Deteksi Obstruksi Usus

7
Deteksi Obstruksi Usus Obstruksi usus merupakan penyebab tersering dari nyeri abdomen akut, sekitar 7 % pasien dengan nyeri abdomen akut didiagnosis dengan obstruksi usus. Imaging pada pasien yang dicurigai menderita obstruksi usus harus meliputi lokasi, penyebab dan tingkat keparahan dari obstruksi usus. Foto polos abdomen adalah pemeriksaan penunjang standar untuk mendeteksi adanya obstruksi usus. Temuan dari foto polos abdomen sekitar 50-60% dapat digunakan untuk mendiagnosis dengan tepat, 20-30% tidak terlalu meyakinkan, dan salah pada 10-20% pasien. Pada salah stu studi, sensitivitas dari foto polos abdomen setelah pemeriksaan klinis lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan pemeriksaan klinis saja (74% dibanding 57%). Perubahan diagnosis menjadi lebih tepat setelah melakukan foto polos abdomen terjadi pada 16 dari 24 pasien (66%) dan tingkat kepercayaan tetap tidak berubah pada 32 dari 71 pasien (52%). Sensitivitas dari pemeriksaan klinis dikombinasikan dengan sistem skoring gejala penyakit terbukti memiliki kesamaan dengan kombinasi antara pemeriksaan klinis dengan foto polos abdomen.

description

kedokteran

Transcript of Deteksi Obstruksi Usus

Deteksi Obstruksi UsusObstruksi usus merupakan penyebab tersering dari nyeri abdomen akut, sekitar 7 % pasien dengan nyeri abdomen akut didiagnosis dengan obstruksi usus. Imaging pada pasien yang dicurigai menderita obstruksi usus harus meliputi lokasi, penyebab dan tingkat keparahan dari obstruksi usus.

Foto polos abdomen adalah pemeriksaan penunjang standar untuk mendeteksi adanya obstruksi usus. Temuan dari foto polos abdomen sekitar 50-60% dapat digunakan untuk mendiagnosis dengan tepat, 20-30% tidak terlalu meyakinkan, dan salah pada 10-20% pasien.Pada salah stu studi, sensitivitas dari foto polos abdomen setelah pemeriksaan klinis lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan pemeriksaan klinis saja (74% dibanding 57%). Perubahan diagnosis menjadi lebih tepat setelah melakukan foto polos abdomen terjadi pada 16 dari 24 pasien (66%) dan tingkat kepercayaan tetap tidak berubah pada 32 dari 71 pasien (52%). Sensitivitas dari pemeriksaan klinis dikombinasikan dengan sistem skoring gejala penyakit terbukti memiliki kesamaan dengan kombinasi antara pemeriksaan klinis dengan foto polos abdomen.

Frager et al membandingkan diagnosis setelah pemeriksaan klinis dikombinasikan deng dengan foto polos abdomen ataupun CT scan. Pada pasien dengan obstruksi usus komplit, CT scan memiliki sensitivitas 100% sedangkan foto polos abdomen 46%. Untuk obstruksi parsial, CT scan memiliki sensitivitas 100% sedangkan foto polos abdomen 30%. Pada 61 pasien yang dioperasi, 52 pasien (85%) dikonfirmasi terdiagnosis dengan tepat sesuai dengan temuan pada CT scan pre operatif. Lokasi obstruksi pada CT scan ditemukan dengan tepat pada 50 dari 53 pasien (94%).

Akurasi dan sensitivitas diagnosis dengan CT scan lebih tinggi dibandingkan foto polos abdomen, kelebihan penting lainnnya yang dimiliki oleh CT scan adalah kemampuan untuk menyediakan informasi mengenai penyebab dasar dari obstruksi ataupun menyediakan informasi diagnosis alternatif apabila tidak ditemukan tanda obstruksi usus. Manajemen dan rencana sebelum operasi akan lebih akurat apabila dilakukan CT scan sebagai pemeriksaan penunjang.

Gambar Kasus 3. Obstruksi usus. Seorang perempuan berusia 59 tahun datang ke UGD dengan keluhan mual, muntah dan nyeri perut sejak satu hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri perut di semua kuadran abdomen. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil dalam batas normal kecuali peningkatan parameter inflamasi (protein C reaktif dan leukosit). Dokter jaga curiga adanya obstruksi usus dan meminta pemeriksaan foto polos abdomen. Pada foto polos abdomen tidak ditemukan adanya kelainan tambahan kecuali dilatasi minimal pada loop usus halus. Pada CT scan ditemukan dilatasi usus halus, kolaps pada loop usus besar dan perubahan diameter akibat herniasi usus halus ke dalam muskulus rectus abdominus. Gambaran pada CT scan menunjukkan gambaran hernia inkarserata. Setelah reduksi hernia di UGD keluhan pasien tersebut membaik.Deteksi Benda Asing yang Tertelan

Pada kasus tertelannya benda asing, pemeriksaan imaging tidak selalu dibutuhkan dan hanya dilakukan apabila terdapat relevansi secara klinis terutama apabila memerlukan tindakan pembedahan. Kebanyakan benda asing masuk lewat saluran gastrointestinal dengan aman, namun apabila pasien yang menelan benda asing menunjukkan gejala atau benda asing yang ditelan merupakan benda yang berpotensi menimbulkan bahaya, maka pemeriksaan diagnosis tambahan harus dilakukan.

Pemeriksaan dengan x-ray merupakan metode standar untuk menentukan lokalisasi dari benda asing. Foto polos abdomen menunjukkan sensitivitas 90%, spesifisitas 100% dan akurasi 100% untuk menilai benda asing yang tertelan, dengan syarat benda tersebut merupakan benda radioopaque agar dapat terlihat pada foto polos abdomen. Tidak terdapat studi yang dilakukan untuk menentukan apakah CT scan memiliki sensitivitas dan spesifitas lebih tinggi dibanding foto polos abdomen pada kasus tertelannya benda asing. Kelebihan dari CT scan adalah kemampuan untuk menyediakan informasi mengenai lokasi benda asing yang merupakan syarat sebelum melakukan pembedahan.

Benda yang terbungkus merupakan kategori spesifik dari benda asing yang tertelan. Benda yang terbungkus umumnya obat-obatan yang diselundupkan dengan cara memasukkan ke dalam tubuh secara peroral, perektal ataupun pervaginal. Foto polos abdomen merupakan gold standard yang digunakan untuk mendiagnosis bungkusan obat. Apabila hasil dari pemeriksaan foto polos abdomen adalah negatif atau tidak meyakinkan namun kecurigaan akan tertelannya benda dalam bungkusan masih ada, maka dapat dilakukan CT-scan. Sensitivitas dari foto polos abdomen adalah 85-100% sedangkan CT scan memiliki sensitivitas lebih tinggi dan dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai jumlah dan lokasi dari benda tersebut. Penggunaan foto polos abdomen memberikan hasil false negative yang tinggi yang mungkin dapat disebabkan oleh proyeksi berlebihan dari feses atau jenis bungkusan yang spesifik. Tidak terdapat bukti kuat mengenai sensitivitas dan akurasi diagnosis yang lebih tinggi dibandingkan foto polos abdomen. Kelebihan dari CT scan berada pada perencanaan preoperatif. Nilai prediktif negatif yang rendah dari foto polos abdomen menuju ke kesimpulan bahwa apabila relevan secara klinis, CT scan dapat digunakan sebagai pilihan modalitas diagnosis. Gambar kasus 4. Tertelannya benda asing. Seorang laki-laki 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut akut, takikardi serta kaku yang difus pada abdomen. Pasien mengaku menelan delapan bungkusan obat tiga hari sebelumnya. Pemeriksaan foto polos abdomen dilakukan untuk mengkonfirmasi tertelannya bungkusan obat dan mengklarifikasi lokasi dan jumlah pasti dari bungkusan obat yang tertelan untuk persiapan operasi. Terdapat empat bungkusan yang diidentifikasi pada pemeriksaan foto polos abdomen dan pasien menjalani laparotomi karena adanya tanda-tanda intoksikasi; delapan bungkusan obat berhasil diidentifikasi dan diambil dari usus halus saat pembedahan. Keadaan post operatif, pasien masih mengalami takikardi dan nyeri. CT dilakukan 24 jam setelah laparotomi pertama dan menunjukkan masih terdapat lima paket obat pada lambung dan ileum.