. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan pasien

menjadi adekuat.

NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit

Indicator :

1) Mendeskripsikan proses penyakit

2) Mendeskripsikan factor penyebab

3) Mendeskripsikan factor resiko

4) Mendeskripsikan tanda dan gejala

5) Mendeskripsikan komplikasi

NIC : Mengajarka proses penyakit

Intervensi :

1) Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan untuk

melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)

2) Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

3) Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)

4) Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol

proses penyakit.

5) Diskusikan tentang terapi atau perawatan.

16

Page 17: Makalah Diabetes Insipidus Kmb

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Diabetes insipidus merupakan gangguan metabolisme tubuh yang tidak dapat

memproduksi ADH. Hal ini disebabkan karna adanya gangguan di kelenjar pituitari

sehingga kelenjar pituitari tidak dapat mencukupi kebutuhan ADH. Karna kebutuhan

ADH tidak tercukupi makan cairan dalam tubuh tidak dapat di kontrol dengan baik.

Karna cairan dalam tubuh tidak terkontrol. Darah menjadi cair dan ini

menyebabkan penderita diabetes insipidus merasa selalu ingin berkemih. Biasanya pada

penderita diabetes insipidus volume urine klien akan lebih banyak dibandingkan pada

orang yang normal.

Klien juga akan lebih sering berkemih di malam hari. Hal ini menyebabkan klien

dengan diabetes insipidus akan mengalami gangguan istirahat tidur.

B. SARAN

Sebagai seorang perawat. Perawat harus mampu merumuskan diagnosa

berdasarkan prioritas utama yang memang benar-benar terjadi pada klien dengan diabetes

insipidus. Perawat harus dapat menentukan kebutuhan apa yang memang dibutuhkan oleh

klien.

Setelah merumuskan diagnoda perawat harus dapat merencanakan tindakan

keperawaatn apa yang akan dilaksanan. Setelah renca keperawatan tersusun perawat

mengaplikasikan rencana yang dibuatnya. Dan setelah itu mengevaluasi tindakannya.

17