Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

14
1 | Universitas Sriwijaya DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL Ardi Nuryadi , Sesi Winarni , Suci Agustina Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNSRI Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Penelitian ini menggunakan design research tipe validation study yang melibatkan 32 siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan sesuai design research yang mengacu pada tahapan menurut Gravemeijer dan Cobb. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data dikumpulkan melalui tes, dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Kata Kunci: Problem Based Learning, Gerhana Matahari Total, Hubungan Antarsudut ABSTRACT This study aims to determine the role of learning Problem Based Learning model application in the context of a total solar eclipse phenomenon developing student’s understanding about the concept of relationship between the Angles. This study used a validation study of design research was involving 32 students of VII.4 class in SMPN 1 Palembang. This research was done by three phases of implementation according to design research by Gravemeijer and Cobb. The type that have used in this research are qualitative data and quantitative data. Datas were collected by tests and direct observation. Based on the results of this research, model of problem based learning with the real problems or the context of the total solar eclipse phenomenon has an important role in developing student’s understanding the concept of the relationship between the angle that consist of opposite angular relationship and the straight angular relationship in VII.4 class SMP Negeri 1 Palembang. Key words: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, The Relationship between the Angle.

Transcript of Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

Page 1: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

1 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN

KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL

Ardi Nuryadi , Sesi Winarni , Suci Agustina

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNSRI

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari

total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Penelitian ini

menggunakan design research tipe validation study yang melibatkan 32 siswa kelas

VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap

pelaksanaan sesuai design research yang mengacu pada tahapan menurut Gravemeijer

dan Cobb. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data dikumpulkan melalui tes, dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian,

model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks

fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa

memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut

bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII.4 SMP Negeri 1

Palembang.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Gerhana Matahari Total, Hubungan Antarsudut

ABSTRACT

This study aims to determine the role of learning Problem Based Learning

model application in the context of a total solar eclipse phenomenon developing

student’s understanding about the concept of relationship between the Angles. This

study used a validation study of design research was involving 32 students of VII.4 class

in SMPN 1 Palembang. This research was done by three phases of implementation

according to design research by Gravemeijer and Cobb. The type that have used in this

research are qualitative data and quantitative data. Datas were collected by tests and

direct observation. Based on the results of this research, model of problem based

learning with the real problems or the context of the total solar eclipse phenomenon has

an important role in developing student’s understanding the concept of the relationship

between the angle that consist of opposite angular relationship and the straight angular

relationship in VII.4 class SMP Negeri 1 Palembang.

Key words: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, The Relationship between

the Angle.

Page 2: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

2 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Kemajuan suatu bangsa sangat

ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusia, sedangkan kualitas sumber

daya manusia tergantung pada kualitas

pendidikannya. Hal ini dikarenakan

pada dasarnya Pendidikan merupakan

suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, keterampilan

dan keahlian tertentu kepada individu

guna mengembangkan bakat serta

kepribadian mereka. Dengan pendidikan

manusia berusaha mengembangkan

dirinya sehingga mampu menghadapi

setiap perubahan yang terjadi akibat

adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pendidikan terus berkembang

sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Matematika

merupakan salah satu ilmu yang

berperan penting dalam menunjang

kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal ini membuat pemerintah

sebagai penyelenggara pendidikan

berupaya meningkatkan mutu dan

kualitas pendidikan khususnya

pembelajaran matematika.

Matematika itu sendiri memiliki

cabang-cabang ilmu diantaranya

aritmatika, aljabar, geometri dan

analisis (Febriyanti, 2012). Geometri

adalah bagian dari matematika yang

mempelajari hubungan di dalam ruang

dan memiliki keterkaitan konsep yang

tinggi (Wikipedia, 2011). Salah satu

bahasan geometri yang dipelajari di

kelas VII sekolah menengah pertama

adalah hubungan antar sudut yang

merupakan sub bab dari garis dan sudut.

Melihat dari kedudukannya,

konsep hubungan antar sudut terdiri dari

konsep sudut berpelurus, sudut

berpenyiku dan sudut bertolak belakang

merupakan dasar dari konsep lainya.

Konsep ini digunakan pada materi

hubungan sudut pada garis sejajar,

jumlah sudut dalam segitiga, ataupun

pada konsep geometri lainnya

(Febriyanti, 2012). Karena itulah

konsep ini sangat penting dalam

matematika. Atas dasar itulah, maka

materi hubungan antar sudut ini perlu

dikuasai siswa.

Namun pada kenyataannya,

siswa masih mengalami kesulitan dalam

belajar konsep hubungan antar sudut.

Hal ini sebagaimana menurut Hastika

(2012), siswa masih mengalami

kesulitan dalam menghitung persamaan

sudut berpelurus atau berpenyiku

sehingga tidak dapat menyelesaikan

perhitungan aljabar. Begitu juga

menurut Firmansyah (2012), banyak

siswa yang mengalami kesulitan belajar

dan kurangnya kemampuan pemecahan

masalah matematika pada materi pokok

hubungan antar sudut.

Permasalahan tersebut sangat

lumrah terjadi. Hal ini sebagaimana

menurut de Lange (Febriyanti, 2012)

bahwa pembelajaran matematika

seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan

yang dilaksanakan guru untuk

mengenalkan subjek, memberi contoh,

lalu mungkin menanyakan satu atau dua

pertanyaan, dan pada umumnya

meminta siswa yang mendengarkan

secara pasif untuk menjadi aktif dengan

mengerjakan latihan di buku. Kemudian

pembelajaran berakhir dengan tersusun

secara rapi, dan pembelajaran

berikutnya akan berlangsung dengan

kegiatan serupa.

Page 3: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

3 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Dari kondisi pembelajaran

matematika di atas, maka alternatif

untuk mengatasi masalah tersebut

adalah dengan mendesain pembelajaran

yang lebih inovatif yang dapat

memberikan kondisi belajar aktif bagi

siswa serta dapat menggiring siswa

menemukan suatu konsep dalam

pembelajaran matematika. Salah satu

model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam desain pembelajaran

tersebut adalah model pembelajaran

Problem Based Learning. Hal ini karena

menurut Arends (Frestia, 2014) model

pembelajaran Problem Based Learning

adalah model pembelajaran dapat

menggiring siswa menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuh

kembangkan keterampilan tingkat tinggi

dan memandirikan siswa.

Model pembelajaran Problem

Based Learning adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang berorientasi pada

masalah. Penggunaan strategi problem-

based learning dalam pembelajaran

matematika memungkinkan terciptanya

kondisi pembelajaran yang kondusif

bagi siswa untuk belajar, bekerjasama

secara efektif dalam interaksi belajar

mengajar, dan guru memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada

siswa. Dengan demikian peran siswa

dan guru dapat berjalan optimal. PBL

mengarahkan siswa untuk belajar

mandiri sehingga dapat

mengembangkan keterampilan berpikir

kritis dan dapat menganalisis masalah

yang ada didunia nyata (Yuan. 2008).

Dalam pembelajaran Problem

based learning tersebut, bahwa masalah

yang berhubungan dengan dunia nyata

juga disebut dengan konteks. Artinya,

suatu konteks nyata yang dapat memacu

siswa lebih paham, serta tertarik dalam

pelajaran matematika. Menurut Zulkardi

(Sari,2015) konteks dapat diartikan

dengan situasi atau fenomena / kejadian

alam yang berkaitan dengan konsep

matematika yang sedang dipelajari.

Jadi, konteks merupakan suatu

situasi fenomena atau kejadian yang

berkaitan dengan konsep matematika

yang akan ataupun yang sedang

dipelajari. Tujuan penggunaan konteks

dalam pembelajaran matematika yaitu

untuk membantu terlaksananya proses

belajar mengajar yang diharapkan.

Konteks nyata yang tepat dalam

pembelajaran hubungan antar sudut ini

yaitu dengan fenomena yang baru-baru

ini terjadi, yaitu fenomena gerhana

matahari. Fenomena gerhana matahari

merupakan kejadian yang sangat

langkah terjadi, fenomena gerhana

matahari terjadi ketika posisi matahari,

bulan dan bumi berada pada satu garis

lurus. Hal ini menyebabkan matahari

tertutup oleh bulan karena posisi bulan

yang menghalangi bumi, sehingga dari

bumi sendiri cahaya matahari akan

tertutupi oleh bulan baik sebagian saja

maupun total, yakni semua cahaya

matahari tertutup oleh bulan. Meskipun

ukuran bulan lebih kecil daripada

matahari dan juga bumi, namun

bayangan dari bulan sendiri mampu

melindungi cahaya matahari

sepenuhnya.

Dari pancaran sinar matahari

yang terhalang sampai ke bumi inilah

membentuk banyak sudut-sudut yang

saling berhubungan. Sehingga,

fenomena gerhana matahari ini cocok

sebagai konteks dalam pembelajaran

Page 4: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

4 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

matematika pada materi hubungan antar

sudut di kelas VII SMP.

Berdasarkan latar belakang di

atas maka peneliti bermaksud

melakukan penelitian dengan judul

“Desain Pembelajaran Materi

Hubungan Antar Sudut Dengan

Konteks Fenomena Gerhana

Matahari Total”.

Adapun rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah

bagaimana peran penerapan model

pembelajaran Problem based Learning

dengan konteks gerhana matahar total

dalam membantu siswa memahami

konsep hubungan antar sudut.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui peran penerapan

model pembelajaran Problem Based

Learning dengan konteks fenomena

gerhana matahari total dalam membantu

siswa memahami konsep hubungan

antar sudut.

METODE

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian desain (design

research) yang mendesain materi

hubungan antar sudut dengan model

pembelajaran Problem Based Learning

menggunakan konteks fenomena

Gerhana Matahari Total (GMT).

Metode design research yang digunakan

type validation studies . Ini merupakan

suatu cara yang tepat untuk menjawab

pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan

dari penelitian.

Gravemeijer dan Cobb

(Sari,2015) menyatakan bahwa ada 3

tahap dalam pelaksanaan design

research. Tahap pertama: preparing for

the Experiment/Preliminary Design

(Persiapan untuk Penelitian/Desain

Pendahuluan). Pada tahap ini dilakukan

kajian literatur mengenai materi

pembelajaran yaitu hubungan antar

sudut dengan konteks GMT, model

pembelajaran Problem Based Learning,

kurikulum 2013 dan strategi awal siswa

dalam pembelajaran hubungan antar

sudut.

Kemudian pada tahap

selanjutnya adalah Teaching experiment

yaitu uji coba pembelajaran di kelas. Uji

coba pengajaran dilakukan peneliti pada

siswa SMP Negeri 1 Palembang. Uji

coba pengajaran ini direkam dengan

menggunakan dokumentasi foto dan

video dan hasil kerja siswa juga

dikumpulkan. Setelah uji coba, Tahap

terakhir adalah Retrospective analisys.

Tujuan pokok saat melakukan analisis

retrospektif adalah menempatkan

percobaan desain dalam konteks teoritis

yang lebih luas, sehingga

membingkainya sebagai paradigma

yang terjadi secara menyeluruh yang

ditentukan di awal, dalam hal ini yang

dilakukan adalah menganalisis data

yang diperoleh dari aktivitas

pembelajaran di kelas dan hasil analisa

ini digunakan untuk merencanakan

kegiatan ataupun untuk

mengembangkan desain pada kegiatan

pembelajaran berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 1 Palembang tahun ajaran

2015/2016 pada siswa kelas VII.4.

Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah dokumentasi berupa

foto dan video, catatan lapangan yang

dilaksanakan selama proses

pembelajaran, serta lembar pekerjaan

siswa.

Page 5: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

5 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran ini didesain untuk

melihat peran konteks gerhana matahari

total yang mendukung pemahaman konsep

siswa. Siswa dapat memahami dan

menemukan konsep hubungan antar

sudut yaitu konsep hubungan antar

sudut berpelurus dan sudut bertolak

belakang melalui tahap-tahap

penyelesaian masalah sudut yang

terdapat pada pancaran sinar matahari

pada gerhana matahari total yang

terdapat.

Berdasarkan hasil analisis data

yang telah dilakukan, peran konteks

gerhana matahari total yang didesain

ternyata cukup membantu siswa dalam

memahami dan menemukan konsep

hubungan antar sudut. Berikut ini hasil

analisis siswa dalam mengerjakan

LKPD yang telah didesain :

Siswa menyelesaikan solusi 1,

yaitu mensketsa gambar pancaran sinar

matahari pada gerhana matahari total

dan memberi nama dari setiap titik

perpotongan antar garis. Adapun

perintah pada solusi 1 adalah sebagai

berikut :

“Resketch total solar eclipse diagram!

Name every intersection point on the

sketch!”

Berikut ini cuplikan jawaban siswa :

Gambar 1. Jawaban siswa pada

solusi 1

Berdasarkan gambar 1 terlihat

siswa telah mampu untuk mensketsa

ulang pancaran sinar matahari pada

gerhana matahari total dan memberi

nama setiap titik perpotongan antar

garis. Dengan mensketsa ulang

pancaran sinar matahari pada gerhana

matahati total, Siswa dapat membangun

pengetahuan bahwa untuk membuat

sketsa tersebut dibutuhkan empat garis

yang keempat garis tersebut saling

berpotongan pada titik-titik tertentu.

Pada titik-titik perpotongan empat garis

inilah yang membentuk sudut-sudut.

Selanjutnya siswa meyelesaikan

solusi ke 2. Pada solusi kedua ini siswa

mengalami kesulitan. Kesulitan siswa

terjadi dalam menemungan sudut dan

memberi nama sudut. Berikut ini

kutipan diskusi tentang menemukan

sudut yang terbentuk dari sketsa

gerhana matahari total.

1.

2.

3.

Peneliti : Ada berapa sudut yang

terbentuk dari gerhana

matahari total tersebut?

4.

5.

6.

Siswa : Ada 3 kan Miss?

(sambil menunjukkan

ketiga sudut tersebut)

7.

8.

9.

Peneliti Benarkah cuma ada 3

sudut? Kenapa hanya

tiga sudut tersebut?

10.

11.

12.

Siswa : Entah Miss, tapi saya

rasa hanya tiga sudut

tersebut Miss.

13

14

15

16

17

18

19

Peneliti : Bukan kah tadi telah

dijelaskan bahwa sudut

terbentuk dari titik

perpotongan minimal

dua gariskan? Di sketsa

tersebut ada berapa

titik perpotongan?

20 Siswa : Ada 6 titik perpotongan

Page 6: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

6 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

21

22

23.

Miss. (Sambil

menghitung titik

perpongan)

24.

25

26

27

Peneliti : Nah kalau begitu kira-

kira, benarkah sudut

yang terbentuk hanya 3

saja?

28

29

30

31.

Siswa : Tidak benar, Miss.

Sudut yang terbentuk

akan banyak sekali dan

pasti lebih dari 3 sudut.

Berdasarkan transkrip tersebut

terlihat jelas bahwa siswa tidak

memahami konsep sudut. Hal ini

terlihat dari perkataan siswa pada baris

ke 4-6. Siswa menjawab bahwa sudut

yang terbentuk dari pancaran sinar

matahari hanya 3 sudut yang terbentuk.

Pada saat ditanya oleh peneliti

mengenai alasan mengapa dia

menjawab ada 3 sudut, siswa tersebut

tidak bisa menjelaskan alasannya

sebaimana terdapat pada percakapan

pada baris 10-12. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa tidak memahami konsep

sudut. Setelah peneliti menjelaskan

mengenai konsep sudut sebagaimana

pada percakapan nomor 13-19 barulah

siswa-siswa tersebut mengerti

sebagaimana pada percakapan nomor

28-31.

Selanjutnya berikut kutipan

diskusi siswa tentang memberi nama

suatu sudut yang terbentuk dari

pancaran sinar matahari pada gerhana

matahari total.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Siswa : Bagaimana memberi

nama sudut Miss? Kan

dalam 1 titik

perpotongan ada 4

sudut yang terbentuk.

Jika kita menyebutnya

ini sudut A? Terus

bagaimana dengan

sudut yang ini?

Bukannya kalau ini

sudut A berarti ini

sudut A juga? (Sambil

menunjuk pada salah

satu titik perpotongan

yang membentuk 4

sudut yang berbeda)

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Peneliti : Analisa yang bagus,

Dik. Sekarang

perhatikan contoh sudut

dalam bangun datar

berikut. (sambil

memberi contoh

menamai suatu sudut

pada yang terbentuk

pada persegi),

Sekarang paham kan?

27

28

29

30

31

32

33.

Siswa : Oh iya yaa Miss,

berarti setiap titik

perpotongan kita beri

nama, maka nama

sudutnya adalah

perpotongan antara

ruas garisnya.

Berdasarkan transkrip tersebut

terlihat bahwa siswa tidak memahami

cara penamaan sudut secara jelas. Pada

percakapan baris 1-16 terlihat bahwa

siswa kebingungan, bagaimana

menamai suatu sudut jika sudut tersebut

terbentuk oleh satu titik perpotongan

yang sama Namun setelah peneliti

Page 7: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

7 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

memberikan salah satu contoh

penamaan sudut yang terdapat pada

persegi pada percakapan baris 17-26,

barulah siswa mengerti bagaimana

memberi nama sudut-sudut tersebut.

Setelah berdiskusi akhirnya

siswa dapat menyelesaikan solusi 2.

Adapun perintah pada solusi 2 adalah :

“Find every angle on the sketch, how

many are they? What are they?”

Berikut ini adalah cuplikan

jawaban siswa :

Gambar 2. Jawaban siswa pada

solusi 2

Berdasarkan gambar 2 terlihat

bahwa siswa telah memahami konsep

sudut. Indikator kepahaman siswa

mengenai konsep sudut dapat dilihat

dari jumlah sudut yang dapat mereka

temukan pada sketsa pancaran sinar

matahari. Dari gambar 2, terlihat bahwa

siswa telah menemukan 20 sudut dari

22 sudut. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa telah cukup mengerti mengenai

apa sebenarnya yang dimaksud sudut

dan bagaimana sudut bisa terbentuk

sehingga dengan dasar pengetahuan

tersebut, mereka dapat menentukan

jumlah sudut yang terbentuk dari

gerhana matahari total.

Jawaban solusi 2 pada gambar 2

juga menggambarkan kemampuan

siswa dalam memberi nama sudut.

Kemampuan siswa ini dapat kami

simpulkan dari membandingkan antara

nama sudut yang mereka jawap pada

solusi 2 dengan sudut yang terbentuk

pada sketsa yang telah dibuat siswa

pada solusi 1. Dari gambar 2, kami lihat

jawaban mereka adalah benar. Sehingga

kami menyimpulkan bahwa siswa telah

mampu memberi nama sudut-sudut

yanag cukup rumit yang terbentuk dari

gerhana matahari total.

Selanjutnya, siswa

menyelesaikan solusi 3 yaitu mengukur

sudut-sudut yang terbentuk dari

pancaran sinar matahari pada gerhana

matahari total. Berdasarkan perintah

yang terdapat pada solusi 3 ini, terdapat

masalah yang terjadi. Berikut ini

kutipan diskusi tentang mengukur sudut

yang terbentuk dari pancaran sinar

matahari pada gerhana matahari total

(transkrip percakapan 3).

1

2

3.

Peneliti : Bagaimana kalian

mengukur besar

sudut <CED?

4.

5

6

7

Siswa : Bagaimana ya ?

(Sambil memutar-

mutar busurnya di

atas <CED)

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19.

Siswa : Coba saya pinjam

busurnya. Begini

kan Miss? (sambil

menunjukkan besar

sudut yang telihat

pada busur, namun

terdapat kesalahan

dalam menggunakan

busur yaitu tidak

menghitung dimulai

dari 0° melainkan

mulai dari 180° ).

20 Peneliti : Bukan seperti itu

Page 8: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

8 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

adik, kita harus

memulai

perhitungan besar

sudut menggunakan

busur dari 0° , nah

selanjutnya kita

lihat ujung nya

berhenti dimana

maka itulah yang

menunjukkan besar

sudutnya. Kalian

paham ?

31 Semua : Iya Miss, paham

Berdasarkan transkrip tersebut

terlihat jelas bahwa siswa masih

bingung dalam mengukur sudut dengan

menggunakan busur. Hal ini terlihat dari

percakapan baris 4-19 dimana siswa

terlihat siswa salah dalam menggunakan

busur untuk menghiitung besar suatu

sudut. Siswa bingung dan salah dalam

menentukan derajat awal pada busur

untuk menghitung besar suatu

sudut..Namun setelah peneliti

memberikan contoh dan pengarahan

terlihat pada percakapan baris 20-30

barulah siswa mengerti dan bisa

menhitung besar suatu sudut

menggunakan busur.

Kemudian mereka menjawab

perintah pada solusi 3. Adapun perintah

pada solusi 3 adalah :

“Measure every angle that you find!”

Berikut ini cuplikan jawaban

siswa :

Gambar 3. Jawaban siswa pada

solusi 3

Berdasarkan gambar 3 terlihat

siswa telah mampu mengukur besar

sudut dengan menggunakan busur.

Indikator kemampuan ini dapat dilihat

pola jawaban dan hasil observasi

langsung di kelas. Pola jawaban yang

diperoleh siswa akan benar jika masing-

masing sudut yang diukur memiliki

pasangan sudut lain yang sama besar

dan memiliki juga pasangan sudut lain

yang jika dijumlahkan dengan sudut

tersebut maka hasilnya 180°, kita dapat

lihat pada gambar 3 menunjukkan

bahwa jawaban siswa telah sesuai

dengan pola tersebut. Kemudian hasil

observasi langsung di kelas juga

menunjukkan bahwa siswa telah

mengukur sudut mengunakan busur

dengan tepat dan benar.

Selanjutnya, siswa

menyelesaikan solusi 4, yaitu

menentukan pasangan sudut-sudut yang

memiliki ukuran yang sama. Pada

perintah solusi 4 ini siswa tidak

menemui masalah. Adapun perintah

pada solusi 4 adalah :

“Determine every angle that has equal

measure!”

Berikut ini cuplikan jawaban

siswa :

Page 9: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

9 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Gambar 4. Jawaban siswa pada

solusi 4

Berdasarkan gambar 4 terlihat

jelas bahwa siswa dapat menentukan

pasangan sudut yang memiliki besar

yang sama. pada solusi 4 tidak terdapat

kesulitan yang dialami siswa. Hal ini

karena perintah pada solusi 4 sudah

jelas dan mudah. Siswa hanya

diperintahkan mencari pasangan sudut

yang sama besar. Karena pengukuran

sudut pada solusi 3 dilakukan dengan

tepat dan benar, maka tentunya akan

terdapat pasangan-pasangan sudut yang

besarnya sama. Sehingga solusi 4 akan

mudah diselesaikan.

Selanjutnya siswa

menyelesaikan solusi 5, yaitu menarik

kesimpulan dari pola yang terbentuk

pada jawaban solusi 4. Dari perintah

solusi 5 ini terdapat masalah yang

dihadapi siswa. Berikut ini kutipan

diskusi dari menarik kesimpulan dari

pola yang terbentuk pada jawaban

solusi 4 (transkrip percakapan 4).

1

2

3

4

5

6

7.

Siswa 1 : Miss, tidak ada pola

pada solusi 4, hanya

ada 4 pasangan sudut

yang masing-masing

pasangan memiliki

besar sudut yang

sama.

8

9

peneliti : Nah itulah polanya.

Sekarang hasil yang

10

11

12

13

14

15

16

17

18

kalian peroleh

tersebut coba kalian

bandingkan dengan

sketsa sudut yang

telah kalian buat

pada solusi 1. Dari

hasil perbandingan

tersebut apa yang

kalian simpulkan?

19

20

21

22

23

Siswa 2 : Ohh, begitu ya Miss.

Sekarang kita lihat

<LEK dan <CED

pada sketsa. Apa yang

dapat kita simpulkan?

24

25

26

27

28

Siswa 3 : Sudut ini terbentuk

dari satu titik

perpotongan yaitu E.

Itu saja yang dapat

saya simpulkan.

29

30

31

32

33

34

35

Peneliti : Ya, pengamatan yang

bagus sekali.

Sekarang dari satu

titik perpotongan E

ada berapa sudut

yang dibentuk? Dan

amati kembali

polanya.

36

37

38

Siswa 4 : Ada 4 sudut dan ada

2 pasang sudut yang

sama.

39

40

41

42

43

Peneliti : Yah, bagus sekali.

Sekarang lihat apa

hubungan dari satu

sudut dengan sudut

pasanganya.

44

45

46

47

48

Siswa 5 : Hubungannya?

Hmmm,, (sambil

berpikir). Miss saya

menemukannya

polanya.

Page 10: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

10 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Berdasarkan transkrip

percakapan di atas, terlihat bahwa

awalnya siswa bingung, kesimpulan apa

yang dapat diambil dari jawaban solusi

4. Kebingungan ini nampak pada

percakapan nomor 1-7. Kebingungan ini

wajar dialami oleh siswa. Hal ini terjadi

karena terdapat kesalahan pada soal

yang dibuat peneliti. Perintah dan

petunjuk pada solusi 5 kurang jelas dan

informatif. Sehingga siswa mengira

bahwa kesimpulan tersebut hanya di

dapat dari jawaban solusi 4 tanpa

membandingkan dengan sketsa

pancaran sinar matahari pada solusi 1.

Setelah peneliti memberikan arahan

pada percakapan nomor 2, barulah

siswa mulai membandingkan antara

jawaban solusi 4 dengan sketsa solusi 1.

Pada saat membandingkan terlihat siswa

kebingungan mencari informasi apa

yang mereka dapat simpulkan . Namun

dengan arahan dan bimbingan dari

peneliti akhirnya siswa dapat

menemukan kesimpulannya,

sebagaimana terlihat pada percakapan

pada beris 24-48.

Kemudian mereka menjawab

perintah pada solusi 5. Adapun perintah

pada solusi 5 adalah :

“Observe the pattern that in the

answered point number 5.b, what

information you can get?

Berikut ini cuplikan jawaban dari

kelompok 6 :

Gambar 5. Jawaban siswa pada

solusi 5

Berdasarkan gambar 5, terlihat

bahwa siswa telah mampu menarik

kesimpulan dari membandingkan

jawaban solusi 4 dengan sketsa

pancaran sinar matahari pada gerhana

matahari total. Hasil kesimpulan siswa

bahwa sudut-sudut yang bertolak

belakang besar sudutnya pasti sama.

dari hasil kesimpulan ini menunjukkan

bahwa siswa telah berhasil menemukan

konsep hubungan sudut bertolak

belakang.

Selanjutnya siswa

menyelesaikan solusi 6(a), yaitu

menemukan sudut lurus dan unit-unit

pembentuk sudut lurus tersebut. Sudut

lurus tersebut terbentuk dari pancaran

sinar matahari pada gerhana matahari

total, dimana sudut tersebut terbentuk

karena titik perpotongan dua garis dan

titik tersebut terletak diantara bulan dan

matahari. Adapun perintah pada solusi

6(a) adalah :

“Look at the intersection point between

two lines of the moon and the sun!

Recall the straight angle concept, how

many straight angles are there?

Observe the straight angles that you

found. Are they made of the other

angles?”

Berikut ini cuplikan jawaban dari

kelompok 6 :

Page 11: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

11 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Gambar 6. Jawaban siswa pada

solusi 6(a)

Berdasarkan gambar 8 di atas,

terlihat bahwa siswa sudah mampu

menemukan sudut lurus, hal ini

menunjukan bahwa mereka telah

memahami konsep sudut lurus yaitu

sudut yang memiliki besar 180°. Dari

gambar di atas dapat dilihat juga bahwa

siswa dapat menemukan unit-unit

pembentuk sudut lurus tersebut, hal ini

menunjukkan bahwa daya analisa siswa

sangat baik.

Selanjutnya siswa

menyelesaikan solusi 6(b), yaitu

menganalisis data pada solusi 6(a) dan

menentukan hubungan antara sudut

lurus dengan unit-unit sudut pembentuk

sudut lurus tersebut. Adapun perintah

pada solusi

Berikut ini cuplikan jawaban dari

kelompok 6 :

Gambar 11. Contoh 1 cara

menjawab siswa pada solusi 6(b)

Berdasarkan gambar 11 di atas

terlihat bahwa siswa telah mampu

menemukan hubungan yang terbentuk

dari sudut lurus dengan unit-unit sudut

penyusun sudut lurus tersebut.

Kesimpulan ini didapat siswa dari hasil

analisa dan perbandingan antara data

besar sudut yang diperoleh dengan

sketsa pancaran sinar matahari pada

gerhana matahari total.

Setelah menyelesaikan

permasalahan-permasalahan pada

aktivitas ini, siswa mempresentasikan

dan membuat kesimpulan. Selanjutnya

siswa mengerjakan dua soal latihan

untuk melihat sejauh mana pemahaman

siswa mengenai hubungan antar sudut

yaitu hubungan sudut berpelurus dan

sudut bertolakbelakang.

Berikut ini hasil analisis

jawaban latihan siswa :

Soal No.1

Dalam memahami soal tersebut,

siswa diharapkan mampu untuk

mengidentifikasi unsur-unsur yang

diketahui, yang ditanyakan, dan

kecukupan unsur yang diperlukan serta

mampu memahami makna dari symbol-

simbol yang diberikan dalam soal

berkonteks tersebut dan juga siswa

diharapkan memiliki sikap analitik

dalam menentukan besar sudut

1. Find the value of x from this

picture!

Page 12: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

12 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

berpelurus.

Gambar 12. Contoh 1 Jawaban siswa

pada soal evaluasi No. 1

Berdasarkan gambar di atas,

sebenarnya siswa sudah memahami apa

saja yang diketahui dan juga unsur-

unsur yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah tersebut akan

tetapi siswa tidak menuliskan secara

tersurat apa saja yang diketahui dan

juga apa yang ditanyakan selanjutnya

siswa juga tidak memperhatikan

syimbol yang ada pada gambar.

Sehingga ketika mensketsa gambar ia

terpaku pada bentuk gambar bukan pada

symbol yang ada pada gambar hal ini

menunjukan bahwa sikap analitik siswa

masih rendah dalam menentukan besar

sudut. Jika dilihat dari sketsa dan juga

dari cara aljabar terdapat sebuah

kontradiksi jawaban antar keduanya dan

juga terdapat sesuatu hal yankg terlihat

dipaksakan pada sketsa hal ini

menunjukan bahwa tingkat pemahaman

konsep siswa terhadap sudut berpelurus

masih rendah sehingga siswa terlihat

bingung dengan fakta-fakta yang ada

sehingga mengakibatkan siswa tidak

dapat menarik kesimpulan dari apa yang

diperoleh.

Gambar 13. Contoh 2 Jawaban siswa

pada soal evaluasi No.1

Berdasarkan gambar diatas

terlihat siswa sudah memahami apa

yang di tanyakan hal itu terlihat ketika

siswa mulai bergerak dari apa yang

ditanyakan untuk menjawab soal akan

tetapi siswa belum memahami fakta

sehingga ia salah dalam

mengidentifikasi unsur-unsur yang di

ketahui dan juga yang di perlukan untuk

menjawab soal hal tersebut berakibat

kepada salahnya konsep yang

diterapkan dan juga salahnya operasi

yang di lakukan sehingga hasil yang di

dapatkan juga kurang tepat.

Soal No.2

Based sketch above, seen near the place of

registration are intersection. If the angle

formed at the bus terminal is 60 degrees,

what is the angle formed at the place of

registration?

Page 13: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

13 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

Dalam memahami soal tersebut,

siswa diharapkan mampu untuk

mensketsakan kembali soal yang sudah

diberikan, mengidentifikasi sudut dan

juga dapat menentukan besar sudut

yang bertolak belakang dan sudut

berpelurus serta dapat menerapkannya

dalam konteks nyata.

Gambar 14. Jawaban siswa pada

soal evaluasi No.2

Dari jawaban siswa tersebut

terlihat bahwa siswa tidak paham soal

dan juga ia tidak bisa memahami

bagaimana prosedur mengerjakannya

sehingga ia hanya dapat mensketsa

ulang gambar dari situ juga terlihat

bahwa kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah masih rendah dan

juga penguasaan konsep masih lemah

sehingga ia tidak dapat memecahkannya

ketika soal dalam bentuk konteks nyata.

Gambar 15. Jawaban siswa pada

soal evaluasi No.2

Dari jawaban siswa tersebut

terlihat bahwa siswa sudah memahami

soal sehingga ia melakukan sesuai

prosedur yaitu mensketsa lalu kemudian

menentukan posisi sudut yang diketahui

dan posisi sudut yang ditanyakan lalu

siswa mengambil kesimpulan, dari

jawaban tersebut juga terlihat bahwa

siswa sudah memahami konsep sudut

sehingga ia dapat menjawab dengan

tepat bahwa sudut antara yang diketahui

dan yang ditanyakan saling bertolak

belakang dan dari jawaban tersebut

siswa juga telah paham bahwa sudut

yang saling bertolak belakang sama

besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan

pembahasan yang telah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran

problem based learning dengan masalah

nyata atau konteks fenomena gerhana

matahari total memiliki peranan penting

untuk membantu siswa memahami

konsep hubungan antar sudut yang

terdiri dari hubungan sudut

bertolakbelakang dan hubungan sudut

berpelurus di kelas VII. Melalui tahap-

tahap pembelajaran problem based

learning yang dimulai dari orientasi

pada masalah fenomena gerhana

matahari total sampai dengan siswa

menemukan sendiri suatu konsep sangat

membantu siswa mengatasi

kesulitannya dalam memahami konsep

hubungan antar sudut berpelurus.

Page 14: Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT

14 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, Helen. 2012. Desain

Diktatis Konsep Hubungan

Antar Sudut pada Pembelajaran

Matematika SMP. Skripsi.

Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia.

Firmansyah, Dian Teguh. 2012.

Keefektifan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

SQ3R terhadap Kemampuan

Pemecahan Siswa SMP Kelas

VII. UJMER (UNNES Journal

of Mathematics Education

Research). ISSN NO 2252-6927

Hastika, Fitriana .2012. Desain

Dikdaktis Konsep Hubungan

Sudut-sudut pada Garis-garis

Sejajar dalam Pembelajaran

Matematika SMP. Skripsi.

Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia.

Sari, Paramitha. 2015. Desain

Pembelajaran Materi

Pengukuran Sudut dengan

Pendekatan PMRI untuk Kelas

VI. Jurnal Pendidikan

Matematika (Ejournal UNSRI).

Vol. 1 No. 1, p. 33-42.

Wikipedia. 2016. Geometri. [online].

Tersedia : http://

id.wikipedia.org/wiki/Matematik

a. [01 Mei 2016]

Yuan et.al. 2008. Promoting Critical

Thinking Skill through Problem

Based Learning. CMU. Journal

of Soc. Sci. And Human, 2 (2):

85-100

Frestia, Rina. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran SAVI dan Model

PBL Berbantu CD Interaktif

terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Materi Pokok Sudut Kelas

VII. Prosiding. Mathematics and

Science Forum 2014. ISBN 978-

602-0960-00-5