dermatosis vesikobulosa akut

17
REFERAT DERMATOSIS VESIKOBULOSA AKUT Dosen Pembimbing : Dr. Euis Nana Sp.KK Disusun Oleh : Ferdiand ( 07610510104 )

description

it's all about skin diseases with vesikobulous efloresens and acute onset. i hope this could help or usefull for us.

Transcript of dermatosis vesikobulosa akut

Page 1: dermatosis vesikobulosa akut

REFERAT

DERMATOSIS VESIKOBULOSA AKUT

Dosen Pembimbing :

Dr. Euis Nana Sp.KK

Disusun Oleh :

Ferdiand ( 07610510104 )

Page 2: dermatosis vesikobulosa akut

KATA PENGANTAR

Pertama – tama saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME atas berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas referat Dermatosis Vesikobulosa Akut ini.

Adapun Referat ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan referat ini. Untuk itu tidak lupa saya haturkan rasa terima kasih saya kepada dr. Euis Nana Resna Sp.KK sebagai dosen pembimbing dan kepada dr. Emil R. Fadly Sp.KK sebagai kepala bagian Departemen Kulit dan Kelamin RSUD CIBINONG.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari masih banyak kekurangan dalam referat ini. Oleh karena itu dengan lapang dada saya membuka selebar – lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki referat Vesikobulosa Akut ini.

Akhirnya saya mengharapkan semoga dari referat ini kita dapat mengambil pelajaran dan manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan dan berguna bagi pembaca referat ini.

Depok, Mei 2015

Penyusun

Page 3: dermatosis vesikobulosa akut

DERMATOSIS VESIKOBULOSA

Pendahuluan

Dermatosis vesikobulosa adalah penyakit kulit yang ditandai dengan kelainan utama berupa vesikel dan bula. Ada dua pembagian menurut perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. Akut, dan

2. Kronis

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Dermatosis Vesikobulosa Akut. Dimana ada 4 penyakit kulit yang ditandai dengan vesikobulosa akut, yaitu :

1. Impetigo Bulosa

2. Varisela

3. Herpes zoster, dan

4. Variola

Pembahasan

I. Impetigo Bulosa

Dikenal juga sebagai impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet

Etiologi

Biasanya Staphylococcus aureus.

Gejala Klinis

Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama – sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang – kadang waktu penderita datang berobat, vesikel / bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa

Diagnosis Banding

Jika vesikel / bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya ialat impetigo bulosa

Page 4: dermatosis vesikobulosa akut

Pengobatan

Jika terdapat hanya beberapa vesikel / bula, dipecahkan lalu diberi salep antibiotik atau cairan antiseptik. Kalau banyak diberi pula antibiotik sistemik. Faktor predisposisi dicari, jika karena banyak keringat, ventilasi di perbaiki.

Page 5: dermatosis vesikobulosa akut

II. Varisela

Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Biasa disebut juga cacar air, chicken pox.

Epidemiologi

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak – anak, tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya kurang lebih 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.

Etiologi

Virus varisela – zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes – zoster.

Gejala Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala klinis mulai gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun ( tear drops ). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel – vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

Komplikasi pada anak – anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa, berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah ( beberapa macam purpura ).

Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital pada neonatus.

Pembantu Diagnosis

Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.

Page 6: dermatosis vesikobulosa akut

Diagnosis Banding

Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorf, dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki.

Pengobatan

Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa. Lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal ( mentol, kamfora ) untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan oral. Dapat pula diberikan obat – obat antivirus ( lihat pengobatan herpes zoster ). V.Z.I.G. ( varicella zoster immunoglobuline ) dapat mencegah atau meringankan varisela, diberikan intramuskular dalam 4 hari setelah terpajan.

Vaksinasi

Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka serokonversi mencapai 97% - 99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan atau lebih lama. Lama proteksi belum diketahui pasti, meskipun demikian vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4 – 6 tahun.

Pemberiannya secara subkutan, 0.5 ml pada yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia diatas 12 tahun juga diberikan 0.5 ml, setelah 4 – 8 minggu diulangi dengan dosis yang sama.

Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan masih terjadi. Sedangkan antibodi yang cukup sudah timbul antara 3 – 6 hari setelah vaksinasi.

Prognosis

Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

Page 7: dermatosis vesikobulosa akut

III. Herpes Zoster

Definisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela – zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Dikenal juga sebagai dampa atau cacar ular.

Epidemiologi

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang – kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.

Patogenesis

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang – kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala – gejala gangguan motorik.

Gejala Klinis

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah – daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.

Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik ( demam, pusing, malese ), maupun gejala prodromal lokal ( nyeri otot – tulang, gatal, pegal, dan sebagainya ). Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh ( berwarna abu – abu ), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang – kadang vesikel mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.

Masa tunasnya 7 – 12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira – kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira – kira 1 – 2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik , tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang

Page 8: dermatosis vesikobulosa akut

khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus ( dengan ganglion gaseri ) atau nervus fasialis dan optikus ( dari ganglion genikulatum ).

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan optikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka ( paralisi bell ), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster abotif, artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum.

Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun – tahun dengan gradasi nyeri bervariasi dalam kehidupan sehari – hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapati herpes zoster diatas usia 40 tahun.

Komplikasi

Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 – 15%. Makin tua penderita makin tinggi persentasenya.

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, diantaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.

Paralisis motorik terdapat pada 1 – 5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara perkontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.

Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak.

Pembantu Diagnosis

Pada pemeriksaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak.

Page 9: dermatosis vesikobulosa akut

Diagnosis Banding

1. Herpes simpleks

2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal sering salah diagnosis dengan penyakit reumatik maupun dengan angina pektoris, jika terdapat di daerah setinggi jantung.

Pengobatan

Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.

Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.

Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 X 800mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 X 1000mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.

Isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan kerjanya baru setelah 2 – 8 minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira – kira hanya seminggu.

Untuk neuralgia pascaherpetik belum ada obat pilihan, dapat dicoba dengan akupuntur. Obat yang direkomendasikan diantaranya gabapentin dosisnya 1.800 mg – 2400 mg sehari. Mula – mula dosis rendah kemudian dinaikkan secara bertahap untuk menghindari efek samping diantaranya nyeri kepala dan rasa melayang. Hari pertama dosisnya 300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3 hari dosis dinaikkan 300 mg sehari sehingga mencapai 1.800 mg sehari. Bila belum ada efeknya dosis dapat ditinggikan. Nyeri tersebut lambat laun akan menghilang sendiri.

Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk indrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa kami berikan ialah prednison dengan dosis 3 X 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaanya untuk mencegah fibrosis ganglion.

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.

Page 10: dermatosis vesikobulosa akut

Prognosis

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan perawatan secara dini.

Page 11: dermatosis vesikobulosa akut

IV. Herpes Simpleks

Definisi

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks ( virus herpes hominis ) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Disebut juga sebagai Fever Blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis ( genitalis )

Epidemiologi

Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks ( V.H.S. ) tipe I biasanya dimulai pada usia anak – anak, sedangkan VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktifitas seksual.

Etiologi

VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis ( tempat predileksi )

Gejala Klinis

Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat :

I. Infeksi Primer : tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang keatas terutama didaerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak – anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigit jari ( herpetic Whitlow ).virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang kebawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.

Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang – kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II.

Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira – kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese, dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.

Page 12: dermatosis vesikobulosa akut

Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang – kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang – kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.

II. Fase Laten : fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

III. Infeksi rekurens : infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik ( demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya ), trauma psikis ( gangguan emosional, menstruasi ), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.

Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira – kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama ( loco ) atau tempat lain/tempat disekitarnya ( non loco )

Pemeriksaan Pembantu Diagnosis

Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.

Diagnosis Banding

Herpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venerum.