DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

16
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955. Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive 391 DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Nuraeni 1 1 Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNDIKMA Email; nur’[email protected]. Abstrak; Enam tahun pertama merupakan masa kritis dalam tahapan tumbuh kembang seorang anak. Dalam periode ini terjadi pertambahan ukuran fisik dan struktur tubuh serta bertambahnya kematangan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa ini sangat peka terhadap berbagai pengaruh lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial serta berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang lagi. Apabila terjadi gangguan yang tidak segera ditanggulangi dengan benar, dampak yang ditimbulkan sangat mungkin mempengaruhi kelangsungan hidup jangka pendek maupun jangka panjang, yang akhir-akhir ini kasusnya banyak ditemukan. Kata kunci: Deteksi, Tumbuh Kembang, Anak Usia Dini PENDAHULUAN Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai usia enam tahun tidak hanya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional, maupun sosial serta agar anak memiliki kecerdasan majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Agar dapat tercapai kualitas tumbuh kembang yang baik, perlu perhatian khusus pada pemenuhan kebutuhan anak sesuai prinsip asah, asih, dan asuh. Prinsip tersebut mencakup pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang seperti kecukupan nutrisi, kelengkapan imunisasi, pemberian stimulasi, lingkungan yang penuh kasih sayang dan rasa gembira, serta upaya membatasi pengaruh negatif lingkungan menjadi seminimal mungkin. Pemenuhan kebutuhan dasar perlu diberikan sejak janin berada dalam rahim ibu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) memegang peran penting dalam kehidupan awal individu. Pengabaian terhadap pemenuhan kebutuhan di 1000 HPK dapat berdampak stunting. Stunting (pendek) adalah pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standar akibat gangguan/kekurangan gizi kronis. Terutama terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan. Selain kurang gizi, stunting juga disebabkan oleh sanitasi yang buruk, kurang tersedianya air bersih yang memadai, pengasuhan yang buruk, dan penyakit infeksi yang menahun dan berbahaya sehingga tubuh tidak mampu menyerap sari-sari makanan dengan baik. Stunting dapat menyebabkan timbulnya generasi yang hilang (lost generation), yaitu generasi yang tidak mampu bersaing dalam kancah percaturan dunia, secara ekonomi merugikan negara karena pertambahan beban, dan tingkat produktivitas yang rendah. Stunting berhubungan dengan kualitas hidup anak. Secara keseluruhan stunting akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia, produktifitas dan daya saing bangsa. Stunting tidak hanya terkait dengan permasalahan gizi, tetapi juga ada hubungannya dengan pengasuhan. Pengasuhan yang dimaksud terkait peran

Transcript of DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Page 1: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

391

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Nuraeni1

1Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNDIKMA

Email; nur’[email protected].

Abstrak;

Enam tahun pertama merupakan masa kritis dalam tahapan tumbuh kembang

seorang anak. Dalam periode ini terjadi pertambahan ukuran fisik dan struktur

tubuh serta bertambahnya kematangan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa ini

sangat peka terhadap berbagai pengaruh lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan

sosial serta berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang lagi. Apabila

terjadi gangguan yang tidak segera ditanggulangi dengan benar, dampak yang

ditimbulkan sangat mungkin mempengaruhi kelangsungan hidup jangka pendek

maupun jangka panjang, yang akhir-akhir ini kasusnya banyak ditemukan.

Kata kunci: Deteksi, Tumbuh Kembang, Anak Usia Dini

PENDAHULUAN

Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan

sampai usia enam tahun tidak hanya ditujukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak

agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional, maupun

sosial serta agar anak memiliki kecerdasan majemuk sesuai dengan potensi

genetiknya. Agar dapat tercapai kualitas tumbuh kembang yang baik, perlu

perhatian khusus pada pemenuhan kebutuhan anak sesuai prinsip asah, asih, dan

asuh. Prinsip tersebut mencakup pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang

seperti kecukupan nutrisi, kelengkapan imunisasi, pemberian stimulasi,

lingkungan yang penuh kasih sayang dan rasa gembira, serta upaya membatasi

pengaruh negatif lingkungan menjadi seminimal mungkin.

Pemenuhan kebutuhan dasar perlu diberikan sejak janin berada dalam

rahim ibu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) memegang peran penting dalam kehidupan awal individu. Pengabaian

terhadap pemenuhan kebutuhan di 1000 HPK dapat berdampak stunting.

Stunting (pendek) adalah pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standar

akibat gangguan/kekurangan gizi kronis. Terutama terjadi pada 1000 hari

pertama kehidupan. Selain kurang gizi, stunting juga disebabkan oleh sanitasi

yang buruk, kurang tersedianya air bersih yang memadai, pengasuhan yang

buruk, dan penyakit infeksi yang menahun dan berbahaya sehingga tubuh tidak

mampu menyerap sari-sari makanan dengan baik.

Stunting dapat menyebabkan timbulnya generasi yang hilang (lost

generation), yaitu generasi yang tidak mampu bersaing dalam kancah

percaturan dunia, secara ekonomi merugikan negara karena pertambahan

beban, dan tingkat produktivitas yang rendah. Stunting

berhubungan dengan kualitas hidup anak. Secara keseluruhan stunting akan

menurunkan kualitas sumberdaya manusia, produktifitas dan daya saing

bangsa. Stunting tidak hanya terkait dengan permasalahan gizi, tetapi juga ada

hubungannya dengan pengasuhan. Pengasuhan yang dimaksud terkait peran

Page 2: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

392

ayah dan ibu dalam memperlakukan anak secara asih,

asah dan asuh di rumah. Pengasuhan tersebut juga meliputi pembinaan tumbuh

kembang anak secara komprehensif.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas

diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang. Stimulasi yang memadai artinya merangsang

otak anak usia dini sehingga perkembangan kemampuan gerak, bahasa, bicara,

sosialisasi dan kemandirian dapat berlangsung optimal sesuai usia. Deteksi dini

tumbuh kembang bertujuan untuk menemukan tanda penyimpangan tumbuh

kembang sejak dini agar dapat ditindaklanjuti dengan segera. Intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi

dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan

yang ada agar tumbuh kembang anak kembali normal atau penyimpangannya

tidak semakin berat. Kegiatan ini diselenggarakan secara menyeluruh dan

terkoordinasi antara keluarga (orangtua, pengasuh, dan anggota keluarga

lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga

swadaya masyarakat, dan sebagainya), dan tenaga profesional (kesehatan,

pendidikan, dan sosial).

TINJAUAN PUSTAKA

1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak

usia dini. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan

juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang

tepat, terutama harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat

diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh

pada tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2016)

Jenis Deteksi tumbuh kembang

a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui status gizi normal/gizi baik, gizi kurang, gizi

buruk, gizi lebih serta mikro/makrosefali.

b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui gangguan perkembangan anak

(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.

c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah

mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.

Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka

intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh

kembang anak

Page 3: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

393

2. Instrumen Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat

pelayanan. Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku KIA

Timbangan

Alat ukur tinggi badan

Pita pengukur Lingkar kepala (LK)

Tabel Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Grafik LK

1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran BB/TB dilakukan untuk menentukan status gizi anak,

normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran

BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang.

a) Pengukuran Berat Badan (BB)

(1) Menggunakan timbangan bayi

o Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai

usia 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk

tenang.

o Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah

bergoyang.

o Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.

o Bayi sebaiknya telanjang atau berbaju tipis, tanpa topi, kaus

kaki, sarung tangan.

o Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.

o Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

o Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau

angka timbangan.

o Bila bayi terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,

baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan

dan ke kiri.

o Penimbangan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali, dan diambil

nilai rata-ratanya

Gambar 1. Timbangan bayi

Page 4: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

394

(2) Menggunakan timbangan injak

o Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah

bergerak.

o Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.

o Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai

alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang

sesuatu.

o Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

o Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

o Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka

timbangan.

o Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca

angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

o Penimbangan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali, dan diambil nilai

rata-ratanya

Gambar 2: Timbangan Injak

b) Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)

(1) Cara mengukur dengan posisi berbaring

o Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.

o Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.

o Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.

o Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap

menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)

o Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan

menekan batas kaki ke telapak kaki.

o Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur.

Page 5: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

395

Gambar 3. Mengukur panjang badan dengan posisi

berbaring

(2) Cara mengukur dengan posisi berdiri (untuk anak yang sudah

dapat berdiri)

o Anak tidak memakai sandal atau sepatu.

o Berdiri tegak menghadap ke depan.

o Punggung, pantat, dan tumit menempel pada tiang pengukur.

o Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.

o Baca angka pada batas tersebut.

Gambar 4.

Meng

ukur

tinggi

badan

pada

posis

i

berdi

ri

c) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)

Cara penggunaan tabel BB/TB untuk melihat status gizi anak adalah

sebagai berikut (lihat daftar tabel Berat Badan/Tinggi Badan pada

lampiran):

o Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara yang

telah dijelaskan sebelumnya.

o Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil

pengukuran.

Batas atas

pengukur,

Angka “0” pada pita

pengukur berada tepat

Pita

pengu

kur,

mene

Page 6: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

396

o Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan

(kanan), sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang

terdekat dengan berat badan anak.

o Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk

mengetahui angka Standar Deviasi (SD).

d) Interpretasi

Untuk menyimpulkan hasil dengan membaca tabel BB/TB pendidik perlu

melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:

Normal : - 2 SD s/d 2 SD atau Gizi Baik

Kurus : <-2 SD s/d -3 SD

atau Gizi Kurang Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi

Buruk

Gemuk : >2 SD atau Gizi Lebih

Catat hasil pengukuran dan interpretasi, apabila hasil tidak normal rujuk

ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Contoh:

Seorang anak laki-laki dengan panjang badan 71 cm dan berat badan 6,8

kg. Pada kolom panjang badan anak laki-laki 71 cm, apabila ditarik garis

lurus ke kiri ternyata berat badan 6,8 kg terletak pada kolom 6,0-6,9 kg;

kolom <-2 SD s/d -3 SD.

Interpretasinya anak kurus.

2) Pengukuran Lingkar Kepala (LK) Anak

Tujuan pengukuran LK adalah untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas

normal atau di luar batas normal.

Jadwal pengukuran disesuaikan dengan usia anak. Usia 0-11 bulan, pengukuran

dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak usia 12-72 bulan, pengukuran dilakukan

setiap enam bulan.

a) Cara mengukur lingkar kepala

Untuk mengukur lingkar kepala perlu dilakukan cara sebagai berikut:

o Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi

alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang

menonjol, tarik agak kencang.

o Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.

o Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung usia bayi/anak.

o Pengukuran dapat dilakukan lebih dari 1 kali, dan diambil pengukuran

terbesar

o Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut usia dan

jenis kelamin anak. (grafik lingkar kepala lihat pada lampiran)

o Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu

dengan ukuran yang sekarang.

Page 7: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

397

Gambar 5: Pengukuran Lingkar Kepala

b) Interpretasi

Untuk menyimpulkan hasil dari pengukuran lingkar kepala pendidik perlu

melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:

o Bila ukuran lingkar kepala berada di antara -2 SD s/d 2 SD, maka

lingkar kepala anak normal.

o Bila ukuran lingkar kepala berada di bawah -2 SD (mikrosefal) atau di

atas 2 SD (makrosefal), maka lingkar kepala anak tidak normal.

o Bila ditemukan makrosefal atau mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.

b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak terdiri dari berbagai jenis

instrumen yaitu: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya

Lihat (TDL), dan Modifikasi Tes Daya Dengar (MTDD).

1) Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah

untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Jadwal pemeriksaan KPSP rutin dilakukan pada anak usia 3, 6, 9, 12, 15, 18,

21, 24,

30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai usia

pemeriksaan tersebut, minta ibu datang kembali pada usia pemeriksaan

terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi usia 7 bulan, diminta

kembali untuk skrining KPSP pada usia 9 bulan.

Apabila orangtua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah

tumbuh kembang, sedangkan usia anak bukan usia untuk pemeriksaan

maka anak diperiksa menggunakan KPSP untuk usia pemeriksaan

terdekat sampai yang lebih muda.

a) Alat/instrumen

Instrumen yang digunakan untuk pemeriksaan perkembangan anak

menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah:

o Formulir KPSP menurut usia. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan

tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran

KPSP anak usia 3 - 72 bulan. (formulir lihat lampiran KPSP)

o Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, sendok stainless, bola

Page 8: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

398

sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak

6 buah, kismis, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

b) Cara menggunakan KPSP

Cara pemeriksaan KPSP adalah sebagai berikut:

o Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.

o Tentukan usia anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan

tahun anak lahir. Bila usia anak lebih 16 hari, dibulatkan

menjadi 1 bulan. Contoh: bayi usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan

menjadi 4 bulan. Bila usia bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan

menjadi 3 bulan.

o Tanyakan apakah anak lahir cukup bulan (37 minggu atau lebih)

atau tidak. Pada bayi prematur, digunakan usia koreksi, sampai

ulang tahun yang kedua. Usia koreksi menggunakan usia gestasi

40 minggu.

o Setelah menentukan usia anak, pilih KPSP yang sesuai dengan usia

anak.

o KPSP terdiri dari dua macam pertanyaan, yaitu:

Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:

“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”

Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada

posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan

tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.

o Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti

apa yang ditanyakan kepadanya.

o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat

jawaban tersebut pada formulir.

o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu.

o Teliti/pastikan kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

c) Interpretasi KPSP

Untuk menyimpulkan hasil dari isian KPSP pendidik perlu melakukan

interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:

(1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

o Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau

pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

o Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum

pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak

tahu.

(2) Jumlah jawaban “Ya” 9 atau 10, perkembangan anak sesuai

dengan tahap perkembangannya (S).

Page 9: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

399

(3) Jumlah jawaban “Ya” 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

(4) Jumlah jawaban “Ya” 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P).

(5) Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban

“Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak

halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

d) Tindak lanjut

Tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh pendidik setelah

interpretasi pemeriksaan KPSP adalah sebagai berikut:

(1) Bila perkembangan anak sesuai usia (S), lakukan tindakan

berikut:

o Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan

baik.

o Teruskan pola asuh sesuai dengan tahap perkembangan anak.

o Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering

mungkin, sesuai dengan usia dan kesiapan anak.

o Ikutkan anak-anak dalam kegiatan penimbangan dan

pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1

kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB),

atau di PAUD,.

o Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3

bulan pada anak berusia kurang dari 24 bulan dan setiap 6

bulan pada anak usia 24 sampai 72 bulan.

(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan

berikut:

o Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi

perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan

sesering mungkin.

o Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi

perkembangan anak untuk mengatasi

penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.

o Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari

kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan

penyimpangan perkembangannya.

o Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian

dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan

usia anak.

o Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka

kemungkinan

ada penyimpangan.

(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),

rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah

sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan

perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan

Page 10: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

400

bahasa, sosialiasi dan kemandirian).

(formulir KPSP dapat dilihat pada lampiran )

2) Modifikasi Tes Daya Dengar (MTDD)

Modifikasi Tes Daya Dengar dilakukan dengan tujuan untuk

menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera

ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan

bicara anak.

Jadwal MTDD dapat dilakukan setiap tiga bulan pada bayi usia

kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan

ke atas.

a) Alat/sarana

Alat/sarana yang diperlukan untuk menemukan gangguan daya

dengar adalah sebagai berikut:

o Instrumen MTDD menurut usia anak. (instrumen lihat pada

lampiran)

o Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.

o Mainan (bel, boneka, kubus, sendok, cangkir, bola, pensil

warna).

b) Cara melakukan MTDD

Cara yang perlu dilakukan untuk MTDD adalah:

(1) Tanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir, hitung

usia anak dalam bulan.

(2) Pilih daftar pertanyaan MTDD yang sesuai dengan usia anak.

(3) Pada anak usia kurang dari 24 bulan:

o Semua pertanyaan harus dijawab oleh

orangtua/pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau

takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa

yang salah.

o Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan

nyaring, satu persatu, berurutan.

o Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.

o Jawaban “Ya” jika menurut orangtua/pengasuh anak dapat

melakukannya dalam satu bulan terakhir.

o Jawaban “Tidak” jika menurut orangtua/pengasuh anak tidak pernah,

tidak tahu, atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.

(4) Pada anak usia 24 bulan atau lebih:

o Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui

orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.

o Amati kemampuan anak dalam

melakukan perintah

Page 11: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

401

orangtua/pengasuh.

o Jawaban “Ya” jika anak dapat melakukan

perintah

orangtua/pengasuh.

o Jawaban “Tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau

melakukan

perintah orangtua/pengasuh.

c) Interpretasi

Untuk menyimpulkan hasil dari isian MTDD pendidik perlu

melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara

sebagai berikut:

(1) Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak”, kemungkinan anak

mengalami

gangguan pendengaran.

(2) Catat dalam Buku KIA catatan medik anak, jenis kelainan.

(3) Rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah

sakit bila tidak dapat ditanggulangi.

3) Tes Daya Lihat (TDL)

Tes Daya Lihat dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi

secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan

tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh

ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.

Jadwal Tes Daya Lihat dapat dilakukan setiap 6 bulan pada anak

prasekolah usia 36 sampai 72 bulan.

a) Alat/sarana

Alat/sarana yang digunakan untuk pemeriksaan TDL terdiri dari:

(1) Ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik.

(2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.

(3) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.

(4) Alat penunjuk.

(contoh kartu E terlampir)

b) Cara melakukan TDL

Cara yang dapat dilakukan untuk melihat perkembangan TDL

adalah sebagai berikut:

(1) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran

yang baik.

(2) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.

(3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”,

Page 12: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

402

menghadap ke poster “E”.

(4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk

pemeriksa.

(5) Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak

dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah,

kiri, dan kanan, sesuai yang ditunjuk pada poster “E”

oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau

melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat

mengarahkan kartu “E” dengan benar.

(6) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya

dengan buku/kertas.

(7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster,

satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat

atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.

(8) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E”

yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.

(9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara

yang sama.

(10) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas

yang telah

disediakan:

Mata kanan : ..............................

Mata kiri : ..............................

c) Interpretasi dan tindak lanjut

Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan

melihat sampai baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua

mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E”,

artinya tidak dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang

dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk

oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan

daya lihat.

Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat,

minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada

pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai

baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama

dengan kedua matanya, rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh

kembang atau rumah sakit dengan menuliskan mata yang

mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).

c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional dilakukan untuk

mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental

emosional pada anak prasekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental

emosional dapat dilakukan rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36

bulan sampai 72 bulan jadwal ini sesuai dengan jadwal

Page 13: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

403

skrining/pemeriksaan perkembangan anak.

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara

dini penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu:

1) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) bagi anak

umur 36 bulan sampai 72 bulan

Alat yang digunakan adalah kuesioner masalah mental

emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk

mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.

(formulir KMME dapat dilihat dalam lampiran)

Cara melakukan:

(1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan

nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME

kepada orang tua atau pengasuh anak.

(2) Catat jawaban Ya, kemudian hitung jumlah jawaban Ya.

a) Interpretasi

Bila ada jawaban Ya, maka kemungkinan anak mengalami

masalah mental emosional.

b) Tindak lanjut

(1) Bila jawaban Ya hanya satu :

o Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan

buku pedoman pola asuh yang mendukung

perkembangan anak.

o Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada

perubahan rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh

kembang atau rumah sakit yang memiliki fasilitas

tumbuh kembang anak.

(2) Bila jawaban Ya ditemukan dua atau lebih:

Rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah

sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang anak.

Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan

masalah mental emosional yang ditemukan.

2) Daftar tilik/Checklist deteksi dini autis anak prasekolah

Pemeriksaan dengan CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)

dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya autisme pada anak usia

18 bulan sampai 36 bulan.

Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan

atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada

kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, Pendidik

dan pengelola PAUD. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu

atau lebih keadaan dibawah ini:

o Keterlambatan berbicara

o Gangguan komunikasi/interaksi sosial

o Perilaku yang berulang-ulang

a) Alat yang digunakan

Page 14: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

404

Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in

Toddlers) (dapat dilihat pada lampiran)

o Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh

anak. Pertanyaan diajukan secara berurutan satu persatu.

Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau

takut menjawab.

o Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas

seperti yang tertulis pada CHAT.

b) Cara menggunakan CHAT

o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu

persatu prilaku yang tertulis pada CHAT kepada

orangtua atau pengasuh anak.

o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas

pada CHAT

o Catat jawaban orangtua/pengasuh dan kesimpulan hasil

pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti

kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

c) Interpretasi

o Risiko tinggi menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada

pertanyaan A5,

A7, B2, B3 dan B4.

o Risiko rendah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada

pertanyaan A7

dan B4.

o Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban

“Tidak”

jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9;

B1; B5.

o Anak dalam batas normal, bila tidak termasuk dalam kategori

1,2 dan 3.

d) Tindak lanjut

Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada

gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang

memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktifitas (GPPH). Deteksi gangguan pemusatan perhatian

dan hiperaktifitas (GPPH) dilakukan untuk mengetahui secara

dini adanya gangguan GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas.

Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah

dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari

orangtua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,

kader kesehatan, BKB, Pendidik dan pengelola PAUD, Keluhan

tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:

Page 15: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

405

o Anak tidak bisa duduk tenang

o Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif

a) Alat yang digunakan

Formulir GPPH (Abbreviated Conners Rating Scale) yang

terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang

tua/pengasuh anak/guru PAUD dan pertanyaan yang perlu

pengamatan pemeriksa. (dapat dilihat pada lampiran)

b) Cara menggunakan formulir GPPH

o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,

satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi

dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak

untuk tidak ragu-ragu atau tidak takut menjawab

o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan

pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH

o Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak di mana

pun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar,

toko dll, setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.

o Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak

selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah

semua pertanyaan telah dijawab.

c) Interpretasi

(1) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan

“bobot nilai” berikut ini dan jumlahkan nilai masing-

masing jawaban menjadi nilai total.

o Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

o Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan

pada anak

o Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

o Nilai 3: Jika keadaan tersebut selalu ada pada anak

(2) Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

d) Tindak lanjut

o Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke

puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah sakit

yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang

anak untuk konsultasi lebih lanjut.

o Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu,

jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan

pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak

(orang tua, pengasuh, nenek, guru dsb)

Page 16: DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.

Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive

406

KESIMPULAN

Pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang pada usia 0-6 tahun

merupakan bagian dari pembinaan tumbuh kembang anak yang sangat penting

dalam pembentukan kemampuan dasar bergerak, berpikir, berbicara, serta

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Proses tumbuh kembang yang

optimal dapat berlangsung dengan baik apabila ada jaminan terpenuhinya hak-

hak anak, upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak, serta meletakkan

kepentingan anak di atas kepentingan lainnya, dan lingkungan yang peduli

anak.

Untuk menciptakan kondisi yang demikian, dibutuhkan dukungan dan

keterlibatan aktif semua pihak terkait. Dukungan dan kerja sama tersebut antara

lain berupa pembinaan suasana di tingkat keluarga dalam memasyarakatkan

pola asuh dan pemberian stimulasi perkembangan anak yang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi serta terselenggaranya deteksi dini tidak hanya di semua

fasilitas pelayanan kesehatan namun juga di fasilitas pelayanan lainnya seperti

di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, posyandu, dan sebagainya.

Kesungguhan dan perhatian semua pihak terkait dalam

penyelenggaraan kegiatan ini niscaya akan membuahkan hasil yang

diharapkan, yaitu terwujudnya generasi penerus yang tangguh dan berkualitas

di masa depan.

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI, 2016, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar

HTA Indonesia, 2019, Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit

Kementrian Kesehatan RI,2020, Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 137 tahun 2014 Tentang Standar

PAUD.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 146 tahun 2014 tentang Kurikulum

PAUD.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.