Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social...
Transcript of Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social...
Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social
Responsibility Sebagai Pemediasi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Oleh :
SARI MUJIANI
5514220030
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Magister Akuntansi
Konsentrasi Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS PANCASILA
2017
UNIVERSITAS PANCASILA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
TANDA PERSETUJUAN UJIAN TESIS
Nama Mahasiswa : Sari Mujiani
NIM : 5514220030
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal
Judul Tesis : Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social
Responsibility Sebagai Pemediasi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015
Jakarta, Februari 2017
Pembimbing II Pembimbing I
Dr. Darmansyah, SE,MBA,M.Ak Dr. Nurmala Ahmar, S.E., M.Si., Ak., CA.
Mengetahui,
Ketua Progam Studi
Dr. H. Suratno, S.E., M.M., Ak., CA.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik di Universitas Pancasila
maupun perguruan tinggi lain.
2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing.
3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena tesis ini, serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.
Jakarta, 01 Februari 2017
Yang membuat pernyataan
Sari Mujiani
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyusun proposal tesis dengan judul
“Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social Responsibility
Sebagai Pemediasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2015”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya,
sahabatnya, dan terakhir kepada kita selaku pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan proposal tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Magister Akuntansi (M.Ak.).Dalam menyusun proposal
tesis ini banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi, namun semua itu
dapat penulis lalui karena bantuan dari pihak-pihak yang terlibat. Pada
kesempatan kali ini, izinkanlah penulis untuk memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof Dr. Wahono Sumaryono, Apt., selaku Rektor Universitas Pancasila.
2. Prof. Dr. Sutjipto., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Pancasila.
3. Dr. H. Suratno, S.E., M.M., selaku ketua Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Pancasila.
4. Dr. Nurmala Ahmar, S.E., M.Si., Ak., CA. dan Dr. Darmansyah,
SE,MBA,M.Ak selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikirannya sehingga proposal tesis ini dapat selesai tepat waktu.
5. Seluruh dosen Program Studi Magister Akuntansi Universitas Pancasila atas
ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
6. Alm. Ayahanda yang selama sisa hidupnya tidak pernah luput untuk selalu
memberikan semangat dan doanya serta ibunda, suami dan anak tercinta
yang sampai detik ini selalu mendoakan dan bersemangat untuk
memberikan motivasi yang tidak pernah berhenti mengalir untuk penulis.
7. Kedua saudaraku serta para keponakan tercinta, yang selalu memberikan
keceriaan agar penulis dapat bersemangat dalam menyelesaikan studi
belajar ini.
8. Para Pimpinan dan Civitas Akademik Fakultas Ekonomi khususnya jurusan
Akuntansi Universitas Islam As-Syafi’iyah atas segala ilmu dan
motivasinya agar penulis mencari ilmu setinggi-tingginya.
9. Seluruh rekan mahasiswa Magister Akuntansi Angkatan XV Universitas
Pancasila atas kebersamaan, motivasi, dan sharing ilmunya selama ini.
10. Seluruh staf Tata Usaha dan Pelaksana di Magister Akuntansi Universitas
Pancasila.
Tak ada gading yang tak retak. Mungkin pepatah itulah yang
menggambarkan proposal tesis ini. Segala masukan, baik kritik maupun saran,
penulis harapkan demi penyempurnaan proposal tesis ini. Akhir kata, semoga apa
yang disajikan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi, Januari 2017
Sari Mujiani
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis determinan Abnormal
return dengan Corporate Social Responsibility sebagai pemediasi pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sampel penelitian yang digunakan adalah sebanyak 240 perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder, yang berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar
di BEI selama periode penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan metode regresi linier berganda dengan software SPSS 23.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility belum
mampu menjadi mediasi bagi Return On Assets, Ukuran Perusahaan, Leverage
dan Laba Akuntansi terhadap Abnormal Return.
Kata Kunci : Abnormal Return, Corporate Social Responsibility, Return On
Assets, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Laba Akuntansi.
ABSTRACT
This study was conducted to analyze the determinants Abnormal return to
Corporate Social Responsibility as mediating the companies listed in the
Indonesia Stock Exchange.
The samples of the research used in this study are 240 company that listed in
Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2015. The type of data used are
secondary data, in the form of annual reports of companies listed on the Stock
Exchange during the period 2011-2015 as the study sample. Hypothesis testing
was conducted using multiple linear regression with SPSS 23 software.
The results showed that Corporate Social Responsibility is not able to mediate for
Return On Assets, Company Size, Leverage and Accounting Earnings on
Abnormal Return.
Keyowrd : Abnormal Return, Corporate Social Responsibility, Return On Assets,
Company Size, Leverage and Accounting Earnings.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS ................................................. ii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN.............................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah .................................................... 8
1.4 Perumusan Masalah ..................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian ....................................................... 11
BABII TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis .............................................................. 13
2.1.1 Agency Theory ................................................... 13
2.1.2 Stakeholder Theory ............................................ 17
2.1.2 Efficient Market ................................................. 18
2.2 Kajian Literatur ............................................................ 20
2.2.1 Pasar Modal............................................... ........ 20
2.2.2 Abnormal Return........................................ ....... 36
2.2.3 Corporate Social Responsibility........................ 38
2.2.4 Return On Asset.................................... ............. 39
2.2.5 Ukuran Perusahaan............................................. 41
2.2.6 Leverage......................................... ................... 43
2.2.7 Laba Akuntansi................... ............................... 46
2.3 Penelitian Terdahulu................................................ .... 47
2.4 Kerangka Pemikiran Teori...................................... ..... 50
2.5 Pengembangan Hipotesis......................................... .... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data............................................. .... 57
3.2 Populasi dan Sampel.............................................. ...... 57
3.3 Metode Pengumpulan Data..................................... ..... 59
3.4 Operasional Variabel dan Pengukuran....................... .. 59
3.5 Metode Analisis Data............................................ ....... 64
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian.................................. ..... 74
4.2 Uji Asumsi Klasik................................................... ..... 77
4.3 Pengujian Hipotesis Mediasi Perusahaan di BEI....... .. 82
4.4 Analisis & Pembahasan................................................ 89
4.5 Pengujian Hipotesis Berdasarkan Sektor Industri...... .. 97
4.6 Pengujian CSR sebagai Variabel Pemoderasi .............. 108
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.................................................................... .. 110
5.2 Keterbatasan Penelitian............................................. ... 111
5.3 Saran.......................................................................... ... 113
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. : Matriks Penelitian Terdahulu.......................................... 47
Tabel 3.1. : Kriteria Pemilihan Sampel.............................................. 59
Tabel 3.2. : Operasionalisasi Variabel ............................................... 63
Tabel 4.1 : Hasil Statistik Deskriptif................................................. 74
Tabel 4.2 : Hasil Multikolinieritas Abnormal Return....................... 79
Tabel 4.3 : Hasil Pemgujian Multikolinieritas CSR.......................... 79
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Autokorelasi Abnormal Return............... 80
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Autokorelasi CSR.............................. 80
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Abnormal Return 83
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Koefisien Determinasi CSR............... 83
Tabel 4.8 : Hasil Uji t Abnormal Return......................................... 84
Tabel 4.9 : Hasil Uji t CSR.............................................................. 87
Tabel 4.10 : Hasil Pengujian Abnormal Return................................. 89
Tabel 4.11 : Hasil Pengujian CSR...................................................... 92
Tabel 4.12 : Hasil Analisis Jalur (H10).............................................. 94
Tabel 4.13 : Hasil Analisis Jalur (H11).............................................. 95
Tabel 4.14 : Hasil Analisis Jalur (H12).............................................. 96
Tabel 4.15 : Hasil Analisis Jalur (H13).............................................. 96
Tabel 4.16 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Pertanian................... 97
Tabel 4.17 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Bahan Tambang......... 99
Tabel 4.18 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Industri Dasar dan Bahan
Kimia............................................................................... 100
Tabel 4.19 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Industri Lainnya......... 101
Tabel 4.20 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Industri Untuk konsumsi 102
Tabel 4.21 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Property, Real Estate dan
Konstruksi Bangunan...................................................... 104
Tabel 4.22 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Transportasi, Infrastruktur
dan Utilities..................................................................... 105
Tabel 4.23 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Keuangan................... 106
Tabel 4.24 : Hasil Pengujian Hipotesis Sektor Perdagangan, Jasa dan
Investasi............................................................................ 107
Tabel 4.25 : Hasil Pengujian CSR sebagai Moderating........................ 109
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Rata-rata Harga Saham selama periode 2011-2015 ................ 2
Gambar 4.1 : Grafik Normal P-Plot Abnormal Return................................. 77
Gambar 4.2 : Grafik Normal P-Plot CSR..................................................... 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban
manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan selama perioda tertentu. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan, seperti: penilaian kinerja
manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian dividen kepada
pemegang saham, dan lain sebagainya. Perusahaan yang mempublikasikan
laporan keuangan secara teoritis dan empiris telah menyebabkan perubahan harga
saham, dalam hal ini pasar modal merupakan sarana mobilitas dana yang
bersumber dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke berbagai sektor
yang membutuhkannya melalui investasi. Adapun tabel mengenai rata-rata harga
saham yang diperjualbelikan di pasar modal selama kurun waktu lima tahun
terakhir dapat terlihat dalam tabel 1.1, bagaimana terjadinya pertumbuhan rata-
rata harga saham yang berfluktuasi.
Tabel 1.1
Rata-rata Harga Saham Yang Diperdagangkan
Dengan demikian, ekspektasi dari adanya investasi adalah tentunya
mendapatkan keuntungan, baik berupa dividen maupun return. Return dapat
berupa return realisasi (realized return) maupun return ekspektasi (expected
return). Return sendiri merupakan indikator tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan investor termasuk didalamnya para pemegang saham. Reaksi
investor ini dapat diikuti dengan perubahan abnormal return (Agustina & Kianto,
2012).
Dengan adanya reaksi dari para investor tersebut, mempunyai dampak bagi
perkembangan perusahaan salah satunya CSR merupakan bidang penelitian yang
mulai berkembang pesat dalam dekade terakhir, seiring dengan perkembangan
konsep perusahaan yang lebih berorientasi pada kepentingan stakeholder daripada
shareholder. Hal ini merupakan suatu bentuk fenomena baru dalam pencitraan
perusahaan sebagai perusahaan yang berkualitas baik. Salah satu bentuk
komunikasi modern yang saat ini banyak dilakukan perusahaan adalah dengan
CSR. Berdasarkan signalling theory, perusahaan dapat meningkatkan nilai
3749
4567
5687
2319 2108
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2011 2012 2013 2014 2015
perusahaan melalui pelaporannya dengan mengirimkan sinyal melalui laporan
tahunannya. Oleh karena itu, diharapkan investor mempertimbangkan informasi
CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahan (Scott, 2012:475).
Jika dihubungkan dengan persoalan abnormal return, pengungkapan CSR
adalah kegiatan baik (responsible firm activities) yang seharusnya juga
menunjukkan sikap baik perusahaan dalam pengelolaan operasionalnya
(responsible manner). Jika informasi CSR dipertimbangkan investor dalam
pengambilan keputusan yang disertai kenaikan pembelian saham perusahaan
maka terjadi kenaikan harga saham yang melebihi return yang diharapkan oleh
investor sehingga menyebabkan abnormal return (Megawati, 2011).
Penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
maupun abnormal return sudah banyak dilakukan, diantaranya : Raissa & Asri
(2014); Thomas & Atim (2012); Rio Malintan & Tuban (2012); Ulupui (2007)
berhasil membuktikan bahwa return on asset berpengaruh terhadap return saham,
dimana pengaruh positif ROA menujukan pengelolaan perusahaan sangat efisien
sehingga investor menilai kinerja perusahaan dalam kondisi baik dan
menyebabkan harga saham meningkat. Adanya pengaruh yang positif ROA
terhadap return saham dikarenakan selama tahun penelitian sebagian besar
perusahaan mengalami peningkatan jumlah aset atau aktiva yang cukup besar
yang secara otomatis biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan aktiva-aktiva
tersebut juga akan meningkat, peningkatan jumlah aktiva perusahaan juga
dipengaruhi oleh besarnya jumlah penjualan surat-surat berharga perusahaan
tersebut, sejalan dengan pendapatan laba bersih dari perusahaan mengalami
peningkatan yang relatif stabil sehingga memberikan pengaruh positif terhadap
return saham. Namun Budialim (2013) tidak berhasil membuktikan hal tersebut.
Penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate
Social Responsibility (CSR) pun sudah banyak dilakukan, diantaranya : Dyah dan
Bagus (2014); Lilis,dkk (2014); Amalia, Arfan & Shabri (2014); Theodora
Martina (2010) berhasil membuktikan bahwa return on asset berpengaruh
terhadap CSR, Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan teori agensi,
menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi akan memberikan kesempatan yang
lebih kepada manajemen (agen) untuk melakukan dan mengungkapkan kepada
prinsipal mengenai program tanggung jawab sosial secara luas. Perusahaan yang
mempunyai profitabilitas/laba yang tinggi maka perusahaan akan lebih leluasa
untuk memilih bentuk pengungkapan CSR mana yang akan dilakukan. Namun
terdapat hasil yang berbeda yang ditemukan oleh Rahayu & Indah (2015); Rafika
& Yulius (2014); Triastuti (2013); Marzully & Denies (2012); Rita, dkk (2008)
yaitu penelitian menyatakan tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan CSR.
Penelitian berikutnya yang mempunyai pengaruh terhadap return saham
maupun abnormal return yaitu variabel ukuran perusahaan, sejalan dengan
penelitian dari Agustina & Kianto (2012); Sugiarto (2011) dimana ukuran
perusahaan yang kecil cenderung marginal dalam kemampuan, sehingga harga
sahamnya cenderung lebih sensitif untuk berubah dalam bidang ekonomi dan
perusahaan ini mempunyai kecenderungan yang kecil untuk berkembang dalam
kondisi ekonomi yang sulit. Namun belum ditemukan penelitian yang mempunyai
hasil berbeda.
Variabel ukuran perusahaan pun mempunyai pengaruh terhadap CSR,
sejalan dengan penelitian dari Hastuti (2014); Dyah dan Bagus (2014); Wijaya
(2012); Marzully dan Denies (2012); Jayanti dan Sudarno (2010) dimana
perusahaan yang tinggi akan mendorong perusahaan untuk memberikan informasi
yang lebih detail, salah satunya informasi mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan karena mereka ingin meyakinkan investor terhadap perusahaan agar
para investor berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun Triastuti (2013); Martina
(2010); Rita, dkk (2008) tidak berhasil membuktikan hal tersebut.
Penelitian selanjutnya yang mempengaruhi return saham adalah leverage
yang diproksikan dengan rasio DER ini, sejalan dengan penelitian dari Ulupui
(2007) dimana mendapatkan hasil jika rasio yang dimiliki tinggi akan
menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri,
sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan
terhadap pihak eksternal (para kreditur). Akibatnya perusahaan yang bersangkutan
menjadi kurang menarik di mata investor. Rasio ini merupakan rasio solvabilitas
yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang
jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total
ekuitasnya. Namun Budialim (2013); Sugiarto (2011); Rafika & Yulius (2014);
Wijaya (2012); Martina (2010) tidak berhasil membuktikan hal tersebut.
Variabel leverage pun mempunyai pengaruh terhadap CSR, hal ini sejalan
dengan penelitian dari Marzully dan Denies (2012); Jayanti dan Sudarno (2010).
Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung
mengurangi pengungkapan tanggungjawab sosial yang dibuatnya agar tidak
menjadi sorotan dari para debtholders. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya
tingkat leverage perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Berbeda halnya dengan variabel laba akuntansi beberapa penelitian
menemukan pengaruh terhadap return saham diantaranya Amalia, dkk (2014);
Adi & Bagus (2013); Lydia & Ferlysia (2012); Azilia & Yulius (2012), akan
tetapi variabel laba akuntansi belum ditemukan yang mempunyai pengaruh
terhadap CSR.
Objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek
indonesia, hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut merupakan emiten
yang memberikan kesempatan bagi para investor dalam menanamkan modalnya,
sehingga perusahaan yang masuk dalam bursa efek indonesia selalu mendapatkan
perhatian dari para investor yang sangat baik. Selain itu, perusahaan yang masuk
di bursa efek indonesia dalam hal penyampaian laporan keuangan telah teraudit
sesuai aturan yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul
“Determinan Abnormal Return Dengan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Pemediasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia“.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat hasil yang berbeda atau tidak
konsisten terhadap variabel yang sama terkait pengaruhnya terhadap abnormal
return. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah :
1. Return On Assets
Merupakan ukuran efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.Rasio ini mengukur tingkat
kembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen aset,yang berarti efesiensi manajemen.
2. Ukuran Perusahaan
Suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar
kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai saham, dan lain sebagainya.
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi
pasarnya maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
3. Leverage
Dalam penelitian ini leverage diproksikan dengan debt to equity ratioyang
berarti ratio yang memberikan gambaran mengenai struktur modal yang
dimiliki perusahaan atau keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai
oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan,sehingga dapat dilihat
tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
4. Laba Akuntansi
kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk penurunan kewajiban atau
penambahan aktiva yang menyebabkan ekuitas meningkat selama periode
akuntansi bukan berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba akuntansi
digunakan untuk meramalkan kemampuan laba dan memprediksi risiko
dalam investasi dan kredit selain untuk menilai kinerja.
5. Corporate Social Responsibility
Pengungkapan CSR menunjukkan bahwa perusahaan mengambil bagian dari
akuntansi pertanggung jawaban sosial yang mengkomunikasikan informasi
sosial kepada stakeholder.
6. Abnormal Return
Jika return yang didapat lebih besar dari return yang diharapkan atau return
yang dihitung, maka abnormal return akan positif. Sebaliknya, jika return
yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung, maka abnormalreturn akan negatif.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi abnormal return. Disertai data yang di akses melalui suatu
informasi yang di publikasikan secara konsisten selama periode penelitian, maka
pembatasan masalah dari penelitian ini hanya terfokus pada return on assets,
ukuran perusahaan, leverage dan laba akuntansi serta corporate social
responsibility sebagai variabel pemediasi.
Sedangkan variabel dependennya adalah Abnormal Return yang menjadi isu
permasalahan tersebut.
1.4 Perumusan Masalah
1. Apakah Return On Asset, Ukuran Perusahaan, Leverage, Laba Akuntansi
dan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap
Abnormal Return ?
2. Apakah Return On Asset, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Laba
Akuntansi berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social
Responsibility ?
3. Apakah Return On Asset, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Laba
Akuntansi berpengaruh terhadap Abnormal Return dengan Corporate
Social Responsibility sebagai pemediasi ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan dan menjelaskan bahwa Return On Asset, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Laba Akuntansi dan Corporate Social
Responsibility berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiaperiode tahun 2011-
2015.
2. Untuk membuktikan dan menjelaskan bahwa Return On Asset, Ukuran
Perusahaan, Leverage dan Laba Akuntansi berpengaruh signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility pada perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015.
3. Untuk membuktikan dan menjelaskan bahwa Return On Asset, Ukuran
Perusahaan, Leverage dan Laba Akuntansi berpengaruh terhadap
Abnormal Return dengan Corporate Social Responsibility sebagai
pemediasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2011-2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung untuk para akademisi maupun para praktisi. Maka
kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis / Akademis
a. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan wacana dan referensi di bidang akuntansi keuangan
terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Abnormal
Return.
b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bukti empiris dari penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.
2. ManfaatPraktis
a. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahanpertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi
khususnya terkait dengan Abnormal Return.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan yang di ukur
melalui Abnormal Return.
BAB II
TINJAUAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Agency Theory
Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa
pihaklain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan, dalam melakukan hal
itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan
CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO dan
mengharapkan ia untuk bertindak bagi kepentingan mereka. Di tingkat yang
lebih rendah, CEO adalah prinsipal dan manajer unit bisnis adalah agennya.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen
memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan
mengurangi perbedaan preferensi ini.
Menurut Brigham & Houston (2006: 26-31) para manajer diberi
kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk
membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik
kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory).
Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih
individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi
lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan
mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut.
Dalam manajemen keuangan, hubungan keagenan utama terjadi di antara:
1. Pemegang Saham versus Manajer
Fakta bahwa manajer-pemilik tidak akan mendapatkan seluruh
keuntungan dari kekayaan yang diciptakan dari usahanya ataupun
menanggung seluruh biaya penghasilan tambahan akan meningkatkan
insentif baginya untuk mengambil tindakan-tindakan yang bukan
menjadi kepentingan utama dari pemegang saham yang lain.
2. Pemegang Saham (Melalui Manajer) versus Kreditor
Kreditor memiliki klaim atas sebagian dari arus laba perusahaan
untuk pembayaran bunga dan pokok utang, dan mereka memiliki klaim
atas asset perusahaan di waktu terjadi kebangkrutan. Akan tetapi,
pemegang saham memiliki kendali (melalui manajernya) atas
keputusan-keputusan yang memengaruhi profitabilitas dan risiko
perusahaan. Kreditor meminjamkan dana dengan tarif yang didasarkan
pada (1) tingkat risiko dari aset perusahaan yang telah ada, (2)
ekspektasi sehubungan dengan tingkat risiko dari tambahan asetdi masa
depan, (3) struktur modal perusahaan yang telah ada (yaitu jumlah
pendanaan melalui utang yang digunakan), dan (4) ekspektasi
sehubungan dengan keputusan-keputusan struktur modal di masa
depan.
Hal-hal di atas merupakan determinan-determinan utama dari seberapa
berisikonya arus kas perusahaan, yaitu tingkat keselamatan dari utang yang
dikeluarkan
a) Perbedaan Tujuan antara Prinsipal dan Agen
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan
tidak hanya dari kompensasi keuangan, tetapi juga dari tambahan yang
terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak,
kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel.
Prinsipal (yaitu, pemegang saham) di pihak lain, diasumsikan hanya tertarik
pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi dia di
perusahaan tersebut.
Agen dan prinsipal juga berbeda dalam hal preferensi risiko. Teori
agensi mengasumsikan bahwa manajer memilih lebih banyak daripada lebih
sedikit kekayaan, tetapi bahwa utilitas marginal, atau kepuasan, menurun
dengan semakin banyaknya kekayaan yang diakumulasikan. Agen biasanya
memiliki sebagian besar dari kekayaan dia yang terikat dengan kekayaan
perusahaan. Kekayaan ini terdiri baik kekayaan keuangan dia maupun
modal manusia mereka. Modal manusia-nilai manajer sebagaimana
dipandang oleh pasar-dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Semakin
menurunnya utilitas atas kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang
bergantung pada perusahaan, agen diasumsikan akan bersifat enggan
menghadapi risiko (risk adverse). Mereka menilai peningkatan dari investasi
beresiko lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan nilai (nilai aktuarial)
dari investasi tersebut.
Saham perusahaan dipegang oleh banyak pemilik, yang mengurangi
risiko mereka dengan mendiversifikasi kekayaan mereka dengan memiliki
saham di banyak perusahaan. Oleh karena itu, pemilik tertarik dengan
perkiraan nilai dari investasi mereka dan bersifat netral terhadap resiko (risk
neutral). Manajer tidak semudah itu mendiversifikasikan resiko ini, yang
menyebabkan mereka enggan menghadapi resiko.
b) Tidak Dapat Diamatinya Tindakan Agen
Perbedaan preferensi yang terkait dengan kompensasi dan bonus
timbul manakala prinsipal tidak dengan mudah memantau tindakan agen.
Pemegang saham tidak dalam posisi untuk memantau ativitas CEO setiap
harinya untuk memastikan bahwa ia bekerja untuk kepentingan mereka.
Secara serupa, CEO tidak berada dalam posisi untuk memantau aktivitas
manajer untuk bisnis setiap harinya. Prinsipal tidak memiliki informasi yang
mencukupi mengenai kinerja agen, prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti
bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan.
Situasi ini disebut dengan asimetri informasi. Asimetri ini dapat mengambil
dari berbagai bentuk. Tanpa memantau, hanya agen yang mengetahui
apakah ia bekerja untuk kepentingan prinsipal. Lebih lanjut lagi, agen
tersebut mungkin mengetahui lebih banyak mengenai tugas tersebut
dibandingkan dengan prinsipal. Tambahan informasiyang mungkin dimiliki
oleh agen disebut dengan informasi pribadi.
Perbedaan preferensi antara prinsipal dan agen, dan informasi
pribadi agen, dapat menyebabkan agen tersebut salah menyajikan informasi
kepada prinsipal. Salah penyajian ini adalah sedemikian rupa sifatnya
sehingga istilah bahaya moral telah diberikan atas situasi di mana seorang
agen yang dikendalikan termotivasi untuk salah menyajikan informasi
karena sifat sistem pengendalian (Anthony dan Govindarajan, 2005: 269-
270).
2.1.2 Stakeholder Theory
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang
memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Dengan
demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti:
pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan
internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga
pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain
sebagainya yang keberadaanya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi
perusahaan. Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa
perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah
pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung mapun
tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan
perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak
mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi
stakeholder. Berdasar pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut,
perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social
setting) sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta
mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan,
sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu
stabilitas usaha dan jaminan going concern (Nor Hadi, 2011: 94-95). Esensi
teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan teori
legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi
expectation gap dengan masyarakat (publik) sekitar guna meningkatkan
legitimasi (pengakuan) masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Untuk
itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasinya yaitu dengan menggeser
pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic
measurement yang cenderung shareholder (para pemilik) orientation, ke
arah memperhitungkan faktor social (social factors) sebagai wujud
kepedulian dan keberpihakan terhadap masalah sosial kemasyarakatan
(stakeholder orientation).
2.1.3 Efficient Market
Pasar efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang
diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia.
Informasi yang tersedia meliputi informasi masa lalu, informasi saat ini,
serta informasi yang bersifat sebagai pendapat atau opini rasional yang bisa
mempengaruhi perubahan harga.
Jika pasar efisien dan semua informasi bisa didapatkan dengan mudah
dan dengan biaya yang murah oleh semua pihak yang ada di pasar, maka
harga yang terbentuk adalah harga keseimbangan. Semua informasi yang
masuk ke pasar akan langsung tercermin pada harga pasar saham yang baru,
sehingga tidak seorangpun investor yang memperoleh abnormal return.
Oleh karena itu, aspek penting dalam menilai efisiensi pasar adalah seberapa
cepat suatu informasi baru diserap oleh pasar yang tercermin dalam
penyesuaian menuju harga keseimbangan yang baru.
Soewardjono (2005) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien
kedalam tiga bentuk efisiensi, yaitu:
1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk
lemah jika harga sekuritas merefleksikan secara penuh informasi harga dan
volume sekuritas masa lalu (yang biasanya tersedia secara publik). Pelaku
pasar masih dimungkinkan untuk memperoleh return abnormal dengan
memanfaatkan informasi selain data pasar.
2) Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Dikatakan pasar
efisien bentuk semi-kuat jika harga sekuritas merefleksikan secara penuh
semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data statement
keuangan, karena semua pelaku pasar memperoleh semua akses yang sama
terhadap informasi publik, strategi informasi yang mengandalkan statement
keuangan publikasi tidak akan mampu menghasilkan return abnormal
secara terus-menerus.
3) Efisien dalam bentuk kuat (strong form), pasar efisien dalam bentuk kuat,
semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah
tercermin dalam harga sekuritas saat ini.
2.2 Kajian Literatur
2.2.1 Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Salah satu sumber dana eksternal yang utama selain supplier yang
memberikan kredit jangka pendek ataupun jangka panjang dan kredit
investasi bank. Oleh karena itu, pasar modal dapat dijadikan wahana
penting diluar perbankan yang menyediakan fasilitas untuk memindahkan
dana dari lender ke borrower dan menyediakan dana bagi dunia usaha
melalui penjualan instrumen-instrumen keuangan jangka panjang yang
diperdagangkan di pasar modal. Menurut Suad Husnan (2004:3)
mendefinisikan bahwa pasar modal yaitu :
“Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun perusahaan swasta.“
Berdasarkan definisi di atas, disebutkan bahwa di pasar modal
diperdagangkan berbagai komoditas modal sebagai instrument jangka
panjang. Komoditas modal tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu
modal hutang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah surat berharga yang
bersifat penyertaan atau ekuitas seperti saham, waran, dan right.
Sedangkan modal hutang adalah surat berharga yang bersifat hutang atau
sering juga disebut sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income)
seperti obligasi dan obligasi konversi.
Lebih luas lagi, Jogiyanto Hartono (2008:3) mendefinisikan tiga
istilah yang berkaitan dengan pasar modal yaitu pasar, modal, dan pasar
modal yaitu sebagai berikut:
“Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli)
dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok
komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai
sumber dana untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar
modal merupakan suatu situasi dimana para pemjual dan pembeli dapat
melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok
komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal”.
Sedangkan menurut Rusdin (2008:1) definisi capital market atau
pasar modal dalam pengertian luas dan pengertian khusus adalah sebagai
berikut:
“Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.”
Berdasarkan kedua teori diatas, terlihat bahwa pasar modal
layaknya pasar tradisional yang mempertemukan pihak kelebihan dana
(pembeli efek) dengan pihak yang kekurangan dana (penerbit efek) yang
terhimpun dalam wadah jual beli instrumen pasar modal hingga
terbentuknya permintaan dan penawaran atas efek.
Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 2003,
pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu :
“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek,perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Berdasarkan UUPM tersebut, pengertian pasar modal lebih
mengacu pada kegiatan yang terjadi dipasar modal. Dimana, pasar modal
berkaitan dengan kegiatan:
1. Penawaran umum dan perdagangan efek. Penawaran umum atau sering
juga disebut sebagai go publik adalah kegiatan penawaran saham atau
efek lainnya dipasar perdana untuk dijual kepada masyarakat oleh
emiten berdasarkan UUPM. Sedangkan perdagangan efek adalah
kegiatan jual beli efek yang terjadi dipasar sekunder.
2. Perusahan publik dengan efek yang diterbitkannya. Perusahaan publik
adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya
300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya
Rp.3 Milyar. Selain perusahaan memiliki kriteria tersebut, maka selama
itu juga perusahaan itu wajib memenuhi kebutuhan-kebutuhan dibidang
pasar modal yang mengatur perusahaan publk.
3. Lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Lembaga tersebut
diantaranya akunatan, konsultan hukum, penilai, dan notaris. Pasar
modal telah menetapkan sangsi atas berbagai pelanggaran dipasar
modal bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan dipasar modal
termasuk lembaga-lembaga profesi yang berkaitan dengan efek
tersebut.
Dari berbagai definisi yang telah diuraikan diatas, maka terdapat
berbagai karakteristik dari pasar modal, yaitu:
a. Sebagai jembatan perdagangan antara dua pihak, yaitu pihak yang
menegluarkan dana (investor/Leender), dan pihak yang membutuhkan
dana (Emiten/borrower).
b. Komoditas yang diperdagangkan adalah komoditas modal.
c. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panajng) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
d. Pasar yang menggunakan sistem terorganisir dengan melalui jasa para
komissioner, underwriter dan pialang.
e. Alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan
2. Instrumen Keuangan yang di Pasarkan di Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri. Bentuk dari instrument keuanagn tersebut
dinamakan dengan surat berharga. Surat berharga atau sering juga disebut
sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu
pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek
atau kekayaan organisai yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai
kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Menurut Jogiyanto Hartono (2008:98) mendefnisiskan instrumen pasar
modal adalah sebagai berikut :
“Instrumen pasar modal pada prisipnya adalah semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham
biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right insue, dan
waran”.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar
modal sebagai berikut:
1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar
modal, saham biasa (Common stock) adalah yang paling dikenal
masyarakat. Diantara emiten yang menerbitkan surat berharga, saham
biasa juga merupakan sekuritas yang paling banyak digunakan untuk
menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa adalah bukti
tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Devidend yang diterima
dalam pemilikan saham biasa ini jumlahnya tidak tetap, dan pemilik saham
biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam
jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat
umum pemegang saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman
(emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan
bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
4. Obligasi Konversi (Convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat
dikonversikan (ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau
sesudahnya.
5. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari
saham. Right issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang
saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu
dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan
upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah
modal perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga
lain, misalnya obligasi atau saham.
3. Lembaga-Lembaga yang Berkaitan dengan Pasar Modal
Berbagai lembaga penunjang pasar modal diperlukan agar informasi yang
dipergunakan oleh para pemodal untuk mengambil keputusan bisa diandalkan,
dan transaksi dapat diselesaikan secara cepat dan murah.
Menurut Suad Husnan (2002:9) menyatakan bahwa:
“Lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar modal tersebut
diantaranya BAPEPAM, Bursa efek, Akuntan publik, Underwriter, Wali
amanat, notaris, konsultan hukum dan lembaga klearing”
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan lembaga-lembaga yang
berkaitan dengan pasar modal sebagai berikut:
a. BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang di bentuk pemerintah untuk
mengawasi pasar modal Indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari
badan pengawas pasar modal, setelah sebelumnya singkatan dari badan
pelaksana pasar modal. Perubahan terjadi pada akhir tahun 1990.
perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, baik saham
maupun obligasi, harus mendapat izin dari BAPEPAM. Fungsi yang harus
dilakukan oleh BAPEPAM adalah fungsi pengawasan.
b. Bursa Efek
Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
perdagangan sekuritas. Di Indonesia terdapat bursa efek yaitu Bursa Efek
Indonesia (BEI), dibursa itulah bertemu pembeli dan penjual skuritas.
c. Akuntan Publik
Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan
memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Dipasar modal dituntut
pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari perusahaan
yang menerbitkan atau yang telah mendaftar dibursa. Pendapat wajar tanpa
syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prisip-Prinsip
Akunatansi Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.
d. Underwriter
Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas dibursa (perusahaan tersebut
disebut sebagai emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku
semua, sehingga dana yang diperlukan bisa diperoleh. Untuk menjamin agar
penerbitan (emisi) sekuritas yang pertama kali tersebut (dikatakan dilakukan
dipasar perdana) terjual semua, emiten akan meminta underwriter
memberikan jaminan Fullcomitmen, maka semua sekuritas dijamin akan
terjual semua. Kalau tidak terjual, underwriter itulah yang akan membeli
sisanya. Karena underwriter menangung resiko harus membeli sekuritas
yang tidak terjual, mereka cenderung berupaya untuk bernegosiasi dengan
calon emiten agar sekuritas yang ditawarkan tidak terlalu mahal harganya.
Disamping itu mereka juga memperoleh imbalan (dalam bentuk fee) dari
emiten.
e. Wali amanat (trustee)
Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi, wali amanat
mewakili kepentingan pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan
kredit yang diberikan tidak dijamin dengan tanggungan apapun. Untuk
meminimumkan agar kredit tersebut tidak macet berarti bahwa obligasi
yang dibeli tidak dilunasi oleh perusahaan yang menerbitkan, maka ada
pihak yang mewakili para pembeli obligasi dalam melakukan semacam
penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Wali amanat
inilah yanga melakukan penilaian terhadap keamanan obligasi yang dibeli
oleh para pemodal.
f. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara rapat pemegang saham
(RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan - keputusan RUPS.
Bagaimanapun juga keputusan - keputusan untuk menjual sekuritas kepasar
modal merupakan peristiwa yang penting dan karenanya perlu memperoleh
persetujuan dari para pemegang saham. Disamping itu notaris juga perlu
meneliti keabsahan penyelenggaraan RUPS tersebut.
g. Konsultan Hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang
menerbitkan sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum
dengan pihak lain. Juga ke absahan dokumen-dokumen perusahaan perlu
diperiksa oleh konsultan hukum tersebut.
h. Lembaga Kliring
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut
bertugas untuk mengatur arus sekuritas tersebut. Kegiatan lembaga ini mirip
dengan kegiatan Bank Indonesia yang penyelenggarakan kliring uang giral.
Sedangkan menurut I Putu Gede Aris Suta (2003:85) menyatakan
mengenai lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pasar modal yaitu :
“Terdapat dua lembaga pendukung terselenggaranya kegiatan sistem pasar
modal yaitu Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP), dan Lembaga
Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP)”.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa terselenggaranya kegiatan pasar
modal didukung oleh dua lembaga yaitu:
1. Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)
LKP adalah salah satu pendukung terselenggaranya kegiatan sistem pasar
modal secara lengkap, yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
2. Lembaga Penyampaian dan Penyelesaian (LPP)
Adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan
kustodian sentral (Tempat penyimpanan terpusat) bagi bank custodian,
perusahaan efek dan pihak lain. Bank kustodian itu sendiri merupakan
bank yang bertindak sebagai tempat penitipan uang, surat berharga
maupun barang-barang berharga.
4. Mekanisme Perdagangan di Pasar Modal
Pada dasarnya, kegiatan perdagangan efek tidak berbeda dengan
kegiatan pasar pada umumnya yang melibatkan pembeli dan penjual.
Dipasar modal, pihak-pihak yang terlibat tersebut dikenal dengan istilah
emiten dan investor. Menurut Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 angka 6:
”Istilah emiten mengacu kepada kegiatan yang dilakukan perusahaan yang
menjual bebagai sahamnya kepada masyarakat investor melalui penawaran
umum (pasar perdana). Saham yang telah dijual kepada investor tersebut
akan diperjualbelikan kembali antara investor melalui bursa efek (pasar
sekunder)”.
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa istilah
emiten ialah perusahaan yang memperoleh dana lewat pasar modal dengan
cara menerbitkan saham atau efek lainnya ke publik.
Berdasarkan pernyataan UUPM tersebut, perdagangan saham
dipasar modal dilakukan melalui dua jenis pasar yaitu pasar perdana dan
pasar sekunder. Lebih spesifik mengenai pasar perdana dan pasar sekunder
dikatakan oleh para ahli antara lain:
Menurut Dahlan Siaman (2002:371) mendefinisikan Pasar perdana
adalah sebagai berikut:
“Pasar perdana adalah penawaran efek secara langsung oleh emiten kepada
investor tanpa melalui bursa efek. Pemasaran efek dilakukan berdasarkan
perjanjian emisi efek. Harga efek yang ditawarkan dipasar perdana tidak
berpluktuasi. Setelah selesai masa penawaran dipasar perdana efek tersebut
akan diperdagangkan secara terus menerus dan harganya juga akan
berfluktuasi. Transaksi jual beli efek di bursa efek tersebut pasar sekunder”.
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasar
pedana merupakan pasar dimana efek-efek diperdagangkan untuk
pertamakalinya, sebelum dicatatkan di Bursa efek. Disini, saham dan efek
lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan kepada investor oleh pihak
Penjamin Emisi (Underwriter) melalui perantara pedagang efek (Broker)
yang bertindak sebagai agen penjual saham. Proses ini biasa disebut dengan
penawaran umum perdana (Initial Publik offering/IPO). Setelah selesai
masa penawaran dipasar perdana efek tersebut akan diperdagangkan secara
terus menerus dan harganya juga akan berfluktuasi. Transaksi jual beli efek
di bursa efek tersebut pasar sekunder.
Menurut Jogiyanto Hartono (2008:56), pengertian pasar sekunder
adalah sebagai berikut:
”Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan
di Bursa efek diperjual-belikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan
kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di
bursa setelah terlaksananya penewaran perdana”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar sekunder
merupakan tempat terjadi proses jual beli efek setelah melakukan
mekanisme perdagangan dipasar perdana. Dipasar sekunder efek-efek dapat
diperdagangkan dari satu investor ke investor lainnya.
Di bawah ini di uraikan lebih rinci mengenai mekanisme
perdagangan efek dipasar perdana dan pasar sekunder.
A. Pasar Perdana
Bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran publik di
Indonesia, pada dasarnya dilakukan melalui dua prosedur. Pertama
perusahaan (emiten) tersebut dengan bantuan professional dan lemabaga
pendukung pasar modal akan menyiapkan berbagai dokumentasi serta
persyaratan yang diperluka untuk go publik. Salah satu professional
pendukung pasar modal yang memegang peranan penting adalah
Underwriter. Underwriter atau penjamin emisi membantu perusahaan
dalam proses go publik, mulai dari menentukan harga perdana hingga
memasarkan efek yang ditawarkan kepada calon investor. Professional dan
lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penawaran publik antara lain
adalah akuntan publik, notaris, dan konsultan hukum. Setelah semua
dokumen lengkap, maka emiten akan menyerahkan pernyataan pendaftaran
kepada badan pengawas pasar modal (BAPEPAM). Laporan registrasi
antara lain berisikan informasi keuangan dan informasi lainnya mengenai
emiten, beserta prosfektus yang memberikan informasi mengenai
penawaran publik kepada calon pembeli. BAPEPAM akan memepelajari
dokumen yang diserahkan dan akan mengevaluasi aplikasi dari tiga aspek:
1. Kelengkapan dokumen
2. Kejelasan dan kecukupan informasi
3. Pengungkapan aspek manajemen, keuangan, akuntansi, dan legal
Setelah dokumentasi diangagap layak maka pernyataan pendaftaran
diangagap efektif yang berarti emiten dapat melakukan penawaran publik.
Untuk memastikan tidak terjadi keterlambatan pemrosesan, jika dalam
waktu 30 hari BAPEPAM belum memberikan tanggapan, maka secara
otomatis pernyataan pendaftaran dianggap berlaku. Setelah itu emiten
dengan bantuan lembaga dan profesional pendukung akan melakukan
penawaran publik dipasar perdana.
B. Pasar Sekunder
Setelah efek dijual diapsar perdana, maka suatu mekanisme harus
tersedia dimana investor dapat memperdagangkan efek tersebut. Pasar
sekunder dalam hal ini memungkinkan investor untuk memperdagangkan
efek mereka. Jika seorang ingin menjual atau membeli efek, mereka tidak
dapat langsung membeli atau menjual efek langsung dilantai bursa,
melainkan harus melalui anggota bursa yang bertindak sebagai pembeli dan
penjual. Aktivitas jual dan beli saham dilantai bursa dilakukan perusahaan
pialang melalui orang yang ditunjuk sebagai Wakil Perantara Perdagangan
Efek (WPPE). Diperusahaan pialang tesebut, calon investor akan diminta
untuk membuka dua macam rekening. Rekening yang satu diperuntukan
bagi efek yang dimiliki (yang dijual atau dibeli) oleh calon investor tersebut.
Sedangkan rekening yang kedua untuk menyimpan uang yang dapat dipakai
membeli ataupun menerima uang dari hasil penjualan efek. Setelah proses
perdagangan selesai, maka proses penyelesaian transaksi akan dilakukan
oleh kedua lembaga peneyelesaian transaksi yaitu Lembaga Kliring dan
Penjamin (LKP) dan Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP).
5. Peranan dan Manfaat Pasar Modal
Selama dasawarsa terakhir, pasar modal mulai menunjukan peranan
penting dalam mobilitas dana untuk menunjang pembangunan nasional.
Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak perusahaan nasional
untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan beragam.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2002: 2),
mengenai peranan dan manfaat keberadaan pasar modal, yaitu:
“Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan
antara pihak investor dan pihak issuer. Pasar modal juga dikatakan
memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan
dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai
dengan karakteristik investasi yang dipilih”.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pasar modal memiliki peranan sebagai berikut:
1. Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi. Dalam hal ini, pasar modal
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua
kepentingan yaitu pihak yeng memiliki kelebihan dana (Investor) dan
pihak yang memelukan dana (Issuer). Dengan adanya pasar modal
maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan
pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana
tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu dana dari
operasi perusahaan.
2. Pasar modal memiliki fungsi keuangan. Dalam hal ini perusahaan
menyediakan dana yang diperlukan oleh para investor dan issuer tanpa
harus adanya keterlibatan secara langsung pihak–pihak tersebut dalam
kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Disamping itu, keberadaan pasar modal pun memiliki beberapa manfaat,
di antaranya:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta
menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah.
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesional, menciptakan
iklim perusahaan yang sehat.
6. menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek.
8. Alternatif investasi memberikan potensi keuangan dengan resiko yang
bias diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan difersifikasi
investasi.
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses
kontrol sosial.
10. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong
pemanfaatan manajemen profesional.
2.2.2 Abnormal Return
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham.
Konsep return yang dipakai dalam penelitian ini adalah abnormal return
atau keuntungan di atas normal, adalah selisih antara tingkat keuntungan
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan atau selisih antara
actual return dengan expected return (Scott, 2009). Return juga dapat
diartikan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return
realisasi (yang sudah terjadi) atau return ekspektasi (yang belum terjadi) tetapi
diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi (realized
return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa
yang akan datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai
dengan pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang
diharapkan (return ekspektasian) dengan return yang didapat. Selisih return
akan positif jika return yang didapat lebih besar dari return yang diharapkan
atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang
didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung.
Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu,
misalnya hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang
tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran
perdana saham, dan lain-lain.
Return sebenarnya merupakan return yang terjadi pada waktu t (tanggal
transaksi) yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya
secara relatif, sedangkan return yang diharapkan harus diestimasikan. Untuk
mengestimasikan return yang diharapkan dapat digunakan model :
1. Mean adjusted model
Model sesuai rata-rata (Mean adjusted model) ini menganggap bahwa
return ekspektasian (return yang diharapkan) bernilai konstan yang sama
dengan rata-rata return sebenarnya sebelumnya selama periode estimasi
(estimation period).
2. Market model
Perhitungan return yang diharapkan dengan model pasar (market model)
ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model yang
diharapkan dengan menggunakan data yang sebenarnya selama periode
estimasi, dan menggunakan model yang diharapkan ini untuk
mengestimasi return yang diharapkan di periode jendela. Model ini dapat
dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).
3. Market adjusted model
Model sesuai pasar (market adjusted model) menganggap bahwa
penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah
return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan model ini tidak, maka
tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan
retun indeks pasar (Hartono, 2009).
Adapun abnormal return merupakan selisih dari realized return dan
expected return. Abnormal Return dihitung dengan menggunakan model
market adjusted return. Adapun langkah-langkah perhitungan abnormal
return yaitu :
a. Menentukan actual return atau realized return
Realized return yaitu return sesungguhnya yang terjadi (Jogiyanto,
2009:200), dihitung dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
Ri,t = Return saham tahunan
Pt = Harga penutupan saham pada tahun ke t
Pt-1 = Harga penutupan saham pada tahun ke t-1
b. Menentukan expected return
Expected return merupakan return yang diharapkan oleh investor
ketika menanamkan sahamnya. Persamaannya yaitu :
Keterangan :
E[Ri,t] = Expected return tahunan pada periode peristiwa ke-t
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode peristiwa ke t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode peristiwa ke t-1
c. Menentukan abnormal returnn
Pt – Pt-1
Ri,t =
Pt-1
IHSGt – IHSGt-1
E[Ri,t] =
IHSGt-1
ARi,t = Ri,t – RMt
Keterangan :
ARi,t = Abnormal return suatu saham i pada periode ke-t
Ri,t = Aktual return saham i pada periode ke-t
RMt = Rata-rata return di pasar beberapa periode
2.2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep CSR mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum
diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan
dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan
masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi
dalam pembangunan secara berkelanjutan. Pemikiran yang melandasi
adanya Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan) ini adalah bahwa perusahaan tidak hanya memiliki tanggung
jawab kepada para pemegang saham (shareholder), tetapi juga memiliki
tanggung jawab kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder).
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam sebuah perusahaan adalah
pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, supplier dan juga
competitor (Laras dan Basuki, 2012).
CSR dapat dilihat melalui dua sudut pandang, antara lain corporate
social responsibility berdasarkan teori serta corporate social responsibility
berdasarkan kenyataannya yang terjadi (Syafrudin, 2010). CSR kini juga
berpijak pada triple bottom line tidak hanya pada single bottom line saja
antara lain lingkungan, sosial, dan keuangan, (Daniri, 2008) dikutip dalam
Machmud dan Djakman (2008). Tuntutan ini muncul karena
berkembangnya keinginan perusahaan yang mengharapkan perusahaan yang
berkelanjutan (sustainable). Dengan berkembangnya nilai perusahaan
diharapkan perusahaan akan mendapatkan laba untuk jangka panjang.
Penerapan Corporate Social Responsibility merupakan salah satu
faktor yang dapat menarik minat pemegang saham untuk berinvestasi. Para
investor lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan yang
menerapkan program CSR sebagai kegiatan usahanya. Hal ini didukung
oleh penelitian Pfleiger, et al. (2005) yang menunjukkan bahwa usaha-usaha
pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan beberapa
keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan
stakeholder terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan akibat
pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Secara matematis
corporate social responsibility (CSR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Adapun kertas kerja untuk indikator penilaian setiap item yang
diungkapkan seperti yang tertera pada lampiran.
2.2.4 Return On Asset
Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit
CSRDI = Jumlah item informasi CSR yang diungkapkan
79 item informasi CSR versi GRI 3.0
(Ulupui, 2006). Salah satu alternatif apakah informasi laporan keuangan
yang dihasilkan bermanfaat memprediksi harga atau return saham dipasar
modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan adalah rasio
keuangan. Untuk menguji kemampuan prediksi informasi akuntansi dalam
memprediksi return saham dapat menggunakan rasio keuangan yang
tercermin, karena dengan informasi yang tercermin dalam laporan
keuangan. Kita dapat menilai kinerja perusahaan dalam mengelola
bisnisnya. Informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan memiliki
kemampuan prediksi ketika diasosiasi dengan return. Oleh karena itu
dengan memprediksi manfaat informasi akuntansi dalam memprediksi
return saham yang dihubungkan dengan karakteristik industri tertentu dapat
memberikan acuan bagi investasi dalam membuat keputusan bisnis.
Salah satu rasio yang digunakan adalah rasio Profitabilitas. Rasio ini
mengukur seberapa kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
keuntungan (profitabilitas), baik hubungannya dengan penjualan, asset
maupun laba bagi modal sendiri (Hanafi dan Halim,2003:83). Profitabilitas
untuk kelangsungan hidup perusahaan. Suatu perusahaan haruslah dalam
keadaan yang menguntungkan. Pada penelitian ini profitabilitas diukur
dengan salah satu rasio keuangan yaitu return on asset (ROA).
Return on asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi dan
Halim,2003:84). Prastowo & Juliaty (2002:86) Return on asset adalah
kemampuan perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.
Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti
efesiensi manajemen (Hanafi dan Halim,2003:85). Penilaian return on asset
(ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return On Asset (ROA) = Laba bersih
Total aktiva
2.2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan
ke dalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan
kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset
perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005)
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan
untuk mengukur besarnya perusahaan, karena biaya-biaya yang mengikuti
penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan
yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba
(Sidharta, 2000).
Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur asset,
karena total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat
disederhanakan dengan mentranformasikan ke dalam logaritma natural
(Ghozali,2007); sehingga ukuran perusahaaan juga dapat dihitung dengan :
Size = Ln Total Assets
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan.
Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan.
Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan
dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama
adalah ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan
kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam kontrak keuangan. Dan
ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba
(Sawir,2004).
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan
lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh
jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil
daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita
kerugian (Brigham dan Houston, 2001).
Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas
untukmendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh
pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan
dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri (Lisa dan jogi, 2013).
Perusahaan besar yang sudah well - established akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil,
karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar pula (Sartono,2010:249)
Menurut Setiyadi (2007) Ukuran perusahaan yang biasa dipakai
untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah:
1. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang
terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
6. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
7. Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu.
8. Total asset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu.
2.2.6 Leverage
Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan
aktiva dan sumber dana yang menimbulkan beban tetap, yang berupa biaya
penyusutan dari aktiva tetap, dan biaya bunga dari hutang. Warsono (2003:204)
menyebutkan leverage adalah setiap penggunaan asset dan dana yang
membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Jika perusahaan menggunakan
sumber pembiayaan dari luar (modal asing) maka beban tetap yang ditanggung
adalah bunga pinjaman, sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesin-
mesin maka beban tetapnya berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi),
dan jika perusahaan menyewa suatu aktiva tetap kepada pihak lain, maka
konsekuensinya yaitu harus membayar biaya tetap berupa biaya sewa.
Berdasarkan pengertian tersebut maka beban tetap yang ditanggung oleh
perusahaan tergantung jenis sumber dana dan aset yang digunakan.
Menurut Martono dan Harjito (2005:295), dikenal dua macam
leverage dalam suatu perusahaan, yaitu leverage operasi (operating leverage)
dan leverage keuangan (financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini
dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar
daripada biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian penggunaan
leverage akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Selain itu
Warsono (2003:204) menambahkan bahwa tujuan perusahaan menggunakan
leverage adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para
pemegang saham biasa (pemilik) perusahaan.
Dampak dari penggunaan leverage dijelaskan oleh Syamsuddin
(2004:89) sebagai berikut:
Dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa
tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan
semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga akan
memperbesar jumlah return yang diperoleh.
Menurut Warsono (2003:204), dengan adanya harapan terhadap
peningkatan pengembalian sebagai dampak atas penggunaan asset maupun
dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap, maka kenaikan
leverage juga akan meningkatkan risiko atau arus pendapatan bagi pemegang
saham biasa. Risiko tersebut berupa ketidakpastian dalam hubungannya dengan
kemampuan perusahaan membayar kewajiban tetapnya. Risiko yang tinggi
menyebabkan harga saham menjadi rendah, sedangkan hasil pengembalian
yang lebih tinggi akan menyebabkan harga saham menjadi lebih tinggi, dengan
asumsi faktor-faktor lain tidak berubah.
Financial Leverage
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya tentu memerlukan dana yang
cukup agar kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan lancar. Suatu
perusahaan dikatakan menggunakan financial leverage jika ia membelanjai
sebagian dari aktivanya dengan menggunakan sekuritas yangmenimbulkan
beban tetap atasnya, misalnya hutang pada bank, menerbitkan obligasi maupun
saham preferen (Atmaja, 2008:236). Penggunaan dana dengan beban tetap
(financial leverage) tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan baik
bagi perusahaan maupun para pemegang saham.
Penggunaan financial leverage yang semakin besar membawa
dampak positif bila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut
lebih besar daripada beban keuangan yang dikeluarkan, sedangkan dampak
negatif dari penggunaan financial leverage yang semakin besar akan
menyebabkan beban yang ditanggung perusahaan yaitu beban tetap atau
beban bunga menjadi semakin besar pula. Hal tersebut diungkapkan oleh
Riyanto (2001:375) sebagai berikut:
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage)
atau efek positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana
tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana tersebut.
Berdasarkan hal tersebut tentunya perusahaan berharap dana dengan
beban tetap yang digunakan dapat menghasilkan leverage yang
menguntungkan, yang berarti bahwa pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya.
Leverage merupakan kegiatan pendanaan perusahaan melalui utang.
Rasio ini diukur dengan membandingkan antara total utang terhadap total
aset dan dihitung dengan cara sebagai berikut (Naimah, 2008; Almilia dan
Sulistyowati, 2007):
Leverage = Total Hutang
Total Asset
2.2.7 Laba Akuntansi
Laba adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode.
Laba akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Informasi laba sering dilaporkan
dalam penerbitan laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh
pemegang saham dan penanam modal potensial dalam mengevaluasi
kemampuan perusahaan. Laba dipakai untuk mengukur efisiensi suatu
perusahaan dalam penggunaan sumbe daya ekonomi perusahaan. Ukuran
efisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba periode berjalan
dengan laba periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain dengan
industri yang sama. Hingga saat ini banyak yang memandang laporan laba
rugi akuntansi sebagai informasi terbaik dalam menilai prospek arus kas
dimasa depan. Oleh karena itu kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh
manajemen menjadi pusat perhatian pihak eksternal perusahaan. Laba
akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau
tidak mengandung gangguan persepsi dan dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Sehingga semakin besar
gangguan persepsi yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin
rendah kualitas laba akuntansi tersebut. Adapun rumus untuk
perhitungannya, adalah sebagi berikut :
Laba Akuntansi = Laba Akuntansi
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang meneliti faktor yang berpengaruh terhadap Abnormal
Return maupun Corporate Social Responsibility sudah cukup banyak, akan
tetapi variabel yang diteliti ada yang menunjukkan hasil yang berbeda.
Tabel 2.1
Matriks Ringakasan Penelitian AR dan CSR
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Berpengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
CSR
1. Return On
Asset
Raissa dan
Asri (2014);
Thomas &
Atim (2012);
Rio Malintan
& Tuban
(2012); Ulupui
(2007);
Gusti Ayu Dyah
dan Ida Bagus
(2014); Lilis,
Prasetyono &
Anis Wulandari
(2014); Amalia,
Arfan & Shabri
(2014);
Theodora
Budialim
(2013);
Puji rahayu dan
Indah (2015);
Rafika dan
Yulius (2014);
Heni Triastuti
(2013);
Marzully dan
Denies (2012);
Rita, Bambang
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Berpengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
CSR
Martina (2010); dan Eko (2008)
2. Ukuran
Perusahaan
Agustina &
Kianto (2012);
Sugiarto
(2011);
Widya Hastuti
(2014); Gusti
Ayu Dyah dan
Ida
Bagus(2014);
MariaWijaya
(2012);
Marzully dan
Denies (2012);
Jayanti` dan
Sudarno (2010)
Heni Triastuti
(2013);
Theodora
Martina
(2010); Rita,
Bambang &
Eko (2008);
3. Leverage
(Debt to
Equity Ratio)
Ulupui (2007); Marzully dan
Denies (2012);
Jayanti dan
Sudarno (2010)
Budialim
(2013);
Sugiarto
(2011);
Rafika dan
Yulius (2014);
Maria Wijaya
(2012);
Theodora
Martina
(2010);
4. Earning Per
Share
Thomas &
Atim (2012);
Jayanti dan
Sudarno (2010);
Budialim
(2013);
Tabel 2.2
Matriks Ringakasan Penelitian AR
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Ber-
pengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
CSR 1. Price Earning
Ratio
Rio Malintan &
Tuban (2012)
2. Laba Akuntansi Amalia, Arfan &
Shabri (2014);
Kurnia Adi & Ida
Bagus (2013);
Lydia & Ferlysia
(2012); Azilia &
Yulius (2012)
Lanjutan
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Ber-
pengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
CSR 3. Return On
Equity
Faridah, dkk (2013) Amalia, Arfan
& Shabri
(2014);
Budialim
(2013);
4. Arus Kas Agustina & Kianto
(2012);
Azilia &
Yulius (2012);
5. Informasi Laba Agustina & Kianto
(2012);
6. Price Book
Value
Sudiarto (2011);
Sugiarto (2011);
7. Current Ratio Budialim
(2013);
Tabel 2.3
Matriks Ringakasan Penelitian CSR
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Berpengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan CSR
1. Current Ratio Rafika dan Yulius
(2014);
Lilis Ekowati,Prasetyono & Anis Wulandari
(2014);
2. Media
Exposure
Lilis
Ekowati,Prasetyono
&
Anis Wulandari
(2014); Marzully
dan Denies (2012);
Puji rahayu dan
Indah (2015);
3. Ukuran
Dewan
Komisaris
Theodora Martina
(2010); Marzully
dan Denies (2012);
Maria Wijaya
(2012); Rita,
Bambang dan Eko
(2008)
4. Kepemilikan
Saham
Publik
Puji rahayu dan
Indah (2015); Gusti
Ayu Dyah dan Ida
Bagus (2014);
Marzully dan
Lanjutan
No.
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Berpengaruh
AR
Berpengaruh
CSR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
AR
Tidak
Berpengaruh
Signifikan CSR
Denies (2012);
5. Tipe Industri Widya Hastuti
(2014);
6. Profile
Perusahaan
Rita, Bambang dan
Eko (2008);
7. Konsentrasi
Kepemilikan
Rita, Bambang dan
Eko (2008);
8. Net Profit
Margin
Maria Wijaya
(2012);
9. Growth Lilis
Ekowati,Prasetyono
&
Anis Wulandari
(2014);
10. Earning
Management
Silvia & Felizia
(2014);
11. Pertumbuhan
Perusahaan
Widya Hastuti
(2014);
12. Kinerja
Lingkungan
Maria Wijaya
(2012);
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana diuraikan sebelumnya,
maka dibangun kerangka pemikiran yang dapat digunakan sebagai
paradigma penelitian yang bertujuan melihat sejauh mana determinan
abnormal return dengan corporate social responsibility sebagai variabel
pemediasi.
Dari keseluruhan teoritis dan penelitian-penelitian terdahulu
mengenai determinan abnormal return yang telah dipaparkan di atas, maka
Lanjutan
dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.5 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh ROA terhadap Abnormal Return
ROA menunjukan pengelolaan perusahaan sangat efisien sehingga
investor menilai kinerja perusahaan dalam kondisi baik dan menyebabkan
harga saham meningkat. Informasi laba akuntansi yang diwakili oleh ROA
memiliki pengaruh positif pada return saham perusahaan manufaktur di
BEI. Artinya, semakin meningkatnya laba perusahaan maka return saham
juga akan semakin meningkat. Raissa & Asri (2014); Thomas & Atim
(2012); Rio Malintan & Tuban (2012); Ulupui (2007).
H1
H5
H2
H6
H9
H7 H3
H8 H4
ROA (X1)
Ukuran
Perusahaan
(X2)
Leverage
(X3)
Laba
Akuntansi
(X4)
CSR
(X5)
Abnormal
Return
(Y)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kelima (H1)sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh ROA terhadap Abnormal Return
2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Abnormal Return
Ukuran perusahaan yang kecil cenderung marginal dalam kemampuan,
sehingga harga sahamnya cenderung lebih sensitif untuk berubah dalam
bidang ekonomi dan perusahaan ini mempunyai kecenderungan yang kecil
untuk berkembang dalam kondisi ekonomi yang sulit. Agustina & Kianto
(2012); Sugiarto (2011)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif keenam (H2) sebagai berikut:
H2: Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Abnormal Return
2.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Abnormal Return
Leverage yang dimiliki tinggi akan menunjukkan komposisi total hutang
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila
dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak
pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para
kreditur). Akibatnya perusahaan yang bersangkutan menjadi kurang menarik
di mata investor. (Ulupui,2007).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif ketujuh (H3) sebagai berikut:
H3: Terdapat pengaruh Leverage terhadap Abnormal Return
2.3.4 Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Abnormal Return
Semakin besar laba akuntansi, maka tingkat return saham perusahaan akan
semakin tinggi. Amalia, dkk (2014); Adi & Bagus (2013); Lydia & Ferlysia
(2012); Azilia & Yulius (2012)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kedelapan (H4) sebagai berikut:
H4: Terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Abnormal Return
2.3.5 Pengaruh ROA terhadap Corporate Social Responsibility
Profitabilitas yang tinggi akan memberikan kesempatan yang lebih kepada
manajemen (agen) untuk melakukan dan mengungkapkan kepada prinsipal
mengenai program tanggung jawab sosial secara luas. Perusahaan yang
mempunyai profitabilitas/laba yang tinggi maka perusahaan akan lebih
leluasa untuk memilih bentuk pengungkapan CSR mana yang akan
dilakukan. Temuan empiris terkait hubungan antara ROA dengan CSR
diantaranya oleh Dyah dan Bagus (2014); Lilis,dkk (2014); Amalia, Arfan &
Shabri (2014); Theodora Martina (2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif pertama (H5) sebagai berikut:
H5: Terdapat pengaruh ROA terhadap Corporate Social
Responsibility
2.3.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Corporate Social
Responsibility
Ukuran perusahaan menggambarkan dimana perusahaan yang tinggi akan
mendorong perusahaan untuk memberikan informasi yang lebih detail, salah
satunya informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan karena
mereka ingin meyakinkan investor terhadap perusahaan agar para investor
berinvestasi diperusahaan tersebut. Hastuti (2014); Dyah dan Bagus (2014);
Wijaya (2012);Marzully dan Denies (2012);Jayanti dan Sudarno (2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kedua (H6) sebagai berikut:
H6: Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Corporate Social
Responsibility.
2.3.7 Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility
Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung
mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak
menjadi sorotan dari para debtholders. Hal ini berarti bahwa tinggi
rendahnya tingkat leverage perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Marzully dan Denies (2012); Jayanti dan
Sudarno (2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif ketiga (H7) sebagai berikut:
H7: Terdapat pengaruh Leverage terhadap Corporate Social
Responsibility.
2.3.8 Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Corporate Social
Responsibility
Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit
atau tidak mengandung gangguan persepsi dan dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Sehingga semakin besar gangguan
persepsi yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah
kualitas laba akuntansi tersebut. Adapun dalam penelitian Pfleiger, et al.
(2005) yang menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh
perusahaan akan mendatangkan beberapa keuntungan, diantaranya adalah
ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan yang
diperoleh perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang
bertanggungjawab. Secara teoritis, jika perusahaan melakukan CSR maka
keuntungan yang didapat bukannya hanya dari sisi finansial saja akan tetapi
persepsi para pemegang saham dan stakeholder menjadi semakin baik atas
pertanggungjawaban dari aktivitas yang dilakukan. Adapun penelitian yang
menguji pengaruh laba akuntansi terhadap corporate social responsibility
belum ditemukan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif keempat (H8) sebagai berikut:
H8 : Terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Corporate Social
Responsibility
2.3.9 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal
Return
Informasi CSR berpengaruh positif pada return saham perusahaan
manufaktur di BEI. Artinya, semakin banyak kegiatan CSR yang dilakukan
dan semakin meningkatnya nilai rupiah untuk mendukung kegiatan CSR
tersebut mengindikasikan bahwa pencapaian labanya semakin signifikan.
Hal ini sangat mendorong calon investor pada umumnya terutama yang
memperhatikan aspek-aspek fundamental perusahaan dalam berinvestasi.
Megawati & Yulius (2011); Thomas & Atim (2012); Kurnia Adi & Ida
Bagus (2013); Raissa & Asri (2014); Amalia, Arfan & Shabri (2014); Dul
Muid (2011); Galuh Tiara (2014).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, diduga terdapat pengaruh yang
dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kesembilan (H9) sebagai berikut:
H9: Terdapat pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Abnormal Return