DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK...

135
DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan OLEH MARCE TASIK SALAMBA NIM. P00312016079 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN 2017

Transcript of DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK...

Page 1: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

OLEH

MARCE TASIK SALAMBA NIM. P00312016079

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN

2017

Page 2: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 3: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 4: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

iv

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

1. Nama : Marce Tasik Salamba

2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 21 Maret 1989

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Kristen Protestan

5. Suku Bangsa : Toraja / Indonesia

6. Alamat : Jl. Mekar Lrg. Rama No.5 A

B. Pendidikan

1. TK Negeri Pembina Kendari, tamat tahun 1995

2. SD Negeri 7 Wua – Wua Kendari, tamat tahun 2001

3. SMP Negeri 9 Kendari, tamat tahun 2004

4. SMA Negeri 4 Kendari, tamat tahun 2007

5. Poltekkes Kendari Jurusan D III Kebidanan tamat tahun 2010.

6. Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan Prodi D IV masuk tahun 2016

hingga sekarang.

Page 5: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

v

ABSTRAK

DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH

SAKIT UMUM BAHTERAMAS TAHUN 2016

Marce Tasik Salamba1, Hendra Yulita2, Yustiari2

Latar Belakang : Peningkatan CSR (Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir di seluruh negara. Angka seksio sesarea terus meningkat dari insiden 3-4% 15 tahun yang lampau sampai insiden 10-15% sekarang ini. Di RSU Bahteramas, angka seksio sesarea dari tahun ke tahun mengalami peningkatan berturut-turut pada tahun 2014 sebanyak 586 kasus (39,86%) dari 1.470 total persalinan, tahun 2015 sebanyak 395 kasus (43,35%) dari 911 total persalinan, dan tahun 2016 sebanyak 501 kasus (56,29%) dari 890 total persalinan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui determinan kejadian persalinan seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016. Jenis Penelitian : Penelitian observational dengan rancangan penelitian Case Control. Sampel penelitian berjumlah 172 orang terdiri dari 86 orang kelompok kasus dan 86 orang kelompok kontrol yang diambil dengan metode systematic random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian : Ada hubungan partus lama dengan kejadian seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016 dengan ρ value = 0,001 dan Odds Ratio (OR) = 8,873. Ada hubungan plasenta previa dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 2,178. Ada hubungan preeklampsia berat/ eklampsia dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 5,778. Ada hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 5,914. Kata Kunci : Seksio Sesarea Daftar Pustaka : 23 Literatur (2010-2016) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari

Page 6: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

vi

ABSTRACT

DETERMINANTS OF GENITAL DELIVERY CESAREAN SECTION AT BAHTERAMAS GENERAL HOSPITAL 2016

Marce Tasik Salamba1, Hendra Yulita2, Yustiari2

Background: Increased CSR (Caesarean Section Rate) is very rapid in almost all countries. Caesarean section rates continue to increase from incidents 3-4% 15 years ago to current 10-15% incidents. At Bahteramas General Hospital, the cesarean section number from year to year has increased in 2014 by 586 cases (39.86%) from 1,470 total deliveries, in 2015 by 395 cases (43.35%) from 911 deliveries, and in 2016 as many as 501 cases (56.29%) from 890 deliveries. The Objective: To determine the determinant of the incidence of cesarean section at Bahteramas General Hospital in 2016. Types of Research: Observational research with Case Control research design. The sample of the study was 172 people consisting of 86 case people and 86 control group taken by systematic random sampling method. Bivariate analysis using chi square test. Results: There is a long-standing association with cesarean section events in Bahteramas General Hospital in 2016 with ρ value = 0.001 and Odds Ratio (OR) = 8.873. There is a placenta previa relationship with cesarean section with ρ value = 0.000 and OR = 2,178. There is a severe preeclampsia/ eclampsia relationship with cesarean section with ρ value = 0,000 and OR = 5,778. There is an early rupture of membranes with cesarean section with ρ value = 0.000 and OR = 5,914. Keywords : Cesarean Section Bibliography : 23 Literature (2010-2016) 1. Student of Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari

Page 7: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus

Kristus karena atas limpahan kasih dan karunia-Nyalah sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini yang berjudul “

Determinan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016” sebagai salah satu

syarat meraih gelar Diploma IV pada Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta motivasi

kepada penulis. Sehubungan dengan hal ini, maka secara khusus penulis

menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih kepada :

Ibu Hendra Yulita, SKM, M.PH selaku Pembimbing I dan Ibu Yustiari, SST,

M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,

motivasi serta arahan sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Askrening,SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari sekaligus sebagai Penguji I.

2. Direktur Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawasi Tenggara.

Page 8: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

viii

3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi

Tenggara.

4. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kendari.

5. Ibu Hj. Nurnasari,SKM, M.Kes, dan Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, M.PH selaku

penguji II dan III dalam skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi

ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah, beserta

seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.

7. Teristimewa buat kedua orangtuaku, Ayahanda Mathius Marampa‟

Salamba, B.Ac dan Ibunda Damaris Bara‟ Tasik. Dan kakak-kakakku

yang terkasih Ronius Darma Salamba, S.Pi, Juun Tasik Salamba, A.Md,

Guspy Salamba, SKM, dan Ferly Nanni Marampa‟, S.Si, Apt beserta

pendampingku Marthyanto Lada, S.Farm, Apt yang tidak henti-hentinya

memberikan doa, dukungan, motivasi serta kasih sayang yang begitu

besar kepada penulis, semoga kasih Tuhan Yesus Kristus selalu

menyertai kita semua dan semoga penulis bisa memberikan yang terbaik

untuk kalian.

8. Sahabat-sahabatku (Lisnawati, Nunung, Erin, Linju dan Sinar). Dan

seluruh rekan-rekan D-IV Alih Jenjang Angkatan 2016 khususnya Kelas

B. Terima kasih sudah mau berbagi semangat dan atas segala dukungan

Page 9: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

ix

serta kebersamaan kita, semoga tetap selalu kompak dan saling

mengingat walaupun nantinya sudah kembali ke daerah dan tempat

tugas masing-masing.

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dalam penyempurnaan skripsi penelitian ini serta sebagai bahan

pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.

Dan akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam bidang ilmu kebidanan.

Amin,

Kendari, Desember 2017

Penulis

Page 10: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

1. Tujuan umum ....................................................................... 6

2. Tujuan khusus ...................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

1. Manfaat teoritis ..................................................................... 8

2. Manfaat praktis ..................................................................... 8

3. Manfaat bagi peneliti ............................................................ 8

E. Keaslian Penelitian .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka .......................................................................... 10

1. Tinjauan tentang seksio sesarea .......................................... 10

2. Tinjauan tentang penyebab dilakukannya seksio sesarea ... 31

Page 11: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

xi

B. Landasan Teori .......................................................................... 47

C. Kerangka Teori .......................................................................... 50

D. Kerangka Konsep ...................................................................... 51

E. Hipotesis .................................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................... 52

B. Skema Rancangan Penelitian ................................................... 52

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................... 53

D. Populasi Dan Sampel ................................................................ 53

E. Definisi Operasional .................................................................. 57

F. Instrumen Penelitian .................................................................. 58

G. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 58

H. Pengolahan Data ....................................................................... 58

I. Analisis Data .............................................................................. 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 63

B. Hasil Penelitian .......................................................................... 70

C. Pembahasan ............................................................................. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 89

B. Saran ......................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................... 57

2. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Seksio Sesarea .......... 71

3. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama ............... 71

4. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Plasenta Previa .......... 72

5. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian PEB/ Eklampsia .......... 72

6. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian KPD ............................ 73

7. Tabel 4.6 Hubungan Partus Lama dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea........................................................ 74

8. Tabel 4.7 Hubungan Plasenta Previa dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea........................................................ 75

9. Tabel 4.8 Hubungan PEB/ Eklampsia dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea........................................................ 76

10. Tabel 4.9 Hubungan KPD dengan Kejadian Persalinan

Seksio Sesarea ......................................................................... 77

Page 13: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Master Tabel Penelitian

2. Analisis Statistik dengan Aplikasi SPSS

3. Analisis Statistik Secara Manual

4. Surat Izin Pengambilan Data Awal

5. Surat Izin Pengambilan Data

6. Surat Permohonan Izin Penelitian

7. Surat Izin Penelitian dari kantor LITBANG Povinsi Sultra

8. Surat Izin Penelitian dari Diklat RSU Bahteramas

9. Surat Kelayakan Etik Penelitian dari RSU Bahteramas

Page 14: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan

masalah kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa

menyebabkan kematian ibu yang tinggi. Tragedi yang mencemaskan

dalam proses reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu.

Keberadaan seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk

itu Indonesia mempunyai target pencapaian kesehatan melalui

Sustainable Development Goals (SDGs) yakni program pembangunan

yang berkelanjutan dari program Millennium Development Goals (MDGs)

yang berlangsung dari tahun 2016-2030. SDGs adalah hasil kesepakatan

negara-negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan

pembangunan masyarakat yang berisi 17 tujuan dan 164 target. SDGs

ke-3 bertujuan menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong

kesejahteraan bagi semua orang disegala usia, dimana salah satu

targetnya yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) 70 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Hoelman M dkk, 2015).

Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu

adalah kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42

hari setelah kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari

1

Page 15: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

2

tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri

kehamilan. Pada tahun 2013 AKI didunia sebesar 210 kematian per

100.000 kelahiran hidup, AKI di negara berkembang 230 per 100.000

kelahiran hidup dan AKI di negara maju 16 per 100.000 kelahiran hidup.

AKI di Asia Timur 33 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 190 per

100.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 140 per 100.000 kelahiran hidup

dan Asia Barat 74 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

AKI di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan

Negara-negara ASEAN lainnya. Tampak pada tahun 2013 AKI di

Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 29/100.000 kelahiran

hidup, Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Singapore 6/100.000

kelahiran hidup, Fhilipina 120/100.000 kelahiran hidup, Thailand

26/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) AKI di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran

hidup. Dari angka ini terlihat adanya penurunan AKI dibanding tahun 2002

yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI menjadi

indikator penting dari keberhasilan upaya pembangunan Indonesia.

Namun penurunan AKI di Indonesia belum secara signifikan karena pada

tahun 2012 AKI meningkat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan

pada tahun 2015 AKI masih mencapai 346/100.000 kelahiran hidup (BPS,

BKKBN, Kemenkes, 2015).

Page 16: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

3

Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia

disebabkan pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi

tidak aman 8%, infeksi 11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak

(56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas

lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab

kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality

rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49% dari keseluruhan kasus

obstetri.

Risiko kematian pada ibu dapat terjadi sejak awal kehamilan

hingga pasca persalinan atau nifas dengan risiko tertinggi terjadi pada

periode persalinan. Fakta menunjukkan bahwa upaya Antenatal Care

(ANC) saja bagi ibu hamil tidak sepenuhnya dapat menilai adanya risiko

komplikasi obstetrik, karena adanya risiko komplikasi persalinan yang

timbul tanpa menunjukkan tanda-tanda bahaya sebelumnya. Untuk itu

diperlukan upaya lain yaitu menyediakan pelayanan obstetrik emergensi

termasuk didalamnya tindakan bedah sesar (Manuaba, 2010).

Angka kelahiran di Indonesia masih tinggi dan kira-kira 15% dari

seluruh wanita hamil mengalami komplikasi dalam persalinan. Hal ini

membutuhkan penanganan khusus selama persalinan. Sektio saesarea

adalah jalan keluar untuk penanganan persalinan dengan komplikasi

(Muchtar, 2014). WHO menetapkan standar rata-rata seksio sesarea di

Page 17: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

4

suatu negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, namun di

Inggris tahun 2008 sampai 2009 angka seksio sesarea mengalami

peningkatan sebesar 24,6 % yang pada tahun 2004 sekitar 24,5 % dan di

Australia tahun 2007 terjadi peningkatan 31% yang pada tahun 1980

hanya sebesar 21% (Ningrum, 2012).

Di Indonesia seksio sesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi

medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan

komplikasi. Selain itu seksio sesarea juga menjadi alternative persalinan

tanpa indikasi medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Seksio

seesarea sebanyak 25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada

ibu-ibu yang tidak memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal

maupun komplikasi persalinan lain (Depkes, 2012). Di Indonesia angka

kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah

ibu bersalin dengan seksio sesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19

%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004

sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar

53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan, tahun 2009

sebesar sekitar 22,8% (Karundeng, 2014). Berbagai survei ditemukan

proporsi persalinan seksio sesarea dirumah sakit di Bali dan Jakarta

cukup tinggi berada jauh dari standar yang ditentukan. Presentasi

persalinan seksio sesarea di rumah sakit pemerintah sebesar 20-25 %

Page 18: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

5

dari total persalinan sedangkan untuk rumah sakit swasta sebesar 30-

80% dari semua persalinan (Ningrum, 2012).

Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian pada ibu yang

menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar dari pada kelahiran

pervaginam. Risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak

10 kali lipat. Selain angka kematian, angka kesakitan ibu yang

berhubungan dengan persalinan seksio sesarea mencapai 5-10x

dibanding persalinan normal (Cunningham dkk ,2013).

Peningkatan CSR (Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir

di seluruh negara. Di Indonesia angka kejadian seksio cesarea (SC) juga

mengalami peningkatan. Angka SC terus meningkat dari insiden 3%

hingga 4% pada 15 tahun yang lampau sampai insidensi 10 hingga 15%

sekarang ini.

Peningkatan tindakan bedah sesar perlu menjadi perhatian

mengingat tindakan bedah sesar menimbulkan risiko morbiditas dan

mortalitas lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam, disamping itu

lama perawatan pasca bedah sesar pun lebih lama dan turut memberikan

konsekuensi pada besarnya biaya pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

(Karundeng ,2014).)

Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara

berdasarkan laporan tahunan rumah sakit, angka seksio sesarea dari

tahun ketahun mengalami peningkatan berturut-turut pada tahun 2014

Page 19: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

6

angka seksio sesarea sebanyak 586 kasus (39,86%) dari 1.470 total

persalinan, tahun 2015 angka seksio sesarea sebanyak 395 kasus

(43,35%) dari 911 total persalinan, dan tahun 2016 angka seksio sesarea

sebanyak 501 kasus (56,29%) dari 890 total persalinan. Berdasarkan

angka kejadian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Determinan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Determinan apakah yang

berhubungan dengan kejadian persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui determinan kejadian persalinan seksio sesarea di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian seksio sesarea pada ibu bersalin di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016.

Page 20: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

7

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian partus lama di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian plasenta previa di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

d. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian preeklampsia berat/

eklampsia di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2016.

e. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini (KPD)

di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016.

f. Mengetahui hubungan antara partus lama dengan kejadian

persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

g. Mengetahui hubungan antara plasenta previa dengan kejadian

persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

h. Mengetahui hubungan antara preeklampsia berat / eklampsia

dengan kejadian persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

i. Mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan

kejadian persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

Page 21: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian dharapkan dapat memberi manfaat dan

menambah perbendaharaan bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan

Kendari Prodi D IV Kebidanan untuk penelitian selanjutnya,

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas

medis di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dan seluruh

masyarakat pada umumnya.

3. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti sendiri untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan terutama mata kuliah metodologi penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini mengacu pada peneliti terdahulu berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seksio sesarea yang dilakukan

oleh : Andriani (2012) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tindakan Seksio Sesarea Di Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten

Dompu Tahun 2010” Fakultas Kesehatan Masyarakat Program

Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia. Rancangan

penelitian yang dilakukan Andriani (2012) yaitu observasional dengan

Page 22: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

9

pendekatan cross sectional, dan variabel bebas yang diteliti yaitu :

paritas, cara bayar, partus lama, riwayat seksio sesarea dan kematian

janin dalam rahim.

Perbedaan peneliti Andriani (2012) dengan penelitian ini adalah

judul penelitian ini yaitu “Determinan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea

Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2016”, rancangan penelitian yang digunakan yaitu case control dan

variabel bebas pada penelitian ini yaitu : partus lama, preeklampsia berat/

eklampsia, plasenta previa, dan Ketuban Pecah Dini (KPD).

Page 23: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Tentang Seksio Sesarea

a. Definisi

Seksio sesarea berasal dari bahasa latin „caedere‟ yang

berarti memotong. Seksio sesarea adalah suatu tindakan

pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding

perut (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

Tindakan pembedahan dilakukan untuk mencegah komplikasi

yang kemungkinan dapat timbul apabila persalinan dilakukan

pervaginam (Oxorn dan Forte, 2010).

b. Epidemiologi

Menurut WHO tahun 2011 dilaporkan angka kejadian seksio

sesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Di Amerika Serikat, presentase persalinan seksio sesarea sebesar

43%, sedangkan presentase di Asia sebesar 30%. Di Indonesia

berdasarkan SDKI pada tahun 2011, angka persalinan secara

seksio sesarea secara nasional rata-rata 22,5% dari seluruh

persalinan.

10

Page 24: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

11

Morbiditas maternal setelah menjalani tindakan seksio

sesarea masih 4 - 6 kali lebih tinggi daripada persalinan

pervaginam, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan

dengan proses persalinan sampai proses perawatan setelah

pembedahan. Komplikasi yang ditimbulkan pada pembedahan

seksio sesarea darurat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

tindakan seksio sesarea yang telah direncanakan sebelumnya.

Seksio sesarea darurat meningkatkan risiko komplikasi pasca

bedah 4-5 kali lipat secara keseluruhan. Dari jumlah angka

kematian maternal 0,33-1,00% diantaranya terjadi pada

pembedahan seksio sesarea sebagai akibat dari prosedur

pembedahan maupun suatu keadaan yang mengindikasikan

seksio sesarea. Komplikasi infeksi pasca seksio sesarea

merupakan salah satu penyebab morbiditas maternal yang

berhubungan dengan lama perawatan di rumah sakit

(Prasetyawati, 2012).

c. Klasifikasi

Seksio sesarea dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu

sebagai berikut:

1) Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda

Suatu teknik pembedahan dengan melakukan insisi pada

segmen bawah uterus. Teknik seksio sesarea transperitoneal

Page 25: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

12

profunda memiliki beberapa keunggulan, seperti kesembuhan

yang lebih baik dan relatif tidak banyak menimbulkan

perlekatan. Namun kerugian dari teknik ini adalah terdapat

kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga dapat

memungkinkan terjadi luka insisi yang lebih luas dan disertai

dengan perdarahan.

2) Seksio Sesarea Ekstraperitoneal

Suatu teknik yang dilakukan tanpa insisi peritoneum melainkan

dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung

kemih ke bawah atau ke garis-garis tengah, kemudian uterus

dibuka dengan insisi di segmen bawah

3) Seksio Sesarea Klasik

Suatu teknik pembedahan dengan melakukan insisi pada

segmen atas uterus atau korpus uteri. Teknik seksio sesarea

klasik ini dilakukan apabila segmen bawah rahim sulit untuk

dicapai, misalnya oleh karena ada perlekatan pada kandung

kemih akibat pembedahan sebelumnya, mioma pada segmen

bawah uterus atau karsinoma serviks yang invasif. Kelemahan

dari teknik ini, yaitu penyembuhan dari luka insisi relatif sulit,

memungkinkan untuk terjadi perlekatan dengan dinding

abdomen dan terjadinya ruptur uteri pada kehamilan

berikutnya.

Page 26: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

13

4) Seksio Sesarea disertai Histerektomi

Pengangkatan uterus setelah tindakan seksio sesarea oleh

karena atonia uteri yang tidak dapat teratasi, pada keadaan

uterus miomatousus besar dan banyak, atau keadaan ruptur

uteri yang tidak dapat diatasi.

d. Kontraindikasi

Seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin,

adanya faktor yang menghambat berlangsungnya tindakan seksio

sesarea, seperti adanya gangguan mekanisme pembekuan darah

pada ibu, lebih dianjurkan untuk dilakukan persalinan pervaginam,

oleh karena insisi yang menyebabkan perdarahan dapat seminimal

mungkin. Seksio sesaria umumnya tidak dilakukan pada kasus

keadaan janin sudah mati dalam kandungan, ibu syok atau anemia

berat yang belum teratasi, pada janin dengan kelainan kongenital

mayor yang berat atau terjadi infeksi dalam kehamilan.

e. Anastesi

Ada beberapa teknik anestesi atau penghilang rasa sakit

yang dapat dipilih untuk tindakan seksio sesarea, baik spinal

maupun general. Yang lebih umum digunakan yaitu anestesi

spinal atau epidural. Pada anestesi general mungkin diberikan jika

diperlukan proses persalinan yang cepat karena cara kerja yang

jauh lebih cepat dibandingkan anestesi spinal.

Page 27: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

14

1) Anestesi General

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal

atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan

teknis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur

pemberian anestesi ini, pasien akan menghirup oksigen

melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit

sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Pasien

tidak sadarkan diri dalam waktu 20 sampai 30 detik. Saat

pasien tidak sadarkan diri, disisipkan selang ke dalam

tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan

mencegah muntah. Jika digunakan anestesi general, pasien

akan dimonitor oleh ahli anestesi secara konstan.

2) Anestesi Spinal

Berkaitan dengan risiko untuk ibu dan skor Apgar yang

lebih rendah menggunakan anestesi general, umumnya

tindakan seksio sesarea menggunakan anestesi spinal.

Dengan menggunakan teknik anestesi spinal, neonatus

terpapar lebih sedikit obat anestesi dan memberikan

pengelolaan rasa sakit pasca operasi yang lebih baik.

Pemasukan anestesi lokal ke dalam ruang

subarakhnoid untuk menghasilkan blok spinal telah lama

digunakan untuk seksio sesarea. Teknik ini diketahui baik

Page 28: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

15

untuk pasien dengan kelainan paru, diabetes melitus, penyakit

hati yang difus, kegagalan fungsi ginjal, sehubungan dengan

gangguan metabolisme dan ekskresi obat-obatan. Keuntungan

dari anestesi spinal antara lain teknik yang sederhana, onset

cepat, risiko keracunan sistemik yang lebih rendah, blok

anestesi yang baik, perubahan fisiologi, pencegahan dan

penanggulangan terhadap penyulitnya telah diketahui dengan

baik, analgesia dapat diandalkan, pasien sadar sehingga

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi.

f. Sterilisasi Ruang Pembedahan

Pemeliharaan ruang pembedahan merupakan proses

pembersihan dan dekontaminasi ruang beserta alat-alat standar

yang terdapat di ruang bedah. Tujuan dilakukannya yaitu untuk

mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta

mempertahankan sterilitas. Sterilisasi kamar operasi dapat dengan

cara pemakaian sinar ultraviolet yang dinyalakan selama 24 jam,

memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai suatu

alat (fogging) dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam untuk

menyemprotkan cairan dan ruang pembedahan dapat dipakai

setelah 1 jam kemudian.

Page 29: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

16

g. Insisi Dinding Abdomen

Macam bentuk insisi dinding abdomen yang dapat dilakukan

pada seksio sesarea adalah :

1) Insisi Longitudinal

Teknik insisi yang dilakukan antara umbilikus sampai dengan

suprapubis. Untuk mengatasi perdarahan dilakukan tindakan

ligasi atau kauterisasi. Fasia dibuka sepanjang insisi,

kemudian dibebaskan dari otot dinding abdomen. Selanjutnya

otot dinding abdomen dipisahkan ke bagian samping sehingga

terlihat peritoneum. Peritoneum dibuka kemudian melakukan

insisi peritoneum diperlebar ke atas dan ke bawah sehingga

uterus terlihat.

2) Insisi Transversal menurut Pfannenstiel

Teknik insisi yang dilakukan di suprapubis pada perbatasan

rambut pubis hingga mencapai fasia abdominalis. Perdarahan

diatasi dengan tindakan ligasi atau dengan termokauter.

Pemotongan fasia dilakukan secara melintang dipisahkan dari

muskulus abdominalis dan muskulus piramidalis. Ligasi bila

terjadi perdarahan arteri atau vena epigastrika inferior. Pada

tepi bagian atas dan bawah dapat diikat pada kulit abdomen,

kemudian untuk melihat peritonium, muskulus rektus dan

piramidalis dipisahkan pada garis tengahnya. Peritoneum

Page 30: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

17

dibuka dengan melakukan pengangkatan menggunakan pinset

dan dipotong dengan pisau atau gunting. Uterus dapat terlihat

dengan memperlebar insisi peritoneum.

h. Insisi Uterus

Insisi uterus yang paling sering dilakukan adalah insisi

transversal (tipe Kerr) segmen bawah, kemudian diikuti oleh insisi

vertikal segmen bawah.

1) Insisi Uterus Transversal Segmen Bawah

Insisi jenis ini memiliki keunggulan yaitu hanya

membutuhkan sedikit diseksi kandung kemih dari miometrium

di bawahnya, namun jika insisi diperluas ke lateral maka dapat

terjadi laserasi yang mengenai satu atau kedua pembuluh

uterus. Keuntungan lain insisi transversal adalah lebih mudah

diperbaiki, terletak di tempat yang paling kecil kemungkinan

mengalami ruptur disertai keluarnya kepala janin ke dalam

rongga abdomen selama kehamilan berikutnya dan tidak

meningkatkan perlekatan usus atau omentum ke garis sisi.

Pada insisi transversal biasanya lipatan peritoneum

yang longgar di atas batas atas kandung kemih dan segmen

bawah anterior uterus dipegang dengan forsep di garis tengah

dan diinsisi dengan skalpel atau gunting. Gunting dimasukkan

di antara serosa dan miometrium segmen bawah uterus dan

Page 31: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

18

didorong ke samping dari garis tengah, serosa dibebaskan

selebar 2 cm yang kemudian diinsisi. Sewaktu batas lateral di

masing-masing sisi didekati, gunting sedikit diarahkan ke

kepala. Lipat bawah peritoneum diangkat dan kandung kemih

dipisahkan secara tumpul dan tajam dari miometrium di

bawahnya. Secara umum, kedalaman pemisahan kandung

kemih tidak melebihi 5 cm. Khususnya pada serviks yang telah

mendatar dan membuka lengkap, dapat terjadi diseksi yang

terlalu ke dalam sehingga secara tidak sengaja dapat

menembus vagina di bawahnya.

Uterus dibuka melalui segmen bawah uterus sekitar 1

cm di bawah batas atas lipatan peritoneum. Insisi uterus perlu

dibuat relatif lebih tinggi pada wanita dengan pembukaan

serviks yang telah lengkap agar ekstensi insisi ke lateral

menuju arteri-arteri uterus dapat dicegah. Insisi uterus dapat

dilakukan dengan berbagai teknik. Masing-masing dimulai

dengan menginsisi segmen bawah uterus yang telah terpajan

secara melintang sepanjang sekitar 1 sampai 2 cm di garis

tengah. Insisi harus memotong seluruh ketebalan dinding

uterus, tetapi tidak cukup dalam untuk melukai janin di

bawahnya. Tindakan menembus uterus dengan hati-hati

secara tumpul dapat menggunakan hemostat untuk

Page 32: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

19

memisahkan otot. Setelah uterus dibuka, insisi dapat diperluas

dengan memotong ke lateral dan sedikit ke atas dengan

gunting perban. Jika segmen bawah uterus tipis, lubang masuk

dapat diperlebar hanya dengan memperluas insisi,

menggunakan kedua telunjuk untuk memberikan tekanan ke

arah lateral dan atas.

Insisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan

badan janin dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong

arteri dan vena uterina yang berjalan di batas lateral uterus,

jika dijumpai plasenta di garis insisi, plasenta tersebut harus

dilepaskan atau diinsisi. Jika plasenta dipotong, perdarahan

janin dapat hebat sehingga tali pusat harus dipotong secepat

mungkin.

2) Insisi Uterus Vertikal Segmen Bawah

Insisi vertikal pada uterus dimulai dengan skalpel dan

dilakukan serendah mungkin, tetapi lebih tinggi daripada batas

perlekatan kandung kemih. Jika ruang yang terbentuk oleh

skalpel sudah memadai, maka insisi diperluas ke arah kepala

dengan gunting perban sampai cukup panjang untuk

melahirkan janin. Di dalam miometrium sering dijumpai banyak

perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah besar. Segera

setelah janin dikeluarkan, pembuluh-pembuluh tersebut diklem

Page 33: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

20

dan diikat dengan benang catgut kromik. Setelah janin lahir,

insisi uterus diamati untuk melihat ada tidaknya perdarahan

yang bermakna. Perdarahan harus segera dijepit dengan

forcep pennington atau forsep cincin.

i. Perbaikkan Insisi Uterus

1) Perbaikan Insisi Uterus Transversal

Setelah plasenta dilahirkan, uterus dapat diangkat

melalui insisi untuk diletakkan di dinding abdomen yang telah

ditutup duk dan fundus ditutupi oleh kain laparotomi yang

lembab. Uterus atonik yang lemas dapat cepat diketahui dan

diberi pijatan. Titik-titik perdarahan dan insisi lebih mudah

dilihat dan diperbaiki, terutama jika telah terdapat perluasan ke

lateral. Adnexa lebih terlihat sehingga sterilisasi tuba lebih

mudah dilakukan. Kekurangan utama adalah rasa tidak

nyaman dan muntah yang ditimbulkan oleh gerakan menekan

dan mendorong pada wanita yang mendapat analgesia spinal

atau epidural. Pada wanita yang menjalani eksteriorisasi

uterus sebelum penutupan, tidak terjadi peningkatan

morbiditas demam atau perdarahan.

Segera setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa,

rongga uterus diperiksa dan diusap dengan spons laparotomi

untuk mengeluarkan membran, verniks, bekuan, atau debris

Page 34: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

21

lain yang tersisa. Tepi sayatan bagian atas dan bawah serta

masing-masing sudut insisi uterus diperiksa secara cermat

untuk melihat adanya perdarahan.

Insisi uterus kemudian ditutup dengan satu atau dua

lapisan jahitan kontinyu menggunakan benang ukuran 0 atau 1

yang dapat diserap. Biasanya digunakan benang kromik atau

benang sintetik yang tidak dapat diserap. Pembuluh-pembuluh

besar yang telah diklem sebaiknya diikat dengan benang.

Jahitan pertama dipasang sedikit melewati salah satu

sudut insisi. Kemudian dilakukan penjahitan jelujur mengikat

(running-lock), dengan masing-masing jahitan menembus

seluruh ketebalan miometrium. Tempat masuknya masing-

masing jahitan harus dipilih dengan cermat untuk menghindari

pengeluaran jarum setelah jarum menembus miometrium. Hal

ini mengurangi kemungkinan perforasi pembuluh yang tidak

terikat dan perdarahan. Penjahitan jelujur-mengikat ini

dilanjutkan sedikit melewati sudut insisi yang berlawanan.

Kerapatan tepi sayatan biasanya dapat dicapai dengan

memuaskan, terutama jika segmen bawah tipis. Jika kerapatan

setelah satu lapisan jahitan jelujur kurang memuaskan atau

jika perdarahan menetap, dapat dilakukan penjahitan satu

lapis tambahan untuk memperoleh kerapatan dan hemostasis

Page 35: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

22

atau masing-masing titik perdarahan dihentikan dengan jahitan

angka-delapan atau jahitan kasur. Setelah hemostasis tercapai

dengan penutupan uterus, maka tepi serosa yang menutupi

uterus dan kandung kemih didekatkan satu sama lain dengan

jahitan jelujur menggunakan benang cutgut kromik 2-0.

2) Perbaikan Insisi Uterus Vertikal

Salah satu metodenya adalah menggunakan satu lapis

jahitan jelujur dengan cutgut kromik 0 atau 1 untuk

menyatukan separuh bagian dalam insisi. Separuh bagian luar

insisi uterus kemudian ditutup dengan jahitan serupa

menggunakan teknik jelujur atau jahitan angka-delapan. Untuk

mencapai kerapatan yang baik dan untuk mencegah benang

merobek miometrium, sebaiknya dilakukan penekanan pada

kedua sisi luka miometrium ke arah tengah setiap kali

dilakukan penjahitan dan pengikatan. Tepi-tepi serosa uterus

didekatkan satu sama lain dengan jahitan jelujur

menggunakan cutgut kromik 2-0.

j. Penutupan Abdomen

Semua kasa dikeluarkan, dan cekungan serta cul-de-sac

dikosongkan dari darah dan cairan amnion dengan pengisapan

lembut. Jika digunakan anestesi umum, organ abdomen atas

dapat diraba secara sistematis. Namun pada anestesi regional,

Page 36: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

23

tindakan ini dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.

Setelah hitung spons dan alat sudah benar, insisi abdomen

ditutup. Sewaktu dilakukan penutupan lapis demi lapis, tempat-

tempat perdarahan diidentifikasi, dijepit dan diikat. Ruang subfasia

secara cermat diperiksa untuk hemostasis. Fasia rektus di atasnya

ditutup dengan jahitan interrupted dengan benang ukuran 0 yang

tidak dapat diserap yang dijahitkan ke arah lateral tepi fasia

dengan jarak tidak lebih dari 1 cm atau dengan jahitan jelujur tidak

mengikat (continuous non-blocking) menggunakan benang tipe

permanen atau yang dapat diserap tetapi bertahan lama.

Jaringan subkutis biasanya tidak perlu ditutup secara

terpisah jika ketebalannya 2 cm atau kurang dan kulit ditutup

dengan jahitan kasur vertikal menggunakan benang sutera 3-0

atau 4-0 atau ekuivalennya. Jika jaringan lemaknya lebih tebal,

atau jika digunakan klip atau jahitan subkutis, dilakukan beberapa

penjahitan interrupted dengan cutgut polos 3-0 untuk menutup

ruang mati dan mengurangi tarikan pada tepi luka.

k. Perawatan Pasca Bedah

Perawatan pasca bedah sangat diperlukan untuk mencegah

komplikasi yang dapat ditimbulkan pasca tindakan seksio sesarea.

Perawatan pembalutan luka (wound dressing) dengan baik

merupakan perawatan pertama yang diperlukan pasca bedah,

Page 37: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

24

kemudian melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan

darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, jumlah cairan yang

masuk dan keluar serta pengukuran suhu tubuh. Pengukuran

terhadap tanda-tanda vital dilakukan hingga beberapa jam pasca

bedah dan beberapa kali sehari untuk perawatan selanjutnya.

1) Perawatan Luka Insisi Kulit Abdomen

Perawatan luka insisi dapat dimulai dengan

membersihkan luka insisi menggunakan alkohol atau cairan

suci hama dan ditutup dengan kain penutup luka. Setiap hari

pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Perhatikan apakah

luka telah sembuh sempurna atau mengalami komplikasi. Luka

yang mengalami komplikasi seperti sebagian luka yang

sembuh sedangkan sebagian lain mengalami infeksi eksudat,

luka terbuka sebagian atau seluruhnya, memerlukan

perawatan khusus atau bahkan perlu dilakukan reinsisi.

Komplikasi-komplikasi tersebut sering dijumpai pada pasien

seksio sesarea dengan obesitas, diabetes melitus dan partus

lama.

2) Pemberian Cairan

Pemberian cairan perinfus harus cukup dan

mengandung elektrolit yang diperlukan, agar tidak terjadi

hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ tubuh lain,

Page 38: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

25

karena selama 24 jam pertama pasca pembedahan pasien

diharuskan untuk berpuasa. Pemberian transfusi darah atau

packed-cell apabila kadar hemoglobin darah rendah.

Pencatatan jumlah urin atau cairan yang keluar ditampung

untuk mengetahui jumlah cairan yang harus diberikan.

Pemberian cairan perinfus dihentikan setelah pasien flatus

baru kemudian dapat diberikan makanan dan cairan peroral.

3) Diet

Pemberian makanan dapat dilakukan setelah cairan

infus dihentikan. Pasien diperbolehkan makan makanan bubur

saring, minuman air buah dan susu, selanjutnya diperbolehkan

makanan bubur dan makanan biasa secara bertahap kecuali

bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan, seperti

adanya kembung, meteorismus dan peristaltik usus yang

abnormal, sedangkan pemberian obat-obatan peroral dapat

diberikan sejak pemberian minum pertama kali.

4) Pengelolaan Nyeri

Pengelolaan untuk mengurangi rasa nyeri yang

biasanya masih dirasakan pasien dalam 24 jam pertama sejak

pasien sadar, dapat diberikan obat-obatan analgesia dan

penenang, seperti injeksi intramuskular pethidin atau morfin

Page 39: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

26

secara perinfus. Biasanya setelah 24-48 jam rasa nyeri akan

hilang seiring dengan penyembuhan luka.

5) Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas dan merupakan faktor penting dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah. Tujuan mobilisasi dini

adalah membantu proses penyembuhan ibu setelah

melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas

luka insisi setelah operasi seksio sesarea, mengurangi risiko

konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan otot,

mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan,

peristaltik maupun berkemih.

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien

yang membaik pasca bedah. Pada pasien post operasi seksio

sesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera

menggerakkan anggota tubuh. Gerak tubuh yang dapat

dilakukan adalah dengan menggerakkan lengan, tangan, kaki

dan jari-jari agar kerja organ pencernaan segera kembali

normal.

6) Kateterisasi

Perawatan pengosongan kandung kemih pada seksio

sesarea sama dengan persalinan pervaginam tanpa perlukaan

Page 40: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

27

yang luas pada jalan lahir. Perawatan kateterisasi ini dilakukan

untuk mencegah iritasi dan luka terkontaminasi oleh urin.

Dianjurkan pemasangan kateter tetap selama 24 hingga 48

jam atau lebih pasca pembedahan, karena disamping rasa

nyeri dan tidak nyaman yang ditimbulkan dari kandung kemih

yang penuh, melalui kateterisasi dapat diketahui jumlah urin

yang keluar secara periodik.

7) Antibiotika

Antibiotika sangat diperlukan pasca pembedahan untuk

mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi puerperalis.

Febris merupakan salah satu tanda komplikasi pasca seksio

sesarea yang sering ditemukan. Penelitian yang menunjukkan

morbiditas febris pasca seksio sesarea mengalami penurunan

setelah antibiotika diberikan secara profilaksis. Pemberian

antibiotika dengan interval 6 jam dapat menurunkan angka

morbiditas akibat infeksi. Pemberian antibiotika sebelum

pembedahan dapat menurunkan morbiditas pasca seksio

sesarea menjadi 7%.

8) Perawatan Rutin

Perawatan rutin pasca seksio sesarea yang harus

diperhatikan, meliputi pemeriksaan dan pengukuran tekanan

darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, jumlah cairan

Page 41: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

28

masuk dan keluar dan pengukuran suhu tubuh, serta

pemeriksaan lain apabila terdapat komplikasi. Pengukuran dan

pencatatan tanda-tanda vital ini dilakukan setiap 4 jam.

9) Pemulangan Pasien

Pasien pasca tindakan seksio sesarea tanpa disertai

komplikasi selama masa nifas atau keadaan abnormal lain

yang masih perlu perawatan dan dinyatakan sehat dari luka

operasi diperbolehkan pulang idealnya pada hari keempat atau

kelima postpartum, namun diperlukan pembatasan aktivitas ibu

selama minggu-minggu berikutnya hanya untuk perawatan ibu

sendiri sedangkan perawatan bayi dengan bantuan orang lain.

l. Komplikasi Pasca Seksio Sesarea

Morbiditas maternal pada seksio sesarea lebih besar

dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Komplikasi pasca

seksio sesarea dapat berasal dari perdarahan, sepsis, luka pada

traktus urinarius dan tromboemboli. Komplikasi pasca seksio

sesarea, meliputi :

1) Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi paling serius yang

memerlukan transfusi darah dan merupakan penyebab utama

kematian maternal. Penyebab perdarahan pada tindakan

operasi dapat disebabkan karena atonia uteri, robekan jalan

Page 42: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

29

lahir, perdarahan karena mola hidatidosa atau koriokarsinoma,

gangguan pembekuan darah akibat kematian janin dalam

rahim lebih dari 6 minggu, solusio plasenta, emboli air ketuban

dan retensio plasenta, yaitu gangguan pelepasan plasenta

menimbulkan perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

2) Infeksi

Setiap tindakan pembedahan hampir selalu diikuti oleh

kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi

semakin meningkat apabila didahului faktor predisposisi yang

memudahkan terjadinya infeksi, yaitu keadaan umum yang

rendah misalnya terdapat anemia saat kehamilan atau sudah

terdapat infeksi sebelumnya, keadaan malnutrisi, perlukaan

operasi yang menjadi jalan masuk bakteri, pelaksanaan

operasi persalinan yang kurang legeartis seperti rendahnya

tingkat higienitas dan sterilitas alat pembedahan dan ruang

operasi, proses persalinan bermasalah seperti partus lama

atau macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang

baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang

berlebihan.

3) Trauma Tindakan Operasi Persalinan

Operasi merupakan suatu tindakan pertolongan

persalinan sehingga tidak menutup kemungkinan dapat

Page 43: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

30

menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan

diantaranya dapat berupa perluasan luka episiotomi, perlukaan

pada vagina, perlukaan pada serviks, perlukaan pada

fornikskolpoporeksis, terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak

lengkap, terjadi fistula dan inkontinensia. Ruptura uteri dan

kolpoporeksis merupakan akibat dari trauma tindakan operasi

persalinan yang diyakini paling berat.

4) Tromboemboli

Aliran darah yang normal tergantung pada

pemeliharaan keseimbangan antara antikoagulan yang

beredar, antikoagulan endotelium serta faktor-faktor

prokoagulan. Apabila keseimbangan tersebut terganggu, dapat

terjadi trombosis. Pada suatu kondisi yang memperlambat

aliran darah, misalnya pada ibu hamil yang merupakan salah

satu faktor risiko untuk mengalami kejadian tromboemboli,

sedangkan risiko tromboemboli setelah tindakan seksio

sesarea diperkirakan dialami 1-2% pasien.

Faktor-faktor risiko kemungkinan terjadinya trombosis

antara lain peningkatan konsentrasi estrogen atau progesteron

dalam plasma, peningkatan konsentrasi beberapa faktor

pembekuan pada kehamilan, partus, pasca seksio sesarea

emergensi, partus dengan instrumen dan grandemultiparitas.

Page 44: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

31

Risiko trombosis juga meningkat pada usia lebih dari 35 tahun

atau lebih dari 30 tahun dengan riwayat melahirkan lewat

pembedahan, obesitas dengan berat badan lebih dari 80 kg,

immobilitas atau tirah baring lebih dari 4 hari, trauma dan

pembedahan, dehidrasi misalnya pada keadaan emesis atau

hiperemesis, perdarahan, infeksi yang belum lama terjadi,

sepsis, kompresi pembuluh darah, merokok, stress, hipertensi,

pre-eklamsia, diet tinggi lemak dan rendah serat, varises vena,

trombofilia, sindrom antifosfolipid, lupus antikoagulan, riwayat

tromboemboli pada pasien, diabetes melitus, penyakit yang

telah ada sebelumnya misalnya pada kelainan saluran

pernapasan, penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis, sindrom

nefrotik, dan penyakit inflamasi usus.

2. Tinjauan Tentang Penyebab Dilakukannya Seksio Sesarea

Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam

persalinan, yaitu power (kekuatan ibu), passage (jalan lahir),

passanger (janin), psikologis ibu dan penolong persalinan. Apabila

pada salah satu faktor terdapat gangguan, dapat mengakibatkan

keberhasilan dalam persalinan tidak dapat tercapai bahkan dapat

menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin

jika keadaan tersebut berlanjut.

Page 45: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

32

Indikasi seksio sesarea dilakukan apabila diambil langkah

keputusan penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan

bahaya serius bagi ibu, janin, bahkan keduanya, atau bila tidak

dimungkinkan dilakukan persalinan pervaginam secara aman.

Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea dibedakan menjadi 4,

yaitu :

a. Indikasi Ibu

1) Usia ibu melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau

wanita usia 40 tahun ke atas.

2) Adanya ancaman robekan rahim. Adanya riwayat seksio

sesarea pada kehamilan yang sebelumnya.

3) Ibu kelelahan.

4) Penyakit ibu yang berat seperti penyakit jantung, paru,

demam tinggi, pre-eklampsia berat atau eklampsia.

5) Faktor hambatan jalan lahir, karena terdapat tumor atau

mioma yang menyebabkan persalinan terhambat atau tidak

maju.

6) Disproporsi sefalo-pelvis, yaitu ukuran lingkar panggul ibu

tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.

b. Indikasi Janin

1) Bayi terlalu besar atau berat bayi sekitar 4000 gram atau

lebih.

Page 46: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

33

2) Malpresentasi atau malposisi, yaitu letak bayi dalam rahim

tidak menguntungkan untuk persalinan pervaginam. Misalnya

pada posisi transversal dan presentasi sungsang.

3) Distress janin, terjadi perubahan kecepatan denyut jantung

janin yang dapat menunjukkan suatu masalah pada bayi.

Perubahan kecepatan denyut jantung, dapat terjadi jika tali

pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah yang

teroksigenasi ke plasenta.

4) Faktor plasenta, misalnya pada kasus plasenta previa,

keadaan dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim.

Pada saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim

dan menyebabkan perdarahan, yang dapat mengurangi

pasokan oksigen ke janin. Tidak dimungkinkan dilakukan

persalinan pervaginam karena plasenta akan keluar sebelum

bayi lahir.

5) Kelainan tali pusat, misalnya pada prolaps tali pusat terjadi

bila tali pusat turun melalui leher rahim sebelum bayi, maka

kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat dan

mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen, sehingga

mengharuskan dilakukannya bedah sesar dengan segera.

6) Kehamilan ganda, pada kehamilan ganda terdapat risiko

terjadinya komplikasi kelahiran prematur dan terjadi pre-

Page 47: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

34

eklamsia pada ibu sehingga memungkinkan untuk dilakukan

persalinan secara seksio sesarea.

c. Indikasi Waktu

1) Partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung sampai 18

jam atau lebih.

2) Partus tidak maju, yaitu tidak ada kemajuan dalam jalannya

persalinan kala I baik dalam pembukaan serviks, penurunan

kepala atau saat putaran paksi.

3) Partus macet, yaitu bayi tidak lahir setelah dipimpin

mengejan (kala II) beberapa saat.

d. Indikasi Sosial

Selain indikasi berdasarkan faktor ibu, janin dan waktu

terdapat indikasi sosial untuk dilakukannya persalinan secara

seksio sesarea, yang timbul karena permintaan pasien meskipun

untuk dilakukan persalinan normal tidak ada masalah atau

kesulitan yang bermakna. Indikasi sosial biasanya sudah

direncanakan terlebih dahulu atau dapat disebut dengan seksio

sesarea elektif.

William R (dalam Andriani, 2012) membedakan 2 faktor risiko

yang berpengaruh terhadap persalinan dengan tindakan, yaitu :

a. Faktor Persalinan

1. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Page 48: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

35

a) Definisi

Ketuban pecah dini adalah kondisi pecahnya selaput

ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada usia

kehamilan cukup bulan atau kurang bulan. Ketuban pecah

dini terjadi karena rupturnya membran ketuban sebelum

persalinan berlangsung.

b) Penyebab

Penyebab ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya

kekuatan membran atau peningkatan tekanan intra uterin

atau kombinasi antara keduanya. Berkurangnya kekuatan

membran disebabkan karena adanya infeksi yang dapat

berasal dari vagina atau serviks. Ketuban pecah dini juga

dapat disebabkan oleh karena :

1) Inkompetensi Serviks

Inkompetensi serviks adalah suatu kelainan anatomi

pada serviks yang dapat disebabkan laserasi

sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan

kelainan kongenital pada serviks yang dapat

menyebabkan dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri

dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal

trimester ketiga yang diikuti penonjolan serta robekan

selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi.

Page 49: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

36

2) Peningkatan Tekanan Intra Uterin

Peningkatan tekanan intra uterin dapat menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini akibat distensi uterus

yang meningkat sehingga menyebabkan tekanan pada

intra uterin bertambah sedangkan keadaan tersebut

menekan selaput ketuban menjadi teregang, tipis,

kekuatan membran menjadi berkurang dan

menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. Keadaan

distensi yang berlebihan pada uterus misalnya pada

keadaan trauma, gemelli atau kehamilan kembar,

makrosomia atau berat badan neonatus >4000 gram,

pada keadaan hidramnion atau polihidramnion yaitu

jumlah cairan amnion >2000 ml.

3) Kelainan letak janin dan uterus, seperti letak sungsang

atau letak lintang.

4) Infeksi

Infeksi disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang

menyebabkan infeksi pada selaput yang biasanya

berasal dari vagina. Infeksi yang terjadi menyebabkan

proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk

proteolitik sehingga selaput ketuban mudah pecah.

Page 50: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

37

5) Faktor Genetik

Faktor genetik berperan dalam terjadinya ketuban

pecah dini baik karena terdapat kelainan genetik pada

keluarga atau rendahnya kadar ion Cu serum dan

vitamin C yang berperan dalam mempertahankan

selaput ketuban dan kekuatan membran.

6) Riwayat Ketuban Pecah Dini (KPD) Sebelumnya.

c) Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap Seksio

Sesarea

Komplikasi yang ditimbulkan akibat ketuban pecah dini

diantaranya infeksi maternal ataupun neonatus, persalinan

prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas

janin, insiden seksio sesarea yang meningkat karena

persalinan normal yang gagal. Ketuban pecah dini

merupakan salah salah satu indikasi medis untuk

dilakukan tindakan seksio sesarea oleh karena sudah

terjadi gawat janin. Pada kasus ketuban pecah dini

memungkinkan terjadinya infeksi intrapartum, infeksi

puerpuralis atau nifas hingga peritonitis dan septikemia.

Kasus infeksi pada ketuban pecah dini lebih sering terjadi

pada persalinan preterm daripada aterm dan secara umum

Page 51: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

38

insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini

meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

2. Partus Lama

a. Definisi

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari

18 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan.

b. Penyebab

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi-komplek

yang tergantung pada keadaan kehamilan, pertolongan

persalinan dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor yang

menyebabkan partus lama adalah :

1) Kelainan letak janin

2) Kelainan panggul

3) Kelainan his

4) Pimpinan partus yang salah

5) Kelainan congenital

6) Primi tua

7) Grande multipara

8) Ketuban pecah dini

c. Pengaruh Partus Lama terhadap Seksio Sesarea

Disamping kasus gawat janin, persalinan berkepanjangan

merupakan suatu indikasi medis dilakukannya tindakan

Page 52: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

39

seksio sesarea, misalnya pada keadaan disproporsi sefalo-

pelvis atau terdapat kelainan his sehingga pembukaan tidak

berkembang. Terdapat kenaikan insidensi atonia uteri,

laserasi, perdarahan, infeksi hingga sepsis, asidosis atau

gangguan elektrolit, kelelahan ibu, dehidrasi, syok dan

kegagalan fungsi organ, robekan jalan lahir dan terjadinya

fistula buli-buli, vagina, uterus dan rektum sehingga turut

meningkatkan angka morbiditas ibu.

b. Faktor Maternal

1. Usia

Usia adalah lama waktu untuk hidup atau sejak dilahirkan

atau sejak diadakan. Usia ibu merupakan penyebab kematian

maternal dari faktor reproduksi. Kematian maternal pada wanita

hamil dan melahirkan pada usia lebih dari 35 tahun adalah 2

hingga 5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang

terjadi pada usia antara 20 hingga 35 tahun.

a) Usia Ibu Kurang dari 20 Tahun

Pada usia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi

belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi

kehamilan dan persalinan rentan mengalami komplikasi.

Pada usia ini, kekuatan otot perineum dan otot perut belum

Page 53: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

40

bekerja secara optimal, sehingga sering terjadi persalinan

lama yang memerlukan tindakan.

Risiko kehamilan dengan usia di bawah 20 tahun

adalah anemia, gangguan tumbuh kembang janin,

prematuritas atau berat badan lahir rendah (BBLR),

gangguan persalinan, pre-eklampsia, perdarahan

antepartum, asfiksia dan persalinan pervaginam dengan

instrument.

b) Usia Ibu Lebih dari 35 Tahun

Semakin bertambahnya usia wanita akan semakin

tipis cadangan telur, indung telur yang juga semakin kurang

peka terhadap rangsangan gonadotropin. Semakin lanjut

usia wanita, risiko terjadi abortus semakin meningkat karena

kualitas sel telur atau ovum yang menurun dan

meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom. Salah

satu faktor penyebab abortus pada gravida tua adalah

karena terjadinya abnormalitas kromosom janin.

Peningkatan risiko persalinan preterm juga dapat

terjadi seiring bertambahnya usia. Setelah usia 30 tahun

lebih besar kemungkinan risiko persalinan preterm baik

kondisi janin dalam keadaan normal ataupun abnormal.

Wanita berusia 35 tahun atau lebih meningkatkan risiko

Page 54: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

41

terhadap penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi,

gestasional diabetes dan komplikasi selama persalinan.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang

telah dilalui oleh seseorang. Tingkat pendidikan yang ditempuh

seseorang adalah salah satu faktor demografi yang

mempengaruhi kondisi kesehatan individu dan masyarakat.

Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi, akan dengan

mudah menerima informasi kesehatan dan secara aktif

berusaha mencari informasi yang berhubungan dengan

kesehatan. Informasi mengenai kehamilan dan persalinan

merupakan suatu kebutuhan bagi ibu untuk mempersiapkan

kehamilan dan proses persalinan.

3. Status Ekonomi

Status ekonomi sering dinyatakan dengan pendapatan

keluarga yang dapat mencerminkan kemampuan masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhan hidup, kebutuhan kesehatan

termasuk kebutuhan zat gizi yang mempengaruhi kondisi

kehamilan dan proses persalinan. Status ekonomi juga turut

mempengaruhi akses pelayanan kesehatan sehingga apabila

terdapat komplikasi dalam kehamilan dapat diketahui lebih dini.

Page 55: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

42

4. Status Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup

maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui dapat dipakai

usia kehamilan, yaitu 24 minggu.

Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau

pernah hamil berdasarkan jumlahnya, yaitu :

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali.

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa

kali, dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih

dari 5 kali.

Sedangkan jenis paritas bagi ibu yang sudah partus,

antara lain :

a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi

yang mampu hidup.

b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan

bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup.

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua bayi

yang mampu hidup atau lebih.

d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima

anak atau lebih.

Page 56: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

43

Menurut penelitian Gordon, wanita primipara lebih

berisiko terjadi komplikasi kehamilan dan persalinan serta lebih

tinggi angka kejadian seksio sesarea. Risiko kejadian plasenta

previa meningkat dengan meningkatnya paritas ibu. Pada

wanita multipara, kejadian yang mengindikasikan tindakan

seksio sesarea 3 kali lebih sering daripada primipara. Misalnya

kejadian plasenta previa, pada wanita multipara disebabkan

kurangnya vaskularisasi dan perubahan atrofi pada desidua

akibat persalinan sebelumnya.

5. Penyakit Penyerta

Berbagai macam penyakit yang dapat menyertai ibu pada

saat kehamilan atau terdapat riwayat penyakit sebelumnya yang

dapat mempengaruhi kehamilan, proses jalannya persalinan

dan masa nifas.

Macam-macam penyakit penyerta yang dapat

mempengaruhi kehamilan, proses jalannya persalinan dan

masa nifas, antara lain :

a. Penyakit Jantung

Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan

dalam sistem kardiovaskular yang biasanya masih dalam

batas fisiologis oleh karena jantung bekerja lebih berat

untuk memenuhi kebutuhan oksigen janin untuk tumbuh.

Page 57: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

44

Dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan

nadi rata-rata mencapai 88 per menit dalam kehamilan 34-

36 minggu. Dalam kehamilan lanjut, prekordium mengalami

pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di

daerah apeks dan katup pulmonal.

Prognosis penyakit jantung pada kehamilan

tergantung dari klasifikasi, usia, penyulit lain,

penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien. Kelainan yang

paling sering menyebabkan kematian adalah edema paru

akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih

buruk akibat dismaturitas dan gawat janin saat persalinan.

b. Asma Bronkiale

Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit

saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan

persalinan. Kurang dari sepertiga penderita asma akan

membaik dalam kehamilan, lebih dari sepertiga akan

menetap, serta kurang dari sepertiga lagi akan menjadi

buruk atau meningkatnya serangan asma. Biasanya

serangan akan timbul mulai usia kehamilan 24 minggu

sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan

jarang terjadi. Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain

zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan faktor

Page 58: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

45

psikis. Asma saat kehamilan terutama asma yang berat dan

tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan risiko

komplikasi perinatal seperti preeklampsia, kematian

perinatal, prematur dan berat badan lahir rendah,

perdarahan antepartum, korioamnionitis dan persalinan

dengan seksio sesarea.

c. Diabetes Melitus

Diabetes melitus pada kehamilan adalah intoleransi

glukosa yang terjadi atau diketahui pertama kali saat

kehamilan berlangsung. Dalam kehamilan terjadi perubahan

metabolisme endokrin dan karbohidrat untuk menunjang

pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk

menyusui. Glukosa berdifusi melalui plasenta sehingga

kadar dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam

darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga

kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar gula pada janin.

Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,

disamping beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid

dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi

makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan

terjadi peningkatan kebutuhan insulin.

Page 59: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

46

Dalam kehamilan, diabetes dapat menyebabkan

komplikasi seperti abortus dan partus prematurus, pre-

eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin, insufisiensi

plasenta. Adapun penyulit yang sering dijumpai pada

persalinan adalah inertia uteri dan atonia uteri, distosia bahu

karena anak besar, kelahiran mati, lebih sering pengakhiran

partus dengan tindakan dan lebih mudah terjadi infeksi.

Sedangkan pengaruh dalam nifas, diabetes lebih sering

mengakibatkan infeksi nifas, sepsis, dan menghambat

penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perineum maupun

luka episiotomi.

d. Penyakit Ginjal

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan

fungsional dan anatomi ginjal dan saluran kemih yang

sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik. Segera

sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal

Plasma Flow) dan tingkat filtrasi glomerolus (Glomerolus

Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan

meningkat 30- 50%, diatas nilai normal wanita tidak hamil,

akibatnya akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan

urin nitrogen darah. Normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7

mg/100 ml dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 ml.

Page 60: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

47

Kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan

kehamilan dengan risiko sangat tinggi oleh karena akan

berdampak terhadap fungsi ginjal ibu dan dampak kelainan

ginjal terhadap kehamilan.

B. Landasan Teori

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam

rahim (Prawiroharjo, 2010).

Indikasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam

mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin.

Terdapat beberapa faktor indikasi penyebab terjadinya persalinan seksio

sesarea diantaranya adalah pada ibu yaitu disproporsi sephalo pelvic

(ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul), disfungsi uterus,

distosia jaringan lunak, plasenta previa, his lemah/ melemah, rupture uteri

mengancam, primi muda atau tua, partus dengan komplikasi, problema

plasenta. Dan pada bayi yaitu janin besar, gawat janin, janin dalam posisi

sungsang atau melintang, kelainan letak, hydrocephalus (Manuaba,

2010).

Menurut William R (dalam Andriani, 2012) persalinan yang

berlangsung lebih dari 18 jam digolongkan sebagai persalinan lama atau

Page 61: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

48

partus lama. Kondisi tersebut dapat menimbulkan efek berbahaya baik

terhadap ibu maupun janin yang dikandung, oleh karena dapat

meningkatkan risiko terjadinya atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi

gawat janin dan kematian perinatal. Maka dari itu perlu segera dilakukan

seksio sesarea untuk penanganannya.

Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu, dapat disebabkan

oleh plasenta previa, solusio plasenta atau sebab lain. Plasenta previa

adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian

atau seluruh ostinum uteri internum.

Jika ibu dengan diagnosa plasenta previa, kehamilannya belum

genap 36 minggu atau taksiran berat badan janin tidak sampai 2500

gram dan persalinan belum dimulai, dapat diperkenankan untuk menunda

persalinannya. Ibu dirawat untuk mencegah perdarahan berikutnya,

mengatasi anemianya dan persiapan persalinan dengan kondisi janin

yang cukup viable (mampu hidup). Namun plasenta previa totalis

merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea.

Preeklampsia dan eklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas

dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita

hamil dan nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklampsia dan

disertai kejang disebut eklampsia. Preeklampsia ditandai dengan adanya

dua dari trias berikut : hipertensi, edema dan proteinuria, pada prinsipnya

Page 62: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

49

penanganan preeklampsia adalah penanganan dan pemantauan agar

tidak meningkat menjadi lebih berat apalagi sampai terjadi eklampsia.

Preeklampsia berat dan eklampsia dapat menyebabkan komplikasi

kematian ibu dan janin. Untuk mencegah hal tersebut, maka upaya yang

dilakukan adalah dengan segera mengahiri kehamilan. Untuk menjamin

keselamatan ibu dan janin maka induksi dan atau melalui seksio sesarea

menjadi indikasi profilaksis ibu untuk mengakhiri kehamilannya.

KPD ditegakkan bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Ketuban merupakan masalah penting dalam obstetrik

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi

khorioamnionitis sampai sepsis, yang akan meningkatkan morbiditas dan

mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi pada ibu. Penangananya

jika ketuban pecah lebih dari 18 jam berikan antibiotik profilaksis, lalu

nilai jika serviks sudah matang dan persalinan belum mulai setelah 24

jam maka lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks

belum matang maka matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus

oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea (Manuaba, 2010).

Page 63: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

50

C. Kerangka Teori

Sumber : Pillitteri (2003) dimodifikasi William R (dalam Andriani,2012)

Manajemen

operasi

Indikasi

Jenis Seksio

Sesarea

Jenis insisi

abdomen

Jenis insisi

uterus

Tindakan

anastesi

Sterilisasi

ruangan operasi

Ibu (usia, riwayat SC, preeklampsia berat/ eklampsia, CPD)

Janin (makrosomia, malpresentasi, distress janin, plasenta previa, prolaps tali pusat, gemeli)

Waktu (Partus lama, partus tidak maju, partus macet)

Sosial (Permintaan Pasien)

Faktor Risiko

Faktor Persalinan

- Ketuban pecah dini - Partus lama

Faktor Ibu

- Usia

- Tingkat Pendidikan

- Status ekonomi

- Paritas

- Penyakit Penyerta

Seksio Sesarea

Komplikasi Pasca

Seksio Sesarea

Perawatan

Pasca Bedah

- Perawatan

Luka

- Mobilisasi

- Antibiotika

- Perdarahan

- Infeksi

- Trauma tindakan

operasi persalinan

- Tromboemboli

Page 64: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

51

D. Kerangka Konsep

Keterangan : Variabel Bebas

Variabel Terikat

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian seksio sesarea di

RSU Bahteramas tahun 2016.

2. Ada hubungan antara plasenta previa dengan kejadian seksio

sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.

3. Ada hubungan antara preeklampsia berat / eklampsia dengan

kejadian seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.

4. Ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian

seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.

Partus lama

PEB/Eklampsia

Plasenta Previa

KPD

Seksio

Sesarea

Page 65: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observational dengan

rancangan penelitian Case Control yaitu studi yang mempelajari faktor

yang mempengaruhi persalinan seksio sesarea, dengan cara

membandingkan kelompok kasus dan kontrol berdasarkan ciri

paparannya (Chandra, 2015).

B. Skema Rancangan Penelitian

Retrospektif

Retrospektif

Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Case Control

Partus Lama, Plasenta

Previa, PEB/ eklampsia,

KPD. Kelompok Kasus

(Persalinan SC)

Bukan Partus Lama, Bukan

Plasenta Previa, Bukan

PEB/ eklampsia, Bukan

KPD.

Partus Lama, Plasenta

Previa, PEB/ eklampsia,

KPD

Bukan Partus Lama, Bukan

Plasenta Previa, Bukan

PEB/ eklampsia, Bukan

KPD

Kelompok Kontrol

(Persalinan Pervaginam)

52

Page 66: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

53

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 November tahun

2017.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

melahirkan di Rumah Sakit Umum Bahteramas yang tercatat dalam

buku register di ruang kebidanan dari tanggal 1 Januari sampai

dengan 31 Desember 2016, dengan total sebanyak 890 orang, dimana

terdiri dari 501 orang persalinan dengan seksio sesarea dan 389 orang

dengan persalinan pervaginam.

2. Sampel

a. Kelompok kasus

Ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea dari tanggal 1

Januari sampai dengan 31 Desember 2016 yang tercatat dalam

buku register di Ruang Kebidanan (Medical Record) RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Page 67: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

54

b. Kelompok kontrol

Ibu yang melahirkan dengan cara pervaginam dari tanggal 1

Januari sampai dengan 31 Desember 2016 yang tercatat dalam

buku register di Ruang Kebidanan (Medical Record) RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

c. Besar sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan ditentukan dengan

menggunakan rumus :

Keterangan

n : besar sampel

N : besar populasi

Z(1-α/2) : nilai sebaran normal baku

P : proporsi kejadian

d : besar penyimpangan

Diketahui :

N : 890

Z(1-α/2) : TK 95% : 1,96

P : 0,56 (501 total SC dari 890 total persalinan =

56%)

Page 68: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

55

d : 0,1

atau

Jumlah sampel pada kelompok kasus yaitu sebanyak 86

orang dan jumlah sampel pada kelompok kontrol yaitu sebanyak

86 orang, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan

kelompok kontrol yaitu 1 : 1. Jadi total sampel dalam penelitian ini,

yaitu 172 orang.

Adapun tehnik pengambilan sampel yaitu dengan metode

systematic random sampling, artinya pengambilan sampel secara

acak sistematis.

1) Kelompok Kasus

Yaitu dengan cara membagi jumlah kelompok kasus

dengan jumlah perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dan

hasilnya adalah interval sampel (Riyanto, 2011). Diketahui

Page 69: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

56

jumlah kelompok kasus = 501, kemudian sampel yang diambil

= 86, maka intervalnya adalah 501/86 = 5,82.

Responden pertama dari sampel harus dipilih secara

acak diantara nomor urut 1 sampai 5, misalnya yang terpilih

sebagai responden pertama adalah nomor 3, maka anggota

populasi yang akan diambil sebagai sampel adalah setiap

responden yang mempunyai nomor urut kelipatan 5, yaitu : 3,

8, 13, 18 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 86 anggota

sampel.

2) Kelompok Kontrol

Yaitu dengan cara membagi jumlah kelompok kontrol

dengan jumlah perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dan

hasilnya adalah interval sampel (Riyanto, 2011). Diketahui

jumlah kelompok kontrol = 389, kemudian sampel yang diambil

= 86, maka intervalnya adalah 389/86 = 4,52.

Responden pertama dari sampel harus dipilih secara

acak diantara nomor urut 1 sampai 4, misalnya yang terpilih

sebagai responden pertama adalah nomor 2, maka anggota

populasi yang akan diambil sebagai sampel adalah setiap

responden yang mempunyai nomor urut kelipatan 4, yaitu : 2,

6, 10, 14 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 86 anggota

sampel.

Page 70: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

57

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

No Nama

Variabel

Definisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Seksio sesarea

Suatu tindakan pembedahan pada perut ibu untuk membantu kelahiran bayi

Penelusuran informasi rekam medis

Formulir isian

0. Dilakukan seksio sesarea

1. Tidak dilakukan seksio sesarea

Nominal

2. Partus Lama

Persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam tanpa kelahiran janin

Penelusuran informasi rekam medis

Formulir isian

0. Ya 1. Tidak

Nominal

3. Plasenta previa

Perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu hingga menjelang persalinan (sebelum bayi dilahirkan), yang disebabkan letak plasenta menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir

Penelusuran informasi rekam medis

Formulir isian

0. Ya 1. Tidak

Nominal

4. PEB/ Eklampsia

Adanya tanda-tanda seperti preeklampsia (edema, hipertensi dan protein urine +)

Penelusuran informasi rekam medis

Formulir isian

0. Ya 1. Tidak

Nominal

Page 71: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

58

dan disertai kejang

5. KPD Pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan berlangsung.

Penelusuran informasi rekam medis

Formulir isian

0. Ya 1. Tidak

Nominal

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen atau alat ukur yang digunakan penulis untuk

mengukur variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar ceklis.

G. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari rekam medik di Ruang Kebidanan RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

H. Pengolahan Data

Data yang terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan

menggunakan program komputer setelah melalui beberapa tahapan :

1. Editing Data

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan data yang

terkumpul dari kesalahan pengisian format bantu seperti salah tulis,

salah kata dan ketidakserasian atau lupa dalam pengisian variabel.

Jika terdapat kesalahan diperbaiki dengan memeriksa kembali catatan

rekam medik responden yang bersangkutan.

Page 72: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

59

2. Coding Data

Coding data adalah langkah untuk merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel

partus lama dilakukan coding 0 = ya dan 1 = tidak. Kegunaan coding

ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat saat entry data.

3. Processing

Setelah semua format bantu terisi penuh dan benar, serta

sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar data yang sudah di-entry dapat di analisis.

4. Cleaning

Pembersihan data yang merupakan pengecekan kembali data

yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi saat kita meng-entry kekomputer,

misalnya untuk variabel partus lama ada data bernilai 3, mengkleaning

mestinya berdasarkan coding yang ada kodenya hanya 0 s.d. 1

(coding 0 = tidak, 1 = ya), cleaning data juga adalah untuk mengetahui

missing data, variasi data dan konsistensi data.

Page 73: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

60

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dengan melakukan analisis pada setiap

variabel hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi pada setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam bentuk

tabel.

2. Analisis Bivariat

Untuk menentukan adanya hubungan antara kedua variabel

bebas dengan variabel terikat yang dihubungkan dengan

menggunakan uji Chi square tes (tes X kuadrat) dengan aplikasi

SPSS.

[ ]

Keterangan :

t = total sampel

a, b, c, d = sel – sel

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesis adalah ada

hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

0,05 atau X² hitung > X² tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan, dan X² < X² tabel maka Ha ditolak dan Ho

diterima yang berarti tidak ada hubungan.

Page 74: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

61

Untuk melihat besarnya risiko dapat dilihat dengan uji Odds

ratio dengan formulasi tabel 2 x 2.

Tabel uji statistik Odds Ratio

Faktor Risiko Ibu yang melahirkan

Jumlah Kasus Kontrol

+ a b a + b

- c d c + d

Jumlah a + c b + d a + b + c + d

Selanjutnya perhitungan Odds Ratio diperoleh dengan rumus :

ad OR = bc

Keterangan :

a = Jumlah kasus dengan risiko positif

b = Jumlah kontrol dengan risiko positif

c = Jumlah kasus dengan risiko negatif

d = Jumlah kontrol dengan risiko negatif

Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat

kepercayaan 95% dengan interprestasi:

1. Jika OR > 1, merupakan faktor risiko terjadinya kasus.

2. Jika OR = 1, tidak ada hubungan faktor risiko dengan kasus.

Page 75: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

62

3. Jika OR < 1, merupakan faktor proteksi/ perlindungan terjadinya

kasus (Chandra, 2015).

Page 76: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

63

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sultra pindah

lokasi dari Jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya

Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40 Baruga,

dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas

Provinsi Sultra. Di lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan

kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama

b. Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga

c. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

d. Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi Sultra

2. Lingkungan Fisik

RSU Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas

seluruh bangunan adalah 53.269 m2. Luas bangunan yang terealisasi

sampai akhir tahun 2016 adalah 35.410 m2. Pengelompokan ruangan

berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu

kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan

63

Page 77: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

64

penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis, dan

kelompok kegiatan administrasi.

3. Sejarah dan Status Rumah Sakit

RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap

pada tahun 1969/1970 dengan sebutan “ Perluasan Rumah Sakit

Kendari” adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No. 51/Menkes/II/1979

tanggal 22 Februari tahun 1979. Susunan Struktur Organisasi

berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77 tahun

1983 tanggal 28 Maret 1983.

Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi

Tenggara meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan)

sesuai dengan SK Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang

ditetapkan dengan Perda No. 3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999.

Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada di bawah Dinas

Kesehaan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara operasional

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sesuai

dengan kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka

sejak tahun 2013 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah terakreditasi

menjadi RS Type B Pendidikan.

Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi

Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi

Page 78: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

65

Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan

Keperawatan Dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed

No. HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanan sesuai

dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139 tanggal 31

Desember 2010, yang meliputi pelayanan Administrasi dan

Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan

Keperawatan, Pelayanan Rekam Medis, Pelayanan Radiologi,

Pelayanan Farmasi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi,

Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan Pencegahan Infeksi,

Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun

2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Provinsi

Sulawesi Tenggara telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah

yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi

Tenggara Nomor : 653Tahun 2010 tanggal 15 Oktober 2010. Pada

tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara pindah

lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, yang diresmikan

penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan

Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Provinsi Sulawesi

Tenggara, H. Nur Alam, SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi

menjadi Rumah Sakit Pendidikan.

Page 79: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

66

4. Sarana dan Prasarana

RSU Bahteramas Prov. Sultra dengan luas lahan 17 Ha,

memiliki bangunan fisik yang sampai saat ini masih terus menerus

ditambah sesuai dengan master plan pembangunan rumah sakit.

Luas seruruh bangunan adalah 22.577,38 m2 dan halaman parkir

seluas ± 1.500 m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas

yang sangat tinggi.

Prasarana rumah sakit antara lain terdiri dari :

a. Listrik dari PLN tersedia 1100 KVA dibantu dengan 2 unit genset

(2 x 250 KVA).

b. Air yang digunakan di RSU Bahteramas berasal sumur dalam,

sumur bor dan PDAM.

c. Sarana komunikasi berupa jaringan PABX dan jaringan internet.

d. Sentral Instalasi Oksigen Cair untuk ruangan yang membutuhkan

e. Sistem Alaram Kebakaran, Hydrant, dan Tabung Pemadam

Kebakaran di semua gedung.

f. Pembuangan limbah :

1) Limbah padat : insenerator

2) Limbah cair : IPAL

g. Fasilitas tempat tidur RSU Bahteramas tahun 2016 terdiri dari : 5

VVIP, 21 VIP, 66 kelas I, 69 kelas II, 98 kelas III, dan 57 Non Kelas

Page 80: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

67

(ICU, ICCU, PICU, NICU). Jadi total keseluruhan tempat tidur pada

tahun 2016 berjumlah 316.

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sampai dengan akhir tahun 2016 fasilitas/sarana pelayanan

kesehatan yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

adalah :

a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2) Instalasi Rawat Jalan

a) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

b) Poliklinik Kesehatan Anak

c) Poliklinik Penyakit Dalam

d) Poliklinik Bedah

e) Poliklinik Neurologi

f) Poliklinik Mata

g) Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)

h) Poliklinik Gigi dan Mulut

i) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

j) Poliklinik Kulit dan Kelamin

k) Poliklinik Orthopedy

l) Poliklinik Gizi

m) Poliklinik Jiwa

Page 81: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

68

n) Poliklinik Terpadu (klinik VCT)

o) Poliklinik Onkologi

p) Poliklinik Paru

q) Poliklinik Bedah Plastik

r) Poliklinik Urologi

s) Poliklinik Digestive

3) Instalasi Rehabilitasi Medik

a) Fisioterapi

b) Akupuntur

b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

1) Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)

2) Perawatan Kebidanan dan Kandungan

3) Perawatan inap lainnya :

a) Ruang Asoka (Kelas III)

b) Ruang Mawar (Kelas II)

c) Ruang Anggrek (Kelas I,VIP dan VVIP)

c. Pelayanan Penunjang Medik

1) Patologi klinik

2) Patologi anatomi

3) Radiologi

4) Farmasi/ Apotek

5) Sterilisasi sentral (CSSD)

Page 82: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

69

6) Sentral Gas Medik

7) Gizi

8) Binatu

9) Pemulasaran jenazah

10) Ambulance 118

6. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi

Sultra hingga Desember 2016 berjumlah 770 orang yang merupakan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai kontrak, terdiri atas tenaga

medis , paramedis dan non medis.

Jumlah tenaga medis atau dokter adalah 79 orang, dimana

terdiri dari 42 orang dokter spesialis, 33 orang dokter umum dan 4

orang dokter gigi. Dan jumlah paramedis perawatan adalah 349

orang, dimana sarjana (S-1 dan D-IV) berjumlah 65 orang, akademi

(D-III) 236 orang, diploma 1 Bidan (D-1) 3 orang, dan SLTA sebanyak

45 orng. Sedangkan paramedis non perawatan berjumlah 222 orang,

terdiri dari pasca sarjana (S-II) 34 orang, sarjana (S-1 dan D-IV) 102

orang, akademi (D-III) 71 orang, diploma 1 (D-1) 8 orang dan SLTA 7

orang. Dan jumlah tenaga non medis adalah 123 orang, terdiri dari

sarjana (S-1) 42 orang, akademi (D-III) 2 orang, SLTA 75 orang dan

SLTP 4 orang.

Page 83: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

70

Jumlah keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar

jumlah tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B.

Beberapa tenaga dengan keterampilan tertentu masih sangat

diperlukan pada saat ini, sehingga disamping permintaan tambahan

tenaga, perlu juga peatihan dan pendidikan formal lanjutan untuk staf

RSU Bahteramas Provinsi Sulaesi Tenggara.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Ruang

Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal

20 – 25 November 2017, diperoleh data tahun 2016 yaitu terdapat 501

orang ibu yang melahirkan secara seksio sesarea dari 890 total ibu

bersalin dari tanggal 1 Januari – 31 Desembaer 2016. Termasuk

kelompok kasus adalah ibu yang melahirkan secara seksio sesarea yang

mempunyai data lengkap dan tercatat dalam Medical Record sebanyak

86 orang dan kelompok kontrol adalah ibu yang melahirkan secara

pervaginam yang mempunyai data lengkap dan tercatat dalam Medical

Record sebanyak 86 orang. Maka perbandingan antara kelompok kasus

dan kelompok kontrol adalah 1 : 1.

Page 84: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

71

1. Analisis Univariat

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Seksio Sesarea Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Seksio Sesarea n %

Ya 501 56,3

Tidak 389 43,7

Jumlah 890 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 890 total persalinan

selama tahun 2016 di RSU Bahteramas, jumlah persalinan seksio

sesarea yaitu sebanyak 501 kasus (56,3%), sedangkan yang tidak

seksio sesar sebanyak 389 kasus (43,7%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Partus Lama n %

Ya 17 9,9

Tidak 155 90,1

Jumlah 172 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang

melahirkan, terdapat 17 orang (9,9%) dengan partus lama sedangkan

yang tidak partus lama yaitu sebanyak 155 orang (90,1%).

Page 85: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

72

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Plasenta Previa Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Plasenta Previa n %

Ya 13 7,6

Tidak 159 92,4

Jumlah 172 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang

melahirkan, terdapat 13 orang (7,6%) dengan plasenta previa

sedangkan yang tidak plasenta previa yaitu sebanyak 159 orang

(92,4%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

PEB/ Eklampsia n %

Ya 32 18,6

Tidak 140 81,4

Jumlah 172 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang

melahirkan, terdapat 32 orang (18,6%) dengan preeklampsia berat

(PEB)/ eklampsia sedangkan yang tidak PEB/ eklampsia yaitu

sebanyak 140 orang (81,4%).

Page 86: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

73

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

KPD n %

Ya 28 16,3

Tidak 144 83,7

Jumlah 172 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang

melahirkan, terdapat 28 orang (16,3%) dengan ketuban pecah dini

(KPD) sedangkan yang tidak KPD yaitu sebanyak 144 orang (83,7%).

2. Analisis Bivariat

Untuk analisa adanya hubungan antara kedua variabel bebas

dengan variabel terikat dihubungkan dengan menggunakan uji Chi

square tes (tes X kuadrat) dan untuk analisa faktor risiko antara

variabel bebas dengan variabel terikat, dianalisis dengan

menggunakan uji Odds Ratio. Adapun hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Page 87: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

74

Tabel 4.6. Hubungan Partus Lama dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Partus Lama

Kasus Kontrol Jumlah X2

(ρ value)

OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 15 17,4% 2 2,3% 17 9,9% 11,031

(0,001)

8,873

(1,962 - 40,121)

Tidak 71 82,6% 84 97,7% 155 90,1%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

Sumber : Data sekunder

Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai

X2 hitung yang diperoleh yaitu 11,031 dengan nilai ρ value = 0,001 <

0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara partus lama

dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji Odds Ratio

memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko terjadinya

persalinan seksio sesarea 8,873 kali lebih besar pada ibu bersalin

yang mengalami partus lama dibandingkan dengan ibu bersalin yang

tidak mengalami partus lama. Pada interval kepercayaan (CI) 95%,

nilai OR yang dihitung (8,873) masih berada pada rentang nilai atas

dan bawah, maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi

positif antara faktor partus lama dan kejadian persalinan seksio

sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan

dipertanggungjawabkan.

Page 88: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

75

Tabel 4.7. Hubungan Plasenta Previa dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Plasenta Previa

Kasus Kontrol Jumlah X2

(ρ value)

OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 13 15,1% 0 0% 13 7,6% 14,063

(0,000)

2,178

(1,840 – 2,578)

Tidak 73 84,9% 86 100% 159 92,4%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

Sumber : Data sekunder

Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai

X2 hitung yang diperoleh yaitu 14,063 dengan nilai ρ value = 0,000 <

0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara plasenta previa

dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji Odds Ratio

memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko terjadinya

persalinan seksio sesarea 2,178 kali lebih besar pada ibu bersalin

yang mengalami plasenta previa dibandingkan dengan ibu bersalin

yang tidak mengalami plasenta previa. Pada interval kepercayaan (CI)

95%, nilai OR yang dihitung (2,178) masih berada pada rentang nilai

atas dan bawah, maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi

positif antara faktor plasenta previa dan kejadian persalinan seksio

sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan

dipertanggungjawabkan.

Page 89: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

76

Tabel 4.8. Hubungan Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

PEB

Kasus Kontrol Jumlah X2

(ρ value)

OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 26 30,2% 6 7% 32 18,6% 15,375

(0,000)

5,778

(2,237 – 14,920)

Tidak 60 69,8% 80 93% 140 81,4%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

Sumber : Data sekunder

Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai

X2 hitung yang diperoleh yaitu 15,375 dengan nilai ρ value = 0,000 <

0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara preeklampsia

berat (PEB)/ eklampsia dengan kejadian persalinan seksio sesarea.

Dan hasil uji Odds Ratio memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti

bahwa risiko terjadinya persalinan seksio sesarea 5,778 kali lebih

besar pada ibu bersalin yang mengalami preeklampsia berat (PEB)/

eklampsia dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami

PEB/ eklampsia. Pada interval kepercayaan (CI) 95%, nilai OR yang

dihitung (5,778) masih berada pada rentang nilai atas dan bawah,

maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi positif antara

faktor PEB/ eklampsia dan kejadian persalinan seksio sesarea secara

statistik signifikan serta dapat diterima dan dipertanggungjawabkan.

Page 90: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

77

Tabel 4.9. Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

KPD

Kasus Kontrol Jumlah X2

(ρ value)

OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 23 26,7% 5 5,8% 28 16,3% 13,821

(0,000)

5,914

(2,129 – 16,428)

Tidak 63 73,3% 81 94,2% 144 83,7%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

Sumber : Data sekunder

Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai

X2 hitung yang diperoleh yaitu 13,821 dengan nilai ρ value = 0,000 <

0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara ketuban pecah

dini (KPD) dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji

Odds Ratio memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko

terjadinya persalinan seksio sesarea 5,914 kali lebih besar pada ibu

bersalin yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) dibandingkan

dengan ibu bersalin yang tidak mengalami KPD. Pada interval

kepercayaan (CI) 95%, nilai OR yang dihitung (5,914) masih berada

pada rentang nilai atas dan bawah, maka estimasi yang menyatakan

bahwa ada asosiasi positif antara faktor KPD dan kejadian persalinan

seksio sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan

dipertanggungjawabkan.

Page 91: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

78

C. Pembahasan

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding syaraf

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

(Prawirohardjo,2010). Indikasi seksio sesarea menurut Prawirohardjo,

pada ibu : panggul sempit (cv kurang dari 8 cm), tumor-tumor jalan lahir,

stenosis serviks atau vagina, plasenta previa, disporsisi sefalo pelvic,

rupture uteri membakat, partus lama, preeklampsia berat. Pada janin :

kelainan letak dan gawat janin.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang

Kebidanan RSU Bahteramas pada tanggal 20-25 November tahun 2017,

diperoleh data dari 890 total persalinan pada tahun 2016, terdapat 501

(56,29%) kejadian persalinan seksio sesarea. Peningkatan CSR

(Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir di seluruh negara. Angka

SC terus meningkat dari insiden 3% hingga 4% pada 15 tahun yang

lampau sampai insiden 10% hingga 15% sekarang ini.

Peningkatan tindakan bedah sesar perlu menjadi perhatian

mengingat tindakan bedah sesar menimbulkan risiko morbiditas dan

mortalitas lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Namun, pada

kenyataannya persalinan dengan seksio sesarea juga merupakan

pemilihan alternatif persalinan yang aman bagi ibu dan janin yang

memiliki faktor risiko.

Page 92: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

79

1. Hubungan antara Partus Lama dengan Kejadian Seksio Sesarea

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara partus lama dengan

kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value 0,001

< 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara partus

lama dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko

8,873 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami partus

lama dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami partus

lama. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Dewi

Andriani (2012), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan

seksio sesarea di RSUD Kabupaten Dompu tahun 2010, yang

memperlihatkan bahwa faktor – faktor yang berhubungan dengan

tindakan persalinan seksio sesarea yaitu diantaranya : partus lama (ρ

0,000), preeklampsia berat (ρ 0,002), KJDR (ρ 0,000), dan riwayat SC

(ρ 0,017). Penelitian ini juga sejalan dengan teori yang telah

dikemukakan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010), bahwa partus

lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung

12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis

waspada persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2010).

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24

jam untuk primigravida dan 18 jam untuk multigravida dan biasanya

Page 93: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

80

disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 2010). Persalinan

lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang

abnormal/ sulit. Sebab – sebabnya digolongkan menjadi 3, yaitu :

kelainan tenaga/ kelainan his (power), kelainan pada janin

(passenger) dan kelainan pada jalan lahir (passage).

Permasalahan partus lama harus dikenali dan diatasi sebelum

batas waktu tercapai, mengingat partus lama dapat menimbulkan efek

berbahaya baik pada ibu maupun janin. Beratnya cedera terus

meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, dan risiko

tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Pada ibu terdapat

kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, kelelahan

dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin

memperburuk bahaya bagi ibu. Sedangkan pada janin akan

memberikan bahaya meningkatnya mortalitas dan morbiditas oleh

karena asfiksia, trauma kepala akibat penekanan pada kepala janin.

Persalinan yang aman adalah hal yang penting dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi, dampak dari partus lama

sangat memungkinkan persalinan dengan seksio sesarea menjadi

pilihan.

Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah partus lama. Partus

lama merupakan fase dari suatu pertus macet dan berlangsung terlalu

Page 94: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

81

lama, sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi,

kelelahan pada ibu, gawat janin, asfiksia pada bayi baru lahir dan

bahkan kematian janin dalam kandungan. Dalam keadaan partus

lama seorang ibu memiliki indikasi untuk dilakukannya persalinan

dengan seksio sesarea, hal ini dikarenakan mengingat risiko kematian

janin apabila tidak ditangani dengan benar.

2. Hubungan antara Plasenta Previa dengan Kejadian Seksio

Sesarea

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara plasenta previa

dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value 0,000

< 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara plasenta

previa dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar

risiko 2,178 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami

plasenta previa dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami

plasenta previa. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan

oleh Aprina (2015), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

persalinan Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2015, yang memperlihatkan bahwa faktor – faktor

yang berhubungan dengan tindakan persalinan seksio sesarea yaitu

diantaranya : partus tak maju (ρ 0,000), preeklampsia berat (ρ 0,000),

Page 95: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

82

kelainan letak janin (ρ 0,000), dan plasenta previa (ρ 0,000). Namun

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dewi Andriani (2012), dimana tidak tidak terdapat hubungan antara

plasenta previa dengan kejadian seksio sesarea dengan nilai ρ value

0,168 (ρ value > 0,05).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi

pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri

internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala

memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin

dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak

dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri

(Prawirohardjo, 2010).

Plasenta previa juga bisa terjadi bersamaan dengan kejadian

anemia sebagai akibat dari perdarahan dari plasenta yang mendapat

tekanan dari uterus. Ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu

dan janin, yaitu antara lain : 1). Terletaknya plasenta di segmen

bawah rahim sangat memungkinkan terjadinya pelepasan plasenta

dari insersinya, sehigga perdarahan yang tidak dapat dicegah

berulang kali, dan penderita dapat mengalami anemia dan syok. 2).

Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis, sehingga

dengan mudah jaringan trofoblas infasi menerobos ke dalam

Page 96: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

83

miometrium bahkan parametrium dan menjadi sebab dari kejadian

akreta dan mungkin inkreta. 3). Serviks dan segmen bawah rahim

yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk

robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas

ibu dan perinatal. Plasenta previa berbahaya bagi ibu dan janin

karena dapat menyebabkan perdarahan yang hebat, infeksi, syok dan

hipoksia pada janin. Sehingga bila ditemukan ibu dalam persalinan

dengan plasenta previa tindakan seksio sesarea merupakan

pertolongan persalinan yang aman untuk mencegah terjadinya

komplikasi tersebut.

Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan karena

beberapa faktor. salah satu di antaranya adalah plasenta previa.

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Pada kondisi seperti ini

plasenta menghalangi bagian terendah janin untuk masuk di Pintu

Atas Panggul (PAP), sehingga pada usia kehamilan tua plasenta

mengalami tekanan dari bagian terendah janin, yang akan

meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Ibu hamil dengan plasenta

previa merupakan indikasi dilakukannya tindakan seksio sesarea,

mengingat risiko plasenta previa dapat meningkatkan mortalitas ibu

dan perinatal.

Page 97: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

84

3. Hubungan antara Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia dengan

Kejadian Seksio Sesarea

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara preeklampsia berat

(PEB)/ eklampsia dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang

Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh

nilai ρ value 0,000 < 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada

hubungan antara preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia dengan

kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko 5,778 kali

lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami PEB/ eklampsia

dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami PEB/ eklampsia.

Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Aprina

(2015), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan

Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

tahun 2015, yang memperlihatkan bahwa faktor – faktor yang

berhubungan dengan tindakan persalinan seksio sesarea yaitu

diantaranya : partus tak maju (ρ 0,000), preeklampsia berat (ρ 0,000),

kelainan letak janin (ρ 0,000), dan plasenta previa (ρ 0,000). Dan juga

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Andriani

(2012), dimana nilai ρ value untuk kasus preeklampsia berat (ρ 0,000

< 0,05).

Page 98: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

85

Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik pada kehamilan

yang biasanya terjadi sesudah umur kehamilan 20 minggu, pada

wanita yang sebelumya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh

peningkatan tekanan darah yang disertai oleh proteinuria. Pada

keadaan tanpa proteinuria, tetap dicurigai sebagai preeklampsia jika

peningkatan tekanan darah disertai oleh gejala : sakit kepala,

gangguan penglihatan, nyeri abdomen, atau hasil laboratorium yang

tidak normal terutama bila ada trobositopenia dan peningkatan tes

fungsi hati. Kriteria gejala preeklampsia berat dapat ditegakkan bila

ditemukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut, yaitu : tekanan

darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg,

tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di

rumah sakit atau sudah menjalani tirah baring, proteinuria > 5 gr/ 24

jam atau +3/ +4 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria (produksi urin <

400 ml/ 24 jam) yang disertai kenaikkan kadar kreatinin plasma,

trombosit < 100.000/ mm, peningkatan enzim-enzim hati, dan

gangguan visus (penglihatan), nyeri ulu hati, sakit kepala berat.

Kumpulan dari gejala dari preeklampsia berat yang disertai kejang

dinamakan eklampsia (Soemitro dkk, 2016).

Preeklampsia/ eklampsia berdampak pada 5-10% kehamilan

dan bertanggung jawab secara nyata pada angka kematian dan

kesakitan maternal dan neonatal. Untuk mencagah hal tersebut, maka

Page 99: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

86

upaya yang dilakukan adalah dengan segera mengakhiri kehamilan.

Untuk menjamin keselamatan ibu dan janin maka melalui induksi dan

atau seksio sesarea menjadi indikasi profilaksis ibu untuk mengakhiri

kehamilannya.

Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah peeklampsia berat

(PEB)/ eklampsia. Preeklampsia berat adalah kondisi khusus dalam

kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD), edema

dan proteinuria. Dan eklampsia adalah kondisi ibu hamil yang

mengalami PEB dan disertai dengan kejang. Ibu hamil yang

mengalami PEB/ eklampsia merupakan indikasi untuk dilakukannya

tindakan seksio sesarea oleh karena kondisi ini merupakan salah satu

masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil yang harus segera

ditangani, mengingat risiko yang ditimbulkan dapat meningkatkan

angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan perinatal.

4. Hubungan antara Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian

Seksio Sesarea

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara ketuban pecah dini

(KPD) dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value

0,000 < 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara

Page 100: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

87

KPD dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko

5,914 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami KPD

dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami KPD. Hasil

penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2014),

tentang Faktor Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Imanuel

Bandar Lampung tahun 2014, yang memperlihatkan nilai ρ value

0,048 < 0,05. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dewi Andriani (2012), dimana nilai ρ

value untuk kasus KPD (ρ 0,181 > 0,05).

Rukiyah, Ai Yeyeh (2010), menyatakan ketuban pecah dini

(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan, hal

ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan.

KPD disebabkan oleh karena kontraksi uterus dan peregangan

berulang, selaput ketuban pecah pada daerah tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior

rapuh. Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada KPD, yang dapat

meningkatkan insiden seksio sesarea ataupun gagal persalinan

normal (Prawirohardjo, 2010). Penelitian Setianingrum (2008)

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara SC dengan

KPD.

Page 101: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

88

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam

obstetrik berkaitan dengan persalinan prematur dan terjadinya infeksi

khorioamnionitis (radang pada khorion dan amnion). Selain itu juga

terjadinya infeksi puerperalis (nifas) akibat luka jalan lahir pasca

persalinan yang terdiri dari infeksi yang bersifat ringan, sedang dan

berat. Jika tidak segera dilakukan tindakan maka kemungkinan besar

akan terjadi sepsis yang ditandai dengan peradangan akut di seluruh

tubuh, demam, peningkatan leukosit dan denyut jantung yang cepat.

Penyebab sebagian besar gejala sepsis berakibat pada kerusakan

organ serta pembuluh darah, dengan perawatan segera pun mungkin

akan berkembang menjadi sindrom disfungsi organ multipel dan

akhirnya menyebabkan kematian (Rukiyah, Ai Yeyeh (2010).

Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah ketuban pecah dini

(KPD). KPD adalah suatu kondisi dimana selaput ketuban yang pecah

sebelum adanya tanda-tanda persalinan akan dimulai. Ibu hamil harus

mewaspadai keadaan ini, karena mengingat risiko yang dapat terjadi

akan memperburuk keadaan janin di dalam kandungan. KPD

merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea oleh karena KPD

merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan

persalinan prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis (radang

pada khorion dan amnion) serta infeksi pada ibu pasca salin.

Page 102: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Determinan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2016, maka dapat disimpulkan :

1. Kejadian persalinan seksio sesarea yaitu sebesar 56,3%.

2. Kejadian partus lama yaitu sebesar 9,9%.

3. Kejadian plasenta previa yaitu sebesar 7,6%.

4. Kejadian preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia yaitu sebesar 18,6%.

5. Kejadian ketuban pecah dini (KPD) yaitu sebesar 16,3%.

6. Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian persalinan

seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio sesarea

memiliki risiko 8,873 kali lebih besar disebabkan oleh partus lama

dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.

7. Ada hubungan antara plasenta previa dengan kejadian persalinan

seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio sesarea

memiliki risiko 2,178 kali lebih besar disebabkan oleh plasenta

previa dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.

8. Ada hubungan antara preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia dengan

kejadian persalinan seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan

89

Page 103: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

90

seksio sesarea memiliki risiko 5,778 kali lebih besar disebabkan

oleh PEB/ eklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio

sesarea.

9. Ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian

persalinan seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio

sesarea memiliki risiko 5,914 kali lebih besar disebabkan oleh KPD

dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.

B. Saran

1. Angka seksio sesarea di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara relatif sangat tinggi. Tingginya angka bedah sesar perlu

dicermati karena hal ini menambah beban biaya bagi masyarakat

maupun pemerintah yang turut andil dalam menanggung biaya bagi

masyarakat miskin. Tingginya angka seksio sesarea mengingat RSU

Bahteramas merupakan salah satu rumah sakit rujukan pemerintah

yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat menangani

kasus obstetrik secara komprehensif. Oleh karena tingginya angka

seksio sesarea maka pihak rumah sakit harus melakukan upaya

pengendalian dan pengawasan agar tindakan seksio sesarea

dilakukan terhadap ibu dengan kasus yang sesuai dengan

kebutuhan medisnya.

2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi tenaga bidan

dalam meningkatkan mutu pelayanan antenatal care dalam

Page 104: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

91

mendeteksi dini faktor risiko persalinan seksio sesarea, sehingga

tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan penanganan dan

rujukan.

3. Bagi peneliti lain selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan

tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian seksio

sesarea.

Page 105: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

DAFTAR PUSTAKA

Aprina, Anita Puri, 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Persalinan Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. (Accesed 4 Desember 2017)

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga berencana

Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015. Jakarta

Chandra, Budiman. 20015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Dewi Andriani, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Seksio

Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu Tahun 2010. Depok : Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia. Available from : http: //lib. ui.ac. id/file?file= digital/20356130-S-Dewi%20Andriani.pdf. (Accesed 7 November 2016)

Cunningham, F.G, Leveno, K.J, Bloom, S.L, Hauth, J.C, Rause, D.J, dan

Spong, C.Y, (2013). Obstetri Williams (Williams obstetri). Volume ke-1. Edisi ke-23. Jakarta : EGC

Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Hoelman Mickael B, Bona Tua Parlinggoman Parhusip, Sutoro Eko, Sugeng

Bahagijo, Hamong Santono, 2015. Panduan Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta

Karundeng, 2014. Faktor-Faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka

Kejadian Sectio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Lian Kendange Tahuna. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Menado. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014. Available from: https :

//ejournal .unsrat .ac .id/ index .php/ jkp/article/viewFile/4052/3568. [Accesed 10 Desember 2016].

Laporan Tahun Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2016.

Page 106: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

Manuaba, I. B.G., 2010. Gadar Obstetri Dan Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan, Jakarta : EGC.

Marlina, 2014. Faktor Persalinan Secsio Caesarea Di Rumah Sakit Imanuel

Bandar Lampung. Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang. (Accesed 4 Desember 2017).

Mochtar, Rustam, 2014. Sinopsis Obstetri Fisiologi Dan Patologi Edisi 3.

Jakrta : EGC. Ningrum, Ema Wahyu, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan

Bayi. Jakarta : Trans Info Media. Oxorn, H., dan Forte, W.R., 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi

Persalinan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Pilliterri A, 2003. Maternal and Child Health Nursing : Care of The

Childbearing Family. Philadelpia : Lippincott. Prasetyawati, Eka Arsyita, 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : Nuha

Medika. Prawiroharjo, S, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo. Purwaningsih dan Sitti Fatmawati, 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.

Yogyakarta : Nuha Medika. Riyanto Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :

Nuha Medika. Rukiyah, Ai Yeyeh, 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).

Jakarta : Trans Info Media. Soemitro, Monty P, Melani Shintya dan David Hadi, 2016. Obstetri Neonatal.

Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan RSUP Dr. Hasan Sadikin : Bandung.

World Health Organization, 2010. Factors Influencing Rising Caesarean

Section Rate. Available from: http://www.who.int/bulletin/90/1/11-090399/en/. [Accesed 15 Januari 2017].

Page 107: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

World Health Organization, 2014. WHO Statement on Caesarean Section Rates. Available from: http ://apps .who.int/ iris/bitstream/ 10665/161442/ 1/WHO_ 14.02_eng.pdf?ua=1. [Accesed 17 Januari 2017].

Page 108: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 109: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 110: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 111: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 112: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 113: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 114: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

LAMPIRAN 2

ANALISIS STATISTIK

(SPSS)

A. Hubungan dan Besar Risiko Partus Lama dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea

PartusLama * SC Crosstabulation

SC

Total Kasus Kontrol

PartusLama Ya Count 15 2 17

% within

PartusLama 17,4% 2,3% 9,9%

Tidak Count 71 84 155

% within

PartusLama 82,6% 97,7% 90,1%

Total Count 86 86 172

% within

PartusLama 100% 100% 100%

Page 115: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-

Square 11.031a 1 .001

Continuity

Correctionb 9.400 1 .002

Likelihood Ratio 12.343 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear

Association 10.967 1 .001

N of Valid Casesb 172

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 8.50.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

PartusLama (0 / 1) 8.873 1.962 40.121

For cohort SC = 0 1.926 1.509 2.458

For cohort SC = 1 .217 .059 .804

N of Valid Cases 172

Page 116: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

B. Hubungan dan Besar Risiko Plasenta Previa dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea

PlasentaPrevia * SC Crosstabulation

SC

Total Kasus Kontrol

PlasentaPrevia Ya Count 13 0 13

% within

PlasentaPrevia 15,1% 0% 7,6%

Tidak Count 73 86 159

% within

PlasentaPrevia 84,9% 100% 92,4%

Total Count 86 86 172

% within

PlasentaPrevia 100% 100% 100%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.063a 1 .000

Continuity

Correctionb 11.983 1 .001

Likelihood Ratio 19.086 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 13.981 1 .000

N of Valid Casesb 172

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 117: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort SC = 0 2.178 1.840 2.578

N of Valid Cases 172

C. Hubungan dan Besar Risiko Preeklampsia Berat/ Eklampsia dengan

Kejadian Persalinan Seksio Sesarea

PEB * SC Crosstabulation

SC

Total Kasus Kontrol

PEB Ya Count 26 6 32

% within PEB 30.2% 7% 18,6%

Tidak Count 60 80 140

% within PEB 69,8% 93% 81,4%

Total Count 86 86 172

% within PEB 100% 100% 100%

Page 118: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-

Square 15.357a 1 .000

Continuity

Correctionb 13.860 1 .000

Likelihood Ratio 16.343 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 15.268 1 .000

N of Valid Casesb 172

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 16.00.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

PEB (0 / 1) 5.778 2.237 14.920

For cohort SC =

0 1.896 1.471 2.443

For cohort SC =

1 .328 .157 .685

N of Valid

Cases 172

Page 119: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

D. Hubungan dan Besar Risiko Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea

KPD * SC Crosstabulation

SC

Total Kasus Kontrol

KPD Ya Count 23 5 28

% within KPD 26,7% 5,8% 16,3%

Tidak Count 63 81 144

% within KPD 73,3% 94,2% 83,7%

Total Count 86 86 172

% within KPD 100% 100% 100%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-

Square 13.821a 1 .000

Continuity

Correctionb 12.328 1 .000

Likelihood Ratio 14.796 1 .000

Fisher's Exact

Test

.000 .000

Linear-by-Linear

Association 13.741 1 .000

N of Valid Casesb 172

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 14.00.

b. Computed only for a 2x2

table

Page 120: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

KPD (0 / 1) 5.914 2.129 16.428

For cohort SC = 0 1.878 1.458 2.419

For cohort SC = 1 .317 .142 .712

N of Valid Cases 172

Page 121: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

LAMPIRAN 3

ANALISIS STATISTIK (SECARA MANUAL)

A. Hubungan Partus Lama dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea

di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2016.

Partus Lama

Kasus Kontrol Jumlah

X2 OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 15 17,4% 2 2,3% 17 9,9%

10,96

8,873

2,447 - 32,168

Tidak 71 82,6% 84 97,7% 155 90,1%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

1. Odds Ratio (OR)

a.d OR = b.c 15 x 84

= 71 x 2

1260

= 142 = 8,873

Page 122: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

2. Chi Square (X2)

(t – 1) [(ad) – (bc)]2

X2 = (a + b) (c + d) (a + c) (b + d) (172 – 1) [(1260) – (142)]2

= 17 x 155 x 86 x 86

(171) [1118]2

= 19488460

213737004 = 19488460

X2 = 10,96 X = 3,3

Interval kepercayaan (95%) = OR (1 ± z/x)

Upper OR = 8,873 (1 + 1,96/3,3)

= 8,873 (1 + 0,59)

= 8,873 (1,59)

= 32,168

Lower OR = 8,873 (1 – 1,96/3,3)

= 8,873 (1 - 0,59)

= 8,873 (0,41)

= 2,447

OR = 8,873 (95% C1 : [2,447 – 32,168])

Page 123: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

B. Hubungan Plasenta Previa dengan Kejadian Persalinan Seksio

Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2016.

Plasenta Previa

Kasus Kontrol Jumlah

X2 OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 13 15,1% 0 0% 13 7,6%

47,79 0

(0) Tidak 73 84,9% 86 100% 159 92,4%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

1. Odds Ratio (OR)

a.d OR = b.c 13 x 86

= 73 x 0

1118

= 0 = 0

Page 124: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

2. Chi Square (X2)

(t – 1) [(ad) – (bc)]2

X2 = (a + b) (c + d) (a + c) (b + d) (172 – 1) [(2067) – (0)]2

= 13 x 159 x 86 x 86

(171) [2067]2

= 15287532

730595619 = 15287532

X2 = 47,79 X = 6,9

Interval kepercayaan (95%) = OR (1 ± z/x)

Upper OR = 0 (1 + 1,96/6,9)

= 0 (1 + 0,28)

= 0 (1,28)

= 0

Lower OR = 0 (1 – 1,96/6,9)

= 0 (1 - 0,28)

= 0 (0,72)

= 0

OR = 0 (95% C1 : 0)

Page 125: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

C. Hubungan Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia dengan Kejadian

Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

PEB

Kasus Kontrol Jumlah

X2 OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 26 30,2% 6 7% 32 18,6%

15,267

5,778

(2,403 – 13,888)

Tidak 60 69,8% 80 93% 140 81,4%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

1. Odds Ratio (OR)

a.d OR = b.c 26 x 80

= 6 x 60

2080

= 360 = 5,778

Page 126: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

2. Chi Square (X2)

(t – 1) [(ad) – (bc)]2

X2 = (a + b) (c + d) (a + c) (b + d) (172 – 1) [(2080) – (360)]2

= 32 x 140 x 86 x 86

(171) [1720]2

= 33134080

505886400 = 33134080

X2 = 15,267 X = 3,9

Interval kepercayaan (95%) = OR (1 ± z/x)

Upper OR = 5,778 (1 + 1,96/3,9)

= 5,778 (1 + 0,50)

= 5,778 (1,50)

= 13,888

Lower OR = 5,778 (1 – 1,96/3,9)

= 5,778 (1 - 0,50)

= 5,778 (0,50)

= 2,403

OR = 0 (95% C1 : [2,403 – 13,888])

Page 127: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

D. Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian Persalinan

Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

KPD

Kasus Kontrol Jumlah

X2 OR

(CI 95 %) n % n % n %

Ya 23 26,7% 5 5,8% 28 16,3%

13,741

5,914

(2,346 – 14,902)

Tidak 63 73,3% 81 94,2% 144 83,7%

Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%

1. Odds Ratio (OR)

a.d OR = b.c 23 x 81

= 5 x 63

1863

= 315 = 5,914

Page 128: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis

2. Chi Square (X2)

(t – 1) [(ad) – (bc)]2

X2 = (a + b) (c + d) (a + c) (b + d) (172 – 1) [(1863) – (315)]2

= 28 x 144 x 86 x 86

(171) [1548]2

= 29820672

409767984 = 29820672

X2 = 13,741 X = 3,7

Interval kepercayaan (95%) = OR (1 ± z/x)

Upper OR = 5,778 (1 + 1,96/3,7)

= 5,778 (1 + 0,52)

= 5,778 (1,52)

= 14,902

Lower OR = 5,778 (1 – 1,96/3,7)

= 5,778 (1 - 0,52)

= 5,778 (0,48)

= 2,346

OR = 0 (95% C1 : [2,346 – 14,902])

Page 129: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 130: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 131: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 132: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 133: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 134: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
Page 135: DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis