Determinan Gangguan Gizi pada Anak 0-59 Bulan di Indonesia ...
Transcript of Determinan Gangguan Gizi pada Anak 0-59 Bulan di Indonesia ...
Determinan Gangguan Gizi pada Anak 0-59 Bulan di Indonesia (Analisis Data Riskesdas Tahun 2013)
Riza Lestari Asmarani, Kemal N Siregar
Departemen Bisotatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai determinan ganguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Underweight, stunting dan wasting merupakan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan yang masih menjadi perhatian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan pada prevalensi anak usia 0-59 bulan Underweight, stunting dan wasting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah semua individu yang berusia 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang secara bersama-sama signfikan memengaruhi underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi. Berat badan lahir rendah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian underweight (OR:2.08, 95%CI:1.75-2.47). Status ekonomi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.55, 95%CI:1.41-1.71) dan gangguan gizi (OR:1.59, 95%CI:1.45-1.75). Status gizi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian wasting (OR:1.73, 95%CI:1.52-1.96). Untuk menanggulangi masalah gizi perlu melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi. Kata Kunci: Underweight. Stunting. Wasting. Gangguan gizi
Determinants of Malnutrition at aged 0-59 Months in Indonesia (Data Analysis Riskesdas 2013)
Abstract
This paper discusses the determinants of malnutrition in children aged 0-59 months in Indonesia. Underweight, stunting and wasting is a malnutrition in children aged 0-59 months are still a concern. Results Health Research (Riskesdas) in 2007, 2010, and 2013 showed there were many changes in the prevalence of underweight children aged 0-59 months, stunting and wasting. The purpose of this study was to determine the determinant of underweight, stunting, wasting and malnutrition in children aged 0-59 months in Indonesia. The research was quantitative, with cross sectional study design using secondary data Riskesdas 2013. The sample was all individuals aged 0-59 months who were respondents in Riskesdas. The results showed that there are seven variables that jointly exhibited significantly affect underweight, stunting, wasting and malnutrition. Low birth weight was the most important factors associated with underweight (OR: 2.08, 95% CI:1.75-2.47). Economic status was the most important factors associated with stunting (OR: 1.55, 95% CI: 1.41-1.71) and composite of three index (weight for age, height for age and weight for height) (OR: 1.59, 95% CI: 1.45-1.75). Maternal nutritional status was the most important factors associated with wasting (OR: 1.73, 95% CI: 1.52-1.96). To overcome the problem of nutritional needs to involve many sectors to be able to integrate develop policies that can improve the welfare of the community through improved nutrition. Key Words: Underweight. Stunting. Wasting. Malnutrition Pendahuluan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa anak usia 0-59 bulan. Karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Sehingga setiap kelainan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak (Andriani dan
Wirjatmadi, 2014).
Gangguan gizi dapat diketahui melalui keadaan status gizi masyarakat. Antropometri
merupakan cara pengukuran status gizi yang sering digunakan di masyarakat (Cogill, 2011).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1995/Menkes/SK/XII/2010 penilaian
status gizi tersebut mengacu pada Standar World Health Organization (WHO) 2005. Adapun
indeks yang digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indeks Tinggi Badan Menurut
Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Umur (BB/U), dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Sebagai akibat dari tidak optimalnya status gizi pada masa anak-anak
diekpspresikan dalam bentuk tubuh yang pendek serta rendahnya kemampuan kognitif atau
kecerdasan. Reaksi penyesuaian akibat gangguan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya
berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes
dengan berbagai risiko ikutan pada usia dewasa (Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat RI, 2013).
Stunting, wasting dan underweight merupakan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan yang
masih menjadi perhatian. Secara global, pada tahun 2011 hampir seperempat (26%) anak-anak
usia di bawah 5 tahun mengalami stunting. Selain itu pada tahun yang sama, diperkirakan
terdapat 101 juta anak yang mengalami underweight atau sekitar 16 % dari anak-anak usia di
bawah 5 tahun. Serta terdapat 52 juta anak usia di bawah 5 tahun di dunia yang mengalami
wasting. Tapi beban ini tidak merata di seluruh dunia. Sub Sahara Afrika dan Asia Selatan
menempati prevalensi tertinggi untuk anak-anak dibawah usia 5 tahun mengalami stunting,
underweight dan wasting (United Nations Children's Fund, 2013).
Kondisi di Indonesia menggambarkan hal yang tidak jauh berbeda. Secara global, Indonesia
termasuk dalam 17 negara dari 117 negara di dunia yang mempunyai permasalahan gizi yang
kompleks dan saling tumpang tindih (Global Nutrition Report, 2014). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak
perubahan pada prevalensi anak usia 0-59 bulan stunting, wasting, underweight. Prevalensi
anak usia 0-59 bulan stunting (TB/U) pada tahun 2007, 2010 dan 2013 berturut-turut sebesar
36.8%, 35.6% dan 37.2%. Prevalensi anak usia 0-59 bulan wasting (BB/TB) pada tahun 2007,
2010, 2013 berturut turut adalah 13.6%, 13.3% dan 12.1%. Prevalensi anak usia 0-59 bulan
underweight (BB/U) pada tahun 2007, 2010, 2013 berturut-turut sebesar 18.4 %, 17.9% dan
19.6%.
Masalah gizi merupakan akibat berbagai faktor penyebab yang rumit dan komplek.
Timbulnya masalah gizi dalam sebuah kelompok masyarakat atau di suatu wilayah, tidak
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
dapat disebabkan oleh hanya satu atau dua faktor penyebab, melainkan akibat banyak faktor.
Pada umumnya berbagai faktor tersebut saling berkaitan (UNICEF dalam Kemenkes, 2014).
Rumusan penelitian ini adalah tidak adanya perubahan prevalensi stunting, wasting dan
underweight anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Berdasarkan batasan masalah kesehatan
masyarakat menurut WHO masalah anak usia 0-59 bulan stunting, wasting, dan underweight
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan tingkat masalah sedang sampai berat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan underweight, stunting, wasting dan
gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2013.
Tinjauan Teoritis Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, Bakri dan Fajar dkk, 2002). Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi
tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin (Almatsier, 2006).
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius.
Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik
dan perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial. Pada masa ini balita perlu memperoleh
zat gizi dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Kebutuhan
zat gizi pada balita di antaranya energi, protein, lemak, air, hidrat arang, dan vitamin mineral
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter yang biasanya digunakan untuk mengukur status gizi anak usia 0-59
bulan adalah umur, tinggi badan dan berat badan. Indeks antropometri merupakan kombinasi
antara berbagai parameter gizi. Cara termudah untuk menilai status gizi di lapangan yakni
dengan pengukuran antropometri karena sederhana, murah, dapat dilakukan siapa saja, dan
cukup teliti. Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak digunakan untuk keperluan
penentuan status gizi anak balita di masyarakat baik dalam kegiatan program maupun
penelitian yaitu pengukuran berat badan dan tinggi badan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
Data antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan, tinggi badan, sedangkan indeks
antropometri yang sering dipakai berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1995/Menkes/SK/XII/2010 yang pada Standar WHO 2005 yaitu berat badan terhadap umur
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
(BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Dimana jika nilai Z skor <-2SD pada indeks BB/U masuk ke dalam kategori underweight.
Nilai Z skor <-2SD pada indeks TB/U masuk ke dalam kategori stunting. nilai Z skor <-2SD
pada indeks BB/TB masuk ke dalam kategori wasting.
Pertumbuhan anak usia 0-59 bulan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor
dalam maupun faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan mutu makanan,
kesehatan balita. Faktor luar dipengaruhi tingkat ekonomi, pendidikan , perilaku, sosial
budaya, serta ketersediaan bahan makanan di rumah tangga (Andriani dan Wirjatmadi, 2014).
Timbulnya masalah gizi dalam sebuah kelompok masyarakat atau di suatu wilayah, tidak
disebabkan oleh hanya satu atau dua faktor penyebab, melainkan akibat banyak faktor. Pada
umummnya berbagai faktor tersebut saling berkaitan.
Penyebab langsung terjadinya gangguan gizi adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai,
bersih dan aman. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan dan penyakit penafasan
akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait terhadap mutu pelayanan kesehatan dasar, kualitas
lingkungan dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan terutama adalah ketersediaan air
bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat. Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu
ketersediaan pangan di keluarga. (World Bank 2011, diadaptasi dari UNICEF 1990 & Ruel
2008).
Metode Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, sesuai dengan desain
penelitian pada Riskesdas 2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan kuesioner rumah tangga dan kuesioner individu Riskesdas 2013. Dimana variabel
dependen penelitian ini adalah underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi (komposit
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB jika salah satu Z skor indeks <-2SD)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang berusia 0-59 bulan di Indonesia.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua anak yang berusia 0-59 bulan yang terpilih dari 33
provinsi yang tersebar di 497 kabupaten/kota untuk menjadi sampel Riskesdas 2013. Analisis
data dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat dan multivariabel. Analisis
univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui statistik deskriptif pada tiap-tiap
variabel yang diteliti. Pada analisis univariat dilihat distribusi dan perbedaan proporsi antar
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
sampel terhadap variabel yang dianalisis. Data pada penelitian ini merupakan data kategorik,
sehingga analisis univariat yang dilakukan menampilkan distribusi frekuensi dengan ukuran
presentase atau proporsi tiap variabel.
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara tiap-tiap variabel independen
dengan variabel dependen yang diteliti. Untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel independen
dan dependen menggunakan uji statistic regresi logistic sederhana pada aplikasi statistik SPSS
19. Pada analisis bivariat ini sekaligus dilakukan seleksi bivariat, untuk menentukan apakah
variabel independen yang diteliti dapat masuk pada model multivariabel atau tidak (ρ value
≤0.25)
Analisis multivariabel digunakan untuk mengetahui nilai risiko variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji regresi logitik ganda digunakan untuk melakukan analisis
multivariabel. Variabel yang valid dalam model multivariabel adalah variabel yang
mempunyai ρ value < 0.05. Bila dalam model multivariabel ditemukan variabel yang ρ value
nya > 0.05 maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Pengeluaran variabel dilakukan
secara bertahap satu persatu berdasarkan nilai ρ value yang terbesar. Kemudian, melihat
perubahan Odds Ratio dari setiap hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
OR pada pemodelan terakhir dibandingkan dengan OR pada pemodelan awal (full model).
Bila perubahan OR > 10%, maka variabel yang dikeluarkan pada pemodelan tersebut
dipertimbangkan untuk dimasukkan kembali ke dalam pemodelan. Final model, didapatkan
jika tidak terdapat lagi variabel yang ρ valuenya > 0.05 kecuali variabel yang dimasukkan
kembali karena ada perubahan OR > 10%.
Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi Gangguan Gizi pada Anak usia 0-59 bulan di Indonesia (n=61259)
Variabel n % BB/U
Underweight Tidak Underweight
11759 49500
19.2 80.8
TB/U Stunting Tidak Stunting
21164 40095
34.5 65.5
BB/TB Wasting Tidak Wasting
8572
52687
14.0 86.0
Gangguan Gizi Ya Tidak
28929 32330
47.2 52.8
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa presentase responden yang mengalami underweight
adalah 19.2%, responden yang mengalami stunting 34.5%, dan responden yang mengalami
wasting adalah 14.1%. Berdasarkan komposit ketiga indeks diatas diketahui bahwa terdapat
47.2% responden yang mengalami gangguan gizi. Artinya terdapat 47.2% anak usia 0-59
bulan di Indonesia mengalami paling tidak satu masalah gangguan gizi baik itu underweight,
stunting, maupun wasting.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
underweight berjenis kelamin laki-laki, dengan riwayat berat badan lahir <2500gr, panjang
badan lahir tidak diukur, dengan riwayat diare, status ekonomi keluarga berada pada
kelompok terbawah, ayah dan ibu yang pendidikannya tidak sekolah/tidak tamat SD, ayah dan
ibu yang bekerja sebagai buruh/petani/nelayan, responden yang status gizi ibunya kurus,
wilayah tempat tinggal di pedesaan, tidak memiliki akses akan sanitasi dan air minum
improved, jumlah anggota rumah tangga >4orang, tidak turut serta dalam layanan kesehatan
serta di sekitar wilayah tempat tinggalnya tidak tersedia fasilitas kesehatan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
stunting berjenis kelamin laki-laki, dengan riwayat berat badan lahir <2500gr, panjang badan
lahir <48cm, dengan riwayat diare, status ekonomi keluarga berada pada kelompok terbawah,
ayah yang pendidikannya tidak sekolah/tidak tamat SD serta ibu yang hanya tamat SD, ayah
dan ibu yang bekerja sebagai buruh/petani/nelayan, responden yang status gizi ibunya kurus,
wilayah tempat tinggal di pedesaan, tidak memiliki akses akan sanitasi dan air minum
improved, jumlah anggota rumah tangga >4orang, tidak turut serta dalam layanan kesehatan
serta di sekitar wilayah tempat tinggalnya tidak tersedia fasilitas kesehatan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
wasting berjenis kelamin laki-laki, dengan riwayat berat badan lahir <2500gr, panjang badan
lahir tidak diukur, dengan riwayat diare, status ekonomi keluarga berada pada kelompok
terbawah, ayah dan ibu yang pendidikannya tamat SD, ayah yang tidak bekerja, ibu yang
bekerja sebagai buruh/petani/nelayan, responden yang status gizi ibunya kurus, wilayah
tempat tinggal di pedesaan, tidak memiliki akses akan sanitasi dan air minum improved,
jumlah anggota rumah tangga >4orang, tidak turut serta dalam layanan kesehatan serta di
sekitar wilayah tempat tinggalnya tidak tersedia fasilitas kesehatan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
gangguan gizi berjenis kelamin laki-laki, dengan riwayat berat badan lahir <2500gr, panjang
badan lahir tidak diukur, dengan riwayat diare, status ekonomi keluarga berada pada
kelompok terbawah, yang pendidikannya tidak sekolah/tidak tamat SD, ibu yang
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
pendidikannya tamat SD, ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh/petani/nelayan, responden
yang status gizi ibunya kurus, wilayah tempat tinggal di pedesaan, tidak memiliki akses akan
sanitasi dan air minum improved, jumlah anggota rumah tangga >4orang, tidak turut serta
dalam layanan kesehatan serta di sekitar wilayah tempat tinggalnya tidak tersedia fasilitas
kesehata
Tabel 2. Final Model Analisis Multivariabel Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Underweight pada Anak usia 0-59 bulan di Indonesia
Underweight Odds Ratio 95% Conf. Interval ρ value Jenis Kelamin (Perempuan) Laki-Laki 1.07 1.01 1.13 0.021 Berat Badan Lahir (≥2500gr) < 2500gr 2.09 1.76 2.48 0.000 Tidak diukur 1.06 0.95 1.18 0.300 Panjang Badan Lahir (≥48cm) < 48cm 1.25 1.16 1.41 0.000 Tidak Diukur 1.20 1.07 1.34 0.010 Status Ekonomi (Teratas) Terbawah 1.62 1.45 1.82 0.000 Menengah Bawah 1.35 1.22 1.51 0.000 Menengah 1.31 1.18 1.45 0.000 Menengah Atas 1.16 1.05 1.28 0.004 Wil. Tempat Tinggal (Perkotaan) Pedesaan 1.11 1.04 1.19 0.003 Pendidikan Ayah (Tamat PT) Tidak Sekolah/Tamat SD 1.36 1.16 1.60 0.000 Tamat SD 1.38 1.19 1.60 0.000 Tamat SMP 1.30 1.12 1.51 0.001 Tamat SMA 1.19 1.03 1.37 0.019 Pekerjaan Ibu (Pegawai) Tidak Bekerja 1.13 0.99 1.29 0.066 Wiraswasta 1.13 0.96 1.32 0.146 Buruh/Petani/Nelayan 1.12 0.97 1.29 0.127 Lainnya 1.26 1.05 1.52 0.013 Status Gizi Ibu (Gemuk) Kurus 1.84 1.64 2.05 0.000 Normal 1.26 1.18 1.34 0.000 Jumlah ART (< 4 orang) ≥4 Orang 1.10 1.04 1.17 0.001 Keikutsertaan Yankes (Ya) Tidak 1.22 1.14 1.30 0.000 Ketersediaan Faskes (Ya) Tidak 1.15 1.07 1.23 0.000 _cons 0.07 0.06 0.09 0.000
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Tabel 3. Final Model Analisis Multivariabel Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting pada Anak usia 0-59 bulan di Indonesia
Stunting Odds Ratio 95% Conf. Interval ρ value Jenis Kelamin (Perempuan) Laki-Laki 1.07 1.02 1.13 0.005 Berat Badan Lahir (≥2500gr) < 2500gr 1.44 1.23 1.68 0.000 Tidak diukur 1.01 0.92 1.10 0.896 Panjang Badan Lahir (≥48cm) < 48cm 1.37 1.24 1.51 0.000 Tidak Diukur 1.17 1.07 1.29 0.001 Status Ekonomi (Teratas) Terbawah 1.55 1.41 1.71 0.000 Menengah Bawah 1.32 1.21 1.45 0.000 Menengah 1.27 1.17 1.38 0.000 Menengah Atas 1.07 0.99 1.16 0.095 Wil. Tempat Tinggal (Perkotaan) Pedesaan 1.17 1.10 1.24 0.000 Pendidikan Ayah (Tamat PT) Tidak Sekolah/Tamat SD 1.21 1.06 1.38 0.004 Tamat SD 1.28 1.13 1.44 0.000 Tamat SMP 1.21 1.07 1.37 0.002 Tamat SMA 1.09 0.97 1.21 0.153 Pekerjaan Ayah (Pegawai) Tidak Bekerja 0.94 0.82 1.08 0.374 Wiraswasta 1.10 1.01 1.20 0.030 Buruh/Petani/Nelayan 1.14 1.05 1.25 0.002 Lainnya 1.13 0.99 1.28 0.076 Pekerjaan Ibu (Pegawai) Tidak Bekerja 1.07 0.97 1.19 0.173 Wiraswasta 1.17 1.03 1.34 0.018 Buruh/Petani/Nelayan 1.16 1.03 1.30 0.017 Lainnya 1.11 0.95 1.30 0.206 Status Gizi Ibu (Gemuk) Kurus 1.27 1.15 1.41 0.000 Normal 1.14 1.08 1.20 0.000 Keikutsertaan Yankes (Ya) Tidak 1.07 1.01 1.13 0.023 Ketersediaan Faskes (Ya) Tidak 1.10 1.03 1.17 0.004 _cons 0.22 0.19 0.25 0.000
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Tabel 4. Final Model Analisis Multivariabel Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Wasting pada Anak usia 0-59 bulan di Indonesia
Wasting Odds Ratio 95% Conf. Interval ρ value Jenis Kelamin (Perempuan) Laki-Laki 1.14 1.07 1.22 0.000 Berat Badan Lahir (≥2500gr) < 2500gr 1.57 1.31 1.89 0.000 Tidak diukur 1.00 0.93 1.08 0.953 Status Ekonomi (Teratas) Terbawah 1.22 1.08 1.39 0.001 Menengah Bawah 1.19 1.06 1.34 0.004 Menengah 1.07 0.96 1.20 0.240 Menengah Atas 1.16 1.04 1.29 0.008 Pendidikan Ayah (Tamat PT) Tidak Sekolah/Tamat SD 1.09 0.92 1.29 0.338 Tamat SD 1.13 0.97 1.32 0.118 Tamat SMP 1.25 1.07 1.46 0.006 Tamat SMA 1.07 0.93 1.24 0.335 Status Gizi Ibu (Gemuk) Kurus 1.73 1.52 1.96 0.000 Normal 1.25 1.17 1.35 0.000 Keikutsertaan Yankes (Ya) Tidak 1.08 1.00 1.17 0.041 Ketersediaan Faskes (Ya) Tidak 1.12 1.03 1.21 0.010 _cons 0.09 0.08 0.11 0.000
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Tabel 5. Final Model Analisis Multivariabel Faktor-Faktor yang Memengaruhi Gangguan Gizi pada Anak usia 0-59 bulan di Indonesia
Gangguan Gizi Odds Ratio 95% Conf. Interval ρ value Jenis Kelamin (Perempuan) Laki-Laki 1.08 1.03 1.13 0.001 Berat Badan Lahir (≥2500gr) < 2500gr 1.57 1.34 1.83 0.000 Tidak diukur 1.00 0.91 1.09 0.963 Panjang Badan Lahir (≥48cm) < 48cm 1.32 1.20 1.45 0.000 Tidak Diukur 1.12 1.02 1.23 0.018 Status Ekonomi (Teratas) Terbawah 1.59 1.45 1.75 0.000 Menengah Bawah 1.35 1.24 1.48 0.000 Menengah 1.26 1.16 1.37 0.000 Menengah Atas 1.11 1.03 1.20 0.006 Wil. Tempat Tinggal (Perkotaan) Pedesaan 1.18 1.12 1.25 0.000 Pendidikan Ayah (Tamat PT) Tidak Sekolah/Tamat SD 1.20 1.06 1.36 0.005 Tamat SD 1.26 1.13 1.41 0.000 Tamat SMP 1.25 1.12 1.40 0.000 Tamat SMA 1.09 0.99 1.21 0.085 Pekerjaan Ayah (Pegawai) Tidak Bekerja 1.04 0.92 1.19 0.535 Wiraswasta 1.14 1.05 1.23 0.001 Buruh/Petani/Nelayan 1.18 1.09 1.28 0.000 Lainnya 1.08 0.96 1.22 0.219 Status Gizi Ibu (Gemuk) Kurus 1.53 1.39 1.69 0.000 Normal 1.21 1.15 1.27 0.000 Air Minum Improved (Memiliki) Tidak Memiliki 0.92 0.85 1.00 0.049 Keikutsertaan Yankes (Ya) Tidak 1.08 1.03 1.14 0.004 Ketersediaan Faskes (Ya) Tidak 1.13 1.07 1.21 0.000 _cons 0.38 0.35 0.43 0.000
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Tabel 6. Ringkasan Hasil Analisis Multivariabel
Variabel Underweight Stunting Wasting Gangguan Gizi Jenis Kelamin √ √ √ √ Berat Badan Lahir √* √ √ √ Status Ekonomi √ √* √ √* Pendidikan Ayah √ √ √ √ Status Gizi Ibu √ √ √* √ Keikutsertaan Yankes √ √ √ √ Ketersediaan Faskes √ √ √ √ Panjang Badan Lahir √ √ - √ Wilayah Tempat Tinggal √ √ - √ Pekerjaan Ayah - √ - √ Pekerjaan Ibu √ √ - - Jumlah ART √ - - - Riwayat Diare - - - - Air Minum Improved - - - - Sanitasi Improved - - - -
Ket : * faktor yang paling memengaruhi
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 7 variabel yang secara bersama-sama
memengaruhi kejadian underweight, stunting, wasting maupun komposit ketiga variabel
tersebut. Adapun variabel tersebut adalah jenis kelamin, berat badan lahir, status ekonomi
keluarga, pendidikan ayah, status gizi ibu, keikutsertaan dalam layanan kesehatan, serta
ketersediaan akan fasilitas kesehatan.
Pembahasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dimana pada desain cross-sectional baik
variabel independen maupun variabel dependen diukur menurut keadaan atau statusnya pada
waktu observasi, pada desain ini tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow up. Selain itu
temporal relationship (hubungan waktu) antara variabel independen dan variabel dependen
tidak selalu tergambar dari data yang ada.
Faktor biologis maupun lingkungan dapat memegang peranan penting terhadap arti menjadi
laki-laki ataupun perempuan (Usman dkk, 2014). Jenis kelamin menentukan besar kecilnya
kebutuhan gizi seseorang. Anak laki-laki membutuhkan zat tenaga dan protein yang lebih
banyak daripada anak perempuan. Permainan anak laki-laki lebih aktif daripada anak
perempuan dan membutuhkan energi yang lebih banyak. Apabila aktivitas ini tidak diimbangi
dengan nutrisi yang cukup maka akan menjadi risiko kekurangan gizi (Huriah dkk, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Kavosi et al (2014) di Provinsi Fars, Iran menunjukkan
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
bahwa jenis kelamin memberikan efek 1.41 pada kejadian stunting yang artinya responden
yang berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko 1.41 kali lebih tinggi untuk mengalami
stunting dan 1.10 pada kejadian underweight, yang artinya responden yang berjenis kelamin
laki-laki memiliki risiko 1.10 kali lebih tinggi untuk mengalami underweight.
Berat badan lahir menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan janin selama di dalam
kandungan. WHO menetapkan bayi normal memiliki berat badan lahir di atas 2500 gram dan
berat lahir di bawah 2500 gram dikategorikan BBLR. Bayi yang lahir dengan berat <2500 gr,
memiliki risiko kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya
normal (Fikawati, Syafiq, dan Karima, 2015). Hasil analisis multivariabel menunjukkan
bahwa berat badan lahir yang rendah secara statistic signifikan memengaruhi kejadian
underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia.
Dimana nilai odds ratio menunjukkan bahwa responden yang berat badan lahirnya < 2500
gr memiliki risiko 1.44-2.05 kali untuk mengalami underweight, stunting, wasting, dan
gangguan gizi dibandingkan dengan responden yang berat badan lahirnya normal. Variabel
berat badan lahir merupakan variabel dominan yang memengaruhi kejadian underweight pada
anak usia 0-59 bulan di Indonesia.
Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai dampak signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan. Keluarga dari kelompok sosial ekonomi rendah mungkin kurang memiliki
pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman,
menstimulasi, dan kaya gizi yang membentuk perkembangan optimal (Fotso et al. 2008
dalam Ratih 2011). Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa variabel status ekonomi
merupakan variabel yang memengaruhi kejadian underweight, stunting, wasting, dan
gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Status ekonomi keluarga merupakan
variabel yang paling memengaruhi kejadian stunting dan gangguan gizi. Hasil odds ratio
pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa responden yang status ekonominya termasuk
dalam kategori terbawah memiliki risiko 1.22-1.62 kali lebih tinggi untuk mengalami
underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi dibandingkan dengan responden yang
status ekonomi keluarganya berada pada kriteria teratas.
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak.
Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
luar terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, dan
sebagainya. Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan dengan wawasan pengetahuan
mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi keluarga (Marsigit, 2004
dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2014 ). Hasil analisis multivariabel menunjukkan hanya
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
variabel pendidikan ayah yang secara statistik memengaruhi kejadian underweight, stunting,
wasting, dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan. Sedangkan variabel pendidikan ibu
pada analisis multivariabel tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada ke empat
kejadian tersebut. Nilai odds ratio menunjukkan bahwa responden yang pendidikan ayahnya
tamat SD memiliki risiko 1.12-1.38 kali lebih tinggi untuk mengalami underweight, stunting,
wasting, dan gangguan gizi dibandungkan dengan responden yang pendidikan ayahnya tamat
PT.
Status gizi ibu merefleksikan potensi simpanan gizi untuk tumbuh kembang janin. Ibu dengan
status gizi kurang (underweight dengan IMT < 18.5 kg/m2) memiliki simpanan gizi yang
kurang. Sehingga ibu yang status gizinya kurang pada saat hamil harus menaikkan berat
badan lebih banyak dibandingkan dengan yang status gizinya normal maupun gemuk. Jika
ibu tidak dapat menaikkan berat badannya secara optimal dapat meningkatkan risiko
melahirkan anak yang BBLR (Fikawati, Syafiq, dan Karima, 2015). Hasil analisis
multivariabel menunjukkan status gizi secara statistic signifikan memengaruhi kejadian
underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia.
Nilai odds ratio pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa responden yang status gizi
ibunya kurus (IMT <18.5) memiliki risiko 1.27-1.84 kali lebih tinggi untuk mengalami
underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi dibandingkan dengan responden yang
status gizi ibunya normal. Status gizi ibu merupakan faktor dominan yang memengaruhi
kejadian wasting pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia.
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat pada “Kartu Menuju Sehat” (KMS)
maupun Buku Catatan Kesehatan Ibu dan Anak. KMS maupun buku catatan KIA berfungsi
sebagai alat bantu gerak pertumbuhan. Hasil pencatatan KMS dan buku catatan KIA perlu
dikomunikasikan dengan ibu balita atau pengasuhnya, karena KMS dan buku catatan KIA
bukan sekedar alat bagi petugas kesehatan tetapi juga sebagai media komunikasi dan
pendidikan para ibu (Andriani dan Wirjatmadi, 2014). Hasil analisis multivariabel
menunjukkan secara statistik keikutsertaan dalam layanan kesehatan signifikan memengaruhi
kejadian underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di
Indonesia. Nilai odds ratio pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa responden yang
tidak turut serta dalam layanan kesehatan memiliki risiko 1.07-1.22 lebih tinggi untuk
mengalami underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi dibandingkan responden yang
tercatat turut serta dalam layanan kesehatan.
Status gizi anak berkaitan dengan ketersediaan terhadap pelayanan kesehatan dasar. Anak
balita akan sulit dijangkau oleh berbagai kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
karena tidak dapat ke tempat pelayanan kesehatan (Sediaoetama, 2000). . Hasil analisis lanjut
menunjukkan secara statistik ketersediaan akan fasilitas kesehatan signifikan memengaruhi
kejadian underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di
Indonesia. Nilai odds ratio pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa responden yang
rumah tangganya tidak tersedia akan fasilitas kesehatan memiliki risiko 1.10-1.15 lebih tinggi
untuk mengalami underweight, stunting, wasting, dan gangguan gizi dibandingkan responden
yang disekitar rumah tempat tinggalnya tersedia akan fasilitas kesehatan.
Simpulan Prevalensi underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di
Indonesia berdasarkan penelitian ini berturut-turut adalah sebagai berikut 19.2%, 34.5%,
14.0%, dan 47.2%. Terdapat 7 variabel yang secara bersama-sama memengaruhi kejadian
underweight, stunting, wasting maupun komposit ketiga variabel tersebut. Adapun variabel
tersebut adalah jenis kelamin, berat badan lahir, status ekonomi keluarga, pendidikan ayah,
status gizi ibu, keikutsertaan dalam layanan kesehatan, serta ketersediaan akan fasilitas
kesehatan. Berat badan lahir rendah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian underweight (OR:2.08, 95%CI:1.75-2.47). Status ekonomi merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.55, 95%CI:1.41-1.71) dan gangguan
gizi (OR:1.59, 95%CI:1.45-1.75). Status gizi merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian wasting (OR:1.73, 95%CI:1.52-1.96).
Saran Masalah gizi merupakan masalah yang rumit. Untuk menanggulangi masalah gizi perlu
melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi. Adapun sektor-sektor yang
dapat dilibatkan dalam rangka perbaikan gizi adalah pemerintah daerah, sektor pendidikan,
sektor ekonomi, sektor sosial, sektor pertanian, sektor peternakan maupun sektor swasta.
Intervesi yang dilakukan tidak hanya yang berdampak dalam jangka waktu yang pendek tapi
hendaknya intervensi yang juga memiliki dampak jangka panjang bagi perbaikan gizi
masyarakat. Intervensi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah komitmen pemerintah
daerah untuk dapat memberikan bantuan tunai kepada keluarga yang status ekonominya
kurang mampu sehingga dapat mengakses makanan yang bergizi. Intervensi jangka panjang
yang dapat dilakukan adalah pemerintah harus lebih berupaya meningkatkan akses
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
pendidikan bagi masyarakat Indonesia, baik itu akses pendidikan formal maupun informal.
Untuk meningkatkan status ekonomi masyarakat maka perlu adanya pemberdayaan
masyarakat yang menyeluruh serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat untuk dapat
meningkatkan status ekonominya.
Daftar Referensi Almatsier, Sunita. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia. Pustaka. Andriani, Merryana., dan Bambang Wirjatmi. (2014). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana Pranadamedia Group. Andriani, Merryana., dan Bambang Wirjatmi. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta : Kencana Pranadamedia Group. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2010). Peta Jalan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. BAPPENAS, Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional: Jakarta _____________________________________. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. BAPPENAS, Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional: Jakarta BAPPENAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. BAPPENAS dan UNICEF. (2013). Periode Emas pada 1000 hari Pertama Kehidupan. Jakarta: BAPPENAS Cogill, Bruce.(2001). Anthropometric Indicators Measurement Guide. Washington D.C.: Food and Nutrition Technical Assistance Project Fikawati, Sandra., Ahmad Syafiq dan Khaula Karima.(2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: RajaGrafindo Persada Global Nutrition Report. (2014). Actions And Accountability to Accelerate The World’s Progress on Nutrition. Washington: International Food Policy Research Institute. Huriah, Titih., dkk.(2014). Malnutrisi Akut Berat dan Determinannya pada Balita di wilayah Rural dan Urban. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1 Agustus 2014 Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Surveilans Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan RI. Kavosi, Elham et al.(2014). Prevalence and Determinants of Under-Nutrition among Children Under Six: A Cross Sectional Survey in Fars Province, Iran. International Journal of Health Policy and Management, 2014, 3(2), 71-76
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI. (2013). Pedoman Perencanaan Program. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Jakarta : Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI Ratih, Dewi. (2011). Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Wilayah dengan Masalah Gizi Ganda pada Kelompok Usia Balita di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan Indonesia. Skripsi Institiut Pertanian Bogor : Tidak diterbitkan Sediaoetama, Achmad Djaeni. (2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat Supariasa, I Dewa Nyoman., Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC United Nations Children’s Fund (UNICEF). (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative For Global Progress. New York : United Nations Publications Usman, Hastuti., dkk.(2014). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 3-24 Bulan di Daerah Konflik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1 Agustus 2014
Determinan gangguan ..., Riza Lestari Asmarani, FKM UI, 2015